Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PEREKONOMIAN
Provinsi Papua Barat
AGUSTUS 2019
Foto: Wayag, Andree, Des ‘18
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmat dan karuniaNya, sehingga Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat
Periode Agustus 2019 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat ini mengulas perkembangan
terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan
ekonomi, keuangan daerah, inflasi, stabilitas keuangan daerah, sistem pembayaran,
indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahun
berjalan. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi
yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan,
masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian
terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat.
Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja
perekonomian Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 tercatat tumbuh negatif
atau terkontraksi sebesar -0,50% (yoy). Turunnya pertumbuhan ini terutama
disumbang oleh rendahnya realisasi konsumsi pemerintah dan minimnya ekspor luar
negeri. Dari sisi lapangan usaha (LU), belum membaiknya kinerja LU utama Industri
Pengolahan dan Pertambangan menjadi penyebab utama pertumbuhan pada triwulan
ini.
Sementara itu, tekanan inflasi Papua Barat pada triwulan II 2019 tercatat
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Papua Barat yang
dihitung dari pergerakan harga di Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong tercatat
sebesar 1,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
berada pada level 3,48% (yoy). Menurunnya laju inflasi ini terutama dipengaruhi oleh
penurunan tekanan inflasi kelompok bahan makanan.
Stabilitas keuangan daerah Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 masih
terjaga, terutama dari ketahanan rumah tangga. Kinerja korporasi menunjukkan
perlambatan seiring turunnya kinerja LU utama dan meningkatnya impor luar negeri
walaupun dapat ditahan oleh konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit rumah
tangga. Risiko kredit pada sektor korporasi dan UMKM masih terjaga dan masih
berdampak minimal pada sistem keuangan. Dari sisi sektor rumah tangga, tingkat
konsumsi masyarakat yang masih tinggi, perilaku berutang masih normal, dan risiko
kredit masih terjaga.
Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi Papua Barat pada tahun 2019
lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2018 yang tercatat sebesar 6,24% (yoy).
Perlambatan ini disebabkan oleh kinerja produksi LNG yang tidak sekuat tahun lalu
sebagai pengaruh maintenance fasilitas train I LNG Tangguh Papua Barat selama
semester I 2019. Selain itu, adanya faktor base effect dari tingginya pertumbuhan pada
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 ii
tahun 2018 juga berandil pada pertumbuhan di tahun ini. Di sisi lain, tekanan inflasi
pada tahun 2019 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2018
yang tercatat sebesar 5,21% (yoy). Hal ini akan ditopang oleh lebih terjaganya pasokan
seiring upaya perbaikan distribusi dan sudah sangat tingginya (base effect) tarif
angkutan udara pada akhir tahun 2018.
Kesimpulan di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan
informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-
hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Barat juga berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Papua Barat dan
dinas-dinas terkait, BPS Papua Barat, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan
akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah
membantu penyusunan buku ini.
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak
yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah
penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk
penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima
kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data
dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di
masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada
kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Manokwari, 30 Agustus 2019
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA BARAT
ttd
S. Donny H. Heatubun
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... viii
KETERANGAN DAN SUMBER DATA .......................................................................... x
TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... xii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................. 1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ........................................ 7
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................................. 7
1.1.1. Sisi Pengeluaran ........................................................................... 10
1. Konsumsi Rumah Tangga ....................................................... 11
2. Konsumsi Pemerintah ................................................................ 12
3. Investasi ................................................................................... 14
4. Perkembangan Ekspor ............................................................... 16
5. Perkembangan Impor ............................................................... 19
1.1.2. Sisi Lapangan Usaha: Lapangan Usaha Utama Daerah ..................... 20
1. Lapangan Usaha Industri Pengolahan ......................................... 20
2. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian ......................... 22
3. Lapangan Usaha Konstruksi ....................................................... 24
4. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ............... 25
BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH 29
2.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ..................................................... 29
2.2. Realisasi APBD Provinsi Papua Barat Triwulan II 2019 ................................ 30
2.2.1. Penyerapan Pendapatan Triwulan II 2019 ....................................... 31
2.2.2. Realisasi Belanja Triwulan II 2019 ................................................... 33
BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH .............................................................. 36
3.1. Inflasi Secara Umum ................................................................................ 36
3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok .................................................................. 39
3.2.1. Kelompok Bahan Makanan ............................................................ 41
3.2.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ................ 43
3.2.3. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................. 44
3.2.4. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ............ 45
3.3. Inflasi Kota dan Kabupaten di Provinsi Papua Barat ................................... 46
3.3.1. Kota Sorong .................................................................................. 46
3.3.2. Kabupaten Manokwari .................................................................. 47
3.4. Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan III 2019 ....................................... 48
3.5. Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2019 .................................................. 51
BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
DAN UMKM .................................................................................................. 54
4.1. Asesmen Ketahanan Korporasi ................................................................. 54
4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Korporasi .......................... 54
4.1.2. Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi .................................... 55
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 iv
4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga ........................................................ 57
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga .................. 57
4.2.2. Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga ............................ 58
4.3. Asesmen Perbankan ................................................................................ 60
4.3.1. Perkembangan Volume Usaha ....................................................... 61
4.3.2. Penghimpunan Dana Masyarakat ................................................... 62
4.3.3. Penyaluran Kredit .......................................................................... 62
4.3.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit ................................................... 64
4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ........................................... 66
4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM .................................................... 66
BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
RUPIAH.......................................................................................................... 69
5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran .......................................................... 69
5.1.1. Transaksi Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) .............................. 69
5.1.2. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) ................ 70
5.2. Pengelolaan Uang Rupiah ........................................................................ 70
5.2.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) .......................... 70
5.3. Penyediaan Uang Layak Edar (ULE) ........................................................... 72
BOKS. Quick Response Indonesian Standard (QRIS) .......................................... 73
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ................................................ 76
6.1. Ketenagakerjaan .................................................................................... 76
6.2. Kesejahteraan.......................................................................................... 82
6.2.1. Nilai Tukar Petani (NTP) ................................................................. 82
6.2.2. Tingkat Kemiskinan ....................................................................... 83
BAB 7. PROSPEK EKONOMI................................................................................. 88
7.1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi ............................................................ 88
7.2. Perkiraan Inflasi ....................................................................................... 92
TIM PENYUSUN
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 v
DAFTAR Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Papua Barat Sisi Pengeluaran (%, yoy) ..................... 10
Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah ................................................................. 14
Tabel 1.3. Impor per Komoditas per HS-2DGT (USD) .............................................. 19
Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB Papua Barat (%, yoy) Sisi Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan ............................................................................ 20
Tabel 2.1. Realisasi Belanja APBN Provinsi Papua Barat (Rp Milliar) .......................... 30
Tabel 2.2. Realisasi APBD Provinsi Papua Barat ....................................................... 30
Tabel 2.3. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Papua Barat .................................... 32
Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Provinsi Papua Barat............................................ 34
Tabel 3.1. Tingkat Inflasi Tahunan Papua Barat Menurut Kelompok Barang (%) ...... 40
Tabel 3.2. Komoditas Utama Inflasi Papua Barat Triwulan II 2019 (%) .................... 40
Tabel 3.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan ................. 42
Tabel 3.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahar Bakar .................................................................................... 43
Tabel 3.5. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Transport, Komunikasi dan
Jasa Keuangan ..................................................................................... 45
Tabel 3.6. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau ............................................................................ 46
Tabel 3.7. Tingkat Inflasi Kota Sorong Menurut Kelompok Barang, (%) ................. 47
Tabel 3.8. Komoditas Utama inflasi Kota Sorong Triwulan II 2019 (%) ................... 47
Tabel 3.9. Tingkat Inflasi Kabupaten Manokwari Menurut Kelompok Barang (%) ... 48
Tabel 3.10. Komoditas Utama Inflasi Kabupaten Manokwari Triwulan II 2019 (%)..... 48
Tabel 4.1. Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Provinsi Papua Barat ................. 59
Tabel 4.2. Perkembangan Indikator Utama Perbankan di Provinsi Papua Barat ........ 61
Tabel 4.3. Perkembangan Kredit Perbankan Menurut Sektor Ekonomi .................... 64
Tabel 4.4. Perkembangan NPL Bank Umum Papua Barat ......................................... 66
Tabel 4.5. Perkembangan Kredit UMKM Menurut Skala Ekonomi ........................... 67
Tabel 5.1. Perkembangan Transaksi RTGS Di Provinsi Papua Barat .......................... 70
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ................................................. 70
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama .................. 77
Tabel 6.2. Karakteristik Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama ................................................................................................. 79
Tabel 6.3. Karakteristik Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan ............. 80
Tabel 6.4. Karakteristik Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan .......................................................................................... 81
Tabel 6.5. Proporsi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan (%) ............................................................. 82
Tabel 6.6. Perkembangan NTP Papua Barat ........................................................... 83
Tabel 6.7. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat ................................... 84
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 vi
Tabel 7.1. Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat 2017 2019 . 94
Tabel 7.2. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Papua Barat 2017 2019 .......................... 94
vii
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 viii
DAFTAR Grafik
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat ((Triwulan) ......................... 9
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Papua Barat .............................................. 11
Grafik 1.3. Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat ................................................ 11
Grafik 1.4. Kredit Konsumsi Papua Barat (Triwulan) ................................................ 12
Grafik 1.5. Realisasi Investasi PMA (Triwulan) .......................................................... 15
Grafik 1.6. Jumlah Proyek Investasi PMA (Triwulan) ................................................. 15
Grafik 1.7. Kredit Investasi Triwulanan (Triwulan) .................................................... 15
Grafik 1.8. Realisasi Pengadaan Semen (Triwulan) ................................................... 15
Grafik 1.9. Ekspor Migas (Triwulan) ........................................................................ 16
Grafik 1.10. Ekspor LNG (Triwulan) .......................................................................... 16
Grafik 1.11. Pangsa Ekspor LNG Papua Barat Berdasarkan Negara Tujuan ................ 17
Grafik 1.12. Pertumbuhan Ekspor LNG Papua Barat Per Negara Tujuan ..................... 17
Grafik 1.13. Nilai Ekspor Non Migas Papua Barat (Triwulan) ...................................... 17
Grafik 1.14. Volume Ekspor Non Migas Papua Barat (Triwulan) ................................. 17
Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Non Migas Papua Barat Berdasarkan Negara Tujuan ........ 18
Grafik 1.16. Pangsa Ekspor Non Migas Papua Barat Berdasarkan Komoditas .............. 18
Grafik 1.17. Nilai Impor LN Papua Barat (Triwulan) .................................................... 19
Grafik 1.18. Volume Impor LN Papua Barat (Triwulan) ............................................... 19
Grafik 1.19. Harga LNG ......................................................................................... 21
Grafik 1.20. Ekspor LNG .......................................................................................... 21
Grafik 1.21. Kredit Industri Pengolahan (Triwulan) .................................................... 22
Grafik 1.22. Ekspor LNG (bulanan) .......................................................................... 22
Grafik 1.23. Lifting Tangguh LNG Triwulanan vs Rata-Rata Triwulanan dalam 4 tahun 23
Grafik 1.24. Lifting Tangguh LNG Bulanan vs Rata-Rata Bulanan dalam 4 Tahun ....... 23
Grafik 1.25. Kredit Pertambangan (Triwulan) ............................................................ 23
Grafik 1.26. Ekspor Minyak Mentah (Triwulan) ......................................................... 23
Grafik 1.27. Kredit Konstruksi (Triwulan) .................................................................. 24
Grafik 1.28. Realisasi Pengadaan Semen (triwulan) ................................................... 24
Grafik 1.29. Ekspor Mutiara ..................................................................................... 25
Grafik 1.30. Ekspor Udang Segar/Beku ..................................................................... 25
Grafik 1.31. Ekspor Ikan ........................................................................................... 26
Grafik 1.32. Kredit Perikanan ................................................................................... 26
Grafik 1.33. Ekspor Kayu Olahan .............................................................................. 26
Grafik 1.34. Kredit Pertanian .................................................................................... 26
Grafik 2.1. Derajat Desentralisasi .......................................................................... 33
Grafik 2.2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah .................................................. 33
Grafik 2.3. Rasio Realisasi Belanja Daerah .............................................................. 33
Grafik 2.4. Pangsa Realisasi Belanja ...................................................................... 33
Grafik 3.1. Inflasi Bulanan Prov. Papua Barat .......................................................... 36
Grafik 3.2. Inflasi Tahunan Prov. Papua Barat ......................................................... 36
Grafik 3.3. Inflasi Tahunan Papua Barat, KTI, dan Nasional ...................................... 37
Grafik 3.4. Perkembangan Kurs Rupiah (JISDOR) terhadap USD ............................... 37
Grafik 3.5. Perkembangan Harga Komoditas Global Pangan .................................. 38
Grafik 3.6. Perkembangan Harga Komoditas Global Inti ......................................... 38
Grafik 3.7. Inflasi Cabai Merah ............................................................................... 42
Grafik 3.8. Inflasi Cabai Rawit .............................................................................. 42
Grafik 3.9. Inflasi Bawang Merah ......................................................................... 43
Grafik 3.10. Inflasi Bawang Putih ........................................................................... 43
Grafik 3.11. Inflasi Ikan Segar .................................................................................. 43
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 ix
Grafik 3.12. Inflasi Daging Ayam Ras ....................................................................... 43
Grafik 3.13. Inflasi Tarif Listrik .................................................................................. 44
Grafik 3.14. Inflasi Angkutan Udara ......................................................................... 45
Grafik 3.15. Perkembangan Harga Komoditas Global Gandum dan Beras ................. 46
Grafik 3.16. Perkembangan Harga Rokok Kretek Filter ............................................ 46
Grafik 3.17. Ekspektasi Inflasi Konsumen ................................................................. 50
Grafik 3.18. Ekspektasi Kenaikan Harga Konsumen ................................................. 50
Grafik 3.19. Tinggi Gelombang ............................................................................... 51
Grafik 3.20. Kecepatan Angin ................................................................................. 51
Grafik 4.1. Pertumbuhan Kredit Korporasi ............................................................ 55
Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi Berdasarkan Sektor Ekonomi ................ 55
Grafik 4.3. Perkembangan NPL Kredit Korporasi ................................................... 56
Grafik 4.4. Perkembangan NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Sektor Ekonomi ....... 56
Grafik 4.5. Kontribusi Konsumsi RT Terhadap Konsumsi Agregat ........................... 57
Grafik 4.6. IKK, IKE, dan IEK .................................................................................. 57
Grafik 4.7. Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan Kelompok ........................... 58
Grafik 4.8. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga .................................................... 59
Grafik 4.9. Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga ............................................ 59
Grafik 4.10. Pangsa DPK Perseorangan dan Non Perseorangan ................................. 59
Grafik 4.11. Perkembangan Komponen DPK Perseorangan ....................................... 60
Grafik 4.12. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Barat ........................... 61
Grafik 4.13. Pangsa Aset Perbankan Provinsi Papua Barat ....................................... 61
Grafik 4.14. Perkembangan DPK Bank Umum Prov. Papua Barat Menurut
Kelompok Bank .................................................................................. 62
Grafik 4.15. Perkembangan DPK Bank Umum ......................................................... 62
Grafik 4.16. Pertumbuhan Kredit Perbankan ............................................................ 63
Grafik 4.17. Pertumbuhan Kredit di Prov. Papua Barat Menurut Jenis Penggunaan .... 63
Grafik 4.18. Komposisi Kredit ................................................................................. 63
Grafik 4.19. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Provinsi Papua Barat .......... 64
Grafik 4.20. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum di Provinsi Papua Barat ........ 65
Grafik 4.21. Pertumbuhan Kredit MKM .................................................................. 67
Grafik 4.22. Komposisi Kredit MKM ....................................................................... 67
Grafik 5.1. Perbandingan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Provinsi Papua Barat .. 71
Grafik 5.2. Komposisi denominasi Inflow / Outflow Uang Kartal .............................. 72
Grafik 6.1. Perkembangan Jumlah Penganggur dan Penduduk Yang Bekerja ......... 77
Grafik 6.2. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan dan Lapangan
Kerja Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu ..................................... 78
Grafik 6.3. Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Lapangan Kerja, Penghasilan,
dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang 6 bulan yang Akan Datang ...... 78
Grafik 6.4. Proporsi Angkatan Kerja Berdasarkan Sektor Usaha ............................. 79
Grafik 6.5. Perbandingan Jumlah Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan ................. 80
Grafik 6.6. Perkembangan NTP Papua Barat ........................................................ 82
Grafik 6.7. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat ...................................... 84
Grafik 6.8. Perkembangan Garis Kemiskinan Papua Barat ..................................... 84
Grafik 6.9. Gini Ratio Papua Barat ........................................................................ 85
Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia ................................................ 88
Grafik 7.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha ................................................................... 88
Grafik 7.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang .............. 94
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 x
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat berisi kajian mengenai perkembangan
ekonomi Papua Barat pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat.
Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas
dasar tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Papua Barat.
Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai
kelaziman.
Untuk data ekspor dan impor nonmigas Papua Barat, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bank Indonesia, yang tercantum
pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Papua Barat.
Bab II Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) bersumber dari Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD).
Bab III Data IHK dan inflasi bersumber dari BPS Provinsi Papua Barat, diolah lebih lanjut
dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Provinsi
Papua Barat khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga
(SPH) untuk keperluan analisis.
Bab IV Data perbankan berupa data kredit korporasi, rumah tangga, UMKM bersumber
dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di Provinsi
Papua Barat, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek
bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia.
Bab V Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia
Provinsi Papua Barat. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen
Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-
RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank
Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data
kliring KPw Bank Indonesia Provinsi Papua Barat.
Bab VI Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat serta
data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Provinsi Papua Barat.
Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani
(NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.
Bab VII Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator
ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw
Bank Indonesia Provinsi Papua Barat seperti SK dan SPH.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan
dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi.
Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya
dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 xi
Visi Bank Indonesia
Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan
terbaik diantara negara emerging markets.
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter
dan bauran kebijakan Bank Indonesia;
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial
Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan;
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan
sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra
strategis lain;
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal
dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain;
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk
infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan;
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di
tingkat daerah;
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan
sistem informasi Bank Indonesia.
Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau
berperilaku yaitu: Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan
Coordination and Teamwork dengan berpegang pada prinsip spirit keimanan dan ketaatan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 xii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
a. PDRB dan Inflasi
I II III IV I II III IV I II
PDRB (%,yoy) 5.38 4.15 4.52 3.68 2.01 3.48 6.32 4.01 5.87 12.83 6.92 0.18 (0.26) (0.50)
Sisi Permintaan
Konsumsi Rumah Tangga 6.72 5.65 6.68 6.33 6.91 6.26 7.05 6.65 5.46 6.34 3.84 5.13 6.29 7.73
Konsumsi LNPRT 16.45 (1.51) 4.95 18.94 16.13 14.60 3.53 12.18 3.82 8.13 9.03 9.76 16.19 14.24
Konsumsi Pemerintah 2.73 4.36 3.93 8.38 4.81 7.12 0.21 4.98 1.16 1.53 1.23 (0.39) (26.49) (11.70)
PMTB (0.16) 10.95 4.63 3.26 3.03 6.00 7.26 5.02 2.49 4.43 3.87 3.36 (4.24) 0.75
Perubahan Inventori 26.85 (170.20) 100.73 (278.27) (7.29) 28.36 (24.84) 59.41 (115.22) (70.19) (40.53) (85.47) 57.15 78.88
Ekspor Luar Negeri 17.04 16.34 (15.27) (28.34) 12.01 (8.86) 11.88 (6.81) 23.71 33.97 46.89 45.29 (3.72) (20.92)
Impor Luar Negeri (5.27) (15.37) 123.95 (75.74) (45.82) (71.59) 664.26 (9.74) (33.59) 100.23 5.71 164.83 482.39 181.62
Net Ekspor Antardaerah 40.66 78.69 (33.93) (29.50) 46.86 (6.80) (18.54) (8.90) 13.25 13.03 116.45 114.81 (39.41) (61.03)
Sisi Produksi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.97 2.60 2.10 3.15 3.35 5.41 6.71 5.07 5.19 3.03 0.30 3.20 3.53 3.31
Pertambangan dan Penggalian 0.88 1.21 0.79 (5.25) (3.37) (3.30) 3.32 (1.52) 5.02 11.94 7.58 (6.62) (5.91) (6.59)
Industri Pengolahan 3.94 2.12 3.28 5.42 (0.72) 0.44 5.68 2.74 4.96 24.31 8.32 (5.62) (7.01) (6.73)
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 6.63 (4.89) 4.53 12.24 7.50 (0.86) 5.21 5.72 10.83 9.66 4.83 2.96 6.92 8.80
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 5.14 5.35 3.32 4.55 5.60 6.18 5.99 5.59 5.75 4.88 4.44 4.80 4.06 5.09
Konstruksi 12.45 9.73 9.77 7.52 4.41 11.46 13.78 9.44 8.27 8.05 6.04 6.69 7.72 7.86
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 8.07 6.86 9.06 9.59 10.24 7.51 5.16 8.14 9.54 10.02 9.89 9.87 8.50 7.98
Transportasi dan Pergudangan 12.75 8.47 7.98 8.44 9.64 7.92 6.47 8.08 7.39 8.03 9.43 9.38 8.75 7.36
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.61 6.76 7.67 6.39 8.25 8.71 8.60 8.01 6.43 6.92 8.98 8.38 9.04 8.03
Informasi dan Komunikasi 11.35 7.56 9.77 6.59 6.72 8.08 10.58 8.01 6.30 8.22 9.37 9.38 14.21 12.49
Jasa Keuangan dan Asuransi 9.62 9.70 2.47 5.47 4.56 1.27 0.94 3.23 3.56 2.54 3.19 2.27 6.83 10.13
Real Estate 9.00 7.59 8.41 6.98 7.81 8.87 9.97 8.43 9.55 8.77 8.84 9.86 9.71 9.21
Jasa Perusahaan 7.81 7.16 5.45 7.02 5.30 7.78 9.60 7.47 9.82 9.06 5.48 5.73 4.22 4.92
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 8.23 8.34 8.28 7.25 5.93 9.65 3.98 5.87 4.86 6.94 7.67 7.26 4.16 3.48
Jasa Pendidikan 10.03 7.28 6.19 8.26 7.76 7.50 8.20 7.92 8.15 4.20 3.45 3.59 8.61 3.42
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.76 6.33 6.48 5.03 7.48 8.21 7.75 7.14 5.76 5.30 8.49 8.36 8.65 1.74
Jasa Lainnya 6.84 6.36 7.38 3.37 6.83 7.90 9.53 6.94 5.31 4.60 6.87 7.34 5.58 3.47
Inflasi (%,yoy) 6.55 5.34 3.62 3.66 3.93 1.71 1.44 1.44 1.55 3.42 4.13 5.21 3.48 2.75
Volatile Foods 6.91 9.43 3.23 2.72 3.97 (1.31) (0.87) -0.87 -1.19 5.49 6.06 6.43 3.54 0.39
Administered Prices 13.42 3.21 3.63 5.28 7.89 4.85 4.89 4.89 2.09 1.64 3.96 7.86 9.85 5.92
Core 3.59 3.41 3.76 3.36 2.08 2.46 1.60 1.60 2.86 2.84 3.10 3.83 0.02 3.30
201920182017Indikator Makroekonomi Daerah 2014 2015 2016
2017
TW - I Tw - II Tw - III Tw- IV TW - I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II
MAKRO
126.90 127.77 127.86 127.53 128.87 132.14 133.15 134.18 133.35 135.77
3.66 3.93 1.71 1.44 1.55 3.42 4.13 5.21 3.48 2.75
121.82 124.32 124.67 124.53 124.54 127.15 127.86 132.03 133.39 136.14
4.93 4.73 3.21 1.78 2.23 2.28 2.56 6.02 7.11 7.07
128.59 128.92 128.93 128.53 130.31 133.80 133.80 133.80 133.34 135.64
3.27 3.68 1.24 1.33 1.34 3.78 4.64 4.95 2.33 1.37
13,920 13,300 14,380 15,257 14,706 15,019 15,420 15,284 14,692 14,944
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,383 1,433 1,535 1,531 1,455 1,477 1,540 1,579 1,506 1,526
Pertambangan dan Penggalian 2,764 2,599 2,746 2,952 2,904 2,912 2,964 2,762 2,732 2,720
Industri Pengolahan 4,579 3,879 4,478 4,779 4,811 4,829 4,854 4,512 4,474 4,504
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 5 5 5 6 5 5 5 6 6 6
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 15 16 16 17 16 17 17 18 17 17
Konstruksi 1,630 1,693 1,856 2,020 1,765 1,826 1,956 2,149 1,901 1,969
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 847 888 910 959 926 974 1,000 1,054 1,005 1,052
Transportasi dan Pergudangan 339 361 360 379 364 389 393 415 396 418
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 73 76 78 81 78 81 85 88 85 88
Informasi dan Komunikasi 255 264 268 276 271 286 293 302 309 322
Jasa Keuangan dan Asuransi 194 195 197 201 201 200 203 205 215 220
Real Estate 161 164 168 173 176 178 183 191 193 195
Jasa Perusahaan 15 15 16 17 16 16 17 18 17 17
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,179 1,213 1,256 1,328 1,231 1,295 1,349 1,422 1,282 1,340
Jasa Pendidikan 336 362 385 379 363 377 398 393 394 390
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 105 109 111 119 111 115 120 128 120 117
Jasa lainnya 37 39 40 41 39 41 42 44 41 42
3.63 2.09 3.80 6.32 5.87 12.83 6.92 0.18 -0.26 -0.50
4.49 6.97 7.12 7.02 5.15 10.84 12.03 9.21 11.32 13.74
519.78 400.14 318.79 577.45 591.31 631.30 712.67 797.44 631.37 477.80
2019
Nilai Ekspor Migas (USD Juta)
INDIKATOR
IHK Papua Barat
Inflasi Papua Barat (y-o-y)
PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (y-o-y)
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
IHK Manokwari
Inflasi Manokwari (y-o-y)
IHK Sorong
Inflasi Sorong (y-o-y)
20182017
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 xiii
b. Perbankan
c. Sistem Pembayaran
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw- I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
12,949 13,928 14,124 14,375 13,631 14,714 14,868 15,798 14,586 15,379 15,768 17,926 17,089 18,626
11,949 12,831 12,872 12,620 12,393 13,506 13,215 13,734 12,572 13,621 13,740 15,386 14,724 16,373
3,809 3,987 4,222 3,374 4,263 4,968 4,822 3,841 4,154 5,161 4,936 4,361 4,492 6,358
5,278 5,726 5,844 6,737 5,552 5,685 5,554 7,195 5,640 5,842 5,909 7,629 6,347 6,347
2,862 3,119 2,806 2,509 2,578 2,853 2,839 2,698 2,779 2,619 2,895 3,396 3,885 3,668
11,787 12,796 13,501 14,379 14,025 14,732 15,163 16,353 16,118 16,977 17,927 18,657 18,404 18,943
3,861 4,181 3,973 4,156 3,932 4,042 4,073 4,218 3,988 4,239 4,301 4,823 4,459 4,705
3,743 4,182 4,904 5,301 5,102 5,327 5,488 6,032 5,908 6,262 6,762 6,649 6,557 6,621
4,183 4,433 4,624 4,922 4,991 5,363 5,602 6,103 6,222 6,476 6,864 7,184 7,387 7,618
98.65% 99.72% 104.89% 113.94% 113.17% 109.08% 114.74% 119.07% 128.20% 124.63% 130.48% 121.26% 124.99% 115.70%
8,299 8,914 9,272 9,739 9,629 10,026 10,257 10,769 10,393 10,766 11,212 12,562 12,553 12,962
3,447 3,737 3,576 3,746 3,524 3,577 3,589 3,648 3,321 3,451 3,464 4,313 3,993 4,164
921 990 1,326 1,335 1,326 1,316 1,296 1,352 1,132 1,177 1,271 1,299 1,423 1,455
3,932 4,187 4,370 4,658 4,779 5,133 5,372 5,769 5,940 6,138 6,477 6,950 7,137 7,343
LDR - Lokasi Bank 69.46% 69.47% 72.03% 77.17% 77.70% 74.23% 77.62% 78.41% 82.66% 79.04% 81.60% 81.64% 85.25% 79.17%
3,668 3,837 3,853 4,527 4,231 4,221 4,340 4,303 3,902 4,034 4,032 3,931 3,836 3,938
791 825 834 852 832 876 897 919 924 974 989 989 999 1,043
Modal Kerja 570 584 585 590 560 588 598 598 595 635 639 678 643 681
Investasi 221 241 249 261 272 288 299 321 328 339 349 311 357 362
1,399 1,526 1,637 1,561 1,463 1,540 1,562 1,513 1,508 1,595 1,609 1,569 1,530 1,590
Modal Kerja 963 1,062 1,144 1,058 1,009 1,116 1,142 1,096 1,077 1,139 1,152 1,151 1,111 1,171
Investasi 437 464 492 503 454 424 419 418 431 455 457 418 419 419
1,478 1,486 1,382 2,114 1,936 1,805 1,881 1,871 1,470 1,465 1,434 1,372 1,306 1,304
Modal Kerja 1,064 1,087 946 1,402 1,258 1,192 1,280 1,260 1,047 1,078 1,018 980 950 960
Investasi 414 399 436 711 678 614 601 610 422 387 417 392 357 344
4.30 3.94 3.95 3.00 4.34 3.86 3.88 3.37 2.39 2.98 2.36 2.87 2.94 2.23
Total Asset 419 475 519 602 574 590 637 778 744 740 714 714 737 696
294 311 326 399 395 413 434 575 532 475 480 534 538 524
Deposito 225 246 259 281 293 324 361 459 444 393 391 430 443 436
68 65 67 118 102 88 72 116 87 82 89 104 94 88
Kredit lokasi bank 375 427 451 483 507 511 526 567 578 585 589 592 597 597
NPL 1.92% 2.03% 1.74% 1.52% 4.76% 6.15% 5.07% 4.48% 3.46% 14.62% 15.64% 15.39% 21.19% 31.25%
LDR 127.78% 137.20% 138.33% 120.56% 128.25% 123.75% 121% 99% 109% 123% 123% 111% 111% 114%
2019
Konsumsi
Giro
Tabungan
Deposito
Kredit - Lokasi Proyek
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
LDR - Lokasi Proyek
Kredit - Lokasi Bank
Modal Kerja
Investasi
DPK
Tabungan
Kredit UMKM - Lokasi Proyek
Kredit Mikro
Kredit Kecil
Kredit Menengah
NPL - Lokasi Proyek (%)
BPR (Rp miliar)
Bank Umum (Rp miliar)
Total Asset
DPK
INDIKATOR20172016
PERBANKAN
2018
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-IIInflow (Rp miliar) 445.39 125.22 236.40 111.51 657.72 231.10 171.05 88.30 677.30 277.95
Outflow (Rp miliar) 152.61 574.88 428.73 1,443.16 135.36 681.68 674.40 1,506.15 201.11 532.98
Nominal Transaksi RTGS (from+to+from-to) (Rp Miliar) 536.99 444.00 486.25 740.25 549.15 398.64 405.08 495.66 455.38 194.99
Volume Transaksi RTGS 503 487 485 548 534 435 521 645 531 151
Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,125.86 1,001.75 1,038.61 1,265.29 1,061.47 1,140.52 1,287.50 1,353.70 1,206.99 1,155.10
Volume Kliring 22,095 19,513 21,058 23,440 20,304 21,821 24,711 24,135 22,673 21,664
Rata-rata Harian Nominal Kliring (Rp Miliar) 18.16 18.55 16.75 20.41 17.12 21.93 20,76 21,83 20.12 20.63
Rata-rata Harian Volume Kliring 356.37 361.35 339.65 378.06 327.48 419.63 406.48 389.00 365.69 386.86
Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 594.37 625.03 602.94 797.54 610.17 680.66 792.56 773.56 693.59 695.36
Volume Kliring Kredit 11,339 10,945 11,975 14,062 11,212 12,759 15,107 13,856 13,648 13,038
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit 9.59 11.57 9.72 12.86 9.84 12.15 12.99 12.48 11.56 12.42
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit 182.89 202.69 193.15 226.81 180.84 227.84 247.66 223.48 227.47 232.82
Nominal Kliring Debet Penyerahan (Rp Miliar) 502.58 365.17 420.67 455.45 442.77 449.44 480.05 562.79 500.46 445.57
Volume Kliring Debet Penyerahan 10,575 8,437 8,872 9,192 8,960 8,879 9,414 10,031 8,803 8,804
Rata-rata Harian Nominal Kliring Debit Penyerahan 8.11 6.76 6.78 7.35 7.14 8.03 7.87 9.08 8.34 7.96
Rata-rata Harian Volume Kliring Debit Penyerahan 170.56 156.24 143.10 148.26 144.52 158.55 154.33 161.79 146.72 157.21
Nominal Kliring Debit Pengembalian (Rp miliar) 28.91 11.55 15.01 12.30 8.53 10.42 14.89 17.35 12.94 14.16
Volume Kliring Debit Pengembalian 181 163 211 186 132 183 190 248 222 249
Rata-rata Harian Nominal Kliring Debit Pengembalian 0.47 0.21 0.24 0.20 0.14 0.19 0.24 0.28 0.22 0.25
Rata-rata Harian Volume Kliring Debit Pengembalian 2.92 3.02 3.40 3.00 2.13 3.27 3.11 4.00 3.70 4.45
Nominal Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 26.10 7.39 11.68 9.64 6.33 8.11 12.39 17.32 12.93 13.92
Volume Cek/BG Kosong 154 103 160 134 88 138 154 245 221 243
Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 0.42 0.14 0.19 0.16 0.10 0.14 0.20 0.28 0.22 0.25
Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong 2.48 1.91 2.58 2.16 1.42 2.46 2.52 3.95 3.68 4.34
201920182017Indikator
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 xiv
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Papua Barat pada triwulan II 2019 tumbuh
negatif seiring kinerja sektor utama yang belum optimal.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercatat terkontraksi
-0,50% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2019 sebesar
-0,26% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 yang negatif disebabkan
oleh kinerja sektor lapangan usaha (LU) utama yaitu LU industri
pengolahan dan LU pertambangan penggalian yang
terkontraksi. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan yang negatif
juga tercermin dari masih rendahnya konsumsi pemerintah dan
ekspor luar negeri.
