Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PBL (PROBLEM BASIC LEARNING)

Citation preview

57

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMasalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting dan multiefek ketika kita mengabaikannya. Sehat itu mahal. Sehingga sekarang ini, oleh pemerintah masalah kesehatan telah ditempatkan pada pola pemikiran baru yang disebut Paradigma Sehat yang menempatkan isu sehat sebagai bagian utama pembangunan kesehatan. Lebih lanjutnya paradigma baru ini dijabarkan sebagai suatu konsep nasional pembangunan yang disebut Pembangunan Berwawasan Kesehatan. Misi ini memandang bahwa setiap gerak dan langkah pembangunan hendaknya ditujukan untuk kesehatan (all for health) dan bermanfaat bagi kesehatan. Konsep pembangunan ini selanjutnya diharapkan dapat mencapai suatu Indonesia Sehat yang harus didukung oleh provinsi sehat, kabupaten sehat, kecamatan sehat, desa sehat dan seterusnya didukung oleh sendi-sendi terkecil dari masyarakat yaitu keluarga yang sehat. Kesemuanya ini sesuai dengan dasar pembangunan nasional yang senantiasa ingin menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, kreatif, dan sejahtera yang terwujud dalam suatu masyarakat madani (civil society) dalam era Indonesia baru.1

Berdasarkan kenyataan yang kita lihat di lapangan bahwa eksistensi sarjana kesehatan masyarakat kurang memuaskan, otoritas

kerja lulusan sarjana kesehatan masyarakat belum diakui, serta organisasi KMI (Kesehatan Masyarakat Indonesia) juga belum diakui sebagai organisasi profesi karena ketika Fakultas Kesehatan Masyarakat diakui sebagai profesi maka akan terlihat jelaslah bahwa wilayah kerja sarjana kesehatan masyarakat sangat luas yang sekarang ini banyak diambil alih oleh profesi lain karena ketidakjelasan wilayah kerja sarjana kesehatan masyarakat. Sehingga, mahasiswa sarjana kesehatan masyarakat perlu untuk membuktikan eksistensinya baik di pemerintah maupun di masyarakat. Sarjana kesehatan masyarakat harus mengetahui apa kebutuhan masyarakat terhadap SKM, sehingga kita tahu apa yang harus dilakukan. Hal inilah yang mendasari Universitas Indonesia Timur sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar yang mengelola 13 fakultas dan salah satunya adalah Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk memberlakukan aturan bahwa Fakultas Kesehatan Masyarakat harus melaksanakan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I, II, dan III dengan strategi mencapai keunggulan yang sinergi dalam peningkatan mutu kognitif, afektif dan psikomotorik seorang sarjana kesehatan masyarakat dan perlu diingat bahwa kegiatan PBL bukan untuk menyelesaikan masalah masyarakat, akan tetapi PBL mengajak masyarakat untuk mengenal masalahnya, mencari alternatif pemecahan masalah agar masyarakat mampu menolong dirinya sendiri. Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan dilaksanakan juga karena adanya kurikulum nasional yang menyebutkan bahwa sarjana kesehatan masyarakat harus melakukan kegiatan PBL dan ini tidak boleh dihilangkan di dalam kurikulum studi kesehatan masyarakat. Setelah melaksanakan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I pada beberapa waktu lalu maka telah diketahui prioritas masalah kesehatan yang tengah dialami masyarakat di Dusun Mattarodeceng, sehingga pada Pengalaman Belajar Lapangan II ini untuk melakukan intervensi kepada masyarakat terkait prioritas masalah yang ditemukan, baik intervensi fisik maupun intervensi non fisik. Berdasarkan dari hal tersebut, maka dilaksanakan kegiatan PengaIaman Belajar Lapangan II pada tanggal 25 Agustus sampai 5 September 2015 yang berlokasi di Lingkungan Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan.B. Tujuan PBL II1. Tujuan UmumKegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini bertujuan untuk memperkenalkan masalah kesehatan yang dialami masyarakat kepada pemerintah setempat dan masyarakat itu sendiri serta menyadarkan masyarakat bahwa mereka tengah menghadapi masalah kesehatan, kemudian memberikan alternatif pemecahan masalah dan pada akhirnya masyarakatlah yang dituntut untuk menolong dirinya sendiri melalui perubahan perilaku kesehatan setelah diadakannya intervensi sehingga masyarakat bisa keluar dari permasalahan kesehatannya. 2. Tujuan Khususa. Melaksanakan program prioritas yang dipilih dengan masyarakat berdasarkan data yang dikumpulkan.b. Rencana program berupa program intervensi.c. Mengaktifkan peran serta masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan.d. Membuat alat ukur untuk program intervensi.e. Membuat laporan PBL llf. Hasil kegiatan diseminarkan di lokasi PBL yang dihadiri oleh masyarakat dan aparat.C. Manfaat PBL II1. Masyarakat mampu secara mandiri menyelesaikan masalah kesehatannya.2. Tersedianya basis data yang berkaitan dengan kesehatan untuk mendukung perencanaan yang tepat3. Menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan dinas kesehatan dalam pengembangan kebijakan yang berbasis riset.4. Peserta PBL mampu bekerja secara tim dalam penyelesaian masalah kesehatan.

4

BAB IIGAMBARAN UMUM DUSUN MATTARODECENGA. Keadaan Geografis dan Demografis1. Keadaan GeografisDusun Mattarodeceng merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yang mempunyai jarak +180 km dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan (Makassar) dengan waktu 4 jam. 2. Luas WilayahLuas wilayah Desa Bontomanai sekitar 10.000,4 m2 dan Luas wilayah Dusun Mattarodeceng 2.460 m2 yang terdiri dari 3 RW dan 10 RT.Dusun Mattarodeceng mempunyai batas wilayah sebagai berikut:a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Buloloheb. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Macinnac. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Masowanid. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Bontomanai

5

3.

