101
Agustus 2019 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Agustus 2019

LAPORAN PEREKONOMIAN

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Page 2: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

-----

Keterangan Cover:

Proses Konstruksi Jembatan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara

Fotografer: Daniel A.P

Page 3: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA i

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan rahmat dan ridha- Laporan

Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara Agustus 2019

diterbitkan. Buku ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen

terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan

pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses

keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek

perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini di samping

bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank

Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial maupun sistem pembayaran,

juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat

keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin

berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga

bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dinas-

dinas terkait, BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi

Tenggara, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal

tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak

yang membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami

perekonomian Sulawesi Tenggara. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan

untuk menghasilkan kajian yang lebih baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.

Kendari, 2 September 2019

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Tenggara

Suharman Tabrani

KATA PENGANTAR

Page 4: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 ii

VISI BANK INDONESIA Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian

Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan

moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan

makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial

Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan

sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta

mitra strategis lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan

fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi,

termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga

di tingkat daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan

sistem informasi Bank Indonesia.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai

untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and

Teamwork yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

VISI MISI BANK INDONESIA

Page 5: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar I

Visi Misi Bank Indonesia Ii

Daftar Isi Iii

Daftar Grafik V

Daftar Tabel Viii

Tabel Indikator Terpilih Ix

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 5

1.1. KONDISI UMUM 6

1.2. SISI PERMINTAAN 7

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 8

1.2.2. Konsumsi Pemerintah 9

1.2.3. Investasi 9

1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri 11

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA 13

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 14

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 15

1.3.3. Industri Pengolahan 16

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 17

1.3.5. Konstruksi 18

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 18

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 21

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PERUBAHAN PROVINSI TAHUN 2017 22

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 23

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 23

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja 23

2.2.3. Realisasi Anggaran Kabupaten/Kota 25

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN 26

2.3.1. Realisasi APBN Provinsi 26

2.3.2. Realisasi Anggaran Dana Desa 27

2.3.3 Realisasi APBN Kabupaten/Kota 27

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 29

3.1. KONDISI UMUM INFLASI 30

3.2. PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH) 31

3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR) 33

3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA 35

3.5. INFLASI TRIWULAN II 2019 38

3.6. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 38

BOKS 01 PENINGKATAN KERJASAMA ANTARDAERAH KOTA KENDARI DAN KOTA

BAUBAU SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN INFLASI IKAN SEGAR