Berdasarkan perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison,
ekonomi Papua Barat pada triwulan III 2019 diperkirakan
meningkat dibanding triwulan II 2019. Peningkatan ini juga
semakin terlihat setelah pertumbuhan triwulan II 2019 mencatat
angka negatif. Dari sisi pengeluaran, konsumsi RT diperkirakan
masih cukup tinggi seiring daya beli yang masih terjaga akibat
peningkatan UMP 2019, serta pemberian gaji ke-13 bagi ASN.
Daya beli yang cukup baik ini akan mendorong masyarakat
untuk melakukan konsumsi. Selanjutnya, konsumsi LNPRT
diperkirakan tumbuh namun tidak setinggi pertumbuhan
triwulan II 2019. Investasi (PMTB) juga diperkirakan akan
tumbuh solid dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II 2019.
Kinerja ekspor luar negeri (LN) diperkirakan kembali normal
seiring dengan pengaruh produksi LNG yang mulai stabil. Ekspor
LNG Papua Barat itu sendiri memiliki pangsa yang dominan
sekitar 95% dari seluruh komoditas ekspor Papua Barat.
Selanjutnya, impor juga diperkirakan melambat seiring impor
barang modal untuk kebutuhan pembangunan beberapa
Perekonomian Tw II
2019 tumbuh negatif.
Turunnya
perekonomian Tw II
2019 akibat
penurunan kinerja LU
utama serta
rendahnya konsumsi
pemerintah dan
Ekspor LN
Perekonomian Papua
Barat pada triwulan III
2019 diperkirakan
meningkat dibanding
triwulan II 2019
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 2
proyek yang sudah terealisasi di semester pertama tahun ini.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), LU utama yaitu industri
pengolahan dan pertambangan penggalian diperkirakan akan
tumbuh membaik setelah pada dua triwulan awal mengalami
kontraksi. Pertumbuhan ini seiring dengan normalisasi produksi
LNG Tangguh pasca maintenance pada triwulan II 2019.
KEUANGAN PEMERINTAH
Pada triwulan II 2019, pendapatan daerah telah terelasisasi
sebesar 42,27% yang merupakan realisasi triwulan kedua
tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan
Transfer yang juga meningkat signifikan dari pendapatan pada
periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi
belanja APBD Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 masih
belum optimal, yang tercatat sebesar 23,37% meskipun sedikit
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu
INFLASI
Inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019
sebesar 1,81% (yoy) menurun jika dibandingkan dengan
triwulan I 2019. Berdasarkan kelompok pengeluaran,
penurunan laju inflasi berasal dari kelompok bahan makanan.
Sementara, inflasi pada kelompok transportasi,komunikasi, &
jasa keuangan terutama sub kelompok transportasi tercatat
tinggi. Kelompok bahan makanan mencatat deflasi yang
disumbang oleh terkoreksinya komoditas daging ayam ras, dan
ikan segar (ikan teri, ikan cakalang/sisik, ikan kawalina, ikan
kembung, ikan mumar). Secara umum, harga daging ayam ras
mengalami koreksi harga secara nasional seiring pasokan yang
berlimpah terutama pasokan bibit ayam (Day Old Chicks/DOC).
Disamping itu, pasokan ikan segar ditengarai relatif lebih baik
dibanding tahun lalu sehingga harga ikan segar tidak semahal
Laju inflasi Papua Barat
pada triwulan II 2019
sebesar 1,81% (yoy),
menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya
Realisasi belanja APBD
Provinsi Papua Barat
pada Triwulan II 2019
tercatat sedikit lebih
tinggi dibandingkan
triwulan II tahun
sebelumnya, begitu juga
dengan realisasi
pendapatan daerah yang
optimal dan lebih tinggi
dibandingkan dengan
periode yang sama
tahun sebelumnya.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 3
harga pada tahun lalu. Sementara itu, ditengah penurunan
inflasi bahan makanan, inflasi kelompok transportasi tercatat
tinggi yang didorong oleh tarif angkutan udara. Tarif angkutan
udara yang mengalami peningkatan sejak November tahun
2018 hingga akhir triwulan II 2019 ini belum mengalami
penurunan harga secara signifikan. Tekanan pada angkutan
udara juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan masyarakat
akan transportasi udara seiring dengan peringatan Hari Raya Idul
Fitri dan Libur Lebaran yang terjadi selama triwulan II 2019.
Inflasi tahunan Papua Barat pada triwulan III 2019 diperkirakan
pada kisaran 2,8% - 3,2% (yoy), diatas inflasi pada triwulan II
2019 yang sebesar 1,81% (yoy). Dari sisi permintaan, momen
Iduladha diperkirakan dapat mendorong permintaan dan
konsumsi meskipun tidak setinggi saat Ramadhan. Selain itu,
masuknya tahun ajaran baru untuk sekolah baik dari sekolah
dasar sampai ke tingkat universitas menjadi penyebab tekanan
dari sisi kelompok pendidikan. Dari sisi ketersediaan bahan
makanan, adanya angin musim selatan yang terjadi di perairan
Papua Barat menimbulkan risiko pada ketersediaan pasokan
ikan segar. Selain itu, tarif listrik yang stabil dan pemberian
diskon bagi pelanggan tertentu, potensi turunnya harga BBM,
serta tidak adanya kenaikan cukai rokok di tahun 2019
diperkirakan mampu mengurangi tekanan inflasi. Tekanan dari
sisi eksternal diperkirakan tidak akan ada, tercermin dari
stabilnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, bahkan
cenderung menunjukkan penguatan dibandingkan dengna
akhir tahun 2018.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Ditengah perlambatan kinerja berbagai lapangan usaha utama,
stabilitas keuangan daerah Papua Barat pada triwulan II 2019
masih tetap terjaga. Berbagai indikator sistem keuangan masih
berada pada level normal dan bahkan menunjukkan adanya
penguatan.
Laju inflasi Papua Barat
pada triwulan III 2019
diperkirakan diatas
inflasi pada triwulan II
2019 namun masih
terkendali
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 4
Dari sisi kinerja perbankan, Provinsi Papua pada triwulan II 2019
menunjukkan perkembangan yang positif. Indikator utama
perbankan seperti pertumbuhan aset, penghimpunan DPK serta
penyaluran kredit secara tahunan menunjukkan pertumbuhan
yang cukup tinggi. Aset perbankan tercatat tumbuh 15,56%
(yoy), sementara DPK tumbuh meyakinkan sebesar 16,15%
(yoy) diiringi pertumbuhan kredit yang berhasil mencapai
14,18% (yoy). Perkembangan kondisi perbankan yang cukup
positif menunjukkan bahwa optimimisme terhadap
pertumbuhan ekonomi Papua Barat masih terus terjaga.
Namun kinerja positif dari perbankan harus diimbangi dengan
mitigasi risiko serta penilaian kredit yang lebih saksama.
Meningkatnya rasio Non Performing Loan (NPL) dari 3,63% di
triwulan I 2019 menjadi menjadi 4,73% di periode laporan,
merupakan sinyal bagi perbankan untuk tetap memperhatikan
prinsip kehati-hatian dalam setiap penilaian kredit. Selain itu
turunnya LDR dari 85,25% pada periode triwulan I 2019
menjadi 79,17% di periode laporan menunjukkan berkurangnya
fungsi intermediasi perbankan.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN
PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Transaksi nilai besar melalui RTGS tercatat turun -51,09% (qtq)
dari Rp 455 miliar pada periode sebelumnya menjadi hanya Rp
195 miliar pada periode laporan. Penurunan ini sejalan dengan
volume transaksi yang turun dari 531 transaksi menjadi hanya
151 transaksi.
Dari sisi transaksi melalui SKNBI, nilai transaksi pada triwulan II
2019 juga tercatat turun dari Rp1,2 triliun menjadi Rp 1,15
triliun. Penurunan nilai transaksi sebesar -4,30% (qtq) ini seiring
dengan penurunan volume sebesar -4,45%, dari 22.673 lembar
warkat menjadi 21.664 lembar warkat. Walau secara
keseluruhan menurun, namun transaksi tolakan justru
meningkat dari 221 lembar warkat menjadi 243 warkat.
Kinerja perbankan pada
triwulan II 2019
menunjukkan
penguatan positif.
Indikator kinerja
perbankan seperti aset,
DPK, dan kredit
menunjukkan
pertumbuhan yang
cukup tinggi.
Transaksi masyarakat
melalui RTGS dan SKNBI
mengalami penurunan.
Namun sistem
pembayaran yang andal
tetap siap untuk
mendukung setiap
aktifitas masyarakat.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 5
Aliran uang pada triwulan II 2019 menunjukkan net outflow
sebesar Rp 255,03 miliar. Net outflow pada periode ini sejalan
dengan pola historis pada tahun-tahun sebelumnya yang selalu
menunjukkan net outflow pada triwulan II setiap tahunnya.
Dalam menjaga kualitas uang layak edar, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia melakukan kas keliling secara rutin dalam kota
maupun luar kota. Pada periode ini kegiatan kas keliling berhasil
menyerap uang tidak layak edar sejumlah Rp 9,7 miliar dari
masyarakat.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Papua Barat pada Triwulan II 2019
semakin membaik dengan menurunnya persentase
pengangguran secara tahunan di tengah meningkatnya jumlah
penduduk usia kerja. Selain itu, masih terjadi tren penurunan
tingkat kemiskinan di Papua Barat dalam tiga tahun terakhir. Di
sisi lain, Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2019 meningkat
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
yang didorong oleh lebih tingginya peningkatan NTP subsektor
Hortikultura yang sejalan dengan peningkatan kebutuhan
konsumsi masyarakat di Papua Barat.
PROSPEK EKONOMI
Secara triwulanan, ekonomi Papua Barat pada triwulan IV 2019
diperkirakan lebih tinggi dibanding perkiraan ekonomi triwulan
III 2019. Beberapa faktor mempengaruhi peningkatan
pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2019. Selain pengaruh dari
solidnya produksi LNG paska maintenance di triwulan II 2019,
terdapat momen peringatan hari raya Natal dan tahun baru
yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan dari sisi
konsumsi. Dari sisi pemerintah, pemerintah daerah pun akan
mendorong akselerasi belanja daerah sehingga berdampak pada
Pada triwulan IV tahun
2019, ekonomi
diperkirakan tumbuh
lebih tinggi
dibandingkan perkiraan
triwulan sebelumnya
Kesejahteraan
masyarakat Papua Barat
pada Triwulan II 2019
semakin membaik yang
ditunjukkan dengan
turunnya tingkat
pengangguran, tingkat
kemiskinan, dan
peningkatan Nilai Tukar
Petani (NTP)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 6
sektor usaha lain di Papua Barat. Peningkatan ini juga
dipengaruhi oleh base effect rendahnya pertumbuhan di
triwulan IV 2019 yang berada pada level 0,18% (yoy).
Secara kumulatif, ekonomi Papua Barat tahun 2019
diperkirakan tetap tumbuh walaupun lebih rendah dibanding
tahun 2018. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Papua
Barat diperkirakan berada pada kisaran 3,5% - 3,9% (yoy),
melambat dibanding pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar
6,24% (yoy). Ekonomi Papua Barat sangat didominasi dari
sektor migas terutama LNG. Perlambatan ini disebabkan oleh
melambatnya kinerja LNG di tahun 2019 yang bersumber dari
produksi yang kurang optimal seiring maintenance kilang train I
di triwulan I dan triwulan II 2019. Perlambatan ekonomi dunia
termasuk negara mitra dagang utama Papua Barat yaitu
Tiongkok dan Jepang menjadi downside risk pertumbuhan
ekonomi. Perlambatan ekonomi dunia dapat berdampak pada
turunnya volume perdagangan dunia serta harga komoditas.
PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi Papua Barat pada triwulan IV 2019 diperkirakan
meningkat dibandingkan perkiraan inflasi triwulan III 2019.
Peningkatan ini seiring momen perayaan Natal dan Tahun baru.
Sementara, Laju inflasi Papua Barat di tahun 2019 diperkirakan
melandai dibanding tahun 2018. Inflasi tahunan Papua Barat
diproyeksikan pada kisaran 3,3% - 3,7% (yoy). Penurunan
tekanan inflasi disebabkan oleh terkoreksinya harga kelompok
bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan
bakar. Selain itu, inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan
melandai disebabkan oleh terjaganya pasokan berbagai
komoditas pada kelompok tersebut seiring upaya peningkatan
produksi dan jalur distribusi yang terus berjalan.
Laju inflasi di tahun
2019 diperkirakan
menurun dibandingkan
tahun sebelumnya
Pertumbuhan ekonomi
Papua Barat tahun 2019
diperkirakan tumbuh
positif meskipun
melambat
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 7
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Papua Barat pada triwulan II 2019 tumbuh negatif seiring kinerja sektor
utama yang belum optimal. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercatat
terkontraksi -0,50% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2019 sebesar -0,26% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 yang negatif disebabkan oleh kinerja sektor
lapangan usaha (LU) utama yaitu LU industri pengolahan dan LU pertambangan
penggalian yang terkontraksi.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan yang negatif juga tercermin dari masih
rendahnya konsumsi pemerintah dan ekspor luar negeri.
Pertumbuhan ekonomi Papua Barat tanpa migas tercatat masih tinggi meskipun lebih
rendah dibanding triwulan I 2019.
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kinerja Ekonomi Triwulan II 2019
Pada triwulan II 2019, ekonomi Papua Barat tumbuh negatif sebesar -0,50% (yoy),
terkontraksi lebih dalam dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2019 yang tercatat
tumbuh -0,26 % (yoy). Dari sisi pengeluaran, ekspor tercatat mengalami pertumbuhan yang
terkontraksi seiring dengan realisasi ekspor LNG yang lebih rendah dibandingkan ekspor
tahun lalu. Ekspor LNG yang rendah ini terjadi akibat proses maintenance train I Tangguh
LNG yang menyebabkan produksi LNG menjadi sedikit tertahan. Impor luar negeri tercatat
masih mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu 181% (yoy), namun pertumbuhan ini tidak
setinggi pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 482% (yoy). Impor luar negeri
ini berasal dari impor mesin dan pesawat mekanik yang ditengarai terkait dengan proyek
pembangunan kilang train III LNG tangguh di Teluk Bintuni. Sementara, investasi (PMTB)
terpantau sedikit mengalami peningkatan seiring realisasi belanja modal daerah melalui APBD
dan APBN maupun realisasi investasi proyek tangguh LNG train III dan beberapa proyek
investasi lain. Lebih lanjut, perdagangan antar provinsi yang tercermin dari net ekspor antar
BAB - 1
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 8
provinsi mencatat negatif yang artinya Papua Barat lebih banyak menerima barang/jasa dari
daerah lain daripada mengirim barang/jasa ke daerah lain.
Selanjutnya, penurunan pertumbuhan ini juga diiringi dengan pertumbuhan konsumsi
pemerintah yang masih terkontraksi akibat realisasi belanja seluruh pemda yang relatif masih
rendah. Sementara itu, konsumsi swasta menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada
triwulan ini, seiring meningkatnya konsumsi rumah tangga (RT) dan masih tingginya
konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT). Peningkatan konsumsi RT diperkirakan
karena daya beli yang masih cukup baik seiring pemberian tunjangan hari raya, dan
keyakinan konsumen yang masih optimis berdasarkan hasil Survei Konsumen, serta inflasi
yang terkendali. Tingginya konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) seiring
dengan berbagai keperluan dan kebutuhan terkait pelaksanaan pemilihan umum serentak
presiden, DPRD kabupaten, DPRD Provinsi, DPR RI, dan DPD yang diselenggarakan di bulan
April 2019.
Dari sisi lapangan usaha, turunnya pertumbuhan periode ini disebabkan oleh kinerja sektor
utama yang belum membaik sejak triwulan I 2019 yaitu sektor LU Industri Pengolahan dan
LU Pertambangan dan Penggalian. LU industri pengolahan yang memiliki pangsa terbesar
pada ekonomi Papua Barat terkontraksi sebesar -6,73% (yoy). Sejalan dengan itu, LU
pertambangan dan penggalian juga mengalami kontraksi sebesar -6,59% (yoy). Kontraksinya
pertumbuhan pada kedua sektor ini ditengarai akibat proses maintenance tangguh LNG train
I sehingga menyebabkan produksi lifting LNG menjadi kurang optimal. Sementara, LU
konstruksi menahan perlambatan dengan tumbuh lebih tinggi dari 7,72% (yoy) menjadi
7,86% (yoy) yang sejalan dengan realisasi pengadaan semen dan pertumbuhan kredit
konstruksi yang masih cukup tinggi. Lebih lanjut, LU pertanian, kehutanan, dan perikanan
tumbuh relatif stabil seiring cukup solidnya produksi tanaman hortikultura dan perikanan
serta harga yang masih kompetitif.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Papua Barat secara total mengalami penurunan yang
cukup dalam, namun pertumbuhan ekonomi Papua Barat tanpa migas dirasa masih cukup
baik. Perekonomian Papua Barat tanpa migas pada triwulan II 2019 tercatat 6,20% (yoy),
lebih tinggi diatas pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 5,05% (yoy), namun sedikit
melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2019 yang tercatat 6,55% (yoy).
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 9
Sumber: BPS Papua Barat (diolah)
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat (triwulan)
Tracking Kinerja Ekonomi Triwulan III 2019
Berdasarkan perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison, ekonomi Papua Barat
pada triwulan III 2019 diperkirakan meningkat dibanding triwulan II 2019. Peningkatan
ini juga semakin terlihat setelah pertumbuhan triwulan II 2019 mencatat angka negatif. Dari
sisi pengeluaran, konsumsi RT diperkirakan masih cukup tinggi seiring daya beli yang masih
terjaga akibat peningkatan UMP 2019, serta pemberian gaji ke-13 bagi ASN. Daya beli yang
cukup baik ini akan mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi. Selanjutnya,
konsumsi LNPRT diperkirakan tumbuh namun tidak setinggi pertumbuhan triwulan II 2019.
Investasi (PMTB) juga diperkirakan akan tumbuh solid dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan II 2019. Kinerja ekspor luar negeri (LN) diperkirakan kembali normal seiring dengan
pengaruh produksi LNG yang mulai stabil. Ekspor LNG Papua Barat itu sendiri memiliki
pangsa yang dominan sekitar 95% dari seluruh komoditas ekspor Papua Barat. Selanjutnya,
impor juga diperkirakan melambat seiring impor barang modal untuk kebutuhan
pembangunan beberapa proyek yang sudah terealisasi di semester pertama tahun ini.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), LU utama yaitu industri pengolahan dan pertambangan
penggalian diperkirakan akan tumbuh membaik setelah pada dua triwulan awal mengalami
kontraksi. Pertumbuhan ini seiring dengan normalisasi produksi LNG Tangguh pasca
maintenance pada triwulan II 2019. Selanjutnya, pertumbuhan sektor konstruksi diperkirakan
meningkat seiring dengan realisasi percepatan anggaran belanja modal pemerintah serta
beberapa proyek pembangunan swasta di Papua Barat yang diperkirakan mampu menopang
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2019. Selain itu, sektor perdagangan juga tampak
akan tumbuh lebih baik seiring terjaganya konsumsi RT.
-0.50
5.05
6.20
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan Papua Barat (yoy) Pertumbuhan Nasional (yoy) Pertumbuhan Papua Barat tanpa Migas (yoy)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 10
Namun demikian, terjadinya aksi massa yang sempat berakhir ricuh di Manokwari dan
beberapa wilayah Papua Barat lainnya pada bulan Agustus 2019 dapat menjadi risiko
penahan pertumbuhan perekonomian terutama non migas. Potensi pertumbuhan menjadi
tertahan lebih disebabkan oleh kerusakan berbagai gedung dan persepsi pandangan
keamanan berusaha di wilayah Papua Barat yang dapat menjadi pertimbangan calon
investor.
1.1.1. Sisi Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran, perlambatan ekonomi Papua Barat pada triwulan II 2019
ditunjukkan dengan rendahnya ekspor luar negeri dan konsumsi pemerintah yang
belum optimal. Pangsa terbesar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sisi
pengeluaran adalah ekspor Luar Negeri yang diikuti oleh konsumsi RT, Investasi (PMTB),
konsumsi pemerintah, dan konsumsi LNPRT. Ekspor LN tumbuh terkontraksi seiring dengan
produksi LNG yang kurang optimal. Konsumsi RT mengalami peningkatan seiring inflasi yang
terkendali, pendapatan UMP 2019 yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,
pemberian insentif berupa tunjangan hari raya bagi pekerja maupun ASN, dan tingkat
keyakinan konsumen berdasarkan hasil Survei Konsumen yang masih optimis. Selain itu,
peningkatan konsumsi didorong oleh momen Ramadhan dan libur lebaran. Disamping itu,
konsumsi LNPRT tercatat tumbuh tinggi yang ditengarai didorong oleh pelaksanaan momen
pemilu serentak di bulan April 2019. Sementara, Investasi (PMTB) tercatat tumbuh terbatas
yang didorong oleh PMTB bangunan serta realisasi belanja modal pemerintah. Selanjutnya,
konsumsi pemerintah tercatat terkontraksi seiring realisasi belanja seluruh pemda di Papua
Barat yang masih belum optimal pada triwulan II 2019. Neraca perdagangan antar provinsi
Papua Barat masih berada pada posisi negatif yang artinya Provinsi Papua Barat secara bersih
masih mengimpor barang dari luar daerah, maka kondisi ini menjadi faktor pengurang
dengan pangsa yang cukup besar.
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Papua Barat Sisi Pengeluaran (%, yoy)
Sumber: BPS Papua Barat (diolah)
Konsumsi Rumah Tangga 6.32 6.97 6.27 7.05 5.46 6.34 3.84 5.13 6.29 7.73
Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 11.45 9.79 9.17 0.01 3.82 8.13 9.03 9.76 16.19 14.24
Konsumsi Pemerintah 5.16 2.21 0.65 (5.16) 1.16 1.53 1.23 (0.39) (26.49) (11.70)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 3.26 3.26 1.37 2.88 2.49 4.43 3.87 3.36 (4.24) 0.75
Perubahan Inventori (278.27) (7.29) 26.20 (24.84) (115.22) (70.19) (40.53) (85.47) 57.15 78.88
Ekspor Luar Negeri (27.96) 12.13 (8.86) 11.88 23.71 33.97 46.89 45.29 (3.72) (20.92)
Impor Luar Negeri (75.85) (45.82) (22.63) 66.67 (33.59) 100.23 5.71 164.83 482.39 181.62
Net Ekspor Antarprovinsi (31.24) 46.54 (26.99) (7.98) 13.25 13.03 116.45 114.81 (39.41) (61.03)
PDRB 3.63 2.09 3.78 6.32 5.87 12.83 6.92 0.18 (0.26) (0.50)
2019
II II III IV
20182017
PenggunaanI IIII III IV
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 11
1. Konsumsi Rumah Tangga (RT)
Kinerja Konsumsi RT Triwulan II 2019
Konsumsi RT pada triwulan II 2019 tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
Pada triwulan laporan, konsumsi RT tumbuh sebesar 7,73% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar 6,29% (yoy). Peningkatan pertumbuhan konsumsi RT
seiring meningkatnya pendapatan masyarakat akibat kenaikan UMP 2019 dan insentif
tunjangan hari raya, inflasi yang terkendali, dan tingkat keyakinan masyakarat yang optimis
terhadap perekonomian. UMP Papua Barat tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
10,3% dari Rp2.667.000,00 menjadi Rp2.934.500,00. Selanjutnya inflasi triwulan II 2019
tercatat sebesar 2,75% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2019 sebesar 3,48%(yoy).
Peningkatan konsumsi RT juga tercermin dari Survei Konsumen yang menunjukkan
meningkatnya optimisme konsumen. Pada Grafik 1.2, tampak bahwa Indeks Ekspektasi
Konsumen (IEK), Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
pada akhir triwulan II 2019 lebih tinggi dibanding triwulan I 2019. Sejalan dengan Survei
Konsumen, Grafik 1.3. menunjukkan bahwa Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang
mencerminkan kondisi ekonomi konsumen menunjukkan optimisme. ITK pada periode
laporan berada pada level 114,57.
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Provinsi Papua Barat
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Papua Barat
Sumber: BPS Papua Barat (diolah)
Grafik 1.3. Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat
Berdasarkan data Laporan Bank Umum (LBU), kredit konsumsi menunjukkan pertumbuhan
yang masih cukup tinggi. Pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan II 2019 sebesar
17,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 18,73% (yoy). Kredit ini
lebih banyak digunakan untuk multiguna dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk tipe 22
s.d 70. Kondisi ini menunjukkan perilaku konsumsi RT yang menggunakan sebagian besar
dananya untuk pembelian rumah maupun kebutuhan multiguna.
134.78
137.67
136.22
100
110
120
130
140
150
160
I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18 II'18 III'18 IV'18 I'19 II'19
IKE - Kondisi Ekonomi Saat Ini
IEK - Ekspektasi Konsumen
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIp
2016 2017 2018 2019
Indeks Tendensi Konsumen Pendapatan rumah tangga
Pengaruh inflasi terhadap konsumsi Konsumsi Food & Non food
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 12
Sumber: Laporan Bank Umum (Diolah)
Grafik 1.4. Kredit Konsumsi Papua Barat (triwulan)
Tracking Konsumsi RT Triwulan III 2019
Pada triwulan III 2019, konsumsi RT Papua Barat diperkirakan akan tumbuh tinggi
namun tidak setinggi pada triwulan II 2019. Tingginya pertumbuhan konsumsi RT
dipengaruhi oleh masih terjaganya daya beli masyarakat seiring pemberian gaji ke -13 bagi
ASN di bulan Juli 2019, momen hari raya Idul Adha di bulan Agustus 2019 yang mendorong
permintaan masyarakat, serta inflasi yang diperkirakan akan cukup terjaga.
2. Konsumsi Pemerintah
Kinerja Konsumsi Pemerintah Triwulan II 2019
Pada triwulan II 2019, konsumsi pemerintah tercatat belum optimal dan masih
mengalami kontraksi cukup dalam. Konsumsi pemerintah tercatat terkontraksi sebesar -
11,70% (yoy), sedikit lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat kontraksi -
26,49% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh realisasi belanja dari APBD seluruh pemerintah daerah
di Papua Barat yang belum optimal pada triwulan kedua tahun anggaran, sementara realisasi
belanja APBN terjadi peningkatan. Realisasi belanja APBD seluruh pemerintah daerah
mencatat pertumbuhan yang negatif sebesar -1,28% (yoy). Sementara, realisasi belanja
APBN tercatat peningkatan pertumbuhan sebesar 19,65% (yoy).
Secara umum, terjadinya realisasi belanja APBD yang rendah ini dikarenakan oleh
keterlambatan proses lelang umum dimana baru sekitar 50% proyek yang didaftarkan oleh
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ke Unit Layanan Pengadaan (ULP). Kedua, keterlambatan
pembagian paket pengadaan khusus bagi pengusaha asli Papua. Hal ini dikarenakan paket-
paket pekerjaan yang diperuntukkan untuk pengusaha asli Papua belum didukung oleh data
pengusaha asli Papua yang jelas dan lengkap mencakup profil perusahaan, kemampuan
teknis, dsb. Ketiga, penghentian sementara pengadaan kendaraan dinas operasional seluruh
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
MILIAR (RP)
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
%, yoy
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 13
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun pengadaan bagi para pejabat. Hal ini karena
Pemprov sedang melakukan penertiban dan pendataan aset terutama kendaraan dinas.
Jika dilihat rincian berdasarkan kegunaan belanja, belanja pegawai yang bersumber dari
APBN tumbuh sebesar 21,53% (yoy) pada triwulan II 2019. Begitu juga dengan belanja
pegawai yang bersumber dari APBD tumbuh sebesar 1,80% (yoy). Hal ini merupakan indikasi
upaya peningkatan kesejahteraan pegawai sehingga akan berdampak kepada peningkatan
daya beli rumah tangga.
Dari sisi belanja modal, terjadi perlambatan realisasi dari sisi APBN dan APBD. Realisasi belanja
modal APBN baru terealisasi sebesar 19,92%, lebih rendah dibanding tahun lalu yang
mencapai realisasi 25,06%. Selanjutnya, belanja modal APBD juga tercatat rendah sebesar
8,31%, lebih rendah dibanding tahun lalu yang tercatat 13,86%. Belanja modal APBD ini
terutama untuk belanja modal jalan. Realisasi belanja modal APBN dan APBD yang terutama
untuk bangunan dan jalan berdampak pada sektor PMTB (investasi) dan sektor konstruksi
(sisi pemerintah).
Dari sisi belanja dana desa, realisasi anggaran dana desa yang berasal dari APBN tercatat
sebesar 60% atau tumbuh sebesar 14,01%(yoy) dibanding realisasi tahun lalu. Realisasi pada
tahun 2018 juga tercatat 60%, namun dengan peningkatan jumlah dana desa yang
diberikan untuk setiap desa maka terjadi pertumbuhan realisasi secara nominal. Selain itu,
pemahaman desa akan prosedur pencairan dana desa semakin baik sehingga proses transfer
dana desa juga semakin cepat. Dengan tersalurkannya dana desa ini nantinya berdampak
untuk mendorong pembangunan desa sebagai upaya pemerataan daerah.
Dari sisi belanja barang dan jasa, realisasi belanja barang dan jasa yang bersumber dari dana
APBN tercatat sebesar 41,11%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar
27,78%. Begitu juga dengan realisasi belanja barang dan jasa yang bersumber dari APBD
dimana tercatat sebesar 23,55%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar
20,10%.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 14
Tabel 1.2 Realisasi Belanja Pemerintah
Sumber: Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan II 2019 Kanwil Perbendaharaan Papua Barat & BPKAD Provinsi Papua Barat
Tracking Kinerja Konsumsi Pemerintah Triwulan III 2019
Berdasarkan perkembangan beberapa indikator, konsumsi pemerintah diperkirakan
mengalami akselerasi pada triwulan III 2019. Akselerasi tersebut terutama didorong oleh
beberapa program kerja yang akan berjalan, langkah percepatan yang dilakukan demi
mengatasi ketiga hambatan seperti diuraikan diatas, serta mulai berjalannya proyek-proyek
pembangunan jalan dan bangunan seiring proses lelang dan penunjukan yang ditargetkan
selesai pada Agustus 2019.
3. Investasi
Kinerja Investasi Triwulan II 2019
Pada triwulan II 2019, kegiatan investasi di Papua Barat, yang tercermin dari komponen
Pembentukan Modal Tetap domestik Bruto (PMTB), mengalami pertumbuhan terbatas
sebesar 0,75% (yoy). Nilai PMTB pada periode ini lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat kontraksi -4,24% (yoy). Pertumbuhan PMTB pada periode ini
didorong oleh PMTB Bangunan. PMTB ini mengalami pertumbuhan terbatas seiring realisasi
belanja modal dari APBD dan APBN terutama untuk bangunan dan jalan belum optimal di
triwulan kedua tahun anggaran.