4. Keadaan Demografisa. Jumlah PendudukTabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai KecamatanRilau Ale Kabupaten BulukumbaPropinsi Sulawesi SelatanTahun 2014

Jenis KelaminnPersentase

Laki-LakiPerempuan4544964852

Jumlah950100

Sumber: Data Sekunder, 2014Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 950 jumlah penduduk terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 48%, dan perempuan sebanyak 52%.b. Jumlah Kepala KeluargaBerdasarkan data sekunder Bulan Agustus Tahun 2014 yang diambil dari kantor Desa Bontomanai tanggal 6 Februari 2015 menunjukkan bahwa di Dusun Mattarodeceng memiliki 274 kepala keluarga. Berdasarkan baseline data yang kami lakukan di Dusun Mattarodeceng terdapat 235 kepala keluarga.B. Keadaan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama1. PerekonomianWilayah Dusun Mattarodeceng banyak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Namun petani merupakan salah satu profesi yang penghasilannya musiman jadi masyarakat juga banyak yang menjadi buruh harian. Selain itu ada juga sebagian kecil masyarakat yang memilih bekerja sebagai TKI dan TKW di luar negeri. 2. Sarana Sosial BudayaSarana sosial Budaya yang ada di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai sebagai berikut :a. Sekolah: 2b. Masjid: 1c. Pemakaman: 1d. Posyandu: 1e. Pasar: 13. Sarana PerhubunganSarana perhubungan transportasi di Dusun Mattarodeceng sangat lancar karena merupakan jalur perhubungan yang letaknya sangat strategis yang merupakan jalan menuju ke Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone dan jalan poros menuju ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.Adapun sarana perhubungan yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :a. Sepeda motorb. Mobil angkutan umumc. Angkutan PribadiAdapun sarana komunikasi dan informasi yang biasa digunakan di Dusun Mattarodeceng adalah sebagai berikut :a. Handphoneb. Televisic. Radio d. Internete. Surat Kabar4. Agama & SukuBerdasarkan baseline data tahun 2015 penduduk di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale 100% beragama Islam.Dusun Mattarodeceng dihuni oleh berbagai macam suku yaitu Bugis, Makassar, dan ada juga suku pendatang yang datang mengadu nasib. 5. Status KesehatanPustu Bontomanai merupakan salah satu pelayanan kesehatan terdekat yang ada di Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba selain pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas, posyandu, dan bidan praktek. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu Bontomanai Desa Bontomanai terdiri dari Pelayanan KIA, Pelayanan imunisasi, pemeriksaan kesehatan Lansia, dan Pelayanan kesehatan dasar.

Data yang diperoleh dari Pustu Bontomanai dapat ditampilkan 10 jenis penyakit utama pada tabel di bawah ini:Tabel 2. Distribusi Kunjungan Pasien Berdasarkan 10 Jenis Penyakit Utama di Wilayah Kerja Pustu Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi SelatanTahun 2014

Jenis PenyakitFPersentase

InfluenzaHipertensiBatukGangguan Jaringan Lunak LainnyaDemam yang Tak Diketahui SebabnyaDermatitis dan EksimGastritisPenyakit Sistem PencernaanArtrotisLuka Akibat Kecelakaan5.4423.8783.7083.3702.9682.7662.4752.25599096718,8813,4512,8611,6910,299,598,587,823,433,35

Jumlah28.819100,00

Sumber: Data Sekunder, Desember 2014Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 28.819 kunjungan pasien berdasarkan 10 jenis penyakit utama terdapat tertinggi penyakit Influenza sebanyak 18,88%, dan terendah luka akibat kecelakaan sebanyak 3,35%.

9

BAB IIIPRIORITAS MASALAHDi segala bidang pasti mempunyai berbagai permasalahan-permasalahan yang butuh solusi atau pemecahan masalah, begitu pun dengan bidang kesehatan. Di era modern seperti sekarang ini, kita tidak bisa memakai cara-cara kuno atau cara-cara yang biasa-biasa saja dalam memecahkan masalah lama yang tak kunjung terpecahkan sampai sekarang. Kita harus mencari alternatif pemecahan masalah yang lebih kreatif, inovatif dan tepat sasaran. Sekarang, bukan zamannya lagi merubah perilaku masyarakat dengan tekanan atau pemberlakuan aturan yang jika dilanggar akan dikenakan sanksi. Walaupun cara-cara seperti ini akan cepat merubah perilaku masyarakat, namun akan cepat juga ditinggalkan masyarakat apabila aturan tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena masyarakat melakukan bukan karena kesadaran akan manfaat, tetapi karena takut akan sanksi. 10

Sehingga, setelah mendapatkan prioritas masalah pada baseline data kesehatan yang dilakukan pada kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I lalu, maka pada kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini kami akan melakukan intervensi, tetapi perlu diketahui bahwa kami datang bukan untuk menyelesaikan masalah masyarakat, tetapi kami akan mengajak masyarakat untuk mengenal masalahnya, mencari alternatif pemecahan masalahnya, sehingga

masyarakat menjadi masyarakat mandiri dan dapat menolong dirinya sendiri.Prioritas masalah yang ditemukan pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I lalu di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan, antara lain :1. Kepemilikan tempat pembuangan sampah.2. Kepemilikan jamban.3. Pengetahuan tentang gizi.

11

BAB IVPROGRAM INTERVENSI

A. Intervensi Fisik1. Pembuatan tempat sampahB. Intervensi Non Fisik1. Penyuluhan tentang sampah2. Penyuluhan tentang jamban3. Penyuluhan tentang giziC. Program Tambahan Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di SDN 246 Bontomanai.