39

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 41

4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS KEUANGAN DAERAH 42

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA 42

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga 42

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 43

4.2.3. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga Di Perbankan 45

4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 46

4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 49

4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 49

4.3.2. Kinerja Korporasi 49

DAFTAR ISI

Page 6: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

iv

4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 52

4.3.3.1 Dana Pihak Ketiga Korporasi di Perbankan 52

4.3.3.2 Kredit Korporasi dari Perbankan 52

4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 53

4.4.1. Aset Bank Umum 53

4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 54

4.4.3. Penyaluran Kredit 56

4.4.4. Perbankan Syariah 58

4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat 59

4.5. AKSES KEUANGAN 60

4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 60

4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 60

BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 63

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 64

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 65

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 66

5.1.3 Penyelenggara Transfer Dana (PTD) 67

5.1.4 Kegiatan Usana Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA-BB) 68

5.1.5 Layanan Keuangan Digital (LKD) 68

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 69

5.2.1. Aliran Uang Kartal 69

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 70

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 71

BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 73

6.1. GAMBARAN UMUM 74

6.2. KETENAGAKERJAAN 74

6.3. KESEJAHTERAAN 76

BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 79

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL 80

7.1.1. Prospek Perekonomian Global 80

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional 81

7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA 82

7.2.1 Triwulan III 2019 82

7.2.2. Tahun 2019 83

7.3. PROSPEK INFLASI 84

7.3.1. Triwulan III 2019 84

7.3.2. Tahun 2019 84

BOKS 02 UPAYA MENDORONG PENGEMBANGAN EKONOMI SYARIAH MELALUI

PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA

86

Daftar Istilah

Tim Penyusun

Page 7: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

v

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 6

Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan II 2019 6

Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2019 6

Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan 7

Grafik 1.5 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan 9

Grafik 1.6 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara 9

Grafik 1.7 SBT Investasi hasil SKDU 10

Grafik 1.8 Penanaman Modal Asing di Sulawesi Tenggara 10

Grafik 1.9 Hasil Likert Skala Penjualan Domestik Liaison 10

Grafik 1.10 Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Tenggara 10

Grafik 1.11 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara 11

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 11

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.14 Pangsa Komoditas Ekspor 12

Grafik 1.15 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 13

Grafik 1.16 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 13

Grafik 1.17 Source of Growth Sisi Penawaran 13

Grafik 1.18 Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 14

Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 14

Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 15

Grafik 1.21 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 15

Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei Bank Indonesia 16

Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara 16

Grafik 1.24 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 17

Grafik 1.25 Transaksi Perdagangan Luar Negeri 17

Grafik 1.26 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 17

Grafik 1.27 Kinerja Sektor Perdagangan Berdasarkan Survei Bank Indonesia 17

Grafik 1.28 Konsumsi Semen Sulawesi Tenggara 18

Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 18

Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 19

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 22

Grafik 2.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 22

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD

Sulawesi Tenggara

25

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara 25

Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (YoY) 30

Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Triwulan II 2019 30

Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 31

Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara 31

Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara 34

Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari 34

Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Baubau 35

Grafik 3.8 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari

dan Kota Baubau

35

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 42

Grafik 4.2 Pangsa Kredit dan DPK RT terhadap total Kredit dan DPK Sulawesi Tenggara 42

DAFTAR GRAFIK

Page 8: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

vi

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara 43

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 43

Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 44

Grafik 4.6 DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 44

Grafik 4.7 Saving Ratio Rumah Tangga 44

Grafik 4.8 Kepemilikan Produk Perbankan 44

Grafik 4.9 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 45

Grafik 4.10 Pertumbuhan DPK RT Sulawesi Tenggara 45

Grafik 4.11 Komposisi DPK RT Sulawesi Tenggara 45

Grafik 4.12 Pertumbuhan DPK RT berdasarkan jenisnya 45

Grafik 4.13 Komposisi Kredit RT di Sulawesi Tenggara 46

Grafik 4.14 Komposisi Penggunaan Kredit RT di Sulawesi Tenggara 46

Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 46

Grafik 4.16 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 46

Grafik 4.17 Pertumbuhan KPR Berdasarkan Besaran Kredit 47

Grafik 4.18 NPL dan Suku Bunga KPR 47

Grafik 4.19 Pertumbuhan KKB Berdasarkan Besaran Kredit 47

Grafik 4.20 NPL dan Suku Bunga KKB 47

Grafik 4.21 Pertumbuhan Multiguna Berdasarkan Besaran Kredit 48

Grafik 4.22 NPL dan Suku Bunga Multiguna 48

Grafik 4.23 Pangsa Komoditas Ekspor 48

Grafik 4.24 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 48

Grafik 4.25 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison 50

Grafik 4.26 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara 51

Grafik 4.27 Perkembangan Kondisi Rentabilitas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara 51