Dari sisi penanaman modal, Penanaman Modal Asing (PMA) mendominasi sebagian besar
pangsa dibanding dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang hanya sekitar 2%.
Realisasi PMA pada triwulan ini sebesar 233 ribu USD, jauh lebih rendah dibanding PMA
triwulan I 2019 yang tercatat 29 juta USD. Namun jika dibandingkan jumlah proyeknya,
jumlah proyek pada triwulan II 2019 tercatat 30 proyek, lebih besar dibandingkan dengan
triwulan I 2019 (17 proyek) dan triwulan II 2018 (17 proyek). Sebagaimana diketahui,
terdapat investasi proyek skala besar dan bersifat multiyears yang saat ini masih berlangsung
Rp miliar (%) Rp miliar (%) Rp miliar (%) % yoy
Belanja Bantuan Sosial 5.94 23.88 1.47 11.02 3.75 27.99 -36.99
Belanja Barang dan Jasa 805.82 27.78 360.63 12.93 1,146.48 41.11 42.28
Belanja Modal 677.94 25.06 150.60 4.84 620.05 19.92 -8.54
Belanja Dana Desa 798.31 60 195.63 12.90 910.15 60.00 14.01
Belanja Pegawai 667.27 44.52 323.86 20.10 810.91 50.34 21.53
Belanja Total 2,159.32 30.23 836.63 11.09 2,583.66 34.26 19.65
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Prov/Kab/Kota/Desa1,019.00 25.95 - 0.00 1,046.00 24.60
-
Belanja Bantuan Sosial 216.00 46.45 97.09 23.91 203.00 50.00 -6.02
Belanja Barang dan Jasa 1,041.00 20.10 446.61 7.44 1,414.00 23.55 35.83
Belanja Modal 826.00 13.86 86.08 1.37 521.00 8.31 -36.92
Belanja Total 5,774.00 25.46 1,513.57 5.78 5,700.00 21.78 -1.28
APBN
APBD Seluruh
Pemda di Papua
Barat
Anggaran Fiskal ItemTw II 2018 Tw I 2019 Tw II 2019
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 15
hingga proyek pembangunan ditargetkan selesai di tahun 2020. Namun, proyek diperkirakan
akan mundur dan selesai di tahun 2021 karena beberapa kendala. Membaiknya investasi
(PMTB) juga sejalan dengan realisasi pengadaan semen di Papua Barat. Realisasi pengadaan
semen pada triwulan II 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 13,77%, tumbuh dibanding
triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi -11,79% (yoy).
Dari sisi pembiayaan perbankan, kredit investasi berdasarkan lokasi proyek di Papua Barat
pada triwulan I 2019 tercatat 5,73% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya
10,99% (yoy). Kredit investasi ini didominasi oleh kredit ke sektor industri pengolahan
terutama industri semen dan kapur gips, sektor pertanian terutama perkebunan kelapa sawit,
dan jasa telekomunikasi. Kredit ini merupakan kredit yang didominasi dan disalurkan kepada
pihak swasta.
Sumber: BKPM
Grafik 1.5. Realisasi Investasi PMA (triwulan)
Sumber: BKPM
Grafik 1.6. Jumlah Proyek Investasi PMA
(triwulan)
Sumber: Laporan Bank Umum (Diolah)
Grafik 1.7. Kredit Investasi Triwulanan (triwulan)
Sumber: Kemenperin dan Kemendag (Diolah)
Grafik 1.8. Realisasi Pengadaan Semen (triwulan)
Tracking Kinerja Investasi Triwulan III 2019
Pada triwulan III 2019, PMTB diperkirakan mengalami akselerasi. Akselerasi ini terlihat
dari proyek pemerintah yang bersumber dari APBD dan APBN yang mulai berjalan. Realisasi
proyek pemerintah salah satunya adalah progress pembangunan jalan Trans Papua yang
direncanakan selesai di tahun 2019. Selanjutnya, terdapat beberapa proyek swasta seperti
proyek multiyears pembangunan infrastruktur Industri pengolahan Liquefied Natural Gas
-150.00
50.00
250.00
450.00
650.00
850.00
1050.00
1250.00
1450.00
-65
-15
35
85
135
185
235
285
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
RIB
U U
SD
Realisasi Investasi PMA (US$.ribu) Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)
-100.00
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
-2
3
8
13
18
23
28
33
38
43
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Proyek Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
MILIAR (RP)
Kredit Investasi gKredit Investasi (sb. Kanan)
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
(30,000.00)
(10,000.00)
10,000.00
30,000.00
50,000.00
70,000.00
90,000.00
110,000.00
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
Realisasi Semen (ton) gRealisasi Semen (yoy) - Sb. Kanan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 16
(LNG). BP Berau sejak tahun 2017 telah memulai pembangunan penambahan kapasitas
kilang di Kabupaten Teluk Bintuni yang rencananya akan selesai pada tahun 2021. Namun,
kinerja investasi memiliki risiko tertahan yang dipicu oleh aksi massa yang berakhir ricuh yang
terjadi di wilayah Papua Barat di bulan Agustus 2019, seiring persepsi keamanan berusaha
yang dapat menjadi pertimbangan calon investor.
4. Perkembangan Ekspor
Kinerja Ekspor Triwulan II 2019
Ekspor Luar Negeri (LN) tumbuh terkontraksi semakin dalam dibanding triwulan
sebelumnya. Pada triwulan II 2019, pertumbuhan ekspor LN tercatat kontraksi -20,92%
(yoy), melambat lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar -3,72%
(yoy). Dilihat dari pangsanya, ekspor migas masih mendominasi sebagian besar ekspor Papua
Barat terutama ekspor LNG. Sejalan dengan perkembangan ekspor Papua Barat, ekspor
migas Papua Barat juga tercatat tumbuh kontraksi sebesar -24,31% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,77% (yoy). Ekspor migas didorong
oleh tingginya nominal ekspor LNG yang mencapai USD477,8 juta atau hampir seluruh
eskpor migas Papua Barat. Produksi LNG di triwulan II 2019 sedikit tertahan sehingga
mempengaruhi ekpor LNG yang juga tercatat kontraksi -22,28% (yoy).
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.9. Ekspor Migas (triwulan)
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.10. Ekspor LNG (triwulan)
Negara tujuan ekspor LNG dari Papua Barat terbesar adalah Tiongkok dengan pangsa ekspor
sebesar 61,11%, diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan dengan pangsa masing-masing
18,46% dan 16,03%. Nilai ekspor LNG ke Tiongkok tercatat sebesar USD291 juta dengan
angka pertumbuhan kontraksi -5,25% (yoy).
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%, yoyJuta (USD)
Ekspor Migas gEkspor Migas (Sb. Kanan)
(50.00)
(30.00)
(10.00)
10.00
30.00
50.00
70.00
90.00
110.00
130.00
150.00
(2,080)
(1,580)
(1,080)
(580)
(80)
420
920
1,420
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
% YOYJUTA (USD)
Ekspor LNG YoY LNG (sb. Kanan)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 17
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.11. Pangsa Ekspor LNG Papua Barat
Berdasarkan Negara Tujuan
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.12. Pertumbuhan Ekspor LNG Papua
Barat per Negara Tujuan
Perkembangan permintaan dan harga LNG dunia sedang dalam fase tren yang menurun
seiring bertambahnya pasokan LNG dunia dari USA, Rusia, dan Australia di tengah turunnya
permintaan dari Asia Timur sebagai konsumen terbesar LNG. Mekanisme penjualan LNG dari
pelaku usaha yang menggunakan skema contract delivery mampu menjaga permintaan LNG
yang sebagian besar berasal dari Tiongkok. Namun demikian, permintaan dari Tiongkok
secara umum menurun seiring proses peralihan dari pembangkit listrik tenaga batubara ke
gas termoderasi oleh perlambatan ekonomi dan industri serta isu perang dagang.
Selanjutnya, ekspor LNG ke Korea Selatan terkontraksi sebesar -52,16% (yoy). Hal ini
ditengarai akibat beroperasinya beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir di Korea Selatan
yang menjadi faktor turunnya permintaan LNG secara umum dari Korea Selatan. Sementara
itu, ekspor LNG ke Jepang masih tumbuh positif sebesar 39,46% (yoy) walaupun melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari ekspor non migas, pertumbuhan ekspor komoditas non migas menunjukkan
perlambatan. Memiliki pangsa sekitar 2% dari seluruh ekspor Papua Barat, nilai ekspor non
migas tumbuh sebesar 26,83 (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 119,92% (yoy).
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.13. Nilai Ekspor Non Migas Papua Barat
(triwulan)
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.14. Volume Ekspor Non Migas Papua Barat
(triwulan)
Tiongkok, 61.11
Jepang, 18.46
Korea Selatan, 16.03
Lainnya, 4.40
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
% yoy
Tiongkok Jepang Korea Selatan
-70-60-50-40-30-20-100102030405060708090100110120130
(48)
(38)
(28)
(18)
(8)
3
13
23
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%,YOYJUTA (USD)
Nilai Ekspor Non Migas gEkspor Nilai Non Migas - Sb. Kanan
-2000.00
0.00
2000.00
4000.00
6000.00
8000.00
10000.00
12000.00
(48)
3
53
103
153
203
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
RIBU TON
Volume Ekspor Non Migas gEkspor Volume (%, yoy) - Sb. Kanan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 18
Ekspor non migas Papua Barat pada triwulan II 2019 didominasi oleh komoditas industri
pengolahan dan komoditas berbasis sumber daya alam. Salah satunya adalah semen yang
merupakan komoditas ekspor non migas dengan pangsa sebesar 39,78% dari total ekspor
non migas. Komoditas dengan pangsa terbesar berikutnya adalah mutiara dan kayu olahan
dengan pangsa masing-masing sebesar 20,43% dan 17,48% dari total ekspor non migas.
Selanjutnya, komoditas perikanan yang terdiri dari udang segar, ikan segar, dan ikan olahan
mencatatkan pangsa sebesar 20,42%.
Sementara itu, jika ditinjau dari negara tujuan ekspor non migas, Tiongkok menjadi negara
mitra dagang utama dengan pangsa sebesar 26,7% yang diikuti oleh Hongkong (20,7%),
Taiwan (17,5%), ASEAN (11%) dan Jepang (5,7%). Komoditas yang diekspor ke Tiongkok
seluruhnya adalah semen, sedangkan tujuan Hongkong didominasi oleh mutiara, tujuan
Taiwan didominasi oleh kayu olahan, dan tujuan negara-negara ASEAN didominasi oleh
semen dan produk perikanan. Lebih lanjut, tujuan Jepang didominasi oleh produk perikanan
seperti udang segar, dan ikan olahan, serta tujuan Papua Nugini yang didominasi oleh semen.
Cukup besarnya pangsa semen pada ekspor komoditas non migas, menunjukkan bahwa
semen merupakan komoditas potensial yang dapat didorong untuk meningkatkan ekspor
Papua Barat.
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Non Migas Papua
Barat Berdasarkan Negara Tujuan
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.16. Pangsa Ekspor Non Migas Papua
Barat Berdasarkan Komoditas
Tracking Kinerja Ekspor Triwulan III 2019
Pertumbuhan ekspor LN Papua Barat pada triwulan III 2019 diperkirakan tumbuh
terakselerasi. Akselerasi pertumbuhan ekspor LN disebabkan normalisasi produksi LNG
pasca maintenance train I Tangguh LNG pada triwulan II 2019. Datangnya musim dingin di
Asia Timur pada semester II 2019 diharapkan dapat mendorong permintaan terhadap LNG
serta menahan perlambatan ekonomi secara tahunan.
Hongkong, 20.7%
Taiwan, 17.5%
Tiongkok, 26.7%
Papua New Guenea,
5.7%
ASEAN, 11.0%
Jepang, 5.7%Mutiara, 20.43%
Semen, 39.78%
Kayu Olahan, 17.48%
Hasil Industri Lainnya, 1.73%
Udang Segar/Beku,
9.25%
Ikan Olahan, 8.67%
Ikan Segar, 2.50%
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 19
5. Perkembangan Impor
Kinerja Impor Triwulan II 2019
Tingginya impor turut menjadi faktor pengurang pertumbuhan ekonomi Papua Barat
triwulan II 2019. Pada periode ini, impor tumbuh sebesar 181,62% (yoy). Pertumbuhan
pada triwulan ini cukup tinggi meskipun lebih rendah dibanding triwulan I 2019 yang
tumbuh jauh lebih tinggi sebesar 482,39% (yoy). Secara nominal, impor Papua Barat di
triwulan II 2019 yaitu sebesar 41,8 juta USD, atau nilainya hampir sama dengan total impor
Papua Barat selama tahun 2018 yang sebesar 51,35 juta USD. Dari sisi volume, impor pada
triwulan II 2019 mencapai 65.361 ton.
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.17. Nilai Impor LN Papua Barat (triwulan)
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.18. Volume Impor LN Papua Barat
(triwulan)
Komoditas impor pada triwulan ini didominasi oleh komoditas mesin dan pesawat mekanik,
dimana nilainya mencapai USD36 juta atau sekitar 87,66% dari keseluruhan impor.
Komoditas ini didatangkan seiring kebutuhan pembangunan kilang train III tangguh LNG.
Tabel 1.3 Impor per Komoditas per HS-2DGT (USD)
Sumber: DJBC, diolah
Tracking Kinerja Impor Triwulan III 2019
Kinerja impor pada triwulan III 2019 diperkirakan melambat. Volume impor diperkirakan
akan melambat seiring kebutuhan impor barang modal yang sudah dilakukan pada semester
I 2019. Namun, terdapat potensi impor tinggi seiring pertumbuhan industri-industri
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
800
-8.00
2.00
12.00
22.00
32.00
42.00
52.00
62.00
72.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
RIBU (%, YOY)JUTA (USD)
Nominal Impor gImpor (Sb. Kanan)
-5000
0
5000
10000
15000
20000
25000
-8
12
32
52
72
92
112
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
(%, YOY)RIBU TON
Volume Impor gVolume Impor (Sb. Kanan)
I II Share (%)
27 - Bahan Bakar Mineral - 4,592,291 11.00
40 - Karet dan Barang dari Karet 86,031.36 - -
68 - Benda-benda dari Batu, Gips dan Semen 243,777 - -
69 - Produk Keramik 224,710 - -
73 - Benda-benda dari Besi dan Baja 2,142,059 216 0.00
82- Perkakas, Perangkat Potong 236,716 - -
84 - Mesin dan Pesawat Mekanik 25,789,892 36,612,320 87.66
85 - Mesin dan Peralatan Listrik 22,120,390 560,269 1.34
lainnya 1,544 1,282 0.00
Komoditas2019
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 20
pengolahan di Papua Barat. Impor barang modal yang meliputi mesin dan alat listrik dan hasil
tambang (batubara, garam, belerang, kapur) diperkirakan masih akan menjadi pendorong
tingginya impor di Papua Barat.
1.1.2. Sisi Lapangan Usaha: Lapangan Usaha Utama Daerah
Dari sisi lapangan usaha (LU), perekonomian Papua Barat triwulan II 2019 mencatatkan
pertumbuhan yang negatif dipengaruhi oleh belum optimalnya kinerja LU utama.
Lapangan Usaha (LU) utama Papua Barat yaitu industri pengolahan, pertambangan dan
penggalian mencatatkan pertumbuhan negatif pada triwulan ini. Disamping itu, LU
pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat pertumbuhan meskipun sedikit melambat
dibandingkan dengan triwulan I 2019. Sementara, LU konstruksi mencatat peningkatan
pertumbuhan sehingga mampu sedikit menahan turunnya pertumbuhan ekonomi.
Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB Papua Barat (%, yoy) Sisi Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Sumber: BPS Papua Barat (diolah)
1. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Kinerja LU Industri Pengolahan Triwulan II 2019
Pada triwulan ini, LU industri pengolahan tumbuh negatif atau terkontraksi. LU industri
pengolahan triwulan II 2019 tumbuh negatif sebesar -6,73% (yoy), masih belum membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -7,01% (yoy).
Kontraksinya pertumbuhan ini melanjutkan tren selama 3 triwulan terakhir dimana pada
triwulan IV 2018, pertumbuhan juga mencatat kontraksi sebesar -5,62% (yoy). Industri
pengolahan berpengaruh besar pada ekonomi Papua Barat seiring dengan pangsanya yang
mencapai sekitar 1/4 dari total PDRB. Kinerja LU industri pengolahan sangat dipengaruhi oleh
pengolahan LNG berskala besar yang terdapat di Blok Tangguh, Kabupaten Teluk Bintuni.
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.29 4.05 5.99 6.71 5.19 3.03 0.30 3.20 3.53 3.31
Pertambangan dan Penggalian (5.19) (3.30) (0.46) 3.52 5.02 11.94 7.58 (6.62) (5.91) (6.59)
Industri Pengolahan 5.27 (0.57) 0.52 5.72 4.96 24.31 8.32 (5.62) (7.01) (6.73)
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 12.67 7.50 (0.86) 5.21 10.83 9.66 4.83 2.96 6.92 8.80
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.55 5.60 6.18 5.99 5.75 4.88 4.44 4.80 4.06 5.09
Konstruksi 7.52 4.22 10.74 13.46 8.27 8.05 6.04 6.69 7.72 7.86
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.61 10.12 7.69 5.16 9.54 10.02 9.89 9.87 8.50 7.98
Transportasi dan Pergudangan 8.44 9.58 7.83 6.47 7.39 8.03 9.43 9.38 8.75 7.36
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.39 8.25 8.71 8.60 6.43 6.92 8.98 8.38 9.04 8.03
Informasi dan Komunikasi 6.59 6.72 8.08 10.58 6.30 8.22 9.37 9.38 14.21 12.49
Jasa Keuangan dan Asuransi 6.26 4.56 1.43 0.94 3.56 2.54 3.19 2.27 6.83 10.13
Real Estate 6.98 7.81 8.87 9.97 9.55 8.77 8.84 9.86 9.71 9.21
Jasa Perusahaan 7.02 5.30 7.78 9.60 9.82 9.06 5.48 5.73 4.22 4.92
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6.81 5.73 6.31 3.76 4.86 6.94 7.67 7.26 4.16 3.48
Jasa Pendidikan 8.26 7.76 7.50 8.20 8.15 4.20 3.45 3.59 8.61 3.42
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.03 7.48 8.21 7.75 5.76 5.30 8.49 8.36 8.65 1.74
Jasa lainnya 3.37 6.83 7.90 9.53 5.31 4.60 6.87 7.34 5.58 3.47
PDRB 3.63 2.09 3.78 6.32 5.87 12.83 6.92 0.18 (0.26) (0.50)
2019
Lapangan UsahaIIV II II II
2017
III IIIII
2018
IV
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 21
Pada periode ini terdapat maintenance kilang train I Tangguh LNG sehingga mempengaruhi
produksi LNG. Selain itu, terdapat industri pengolahan semen di Manokwari yang
mempengaruhi perkembangan industri pengolahan meskipun dengan pangsa yang relatif
masih kecil.
Sumber: World Bank, diolah
Grafik 1.19. Harga LNG
Sumber: DJBC
Grafik 1.20. Ekspor LNG
Dari sisi ekspor, pertumbuhan ekspor mengalami kontraksi. Ekspor LNG pada triwulan II 2019
kontraksi -22,28% (yoy), jauh melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu
tumbuh terbatas 9,67% (yoy). Bila dilihat secara bulanan, ekspor LNG dari bulan Januari
sampai dengan April 2019 menunjukkan tren penurunan dan mengalami puncak titik ekspor
terendah di bulan April 2019. Hal ini dipengaruhi oleh sedang berlangsungnya proses
maintenance train I Tangguh LNG pada bulan April 2019.
Dari sisi harga, harga LNG menunjukkan tren menurun sejak bulan Desember 2018 hingga
bulan Juni 2019. Pada bulan Desember 2018, harga LNG sebesar 12.00 USD/MMBTU, hingga
bulan Juni 2019 harga LNG sebesar 10,04 USD/MMBTU. Turunnya harga LNG
mengakibatkan nilai ekspor LNG yang menurun sehingga melemahkan kinerja dari industri
ini. Sebagai substitusi dari minyak bumi, harga jual LNG dipengaruhi oleh harga komoditas
minyak dunia serta permintaan dari negara mitra dagang. Kebutuhan utama para mitra
dagang tujuan ekspor LNG adalah untuk pembangkit listrik.
Indikator lain dari data perbankan, LU Industri Pengolahan yang tumbuh negatif diikuti oleh
penyaluran kredit industri pengolahan yang juga terkontraksi. Penyaluran kredit industri
pengolahan tumbuh negatif sebesar -9,81% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2019
yang tercatat sebesar -7,28% (yoy).
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
2018 2019
Harga LNG (USD/MMBTU) % yoy (sb. Kanan)
(50.00)
(30.00)
(10.00)
10.00
30.00
50.00
70.00
90.00
110.00
130.00
150.00
(2,080)
(1,580)
(1,080)
(580)
(80)
420
920
1,420
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
% YOYJUTA (USD)
Ekspor LNG YoY LNG (sb. Kanan)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 22
Sumber: Laporan Bank Umum (Diolah)
Grafik 1.21. Kredit Industri Pengolahan (triwulan)
Sumber: DJBC
Grafik 1.22. Ekspor LNG (bulanan)
Tracking Kinerja LU Industri Pengolahan Triwulan III 2019
Pada triwulan III 2019, kinerja industri pengolahan diperkirakan membaik dibandingkan
triwulan sebelumnya. Produksi LNG menjadi pengaruh utama pertumbuhan dimana
produksi diperkirakan kembali normal setelah sebelumnya sedikit tertahan dengan adanya
maintenance kilang train I Tangguh LNG yang berlangsung selama 23 hari. Maintenance ini
dimulai pada Maret 2019 dan selesai pada pertengahan April 2019.
2. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
Kinerja LU Pertambangan dan Penggalian Triwulan II 2019
Sejalan dengan negatifnya pertumbuhan pada LU industri pengolahan, LU
pertambangan dan penggalian tercatat terkontraksi pada triwulan ini. Pada triwulan II
2019, LU pertambangan dan penggalian terkontraksi sebesar -6,59% (yoy), kontraksi lebih
dalam dibandingkan triwulan I 2019 yang juga terkontraksi sebesar -5,91% (yoy). Selama 3
(tiga) triwulan terakhir, pertumbuhan LU ini mengalami kontraksi dimana pada triwulan IV
2018 juga tercatat kontraksi -6,62% (yoy). Kontraksinya pertumbuhan ini dipengaruhi oleh
realisasi lifting LNG triwulan II 2019 yang lebih rendah dibandingkan lifting triwulan II 2018.
Sebagaimana diketahui, komoditas utama Papua Barat adalah gas alam cair (LNG). LNG ini
mendorong kinerja LU industri pengolahan dan kinerja LU pertambangan dan penggalian.
Kedua LU tersebut merupakan value chain dari produksi LNG yang beroperasi di Blok
Tangguh, Kabupaten Teluk Bintuni. Kendala yang terjadi di Blok Tangguh akan sangat
berpengaruh terhadap produksi LNG Papua Barat yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja
LU industri pengolahan serta LU pertambangan dan penggalian.
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi lifting LNG pada di triwulan II 2019 tercatat lebih
rendah dibanding realisasi lifting LNG di triwulan I 2019 dan realisasi lifting di triwulan II
2018. Realisasi lifting ini menyesuaikan dengan kapasitas kilang dan juga dipengaruhi oleh
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
-700
-200
300
800
1,300
1,800
2,300
2,800
3,300
3,800
II III IV I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
%, yoyRp Miliar
Kredit industri pengolahan gKredit industri pengolahan (Sb. Kanan)
243,829,787
218,398,182
169,137,295
109,975,760
183,928,973
183,897,776
0
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19
USD
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 23
faktor permintaan. Sementara itu, pada triwulan laporan tidak ada ekspor dari komoditas
minyak mentah.
Sumber: SKK Migas, diolah
Grafik 1.23. Lifting Tangguh LNG Triwulanan vs
Rata-Rata Triwulanan dalam 4 Tahun
Sumber: SKK Migas, diolah
Grafik 1.24. Lifting Tangguh LNG Bulanan vs Rata-
Rata Bulanan dalam 4 Tahun
Dari sisi perbankan, indikator penyaluran kredit pertambangan oleh perbankan tercatat
tumbuh cukup tinggi. Pada triwulan II 2019, kredit pertambangan tumbuh sebesar 42,65%
(yoy), meskipun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh hingga
61,41% (yoy). Kredit ini didominasi oleh kredit pertambangan minyak dan gas bumi serta
jasa yang terkait.
Sumber: Laporan Bank Umum (Diolah)
Grafik 1.25. Kredit Pertambangan (triwulan)
Sumber: DJBC
Grafik 1.26. Ekspor Minyak Mentah (triwulan)
Tracking Kinerja LU Pertambangan dan Penggalian Triwulan III 2019
Pada triwulan III 2019, kinerja LU pertambangan dan penggalian diperkirakan membaik.
Peningkatan kinerja LU ini juga sejalan dengan kinerja LU Industri pengolahan. Normalisasi
produksi atau lifting pasca maintenance kilang train I Tangguh LNG menjadi pendorong
kinerja LU ini membaik.
4,205
3,882
4,7194,441
4,601
3,239
4,635
4,688
4,290
3,377
4,061
4,3904,278
4,440
4,7064,498
4,1053,925
2,000
3,000
4,000
5,000
I I I I I I I V I I I I I I I V I I I I I I I V I I I I I I I V I I I
2015 2016 2017 2018 2019
Vol (Ribu M3)
Axis TitleTANGGUH LNG RATA-RATA
0
500
1,000
1,500
2,000
J a n F e b Ma r A p r Me i J u n J u l A u g S e p O k t N o v D e s
Vol (Ribu M3)
2019 RATA-RATA 4 TAHUNSumber : SKK Migas
0
50
100
150
200
250
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018 2019
%, YOYMILIAR (RP)
Kredit pertambangan
gKredit pertambangan (Sb. Kanan)
-
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
(120.00)
(100.00)
(80.00)
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00JUTA (USD)
Ekspor Minyak mentah YoY Minyak mentah (sb. Kanan)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 24
3. Lapangan Usaha Konstruksi
Kinerja LU Konstruksi Triwulan II 2019
Pada triwulan II 2019, LU konstruksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Lapangan usaha konstruksi pada triwulan II 2019 tumbuh sebesar 7,86% (yoy),
sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,72% (yoy). Ini
sejalan dengan pola historis dimana pertumbuhan konstruksi juga cukup tinggi di triwulan II
tahun berjalan. Sebagai daerah yang masih berkembang, pertumbuhan di sektor konstruksi
memang perlu diakselerasi, terutama di bidang infrastruktur seperti bangunan, jalan,
maupun jembatan. Tingginya pertumbuhan konstruksi ini berasal dari proyek infrastruktur
baik swasta maupun pemerintah.
Indikator proyek infrastruktur yang dibiayai oleh pemerintah yang dapat dipantau untuk
mengetahui perkembangan kinerja LU konstruksi adalah realisasi belanja modal pemerintah.
Sampai dengan triwulan II 2019, belanja modal APBN baru terealisasi sebesar 19,92% dari
pagu. Sementara itu, belanja modal APBD telah terealisasi sebesar 8,31%. Meskipun masih
rendah, realisasi ini mendorong kinerja LU konstruksi pada triwulan II 2019.
Sumber: Laporan Bank Umum (Diolah)
Grafik 1.27. Kredit Konstruksi (triwulan)
Sumber: Kemenperin dan Kemendag (Diolah)
Grafik 1.28. Realisasi Pengadaan Semen (triwulan)
Indikator penyaluran kredit konstruksi oleh perbankan juga menunjukkan prospek
peningkatan LU konstruksi ke depan. Pada triwulan II 2019, pertumbuhan kredit konstruksi
tercatat sebesar 15,97% (yoy). Pertumbuhan ini ditengarai masih cukup tinggi namun perlu
didorong supaya lebih meningkat. Kredit sektor konstruksi ini didominasi oleh konstruksi
gedung dan bangunan jalan raya.
Tracking kinerja LU Konstruksi Triwulan III 2019
Memasuki triwulan III 2019, kinerja LU konstruksi diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya. Peningkatan LU konstruksi didorong oleh proyek swasta maupun
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-725
-525
-325
-125
75
275
475
675
875
1,075
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018 2019
%, YOYMILIAR (RP)
Kredit konstruksi gKredit konstruksi (Sb. Kanan)
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
(30,000.00)
(10,000.00)
10,000.00
30,000.00
50,000.00
70,000.00
90,000.00
110,000.00
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
Realisasi Semen (ton) gRealisasi Semen (yoy) - Sb. Kanan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 25
pemerintah. Beberapa proyek pengerjaan swasta yang bersifat besar seperti pengerjaan
kilang train III tangguh LNG diperkirakan dapat menopang pertumbuhan konstruksi di
triwulan ini. Proyek pemerintah juga diperkirakan tetap tumbuh seiring pengerjaan jalan
transpapua yang direncanakan selesai tahun 2019, target penyelesaian beberapa
pembangkit listrik serta berbagai proyek yang lain.
4. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Triwulan I I 2019
LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh melambat dibanding triwulan
sebelumnya. Pada triwulan II 2019, LU ini tumbuh sebesar 3,31% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,53% (yoy). Melambatnya
pertumbuhan ini ditengarai oleh kurang optimalnya produksi ikan segar, dan kayu olahan
seiring pertumbuhan ekspor yang kontraksi. Sementara, ekspor udang dan mutiara tercatat
cukup solid sehingga mampu menahan melambatnya pertumbuhan.
Mutiara merupakan komoditas utama ekspor non migas Papua Barat dengan nilai tertinggi
setelah semen. Pertumbuhan ekspor mutiara pada triwulan ini tercatat 27,52% (yoy), lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Ekspor mutiara sangat tergantung dari kondisi pasar
atau permintaan global khususnya Hongkong sehingga ekspor dilakukan dalam periode yang
tidak rutin.
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.29. Ekspor Mutiara
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.30. Ekspor Udang Segar/Beku
Sementara itu, kinerja komoditas udang segar/beku mampu menopang LU ini untuk tetap
dapat tumbuh positif. Pada triwulan II 2019, ekspor udang segar/beku tumbuh sebesar
50,95% (yoy), terakselerasi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,98%
(yoy). Udang beku pada jenis ini didominasi oleh udang hasil tangkapan laut.
Sementara, ekspor ikan tercatat menunjukkan pertumbuhan negatif sebesar -34,31%(yoy),
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 41,41%
(yoy). Kurangnya ekspor ikan ditengarai akibat hasil tangkapan ikan yang kurang maksimal.
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
JUTA (USD)
Mutiara growth Mutiara (%, yoy) - Sb. Kanan
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
JUTA (USD)
Mutiara growth Mutiara (%, yoy) - Sb. Kanan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 26
Kondisi cuaca dengan gelombang tinggi menyebabkan hasil tangkapan nelayan menjadi
kurang optimal. Sejalan dengan ekspor ikan yang terkontraksi, pertumbuhan kredit sektor
perikanan juga tercatat kontraksi sebesar -9,09% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang tercatat 7,52% (yoy).
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.31. Ekspor Ikan
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 1.32. Kredit Perikanan
Sumber: DJBC, diolah
Grafik 1.33. Ekspor Kayu Olahan
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 1.34. Kredit Pertanian
Selanjutnya, pertumbuhan ekspor kayu olahan tercatat kontraksi -4,64% (yoy) dan
mendorong perlambatan sektor kinerja LU ini. Kontraksinya ekpor kayu olahan disebabkan
juga oleh base effect ekspor yang cukup tinggi pada triwulan II 2018. Meskipun demikian,
jika dibandingkan dengan ekspor secara nominal dengan triwulan I 2019, ekspor triwulan II
2019 menunjukkan nilai yang lebih tinggi.
Di sisi lain, subusaha pertanian memiliki risiko yang tinggi terhadap kondisi cuaca. Curah
hujan yang tinggi dapat menyebabkan produksi tanaman khususnya hortikultura memiliki
risiko gagal panen yang cukup tinggi. Pada triwulan II 2019, kondisi curah hujan terpantau
pada situasi menengah hingga tinggi. Dari sisi perbankan, penyaluran kredit pertanian pada
triwulan ini tumbuh sebesar 24,86% (yoy), melambat dibanding triwulan I 2019 yang tercatat
tumbuh sebesar 37,35% (yoy).