BAB VHASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Intervensi Fisik1. Pembuatan Tempat Sampah Percontohana. Latar BelakangMasalah sampah merupakan masalah yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit dan bencana alam, tetapi masyarakat menganggap masalah ini merupakan masalah sepele. Dari hasil observasi, kami menemukan dari 235 kepala keluarga terdapat 27 kepala keluarga yang memiliki tempat pembuangan sampah dan 208 kepala keluarga yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Kondisi tempat pembuangan sampah tersebut semuanya terbuka. Penduduk yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah membuang sampahnya di kebun/sawah, sungai, dan saluran irigasi.b. Tujuan1) Tujuan Umum13

Tempat sampah ini diletakkan di tiga tempat strategis di Lingkungan Dusun Mattarodeceng agar dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk membuat tempat sampah seperti itu atau sejenisnya di depan rumah mereka masing-masing sehingga masyarakat tidak membuang sampah di

sembarang tempat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.2) Tujuan Khusus a) Masyarakat menyadari pentingnya membuang sampah pada tempatnya. b) Masyarakat memahami dan terampil membuat tempat pembuangan sampah (TPS) sendiri.c. Metode Pembuatan tempat sampah percontohan ini dilakukan secara gotong royong.d. SasaranSasaran dari intervensi pembuatan tempat sampah percontohan ini adalah seluruh masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng, khususnya Kepala Keluarga.e. TargetKami menargetkan 70% masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng membuang sampah pada tempatnya.f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan1) Waktu PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 18 s.d. 19 Agustus 2015.

2) Tempat Pelaksanaan Pembuatan tempat sampah percontohan dibuat di posko XLIV. Tempat sampah percontohan ini ditempatkan di tiga tempat strategis di Lingkungan Dusun Mattarodeceng, antara lain:a) Di depan kantor Desa Bontomanai b) Di depan rumah salah satu tokoh masyarakat di Dusun Mattarodecengc) Di depan pasar Bontomanai.g. Alat dan Bahan1) Alat a) Gergajib) Paluc) Kuasd) Parang2) Bahan a) Bambu b) Balok kayu c) Pakud) Cate) Bensinh. Cara Membuat1) Bambu dipotong menjadi 44 bagian. 2) Untuk ukuran lebar tempat sampah sisi atas 50 cm, sisi bawah 30 cm, dan tinggi tempat sampah 70 cm. 3) Balok dibagi menjadi 12 bagian4) Rangkai balok dengan model V. 5) Bambunya di bilah lalu dihaluskan dengan tebal 2 cm kemudian dipaku dan dirangkai menjadi sebuah tempat sampah.i. Pelaksana KegiatanPelaksana kegiatan ini adalah seluruh anggota posko XLIV.j. Rincian AnggaranPaku 3 dan 5 cm @b1/4 kgCat 7 buah Lakban 1 buahKuas 2 buahBensin 1 literRpRpRpRpRp10.000,-112.000,-9.000,-7.000,-10.000,-

TotalRp148.000,-

k. Time ScheduleNoJenis KegiatanWaktuTempatP. Jawab

1.Perencanaan kegiatanJumat, 14 Agustus 2015Posko XLIVSeluruh anggota posko XLIV

2.Pertemuan dengan TOMAS, ORMAS, BPD & TOGA sekaligus Sosialisasi Sabtu, 15 Agustus 2015Rumah salah satu TOMASMahmud Rizal

3.Pelaksanaan KegiatanTanggal 18 sampai 19 Agustus 2015. Posko XLIVSeluruh anggota Posko XLIV

l. EvaluasiProgram ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya partisipasi dan bantuan sumber daya dari masyarakat setempat, dan kami dapat membuat tempat sampah percontohan sebanyak tiga buah.

m. Frame Work

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.MasyarakatIntervensiControlling And MonitoringPembuatan LaporanFKM UITn. Faktor Pendukung dan PenghambatAdapun faktor pendukung yang membantu kami dalam kegiatan intervensi ini, yaitu:1) Adanya kerjasama dan respon yang baik dari pemerintah setempat.2) Kepala Lingkungan dan masyarakat setempat yang telah memberikan bantuan sumber daya sehingga kegiatan intervensi fisik ini dapat terlaksana dengan baik.3) Masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang telah turut berpartisipasi dalam kegiatan intervensi fisik ini.Tidak ada faktor penghambat yang kami temukan dalam kegiatan intervensi fisik ini. B. Intervensi Non Fisik1. Penyuluhan Tentang Sampah a. Latar BelakangBerdasarkan hasil observasi, kami menemukan dari 235 kepala keluarga terdapat 27 kepala keluarga yang memiliki tempat pembuangan sampah dan 208 kepala keluarga yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Kondisi tempat pembuangan sampah tersebut semuanya terbuka. Penduduk yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah membuang sampahnya di saluran irigasi, kebun/sawah, dan sungai. Telah diketahui bahwa membuang sampah bukan pada tempatnya menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan masyarakat serta dapat mencemari lingkungan sekitar, bukan hanya pencemaran tanah, namun akan merambah ke pencemaran udara dan pencemaran air. Sehingga perlu ada suatu usaha intervensi dalam rangka bukan hanya merubah pengetahuan masyarakat tentang bahaya membuang sampah sembarangan namun lebih kepada perubahan perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya.b. Tujuan 1) Tujuan UmumMemberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya kepada kepala keluarga tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan dampak yang akan ditimbulkan jika membuang sampah di sembarang tempat. Sehingga dari usaha pembuatan tempat sampah percontohan ditambah dengan intervensi non fisik melalui penyuluhan diharapkan akan ada perubahan kebiasaan dari masyarakat yang tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat.2) Tujuan Khususa) Masyarakat memahami pengertian sampah.b) Masyarakat memahami jenis-jenis sampah.c) Masyarakat memahami masalah yang akan ditimbulkan jika tidak membuang sampah pada tempatnya.d) Masyaraat memahami cara pengolahan sampah sesuai dengan jenisnya.e) Masyarakat dapat menjalankan alternative solusi/pemecahan masalah yang diberikan pada saat penyuluhan.f) Masyarakat dapat mengetahui manfaat tempat sampah.g) Masyarakat dapat mengetahui jarak tempat pembuangan sampah dari rumah dan sumber air. c. MetodeMasyarakat Mattarodeceng yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, dan melakukan aktifitas di kebun/sawah mereka dari jam tujuh pagi sampai jam enam sore, sehingga sulit mengumpulkan masyarakat untuk diberikan penyuluhan pada satu tempat dan apabila masyarakat diundang, mereka lebih memilih untuk melakukan aktifitas masing-masing. Mengacu pada keadaan ini sehingga sistem yang digunakan dalam penyuluhan mengenai sampah ini adalah sistem door to door (DTD) dengan metode dua arah (two way method) ke masyarakat.d. SasaranSasaran dari intervensi penyuluhan mengenai sampah ini adalah masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng, khususnya kepala keluarga.e. TargetKami menargetkan 70% masyarakat yang diberikan penyuluhan mengetahui, memahami dan menyadari tentang sampah serta bahaya membuang sampah pada tempatnya.f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan1) Waktu PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 s.d. 19 Agutus 2015.