Grafik 4.28 Komposisi DPK Korporasi di Perbankan Sulawesi Tenggara 52

Grafik 4.29 Pertumbuhan DPK Korporasi di Perbankan Sulawesi Tenggara 52

Grafik 4.30 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 52

Grafik 4.31 Pertumbuhan Kredit Korporasi 52

Grafik 4.32 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 54

Grafik 4.33 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 54

Grafik 4.34 Komposisi DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 55

Grafik 4.35 Pertumbuhan DPK Per Penempatan 55

Grafik 4.36 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 56

Grafik 4.37 Perkembangan NPL Bank Umum di Sulawesi Tenggara 56

Grafik 4.38 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 57

Grafik 4.39 Perkembangan NPL Bank Umum di Sulawesi Tenggara 58

Grafik 4.40 Pangsa Perbankan Syariah 58

Grafik 4.41 Perkembangan DPK Syariah 58

Grafik 4.42 Perkembangan Pembiayaan Syariah 58

Grafik 4.43 NPF Pembiayaan Syariah 58

Grafik 4.44 Perkembangan Aset BPR 59

Grafik 4.45 Pertumbuhan Kredit BPR 59

Grafik 4.46 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 59

Grafik 4.47 Pangsa Kredit BPR per Sektoral 59

Grafik 4.48 Pangsa Kredit UMKM 60

Grafik 4.49 Pertumbuhan Kredit UMKM 60

Grafik 4.50 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 61

Grafik 4.51 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 61

Grafik 4.52 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 61

Grafik 4.53 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 61

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 64

Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 64

Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 64

Grafik 5.4 Rata-Rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara 64

Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 65

Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 65

Page 9: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

vii

Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di

Sulawesi Tenggara

65

Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian 65

Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara 66

Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat 66

Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 66

Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 66

Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 67

Grafik 5.14 Aliran Transaksi Transfer Dana Inflow Dari Luar Negeri 67

Grafik 5.15 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 67

Grafik 5.16 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Dari Luar Negeri 67

Grafik 5.17 Aliran Transaksi Transfer Dana Inflow Domestik 68

Grafik 5.18 Transaksi Pembelian Uang Kertas Asing 68

Grafik 5.19 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow DomestiK 68

Grafik 5.20 Pangsa Pembelian mata Uang Asing Per Pecahan 68

Grafik 5.21 Perkembangan Jumlah Agen LKD di Sulawesi Tenggara 69

Grafik 5.22 Perkembangan Rekening Uang Elektronik di Sulawesi Tenggara 69

Grafik 5.23 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Domestik 69

Grafik 5.24 Jenis Transaksi Yang Dilakukan di Agen LKD 69

Grafik 5.25 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara 70

Grafik 5.26 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara 70

Grafik 5.27 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas 71

Grafik 5.28 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara 71

Grafik 5.29 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow 72

Grafik 5.30 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 72

Grafik 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Kerja 74

Grafik 6.2 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha 74

Grafik 6.3 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan dan Sisi Tenaga Kerja 75

Grafik 6.4 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara 75

Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor 75

Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Agustus 2018 76

Grafik 6.7 Indeks Penghasilan Konsumen 76

Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 76

Grafik 6.9 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi 76

Grafik 6.10 Tenggara Gini Rasio Sulawesi Tenggara 77

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 80

Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 82

Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 82

Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia 84

Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao 84

Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia 85

Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk 85

Page 10: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8

Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 14

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara Pada Triwulan II 2019 23

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara Pada Triwulan II 2019 24

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBD per

Kabupaten/Kota pada Triwulan II 2019 24

Tabel 2.4 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN pada

Triwulan II 2019 26

Tabel 2.5 Realisasi Dana Desa Triwulan II Tahun 2019 26

Tabel 2.6 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten Triwulan II Tahun 2019 27

Tabel 2.7 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Belanja Kabupaten/Kota

Triwulan II 2019 27

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 31

Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 32

Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 33

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi

Tenggara 37

Tabel 4.1 DSR Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Tingkat Pengeluaran 45

Tabel 4.2 Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Korporasi Sektor berdasarkan Sektor dan

Jenis 53

Tabel 4.3 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2019 54

Tabel 4.4 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2019 55

Tabel 4.5 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan II 2019 57

Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia diatas 15 Tahun di Sulawesi Tenggara 75

Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen

2011-2018 78

Tabel 7.1 Asumsi Makro APBN 2019 81

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 83

Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 83

DAFTAR TABEL

Page 11: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ix

PDRB DAN IHK

I II III IV I II

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 125.98 129.54 128.03 128.43 129.05 135.35

- Baubau 132.42 136.56 133.46 133.69 136.45 137.69

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Sulawesi Tenggara 2.39 1.79 1.40 2.66 2.60 3.49

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,914 5,109 5,209 5,322 5,147 5,420