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
-0.30
-0.10
0.10
0.30
0.50
0.70
0.90
1.10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
JUTA (USD)
Ikan Segar growth Ikan (%, yoy) - Sb. Kanan
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-15
-5
5
15
25
35
45
55
65
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
MILIAR (RP)
Kredit perikanan gKredit Perikanan (Sb. Kanan)
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
JUTA (USD)
Kayu Olahan growth Kayu Olahan (%, yoy) - Sb. Kanan
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-400
100
600
1100
1600
2100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
MILIAR (RP)
Kredit pertanian gKredit pertanian (Sb. Kanan)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 27
Tracking Kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Triwulan III 2019
Memasuki triwulan III 2019, kinerja LU pertanian, kehutanan, dan perikanan
diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Semakin baiknya struktur
pertanian di Papua Barat mendorong kinerja subsektor pertanian menjadi lebih baik lagi. Dari
sisi perikanan, semakin kuatnya produksi mutiara, udang segar, dan ikan segar berpotensi
meningkatkan kinerja subusaha perikanan. Namun, dengan kondisi curah hujan yang sedikit
lebih tinggi pada bulan Agustus dan September 2019 dibanding daerah lain di Indonesia
berpotensi menghambat kinerja sub usaha perikanan. Subusaha perikanan memiliki pangsa
mencapai 50% sehingga cukup dominan pada sektor LU ini. Kemudian, beberapa
perkebunan kelapa sawit milik perusahaan nasional telah memulai panen perdananya pada
akhir semester I tahun ini, hal ini tentu saja menjadi potensi pendorong pertumbuhan sub
sektor perkebunan.
Sumber: BMKG
Gambar 1.1. Prakiraan Curah Hujan Agustus
2019
Sumber: BMKG
Gambar 1.2. Prakiraan Curah Hujan September
2019
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 28
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 29
KEUANGAN PEMERINTAH
belanja APBD Provinsi Papua Barat pada Triwulan II 2019 tercatat lebih tinggi
dibandingkan triwulan II tahun sebelumnya, begitu juga dengan realisasi pendapatan
daerah yang optimal dan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Pendapatan daerah pemerintah provinsi telah direalisasikan 42,27% yang
merupakan realisasi triwulan kedua tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Hal ini sejalan
dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Transfer yang
juga meningkat signifikan dari pendapatan pada periode yang sama tahun
sebelumnya.
Belanja daerah Provinsi Papua Barat hingga triwulan II 2019 masih belum optimal
dengan realisasi sebesar 23,37%. Belanja Tidak Langsung terealisasi sebesar 26,05%
dan Belanja Langsung terealisasi sebesar 18,35% yang merupakan realisasi belanja
langsung tirwulan II tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Sementara itu, realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Papua Barat pada
triwulan II 2019 tercatat sebesar 34,26% tercatat lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun lalu.
2.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Pagu Belanja APBN di Papua Barat pada tahun 2019 telah ditetapkan lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya, yang sejalan dengan peningkatan APBN secara
nasional. Pada tahun 2019, pagu APBN Provinsi Papua Barat ditargetkan sebesar Rp221
miliar untuk pendapatan negara dan sebesar Rp10.817 miliar untuk belanja negara. Namun,
pada Triwulan II 2019 telah dilakukan revisi DIPA sehingga anggaran Pendapatan Negara
menjadi Rp222 miliar. Untuk Belanja Pemerintah Pusat kembali dilakukan revisi DIPA menjadi
sebesar Rp7.613 miliar. Berdasarkan peruntukkannya, komponen belanja pegawai dan
belanja modal mengalami penyesuaian sebesar masing-masing 2,03% dan 1,35%
sedangkan belanja barang terkoreksi sebesar -0,13%.
BAB - 2
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 30
Tabel 2.1. Realisasi Belanja APBN Propinsi Papua Barat (Rp Milliar)
Sumber : Kanwil DJPBN Propinsi Papua Barat (diolah)
Pemerintah Pusat telah merealisasikan Belanja APBN di Papua Barat sampai dengan
triwulan II 2019 sebesar 34,26% atau senilai Rp2.584 miliar. Realisasi tersebut lebih
tinggi dibandingkan realisasi belanja negara pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara alokasi belanja, realisasi belanja pegawai tercatat paling tinggi sebesar 50,34%
hingga triwulan II 2019 yang meningkat dibandingkan triwulan II tahun lalu. Hal yang sama
diikuti oleh belanja barang sebesar 41,11% dan belanja sosial yang mencapai 27,99%
hingga triwulan II 2019. Namun untuk belanja modal mencatatkan realisasi yang lebih
rendah dibandingkan triwulan II 2018 sebesar 19,92%.
2.2. Realisasi APBD Provinsi Papua Barat Triwulan II 2019
Pemerintah Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 telah merealisasikan pendapatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Realisasi
pendapatan tercatat sebesar 42,27%, yang merupakan capaian tertinggi pada periode yang
sama selama tiga tahun terakhir. Untuk realisasi belanja daerah tercatat sebesar 4,74% yang
juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pos pendapatan
daerah khususnya pendapatan asli daerah telah mencapai targetnya di quarter kedua tahun
ini, sedangkan tingkat realisasi belanja masih belum optimal walaupun lebih baik
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 2.2. Realisasi APBD Propinsi Papua Barat
Sumber : BPKAD Provinsi Papua Barat, diolah
2017 2018 2019 II - 2017 II - 2018 II-2019 II - 2017 II - 2018 II- 2019
Pagu Belanja Bantuan Sosial 20 25 13 7 6 4 26,86% 23,88% 27,99%
Pagu Belanja Barang 2.465 2.901 2.789 668 806 1.146 23,04% 27,78% 41,11%
Pagu Belanja Lain-lain 14 14 16 0 2 2 0,71% 16,80% 15,60%
Pagu Belanja Modal 2.951 2.705 3.113 846 678 620 31,28% 25,06% 19,92%
Pagu Belanja Pegawai 1.347 1.499 1.611 584 667 811 38,95% 44,52% 50,34%
Total Pagu 6.797 7.143 7.542 2.105 2.159 2.584 29,47% 30,23% 34,26%
UraianPagu (dlm miliar) % Realisasi s.d. Triwulan
2017 2018 2019 II - 2017 II - 2018 II-2019 II - 2017 II - 2018 II - 2019
PENDAPATAN DAERAH (Miliar Rp) 7.298 7.240 8.479 2.519 2.522 3.584 34,79% 34,83% 42,27%
Pendapatan Asli Daerah 524 438 442 139 274 323 31,70% 62,64% 73,05%
Dana Perimbangan 3.499 2.793 4.090 1.388 1.045 2.077 49,69% 37,42% 50,80%
Lain-lain Pendapatan Yang Sah 3.274 4.009 3.948 992 1.203 1.184 24,75% 30,00% 30,00%
BELANJA DAERAH (Miliar Rp) 8.000 7.978 8.629 2.058 1.640 2.017 25,80% 20,56% 23,37%
Belanja Tidak Langsung 4.002 3.442 3.873 1.564 1.077 1.009 45,45% 31,28% 26,05%
Belanja Langsung 3.160 3.573 3.527 268 288 647 7,50% 8,05% 18,35%
Belanja Pegawai 838 963 1.229 226 276 361 23,44% 28,66% 29,33%
Surplus (Defisit) (702) (738) (150) 461 882 1.568
APBDUraian
% Realisasi s.d. TriwulanRealisasi s.d. Triwulan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 31
2.2.1. Penyerapan Pendapatan Triwulan II 2019
Pada tahun 2019, pendapatan daerah Provinsi Papua Barat telah ditargetkan sebesar
Rp8.479 miliar pada tahun 2019, lebih tinggi dibandingkan anggaran tahun 2018 yang
tercatat sebesar Rp7.240 miliar. Dilihat dari komposisinya, pendapatan transfer masih
mendominasi dengan pangsa hingga 94,8%. Komponen utama pendapatan transfer di
Provinsi Papua Barat adalah Dana Perimbangan sebesar Rp4.090 miliar dan Lain-lain
Pendapatan Yang Sah yang berbentuk Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar
Rp3.948 miliar. Sedangkan pendapatan asli daerah yang merupakan indikator kemandirian
suatu daerah masih ditargetkan sebesar Rp442 miliar atau dengan pangsa sekitar 5,2%.
Provinsi Papua Barat telah merealisasikan 42,47% anggaran pendapatannya hingga
Triwulan II 2019 yang tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun
sebelumnya sebesar 34,83%.
Komponen Pendapatan Asli Daerah mencapai tingkat realisasi yang optimal sebesar 73,05%,
di atas periode yang sama sebelumnya yang tercatat sebesar 62,64%. Sedangkan komponen
Dana Perimbangan mencatat realisasi sebesar 50,80%, jauh lebih tinggi dibandingkan
realisasi pada triwulan II 2018. Realisasi terendah dicatatkan oleh komponen Lain-lain
Pendapatan Yang Sah sebesar 30,00% sama dengan realisasi pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Papua Barat pada Triwulan II 2019
sebesar 73,05% didorong oleh realisasi Pajak Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Yang Dipisahkan yang optimal.
Pajak Daerah sebagai komponen terbesar dengan pangsa 75,2% dari total PAD telah
direalisasikan sebesar Rp266miliar atau 80,16 %. Begitu juga dengan komponen Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan yang sudah terealisasi hingga 198,9%
walaupun masih memberikan kontribusi yang relatif kecil. Sedangkan komponen Retribusi
Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah terealisasi masing-masing sebesar Rp1 miliar (48,22%)
dan Rp38 miliar (38,74%). Dengan tingkat realisasi PAD yang telah dicapai hingga Triwulan
II tahun ini menunjukkan efektivitas keuangan daerah1 di Provinsi Papua Barat sudah optimal.
1Efektivitas Keuangan Daerah (Efektifitas PAD) merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap
rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas
pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 32
Tabel 2.3. Realisasi Pendapatan APBD Propinsi Papua Barat
Sumber : BPKAD Provinsi Papua Barat, diolah
Selanjutnya, Dana Perimbangan Provinsi Papua Barat dengan pagu sebesar Rp4.090
miliar telah terealisasi sebesar 50,80%, yang didorong oleh peningkatan tingkat realisasi
dari semua komponen, baik secara persentase maupun nilai nominal. Realisasi Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak tercatat sebesar 50,15% yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, transfer Dana Alokasi Umum juga
telah terealisasi sesuai jadwal dengan realisasi sebesar 58,33% dan didukung oleh Dana
Alokasi Khusus yang telah direalisasikan sebesar 33,06%.
Meskipun realisasi Pendapatan Asli Daerah meningkat, namun di sisi lain Pendapatan
Transfer juga mengalami peningkatan realisasi yang jauh lebih besar menyebabkan
derajat desentralisasi2 Provinsi Papua Barat tercatat mengalami sedikit penurunan dari
10,87% pada periode yang sama pada tahun sebelumnya menjadi 9,00% pada periode
laporan (grafik 2.1). Di sisi lain, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah3 menunjukkan hal
yang berbeda. Rasio kemandirian keuangan daerah Provinsi Papua Barat pada triwulan
laporan tercatat sebesar 9,89%, (grafik 2.2) lebih tinggi dibandingkan triwulan periode yang
sama tahun lalu yang sebesar 7,79%. Namun, dengan nilai rasio kedua indikator otonomi
fiskal tersebut masih di bawah 50% merupakan indikasi bahwa Provinsi Papua Barat masih
memiliki ketergantungan keuangan yang cukup tinggi terhadap pusat.
2Derajat Desentralisasi merupakan perbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan
Daerah (TPD), semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin besar kemampuan daerah untuk membiayai
belanja pemerintah.
3Rasio Kemandirian Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi
Pendapatan Transfer pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah
daerah dalam membiayai sendiri kegiatan belanja daerahnya.
2017 2018 2019 II - 2017 II - 2018 II-2019 II - 2017 II - 2018 II-2019
PENDAPATAN ASLI DAERAH (Miliar Rp) 524 438 442 139 274 323 26,47% 62,64% 73,05%
Pajak Daerah 263 308 332 119 101 266 45,20% 32,79% 80,16%
Retribusi Daerah 2 1 2 1 0 1 34,66% 0,97% 48,22%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan34 8 9 - - 17 0,00% 0,00% 198,89%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 226 121 99 19 173 38 8,52% 143,14% 38,74%
PENDAPATAN TRANSFER (Miliar Rp) 6.774 6.802 8.038 2.380 2.248 3.262 35,14% 33,04% 40,58%
Dana Perimbangan 3.499 2.793 4.090 1.388 1.045 2.077 39,66% 37,42% 50,80%
Bagi Hasil Pajak/bagi Hasil Bukan Pajak 1.666 904 2.090 395 202 1.048 23,69% 22,31% 50,15%
Dana Alokasi Umum 1.412 1.431 1.457 804 716 850 56,96% 50,00% 58,33%
Dana Alokasi Khusus 422 458 543 189 128 179 44,82% 27,89% 33,06%
Lain-lain Pendapatan Yang Sah 3.274 4.009 3.948 992 1.203 1.184 30,30% 30,00% 30,00%
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 3.266 4.009 3.948 985 1.203 1.184 30,14% 30,00% 30,00%
Pendapatan Lainnya 0 - 0,22 - 0,04 0,00% 0,00% 17,59%
Dana Insentif Daerah 8 - - 8 - - 100,00% 0,00% 0,00%
PENDAPATAN DAERAH (Miliar Rp) 7.298 7.240 8.479 2.519 2.522 3.584 34,51% 34,83% 42,27%
% Realisasi s.d. TriwulanUraian
APBD Realisasi s.d. Triwulan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 33
Sumber : BPKAD Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 2.1. Derajat Desentralisasi
Sumber : BPKAD Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 2.2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
2.2.2. Realisasi Belanja Triwulan II 2019
Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 masih belum
optimal. Realisasi belanja daerah tercatat sebesar 23,37% yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya baik dari sisi tingkat realisasi maupun
nominal realisasi (grafik 2.3). Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 telah merealisasikan
belanja daerah sebesar Rp2.017 miliar dengan komponen belanja terbesar adalah Belanja
Tidak Langsung dengan pangsa 50,02%, berikutnya adalah komponen Belanja Langsung
sebesar 32,09%, dan Belanja Pegawai sebesar 17,88% (grafik 2.4).
Sumber : BPKAD Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 2.3. Rasio Realisasi Belanja Daerah
Sumber : BPKAD Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 2.4. Pangsa Realisasi Belanja
Di antara ketiga komponen tersebut, Belanja Pegawai mencatat realisasi paling tinggi yaitu
sebesar 29,33% yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2018. Sedangkan
Belanja Tidak Langsung mencatat realisasi sebesar 26,05% yang lebih rendah dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, realisasi Belanja Langsung yang sebesar
18,35% tercatat jauh lebih tinggi di bandingkan dengan realisasi pada triwulan II 2018 yang
hanya sebesar 8,05%.
Realisasi Belanja Tidak Langsung paling besar dialokasikan untuk Belanja Bantuan
Keuangan dan Belanja Hibah masing-masing sebesar Rp594miliar dan Rp284 miliar.
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV TwI TwII
2016 2017 2018 2019
7,20%6,46% 6,07%
12,07%
7,55%
5,51% 5,82%6,62%
10,92% 10,87%
7,23%6,03%
14,84%
9,00%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV TwI TwII
2016 2017 2018 2019
7,76%6,91% 6,47%
13,73%
8,16%
5,83%6,18%7,09%
12,26%12,20%
7,79%6,42%
17,42%
9,89%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV TwI TwII
2016 2017 2018 2019
3,91%
30,91%
53,13%
94,26%
10,50%
25,90%
40,42%
87,70%
2,80%
20,56%
45,84%
86,87%
4,74%
23,37%50,02%
32,09%
17,88%
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 34
Belanja Bantuan Sosial mencatat realisasi tertinggi pada belanja daerah secara total yaitu
sebesar 55,40% walau dengan nominal yang relatif kecil yaitu hanya Rp27 miliar. Tingkat
realisasi terbesar berikutnya yaitu alokasi Belanja Hibah yang mencapai 36,56% dan Belanja
Bantuan Keuangan yang mencapai 29,67%.
Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Propinsi Papua Barat
Sumber : BPKAD Provinsi Papua Barat, diolah
Sedangkan komponen Belanja Langsung baru direalisasikan sebesar Rp647 miliar atau
18,35%. Peningkatan realisasi kedua komponen utama yaitu Belanja Barang dan Jasa yang
tercatat sebesar 25,02% dan Belanja Modal sebesar 11,25% mendorong realisasi Belanja
Langsung relatif lebih optimal dibandingkan dengan triwulan II 2018. Di sisi lain, komponen
Belanja Pegawai telah direalisasikan sebesar Rp361 miliar atau sebesar 29,33% relatif sama
dengan pencapaian pada triwulan II 2018.
2017 2018 2019 II - 2017 II - 2018 II-2019 II - 2017 II - 2018 II-2019
BELANJA TIDAK LANGSUNG (Tidak Termasuk
Belanja Pegawai)4.002 3.442 3.873 1.564 1.077 1.009 39,09% 31,28% 26,05%
Belanja Hibah 813 834 778 600 412 284 73,77% 49,35% 36,56%
Belanja Bunga 2 - - - - 0,00% 0,00% 0,00%
Belanja Bantuan Sosial 51 93 48 28 28 27 54,81% 29,82% 55,40%
Belanja Bagi Hasil Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa1.393 574 1.034 371 59 104 26,67% 10,29% 10,02%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa1.734 1.937 2.003 566 578 594 32,61% 29,86% 29,67%
Belanja Tidak Terduga 10 4 10 - - - 0,00% 0,00% 0,00%BELANJA LANGSUNG (Tidak Termasuk Belanja
Pegawai)3.160 3.573 3.527 268 288 647 8,48% 8,05% 18,35%
Belanja Barang dan Jasa 2.081 1.810 1.819 250 243 455 12,01% 13,42% 25,02%
Belanja Modal 1.079 1.763 1.708 18 45 192 1,66% 2,54% 11,25%
Belanja Pegawai (Miliar Rp) 838 963 1.229 226 276 361 26,95% 28,66% 29,33%
BELANJA DAERAH (Miliar Rp) 8.000 7.978 8.629 2.058 1.640 2.017 25,73% 20,56% 23,37%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya (SILPA)782 788 250 788 -
PEMBIAYAAN DAERAH 80 50 100 - -
Surplus (Defisit) - - - 461 1.670 1.568
% Realisasi s.d. TriwulanUraian
APBD Realisasi s.d. Triwulan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 35
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 36
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 menurun jika dibandingkan
dengan triwulan I 2019.
Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi tahunan terutama disebabkan oleh
kelompok bahan makanan. Namun demikian, tingginya inflasi pada kelompok
transportasi masih menjadi pendorong inflasi pada periode ini.
Pada triwulan III 2019, inflasi kelompok angkutan udara diperkirakan masih menjadi
penyumbang andil inflasi yang dominan.
3.1. Inflasi Secara Umum
Inflasi Papua Barat tercatat terjaga pada triwulan II 2019. Pada periode ini inflasi tercatat
sebesar 2,75% (yoy), menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 3,48% (yoy). Secara historis, inflasi tahunan Papua Barat pada periode ini tercatat
paling rendah dalam 5 tahun terakhir. Secara bulanan, tekanan inflasi menunjukkan pola
yang beragam selama triwulan II 2019. Pada Bulan April tercatat deflasi -0,04% (mtm), yang
seakan melanjutkan tren deflasi di bulan Februari dan Maret. Namun, pada bulan Mei terjadi
inflasi yang cukup tinggi karena pengaruh momen HBKN yang tercatat sebesar 1,59% (mtm).
Selanjutnya, permintaan yang masih tinggi juga mendorong inflasi di bulan Juni sebesar
0,25%(mtm). Sementara, secara triwulanan inflasi Papua Barat pada periode laporan tercatat
1,81% (qtq), lebih tinggi bila dibanding triwulan I 2019 sebesar -0,61% (qtq) namun lebih
rendah bila dibanding periode triwulan II 2018 sebesar 2,54% (qtq).
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.1. Inflasi Bulanan Prov. Papua Barat
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.2. Inflasi Tahunan Prov. Papua Barat
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
%, mtm
2019 Max 5 tahun Min 5 tahun
BAB - 3
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 37
Inflasi di Papua Barat saat ini masih berada pada sasaran inflasi nasional 3,5%±1%. Jika
dibandingkan dengan inflasi nasional maupun inflasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang
mencakup Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua, Inflasi di Papua
Barat terpantau lebih rendah. Inflasi nasional secara tahunan tercatat sebesar 3,28% (yoy)
dan inflasi KTI secara tahunan tercatat sebesar 3,07% (yoy). Jika dibandingkan dengan
provinsi lain di KTI, Provinsi Papua Barat memiliki nilai inflasi yang relatif berada di rata-rata
sebaran laju inflasi di KTI. Inflasi tertinggi di KTI dicatatkan oleh Sulawesi Tengah (5,24%,yoy)
dan Sulawesi Utara (5,10%,yoy). Sementara itu, Sulawesi Barat mencatat inflasi terendah
sebesar 0,54% (yoy).
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.3 Inflasi Tahunan Papua Barat, KTI dan
Nasional
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.4. Perkembangan Kurs Rupiah (JISDOR)
terhadap USD
Berdasarkan kelompok pengeluaran, penurunan laju inflasi tahunan triwulan II 2019
berasal dari kelompok bahan makanan. Sementara, inflasi pada kelompok
transportasi,komunikasi, & jasa keuangan terutama sub kelompok transportasi tercatat
tinggi. Kelompok bahan makanan mencatat deflasi yang disumbang oleh terkoreksinya
komoditas daging ayam ras, ikan segar (ikan teri, ikan cakalang/sisik, ikan kawalina, ikan
kembung, ikan mumar). Secara umum, harga daging ayam ras mengalami koreksi harga
secara nasional seiring pasokan yang berlimpah terutama pasokan bibit ayam (Day Old
Chicks/DOC). Disamping itu, pasokan ikan segar ditengarai relatif lebih baik dibanding tahun
lalu sehingga harga ikan segar tidak semahal harga pada tahun lalu. Sementara itu, ditengah
penurunan inflasi bahan makanan, inflasi kelompok transportasi tercatat tinggi yang
didorong oleh tarif angkutan udara. Tarif angkutan udara yang mengalami peningkatan sejak
November tahun 2018 hingga akhir triwulan II 2019 ini belum mengalami penurunan harga
secara signifikan. Tekanan pada angkutan udara juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan
masyarakat akan transportasi udara seiring dengan peringatan Hari Raya Idul Fitri dan Libur
Lebaran yang terjadi selama triwulan II 2019.
14244
14141
8500
9500
10500
11500
12500
13500
14500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018 2019
IDR
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 38
Secara spasial, inflasi tahunan di Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong tercatat
menurun. Inflasi tahunan di Kabupaten Manokwari mengalami penurunan dari 7,11% (yoy)
pada triwulan I 2019 menjadi 7,07% (yoy) pada periode ini. Sedangkan, Kota Sorong sebagai
kota dengan bobot terbesar hingga 75%, mencatat laju inflasi yang cukup rendah yaitu
sebesar 1,37% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan I 2019 yang sebesar
2,33% (yoy).
Perkembangan harga komoditas global menunjukkan penurunan harga secara umum
untuk komoditas pangan dan peningkatan signifikan untuk komoditas emas. Harga
komoditas global pangan yaitu beras, kedelai, dan gandum mengalami koreksi harga bila
dibandingkan harga tahun lalu. Komoditas beras mengalami koreksi sebesar -8,26% (yoy),
kedelai terkoreksi sebesar -14,67% (yoy), dan gandum terkoreksi -14,40%(yoy). Penurunan
ketiga harga pangan berimbas pada turunnya harga makanan yang berasal dari ketiga bahan
pangan tersebut. Penurunan harga gandum akan berimbas dari menurunnya harga olahan
gandum seperti roti. Sementara, harga jagung masih mencatat kenaikan masing sebesar
5,21% (yoy). Kenaikan harga jagung akan berdampak pada harga pakan ternak. Kelima
komoditas tersebut untuk saat ini masih diimpor dari luar negeri sehingga dampak kenaikan
secara global dapat berimbas ke pasar domestik. Sementara itu, komoditas minyak dunia
berdasarkan harga minyak Minas dan WTI mencatat penurunan masing-masing sebesar -
8,44% (yoy) dan -11,89% (yoy). Penurunan ini belum berdampak pada penurunan inflasi di
kelompok angkutan udara. Di samping itu, komoditas minyak kelapa sawit yang menjadi
salah satu pendorong utama ekspor di Kawasan Timur Indonesia masih terkoreksi dengan
penurunan harga -20,68% (yoy). Harga emas mengalami peningkatan sebesar 0,19%(yoy).
Sumber : Bloomberg
Grafik 3.5. Perkembangan Harga Komoditas
Global Pangan
Sumber : Bloomberg
Grafik 3.6. Perkembangan Harga Komoditas
Global Inti
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
% yoy
Jagung Kedelai Gandum Beras
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
% yoy
Minyak Minas Minyak WTI Minyak Kelapa Sawit Emas
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 39
3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok
Bila dibandingkan triwulan I 2019, secara umum inflasi tahunan pada triwulan II 2019
menurun di seluruh kelompok kecuali Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan
Bakar, Kelompok Sandang, dan Kelompok Kesehatan. Berdasarkan pangsa penyumbang
inflasi, kelompok bahan makanan mempunyai pangsa tertinggi sebesar 32,32%, selanjutnya
diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (22,18%), kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (15,89%), kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau (15,80%), kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (4,95%),
kelompok sandang (4,46%), dan kelompok kesehatan (4,46%). Hal ini mengindikasikan
bahwa kelompok bahan makanan menjadi kelompok yang paling mempengaruhi inflasi di
Papua Barat.
Pada periode ini, tekanan inflasi cukup rendah terjadi pada inflasi bahan makanan
bahkan deflasi sebesar -0,23% (yoy). Deflasi ini disebabkan oleh terkoreksinya beberapa
harga bahan pangan seperti daging ayam ras, ikan segar seiring bertambahnya pasokan
karena peningkatan produksi yang terjadi di daerah hasil, serta didukung oleh kondisi cuaca
yang cukup baik. Sementara, inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan tercatat menurun dari 10,83% (yoy) menjadi 6,11% (yoy). Meski menurun, namun
tekanan ini masih relatif tinggi terutama dipengaruhi oleh kenaikan tarif angkutan udara.
Tarif angkutan udara mengalami peningkatan sejak akhir tahun 2018 yang hingga saat ini
belum turun secara signifikan dan selanjutnya juga didorong oleh peak season yang terjadi
selama triwulan II 2019.
Permintaan dan penawaran merupakan 2 (dua) hal penting yang mempengaruhi harga. Jika
melihat dari sisi bahan makanan (pangan), penawaran atau pasokan pangan di Papua Barat
masih didominasi dari luar daerah. Pasokan pangan dari dalam Papua Barat sendiri belum
mampu mencukupi keseluruhan kebutuhan pangan sehingga membutuhkan tambahan
pasokan dari luar daerah. Distribusi pasokan pangan menjadi penting karena apabila pasokan
terlambat datang, maka akan terjadi peningkatan harga. Dengan kondisi infrastuktur yang
masih minim dan geografis yang cukup sulit menyebabkan logistik atau pengiriman antar
daerah menjadi terkendala. Maka dari itu, risiko inflasi pangan masih cukup tinggi di wilayah
Papua Barat. Selain itu, dampak kenaikan harga pangan akan menyebabkan harga makanan
jadi juga ikut meningkat. Konsumsi masyarakat yang masih cukup tinggi terhadap rokok juga
meningkatkan tekanan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Meskipun tidak ada kenaikan cukai rokok di tahun 2019, namun pola perusahaan rokok yang
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 40
meningkatkan harga jual rokok secara perlahan menjadi upside risk inflasi pada kelompok
ini. Mengutip data Riskesdas 2018 dari Kementerian Kesehatan bahwa jumlah perokok usia
diatas 15 tahun mencapai 33,8% dari jumlah penduduk. Ini mengindikasikan perubahan
harga rokok dapat menyebabkan pengaruh yang cukup besar bagi tingkat konsumsi
penduduk.
Di sisi lain, inflasi kelompok sandang terpantau meningkat. Hal ini mensyaratkan bahwa
konsumsi pakaian pada periode ini tergolong tinggi. Ini didukung juga dengan adanya
momen perayaan hari raya yang mendorong masyarakat untuk membeli pakaian baru.
Selanjutnya, inflasi kelompok kesehatan juga terpantau meningkat yang didorong oleh tarif
jasa perawatan jasmani. Kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar mengalami
sedikit peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya tempat tinggal terutama sewa
rumah. Sementara, peningkatan ini tertahan oleh tarif listrik seiring pemberian diskon
Rp52/kWh bagi pelanggan Rumah Tangga Mampu 900 VA mulai 1 Maret 2019 oleh PLN.
Selanjutnya, inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga terpantau cukup rendah.
Tabel 3.1. Tingkat Inflasi Tahunan Papua Barat Menurut Kelompok Barang, (%)
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Tabel 3.2. Komoditas Utama Inflasi Papua Barat Triwulan II 2019, (%)
I II III IV I II III IV I II
Umum 3.66 3.93 1.71 1.44 1.55 3.42 4.13 5.21 3.48 2.75
Bahan Makanan 2.96 3.89 0.79 0.84 0.85 5.86 5.02 5.84 (0.14) (0.23)
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.70 2.44 1.76 1.02 4.36 5.39 6.77 8.00 6.45 6.06
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4.75 5.38 4.41 3.20 1.97 0.85 1.54 1.80 2.06 2.29
Sandang 0.59 1.49 0.48 1.28 4.04 4.78 4.84 5.01 2.85 4.48
Kesehatan 10.80 6.02 4.82 2.08 2.23 2.88 3.45 2.88 5.23 5.60
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 1.59 1.30 0.70 0.43 2.89 3.28 3.51 3.23 1.54 1.48
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2.72 4.73 0.49 1.09 (0.71) 0.18 3.59 7.89 10.83 6.11
Kelompok Komoditi 2018
Inflasi yoy
20192017
Komoditas Utama Inflasi yoy andil
Angkutan Udara 40.50 0.65
Sewa Rumah 3.69 0.24
Cabai Rawit 37.57 0.23
Rokok Kretek Filter 9.84 0.22
Bawang Putih 28.87 0.20
Roti Manis 37.14 0.19
Ekor Kuning 17.38 0.17
Tarip Pulsa Ponsel 6.30 0.14
Buah Pinang 39.83 0.13
Sepeda Motor 5.78 0.10
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 41
3.2.1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi pada triwulan laporan. Deflasi
kelompok bahan makanan tercatat sebesar -0,23% (yoy) pada triwulan II 2019, lebih rendah
dari triwulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,14% (yoy). Terjadi deflasi pada
kelompok ini disebabkan oleh rendahnya inflasi subkelompok daging dan hasil-hasilnya,
subkelompok ikan segar, subkelompok telur susu dan hasil-hasilnya, subkelompok lemak dan
minyak.
Subkelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi yang cukup dalam sebesar
-4,35% (yoy). Deflasi ini dipengaruhi oleh koreksi harga seluruh komponen subkelompok
terutama daging ayam ras. Harga daging ayam ras mengalami penurunan secara nasional.
Penurunan harga daging ayam secara nasional berdampak ke Papua Barat. Hal ini karena
pasokan daging ayam ras sebagian besar berasal dari wilayah Jawa Timur dan Makassar.
Turunnya harga daging ayam ras dipengaruhi oleh melimpahnya pasokan bibit ayam (Days
Old Chick/DOC). Sejalan dengan itu, harga pakan ternak terpantau cukup stabil ditengah
penurunan harga jagung pipilan domestik sekitar 0,02% (mtm).
Selanjutnya, ikan segar tercatat deflasi sebesar -5,85%(yoy). Pasokan ikan segar sangat
mempengaruhi tingkat harga di level konsumen. Konsumsi masyarakat Papua Barat yang
tinggi terhadap ikan segar terutama ikan cakalang, ikan kembung, ikan mumar, serta ikan
ekor kuning menyebabkan gejolak harga saat pasokan terganggu. Pada periode ini pasokan
ikan melimpah sehingga justru terjadi deflasi. Beberapa ikan mengalami koreksi harga atau
dapat dikatakan harganya yang lebih rendah dibanding tahun lalu seperti ikan cakalang, ikan
kembung, ikan mumar, ikan teri, dan ikan kawalina. Kondisi cuaca yang cukup baik
ditengarai menjadi alasan hasil tangkap nelayan dapat lebih optimal.