2) Tempat PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan di rumah-rumah masyarakat Mattarodeceng. g. Alat dan Bahan1) Kertas2) Pulpen3) Soal Pre test dan post testh. MateriSampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat ataupun cairan sebagai akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna. Sampah terbagi atas dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan penyusun hewan dan tumbuhan dan bisa diuraikan oleh bakteri pengurai, sisa makanan dan kertas juga termasuk ke dalam sampah organik, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tak terbaharui yang tidak bisa diuraikan oleh bakteri pengurai. Masalah yang ditimbulkan akibat sampah banyak sekali antara lain pencemaran lingkungan (lingkungan darat, lingkungan perairan dan lingkungan udara), menimbulkan bencana, merupakan sumber penyakit dan mengganggu pemandangan. Solusi yang bisa ditempuh adalah tanamkan pada diri bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, masalah yang berat akan terasa ringan jika dihadapi bersama, selama manusia hidup sampah akan selalu ada, jadi yang harus kita lakukan adalah mengolah dan memanfaatkannya (pembuatan pupuk kompos, dijadikan makanan ternak, didaur ulang dan dijadikan biogas) dan buanglah sampah pada tempatnya. i. Pelaksana KegiatanPenanggung Jawab: Mahmud RizalPemateri: Badriana Badawi Pembantu Kegiatan: Seluruh anggota posko XLIV.j. Time ScheduleNoJenis KegiatanWaktuTempatP. Jawab

1.Perencanaan kegiatanJumat, 14 Agustus 2015Posko XLIVSeluruh anggota posko XLIV

2.Pertemuan dengan TOMAS, ORMAS, BPD & TOGA sekaligus Sosialisasi Sabtu, 15 Agustus 2015Rumah salah satu TOMASMahmud Rizal

3.Pelaksanaan KegiatanTanggal 18 s.d. 19 Agustus 2015. Rumah-rumah masyarakat Dusun MattarodecengMahmud Rizal

k. EvaluasiKegiatan ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dari pemerintah setempat serta partisipasi dan kerjasama dari masyarakat setempat. Setelah diberikan penyuluhan, masyarakat menjadi mengerti dan paham akan pentingnya tempat pembuangan sampah (TPS) yang baik dan berhasil disuluh sebanyak 24 orang.l. Frame Work

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.MasyarakatIntervensiControlling And MonitoringPembuatan LaporanFKM UITm. Faktor Pendukung dan PenghambatAdapun faktor pendukung yang membantu kami dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:1) Dukungan dari pemerintah setempat dalam memberikan informasi tentang keadaan masyarakat.2) Partisipasi masyarakat yang antusias diberikan penyuluhan.Adapun faktor penghambat yang kami temukan dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:1) Banyak masyarakat yang tidak berada dirumah karena melakukan aktifitas masing-masing baik di kebun ataupun di sawah.2) Faktor komunikasi sebagian penduduk di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang kurang fasih dalam menggunakan dan memahami Bahasa Indonesia.n. Hasil Pre Test dan Post Test

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Sampah dari Pre Test dan Post Test di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten BulukumbaProvinsi Sulawesi SelatanTahun 2015

Tingkat Pengetahuan Mengenai SampahDusun Mattarodeceng

Pre TestPost Test

nPersentasenPersentase

Tidak Tahu62514,2

Tahu18752395,8

Jumlah2410024100

Sumber: Data Primer, 2015Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 24 masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang tahu mengenai sampah sebanyak 75% dan meningkat sebanyak 95,8% setelah diberikan penyuluhan mengenai sampah.2. Penyuluhan tentang Jamban Sehat a. Latar BelakangBerdasarkan hasil baseline data di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale diperoleh bahwa dari 235 kepala keluarga terdapat 191 kepala keluarga yang memiliki jamban dan 44 kepala keluarga yang tidak memiliki jamban. Meskipun sudah ada masyarakat yang memiliki jamban tapi kondisi jamban keluarga yang dimiliki masih belum memenuhi kriteria-kriteria jamban sehat yaitu saluran pembuangan tinja dialirkan ke saluran irigasi serta masih adanya masyarakat yang membuang tinja di sembarang tempat, sehingga masih memungkinkan vektor-vektor penyakit menjamah tinja di jamban tersebut dan menyebabkan penyakit di masyarakat.b. Tujuan 1) Tujuan UmumMemberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya kepada kepala keluarga tentang pentingnya memiliki jamban sehat. Sehingga mereka sadar dan dapat membuat jamban di rumahnya masing-masing sesuai dengan kriteria-kriteria jamban sehat serta tidak membuang tinja di sembarang tempat.2) Tujuan Khususa) Masyarakat memahami pengertian jamban.b) Masyarakat memahami jenis-jens jamban.c) Masyarakat memahami manfaat jamban.d) Masyarakat memahami syarat-syarat jamban yang sehat.e) Masyarakat terutama pemerintah setempat mengetahui cara membina masyarakat untuk memiliki dan menggunakan jamban yang sehat.c. MetodeMasyarakat Mattarodeceng yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, dan melakukan aktifitas di kebun/sawah mereka dari jam tujuh pagi sampai jam enam sore, sehingga sulit mengumpulkan masyarakat untuk penyuluhan di satu tempat dan apabila masyarakat diundang, mereka lebih memilih untuk melakukan aktifitas masing-masing. Mengacu pada keadaan ini sehingga sistem yang digunakan dalam penyuluhan mengenai jamban ini adalah sistem door to door (DTD) dengan metode dua arah (two way method) ke masyarakat.

