Upload
hoshi-no-hikari-pardi
View
177
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENYAKIT PADA IKAN YANG DISEBABKAN OLEH PARASIT
( Laporan Praktikum Penyakit Parasit Organisme Akuatik )
Oleh
Puji Lestari
1214111051
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Puji Lestari
NPM : 1214111051
Jurusan : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
Judul Praktikum : Penyakit Pada Ikan Disebabkan oleh Parasit
Tempat Praktikum : Laboratorium Perikanan
Kelompok : 3 (Tiga)
Bandar Lampung,13 April 2014
Mengetahui
Melinda Oktaviani
1114111034
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya
perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan
kematian ikan maupun udang budidaya. Berdasarkan penyebabnya, penyakit
pada ikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyakit infeksi dan penyakit
non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi patogen ke dalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan
dapat beruapa virus, bakteri, parasit dan jamur. Sedangkan penyakit non-
infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen
misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan
cacat secara genetik.
Parasit hidup dalam berbagai macam lingkungan, baik dibagian eksternal
inang (contoh: kulit, sirip, insang), parasit ini dikenal sebagai ectoparasit.
Sedangkan parasit yang hidup di bagian internal (saluran pencernaan, mata,
otak), parasit ini dikenal sebagai endoparasit. Macam-macam parasti
berdasarkan jenisnya :
a. Protozoa : merupakan hewan mikroskopik bersel tunggal, memiliki
struktur tubuh yang khusus untuk pergerakan, mencari makanan,
penempelan pada inang, dan untuk perlindungan dari musuh.
b. Tremaoda atau cacing pipih : ada dua jenis trematoda yaitu Monogena
dan digenea. Monogena adalah cacing pipih yang hidup didaerah
permuakaan tubuh (eksternal) dan berkembangbiak pada inang yang
sama. Sedangkan Digenea merupakan cacing pipih parasit ikan yang
hidup di daerah internal ikan dan membutuhkan dua atau lebih inang
untuk melengkapi siklus hidupnya.
c. Cestoda atau cacing pita : biasanya hidup di dalam organ-organ internal
atau dalam saluran pencernaan.
d. Acanthocephala atau cacing dengan kepala berduri : memiliki panjang
sekitar 10 mm, berbentuk silindris, memiliki semacam belalai dibagian
anterior yang dilengkapi dengan pengait.
e. Nematoda atau cacing gelang : larva biasanya ditemukan dalam kista
dalam organ-organ internal. Sedangkan cacing dewasa biasanya
ditemukan dalam usus dan beberapa kasus ditemukan terbungkus
dibawah kulit.
f. Lintah : merupakan ektoparasit yang menghisap darah inangnya.
g. Crustacea : merupakan crustacea kecil yang dapat menempel pada
daging, insang atau mulut.
I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang
menyerang pada ikan.
I.3 Manfaat Praktikum
a. Mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi parasit pada ikan.
b. Mengetahui jenis parasit dan organ ikan yang terserang parasit.
c. Mengetahui tanda klinis ikan yang terserang parasit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Biologis Ikan Sampel
Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan
air tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang
senang tinggal diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam,
rawa, telaga, danau serta waduk (Djuhanda, 1981; Rusdi, 1988).
Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labirintichi
Subordo : Anabantoide
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus gouramy (Susanto, 1989)
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak
terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor
membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang
yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari
panjang standar.
Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8
sampai 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat
(Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, 2002).
Gurame juga memiliki bentuk fisik khas badannya pipih, agak panjang dan
lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya
kecil, letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat
menonjol sedikit dibandingkan bibir atas. Ujung mulut dapat disembulkan
sehingga tampak monyong.
Penampilan gurame dewasa berbeda dengan yang masih muda. Perbedaan
itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi.
Warna dan perilaku gurame muda jauh lebih menarik dibandingkan gurame
dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2001).
Sedangkan pada ikan muda terdapat delapan buah garis tegak. Bintik gelap
dengan pinggiran berwarna kuning atau keperakan terdapat pada bagian tubuh
diatas sirip dubur dan pada dasar sirip dada terdapat bintik hitam (Susanto,
2001)
Ikan gurame tergolong dalam ordo Labirynthici yang memiliki alat pernapasan
tambahan yang disebut labirin, yaitu lipatan-lipatan epitelium pernapasan yang
merupakan turunan dari lembar insang pertama, sehingga ikan dapat mengambil
oksigen langsung dari udara. Adanya alat pernapasan tambahan ini
memungkinkan ikan gurami dapat hidip dalam perairan yang kadar oksigennya
rendah (Departemen pertanian, 1999).