Subkelompok telur susu dan hasil-hasilnya juga terpantau deflasi sebesar -0,24% (yoy).
Deflasi pada subkelompok ini disumbang oleh komoditas telur ayam. Sejalan dengan harga
daging ayam yang terkoreksi, telur ayam turut mengalami koreksi harga yang dipengaruhi
oleh melimpahnya pasokan telur ayam.
Sementara, Inflasi subkelompok bumbu-bumbuan tercatat tinggi sebesar 15,74% (yoy).
Komoditas yang menjadi penyumbang yaitu cabai merah, cabai rawit, bawang merah,
bawang putih. Inflasi komoditas cabai meningkat seiring dengan terbatasnya pasokan dalam
daerah terkait masih belum teraturnya pola tanam dan musim kemarau yang lebih cepat di
daerah penghasil. Pasokan cabai rawit dalam daerah Papua Barat itu sendiri juga dipenuhi
dari luar daerah seperti Seram (Maluku) dan Makasar (Sulawesi Selatan). Selain itu, harga
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 42
bawang putih terjadi kenaikan secara tahunan akibat pasokan impor luar negeri yang
menurun. Sekitar 95% kebutuhan bawang putih nasional dipenuhi dari impor luar negeri. Di
Papua Barat, tidak tersedia produksi komoditas bawang putih sehingga keseluruhan pasokan
mengandalkan pasokan dari luar daerah. Rendahnya pasokan impor disebabkan karena
terbatasnya perusahaan yang memenuhi persyaratan dalam pengajuan Rekomendasi Impor
Produk Hortikultura (RIPH) yang mengalami kendala untuk memenuhi kebijakan wajib tanam
bawang putih.1 Namun demikian, harga bawang putih yang mengalami puncak harga di
sekitar April dan Mei 2019 mulai berlangsung menurun di bulan Juni 2019 seiring mulai
terpenuhinya pasokan bawang putih.
Sementara, tekanan inflasi padi-padian,umbi-umbian dan hasilnya tercatat menurun.
Inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh komoditas beras. Kebijakan pemerintah
yang telah menerapkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras dan
pantauan dari beberapa lembaga seperti Bulog dan Satgas Pangan diharapkan dapat
menahan laju inflasi beras sehingga harga beras dapat lebih terkendali.
Tabel 3.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah) Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.7. Inflasi Cabai Merah Grafik 3.8. Inflasi Cabai Rawit
1 Permentan No. 38/2017 yang telah direvisi dengan Permentan No. 24/2018 mewajibkan importir bawang putih untuk menanam bawang putih di dalam
negeri sebesar 5% dari volume impor yang diajukan. Per 25 Maret 2019, telah terdapat 80 perusahaan yang mengajukan RIPH, dimana 10 perusahaan di
antaranya telah memenuhi syarat. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang terdapat 122 perusahaan memperoleh RIPH (Sumber:
Kementan).
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I
BAHAN MAKANAN 10.12 5.34 4.38 3.44 2.96 3.89 0.79 0.84 0.85 5.86 5.02 5.84 (0.14) (0.23)
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 3.78 3.46 2.19 3.45 3.09 3.07 3.21 (1.32) 1.17 2.86 5.57 4.82 1.44 (0.05)
Daging dan Hasil-hasilnya 14.75 21.20 31.70 30.48 25.42 11.22 (4.61) 0.08 7.49 13.25 18.08 10.93 (4.85) (4.35)
Ikan Segar 8.70 (11.62) (16.51) (12.44) (18.03) 3.46 2.57 9.29 13.70 20.57 15.29 11.27 1.85 (5.54)
Ikan Diawetkan 0.22 (0.44) (18.94) (13.44) (21.55) (13.10) 1.36 0.18 9.14 4.97 3.98 5.12 5.49 10.03
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 6.76 (0.02) (3.23) (3.27) (4.37) (3.39) 2.19 3.59 3.45 7.46 5.74 6.23 5.20 (0.24)
Sayur-sayuran 15.46 9.79 13.51 (3.30) 3.89 8.30 7.31 3.59 (3.05) (7.43) (14.08) (6.59) (7.32) 0.70
Kacang - kacangan 3.77 (0.38) (10.58) (11.40) (11.69) (6.50) 1.92 5.20 12.39 3.52 3.04 5.48 (4.29) 6.45
Buah - buahan 7.75 6.10 3.09 2.32 1.04 (1.70) 1.52 5.58 4.86 6.16 7.60 3.65 2.61 3.21
Bumbu - bumbuan 28.09 22.85 16.52 18.36 23.13 (0.53) (6.06) (17.06) (26.37) (4.58) (5.75) 11.52 10.44 15.83
Lemak dan Minyak (0.48) (1.11) (0.27) 1.04 3.07 4.11 1.84 0.56 (2.08) (3.28) (2.95) (3.66) (4.52) (6.57)
Bahan Makanan Lainnya 4.25 1.89 1.70 0.82 (0.12) (0.47) (1.43) (2.46) (4.53) (5.29) (5.23) (1.64) 3.06 7.82
201920182016 2017
Inflasi yoy (%)
Kelompok Komoditi
-26.50
-16.50
-6.50
3.50
13.50
23.50
33.50
43.50
-100.00
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
-100.00
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 43
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah) Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.9 Inflasi Bawang Merah Grafik 3.10. Inflasi Bawang Putih
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah) Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.11. Inflasi Ikan Segar Grafik 3.12. Inflasi Daging Ayam Ras
3.2.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat sebesar 2,29%
(yoy). Inflasi kelompok ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,06% (yoy). Apabila dilihat per subkelompok, inflasi ini
lebih didorong oleh kenaikan biaya tempat tinggal, dan penyelenggaraan rumah tangga
tetapi tertahan oleh turunnya subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Turunnya
inflasli pada subkelompok ini akibat pemberian diskon tarif listrik sebesar Rp52/kWh bagi
pelanggan Rumah Tangga Mampu 900 VA mulai 1 Maret 2019 oleh PLN.
Pangsa kelompok perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar sebesar 22,18% dari
keseluruhan komoditas penyumbang inflasi. Secara subkelompok, pangsanya jika
diurutkan yaitu biaya tempat tinggal (12,87%), bahan bakar,penerangan, dan air (6,14%),
penyelenggaraan rumah tangga (1,69%), dan perlengkapan rumah tangga (1,46%).
Tabel 3.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
-51.00
-31.00
-11.00
9.00
29.00
49.00
69.00
89.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
-24.00
-14.00
-4.00
6.00
16.00
26.00
36.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
-24.00
-14.00
-4.00
6.00
16.00
26.00
36.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 1.97 2.13 2.65 3.12 4.75 5.38 4.41 3.20 1.97 0.85 1.54 1.80 2.06 2.29
Biaya Tempat Tinggal 1.48 2.18 1.61 2.58 3.05 2.04 1.77 0.97 1.20 1.18 2.40 2.56 2.82 3.16
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 3.13 1.78 5.27 4.35 9.94 15.23 11.15 9.07 4.24 0.42 0.79 1.34 0.73 0.41
Perlengkapan Rumahtangga 1.19 2.27 1.67 3.79 2.91 1.26 1.46 (0.31) 0.03 0.72 1.35 0.71 2.34 1.95
Penyelenggaraan Rumahtangga 2.50 2.93 3.02 3.31 2.46 1.54 3.12 2.41 0.56 0.17 (1.19) (0.95) 1.09 2.44
20192018
Inflasi yoy (%)
2017Kelompok Komoditi 2016
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 44
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.13. Inflasi Tarif Listrik
3.2.3. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan inflasi.
Kelompok ini mengalami inflasi 6,11%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 10,83%(yoy). Tingginya inflasi pada triwulan sebelumnya disebabkan
oleh subkelompok transpor terutama tarif angkutan udara. Kenaikan tarif angkutan udara
terjadi pada Oktober 2018 hingga saat ini. Berdasarkan survei harga tiket pesawat, maskapai
masih menerapkan harga tiket batas atas atau mengurangi kelas tiket yang lebih rendah.
Secara tahunan, tarip angkutan udara mengalami kenaikan harga dibanding tahun lalu.
Menyikapi hal itu, pada bulan Mei 2019 Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) tiket pesawat. Keputusan tersebut tertuang
dalam dalam Keputusan Menteri Perhubungan (Menhub) Nomor 106 Tahun 2019 tentang
Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal
Dalam Negeri. Melalui Keputusan Menhub ini, TBA tiket pesawat turun sebesar 12%-16%
dan berlaku untuk seluruh maskapai penerbangan, tanpa terkecuali. Dengan penurunan
tersebut, tekanan inflasi dari sisi angkutan udara sedikit berkurang. Dari sisi dampak, akses
transportasi udara ini merupakan pilihan utama masyarakat seiring kondisi geografis yang
tidak memungkinkan bila melalui jalur darat, kenaikan ini cukup berdampak bagi masyarakat
di Papua Barat menimbang permintaan dan mobilitas yang relatif tinggi.
Selain itu, inflasi pada subkelompok komunikasi dan pengiriman tercatat menurun.
Penurunan ini disumbang oleh telepon seluler. Semakin membanjirnya produk telepon seluler
di Papua Barat mempengaruhi tingkat harga produk menjadi semakin lebih rendah. Pangsa
kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 15,89%, sementara
subkelompok transportasi menyumbang pangsa sebesar 11,52%, dan subkelompok
komunikasi dan pengiriman pangsa sebesar 3,36%.
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 45
Tabel 3.5. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.14. Inflasi Angkutan Udara
3.2.4. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mencatat inflasi sebesar
6,06% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2019 sebesar 6,45% (yoy).
Kenaikan ini terutama disumbang oleh peningkatan inflasi subkelompok tembakau dan
minuman berakohol dan masih tingginya inflasi subkelompok makanan jadi. Subkelompok
tembakau dan minuman berakohol disumbang terutama oleh kenaikan harga rokok kretek
filter. Meskipun tidak ada kenaikan cukai rokok di tahun 2019, namun pola perusahaan
rokok yang meningkatkan harga jual rokok secara perlahan dan masih tingginya konsumsi
rokok masyarakat menyebabkan harga rokok tetap bertahan naik. Berdasarkan data
Riskesdas 2018 dari Kementerian Kesehatan bahwa jumlah perokok usia diatas 15 tahun
mencapai 33,8% dari jumlah penduduk. Ini mengindikasikan perubahan harga rokok dapat
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi tingkat ekonomi penduduk. Selain itu, ada
fenomena menarik yang hanya terjadi di Papua yaitu sumbangan inflasi dari komoditas buah
pinang. Buah pinang di Papua Barat telah menjadi salah satu bahan yang sering dikonsumsi
oleh masyarakat sehingga peningkatan harga buah pinang turut menyebabkan tekanan yang
cukup tinggi pada kelompok ini.
Disisi lain, tingginya inflasi subkelompok makanan jadi disumbang oleh roti manis. Turunnya
harga komoditas gandum dunia tidak sejalan dengan penurunan harga roti manis di level
domestik. Berdasarkan data bloomberg, harga komoditas gandum di dunia mengalami
koreksi dengan pertumbuhan terkontraksi sebesar -14,40% (yoy) di bulan Juni 2019.
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 3.69 3.38 3.98 2.69 2.72 4.73 0.49 1.09 (0.71) 0.18 3.59 7.89 10.83 6.11
Transpor 5.14 4.67 4.73 2.27 1.77 4.65 (0.45) 0.92 (1.03) 0.17 2.22 8.06 12.27 7.07
Komunikasi Dan Pengiriman 0.03 0.04 2.44 4.09 5.33 5.00 2.50 0.82 (0.36) (0.06) 8.43 9.06 8.66 3.71
Sarana dan Penunjang Transpor 1.12 0.75 0.62 1.21 6.36 6.58 6.18 6.40 2.80 2.57 2.44 1.64 0.60 2.10
Jasa Keuangan 1.85 1.85 1.85 1.85 (0.00) 0.00 0.19 0.19 0.19 0.19 (0.00) (0.00) 0.29 0.29
2019Kelompok Komoditi 2016 20182017
Inflasi yoy (%)
-25.00
-15.00
-5.00
5.00
15.00
25.00
35.00
45.00
-50.00
-30.00
-10.00
10.00
30.00
50.00
70.00
90.00
110.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 46
Tabel 3.6. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Sumber : Bloomberg
Grafik 3.15. Perkembangan Harga Komoditas
Global Gandum dan Beras
Sumber : BPS Provinsi Papua Barat (diolah)
Grafik 3.16. Perkembangan Harga Rokok Kretek
Filter
3.3. Inflasi Kota dan Kabupaten di Provinsi Papua Barat
Provinsi Papua Barat memiliki 2 kota/kabupaten yang menjadi perhitungan inflasi oleh
BPS, yaitu Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Kota Sorong mencatat bobot sebesar
0,24% terhadap inflasi nasional, sedangkan Kabupaten Manokwari tercatat dengan bobot
inflasi sebesar 0,08%. Inflasi Kota Sorong pada triwulan II 2019 tercatat menurun dari 2,33%
(yoy) pada triwulan yang lalu menjadi 1,37% (yoy). Sejalan daripada itu, Kabupaten
Manokwari juga mengalami penurunan inflasi yang terbatas dimana tercatat dari 7,11%
(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,07% (yoy). Ditinjau dari kelompoknya, turunnya
inflasi Kota Sorong disumbang oleh kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga, dan kelompok kelompok transportasi,komunikasi dan jasa keuangan.
Sedangkan, penurunan inflasi Kabupaten Manokwari dipengaruhi oleh turunnya inflasi
kesehatan dan inflasi kelompok transportasi,komunikasi dan jasa keuangan.
3.3.1. Kota Sorong
Inflasi Kota Sorong secara tahunan pada triwulan II 2019 tercatat cukup rendah sebesar
1,37% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,33% (yoy). Dilihat dari kelompok barang dan jasanya,
inflasi kelompok bahan makanan menjadi penyumbang turunnya inflasi yang tercatat deflasi
sebesar -2,14% (yoy). Terkoreksinya harga ikan cakalang, daging ayam ras, teri,
kembung/sisik, kawalina menjadi andil utama pendorong deflasi bahan makanan. Sementara
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.28 7.66 6.16 5.17 4.70 2.44 1.76 1.02 4.36 5.39 6.77 8.00 6.45 6.06
Makanan Jadi 3.33 2.93 1.16 1.27 1.72 1.48 1.25 0.91 6.10 8.89 9.81 10.93 6.92 5.50
Minuman yang Tidak Beralkohol 8.53 13.01 12.02 11.16 6.30 (0.13) (0.89) (1.63) (0.55) (3.42) (3.16) (2.89) (0.62) 1.18
Tembakau dan Minuman Beralkohol 13.48 11.09 9.50 6.29 8.19 6.43 5.06 3.61 5.96 7.71 10.84 12.89 11.59 10.90
20192017 2018Kelompok Komoditi 2016
Inflasi yoy (%)
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018 2019
%,yoy
Gandum Beras
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
%, mtm (sb.kanan) %, yoy
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 47
itu, inflasi kelompok transpor, komunikasi, & jasa keuangan tercatat menurun dari 7,55%
(yoy) menjadi sebesar 3,58% (yoy). Angkutan udara masih menjadi pendorong inflasi di
kelompok ini seiring meningkatnya permintaan menjelang peringatan hari raya dan libur
lebaran yang dilanjutkan dengan libur sekolah.
Tabel 3.7. Tingkat Inflasi Kota Sorong Menurut Kelompok Barang, (%)
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Tabel 3.8. Komoditas Utama Inflasi Kota Sorong Triwulan II 2019, (%)
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
3.3.2. Kabupaten Manokwari
Kabupaten Manokwari mengalami penurunan inflasi yang terbatas pada triwulan II
2019 jika dibandingkan dengan triwulan I 2019. Inflasi Kabupaten Manokwari tercatat
sebesar 7,07% (yoy) pada periode laporan, sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang sebesar 7,11% (yoy). Meskipun menurun terbatas, namun level
inflasi ini masih tergolong cukup tinggi. Dilihat dari kelompok barang dan jasanya, inflasi
ini disumbang oleh tekanan inflasi pada sebagian besar kelompok inflasi terutama kelompok
transportasi, komunikasi, & jasa keuangan. Komoditas yang mendorong andil inflasi pada
kelompok ini yaitu angkutan udara dan kendaraan carter/rental. Inflasi kelompok ini bahkan
tercatat mencapai 14,10% (yoy), masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
21,35% (yoy). Sementara, Inflasi pada kelompok bahan makanan justru meningkat dari
sebelumnya 3,10% (yoy) menjadi 5,72% (yoy).
I II III IV I II III IV I II
Umum 3.27 3.68 1.24 1.33 1.34 3.78 4.64 4.95 2.33 1.37
Bahan Makanan 2.18 3.22 (1.12) 0.15 (1.32) 5.51 5.54 4.67 (1.19) (2.14)
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.69 2.13 1.83 1.32 5.71 6.44 8.44 9.27 6.46 5.73
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 5.39 6.11 5.00 3.51 2.27 0.94 1.79 1.92 1.29 1.50
Sandang (0.18) 1.22 0.43 1.14 4.78 5.80 5.46 5.48 2.16 4.13
Kesehatan 12.68 6.15 5.49 2.16 2.52 2.83 3.52 2.46 4.49 5.25
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.87 0.65 0.54 0.18 3.85 4.35 4.49 4.09 0.49 (0.26)
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.79 3.85 0.32 1.16 (0.16) 0.89 3.06 6.37 7.55 3.58
Kelompok Komoditi
Inflasi yoy
20192017 2018
Komoditas Utama Inflasi yoy andil
Bawang Putih 33.84 0.26
Angkutan Udara 21.06 0.24
Cabai Rawit 41.09 0.23
Roti Manis 37.15 0.22
Rokok Kretek Filter 10.12 0.22
Tarip Pulsa Ponsel 6.02 0.14
Sewa Rumah 2.00 0.13
Sepeda Motor 6.89 0.12
Buah Pinang 68.37 0.12
Rokok Kretek 8.91 0.11
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 48
Tabel 3.9. Tingkat Inflasi Kabupaten Manokwari Menurut Kelompok Barang, %
Sumber : BPS Propinsi Papua Barat (diolah)
Tabel 3.10. Komoditas Utama Inflasi Kabupaten Manokwari Triwulan II 2019 (%)
3.4. Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan III 2019
Inflasi IHK pada Juli 2019 terpantau terkendali. Inflasi IHK pada Juli 2019
mencatatkan inflasi pada level 0,33% (mtm), melanjutkan tren inflasi di bulan Mei
(1,59%,mtm) dan Juni (0,25%,mtm). Secara tahunan, di bulan Juli 2019 Papua Barat
mengalami inflasi IHK sebesar 1,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang
tercatat sebesar 3,32% (yoy). Inflasi ini disumbang oleh deflasinya kelompok bahan makanan
(-1,38%,yoy) namun tertahan oleh masih tingginya inflasi kelompok makanan jadi,
minuman, rokok, & tembakau. (5,73%, yoy).
Inflasi tahunan Papua Barat pada triwulan III 2019 diperkirakan pada kisaran 2,8%
s.d. 3,2% (yoy), diatas inflasi pada triwulan II 2019 yang sebesar 1,81% (yoy). Inflasi itu
sendiri dipengaruhi oleh tingkat permintaan, ketersediaan, dan pengaruh dari ekspektasi.
Dari sisi permintaan, permintaan diperkirakan tidak setinggi pada triwulan sebelumnya
dimana terdapat momen ramadhan dan libur lebaran. Selama triwulan III 2019 ini terdapat
momen peringatan hari raya Iduladha meskipun dampaknya tidak sebesar peringatan hari
I II III IV I II III IV I II
Umum 4.93 4.73 3.21 1.78 2.23 2.28 2.56 6.02 7.11 7.07
Bahan Makanan 5.65 6.06 7.07 3.05 8.10 6.96 3.47 9.47 3.10 5.72
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.12 3.50 1.51 0.03 0.00 1.92 1.28 3.81 6.41 7.20
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2.83 3.17 2.60 2.26 1.03 0.57 0.76 1.41 4.47 4.77
Sandang 2.61 2.19 0.60 1.62 2.17 2.17 3.25 3.83 4.65 5.40
Kesehatan 4.82 5.56 2.61 1.81 1.25 3.05 3.21 4.36 7.79 6.79
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3.43 2.95 1.10 1.03 0.49 0.62 1.07 1.10 4.23 5.95
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 5.75 7.52 1.03 0.85 (2.44) (2.01) 5.28 12.59 21.35 14.10
Kelompok Komoditi
Inflasi yoy
20192017 2018
Komoditas Utama Inflasi yoy andil
Angkutan Udara 61.04 1.76
Cakalang/Sisik 33.56 0.65
Sewa Rumah 8.69 0.53
Ekor Kuning 15.10 0.37
Beras 6.27 0.26
Cabai Rawit 31.30 0.26
Kendaraan Carter/Rental 20.79 0.24
Rokok Kretek Filter 9.16 0.22
Pasir 21.42 0.21
Buah Pinang 22.31 0.17
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 49
raya Idul Fitri. Selain itu, masuknya tahun ajaran baru untuk sekolah baik dari sekolah dasar
sampai ke tingkat universitas menjadi penyebab tekanan dari sisi kelompok pendidikan.
Dari sisi permintaan angkutan udara, permintaan cenderung stabil selama triwulan III
2019 ini, namun harga angkutan udara masih di level yang tinggi. Sebagai informasi,
kenaikan harga pesawat sudah berada pada level yang tinggi sejak Oktober 2018, sehingga
harga saat ini bila dibandingkan periode tahun lalu masih terdapat selisih yang cukup besar.
Dampaknya, inflasi pada angkutan udara ini masih diperkirakan tinggi. Hingga saat ini,
pemerintah melalui kementrian perhubungan mengeluarkan kebijakan untuk meredam
tekanan harga di angkutan udara ini. Beberapa diantaranya adalah penurunan Tarif Batas
Atas (TBA) tiket pesawat sebesar 12%-16% dan berlaku seluruh maskapai penerbangan
mulai bulan Juni 2019. Selanjutnya, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan dengan
pemberian tarif diskon 50% TBA untuk penerbangan maskapai low cost carrier (LCC) setiap
hari selasa, kamis, sabtu, pukul 10.00 14.00 dengan alokasi 30% dari alokasi tempat duduk
(seat) yang mulai berlaku di bulan Juli 2019. Selain itu, tidak beroperasinya maskapai Garuda
Indonesia (GA) di Manokwari terhitung mulai April 2019 hingga waktu yang belum
ditentukan menyebabkan pilihan maskapai menjadi lebih terbatas.
Dari sisi ketersediaan bahan makanan, ketersediaan bahan makanan salah satunya
dipengaruhi oleh faktor cuaca. Saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa
wilayah di ASEAN sedang mengalami musim kemarau (monsun Australia) dimana pola angin
secara umum berasal dari arah Tenggara yang bersifat kering. Selain itu, kondisi musim saat
ini juga dipengaruhi oleh kondisi anomali suhu permukaan laut di perairan Indonesia yang
negatif khususnya di selatan ekuator, El Nino dengan intensitas lemah yg berlangsung dari
akhir 2018 saat ini menuju kondisi netral, serta Indian Ocean Dipole Mode yang saat ini
bernilai positif. Hal ini mengakibatkan musim kemarau tahun ini lebih kering dari tahun 2018,
dan kondisi lahan khususnya gambut secara potensi menjadi mudah terbakar. Menurut
BMKG hampir 88% wilayah di Indonesia mengalami kemarau, hal ini berdampak pada
pasokan bahan pangan Papua Barat yang berasal dari luar daerah. Seiring adanya kemarau
panjang ini, beberapa komoditas dapat terdampak kenaikan harga seperti cabai, jagung,
dan beras. Berbeda dengan wilayah di Indonesia lain, Papua Barat diperkirakan masih
mengalami curah hujan dengan intensitas menengah sampai tinggi hingga bulan September
2019. Selain itu, adanya angin musim selatan yang terjadi di perairan Papua Barat
menimbulkan risiko pada ketersediaan pasokan ikan segar. Berdasarkan data BMKG posisi
Agustus 2019, ketinggian gelombang mencapai 1,25 2,50 meter, dan kecepatan angin
berada pada kisaran normal yaitu 0 10 KT. Kondisi ketinggian gelombang laut ini dirasa
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 50
kurang kondusif bagi nelayan untuk melaut dan mengoptimalkan hasil tangkapan. Sehingga,
produksi perikanan diperkirakan akan sedikit tertekan.
Dari sisi harga yang diatur oleh pemerintah, keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan
cukai rokok di awal tahun 2019 diharapkan dapat menjaga tekanan inflasi lebih rendah.
Namun, pola perusahaan rokok yang menaikan harga secara bertahap dapat meningkatkan
tekanan inflasi pada sisi ini. Selain itu, keputusan PLN menurunkan tarif listrik per 1 maret
2019 untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 900 VA dari Rp1.352,00 menjadi
Rp1.300,00 ditengarai mampu menjadi faktor penahan tekanan inflasi triwulan I 2019 dan
akan berlanjut pada triwulan II 2019 dan triwulan III 2019.
Ekspektasi inflasi harga umum pada tiga bulan yang akan datang di tingkat konsumen
menunjukkan posisi penurunan dibandingkan posisi triwulan I 2019 sebagaimana hasil
Survei Konsumen Bank Indonesia pada bulan Juni 2019. Penurunan ekspektasi ini secara
umum terjadi ditengah selesainya momen ramadhan dan libur lebaran. Hal ini juga
mengkonfirmasi bahwa ekspektasi inflasi pada peringatan hari raya Iduladha tidak setinggi
momen Ramadhan dan libur Lebaran. Sementara itu, peningkatan ekspektasi inflasi harga
umum terjadi pada 6 bulan yang akan datang. Ini terjadi akibat adanya momen peringatan
hari raya Natal dan tahun baru sehingga akan mendorong konsumsi yang akan berakibat
pada kenaikan harga. Dari hasil survei tersebut juga, ekspektasi masyarakat terhadap
makanan menyentuh 183.19 poin. Ini mengindikasikan sekitar 80% masyarakat yang
disurvei mengatakan bahwa harga komoditas makanan cenderung selalu naik. Secara
umum, ekspektasi diseluruh komponen menunjukkan optimisme peningkatan harga
meskipun terjadi penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Menghadapi kondisi
demikian, sosialisasi akan belanja bijak serta koordinasi pemerintah daerah, instansi terkait,
dan pelaku usaha baik produsen, distributor, dan konsumen diharapkan dapat terus
dilakukan untuk mengendalian laju tekanan inflasi.
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 3.17. Ekspektasi Inflasi Konsumen
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 3.18. Ekspektasi Kenaikan Harga
Konsumen
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2017 2018 2019
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad
Inflasi aktual (yoy) (sb.kanan)
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
Jan
Feb
Mar
Apr
Me
i
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Mar
Apr
Me
i
Jun
i
2018 2019
Perkiraan Harga Umum Makanan
Non makanan Peralatan rumah tangga
Energi (listrik, gas, dan bahan bakar) Perumahan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 51
Sumber : BMKG
Grafik 3.19. Tinggi Gelombang
Sumber : BMKG
Grafik 3.20. Kecepatan Angin
3.5. Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2019
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Papua Barat telah melaksanakan berbagai
program kerja untuk mengendalikan tekanan inflasi. TPID di Provinsi Papua Barat memiliki 14
TPID yang terdiri dari 12 TPID Kabupaten, 1 TPID Kota, dan 1 TPID Provinsi. Program Kerja
TPID 2019 diselaraskan dengan program kerja anggota TPID yang terdiri dari berbagai
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar pelaksanaan pengendalian inflasi lebih efektif. Saat
ini, upaya pengendalian yang dilakukan masih menyasar pada aspek keterjangkauan harga,
kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif, ketersediaan pasokan. Adapun rincinya
sebagai berikut:
1. Keterjangkauan Harga
a. Stabilisasi Harga
1) Optimalisasi Pasar Murah/Operasi Pasar 10 komoditas bahan pangan strategis,
dengan memperhatikan permintaan antar waktu dan daerah
2) Subsidi pakan ternak kepada peternak daging ayam ras dan telur ayam ras di
Papua Barat
b. Pengelolaan Permintaan
1) Sosialisasi Belanja Bijak menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan
Tahun Baru
2) Sosialisasi diversifikasi konsumsi bahan makanan melalui pemanfaatan
program di desa, kelurahan, Puskesmas, dan sekolah.
2. Kelancaran Distribusi
a. Mendorong Kerja Sama Perdagangan Antar Daerah
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 52
1) Pengembangan business model kerja sama perdagangan antar daerah dan
fasilitasi kerja sama antar daerah, a.l dengan mengoptimalkan peran swasta
dan BUMD
b. Meningkatkan Infrastruktur Perdagangan
1) Mendorong penggunaan e-commerce untuk menghubungkan produsen
dengan konsumen
2) Penyelenggaraan pasar lelang ikan/Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
3) Mendorong pengembangan pelabuhan dan/atau bandar udara
3. Komunikasi Efektif
a. Memperbaiki Kualitas Data
1) Pemetaan lahan pertanian dalam rangka mendukung Kebijakan Satu Peta
Lahan Pertanian
2) Peningkatan korelasi data PIHPS dan BPS
3) Penguatan data PIHPS yang terintegrasi dari konsumen, produsen dan
pedagang besar, termasuk data stok
4) Perbaikan kualitas statistik inflasi pangan dan barang strategis lainnya
termasuk data produksi, stok dan distribusi
b. Memperkuat Kordinasi Pusat dan Daerah
1) Melakukan peningkatan kapasitas anggota TPID
4. Ketersediaan Pasokan
a. Cadangan Pangan Pemerintah, dan Pengelolaan Impor-Ekspor Pangan
1) Peningkatan produksi (melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal)
a) Penggunaan teknologi dekomposer Microbacter Alfaafa 11 (MA11)
untuk komoditas pertanian
b) Peningkatan produktivitas pertanian melalui bibit unggul dan pertanian
organik
c) Optimalisasi bantuan sarana produksi
d) Peningkatan luas areal pertanian
e) Pembangunan dan/atau perbaikan/pemeliharaan saluran irigasi dalam
kewenangan Provinsi dan/kabupaten/kota
f) Peningkatan pengolahan pasca panen untuk hasil produksi pertanian
g) Optimalisasi pemanfaatan cold storage
2) Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah
a) Pemanfaatan gudang komoditas
3) Penguatan Pengelolaan Ekspor-Impor
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 53
a) Penguatan pengelolaan impor-ekspor antar daerah
b. Memperkuat Kelembagaan
1) Optimalisasi akses keuangan petani/nelayan ke lembaga keuangan
2) Sosialisasi asuransi pertanian/peternakan
3) Mendorong implementasi Sistem Resi Gudang
4) Mendorong peningkatan jumlah kelompok tani/nelayan yang bertransisi
menjadi koperasi
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 54
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN
UMKM
Keuangan Provinsi Papua Barat tetap stabil ditengah perlambatan kinerja sektor
lapangan usaha utama .
Besarnya porsi industri pengolahan pada perekonomian Papua Barat menyebabkan
perekonomian rentan terhadap risiko-risiko yang terdapat di industri pengolahan.
Indikator kinerja sektor perbankan menunjukkan pertumbuhan positif dan mampu
memfasilitasi kebutuhan transaksi ekonomi masyarakat di Provinsi Papua Barat.
Tingkat NPL perbankan masih terjaga pada level aman.
4.1. Asesmen Ketahanan Korporasi
4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Korporasi
Memasuki triwulan II 2019, perekonomian Papua Barat masih terdampak oleh tekanan
pelemahan kinerja sektor utama. Turunnya kinerja sektor utama membuat perekonomian
pada triwulan ini tumbuh -0,50% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2019 yang tercatat
sebesar -0,26% (yoy). Dari sisi Lapangan Usaha (LU), masih belum pulihnya kinerja industri
pengolahan dan pertambangan menjadi faktor penahan perekonomian. Sementara dari sisi
pengeluaran, ekspor luar negeri menjadi sumber kontraksi terbesar diikuti konsumsi
pemerintah yang juga belum maksimal.
Sebagai wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah, Provinsi Papua Barat saat ini
mengandalkan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai sumber penggerak
perekonomian. Pengelolaan SDA terutama dari sektor pengolahan dan pertambangan secara
konsisten menyumbang pangsa terbesar perekonomian Papua Barat dari sisi lapangan usaha.