d. SasaranSasaran dari intervensi penyuluhan mengenai jamban sehat ini adalah masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng, khususnya kepala keluarga.e. TargetKami menargetkan 70% masyarakat yang hadir di penyuluhan mengetahui, memahami tentang syarat jamban sehat serta mengaplikasikannya karena menyadari bahaya yang akan ditimbulkan jika tidak memiliki jamban sehat.f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan1) Waktu PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 sampai dengan 19 Agustus 2015.2) Tempat PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan di rumah-rumah masyarakat Mattarodeceng. g. Alat dan Bahan1) Kertas2) Pulpen3) Soal Pre test dan post testh. MateriJamban adalah suatu ruang yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban terdiri atas 3 jenis yaitu:1) Jamban leher angsaJamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian atau dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapnya. Jamban ini cocok untuk daerah yang cukup air dan padat penduduknya. 2) Jamban cemplung Jamban yang penampungannya berupa lubang yang befungsi menyimpan dan meresap cairan kotoran atau tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban ini cocok untuk daerah yang kesulitan air.3) Jamban plengsenganJamban ini, perlu air untuk menggelontorkan kotoran ke lubang jamban dan perlu penutup. Jamban terdiri dari 3 bagian, antara lain:1) Rumah Jamban (Bangunan Bagian Atas)Hal-hal yang perlu diperhatikan:a) Sirkulasi udara yang cukup b) Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar c) Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan)d) Kemudahan akses di malam hari e) Disarankan untuk menggunakan bahan lokal f) Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan 2) Slab/Dudukan Jamban (Bangunan Bagian Tengah)a) Terdapat penutup pada lubang sebagi pelindung terhadap gangguan serangga atau binatang lain.b) Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan (menghindari licin, runtuh, atau terperosok).c) Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.d) Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup. 3) Penampung Tinja (Bangunan Bagian Bawah)a) Daya resap tanah (struktur tanah)b) Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)c) Ketinggian permukaan air tanah d) Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)e) Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/kapasitas)f) Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal g) Bangunan yang permanen dilengkapi dengan mainholeFungsi jamban sehat ini selain untuk tempat pembuangan tinja juga dapat menghindarkan masyarakat dari berbagai penyakit. Sehingga, perlu upaya untuk membina masyarakat agar memiliki dan menggunakan jamban sehat, antara lain:1) Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta menggunakan jamban sehat dirumahnya 2) Melaporkan kepada pemerintah desa atau kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang belum memiliki jamban sehat 3) Bersama pemerintah desa atau kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.4) Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.5) Menggalang dunia usaha setempat untuk memberi bantuan dalam penyediaan jamban sehat6) Manfaatkan setiap kesempatan di desa atau kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnyamemiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui penyuluhan kelompok di Posyandu, pertemuan kelompok Despenggerak PKK, arisan, pengajian, pertemuan desa atau kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.7) Petugas kesehatan setempat memberikan bimbingan teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerah setempat.i. Pelaksana KegiatanPenanggung Jawab: Mahmud RizalPemateri: Badriana Badawi Pembantu Kegiatan: Seluruh anggota posko XLIV.j. Time ScheduleNoJenis KegiatanWaktuTempatP. Jawab

1.Perencanaan kegiatanJumat, 14 Agustus 2015Posko XLIVSeluruh anggota posko XLIV

2.Pertemuan dengan TOMAS, ORMAS, BPD & TOGA sekaligus Sosialisasi Sabtu, 15 Agustus 2015Rumah salah satu TOMASMahmud Rizal

3.Pelaksanaan KegiatanTanggal 18 sampai 19 Agustus 2015. Rumah-rumah masyarakat Dusun MattarodecengBadriana Badawi

k. EvaluasiKegiatan ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dari pemerintah setempat serta partisipasi dan kerjasama dari masyarakat setempat. Setelah diberikan penyuluhan, masyarakat menjadi mengerti dan paham akan pentingnya memiliki jamban sehat dan berhasil disuluh sebanyak 21 orang masyarakat Mattarodeceng.l. Frame Work

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.MasyarakatIntervensiControlling And MonitoringPembuatan LaporanFKM UITm. Faktor Pendukung Dan PenghambatAdapun faktor pendukung yang membantu kami dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:1) Dukungan dari pemerintah setempat dalam memberikan informasi tentang keadaan masyarakat.2) Partisipasi masyarakat yang antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.Adapun faktor penghambat yang kami temukan dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:1) Banyak masyarakat yang tidak berada dirumah karena melakukan aktifitas masing-masing baik di kebun ataupun di sawah.2) Faktor komunikasi sebagian penduduk di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang kurang fasih dalam menggunakan dan memahami Bahasa Indonesia.n. Hasil Pre Test dan Post TestTabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Jamban dari Pre Test dan Post Test di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau AleKabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2015