2. Pertambangan dan Penggalian 4,215 4,629 4,822 4,932 4,530 4,932

3. Industri Pengolahan 1,391 1,294 1,404 1,303 1,402 1,499

4. Pengadaan Listrik, Gas 11 11 11 11 11 12

5. Pengadaan Air 39 40 43 43 41 42

6. Konstruksi 2,420 2,770 2,959 3,115 2,652 2,861

7. Perdagangan Besar & Eceran, 2,523 2,782 2,859 2,976 2,731 2,999

8. Transportasi dan Pergudangan 976 1,053 1,085 1,091 996 1,074

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 120 127 133 134 128 129

10. Informasi dan Komunikasi 535 537 541 556 574 580

11. Jasa Keuangan 486 493 485 485 493 511

12. Real Estate 318 337 334 340 326 342

13. Jasa Perusahaan 44 48 48 49 46 50

14. Adm Pemerintahan, 1,004 1,131 1,176 1,215 1,095 1,197

15. Jasa Pendidikan 987 1,022 1,098 1,078 1,084 1,087

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 204 212 215 216 219 222

17. Jasa Lainnya 307 311 314 327 322 328

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,036 10,413 10,632 10,686 10,603 11,059

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 226 238 240 246 254 268

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,535 3,153 3,273 3,529 2,622 3,344

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,408 9,140 9,575 9,994 8,743 9,493

5. Perubahan Inventori 364 (257) 194 (133) (60) (57)

6. Eksport Luar Negeri 2,832 2,809 3,992 4,140 4,257 5,658

7. Import Luar Negeri 1,910 2,484 1,847 3,160 1,796 2,141

8. Net Eksport Antar Daerah (1,997) (1,107) (3,324) (2,108) (2,823) (4,337)

Total PDRB (Rp Miliar) 20,495 21,905 22,736 23,193 21,800 23,286

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 6.1 6.1 7.1 6.2 6.4 6.3

20192018Indikator

TABEL INDIKATOR

Page 12: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 x

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II

Total Asset (Rp miliar) 26,151 27,284 28,341 28,843 30,280 31,398

- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 25,843 26,967 28,031 28,534 29,965 31,078

- BPR 307 317 310 309 315 320

Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 17,807 18,994 19,369 19,484 20,739 21,661

- Giro 4,003 4,576 4,753 3,630 4,630 5,935

- Tabungan 8,844 9,375 9,399 10,354 10,114 10,341

- Deposito 4,960 5,043 5,218 5,500 5,995 5,385

Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 21,329 21,827 22,403 22,709 23,792 24,456

- Modal Kerja 5,608 5,781 5,930 5,985 6,225 6,481

- Investasi 1,925 1,957 2,132 2,103 2,488 2,564

- Konsumsi 13,796 14,089 14,341 14,444 15,079 15,411

NPL Bank Umum(%) 2.25 2.39 2.32 2.15 2.42 2.52

LDR (%) 131 123 120 122 113 108

- Inflow 1,744 1,325 981 894 1,529 1,488

- Outflow 925 2,299 952 2,473 434 1,982

- Net (Inflow - Outflow) 819 (974) 30 (1,579) 1,094 (494)

- Volume (ribu transaksi) 51 51 53 59 48 49

- Nominal (Rp miliar) 1,856 1,790 2,019 2,114 1,660 1,719

- Volume (transaksi) 673 582 677 798 662 634

- Nominal (Rp miliar) 888 882 1,261 1,108 1,110 2,015

20192018

*Lokasi Bank

RTGS dari Perbankan Sultra

Indikator

Kas (Rp miliar)

Perbankan

Kliring

Page 13: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

AGUSTUS

2019

Page 14: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 2

Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara

mengalami moderasi

pada triwulan II 2019.

Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh

moderasi pada kinerja

lapangan usaha utama

kecuali industri

pengolahan.