Namun, penurunan kinerja yang terjadi pada kedua sektor tersebut telah menahan
perekonomian Papua Barat sehingga tumbuh negatif pada periode laporan. LU industri
pengolahan terkontraksi sebesar -6,73% (yoy) sementara LU pertambangan dan penggalian
terkontraksi -6,59% (yoy). Penurunan yang terjadi pada periode ini melanjutkan tren pada
periode sebelumnya yang telah menunjukkan perlambatan sejak triwulan IV 2018.
BAB - 4
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 55
Namun, LU konstruksi yang tumbuh 7,86% (yoy) dapat menahan perlambatan. Disamping
itu, membaiknya LU perdagangan yang tumbuh 7,98% (yoy) serta LU pertanian, kehutanan,
dan perikanan yang tumbuh 3,31% (yoy), juga turut menahan penurunan yang lebih dalam.
Besarnya pengaruh sektor industri pengolahan dan pertambangan tercermin dari komposisi
ekspor Papua Barat dalam rentang waktu tahun 2011 sampai dengan triwulan II 2019. Di
setiap periode tersebut, ekspor migas yang terdiri dari Liqufied Natural Gas (LNG), hasil
minyak, dan minyak secara konsisten mampu menguasai 95 s.d. 98% dari total ekspor.
Sifat alami komoditas minyak dan gas yang tidak dapat diperbarui, ditambah risiko terkait
regulasi, operasional, dan fluktuasi harga komoditas dunia, membuat urgensi penciptaan
dan pengembangan industri non-migas sebagai penopang ekonomi ke depan semakin
tinggi. Penguatan ekspor melalui diversifikasi komoditas ekspor utama serta akselerasi
industri penghasil barang non-migas untuk tujuan ekspor perlu terus dilakukan.
4.1.2. Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi
Setelah sempat mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya, nilai penyaluran
kredit perbankan di sektor korporasi pada triwulan II 2019 mulai menunjukkan
peningkatan. Kredit perbankan pada sektor korporasi berhasil mencatatkan
pertumbuhan positif 0,15% menyentuh nilai Rp 5,33 triliun.
Pertumbuhan positif yang dicatatkan oleh korporasi terutama didorong oleh tumbuhnya
kredit modal kerja. Pada periode laporan, kredit modal kerja sektor korporasi berhasil
tumbuh 25,09% (yoy). Sementara itu, kredit investasi yang memiliki pangsa penyaluran
kredit terbesar, terdampak oleh tekanan pelemahan dan tercatat mengalami kontraksi
sebesar -7,24% (yoy). Kredit konsumsi yang memiliki pangsa terkecil juga tercatat
mengalami kontraksi sebesar -6,15% (yoy).
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.1. Pertumbuhan Kredit Korporasi
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi
Berdasarkan Sektor Ekonomi
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
0.00
1000.00
2000.00
3000.00
4000.00
5000.00
6000.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Modal Kerja Investasi Konsumsi gTotal (rhs)
-1000%
0%
1000%
2000%
3000%
4000%
5000%
6000%
7000%
-150%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
SE. Pertanian, Perburuan, Kehutanan SE. Konstruksi
SE. Perdagangan SE. TransKomGud
SE. Industri Pengolahan (rhs)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 56
Walaupun hanya tumbuh tipis, namun pertumbuhan positif pada penyaluran kredit
korporasi menunjukkan masih ada peluang bisnis korporasi di Papua Barat dan membawa
optimisme ditengah melemahnya pertumbuhan ekonomi akibat perlambatan pada sektor-
sektor lapangan usaha utama.
Penyaluran kredit kepada korporasi terbesar diberikan kepada sektor industri
pengolahan yaitu 59,37% dari seluruh kredit korporasi. Selanjutnya menyusul sektor
pertanian, perburuan, kehutanan dengan 12,57%; perdagangan besar dan eceran
10,44%, sektor konstruksi dengan 10,11%; dan sektor pertambangan,penggalian
dengan 4,93%. Kelima sektor tersebut secara konsisten menjadi penyumbang terbesar
kredit korporasi di Papua Barat. Pangsa penyaluran kredit kelima sektor tersebut juga relatif
stabil dengan sektor konstruksi tercatat mengalami pertumbuhan pangsa terbesar.
Dari sisi pertumbuhan kredit, kinerja kelima sektor diatas cukup beragam. Sektor pertanian,
perburuan, kehutanan; sektor perdagangan; sektor konstruksi; dan sektor pertambangan
penggalian meningkat cukup tinggi. Sementara sektor industri pengolahan yang merupakan
pemilik pangsa terbesar masih tertahan dan terkoreksi hingga -11,01%.
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.3. Perkembangan NPL Kredit Korporasi
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.4. Perkembangan NPL Kredit Korporasi
Berdasarkan Sektor Ekonomi
Selanjutnya, rasio NPL pada sektor korporasi masih berada pada level wajar, meskipun
terjadi sedikit peningkatan. Rasio NPL pada sektor korporasi tercatat 1,26% meningkat
dibanding periode sebelumnya yang memiliki nilai NPL 0,99%. Dilihat dari jenis
penggunaannya, peningkatan rasio NPL didorong meningkatnya risiko pada kredit modal
kerja yang naik dari 3,04% pada periode sebelumnya menjadi 4,68% pada periode laporan.
Secara umum rasio NPL pada kredit korporasi sudah berada pada level yang wajar.
Dari sisi lapangan usaha, sektor pertambangan penggalian merupakan penyumbang
terbesar NPL kredit korporasi di Papua Barat. Rasio NPL sektor pertambangan penggalian
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
NPL_Total NPL_Modal Kerja NPL_Investasi NPL_Konsumsi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
SE. Pertanian, Perburuan, Kehutanan SE. Industri Pengolahan
SE. Konstruksi SE. Perdagangan
SE. TransKomGud (rhs)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 57
tercatat sebesar 53,92%, turun dibanding NPL pada periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 70,19%.
4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2019 tumbuh positif dibanding triwulan II
2018. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga periode laporan sebesar 7,73% (yoy),
lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,29% (yoy). Di sisi
lain, Hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat
menunjukkan bahwa optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi Papua Barat pada
triwulan II 2019 juga masih stabil terjaga. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) yang tercatat berada pada level 136,22 meningkat dibanding triwulan
sebelumnya yang berada pada level 131,22. Indeks hasil survei lain juga menunjukkan
perbaikan persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini. Indeks Kondisi Ekonomi
Saat Ini (IKE) menunjukkan penguatan dari 127,56 menjadi 134,78 pada triwulan laporan.
Sementara indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga turut meningkat dari 134,89 menjadi
137,67.
Sumber : BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 4.5. Kontribusi Konsumsi RT Terhadap
Konsumsi Agregat
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 4.6. IKK, IKE, dan IEK
Optimisme masyarakat terkait kegiatan perekonomian di Papua Barat juga terlihat
cukup tinggi. Keyakinan konsumen di sektor rumah tangga dapat dilihat dari indeks kegiatan
usaha, indeks penghasilan konsumen, dan indeks ketersediaan lapangan kerja untuk 6 bulan
mendatang yang masih berada pada level optimisme tinggi. Indeks ekspektasi penghasilan 6
bulan mendatang menunjukkan peningkatan dari 130,00 menjadi 141,33. Sementara Indeks
lapangan pekerjaan juga turut menunjukkan peningkatan optimisme dengan meningkat dari
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Rumah Tangga LNPRT Pemerintah gRT (yoy)
131.22
136.22
127.56
134.78
134.89
137.67
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2018 2019Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 58
125,00 menjadi 141,67. Demikian juga indeks kegiatan dunia usaha 6 bulan mendatang, masih
menunjukkan level optimisme di angka 130,00.
4.2.2. Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga
Penyaluran kredit perbankan sektor rumah tangga pada triwulan laporan tercatat
tumbuh 17,90% (yoy) dari Rp 6,45 triliun di triwulan II 2018 menjadi sebesar Rp7,61
triliun pada triwulan II 2019. Peningkatan kredit didorong oleh meningkatnya kredit
multiguna yang memiliki porsi terbesar dalam kredit sektor rumah tangga. Kredit multiguna
pada periode laporan tumbuh cukup tinggi hingga Rp 1,63 triliun atau sekitar 52,03%.
Selanjutnya, penyaluran KPR sampai tipe 70, yang memiliki porsi terbesar kedua setelah
kredit multiguna, juga turut meningkatkan penyaluran kredit sektor rumah tangga. Kredit
KPR sampai tipe 70 pada periode laporan tumbuh 14,42% menjadi Rp 1,50 triliun. Kebijakan
pelonggaran LTV untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
dan resmi berlaku pada awal Agustus 2018 ditengarai masih berefek positif terhadap
pertumbuhan kredit pemilikan rumah dan diharapkan dapat terus memacu perkembangan
positif kredit di sektor tersebut. Di sisi lain, sektor Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Roda 4
juga masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, mencapai 60,02% (yoy).
Jika dilihat dari komposisi kreditnya, pangsa kredit multiguna merupakan yang terbesar,
meningkat dari 61,84% menjadi 62,88% pada periode laporan. Pangsa kredit berturut-
turut diikuti oleh KPR/KPA/Ruko sebesar 28,16%, kredit untuk peruntukan lainnya sebesar
2,69%, KKB 2,20%, dan terakhir bukan lapangan usaha sebesar 1,46%.
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 4.7. Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan
Kelompok
141.33
141.67
130.00
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
2015 2016 2017 2018 2019
Penghasilan Lapangan Kerja Kegiatan Dunia Usaha
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 59
Tabel 4.1. Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Provinsi Papua Barat
Sumber : Laporan Bank, diolah
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.8. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.9. Perkembangan NPL Kredit Rumah
Tangga
Ditinjau dari eksposur risiko, kualitas kredit pada sektor rumah tangga menunjukkan
sedikit kekhawatiran pada kredit kepemilikan rumah (KPR) yang masih menunjukkan
NPL yang cukup tinggi.
Level NPL pada kredit kepemilikan rumah kembali meningkat pada periode ini setelah pada
periode sebelumnya juga mengalami peningkatan. Pada triwulan IV 2018, NPL kredit
pemilikan rumah berada pada level 6,62%. Pada triwulan I 2019, level NPL naik menjadi
7,06% dan kembali meningkat periode triwulan II 2019 hingga mencapai level
7,84%.Peningkatan rasio NPL ini perlu diperhatikan oleh perbankan dengan penyaluran
kredit yang lebih prudent serta langkah-langkah restrukturisasi kredit yang tepat.
Pada triwulan II 2019, DPK sektor rumah tangga tetap menunjukkan pertumbuhan
positif. Hal ini terkonfirmasi dari DPK sektor rumah tangga pada triwulan II 2019 yang
tercatat tumbuh sebesar 10,78% (yoy). Pertumbuhan ini masih sejalan dengan tren
pertumbuhan pada periode sebelumnya yang juga berhasil tumbuh sebesar 11,13% (yoy).
Pertumbuhan terbesar terjadi pada produk giro yang berhasil tumbuh 24,17% (yoy).
Selanjutnya produk deposito juga berhasil tumbuh cukup tinggi sebesar 12,39% (yoy) dan
terakhir diikuti produk tabungan yang berhasil tumbuh sebesar 7,70% (yoy).
I II III IV I II III IV I II III IV I II
RT. KPR/KPA 760 870 923 1,160 1,299 1,548 1,642 1,811 1,418 2,015 2,098 2,103 2,119 2,143
gRT. KPR/KPA 23.68% 30.67% 23.42% 59.68% 70.91% 77.92% 77.81% 56.06% 9.11% 30.22% 27.78% 16.14% 49.51% 6.36%
RT. KKB 91 97 104 97 92 90 84 91 98 112 128 147 163 168
gRT. KKB -27.32% -21.95% -10.61% 1.16% 0.76% -7.26% -18.61% -6.90% 6.84% 23.99% 51.42% 61.99% 66.35% 50.00%
RT. Lainnya 148 199 244 273 251 435 458 596 470 455 427 475 441 419
gRT. Lainnya -11.56% 15.94% 47.43% 98.96% 69.47% 118.36% 88.16% 118.39% 87.22% 4.81% -6.85% -20.35% -6.21% -7.94%
RT. Multiguna 2,544 2,478 2,504 1,808 1,995 2,174 2,376 2,709 2,746 3,148 3,560 4,339 4,550 4,786
gRT. Multiguna -5.86% -9.12% 56.30% -30.49% -21.60% -12.29% -5.11% 49.83% 37.68% 44.82% 49.86% 60.17% 65.70% 52.03%
RT. Bukan Lap Usaha 210 178 168 1,507 1,222 1,100 1,024 878 672 725 623 86 85 94
gRT. Bukan Lap Usaha (rhs)37.72% -13.58% -86.88% 502.01% 482.09% 518.61% 510.24% -41.75% -45.02% -34.12% -39.13% -90.16% -87.41% -86.97%
RT. Total 3,753 3,822 3,942 4,846 4,858 5,346 5,584 6,085 5,403 6,455 6,836 7,151 7,358 7,611
gRT. Total (yoy) -0.24% -1.86% 0.81% 27.12% 29.44% 39.86% 41.65% 25.57% 11.22% 20.75% 22.42% 17.52% 36.17% 17.90%
NPL RT. Total (Rp) 75 71 72 54 65 77 90 84 96 211 220 179 199 230
NPL Ratio 2.01% 1.86% 1.83% 1.11% 1.33% 1.44% 1.62% 1.38% 1.77% 3.28% 3.22% 2.51% 2.70% 3.02%
Jenis Kredit2017 201920182016
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
gRT. KPR/KPA gRT. KKB gRT. Lainnya gRT. Multiguna gRT. Bukan Lap Usaha (rhs)
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
%NPL RT. KPR %NPL RT. KKB
%NPL RT. Lainnya %NPL RT. Multiguna
%NPL RT. Bukan Lap Usaha
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 60
Walau memiliki persentase pertumbuhan terkecil, namun sumbangan produk tabungan
terhadap DPK masih menjadi yang terbesar mencapai 60% dari DPK. Porsi terbesar kedua
dipegang oleh produk deposito dengan porsi 28% diikuti produk giro yang menyumbang
12% dari total DPK perseorangan di Papua Barat.
Secara keseluruhan DPK sektor rumah tangga (perseorangan) masih mendominasi total DPK
perbankan di Provinsi Papua Barat. 61,2% dari total DPK seluruh perbankan di pegang oleh
nasabah perseorangan dan sisanya sebesar 38,8% dipegang oleh nasabah bukan
perseorangan.
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.10. Pangsa DPK Perseorangan dan Non
Perseorangan
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.11. Perkembangan Komponen DPK
Perseorangan
4.3. Asesmen Perbankan
Kinerja perbankan Provinsi Papua Barat semakin menunjukkan tren penguatan pada
triwulan II 2019. Berbagai indikator utama perbankan seperti pertumbuhan aset,
penghimpunan DPK serta penyaluran kredit secara tahunan menunjukkan pertumbuhan
yang cukup signifikan.
Aset perbankan berdasarkan lokasi bank pelapor mencatat pertumbuhan sebesar 15,56%
(yoy). Sementara DPK tumbuh sebesar 16,15 %(yoy) seiring dengan pertumbuhan kredit
yang berhasil tumbuh 14,18% (yoy).
Perkembangan kondisi perbankan yang positif menunjukkan bahwa optimimisme terhadap
pertumbuhan ekonomi Papua Barat masih terus terjaga. Namun demikian pertumbuhan DPK
yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit harus
mendapat perhatian lebih dari perbankan. Loan to Deposit Ratio pada periode ini sedikit
turun dari 85,25% pada triwulan I 2019 menjadi 79,17%. Selain itu rasio Non Performing
Loan (NPL) yang meningkat dari 3,63% menjadi 4,73% di periode laporan, merupakan sinyal
bagi perbankan untuk tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam setiap penilaian
kredit.
65.2% 63.7% 66.6%73.6%
64.8% 62.3% 63.1%70.1% 65.7% 63.9% 62.7%
69.2% 65.1% 61.2%
34.8% 36.3% 33.4%26.4%
35.2% 37.7% 36.9%29.9% 34.3% 36.1% 37.3%
30.8% 34.9% 38.8%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Perseorangan Bukan Perseorangan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 61
Tabel 4.2. Perkembangan Indikator Utama Perbankan di Provinsi Papua Barat
Sumber : Laporan Bank, diolah
4.3.1. Perkembangan Volume Usaha
Secara tahunan, aset perbankan di Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 tumbuh
meyakinkan 15,56% (yoy) dan membawa nilai aset perbankan di Provinsi Papua Barat
meningkat dari Rp 16,11 triliun menjadi Rp 18,62 triliun. Peningkatan ini melanjutkan
tren pertumbuhan aset pada triwulan I 2019 yang juga berhasil mencapai pertumbuhan lebih
dari 10% serta membuat nilai aset perbankan mencapai nilai tertingginya selama ini.
Pertumbuhan aset perbankan didorong oleh tumbuhnya aset kelompok bank umum.
Berdasarkan laporan, kelompok bank pemerintah tumbuh 16,59% (yoy). Sementara aset
kelompok bank swasta tumbuh 16,64% (yoy). Di sisi lain, aset BPR mengalami penurunan
sebesar -5,88% (yoy).
Kelompok Bank Pemerintah masih memiliki andil terbesar di Papua Barat. Berdasarkan
proporsinya, aset Bank Pemerintah mencakup 89,99% dari keseluruhan total aset
perbankan di Papua Barat. Diikuti oleh kelompok bank swasta nasional dengan proporsi
6,27% serta BPR dengan 3,74%. Pangsa aset perbankan pada triwulan II 2019 relatif tidak
mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sumber : Laporan Bank, diolah
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.12. Perkembangan Aset Perbankan
Provinsi Papua Barat
Grafik 4.13. Pangsa Aset Perbankan Provinsi
Papua Barat
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Aset (Rp Miliar) 13,368 14,403 14,643 14,977 14,205 15,304 15,505 16,576 15,330 16,118 16,482 17,926 17,089 18,626
(YoY) -3.27% -3.17% -8.82% 8.02% 6.26% 6.25% 5.89% 10.68% 7.92% 5.32% 6.30% 8.14% 11.48% 15.56%
(QtQ) -3.58% 7.74% 1.67% 2.28% -5.15% 7.73% 1.32% 6.91% -7.52% 5.14% 2.26% 8.76% -4.67% 8.99%
DPK (Rp Miliar) 12,243 13,143 13,198 13,019 12,788 13,918 13,649 14,309 13,104 14,096 14,219 15,386 14,724 16,373
(YoY) -4.35% -4.83% -11.96% 2.36% 4.45% 5.90% 3.41% 9.91% 2.47% 1.28% 4.18% 7.53% 12.36% 16.15%
(QtQ) -3.75% 7.35% 0.42% -1.36% -1.78% 8.84% -1.94% 4.84% -8.42% 7.57% 0.87% 8.21% -4.30% 11.20%
Kredit (Rp Miliar) 8,675 9,341 9,723 10,222 10,136 10,537 10,782 11,336 10,970 11,352 11,800 12,562 12,553 12,962
(YoY) 9.85% 11.75% 14.53% 20.82% 16.85% 12.79% 10.89% 10.90% 8.23% 7.74% 9.44% 10.82% 14.42% 14.18%
(QtQ) 2.53% 7.69% 4.09% 5.13% -0.84% 3.95% 2.33% 5.13% -3.23% 3.48% 3.95% 6.45% -0.08% 3.26%
LDR (Lokasi Bank) 70.86% 71.08% 73.67% 78.52% 79.26% 75.70% 79.00% 79.22% 83.72% 80.53% 82.99% 81.64% 85.25% 79.17%
NPL (Lokasi Bank) (Rp Miliar) 491 490 551 423 619 586 596 561 364 543 459 393 456 613
NPL Ratio (Lokasi Bank) 5.66% 5.25% 5.67% 4.13% 6.10% 5.56% 5.53% 4.95% 3.32% 4.78% 3.89% 3.13% 3.63% 4.73%
2019
Pertumbuhan Kredit
Keterangan
Pertumbuhan Aset
Pertumbuhan DPK
20172016 2018
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Bank Pemerintah Bank Swasta BPR gTotal Aset
89.99%Bank Pemerintah
6.27%3.74%
Bank Pemerintah
Bank Swasta
BPR
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 62
4.3.2. Penghimpunan Dana Masyarakat
Kinerja perbankan Provinsi Papua Barat dalam penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
pada triwulan II 2019 masih tumbuh cukup signifikan. DPK perbankan di Provinsi Papua
Barat pada periode laporan tumbuh 16,15% (yoy) dari Rp 14,09 triliun menjadi Rp 16,37
triliun. Penguatan DPK terjadi pada ketiga jenis produk simpanan baik giro, tabungan,
maupun deposito.
Tingkat pertumbuhan DPK beragam di semua produk. Produk giro yang tumbuh 3,88%
pada triwulan II 2018 berhasil mencapai pertumbuhan 23,20% pada periode triwulan II
2019. Berikutnya, produk deposito juga tercatat tumbuh cukup tinggi mencapai 21,77%
meningkat dibanding triwulan triwulan II 2018 yang tumbuh negatif -5,18%. Produk
tabungan juga meningkat yang sebelumnya hanya tumbuh 2,60%(yoy) pada periode
triwulan II 2018, pada periode laporan tercatat mengalami peningkatan laju pertumbuhan
menjadi 7,14% (yoy).
Ditinjau dari komposisinya, DPK dari produk giro dan tabungan tabungan merupakan yang
tertinggi dengan pangsa masing-masing sebesar 38,83% dan 38,77%. Pangsa produk giro
pada periode ini berhasil sedikit mengalahkan pangsa produk tabungan disebabkan
tingginya penempatan dana giro di bank milik pemerintah. Nilai total produk giro pada
perbankan di Provinsi Papua Barat adalah senilai Rp 6,36 triliun. Sementara produk tabungan
memiliki nilai total Rp 6,35 triliun. Pangsa terkecil DPK dipegang oleh produk deposito yang
memiliki pangsa 22,40% senilai total Rp 3,67 triliun.
Sumber : Laporan Bank, diolah
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.14. Perkembangan DPK Bank Umum Prov.
Papua Barat Menurut Kelompok Bank
Grafik 4.15. Perkembangan DPK Bank Umum
4.3.3. Penyaluran Kredit
Sejalan dengan indikator kinerja lainnya, kondisi penyaluran kredit perbankan di
Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 juga meningkat dibandingkan triwulan I
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Bank Pemerintah Bank Swasta BPR % Total DPK (rhs)
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Giro Deposito Tabungan
Growth Giro Growth Deposito Growth Tabungan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 63
2019. Kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat menurut lokasi bank pada
triwulan laporan mencapai Rp 12,96 triliun atau tumbuh 14,18% (yoy). Pertumbuhan ini
relatif stabil dibandingkan dengan triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar 14,42% (yoy) serta
jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2018 yang hanya sebesar 7,74%
(yoy).
Dilihat dari jenis penggunaannya, kredit konsumsi masih menjadi produk kredit yang paling
banyak disalurkan kepada masyarakat dengan pangsa 57% senilai Rp 7,34 triliun. Produk
selanjutnya yang menjadi penyumbang kredit terbesar adalah kredit modal kerja dengan
pangsa 32% senilai Rp 4,16 triliun. Terakhir adalah produk kredit investasi dengan pangsa
11% senilai Rp 1,45 triliun. Pada periode laporan, ketiga jenis kredit tersebut tumbuh
beragam. Kredit investasi tumbuh tertinggi dengan pertumbuhan 22,18% (yoy). Selanjutnya,
kredit konsumsi mencatatkan pertumbuhan yang kurang lebih sama dengan periode
sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 15,37. Terakhir, kredit modal kerja juga tumbuh
positif dengan pertumbuhan 9,67%.
Sumber : Laporan Bank, diolah
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.16. Pertumbuhan Kredit Perbankan
Grafik 4.17. Komposisi Kredit
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.18. Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Modal Kerja Investasi Kredit Konsumsi
% Modal Kerja % Investasi % Kredit Konsumsi
7.74%
14.42%
14.18%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
-
1,500
3,000
4,500
6,000
7,500
9,000
10,500
12,000
13,500
15,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Kredit Penggunaan (Rp miliar) Pertumbuhan Kredit (rhs)
Modal Kerja,
32.12%
Investasi, 11.23%
Kredit Konsumsi,
56.65%
Modal Kerja Investasi Kredit Konsumsi
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 64
Dilihat dari sektor ekonominya, kredit terbesar masih didominasi oleh sektor rumah
tangga & bukan lapangan usaha lainnya dengan pangsa pemberian kredit sebesar
60,92% meningkat dibanding periode sebelumnya yang sebesar 59,36%. Kredit
terbesar kedua diberikan kepada sektor perdagangan besar dengan pangsa sebesar 22,01%.
Besarnya porsi pemberian kredit kepada sektor rumah tangga mengindikasikan sektor rumah
tangga berperan sangat penting dalam pertumbuhan kredit perbankan di Papua Barat.
Dari sisi pertumbuhan, sektor rumah tangga dan bukan lapangan usaha lainnya tumbuh
positif dari 11,77% di triwulan I 2019 menjadi 13,37% pada triwulan II 2019. Sementara
sektor perdagangan yang pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,05% (yoy) tumbuh sedikit
melambat menjadi 0,28% pada triwulan II 2019.
Tabel 4.3. Perkembangan Kredit Perbankan Menurut Sektor Ekonomi
Sumber : Laporan Bank, diolah
Suku bunga tertimbang DPK yang diberikan perbankan Papua Barat kepada nasabahnya
pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,47%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,61%. Di sisi lain, rata-rata suku bunga tertimbang kredit yang
dikenakan oleh perbankan Papua Barat kepada krediturnya tercatat sebesar 10,90%, sedikit
dibawah rata-rata suku bunga tertimbang pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar
10,93%. Spread suku bunga DPK dengan suku bunga kredit terlihat semakin berkurang
di setiap periodenya. Hal ini mengindikasikan efisiensi biaya intermediasi semakin
membaik serta menunjukkan iklim perbankan yang semakin kompetitif.
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Pertanian 127 135 137 145 157 176 182 184 139 145 130 132 142 155
Pertambangan 58 48 47 42 41 38 35 32 30 29 28 32 31 32
Industri Pengolahan 108 115 110 101 78 106 111 98 115 102 86 109 108 122
Listrik,Gas dan Air 4 8 10 13 11 14 13 10 6 12 13 13 11 28
Bangunan 546 683 799 773 635 641 691 596 462 618 704 790 679 762
Perdagangan 2,580 2,778 2,818 2,817 2,884 2,836 2,847 2,881 2,561 2,755 2,747 2,660 2,665 2,762
Akomodasi, Pengangkutan,
Komunikasi322 315 318 313 316 362 362 383 292 448 467 462 458 467
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan, Pemerintahan241 259 284 296 287 288 272 381 366 171 207 753 652 633
Jasa-jasa 360 369 372 396 365 353 335 331 333 327 294 332 357 354
RT, Bukan Lapangan Usaha
lainnya, lain-lain4,328 4,631 4,828 5,325 5,362 5,723 5,936 6,439 6,666 6,746 7,123 7,279 7,451 7,647
Total 8,675 9,341 9,723 10,222 10,136 10,537 10,782 11,336 10,970 11,352 11,800 12,562 12,553 12,962
2016 2017Sektor (Rp. Miliar)
20192018
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 65
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.19. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum
4.3.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit
Pada triwulan II 2019, risiko likuiditas di Papua Barat masih cukup terjaga. Loan-to-
Deposit Ratio (LDR) yang merupakan perbandingan antara DPK dan penyaluran kredit oleh
perbankan menunjukkan nilai persentase sebesar 79,17%. Nilai LDR pada periode ini turun
dibanding triwulan sebelumnya yang memiliki nilai LDR sebesar 81,64%. Penurunan LDR
sebenarnya dapat dilihat sebagai penurunan risiko likuiditas yang mungkin dihadapi oleh
perbankan. Namun demikian, hal ini justru tidak begitu baik mengingat tujuan bank sebagai
lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana
menjadi tidak berjalan secara maksimal. Banyak dana masyarakat yang seharusnya bisa
disalurkan kepada pihak yang membutuhkan namun tidak tersalur dan menjadi idle bagi
perbankan.
Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 4.20. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum
Pada triwulan laporan, Rasio Non Performing Loans (NPL) perbankan di Papua Barat
tercatat meningkat dari 3,63% menjadi 4,73%. Peningkatan nilai NPL terjadi pada semua
jenis penggunaan kredit. Rasio NPL kredit modal kerja naik dari 4,15% pada triwulan I 2019
menjadi 6,49% pada triwulan laporan. Kredit investasi juga mengalami peningkatan rasio
2.61 2.47
10.9310.9
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Suku Bunga Tertimbang (DPK) Suku Bunga Tertimbang (Kredit)
3.63%4.73%
85.25%
79.17%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
NPL Ratio Loan to Deposit Ratio
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 66
NPL dari 2,01% menjadi 2,03%. Sementara, rasio NPL kredit konsumsi juga naik dari 3,67%
pada triwulan sebelumnya menjadi 4,26% pada triwulan laporan.
Ditinjau lebih lanjut, dari sisi sektor ekonominya, peningkatan rasio NPL Papua Barat
terutama terjadi pada 2 (dua) sektor, yakni sektor konstruksi dan sektor lain-lain. Sektor
konstruksi mengalami peningkatan rasio NPL terbesar dengan nilai 6,21, meningkat jauh
dibanding rasio NPL pada periode sebelumnya yang sebesar 2,76%. Sementara sektor lain-
lain turut menyumbang peningkatan NPL dengan persentase NPL sebesar 5,79%. Nilai NPL
sektor lain-lain meningkat dari sebelumnya 4,37%. Di sisi lain penurunan NPL juga terjadi
pada beberapa sektor. Sektor pertanian, pertambangan dan sektor pengolahan yang
merupakan penggerak perekonomian di Papua Barat mengalami penurunan NPL. NPL sektor
pertanian turun dari 4,27% menjadi 3,90% pada periode laporan. Sementara sektor
pertambangan juga mengalami penurunan NPL, dari 3,88% menjadi 2,81% pada periode
laporan. Secara umum, walau terdapat peningkatan risiko NPL, namun rasio NPL di Papua
Barat masih berada dalam level aman. Perlu dicatat bahwa rasio NPL yang tinggi
menyebabkan perbankan rentan terhadap risiko kredit atau risiko gagal bayar.
Tabel 4.4. Perkembangan NPL Bank Umum Papua Barat
Sumber : Laporan Bank, diolah
4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM
Penyaluran kredit kepada UMKM di Provinsi Papua Barat pada periode laporan turun -
2,39% (yoy) dibanding triwulan II 2018. Pada periode ini, tercatat pemberian kredit
UMKM senilai Rp 3,93 triliun. Penurunan nilai kredit pada UMKM turut berdampak pada
pangsa kredit UMKM yang juga mengalami penurunan dari 20,84% pada triwulan I 2019
menjadi 20,79% di bulan laporan.