II.2 Parasit
Ikan dikatakan sakit apabila terjadi gangguan/kelainan baik secara anatomi
maupun fisiologinya.Timbulnya serangan penyakit di kolam merupakan hasil
interaksi yang tidak serasi antara ikan kondisi lingkungan dan organisme
penyakit.interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan
akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Sumber penyakit ikan yang sering
menyerang ikan di dalam kolam terdiri dari beberapa kelompok, yaitu hama,
parasit dan non parasit. Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit
umumnya menimbulkan kerugian cukup besar (Afrianto,1992).
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi
yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab dan
terbagi atas 2 kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal ) dan luar
(eksternal) . Penyakit internal meliputi genetic, sekresi internal, imunodefesiensi,
saraf dan metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi penyakit pathogen
(parasit, jamur, bakteri , virus) dan non pathogen (lingkungan dan nutrisi )
(Sutedjo, 2000)
Parasitisme adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu tinggal,
berlindung atau maka di atau dari individu lainnya yang disebut inang, selama
hidupnya atau sebagian dari masa hidupnya.
Bagi parasit, inang adalah habitatnya sedangkan mangsa bagi predator bukan
merupakan habitatnya, selain itu pada umumnya parasit memerlukan suatu
individu inang bagi pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu sampai
dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator
memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya (Anonim, 2010).
Menurut Widyastuti et al. (2002) dalam Purbomartono (2011), parasit
dapat dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah
parasit yang hidup diluar tubuh inang atau di dalam liang-liang kulit yang
mempunyai hubungan dengan luar kulit sedangkan endoparasit adalah parasit
yang hidup dibagian dalam tubuh ikan seperti hati, limpa otak dan dalam sistem
pencernaan, sirkulasi darah, pernapasan, dalam rongga perut, daging, otot dan
jaringan tubuh lainnya.
Penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang disebabkan
oleh protozoa, helminthes (cacing), dan crustacea (udang-udangan). Parasit
protozoa yang dilaporkan menyerang ikan air tawar antara lain meliputi Costia,
Chilodonella, Trichodina, Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus dan Myxosoma
cerebralis. Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing dapat dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok besar yaitu Platyhelminthes, Nematoda, dan Acanthocephala. Di
Indonesia dikenal antara lain 2 genus dari kelas Trematoda yang banyak
ditemukan menyerang ikan air tawar yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus.
Walaupun masih ada jenis-jenis lain namun kedua jenis cacing tersebut di atas
yang paling sering ditemukan pada ikan (Anonim, 2011).
2.3 Gejala Ikan yang Terjangkit Parasit
Tanda-tanda dari ikan yang telah terkena serangan penyakit atau parasit
adalah ikan terlihat pasif, lemah dan kehilangan keseimbangan, nafsu makan
mulai berkurang,malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air,
adakalanya ikan bergerak secara cepat dan tiba-tiba, selaput lendimya
berangsur-angsur berkurang atau habis, sehingga tubuh ikan tidak licin lagi
(kesat), pada permukaan tubuh ikan terjadi pendarahan, terutama dibagian dada,
perut atau pangkal ekor; di beberapa bagian tubuh ikan, sisiknya tampak rusak
bahkan terlepas. Sering pula terlihat kulit ikan mengelupas, sirip dada, punggung
maupun ekor sering di jumpai rusak dan pecah-pecah, pada serangan yang lebih
hebat kadang-kadang hanya tinggal jari-jari siripnya saja, insang terjadi rusak
sehingga ikan sulit untuk bernafas, wama insang menjadi keputih-putihan atau
kebiru-biruan dan bagian isi perutnya terutama hati, berwarna kekuning -
kuningan dan ususnya menjadi rapuh (Sustri, 2011).
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi
3 golongan yaitu:
1. Penyakit atau parasit pada kulit.
Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah
dapat dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka
dengan mudah dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil
harus di identifikasi dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan
mengamati akibat yang timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut
Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya
akan menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga
sering kali menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
sekunder (Sachlan, 2002).
2. Penyakit atau parasit pada insang.
Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk
bernafas. Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup
dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang
menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada
insang yang menandakan telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat
bintik putih pada insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit
kecil yang menempel (Sachlan, 2002).
3. Penyakit atau parasit pada organ dalam
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-
alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan
berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ
dalamnya memiliki perut yang sangat kurus(Sachlan, 2002).
Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi
pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung
renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga
gerakan berenangnya jungkir balik tidak terkontrol (Sachlan, 2002).
III. METODELOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini telah dilaksanakan pada hari jum’at, 11 April 2014
pukul 15.00 – 17.00 WIB di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
III.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu mikroskop, masker, alat bedah, botol
film, formalin, kertas label dan ikan sakit.