Tingkat Pengetahuan Mengenai Jamban Dusun Mattarodeceng

Pre TestPost Test

nPersentasenPersentase

Tidak Tahu29,500

Tahu1990,521100

Jumlah2110021100

Sumber: Data Primer, 2015Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 21 masyarakat di Dusun Mattarodeceng yang tahu mengenai jamban sehat sebanyak 90,5% dan meningkat sebanyak 100% setelah diberikan penyuluhan mengenai jamban sehat.3. Penyuluhan tentang Gizia. Latar BelakangBerdasarkan Berdasarkan hasil baseline data di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale diperoleh bahwa kami menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai gizi dari 235 kepala keluarga yang tahu tentang pengetahuan gizi 161 kepala keluarga dan tidak tahu sebanyak 74 kepala keluarga.1) Tujuan UmumMemberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya kepada ibu tentang pembentukan keluarga sadar gizi dan untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya mewujudkan suatu keluarga yang sadar gizi untuk mencegah terjadinya masalah-masalah gizi di dalam keluarga.2) Tujuan Khususa) Masyarakat memahami latar belakang pentingnya pembentukan keluarga sadar gizi.b) Masyarakat memahami apa itu keluarga sadar gizi.c) Masyarakat memahami dan mengaplikasikan contoh-contoh perilaku sadar gizi.d) Masyarakat memahami cara menuju keluarga sadar gizi.e) Masyarakat memahami resiko jika kekurangan gizi.b. MetodeMasyarakat Mattarodeceng yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, dan melakukan aktifitas di kebun/sawah mereka dari jam tujuh pagi sampai jam enam sore, sehingga sulit mengumpulkan masyarakat untuk penyuluhan di satu tempat dan apabila masyarakat diundang, mereka lebih memilih untuk melakukan aktifitas masing-masing. Mengacu pada keadaan ini sehingga sistem yang digunakan dalam penyuluhan mengenai gizi ini adalah sistem door to door (DTD) dengan metode dua arah (two way method) ke masyarakat.c. SasaranSasaran dari intervensi penyuluhan mengenai gizi ini adalah masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng , khususnya ibu ibu.d. TargetKami menargetkan 70% masyarakat yang diberikan penyuluhan mengetahui dan memahami tentang keluarga sadar gizi serta mengaplikasikannya karena menyadari betapa pentingnya membentuk suatu keluarga yang sadar gizi dan diharapkan agar masyarakat tersebut bisa menjadi masyarakat percontohan bagi masyarakat yang tidak sempat hadir di penyuluhan.e. Waktu dan Tempat Pelaksanaan1) Waktu PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 sampai 19 Agustus 2015.2) Tempat PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan di rumah-rumah masyarakat Mattarodeceng. f. Alat dan Bahan1) Kertas2) Pulpen3) Soal Pre test dan post testg. MateriFenomena gizi di Indonesia seperti 54% kematian bayi dan balita dilatarbelakangi oleh faktor gizi, kekurangan gizi menahun, KEK pada ibu hamil, anemia gizi pada Lansia serta gizi lebih pada penduduk kota menjadi alasan mengapa pembentukan Keluarga Sadar Gizi ini perlu untuk dicanangkan. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggotanya. Sasaran utamanya adalah keluarga karena pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga, masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan serta kebersamaan antarkeluarga dapat memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan Beberapa contoh perilaku sadar gizi antara lain:1) Memantau berat badan secara teraturAlasan perlunya memantau berat badan secara teratur, karena Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan, Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja dan Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya. 2) Makan beraneka ragamAlasan perlunya makan beraneka ragam, karena tubuh manusia memerlukan semua zat gizi (energi, lemak, protein, vitamin dan mineral) sesuai kebutuhan, Tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap kandungan zat gizinya dan mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung sumber energi, lemak, protein, vitamin dan mineral untuk menjamin pemenuhan kebutuhan gizi3) Hanya mengkonsumsi garam beryodiumAlasan perlunya mengkonsumsi garam beryodium adalah zat yodium diperlukan tubuh setiap hari, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) menimbulkan penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar gondok dan kandungan zat yodium dalam air dan tanah di beberapa daerah belum mencukupi kebutuhan4) Memberikan hanya ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulanAlasan perlunya memberikan hanya ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan yaitu ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat, ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan (ASI Eksklusif), Praktis karena lebih mudah diberikan setiap saat, Meningkatkan kekebalan tubuh bayi, Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.Cara menyusui secara ekslusif yaitu mulai memberikan ASI Segera setelah lahir sampai umur 2 tahun, jangan diberikan makanan lain sampai bayi berumur 6 bulan, berikan ASI melalui payudara kiri dan kanan bergantian setiap kali menyusui dan Ibu menyusui perlu minum dan makan lebih banyak dengan menu seimbang.5) Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkanAlasan perlunya mendapatkan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan yaitu Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk balita, zat besi untuk ibu dan yodium untuk penduduk di daerah endemis gondok, Suplementasi zat gizi (tablet, kapsul atau bentuk lain) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut dan Apabila kebutuhan zat-zat gizi tersebut dipenuhi dari pengkayaan makanan, maka suplementasi zat gizi dapat dihentikan secara bertahap.Indikator keluarga sudah sadar gizi, antara lain:1) Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak baik.2) Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada keluarga.3) Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium.4) Semua ibu memberikan hanya ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan.5) Semua balita dalam keluarga yang ditimbang naik berat badannya sesuai umur.6) Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga.Upaya menuju keluarga sadar gizi dapat ditempuh dengan jalan:1) Di tingkat keluargaa) Keluarga mencari informasi gizi yang tersedia secara terus menerus.b) Tukar pengalaman antar keluarga serta pendampingan oleh tokoh masyarakat dan petugas.c) Memanfaatkan fasilitas rujukan kompeten secara berjenjang yang terjangkau (posyandu, puskesmas dan rumah sakit).2) Di tingkat pemerintaha) Setiap sektor akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan dan gizi.b) Setiap sektor mempertimbangkan aspek kesehatan dan gizi dalam merumuskan kebijakan sektor.c) Setiap sektor menyediakan sumber daya untuk perbaikan kesehatan dan gizi masyarakat.3) Di tingkat masyarakata) Terbentuknya kelompok masyarakat yang mendukung upaya menuju KADARZI (LSM, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, PKK, kelompok budaya, organisasi profesi, organisasi wanita, pengusaha) b) Setiap kelompok akses terhadap informasi gizi dan informasi sistem pelayanan gizi.c) Sekurangnya terdapat kader di masing-masing kelompok.d) Setiap kelompok aktif menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan sumber daya kesehatan dan gizi.h. Pelaksana KegiatanPenanggung Jawab: Mahmud RizalPemateri: A. Firman Pembantu Kegiatan: Seluruh anggota posko XLIV.i. Time ScheduleNoJenis KegiatanWaktuTempatP. Jawab

1.Perencanaan kegiatanJumat, 14 Agustus 2015Posko XLIVSeluruh anggota posko XLIV

2.Pertemuan dengan TOMAS, ORMAS, BPD & TOGA sekaligus Sosialisasi Sabtu, 15 Agustus 2015Rumah salah satu TOMASMahmud Rizal