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Nominal NPL 491 490 551 423 619 586 596 561 379 543 459 393 456 613
NPL % 5.66% 5.25% 5.67% 4.13% 6.10% 5.56% 5.53% 4.95% 3.46% 4.78% 3.89% 3.13% 3.63% 4.73%
NPL per jenis penggunaan
Modal Kerja 11.00% 10.19% 6.83% 4.35% 8.23% 7.54% 7.54% 6.88% 5.79% 6.64% 4.22% 3.11% 4.15% 6.49%
Investasi 2.03% 1.84% 16.63% 14.77% 17.40% 15.35% 15.51% 14.32% 2.54% 2.98% 2.09% 1.80% 2.01% 2.03%
Konsumsi 1.75% 1.55% 1.53% 1.05% 1.51% 1.72% 1.80% 1.54% 2.24% 4.01% 4.04% 3.38% 3.67% 4.26%
NPL per sektor ekonomi
Pertanian 42.65% 39.99% 40.78% 37.99% 35.70% 31.13% 30.17% 30.00% 4.41% 3.18% 8.33% 3.19% 4.27% 3.90%
Pertambangan 2.02% 2.17% 2.98% 3.03% 8.10% 7.63% 7.86% 7.48% 8.19% 8.34% 7.95% 6.75% 3.88% 2.81%
Industri pengolahan 7.97% 5.76% 6.76% 2.24% 5.11% 3.40% 3.44% 2.97% 2.54% 4.50% 4.70% 3.15% 3.53% 3.38%
Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.19% 0.28% 0.68% 0.39% 2.11% 2.28% 0.36% 0.11% 0.13% 0.00%
Konstruksi 2.48% 2.15% 5.81% 1.80% 5.89% 4.71% 3.75% 3.44% 4.51% 4.84% 3.31% 2.30% 2.76% 6.21%
Perdagangan 7.95% 7.50% 7.92% 6.25% 8.83% 7.61% 7.83% 7.24% 4.25% 4.38% 2.65% 2.24% 2.31% 2.71%
Pengangkutan 32.14% 32.87% 35.76% 30.45% 31.73% 27.55% 27.90% 25.96% 2.76% 2.83% 2.45% 1.98% 3.19% 2.33%
Jasa Dunia Usaha 2.06% 2.35% 2.40% 2.11% 4.56% 3.27% 2.11% 1.54% 2.80% 6.80% 5.32% 0.80% 0.96% 1.33%
Jasa Sosial Masyarakat 6.62% 6.03% 6.09% 4.39% 17.58% 17.39% 18.56% 17.58% 18.01% 19.24% 4.74% 4.89% 5.13% 4.90%
Lain-lain 1.76% 1.58% 1.53% 1.04% 1.60% 1.88% 1.97% 1.67% 2.17% 4.35% 4.34% 3.76% 4.37% 5.79%
201920182017Perkembangan
2016
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 67
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 17/12/PBI/2015, pangsa pemberian kredit pada
UMKM di tahun 2018 minimal sebesar 20%. Dengan realisasi sebesar 20,92%, hal tersebut
masih memenuhi ketentuan dari Bank Indonesia. Namun, pangsa tersebut perlu ditingkatkan
sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap UMKM sehingga dapat lebih berkontribusi
terdapat perekonomian riil di Papua Barat.
Sumber : Laporan Bank, diolah
Sumber : Laporan Bank, diolah
Grafik 4.21. Pertumbuhan Kredit MKM
Grafik 4.22. Komposisi Kredit MM
Berdasarkan skala usahanya, penyaluran kredit UMKM sebagian besar disalurkan
kepada usaha kecil yakni sebesar 40%. Pangsa usaha kecil kemudian diikuti kredit usaha
menengah 33% dan kredit usaha mikro dengan pangsa 27%. Struktur pangsa kredit UMKM
relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dilihat dari jenis penggunaannya, kredit UMKM terutama disalurkan dalam bentuk
kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 71,43%, sedangkan untuk kredit investasi
sebesar 28,57%.
Tabel 4.5. Perkembangan Kredit UMKM Menurut Skala Ekonomi
Sumber : Laporan Bank, diolah
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
Kredit MKM (Rp miliar) Pertumbuhan Kredit MKM
Note : Berdasarkan Lokasi Proyek
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kredit MKM (Rp miliar) 3,668 3,837 3,853 4,527 4,231 4,221 4,340 4,303 3,902 4,034 4,032 3,931 3,836 3,938
Pertumbuhan Kredit MKM -4.46% -7.10% 15.03% 10.91% 15.36% 10.01% 12.65% -4.94% -7.79% -4.44% -7.10% -8.65% -1.69% -2.39%
Modal Kerja 2,596 2,733 2,675 3,051 2,828 2,896 3,021 2,954 2,719 2,852 2,809 2,809 2,703 2,813
Investasi 1,071 1,105 1,177 1,475 1,403 1,325 1,319 1,349 1,182 1,181 1,223 1,122 1,133 1,125
Kredit Mikro (Rp miliar) 791 825 834 852 832 876 897 919 924 974 989 989 999 1,043
Modal Kerja 570 584 585 590 560 588 598 598 595 635 639 678 643 681
Investasi 221 241 249 261 272 288 299 321 328 339 349 311 357 362
Kredit Kecil (Rp Miliar) 1,399 1,526 1,637 1,561 1,463 1,540 1,562 1,513 1,508 1,595 1,609 1,569 1,530 1,590
Modal Kerja 963 1,062 1,144 1,058 1,009 1,116 1,142 1,096 1,077 1,139 1,152 1,151 1,111 1,171
Investasi 437 464 492 503 454 424 419 418 431 455 457 418 419 419
Kredit Menengah (Rp Miliar) 1,478 1,486 1,382 2,114 1,936 1,805 1,881 1,871 1,470 1,465 1,434 1,372 1,306 1,304
Modal Kerja 1,064 1,087 946 1,402 1,258 1,192 1,280 1,260 1,047 1,078 1,018 980 950 960
Investasi 414 399 436 711 678 614 601 610 422 387 417 392 357 344
NPL MKM 169 173 182 371 538 485 488 460 227 255 153 113 115 127
NPL MKM Ratio 4.62% 4.50% 4.71% 8.21% 12.73% 11.49% 11.25% 10.68% 5.83% 6.32% 3.80% 2.87% 3.00% 3.21%
2019201820172016Provinsi Papua Barat
27%
40%
33%
Kredit Menengah Kredit Mikro
Kredit Kecil
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 68
Kualitas kredit UMKM sedikit mengalami penurunan pada periode laporan, ditunjukkan
dengan meningkatnya NPL pada triwulan II 2019. Rasio NPL UMKM pada periode laporan
tercatat sebesar 3,21% meningkat dari 3,00% pada triwulan sebelumnya.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 69
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Lapran Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 69
PENYELENGGARAAN SISTEM
PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
RUPIAH
Sistem pembayaran yang andal mampu mendukung kegiatan perekonomian di
Provinsi Papua Barat
Transaksi nilai besar melalui RTGS tercatat turun -51,09% (qtq) dari Rp 455 miliar
pada periode sebelumnya menjadi Rp 195 miliar pada periode laporan. Tren serupa
juga terjadi pada transaksi melalui SKNBI yang tercatat turun -4,30% (qtq) menjadi
Rp 1,15 triliun.
Tingginya konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juni 2019
serta ditunjang adanya insentif tambahan hari raya mendorong permintaan uang
keluar (outflow) pada periode ini jauh lebih tinggi dibandingkan inflow. Hal ini
menyebabkan Provinsi Papua Barat mengalami net outflow sebesar Rp 255,03
miliar.
5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran
5.1.1. Transaksi Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Nilai transaksi RTGS di Provinsi Papua Barat pada triwulan II 2019 tercatat turun -
51,09% (yoy) dibandingkan triwulan II 2018. Penurunan nilai transaksi RTGS terjadi seiring
dengan penurunan volume sebesar -65,29% (yoy). Bila dibandingkan dengan triwulan I
2019, nilai transaksi RTGS juga tercatat turun -57,18% (qtq). Penurunan ini sejalan dengan
volume transaksi yang terkontraksi sebesar -71,56% (qtq).
Pada triwulan II 2019, nilai transaksi masyarakat melalui BI-RTGS tercatat hanya sebesar
Rp195 miliar dari 151 transaksi. Nilai ini lebih rendah dibandingkan transaksi pada triwulan
I 2019 yang tercatat senilai Rp 455 miliar dari 531 transaksi. Kondisi yang sama juga terlihat
jika dibandingkan secara tahunan dengan triwulan II 2018. Transaksi RTGS pada triwulan
tersebut juga jauh lebih tinggi yakni senilai Rp 399 miliar dari 435 transaksi.
BAB - 5
Lapran Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 70
Tabel 5.1. Perkembangan Transaksi RTGS di Propinsi Papua Barat
5.1.2. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Searah dengan penurunan transaksi melalui RTGS, nilai transaksi melalui SKNBI pada
triwulan II 2019 juga tercatat mengalami penurunan. Nilai transaksi melalui SKNBI pada
periode ini turun -4,30% (qtq) yang diiringi dengan penurunan volume sebesar -4,45% (qtq).
Pada periode laporan, sebanyak 22.664 lembar warkat diproses melalui SKNBI. Jumlah ini
turun dibanding periode sebelumnya yang mencapai 22.673 lembar warkat. Dari sisi nilai,
total nilai transaksi melalui SKNBI pada periode laporan juga tercatat turun dari Rp 1,20 triliun
menjadi Rp 1,15 triliun dibulan laporan. Walaupun turun jauh dibandingkan triwulan I 2019,
namun dibandingakan dengan triwulan II 2018 nilai transaksi melalui BI RTGS tercatat masih
relatif stabil, meningkat 1,28% (yoy) dari sisi nilai walaupun terkontraksi -0,72%dari sisi
volume.
Dari sisi tolakan cek/bilyet giro, dibandingkan periode sebelumnya, jumlah tolakan
cek/bilyet giro kosong pada periode laporan tercatat masih relatif stabil di level 1,18%.
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan CEK/BG Kosong
5.2. Pengelolaan Uang Rupiah
5.2.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Provinsi Papua Barat pada periode ini mengalami net outflow sebesar Rp 255,03 miliar.
Hal ini sejalan dengan pola historis aliran uang di Provinsi Papua Barat yang selalu mengalami
outflow pada triwulan II setiap tahunnya. Bila dibandingkan dengan triwulan II 2018, net
outflow pada periode ini turun -43,40%. Meningkatnya inflow sebesar 20,27% dan
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Nilai RTGS (Miliar Rp)453 308 535 768 537 444 486 740 549 399 405 496 455 195
Volume RTGS232 182 458 593 503 487 485 548 534 435 521 645 531 151
20182016 2017 2019
I II III IV I II III IV I II
Perputaran Kliring
- Transaksi 22,095 19,513 21,058 23,440 20,304 21,821 24,711 24,135 22,673 21,664
- Nominal (juta rupiah) 1,125,855 1,001,749 1,038,614 1,265,290 1,061,469 1,140,523 1,287,503 1,353,701 1,206,990 1,155,095
Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari
- Transaksi 356 361 340 378 327 420 399 389 378 387
- Nominal (juta rupiah) 18,159 18,551 16,752 20,408 17,120 21,933 20,766 21,834 20,117 20,627
Persentase Rata-rata Penolakan
Cek & Bilyet Giro Kosong
- Lembar (%) 0.70% 0.53% 0.76% 0.57% 0.44% 0.63% 0.63% 1.02% 1.02% 1.18%
- Nominal (%) 2.32% 0.74% 1.12% 0.78% 0.63% 0.72% 0.98% 1.28% 1.09% 1.23%
2017 2018 2019Uraian
Lapran Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 71
berkurangnya outflow sebesar -21,81% membuat net outflow aliran uang pada periode ini
tidak sebesar triwulan II 2018.
Aliran uang masuk pada triwulan II 2019 mencapai Rp 277,95 miliar. Jumlah ini meningkat
20,27% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain nilai outflow
pada periode laporan turun -21,81% dari Rp 681,68 miliar menjadi Rp532,98 miliar.
Peningkatan inflow dan turunnya outflow membuat net outflow aliran uang pada periode
ini turun -43,40% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Selanjutnya dibanding periode triwulan I 2019, inflow pada triwulan laporan turun -58,96%
dan inflow meningkat 165,02%. Hal ini yang menyebabkan net aliran uang pada periode
laporan berubah arah, dari net inflow Rp 476,18 miliar pada periode sebelumnya menjadi
net outflow Rp 255,03 miliar.
Net outflow terbesar pada triwulan II 2019 terjadi pada bulan Mei 2019. Hal ini wajar
mengingat adanya tambahan insentif serta meningkatnya konsumsi masyarakat
mempersiapkan datangnya Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada awal bulan Juni. Namun
demikian aliran uang pada bulan Juni justru menunjukkan arah sebaliknya. Uang yang telah
dikeluarkan untuk konsumsi pada bulan Mei mulai masuk kembali terkonfirmasi dari net
inflow sebesar Rp 87,36 miliar.
Grafik 5.1. Perbandingan Inflow dan Outflow Uang Kartal
Dari sisi denominasi uang masuk dan keluar, terlihat bahwa preferensi penggunaan uang
pecahan besar Rp 100.000,- dan Rp 50.000,- masih tinggi di Provinsi Papua Barat. Tercatat
74% inflow dan 61% outflow merupakan uang pecahan besar Rp 100.000,- dan Rp
50.000,-.
-2,000
-1,500
-1,000
-500
0
500
1,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2015 2016 2017 2018 2019
Inflow Outflow Netflow
NET OUTFLOWRp 255,03 miliar
Lapran Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 72
Grafik 5.2. Komposisi denominasi Inflow / Outflow Uang Kartal
5.3. Penyediaan Uang Layak Edar (ULE)
Dalam rangka melaksanakan clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua Barat secara rutin melakukan kegiatan penarikan uang lusuh dan uang Tidak Layak
Edar (UTLE) melalui kegiatan Kas Keliling baik dalam kota maupun luar kota. Hal tersebut
dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan kualitas uang layak edar di masyarakat.
Kas keliling dalam kota dilaksanakan 2 (dua) kali seminggu setiap hari Selasa dan Kamis
di Pasar Sanggeng/Pasar Wosi dan di Depan Hadi Swalayan. Pada triwulan II 2019,
kegiatan kas keliling telah berhasil menyerap uang UTLE senilai Rp 9,7miliar.
Untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam kondisi layak edar,
Bank Indonesia juga terus melakukan berbagai upaya, diantaranya: mencabut uang yang
sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar (UTLE), dan mengedarkan uang
layak edar (ULE) kepada masyarakat. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang kartal bagi
perbankan di daerah yang relatif jauh dari Kantor Bank Indonesia Provinsi Papua Barat, saat
ini telah beroperasi 4 (empat) lokasi Layanan Kas Titipan Bank Indonesia, di wilayah kerja
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat. Keempat lokasi tersebut yaitu di
Kota Sorong, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Teluk Bintuni, serta Layanan Kas Titipan di
Kabupaten Sorong Selatan. Khusus untuk kas titipan Sorong dan Fak-fak, sampai saat ini
pengelolaannya masih dilakukan oleh KPwBI Papua dan KPwBI Ambon, walaupun secara
wilayah berada di bawah wewenang KPwBI Papua Barat. Hal ini dikarenakan kas Titipan
tersebut sudah beroperasi sebelum KPwBI Papua Barat berdiri.
38%
23%
5%
6%
9%
9%
10%
DENOMINASI OUTFLOW (LEMBAR/KEPING)
UK 100.000
UK 50.000
UK 20.000
UK 10.000
UK 5.000
UK 2.000
<UK 1.000 & Logam
52%
22%
5%
6%
7%6% 2%
DENOMINASI INFLOW (LEMBAR/KEPING)
UK 100.000
UK 50.000
UK 20.000
UK 10.000
UK 5.000
UK 2.000
<UK 1.000 & Logam
Lapran Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 73
Boks - Quick Response Indonesian Standard (QRIS)
Tanggal 17 Agustus merupakan tanggal yang sangat bersejarah bagi Bangsa Indonesia.
Setiap tahunnya, tanggal 17 Agustus diperingati sebagai hari kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), hari ketika Bapak Pendiri Bangsa, Ir Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta, memproklamirkan kemerdekaan republik Indonesia di tahun 1945.
Namun ada yang menarik pada perayaan HUT Ke-74 Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
2019 yang lalu. Pada hari tersebut Gubernur Bank Indonesia, Bapak Perry Warjiyo, menandai
tonggak sejarah dalam bidang sistem pembayaran Indonesia, dengan secara resmi
meluncurkan Quick Response Indonesian Standard (QRIS) sebagai standar QR Code untuk
pembayaran di Indonesia.
QRIS dan Manfaatnya bagi Sistem Pembayaran
Beberapa tahun terakhir, alat pembayaran non tunai semakin jamak digunakan oleh
masyarakat. Dimulai dengan penggunaan kartu debit dan kartu kredit, pembayaran non
tunai menggunakan uang elektronik belakangan semakin sering digunakan terutama untuk
pembayaran produk-produk retail yang memiliki nominal transaksi relatif kecil dengan
frekuensi transaksi yang tinggi.
Salah satu hal yang membuat perkembangan uang elektronik semakin pesat adalah dengan
munculnya QR (Quick Response) Code sebagai media transaksi. Kode QR
merupakan evolusi kode batang yang biasa digunakan untuk menyimpan data dan
informasi. Penggunaan kode QR sendiri sudah sangat banyak digunakan dikarenakan
kemampuannya yang mampu menyimpan data lebih besar dibanding kode batang. Kode QR
juga mampu menyimpan semua jenis data, seperti data numerik, data alphabetis, simbol,
dan kode biner dengan sangat baik. Selain itu kode QR juga relatif lebih adaptif, mampu
dibaca dari berbagai sudut dan bahkan mampu membaca kode yang rusak hingga tingkat
tertentu.
Dalam perkembangannya, penggunaan kode QR yang belum terintegrasi antar penyedia jasa
sistem pembayaran membuat kode QR menjadi kurang efisien. Masing-masing penyedia jasa
sistem pembayaran menerbitkan kode QR-nya sendiri, sehingga semakin banyak aplikasi
yang digunakan oleh pengguna maka semakin banyak pula kode QR yang dimiliki.
Melihat hal tersebut, Bank Indonesia sebagai regulator di bidang sistem pembayaran
berinisiatif untuk menginisiasi sebuah standar tunggal kode QR yang dapat digunakan dalam
setiap transaksi berbasis kode QR. Pada tanggal 17 Agustus 2019, Bank Indonesia secara
resmi memperkenalkan Quick Response Indonesian Standard (QRIS) sebagai standar QR yang
digunakan secara universal oleh semua penerbit uang elektronik berbasis server, dompet
elektronik, serta mobile banking di Indonesia.
Dalam sambutannya pada acara peluncuran QRIS di Kantor Pusat Bank Indonesia, Gubernur
Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa QRIS mengusung semangat UNGGUL
yang merupakan singkatan dari UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung. Semangat ini
sejalan dengan tema HUT ke 74 Kemerdekaan RI yaitu SDM Unggul Indonesia Maju.
Lapran Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 74
Universal berarti penggunaan QRIS bersifat
inklusif untuk seluruh lapisan masyarakat dan
dapat digunakan untuk transaksi pembayaran
di domestik dan luar negeri.
GampanG berarti masyarakat dapat
bertransaksi dengan mudah dan aman dalam
satu genggaman ponsel atau perangkat
elektronik lainnya.
Untung berarti transaksi dengan QRIS
menguntungkan pembeli dan penjual karena
transaksi berlangsung efisien melalui satu
kode QR yang dapat digunakan untuk semua
aplikasi pembayaran pada ponsel.
Langsung berarti transaksi dengan QRIS
langsung terjadi, karena prosesnya cepat dan
seketika sehingga mendukung kelancaran
sistem pembayaran.
QRIS merupakan produk yang dikeluarkan oleh BI bekerjasama dengan Asosiasi Sistem
Pembayaran Indonesia (ASPI). Peluncuran QRIS merupakan salah satu implementasi dari Visi
Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 yang telah dicanangkan pada Mei 2019 lalu. QRIS
sendiri disusun menggunakan standar internasional EMV Co., sehingga mendukung
interkoneksi instrumen sistem pembayaran, mempermudah interoperabilitas antar
penyelenggara, mempermudah interoperabilitas antar instrumen, bahkan interoperabilitas
antar negara.
Pada tahap implementasi awal, fokus QRIS adalah pada penerapan Merchant Presented
Mode (MPM) atau kode QR untuk merchant. Pada tahapan awal ini, penjual (merchant) akan
menampilkan kode QR pembayaran untuk dipindai oleh pembeli (customer) ketika
melakukan transaksi pembayaran. Spesifikasi teknis standar kode QR dan interkoneksinya
telah melewati uji coba (piloting) pada tahap pertama pada bulan September hingga
November 2018 dan tahap kedua pada bulan April hingga Mei 2019. Implementasi QRIS
secara nasional baru akan efektif berlaku mulai 1 Januari 2020, guna memberikan masa
transisi persiapan bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP).
Selain untuk tujuan efisiensi, peluncuran QRIS juga diharapkan mampu mempercepat inklusi
keuangan serta memajukan UMKM di Indonesia. Dengan adanya QRIS, para pengusaha
UMKM dapat menerima transaksi non tunai dari seluruh penyedia jasa sistem pembayaran
sehingga memperlancar proses pembayaran. Selain itu, transaksi menggunakan uang
elektronik secara otomatis membuat seluruh transaksi pada merchant tercatat. Hal ini
mempermudah merchant untuk melakukan pembuatan laporan keuangan yang pada
akhirnya akan membantu para pengusaha untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan
dan memperluas kapasitas usahanya.
Lapran Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 75
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 76
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Nilai Tukar Petani (NTP) yang meningkat dengan tingkat kemiskinan terus
menunjukkan penurunan menjadi indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat
Papua Barat. Selain itu, data terakhir tingkat pengangguran juga tercatat menurun
secara tahunan.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2019 meningkat dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya yang didorong oleh lebih tingginya
peningkatan NTP subsektor Hortikultura yang sejalan dengan peningkatan
Sedangkan data tingkat kemiskinan di Papua Barat pada Maret 2019 terus
mencatatkan tren penurunan dalam tiga tahun terakhir.
Kondisi terakhir ketenagakerjaan di Papua Barat pada Februari 2019 semakin
membaik dengan menurunnya persentase pengangguran secara tahunan di tengah
meningkatnya jumlah penduduk usia kerja.
6.1 Ketenagakerjaan
Potensi tenaga kerja Provinsi Papua Barat terus menunjukkan tren peningkatan.
Jumlah penduduk yang telah memasuki usia kerja di Papua Barat pada Februari 2019
tercatat sebanyak 667.110 orang atau meningkat 2,69% (yoy) dibandingkan dengan
Februari 2018 yang berjumlah 649.604 orang. Dari jumlah tersebut, penduduk yang
merupakan angkatan kerja mencapai 69,1% yang justru sedikit menurun dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hingga 71,0%. Sedangkan jumlah
penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja dikarenakan masih menjalani pendidikan,
mengurus rumah tangga, hingga penduduk lanjut usia juga mengalami peningkatan
menjadi sebanyak 206.049 orang atau 9,34% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.
Sejalan dengan hal tersebut, jumlah penyerapan angkatan kerja juga meningkat.
Penduduk yang bekerja meningkat 0,39% (yoy) menjadi sebanyak 436.739 orang, yang
secara positif diikuti oleh turunnya jumlah penduduk yang menganggur hingga -6,92%
BAB - 6
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 77
(yoy) menjadi sebanyak 24.322 orang. Sehingga proporsi penduduk yang bekerja
dibandingkan dengan penduduk menganggur mengalami peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya (grafik 6.1).
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Namun, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Papua Barat tercatat menurun
apabila membandingkan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dan
dibandingkan dengan periode Februari 2018. TPAK pada Februari 2019 sedikit menurun
menjadi sebesar 69,11% merupakan indikasi potensi ekonomi dari sisi pasokan
(supply) tenaga kerja masih relatif sama dengan periode yang sama tahun lalu. TPAK
Papua Barat saat ini juga sedikit lebih rendah daripada TPAK Nasional yang tercatat sebesar
69,32% pada Februari 2019.
Grafik 6.1. Perkembangan Jumlah Penganggur dan Penduduk Yang Bekerja
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
2019
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
Penduduk Usia Kerja (15+) 610,789 620,748 629,277 638,010 649,604 656,517 667,110
Angkatan Kerja 436,729 434,817 441,731 430,478 461,152 445,630 461,061
- Bekerja 411,692 402,360 408,517 402,526 435,023 417,544 436,739
- Penganggur 25,037 32,457 33,214 27,952 26,129 28,086 24,322
Bukan Angkatan Kerja 174,060 185,931 187,546 207,532 188,452 210,887 206,049
Growth Angkatan Kerja (% yoy) 7.08 5.12 1.15 (1.00) 4.40 3.52 (0.02)
- Growth Bekerja (% yoy) 5.82 5.82 (0.77) 0.04 6.49 3.73 0.39
- Growth Penganggur (% yoy) 33.13 (2.85) 32.66 (13.88) (21.33) 0.48 (6.92)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71.50 70.05 70.20 67.47 70.99 67.88 69.11
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5.73 7.46 7.52 6.49 5.67 6.30 5.28
20172016Jenis Kegiatan Utama
2018
94.27% 92.54% 92.48% 93.51% 94.33% 93.70% 94.72%
5.73% 7.46% 7.52% 6.49% 5.67% 6.30% 5.28%
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
2016 2017 2018 2019
- Bekerja - Penganggur
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 78
Berbanding terbalik dengan peningkatan TPAK, perbandingan antara jumlah penduduk
yang menganggur dengan penduduk angkatan kerja (Tingkat Pengangguran Terbuka)
mengalami penurunan. Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Papua
Barat pada Februari 2019 tercatat sebesar 5,28 atau lebih rendah dibandingkan TPT
tahun sebelumnya. Namun, angka ini masih sedikit lebih tinggi dibandingkan TPT Nasional
yang tercatat sebesar 5,01%.
Kondisi ketenagakerjaan saat ini masih dipandang optimis oleh konsumen di Papua
Barat tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang berada diatas angka 100.
Berdasarkan hasil survei konsumen di Papua Barat hingga Agustus 2019, Indeks Keyakinan
Konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan dengan penghasilan 6 (enam) bulan
yang lalu masih menunjukkan level yang optimis dengan indeks sebesar 136,63 meskipun
menunjukkan penurunan. Begitu juga dengan Indeks Keyakinan Konsumen terhadap
ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja 6
(enam) bulan yang lalu juga menunjukkan optimisme konsumen dengan indeks yang
mengalami penurunan menjadi sebesar 123,67 poin.
Grafik 6.2. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap
Penghasilan dan Lapangan Kerja Saat Ini
dibandingkan 6 Bulan yang Lalu
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 6.3. Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Lapangan Kerja, Penghasilan, dan Kegiatan Usaha
6 Bulan yang Akan Datang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Sedangkan, kondisi ketenagakerjaan yang akan datang juga masih dipandang optimis
oleh konsumen dengan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masih di atas 100.
Pandangan konsumen terhadap penghasilan yang akan datang tetap optimis dengan
indeks ekspektasi konsumen terhadap penghasilan yang akan datang pada Agustus 2019
sebesar 146,33 poin yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sedangkan keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja yang akan datang
juga cukup optimis dengan indeks sebesar 136,67 poin.
80
90
100
110
120
130
140
150
160
Me
i
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
2018 2019
Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Optimis
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
Me
i
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
2018 2019
Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Optimis
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 79
Tabel 6.2. Karakteristik Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
** Sektor lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, gas dan Air, Angkutan dan Keuangan
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Penyerapan tenaga kerja terbesar di Papua Barat masih berasal dari sektor pertanian.
Pada Februari 2019, penduduk yang bekerja di sektor pertanian tercatat sejumlah 160.861
orang atau sebesar 36,83% dari total penduduk yang bekerja di Papua Barat(grafik 6.4)..
Namun, terdapat penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian hingga -
10,07% (yoy) dibandingkan dengan Februari 2018. Dari sisi perkembangan jumlah
penduduk yang bekerja, sektor transportasi mencatat peningkatan penyerapan tenaga
kerja terbesar hingga 45,00% (yoy) menjadi sebanyak 27.653 orang. Sedangkan secara
jumlah, sektor jasa kemasyarakatan mencatat penambahan tenaga kerja yang paling
signifikan sebanyak 15.120 orang menjadi 104. 854 pada Februari 2019.
Grafik 6.4. Proporsi Angkatan Kerja Berdasarkan Sektor Usaha
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar angkatan kerja di Papua Barat
terserap di sektor informal. Jumlah pekerja di sektor informal tercatat sebanyak 255.454
orang yang terdiri dari angkatan kerja yang berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak
tetap, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tak dibayar. Pekerja di sektor informal ini juga
2019
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 162,606 148,661 173,930 141,927 178,876 140,447 160,861
Industri 16,095 12,640 20,694 21,771 27,692 27,814 23,899
Konstruksi 28,120 30,338 18,834 23,483 27,099 24,881 22,707
Perdagangan 75,817 67,987 69,271 71,200 77,995 74,353 81,559
Jasa Kemasyarakatan 88,701 104,765 89,436 95,068 89,733 102,221 104,853
Lainnya** 40,353 37,969 36,352 49,077 33,628 47,828 42,860
TOTAL 411,692 402,360 408,517 402,526 435,023 417,544 436,739
20172016Lapangan Pekerjaan Utama
2018
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
2016
2017
2018
2019
Lainnya** Jasa Kemasyarakatan Perdagangan Konstruksi Industri Pertanian
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 80
mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, baik secara
nominal maupun proporsi yang menjadi 58,49% dari total angkatan kerja yang bekerja. Di
sisi lain, proporsi pekerja di sektor formal Papua Barat yaitu buruh/karyawan/pegawai dan
berusaha sendiri dibantu buruh tetap tercatat sebanyak 181.285. Jumlah tersebut lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 151.129, sehingga
secara proporsi terhadap total pekerja mengalami kenaikan 6,77 poin menjadi 41,51%
(grafik 6.5).
Tabel 6.3. Karakteristik Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 6.5. Perbandingan Jumlah Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Dari segi pendidikan, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Papua Barat
menunjukkan peningkatan. Walaupun sebagian besar tenaga kerja masih berlatar
pendidikan SD dan SMP dengan proporsi mencapai 50,09%, tetapi lebih rendah
dibandingkan proporsi pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesat 54,44%.
Pada periode Survei Angkatan Kerja Februari 2019, terjadi peningkatan proporsi tenaga
2019
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
Berusaha Sendiri 19.05% 22.40% 22.43% 21.32% 21.04% 21.08% 22.08%
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 18.37% 16.28% 20.07% 17.40% 21.31% 16.63% 17.54%
Berusaha dibantu buruh tetap 1.44% 2.19% 2.05% 2.14% 2.65% 2.79% 3.30%
Buruh/Karyawan/Pegawai 39.65% 38.38% 32.80% 38.76% 32.09% 43.37% 38.20%
Pekerja Bebas 2.51% 4.91% 3.06% 3.63% 3.59% 1.52% 2.90%
Pekerja Keluarga/Tak Dibayar 18.98% 15.83% 19.58% 16.74% 19.32% 14.61% 15.98%
TOTAL 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Formal 169,167 163,244 142,395 164,636 151,129 192,751 181,285
Informal 242,525 239,116 266,122 237,890 283,894 224,793 255,454
TOTAL 411,692 402,360 408,517 402,526 435,023 417,544 436,739
2018Status Pekerjaan Utama
2016 2017
- 50,000
100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 500,000
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
2016 2017 2018 2019
TOTAL Formal Informal
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 81
kerja dengan latar pendidikan menengah yaitu SMA dan SMK menjadi 31,95% serta
tenaga kerja berpendidikan tinggi yaitu diploma dan universitas yang tercatat sebesar
17,96%, lebih tinggi dibandingkan proporsi pada Februari 2018. Berdasarkan jumlahnya,
tenaga kerja yang berlatarbelakang pendidikan tinggi yaitu diploma dan universitas
mencatat pertumbuhan yang tertinggi mencapai 11,75% (yoy) menjadi sebanyak 78.446
orang. Hal ini mengindikasikan semakin terbukanya lowongan pekerjaan ahli di Papua
Barat.
Tabel 6.4. Karakteristik Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan Tertingi yang Ditamatkan
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Selanjutnya, ketika melihat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan tingkat
pendidikan, pangsa terendah dicatat oleh pengangguran yang berlatar belakang
pendidikan SD dan SMP yang berada di bawah TPT Papua Barat. Hal ini menggambarkan
bahwa tenaga kerja berlatar pendidikan SD dan SMP cukup mudah mendapatkan
pekerjaan karena kesediaannya untuk bekerja di sektor manapun baik formal maupun
informal. Sedangkan TPT berlatar pendidikan pendidikan menengah dan tinggi berada di
atas angka TPT Papua Barat, akan tetapi pengangguran yang telah menamatkan
pendidikan universitas mengalami penurunan TPT menjadi sebesar 8,2% dibandingkan
tahun sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa walaupun lowongan pekerjaan di
Papua Barat yang memerlukan keahlian teknis dan analisis masih terbatas tapi mulai
menunjukkan peningkatan.