Tekanan inflasi Sultra

mengalami peningkatan

pada triwulan II 2019

dibandingkan dengan

periode sebelumnya.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pada triwulan II 2019 ekonomi Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar

6,3% (yoy), mengalami moderasi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Dari sisi permintaan,

penurunan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara

disebabkan oleh menurunnya investasi, dan naiknya net ekspor antar

daerah meskipun tertahan oleh kenaikan yang terjadi pada sektor

lainnya seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan

ekspor luar negeri. Sementara itu dari sisi penawaran, perlambatan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara didorong oleh menurunnya

kinerja lapangan usaha pertambangan, konstruksi, transportasi dan

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Memasuki triwulan III 2019, perkembangan beberapa indikator

ekonomi di Sulawesi Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan

dengan tren meningkat dengan kisaran 6,2% - 6,6% (yoy). Sektor

ekonomi yang diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja yaitu

lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha

industri pengolahan dan lapangan usaha transportasi dan

pergudangan. Namun perlambatan pada lapangan usaha

pertambangan dan penggalian dan lapangan usaha konstruksi menjadi

faktor yang dapat menahan laju akselerasi perekonomian pada periode

tersebut. Sementara dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan

pada sektor utama seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah dan ekspor diperkirakan mampu mendorong akselerasi

perekonomian Sulawesi Tenggara pada periode mendatang.

Inflasi Daerah

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2019

mencapai 3,49% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy). Berdasarkan

kelompoknya, meningkatnya tekanan inflasi disebabkan oleh

peningkatan pada kelompok bahan makanan meskipun tertahan oleh

penurunan pada kelompok perumahan dan kelompok transportasi.

Gangguan produksi pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan menjadi faktor utama meningkatnya tekanan inflasi tahunan

bahan makanan di Sulawesi Tenggara pada periode laporan. Namun,

penurunan tekanan inflasi bahan bakar rumah tangga dan penurunan

tarif dasar listrik serta kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah

untuk tarif angkutan udara menyebabkan terjadinya penurunan

tekanan inflasi pada kelompok perumahan dan kelompok transportasi,

sehingga menahan peningkatan tekanan inflasi tahunan pada periode

laporan. Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah

daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah

(TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan II 2019 difokuskan

pada upaya menjaga kestabilan harga melalui berbagai kegiatan untuk

menjamin ketersediaan stok dan kelancaran distribusi komoditas

pangan terutama menjelang hari besar keagamaan nasional.

Page 15: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 3

Realisasi pendapatan

APBD mengalami

peningkatan. Namun

realisasi belanja baik

belanja APBD dan APBN

cenderung mengalami

penurunan disebabkan

oleh rendahnya serapan

belanja modal

Stabilitas keuangan

daerah masih terjaga dan

mendukung peningkatan

kinerja institusi keuangan

di Sultra.

Transaksi nontunai yang

didominasi oleh transaksi

kliring mengalami

pertumbuhan yang

sangat signifikan.

Sementara untuk

transaksi tunai terjadi net

outflow sesuai dengan

pola tahunannya.

Keuangan Pemerintah

Pada triwulan II 2019, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan serapan sebesar

53,99%. Sementara itu, penyerapan anggaran belanja cenderung

mengalami penurunan dengan capaian yang hanya sebesar 25,72%.

Penyerapan anggaran belanja APBN di provinsi ini juga mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan realisasi

belanja modal.

Stabilitas Keuangan Daerah

Pada triwulan II 2019, kondisi stabilitas sistem keuangan di Sulawesi

Tenggara tetap terjaga. Kondisi tersebut tercermin pada ketahanan

keuangan sebagian besar sektor pendukungnya, yaitu rumah tangga,

korporasi, UMKM dan institusi keuangan yang menunjukkan

perkembangan yang positif dengan risiko yang relatif terkendali.

Ketahanan keuangan sektor rumah tangga terus terjaga dengan risiko

dan optimisme yang semakin baik. Ketahanan yang baik pada sektor

korporasi tercermin dari terjaganya pendapatan selama periode

pelaporan dan risiko yang terkendali. Selanjutnya, dari sisi institusi

keuangan, indikator aset, penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit

menunjukkan kinerja yang baik. Kondisi yang aman juga terlihat dari

sisi risiko kredit yang masih terkendali.