III.3 Cara Kerja
1. Koleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan
ikan), kolam budidaya, dan tambak.
2. Untuk ikan yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika
dikolam yang menunjukkan gejala normal.
3. Koleksi parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.
4. Bedah ikan dan koleksi parasit di bagian internal: usus, ginjal,
jantung,lendi dan hati.
5. Amati parasit dibawah mikroskop.
6. Identifikasi parasit.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan (Data Kelas)
Data hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
Kel Ikan Parasit yang
Ditemukan
Gambar Keterangan
(Tempat
Ditemukan)
1. Lele Cacing
Gilig
Nematoda
(2)
Ginjal
(Endoparasit)
Usus
(Endoparasit)
2. Mas Nematoda Ginjal dan
hati
(Endoparasit)
3. Gurami Nematoda
Kyorridae
Usus
(Endoparasit)
Lendir
pada sisik
(Ektoparasit)
4. Manfish Nematoda
Lintah
Sisik dan
Mulut
(Ektoparasit)
Sisik
(Ektoparasit)
5. Tongkol Trematoda Usus dan
Ginjal
(Endoparasit)
6. Kembung Cacing
Gilik
Nematoda
Ginjal
(Endoparasit)
Usus,
(Endoparasit)
Jantung,
(Endoparasit)
Hati.
(Endoparasit)
7. Udang - -
8. Komet - -
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang didapat di atas, dapat diketahui bahwa parasit yang menyerang
ikan yaitu eksoparasit dan endoparasit. Pada ekto parasit bagian tubuh yang
terserang diantaranya lendir, sisik dan mulut. Sedangkan untuk endoparasit yaitu
ada di bagian usus, jantung, ginjal dan hati. Parasit yang berhasil diidentifikasi
ialah Cacing gilik, lintah, nematoda, kroyiidae dan trematoda.
4.2.1 Siklus Hidup Parasit
Ciri-ciri cacing Nemathelminthes antara lain:
a. Berbentuk bulat panjang, berukuran kecil dan mengkilat
b. Hidup di perairan tawar, parairan latu, di tanah, dan sebgai parasit di tubuh
manusia, hewan, dan tumbuhan
c. Termasuk hewan triploblastik
d. Sistem pencernaan makanan berupa mulut , kerongkongan, usus, dan anus
e. Respirasi secara difusi di seluruh permukaan tubuh
f. Ukuran tubuh wanita lebih besar daripada ukuran tubuh jantan
g. Reproduksi secara seksual
Nematoda memiliki kutikula tubuh yang transparan, mempunyai mulut dan
lubang ekskresi, alat reproduksi pada jantan dengan testis dan betina dengan
ovarium. Umur cacing pada umumnya mencapai 10 bulan. Nematoda dapat
dijumpai di darat, air tawar, dan air laut, dari daerah kutub hingga daerah tropis.
Hidupnya ada yang bebas, namun ada pula yang parasit pada manusia, hewan,
dan tumbuhan. Cacing ini tidak memiliki sistem peeredaran darahy dan jantung,
tetapi tubuhnya mengandung cairan semacam darah yang dapat merembes ke
bagian tubuh aakibat kontraksi tubuh. Bentuk tubuhnya gilik panjang dengan
simetri bilateral. Tubuhnya tidak dilapisi silia dan tidak bersegmen.
Nematoda memiliki siklus hidup yang rumit, berbeda-beda tergantungpada
spesies (Yanong 2008) dan melibatkan inang antara invertebrata.
Organismeyang mengandung stadium dewasa kelamin dari cacing nematoda ini
dikenalsebagai induk semang definitif, sedangkan organisme yang hanya
dibutuhkanuntuk melengkapi siklus hidup cacing ini tetapi tidak mengandung
stadiumdewasa kelamin cacing dikenal sebagai induk semang antara (Yanong
2008). Noga (1996) menyatakan bahwa ikan merupakan induk semang antara
sekaligusinduk semang definitif bagi perkembangan cacing nematoda. Secara
umum, didalam tubuh ikan, cacing nematoda memiliki lima stadia dalam siklus
hidupnyayang dipisahkan oleh empat kali pergantian kulit (moulting) (Buchmann
&Bresciani 2001).
Yanong (2008) membagi siklus hidup nematoda menjadi duakategori utama,
yaitu siklus hidup langsung dan tidak langsung. Siklus hiduplangsung, dimana
ikan bertindak sebagai induk semang definitif baginematoda dan tidak diperlukan
induk semang antara sehingga infeksi dapatlangsung disebarkan secara
langsung dari satu ikan ke ikan lain melalui telur ataularva infektif yang termakan.