2019
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
SD ke bawah 164,676 146,189 157,283 138,033 160,449 146,368 150,680
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 59,427 59,091 74,952 65,181 76,360 61,916 68,066
Sekolah Menengah Atas (SMA) 86,394 91,478 78,923 92,387 88,796 99,220 107,420
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 38,045 31,780 32,540 35,828 39,219 34,622 32,127
Diploma I/II/III 12,647 17,102 14,196 14,409 15,562 13,945 16,364
Universitas 50,503 56,720 50,623 56,688 54,637 61,473 62,082
TOTAL 411,692 402,360 408,517 402,526 435,023 417,544 436,739
2017Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
2016 2018
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 82
Tabel 6.5. Proporsi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
(%)
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
6.2 Kesejahteraan
6.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2019 mengalami peningkatan. Pada triwulan II
2019, Indeks NTP Papua Barat naik 1,56 poin menjadi sebesar 102,11 apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. NTP yang masih lebih besar
dibandingkan 100 ini menjadi salah satu indikasi peningkatan kesejahteraan khususnya
bagi sebagian masyarakat (petani) dibandingkan triwulan II 2018 yang sebesar 100,55.
Begitu juga bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya juga tercatat lebih tinggi dari
NTP sebesar 101,28 pada triwulan I 2019. Kenaikan NTP tersebut didorong oleh lebih
tingginya peningkatan harga perolehan hasil panen yang digambarkan melalui Indeks yang
Diterima (It) dibandingkan peningkatan biaya harus dikeluarkan oleh petani selama
kegiatan tanamnya atau Indeks yang Dibayar (Ib).
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 6.6. Perkembangan NTP Papua Barat
Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan NTP tertinggi secara tahunan dan juga NTP
tertinggi di antara sektor lainnya yang sebesar 114,98. Sedangkan sub sektor lain masih
mencatat NTP di bawah titik imbas walaupun mengalami kenaikan seperti NTP subsektor
2019
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
SD ke bawah 2.4 3.6 3.5 1.9 2.2 2.5 2.0
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4.2 5.8 6.8 6.0 2.2 4.4 4.3
Sekolah Menengah Atas (SMA) 5.3 14.6 11.2 9.2 9.4 10.3 7.7
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 14.0 8.8 12.5 13.9 8.1 11.8 8.5
Diploma I/II/III 10.2 2.6 15.5 7.6 8.2 7.4 4.5
Universitas 10.4 7.0 8.5 8.0 11.1 6.7 8.2
TOTAL 5.7 7.5 7.5 6.5 5.7 6.3 5.3
20172016Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
2018
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2016 2017 2018 2019
Indeks yang diterima (IT) Indeks yang Dibayar (IB) NTP
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 83
Tanaman Pangan yang meningkat sebesar 1,42 poin menjadi 96,20, subsektor Tanaman
Perkebunan Rakyat meningkat sebesar 2,29 poin menjadi 97,16, dan subsektor Peternakan
meningkat sebesar 0,81 menjadi 99,14. Meningkatnya NTP Tanaman Pangan dan
Hortikultura masih sejalan dengan pergerakan harga selama setahun terakhir dikarenakan
komoditas ini dikonsumsi terdampak langsung oleh permintaan masyarakat. Hal yang
berbeda dicatatkan oleh subsektor Perikanan yang turun 4,56 poin dengan nilai NTP juga
di bawah titik impas yaitu sebesar 96,03. Jumlah tangkapan yang belum optimal karena
pengaruh kondisi cuaca sehingga mengurangi jumlah yang diterima oleh nelayan di tengah
biaya yang tetap harus dikeluarkan ditengarai menjadi salah satu penyebab turunnya NTP
subsektor ini.
Tabel 6.6. Perkembangan NTP Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
6.2.2 Tingkat Kemiskinan
Data terakhir tingkat kemiskinan di Papua Barat terus menunjukkan tren penurunan,
dimana persentase penduduk miskin pada Maret 2019 tercatat sebesar 22,17% atau
menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
23,01% ataupun dibandingkan dengan September 2018 yang tercatat sebesar 22,66%.
Dari sisi jumlah penduduk miskin, pada Maret 2019 tercatat sebanyak 211.500 jiwa yang
lebih rendah 1,38% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang tercatat sebanyak
214.470 jiwa. Begitu juga jika dibandingkan dengan bulan September 2018 yang sempat
mencapai 213.670 jiwa, jumlah penduduk miskin Papua Barat pada Maret 2019 saat ini
relatif rendah.
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
1. Tanaman Pangan
a. Indeks yang Diterima (It) 118,01 119,85 119,44 119,19 123,79 124,70 122,61 124,67 125,36 126,45 129,72 131,21 131,56 132,01
b. Indeks yang di bayarkan (Ib) 124,12 125,37 126,84 127,76 129,67 131,01 130,81 130,83 131,63 133,41 134,27 134,83 135,51 137,23
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 95,08 95,59 94,17 93,29 95,46 95,18 93,73 95,29 95,24 94,78 96,61 97,32 97,08 96,20
2. Hortikutura
a. Indeks yang Diterima (It) 126,47 128,32 130,19 134,34 140,03 139,33 140,53 139,77 139,84 145,82 143,80 144,75 147,65 155,50
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,18 124,08 125,41 126,16 128,13 129,43 129,20 129,14 129,94 131,45 132,33 132,82 133,48 135,25
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 102,66 103,42 103,81 106,49 109,29 107,65 108,76 108,23 107,62 110,93 108,66 108,98 110,62 114,98
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks yang Diterima (It) 121,54 124,17 126,72 123,56 125,97 121,74 123,13 124,58 121,23 121,59 119,71 123,15 125,95 127,62
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,90 121,45 122,76 123,43 125,27 126,45 126,15 126,13 126,93 128,16 128,75 129,26 129,45 131,36
c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 100,52 102,24 103,23 100,11 100,56 96,27 97,60 98,77 95,51 94,87 92,97 95,27 97,29 97,16
4. Peternakan
a. Indeks yang Diterima (It) 115,50 116,57 118,25 118,38 119,83 120,93 120,83 121,09 120,67 121,87 123,91 125,86 124,96 126,10
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,24 118,42 119,50 120,03 121,56 122,66 122,49 122,70 122,99 123,94 124,96 125,25 125,71 127,20
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 97,69 98,44 98,95 98,62 98,58 98,59 98,64 98,69 98,11 98,33 99,16 100,48 99,40 99,14
5. Perikanan
a. Indeks yang Diterima (It) 127,59 127,54 128,37 127,76 126,64 128,70 129,25 128,07 129,14 131,78 134,95 132,14 128,64 129,28
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,30 123,37 124,57 125,65 126,98 128,27 128,56 128,50 129,53 131,01 131,59 132,52 132,71 134,63
c. Nilai Tukar Petani (NTN) 104,33 103,39 103,05 101,68 99,73 100,34 100,54 99,67 99,70 100,59 102,55 99,71 96,93 96,03
NTP Gabungan
a. Indeks yang Diterima (It) 121,60 123,25 124,58 124,99 128,24 127,85 128,01 128,49 128,03 130,51 131,06 132,41 133,29 136,17
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,92 122,71 124,01 124,78 126,56 127,81 127,64 127,66 128,38 129,79 130,60 131,12 131,61 133,50
c. Nilai Tukar Petani (NTP) 99,74 100,44 100,46 100,17 101,33 100,03 100,29 100,65 99,73 100,55 100,35 100,98 101,28 102,11
201920172016 2018
Gabungan/Provinsi Papua Barat
No. Sub sektor
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 84
Tingkat kemiskinan di Papua Barat masih berada di atas tingkat kemiskinan nasional
dan provinsi tertinggi kedua secara nasional setelah Papua. Sebagai informasi, tingkat
kemiskinan nasional pada Maret 2019 tercatat sebesar 9,41% dengan jumlah penduduk
miskin sebanyak 25,14 juta jiwa, sedangkan Papua sebagai provinsi dengan tingkat
kemiskinan tertinggi tercatat sebesar 27,53%. Walaupun Papua Barat merupakan salah
satu provinsi dengan dengan tingkat persentase penduduk miskin tertinggi secara nasional,
Papua Barat hanya menyumbang 0,84% dari total jumlah penduduk miskin nasional pada
Maret 2019. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk meningkat akses
masyarakat di Papua Barat terhadap sumber penghasilan dan terhadap ketersediaan bahan
pokok melalui peningkatan infrastruktur konektivitas. Sebab, akses yang terbatas akan
menjadi faktor pendorong kemiskinan karena akan berdampak pada terbatasnya sumber
pendapatan dan tingginya biaya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sejauh ini kinerja
pemerintah Provinsi Papua Barat patut diapresiasi, karena dari tahun ke tahun tingkat
persentase penduduk miskin terus menunjukkan tren penurunan.
Tabel 6.7. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 6.7. Perkembangan Penduduk Miskin Papua
Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Grafik 6.8. Perkembangan Garis Kemiskinan
Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Selain itu, tingkat ketimpangan di Provinsi Papua Barat masih berada pada kategori
ketimpangan sedang dengan Gini Ratio sebesar 0,386 pada Maret 2019. Angka ini
menurun dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 0,394 pada Maret 2018 dan
Maret September Maret September Maret September Maret September Maret
Jumlah Penduduk Miskin 225.370 225.536 225.800 223.600 228.380 212.860 214.470 213.670 211.500
Kota 19.340 18.820 20.955 20.110 20.700 19.020 19.330 21.250 22.610
Desa 206.030 206.716 204.845 203.490 207.680 193.830 195.140 192.420 188.880
Persentase Penduduk Miskin (%) 25,82 25,73 25,43 24,88 25,10 23,12 23,01 22,66 22,17
Kota 5,86 5,68 6,14 5,69 5,83 5,16 5,10 5,57 5,63
Desa 37,97 37,94 37,48 37,33 37,44 35,12 35,31 34,29 34,19
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/Bulan) 441.569 465.348 474.967 492.969 499.777 509.861 516.362 560.976 573.313
Kota 452.022 478.699 487.727 508.262 515.849 523.381 530.295 583.530 597.406
Desa 435.207 457.222 466.996 480.945 488.564 499.086 505.941 544.623 555.072
Persentase Penduduk Miskin (%)
Nasional11,22 11,13 10,86 10,70 10,64 10,12 9,82 9,66 9,41
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/Bulan)
Nasional330.776 344.809 354.386 361.990 374.478 387.160 401.220 410.670 425.250
201820172015 2016 2019Uraian
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
200.000
204.000
208.000
212.000
216.000
220.000
224.000
228.000
232.000
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Penduduk Miskin %Penduduk Miskin Papua Barat (rhs)
%Penduduk Miskin Nasional (rhs)
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2015 2016 2017 2018 2019
Garis Kemiskinan Makanan Garis Kemiskinan Non Makanan
Garis Kemiskinan Papua Barat Garis Kemiskinan Nasional
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 85
September 2018 yang tercatat sebesar 0,391. Indikator gini ratio menggambarkan
pemerataan maupun ketimpangan pembagian pendapatan yang dihasilkan. Gini Ratio
bernilai 0 menunjukkan pemerataan yang sempurna, sedangkan Gini Ratio bernilai 1
menunjukkan ketimpangan sempurna. Gini Ratio Papua Barat pada periode ini lebih tinggi
dibandingan dengan Gini Ratio nasional yang tercatat sebesar 0,382 pada Maret 2018.
Grafik 6.9. Gini Ratio Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, diolah
Secara spasial, tingkat kemiskinan di pedesaan Papua Barat selalu lebih tinggi
dibandingkan di perkotaan. Pada Maret 2019, tingkatan kemiskinan di pedesaan tercatat
sebesar 34,19% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 188.880 jiwa. Angka ini lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 35,31%
ataupun pada September 2018 yang sebesar 34,29%. Sedangkan kemiskinan di perkotaan
Papua Barat meningkat dibandingkan September 2018 dan Maret 2018 dengan tingkat
kemiskinan sebesar 5,63% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 22.610 jiwa. Tingkat
kemiskinan di perkotaan yang cenderung lebih rendah mengindikasikan akses masyarakat
yang jauh lebih mudah untuk memperoleh sumber pendapatan dan pemenuhan
kebutuhan dibandingkan masyarakat di pedesaan Papua Barat. Oleh karena itu, akselerasi
penyelesaian proyek infrastruktur konektivitas seperti Trans Papua yang didukung dengan
jalan penghubung antara perkotaan dan pedesaan diharapkan dapat mendorong turunnya
tingkat kemiskinan di Papua Barat, khususnya di pedesaan. Namun perlu
Di sisi lain, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat terus menunjukkan
peningkatan. Angka garis kemiskinan Papua Barat tercatat sebesar Rp573.313,00 per
kapita per bulan pada Maret 2019 atau mengalami peningkatan sebesar 5,99%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka garis kemiskinan Papua Barat
0,391 0,386
-
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
0,50
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 86
berada di atas angka garis kemiskinan Nasional yang tercatat sebesar Rp425.250,- per
kapita per bulan. Peningkatan angka garis kemiskinan menunjukkan dampak inflasi
terhadap kehidupan masyarakat dimana dikarenakan peningkatan biaya yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal yang relatif masih sama. Angka garis
kemiskinan Papua Barat terdiri dari komponen makanan sebesar 77,06% dan non-
makanan sebesar 22,94%. Dari sumbangan per komoditas, beras menjadi komoditas yang
memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan yang sangat dipengaruhi oleh
kelancaran distribusi beras. Beras berkontribusi sebesar 20,59% di perkotaan yang
meningkat dari 17,68% pada September 2018, sedangkan di pedesaan berkontribusi
sebesar 25,97% yang juga meningkat dari 19,85% pada September 2018
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat Agustus 2019 87
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 88
PROSPEK EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Papua Barat di tahun 2019 diperkirakan tetap tumbuh positif
walaupun lebih rendah dibanding tahun 2018 dengan tekanan inflasi yang relatif
stabil
Secara triwulanan, ekonomi Papua Barat pada triwulan IV 2019 diperkirakan lebih tinggi
dibanding perkiraan ekonomi triwulan III 2019. Beberapa faktor mempengaruhi
peningkatan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2019. Selain pengaruh dari solidnya
produksi LNG paska maintenance di triwulan II 2019, terdapat momen peringatan hari
raya Natal dan tahun baru yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan dari sisi
konsumsi. Dari sisi pemerintah, pemerintah daerah pun akan mendorong akselerasi
belanja daerah sehingga berdampak pada sektor usaha lain di Papua Barat. Peningkatan
ini juga dipengaruhi oleh base effect rendahnya pertumbuhan di triwulan IV 2019 yang
berada pada level 0,18% (yoy).
Perekonomian Papua Barat tahun 2019 diperkirakan tumbuh melambat dibanding
tahun sebelumnya seiring tertahannya pertumbuhan LU utama. Dari sisi pengeluaran,
ekspor LN diperkirakan melambat sejalan dengan kinerja pertumbuhan LU utama.
Laju inflasi tahunan Papua Barat pada tahun 2019 diperkirakan lebih rendah dibanding
tahun 2018. Laju inflasi yang menurun ini disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi
kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
7.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI
Sumber: WEO April 2019, diolah
Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Sumber: SKDU - KPw BI Prov. Pabar
Grafik 7.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha
Berdasarkan hasil tracking dan liaison, pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada
triwulan IV 2019 diperkirakan lebih tinggi dibanding perkiraan pertumbuhan ekonomi
triwulan III 2019. Pertumbuhan ekonomi Papua Barat triwulan IV 2019 diperkirakan pada
0
1
2
3
4
5
6
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
World Advanced economies Emerging market and developing economies -15
-10
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019
SBT Kegiatan Usaha SKDU gPDRB (%, qtq)
BAB - 7
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 89
kisaran 7,2% - 7,6% (yoy), lebih tinggi dibanding perkiraan pertumbuhan ekonomi triwulan
III 2019 sebesar 6,6% 7,0% (yoy). Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Dari
sisi pengeluaran, peningkatan diperkirakan berasal dari tingkat konsumsi rumah tangga
maupun konsumsi pemerintah. Konsumsi RT diperkirakan terdorong akibat pengaruh
momen hari raya Natal dan tahun baru, sementara kosumsi pemerintah terdorong akibat
akselerasi belanja daerah baik APBN maupun APBD. Dari sisi LU, optimalnya produksi LNG
paska maintenance di triwulan II 2019 mendorong optimalnya ekspor Papua Barat. Musim
dingin di Asia Timur pada semester II 2019 diharapkan dapat mendorong permintaan LNG
dari negara mitra dagang tetap solid. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada
triwulan IV 2018 yang terbilang rendah yaitu 0,18%(yoy) berpotensi menyebabkan
pengaruh base effect sehingga pertumbuhan triwulan IV 2019 cenderung meningkat.
Secara kumulatif, ekonomi Papua Barat tahun 2019 diperkirakan tetap tumbuh positif
walaupun lebih rendah dibanding tahun 2018. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi
Papua Barat diperkirakan berada pada kisaran 3,5% - 3,9% (yoy), melambat dibanding
pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar 6,24% (yoy). Ekonomi Papua Barat sangat
didominasi dari sektor migas terutama LNG. Perlambatan ini disebabkan oleh melambatnya
kinerja LNG di tahun 2019 yang bersumber dari produksi yang kurang optimal seiring
maintenance kilang minyak train I di triwulan I dan triwulan II 2019. Perlambatan ekonomi
dunia termasuk negara mitra dagang utama Papua Barat yaitu Tiongkok dan Jepang menjadi
downside risk terhadap permintaan LNG.
Lapangan usaha (LU) industri pengolahan serta LU pertambangan dan penggalian sangat
dipengaruhi oleh komoditas LNG karena merupakan value chain dari produksi komoditas
yang dieksplorasi di Blok Tangguh, Kabupaten Teluk Bintuni ini. Sampai dengan saat ini,
terdapat 2 (dua) kilang LNG dan sedang dilakukan pembangunan kilang ketiga yang rencana
dapat beroperasi di tahun 2020. Kegiatan maintenance yang dilakukan pada triwulan I dan
triwulan II 2019 di kilang Train 1 membuat produksi menurun dan menyebabkan rendahnya
pertumbuhan kedua LU dimaksud serta ekonomi Papua Barat secara keseluruhan.
Berbeda dengan penurunan pada kedua LU utama, LU konstruksi diperkirakan meningkat
dibandingkan dengan tahun 2018. Hal ini didorong oleh tingginya pembangunan proyek
pemerintah dan proyek swasta. Akselerasi penyelesaian proyek pemerintah yang meliputi
proyek strategis nasional dan proyek jalan trans papua barat diperkirakan turut memberikan
peningkatan andil pertumbuhan. Hal ini juga ditopang oleh peningkatan anggaran belanja
infrastruktur pada APBN tahun 2019 yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2018.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 90
LU pertanian, kehutanan, dan perikanan diperkirakan menopang ekonomi Papua Barat pada
tahun 2019. Akselerasi diperkirakan bersumber dari subusaha perikanan seiring dengan
pulihnya dunia usaha perikanan secara bertahap setelah sempat tertahan pasca penerapan
ketentuan moratorium penggunaan eks kapal asing dan larangan penggunaan alat
penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets). Namun, terdapat
beberapa risiko antara lain kinerja subusaha perikanan yang sangat bergantung pada kondisi
cuaca. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan ukuran kapal yang digunakan untuk
melaut. Kapal yang digunakan oleh nelayan berukuran relatif kecil sehingga cukup rentan
dalam menghadapi curah hujan dan gelombang yang tinggi. Anomali cuaca seperti
bertambah panjangnya periode angin selatan membuat produksi komoditas subusaha ini
rentan menurun. Selain itu, beberapa perkebunan kelapa sawit milik perusahaan
perkebunan nasional telah memulai panen perdananya pada akhir semester I 2019, hal ini
menjadi potensi andil pertumbuhan ekonomi dari subsektor perkebunan.
Prospek ekonomi Papua Barat dapat terpengaruh dengan dinamika perekonomian global.
Ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih berlanjut di tahun 2019. Pertumbuhan
ekonomi dunia berada dalam tren melambat pada tahun 2018 dan 2019. Ekonomi Amerika
Serikat yang meningkat di tahun 2018, diperkirakan akan melambat pada 2019.
Perlambatan ini sejalan dengan pergerakan ekonomi Tiongkok dan negara maju lainnya.
Perlambatan ekonomi dunia akan berdampak pada menurunnya volume perdagangan dunia
yang memicu koreksi harga berbagai komoditas, termasuk harga minyak dunia.
Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan cenderung turun sepanjang tahun 2019 dan bahkan sudah
turun sebesar 25 basis poin seiring dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang
melambat. Meskipun demikian, potensi terjadinya capital outflow dari negara berkembang
tetap tinggi seiring dengan ketidakpastian di sektor keuangan akibat perang dagang yang
masih terjadi dan diperkirakan terjadi hingga tahun 2019. Capital outflow ini berpotensi
menurunkan likuiditas Dollar AS dan kemudian memberikan tekanan pada nilai tukar.
Penguatan nilai tukar Dolar akan mempengaruhi volume perdagangan luar negeri berbagai
negara.
Sejalan dengan tren perlambatan ekonomi global, ekonomi Tiongkok terpantau tumbuh
melambat. Perlambatan ekonomi Tiongkok merupakan dampak dari penerapan kebijakan
deleveraging dan pengaruh dari perang dagang dengan Amerika Serikat. Perlambatan
diperkirakan juga akan berlanjut pada tahun 2019, meskipun pemerintah Tiongkok berupaya
untuk tetap menjaga angka pertumbuhan di level yang cukup solid melalui stimulus fiskal
dengan menerapkan kebijakan pemotongan pajak.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 91
Kondisi ini menimbulkan risiko bagi ekonomi Papua Barat dimana pangsa PDRB Sisi
Pengeluaran didominasi oleh ekspor luar negeri. Komoditas ekspor utama Papua Barat
adalah komoditas LNG dimana negara tujuan ekspor terbesar adalah Tiongkok. Ekonomi
Tiongkok yang melambat dan mencerminkan adanya deselerasi konsumsi dapat
menurunkan permintaan atas komoditas LNG sehingga berpengaruh pada ekspor LN Papua
Barat. Selain itu, Tiongkok juga merupakan negara mitra dagang untuk komoditas ekspor
non-migas, yaitu: udang segar/beku, ikan, dan kayu olahan. Risiko serupa juga muncul dari
ekonomi Jepang yang merupakan negara tujuan ekspor Papua Barat dimana
pertumbuhannya cenderung berada pada level moderat.
Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang diselenggarakan pada tahun
2019 diperkirakan mampu menopang konsumsi swasta dan pemerintah. Konsumsi
pemerintah juga diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya APBN tahun 2019.
Adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Papua Barat sebesar 10,3% dari UMP tahun
2018 dan kenaikan gaji pokok ASN sebesar 5% pada tahun 2019 akan mendorong
peningkatan belanja pegawai pada tahun 2019.
Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh lebih baik seiring dengan daya beli
masyarakat yang meningkat, inflasi yang diperkirakan lebih rendah, dan masyarakat yang
masih optimis terhadap kondisi perekonomian. Peningkatan daya beli ini tercermin dari
kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Papua Barat sebesar 10,3% dan kenaikan gaji
pokok ASN sebesar 5% pada tahun 2019. Tingkat inflasi rendah dan terkendali mendukung
terjaganya daya beli masyarakat, sehingga turut berperan terhadap akselerasi konsumsi
rumah tangga. Rumah tangga masih optimis terhadap kondisi perekonomian yang tercermin
dari indeks Ekspektasi Konsumen dari Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia.
Selanjutnya, PMTB yang mencerminkan kondisi investasi diperkirakan tetap tumbuh
meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya. Pembangunan fasilitas kilang Train 3 di Blok
Tangguh bersifat multi years sehingga masih menjadi penopang investasi Papua Barat.
Disamping itu, adanya proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)
berpotensi juga ikut menopang investasi Papua Barat. Selain itu, belanja modal baik APBN
maupun APBD untuk pembiayaan infrastruktur terutama terkait konektivitas di Papua Barat,
seperti: jalan baik di dalam kota maupun antar kota (Trans Papua), dan jembatan masih terus
berlanjut.
Sementara itu, impor LN yang tercermin dari barang modal kerja diperkirakan lebih tinggi
dibanding sebelumnya. Impor ini dipengaruhi oleh kebutuhan bahan baku dan bahan modal
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 92
untuk beberapa proyek pembangunan seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mesin Gas (PLTMG) dan pembangunan kilang train III Tangguh LNG.
Namun, prospek ekonomi Papua Barat terdapat downside risk yang berasal dari dampak aksi
massa yang berakhir ricuh yang terjadi di bulan Agustus 2019. Peristiwa tersebut
menyebabkan beberapa fasilitas sarana prasarana pemerintah maupun komersil mengalami
kerusakan. Hal ini berisiko memberikan persepsi negatif kepada calon investor.
7.2. PERKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi Papua Barat pada triwulan IV 2019 diperkirakan meningkat
dibandingkan perkiraan inflasi triwulan III 2019. Permintaan diperkirakan akan meningkat
seiring dengan momen perayaan hari raya Natal dan tahun baru. Di tengah permintaan yang
tinggi dibanding triwulan sebelumnya, ketersediaan pasokan menjadi hal utama yang perlu
diperhatikan. Dari segi pasokan, risiko cuaca buruk dan gagal panen di daerah penghasil
dapat berdampak pada volatilitas harga di pasar. Strategi TPID yang berdasarkan 4K
(ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi) perlu
semakin didorong untuk menjaga stabilisasi harga terutama saat momen-momen HBKN.
Laju inflasi Papua Barat di tahun 2019 diperkirakan lebih rendah dibanding tahun 2018.
Inflasi tahunan Papua Barat diproyeksikan pada kisaran 2,9% - 3,3% (yoy). Penurunan
tekanan inflasi diperkirakan akan didorong oleh terkoreksinya harga kelompok bahan
makanan, kelompok makanan jadi,minuman, rokok,dan tembakau, dan kelompok
perumahan,air,listrik, gas & bahan bakar, serta relatif rendahnya tekanan inflasi dari
kelompok transpor dan komunikasi.
Inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan melandai disebabkan oleh terjaganya pasokan
berbagai subkomoditas pada kelompok tersebut seiring upaya peningkatan produksi dan
jalur distribusi yang terus berjalan. Selain itu, Papua Barat juga telah memiliki sentra penghasil
sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Namun, produksi dari sentra penghasil masih belum
dapat mencukupi permintaan sehingga subkomoditas tersebut masih harus didatangkan dari
luar daerah, termasuk daging ayam ras. Kenaikan harga pakan ternak yang signifikan akibat
kenaikan komoditas jagung di tahun lalu menyebabkan tekanan inflasi pada daging ayam
ras cukup besar. Komoditi jagung itu sendiri saat ini masih mengalami net impor, sehingga
pemerintah menaruh konsentrasi pada produksi jagung dengan tujuan swasembada jagung.
Selanjutnya, meskipun Kabupaten Manokwari sudah tidak termasuk dalam trayek tol laut,
namun Kabupaten Manokwari Selatan masih termasuk dalam trayek tol laut. Ruas jalan antar
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 93
kabupaten di Papua Barat juga hampir sepenuhnya tersambung sehingga distribusi
komoditas diharapkan relatif lebih lancar.
Perkiraan menurunnya tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau sebagai dampak dari menurunnya inflasi bahan makanan. Selain itu, pemerintah
memutuskan untuk tidak menaikkan cukai rokok 2019 sehingga tekanan inflasi diharapkan
menjadi lebih rendah. Namun, terdapat risiko kenaikan harga rokok seiring pola perusahaan
rokok yang meningkatkan harga rokok secara bertahap meskipun harga cukai tetap.
Selanjutnya, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar diperkirakan akan
menurun. Hal ini ditopang oleh keputusan PLN menurunkan tarif listrik per 1 maret 2019
untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 900 VA dari Rp1.352,00 menjadi Rp1.300,00
ditengarai mampu meredam tekanan inflasi. Pengurangan harga listrik ini sebagai dampak
dari adanya efisiensi dan penurunan harga minyak serta menguatnya nilai tukar Rupiah
terhadap dolar AS. Lebih lanjut, Pertamina mengeluarkan keputusan untuk mengurangi
harga BBM non-subsidi pada Januari 2019 seiring penurunan harga minyak dunia dan
penguatan Rupiah terhadap Dollar AS. Penurunan BBM untuk jenis tertentu terjadi lagi di
bulan Februari dan menyebabkan tekanan inflasi juga menurun. Bila kondisi itu berlanjut,
potensi terjadinya pengurangan harga listrik dan BBM di sepanjang tahun 2019 cukup tinggi.
Sedangkan dari kelompok transpor dan komunikasi, komoditas tarif angkutan udara yang
sempat memberikan andil inflasi yang cukup tinggi pada tahun 2018 diperkirakan
memberikan andil inflasi yang lebih rendah pada tahun 2019. Faktor base effect akibat tarif
yang sudah cukup tinggi di akhir tahun 2018 sehingga apabila terjadi kenaikan pada level
yang relatif sama pada akhir tahun 2019 maka andil inflasi relatif lebih rendah. Selain itu,
dipicu oleh harga tiket pesawat masih stabil tinggi sejak akhir tahun 2018 hingga saat ini
menyebabkan berbagai keluhan baik dari masyarakat, pelaku usaha terutama di bidang
pariwisata, dan jasa pengiriman. Merespon keluhan dari berbagai pihak, pemerintah melalui
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada bulan Mei 2019 akhirnya menurunkan Tarif
Batas Atas (TBA) tiket pesawat. Keputusan tersebut tertuang dalam dalam Keputusan
Menteri Perhubungan (Menhub) Nomor 106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas
Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
Melalui Keputusan Menhub ini, TBA tiket pesawat turun sebesar 12%-16% dan berlaku
untuk seluruh maskapai penerbangan, tanpa terkecuali. Selain itu, di bulan Juli 2019
pemerintah juga mengeluarkan kebijakan dengan pemberian diskon 50% tarif Batas Atas
untuk maskapai penerbangan Low Cost Carrier (LCC) setiap hari selasa, kamis, dan sabtu
pada pukul 10.00 14.00 waktu setempat dengan alokasi 30% dari seat yang tersedia.
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 94
Penurunan tersebut diharapkan dapat mengurangi tingginya tekanan terhadap tarif
angkutan udara.
Sementara itu, optimisme konsumen terhadap inflasi pada 6 bulan mendatang pada periode
Juni 2019 (level 179 poin) menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan bulan maret 2019
(level 168 poin). Indeks ini dapat diartikan bahwa pada bulan Juni 2019, masyarakat yang
menjawab lebih tinggi pada bulan Maret 2019. 6 bulan dari Juni 2019 merupakan
periode Natal dan Tahun Baru sehingga konsumen beranggapan biaya cenderung selalu naik
pada periode tersebut. Sementara itu, tidak ada momen khusus pada 6 bulan dari bulan
Maret 2019, sehingga asumsi masyarakat yang mengatakan harga mengalami kenaikan
tidak setinggi pada saat Juni 2019. Selanjutnya, ekspektasi konsumen pada 3 bulan yang
akan datang pada Juni 2019 (level 168 poin) menunjukkan penurunan dibandingkan pada
bulan Maret 2019 (level 173,67 poin). Ini sejalan dengan tidak adanya momen khusus atau
hari besar keagamaan pada 3 bulan kedepan.
Grafik 7.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang
Tabel 7.1. Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat
2017 2019
Uraian 201
7
2018 2019*
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I Tw II Tw III* Tw IV* Total*
Pertumbuhan
PDRB, % yoy 4,01 5,87 12,83 6,91 0,18 6,24 -0,26 -0.5 6,6-7,0 7,2-7,6 3,5 3,9
Sumber : BPS Provinsi Papua Barat
*) Proyeksi KPw BI Provinsi Papua Barat
Tabel 7.2. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Papua Barat
2017 2019
Uraian 2017
2018 2019
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw IV*
Inflasi, % yoy 1,44 1,55 3,42 4,13 5.21 3,48 2,75 2,8 -3,2 2,9 3,3
Sumber : BPS Provinsi Papua Barat
*) Proyeksi KPw BI Provinsi Papua Barat
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2017 2018 2019
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad
Inflasi aktual (yoy) (sb.kanan)
Laporan Perekonomian Provinsi Papua Barat - Agustus 2019 95
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
S. Donny H. Heatubun
KOORDINATOR PENYUSUN
S. Donny H. Heatubun
FX. Widarto
TIM PENULIS
Ryan Ariefiansyah
Fauzan Rusli Pratama
Sotaro Antonius Zebua
Stefanus Muhamad Haryanto
KONTRIBUTOR
Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan
Unit Pengembangan Ekonomi
Unit Pengawasan SP, PUR dan KI
Unit Operasional SP
Unit Pengelolaan Uang Rupiah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA BARAT
Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan
Jl. Yogyakarta No. 1 Manokwari Papua Barat
No. Telp. (0986) 216066 No. Fax. (0986) 216063
Email : [email protected], [email protected], [email protected]