3.Pelaksanaan KegiatanTanggal 18 sampai 19 Agustus 2015. Rumah-rumah masyarakat Dusun MattarodecengA. Firman

j. EvaluasiKegiatan ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dari pemerintah setempat serta partisipasi dan kerjasama dari masyarakat setempat. Setelah diberikan penyuluhan, masyarakat menjadi mengerti dan paham akan pentingnya pengetahuan gizi dan berhasil disuluh sebanyak 20 orang. k. Frame Work

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.MasyarakatIntervensiControlling And MonitoringPembuatan LaporanFKM UITl. Faktor Pendukung Dan PenghambatAdapun faktor pendukung yang membantu kami dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:1) Dukungan dari pemerintah setempat dalam memberikan informasi tentang keadaan masyarakat.2) Partisipasi masyarakat yang antusias diberikan penyuluhan.Adapun faktor penghambat yang kami temukan dalam kegiatan intervensi non fisik ini, yaitu:1) Banyak masyarakat yang tidak berada dirumah karena melakukan aktifitas masing-masing baik di kebun ataupun di sawah.2) Faktor komunikasi sebagian penduduk di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang kurang fasih dalam menggunakan dan memahami Bahasa Indonesia.m. Hasil Pre Test dan Post Test

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Gizi dari Pre Test dan Post Test di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2015

Tingkat Pengetahuan Mengenai GiziDusun Mattarodeceng

Pre TestPost Test

nPersentasenPersentase

Tidak Tahu1575,015

Tahu525,01995

Jumlah20100,020100

Sumber: Data Primer, 2015Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 20 masyarakat di Dusun Mattarodeceng yang tahu mengenai gizi sebanyak 25% dan meningkat sebanyak 95% setelah diberikan penyuluhan mengenai gizi.C. Program Tambahan Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) a. Latar BelakangMasa anak-anak adalah masa kebebasan bagi si anak. Anak bebas melakukan apa saja yang dia inginkan tanpa menghiraukan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Pada masa ini anak-anak belum mampu mengurusi dirinya sendiri didukung oleh pengawasan orang tua yang sudah agak longgar, tidak seketat pada waktu mereka masih bayi dan balita. Sehingga, anak pada usia-usia sekolah dasar, personal hygine-nya tidak terawat. Dengan keadaan seperti ini, anak-anak akan beresiko menderita penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rendahnya personal hygine seperti cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Padahal sebenarnya, anak-anak pada usia sekolah dasar memasuki usia emas dimana pada usia ini anak mudah mengadopsi sesuatu yang baru, baik positif maupun negatif. Jadi, seharusnya pada usia-usia seperti itu anak-anak diajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik terutama yang berhubungan dengan kesehatannya. Untuk itulah, mengingat program wajib semuanya sudah terlaksana namun waktu luang masih ada maka kami mengadakan program tambahan dengan melakukan penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan harapan anak-anak membudayakan PHBS sejak dini di mulai dari sekolah dan berlanjut sampai ke rumah. Penyuluhan ini dirangkaikan Lomba Cerdas Cermat dengan tema kesehatan agar anak-anak lebih memahami dan bersemangat untuk membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.b. Tujuan1) Tujuan UmumMemberikan pemahaman kepada sasaran yaitu siswa sekolah dasar tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat baik di sekolah, di rumah dan di lingkungan serta dampak yang akan ditimbulkan jika tidak berperilaku hidup bersih dan sehat dengan harapan mereka menerapkan/ membudayakan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.2) Tujuan Khususa) Sasaran memahami apa itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.b) Sasaran memahami jenis-jenis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.c) Sasaran memahami penyakit-penyakit yang bisa diderita jika tidak melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.d) Sasaran mengaplikasin Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari.c. MetodeMetode yang digunakan dalam penyuluhan mengenai PHBS ini adalah metode dua arah dan tanya jawab antara pemateri (mahasiswa) dengan penerima materi (siswa sekolah dasar). d. SasaranSasaran dari intervensi penyuluhan mengenai PHBS ini adalah siswa-siswa SD 246 Bontomanai yang bangunan sekolahnya terletak di Dusun Mattarodeceng. e. TargetKami menargetkan 80% anak-anak yang hadir di penyuluhan mengetahui dan memahami tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta mengaplikasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di kehidupan sehari-hari.f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan1) Waktu PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Agustus 2015.2) Tempat PelaksanaanKegiatan ini dilaksanakan di SDN 246 Bontomanai.

g. Alat dan Bahan1) Sikat gigi 2) Pasta gigi3) Air 4) Baskom h. MateriPHBS adalah semua perilaku/kebiasaan yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesehatan baik perorangan maupun masyarakat.Jenis-jenis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, antara lain:1) Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun. Ada lima waktu penting untuk mencuci tangan yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan. Cara mencuci tangan yang baik dan benar harus mengikuti langkah-langkah berikut:a. Telapak dengan telapakb. Telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak tangan kiri di atas punggung tangan kanan.c. Telapak dengan telapak dan jari-jari saling bersilangan.d. Letakkan punggung jari pada telapak yang satunya dengan jari saling menggenggam.e. Membersihkan seluruh jari-jari tangan satu per satu dengan menggenggam dan dengan gerakan memutar.f. Membersihkan pergelangan tangan.2) Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi dan memakan makanan bergizi. 3) Memasak air untuk minum.4) Mencuci dan memasak makanan sebelum dimakan.5) Mandi 2 kali sehari dan menggosok gigi setiap selesai makan.6) Memotong dan membersihkan kuku tiap minggu.7) Minum obat cacing 6 bulan sekali.8) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. 9) Memakai alas kaki bila berjalan di tanah. 10) Memakai sarung tangan bila bersentuhan dengan ternak/binatang. 11) Menutup makanan ketika selesai makan.12) Buang air besar dan buang air kecil di WC. 13) Membuang sampah pada tempat sampah. 14) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.15) Melakukan olahraga setiap hari. 16) Jajan di kantin sekolah yang sehat. 17) Tidak merokok.18) Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin. 10 tanda anda anak sehat, antara lain:1) Bertambah umur, bertambah berat, bertambah tinggi.2) Postur tubuh tegap dan otot padat.3) Rambut berkilau dan kuat.4) Kulit dan kuku bersih, tidak pucat.5) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar.6) Gigi bersih dan gusi merah mudah.7) Nafsu makan baik dan BAB secara teratur.8) Bergerak aktif dan berbicara lancer sesuai umur.9) Penuh perhatian dan bereaksi aktif.10) Tidur nyenyak.i. Pelaksana KegiatanPenanggung Jawab: Mahmud RizalModerator: Aloysius GolanPemateri: Martinus TediwijayaPembantu Kegiatan: Seluruh anggota posko XLIV j. Rincian DanaSabun mandi cairPasta gigi 3 buah: Rp: Rp17.000,-36.000,-