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Selama triwulan II 2019, nilai transaksi nontunai di Sulawesi Tenggara

mencapai Rp 3,73 triliun mengalami pertumbuhan sebesar 39,74%

(yoy), meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tumbuh hanya sebesar 0,97% (yoy). Transaksi nontunai secara

nominal masih didominasi oleh penggunaan SKNBI sebesar 54,0% dan

sisanya sebesar 46,0% menggunakan BI-RTGS. Dari sisi layanan

keuangan digital, pada triwulan IV tahun 2018, jumlah agen LKD yang

tersebar di wilayah Sulawesi Tenggara adalah sebanyak 3.179 agen

atau meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018

yaitu 2.418 agen atau tumbuh sebesar 31,47% (yoy).

Sementara itu, transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2019

memiliki pola net-outflow, sesuai dengan pola di tahun sebelumnya.

Bank Indonesia secara berkala terus menjaga ketersediaan uang layak

edar (ULE) di masyarakat. Selama April hingga Juni 2019, kegiatan kas

keliling di Sulawesi Tenggara telah dilakukan sebanyak 23 kali,

termasuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah 3T (Terluar,

Terdepan dan Terpencil).

Page 16: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 4

Kondisi ketenagakerjaan

terindikasi cenderung

memburuk seiring

dengan moderasi

perekonomian yang

terjadi. Namun,

kesejahteraan cenderung

mengalami perbaikan

yang tercermin dari

peningkatan indeks NTP

Pertumbuhan ekonomi

Sultra pada tahun 2019

diperkirakan akan

meningkat didukung oleh

inflasi yang tetap terjaga

pada level yang rendah

dan stabil.

Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan masyarakat Sulawesi Tenggara pada triwulan

II 2019 sedikit memburuk di bandingkan periode sebelumnya. Indikasi

ini terutama berasal dari penawaran tenaga kerja yang menurun dan

diiringi dengan penurunan penyerapan tenaga kerja. Disisi lain

kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara pada triwulan ke II

mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya yang terlihat

dari peningkatan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani

(NTP) pada periode tersebut menunjukkan adanya peningkatan pada

kesejahteraan masyarakat.

Prospek Perekonomian

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2019

6,5% - 6,9% (yoy), mengalami akselerasi jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan III 2019 yang diperkirakan berada pada

kisaran 6,2% - 6,6% (yoy). Dari sisi penawaran, akselerasi kinerja pada

periode tersebut diperkirakan berasal dari lapangan usaha konstruksi

dan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Dengan capaian

tersebut, perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2019

diperkirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan pada kisaran

6,3% - 6,7% (yoy) yang didukung oleh pertumbuhan yang terjadi pada

lapangan usaha nonpertambangan.

Di sisi lain, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2019

mendatang diperkirakan berada pada sasaran inflasi nasional yaitu

sebesar 3,5% ± 1%. Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara

diperkirakan sekitar 3,1% - 3,5% (yoy), cenderung meningkat

dibandingkan dengan inflasi selama tahun 2018 yang sebesar 2,7%

(yoy). Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam

meningkatkan produksi perikanan dan sayur-sayuran dapat menjadi

faktor yang mendorong stabilnya capaian inflasi di Sulawesi Tenggara.

Page 17: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 5

1

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Loading Peti Kemas di Pelabuhan

Kendari

Page 18: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 6

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan II 2019, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara mengalami moderasi setelah

mengalami kenaikan pada periode sebelumnya.

Pada periode laporan, perekonomian Sulawesi

Tenggara tercatat tumbuh sebesar 6,3% (yoy),

melemah dibandingkan dengan triwulan I 2019

yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy) (Grafik 1.1).

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang

tumbuh stabil dengan kecenderungan sedikit

mengalami perlambatan yaitu dari 5,07% (yoy)

pada triwulan I 2019 menjadi 5,05% (yoy) pada

triwulan II 2019.