Beberapa cacing nematoda memiliki kemampuan bertahan hidup padaorganisme
alternatif atau yang lebih dikenal sebagai induk semang paratenik( (Yanong
2008). Induk semang ini tidak dibutuhkan untukmelengkapi siklus hidup cacing
tetapi dapat mengandung stadium infektifnematoda dan menjadi sumber infeksi
bagi organisme lain. Induk semangparatenik dapat berupa ikan, cacing atau
organisme air lainnya yang memakantelur atau larva infektif nematoda.
4.2.3 Pencegahan
Cara pertama untuk mencegah adanya parasit yang akan menyerang ikan
adalah mempersiapkan lahan yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan.
Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira
selama tiga minggu sampai dasar kolam retak-retak. Pengapuran digunakan
untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit.
Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan
fitoplankton sebagai pakan alami. Kemudian Menjaga kualitas air pada saat
pemeliharaan. untuk itu dapat dilakukan treatment probiotik secara teratur 0,3
ppm setiap hari. Probiotik akan mendegradasikan bahan organik, menguraikan
gas beracun dan menekan pertumbuhan bakteri merugikan penyebab timbulnya
bakteri. Dan eningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekekbalan non spesifik
dengan aplikasi imunostimulant secara teratur seperti vitamin, glukan, dan
pemberian probiotik (Anonim, 2014).
4.2.4 Efek Negatif / Kerugian
Serangan parasit pada ikan menimbulkan dampak negatif yang cukup tinggi.
Apabila tidak ditangani segera tidak tertutup kemungkinan terjadi infeksi
sekunder oleh patogen lain seperti bakteri dan virus misalnya melalui luka yang
ditimbulkan olehnya.
4.2.5 Kegagalan pada saat praktikum
Kegagalan pada saat praktikum disebkan karena sulitnya mencari organ tubuh
internal pada sampel udang, jadi sulit untuk menemukan parasit. Juga dapat
dikarenakan sampel ikan yang di bawa dalam keadaan sehat.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit parasit yang paling banyak ditemukan hampir di semua sampel
adalah parasit dari jenis Nematoda,
2. Ektoparasit yang ditemukan adalah dari jenis Kroyerridae yang ditemukan
di Sisik / lendir pada ikan gurame, dan nematoda pada manfish,
3. Pada udang dan ikan komet, tidak ditemukan adanya parasit. Hal ini
dapat disebabkan karena keadaan ikan yang masih sehat.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan adalah adanya ketelitian pada saat membawa
sampel ikan karena sampel ikan yang akan di amati harus dalam keadaan sakit
dan adanya kehati-hatian pada saat pengamatan di bawah mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anonim. 2002. Informasi Teknik Perikanan. Balai Budidaya Air Tawar
Sukabumi. Sukabumi
Anonim, 2010. Parasit. http://pengertian.blogspot.com/. Diakses pada 13
April 2014 .
Anonim. 2011. Penegobatan Herbal pada Penyakit Ikan. http://comunity-
development.blogspot.com/2011/08/pengobatan-herbal-pada-penyakit-
ikan.html. Diakses tanggal 12 April 2014.
Anonim, 2014 http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/c/35/PENCEGAHAN-
DAN-PENGOBATAN-PENYAKIT-PADA-BUDIDAYA-IKAN/?category_id=2
Diakses pada tanggal 13 April 2014 Pukul 13.21
Buchmann K & Bresciani J. 2001. An Introduction to Parasitic Diseases of
Freshwater Trout. Denmark: DSR Publisher.
Departemen Pertanian. 1986. Budidaya Gurami. Balai Informasi Pertanian
Jawa Barat. Bandung.
.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung
.
Rusdi, T. 1988. Usaha Budidaya Gurami. Simplek, Jakarta. 73 pp.
Sachlan, M.2002. Penyakit Ikan. IPB-Press. Bogor
Sitanggang, M. dan Sarwono, B. 2001. Budidaya Gurami (Edisi Revisi).
Penebar Swadaya. Jakarta
.
Susanto, Heru. 1989. Budidaya Ikan Gurame. Penebar swadaya. Jakarta.
Sustri, Losita. 2011. Laporan Parasit dan Penyakit Ikan.
http://lositasustri.blogspot.com/2011/05/laporan-parasit-dan-penyakit-
ikan.html. Diakses 13 April 2014.
Sutedjo, 2000. Parasit dan Penyakit. Tirta Jaya : Bandung
Yanong, 2008. Penyakit pada Berbagai Jenis Ikan. Rineka Cipta : Jakarta