Total: Rp53.000,-

k. Time ScheduleNoJenis KegiatanWaktuTempatP. Jawab

1.Perencanaan kegiatanJumat, 14 Agustus 2015Posko XLIVSeluruh anggota posko XLIV

2.Pertemuan dan sosialisasi dengan kepala sekolahKamis, 14 Agustus 2015SDN 246 BontomanaiMahmud Rizal

3.Pelaksanaan KegiatanKamis, 20 Agustus 2015. SDN 246 BontomanaiMartinus Tediwijaya

l. EvaluasiKegiatan ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya respon baik dari kepala sekolah SDN 246 Bontomanai dan para guru serta siswa yang antusias mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. m. Frame Work

Pertemuan dengan Pemda, ORMAS, TOMAS dan TOGA.MasyarakatIntervensiControlling And MonitoringPembuatan LaporanFKM UIT

n. Faktor Pendukung dan PenghambatAdapun faktor pendukung yang membantu kami dalam kegiatan ini, yaitu:1) Respon baik dari kepala sekolah dan guru-guru SDN 246 Bontomanai.2) Siswa-siswa SDN 246 Bontomanai antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir.Adapun faktor penghambat yang kami temukan dalam kegiatan intervensi ini, yaitu: Suasana terik matahari yang menyengat membuat siswa-siswa tidak betah karena mereka dikumpulkan dilapangan sekolah, namun hal tersebut bisa diatasi dengan kerjasama seluruh anggota posko XLIV Dan guru pendidik yang berpencar untuk menenangkan peserta.

52

BAB VI

PENUTUP

A. KesimpulanIntervensi yang berhasil dilaksanakan pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II di Lingkungan Dusun Mattarodeceng oleh Posko XLIV berdasarkan prioritas masalah meliputi:1. Intervensi Fisika. Pembuatan Tempat SampahTempat sampah percontohan dibuat sebanyak tiga buah. Tempat sampah ini diletakkan di tiga tempat strategis di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yaitu di kantor Desa Bontomanai, di rumah salah satu TOMAS, dan pasar Bontomanai.2. Intervensi Non Fisika. Penyuluhan tentang masalah sampah Dari 24 masyarakat di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai yang diberikan penyuluhan yang tahu mengenai sampah sebanyak 75% dan meningkat sebanyak 95,8% setelah diberikan penyuluhan mengenai sampah.b. Penyuluhan tentang jamban sehat53

Dari 21 masyarakat di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai yang mengikuti penyuluhan yang tahu mengenai

jamban sehat sebanyak 90,5% dan meningkat sebanyak 100% setelah diberikan penyuluhan mengenai jamban sehat.c. Penyuluhan tentang giziDari 20 masyarakat di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai yang mengikuti penyuluhan yang tahu mengenai gizi sebanyak 25% dan meningkat sebanyak 95% setelah diberikan penyuluhan mengenai jamban sehat.3. Program tambahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi siswa SDN 246 Bontomanai.B. SaranSetelah melakukan program intervensi berdasarkan dari prioritas masalah masyarakat di Lingkungan Dusun Mattarodeceng yang diidentifikasi pada PBL I, maka kami mengharapkan kerja sama dari semua pihak yang terkait dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di Lingkungan Dusun Mattarodeceng , antara lain:1. PemerintahKami mengharapkan agar pemerintah daerah (tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda) terus melakukan survei dan observasi terhadap status kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkait dengan masalah kesehatannya serta lebih meningkatkan lagi program-program yang pro rakyat dan merujuk kepada program yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan.2. MasyarakatKami mengharapkan agar masyarakat sadar dan mau mengenal masalahnya serta peduli dalam bentuk lisan dan tindakan akan masalah yang tengah dihadapi terkait dengan masalah kesehatan serta lebih memperhatikan lingkungannya mulai dari dalam diri, keluarga dan tempat tinggal dengan membangun kesadaran dan merubah sikap, perilaku serta kebiasaan untuk tidak mencemari lingkungan yang dampaknya akan dirasakan di hari esok oleh anak cucu kita.3. MahasiswaSebagai penerus yang dituntut untuk mengabdi pada masyarakat dengan semangat loyalitas, integritas dan kreativitas serta semangat juang yang tinggi, maka marilah kita sebagai mahasiswa bersama-sama membantu masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan dan menekan angka kesakitan sesuai dengan orientasi kita, yaitu upaya preventif dengan kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki. Bekerjalah untuk masyarakat.Demikian laporan hasil kegiatan PBL II di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi-Selatan mulai tanggal 13 s.d. 23 Agustus 2015 yang dilakukan oleh mahasiswa PBL II Angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar.

56

DAFTAR PUSTAKAAlmatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Kesehatan RI. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). 2004. Jakarta: Depkes RI.

Notoatmodjo, Soekidjo, Prof., DR., S.K.M., M.CSom.H. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Pengelola PBL. 2008. Pedoman Pelaksanaan PBL. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat UIT.

Nur Wahidah. 2010. Pengolahan Air Untuk Keperluan Sehari-hari Agar Memenuhi Syarat Kesehatan. http//:[email protected]. [Online], diakses tanggal 20 Agustus 2015.

Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. http//:[email protected]. [Online], diakses tanggal 20 Agustus 2015.