Dari sisi permintaan, penurunan pertumbuhan

perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan

oleh menurunnya investasi, dan naiknya net

ekspor antar daerah meskipun tertahan oleh

kenaikan yang terjadi pada sektor lainnya seperti

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

dan ekspor luar negeri. Sementara itu dari sisi

penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara didorong oleh menurunnya

kinerja lapangan usaha pertambangan,

konstruksi, transportasi dan lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran.

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi Tenggara, pangsa

perekonomian Sulawesi Tenggara terhadap

perekonomian Sulawesi cenderung mengalami

penurunan. Pada triwulan II 2019, andil

perekonomian Sulawesi Tenggara terhadap

perekonomian Sulawesi tercatat sebesar 10%,

mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang sebesar 12,5%.

Berdasarkan peringkatnya, Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan II 2019

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Tahun 2019

6,4%6,3%

5,1%5,1%

3,0%

3,5%

4,0%

4,5%

5,0%

5,5%

6,0%

6,5%

7,0%

7,5%

8,0%

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

%, yoy

Sultra2017=6,8% Sultra

2018=6,4%

5,0% ≤ PDRB < 6,0% 4,0% ≤ PDRB < 5,0% 0,0% ≤ PDRB < 4,0% PDRB < 0%

PDRB ≥ 7,0% 6,0% ≤ PDRB < 7,0%

SUMATERA 4,6% ACEH 3,7% SUMUT 5,3% RIAU 2,8%

SUMBAR 5% LAMPUNG 5,6% KEPRI 4,7%

BENGKULU 5,0% KEP. BABEL 3,5% SUMSEL 5,8% JAMBI 4,8%

KALIMANTAN 5,6% KALBAR 5,1% KALSEL 4,2%

SULAWESI 6,8% SULUT 5,5% GORONTALO 6,7% SULTENG 6,6%

KALTIM 5,4% KALTENG 7,7% KALTARA 7,9%

SULBAR 4,9% SULSEL 7,5% SULTRA 6,3%

BANTEN 5,4% JAKARTA 5,7% JABAR 5,7% JATENG 5,6% YOGYAKARTA 6,8% JATIM 5,7%

BALINUSRA 5,1% BALI 5,6% NTB 3,1% NTT 6,4%

MALUKU 6,1% MALUKU UTARA 7,5% PAPUA -24% PAPUA BARAT -0,5%

MAPUA -13,1%

(YoY)

JAWA 5,7%

PERTUMBUHAN

NASIONAL

Page 19: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 7

masih menjadi provinsi dengan pangsa

perekonomian terbesar ketiga setelah Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Tengah. Sementara itu,

sumbangan perekonomian Sulawesi Tenggara

terhadap perekonomian nasional pada periode

laporan masih cukup stabil dengan pangsa

sebesar 0,85%.

Memasuki triwulan III 2019, perkembangan

beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara

mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren

meningkat dengan kisaran 6,2% - 6,6% (yoy).

Hasil survei yang dilakukan oleh KPw Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara dan

pendalaman informasi yang dilakukan melalui

liaison juga mengindikasikan akan terjadi

perbaikan kondisi usaha, penjualan dan investasi.

Berdasarkan hasil proyeksi, lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan

usaha industri pengolahan dan lapangan usaha

transportasi dan pergudangan akan mengalami

akselerasi pada triwulan III 2019 sehingga

mendorong akselerasi perekonomian Sulawesi

Tenggara secara menyeluruh. Namun

perlambatan pada lapangan usaha pertambangan

dan penggalian dan lapangan usaha konstruksi

menjadi faktor yang dapat menahan laju

akselerasi perekonomian pada periode tersebut.

Sementara dari sisi permintaan, percepatan

pertumbuhan pada sektor utama seperti

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah

dan ekspor diperkirakan mampu mendorong

akselerasi perekonomian Sulawesi Tenggara pada

periode mendatang.

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen

pengeluaran pada PDRB), penurunan

pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II 2019

berasal dari penurunan investasi dan kenaikan net

ekspor antar daerah meskipun tertahan oleh

kenaikan yang terjadi pada sektor utama.

Berdasarkan pangsanya, perekonomian Sulawesi

Tenggara masih didominasi oleh 4 sektor, yaitu

konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor luar

negeri dan konsumsi pemerintah dengan pangsa

masing-masing sebesar 49,7%, 39,2%, 19,9%

dan 15,5% (Tabel 1.1).

Selanjutnya pada triwulan III 2019, diperkirakan

akan terjadi akselerasi pertumbuhan ekonomi

yang didorong oleh peningkatan investasi dan

penurunan net ekspor antar daerah. Investasi

diperkirakan akan mengalami akselerasi seiring

dengan berlangsungnya realisasi pembangunan

oleh pemerintah dan kembali berlangsungnya

pembangunan setelah dampak banjir di triwulan II

2019. Hal ini didorong oleh adanya

pembangunan pabrik pengolahan stainless steel

di Konawe, pabrik pengolahan gula di Bombana

dan pabrik pengolahan rumput laut di Buton.

Sementara itu, penurunan net ekspor antardaerah

didukung oleh kembali normalnya aktivitas

masyarakat paska HKBN sehingga permintaan

akan cenderung stabil dan base effect dari

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan

3,16 3,34 2,90 2,70 2,69 3,12 3,17 3,05 2,90 3,08 3,02 3,02

5,452,90 3,57 2,77

1,013,39 3,15 2,23 1,63 1,61 3,63 2,47

2,64

1,87 3,231,54 9,92

8,5812,51

12,08

6,95

13,002,31

10,82

-6,58-2,36

-4,95 -4,27-2,08

-1,28

0,56

-4,50-10,31

-20,00

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019 2017 2018

Konsumsi Kons. Pemerintah Investasi Perubahan Inventori Ekspor Impor Net Ekspor AD

%

Page 20: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 8

pertumbuhan yang tinggi pada periode yang

sama tahun sebelumnya

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Realisasi Triwulan II 2019

Pada triwulan II 2019 konsumsi rumah tangga

tercatat tumbuh sebesar 6,2% (yoy), mengalami

akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,7%

(yoy). Akselerasi pertumbuhan tersebut terjadi

karena adanya momen hari raya keagamaan dan

libur panjang yang mendorong masyarakat untuk

meningkatkan konsumsi.

Selain faktor tersebut, perlambatan konsumsi

masyarakat juga disebabkan oleh kecenderungan

masyarakat yang meningkatkan kehati-hatiannya

dalam menanggapi kondisi perekonomian saat

ini. Hal tersebut tercermin dari dana pihak ketiga

perbankan yang dihimpun dari masyarakat (DPK

perseorangan) mengalami peningkatan yang

cukup signifikan terutama pada giro. Giro mampu

tumbuh sebesar 29,7% (yoy), dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 15,6% (yoy). Pertumbuhan tersebut

mendorong peningkatan DPK perseorangan yang

tercatat tumbuh sebesar 14,12% (yoy) meskipun

pada jenis DPK lainnya seperti tabungan dan giro

mengalami perlambatan pertumbuhan (Grafik

1.5).

Perlambatan konsumsi masyarakat tersebut juga

tercermin dari perlambatan penyaluran kredit

perbankan untuk kredit konsumsi. Pada triwulan II

2019, kredit konsumsi tercatat tumbuh sebesar

9,0% (yoy), mengalami sedikit perlambatan

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit

konsumsi periode sebelumnya yang sebesar 9,3%

(yoy) (Grafik 1.6). Meskipun demikian,

outstanding kredit konsumsi mengalami

peningkatan yang yaitu sebesar Rp306,8 miliar,

yaitu dari Rp16 triliun pada triwulan I 2019

menjadi Rp16,3 triliun pada triwulan II 2019.

Tracking Tw III 2019

Pada triwulan III 2019, konsumsi masyarakat

diperkirakan akan stabil dengan kecenderungan

sedikit menurun dengan kisaran 6,2% - 6,4%

(yoy). Hal ini disebabkan oleh normalisasi

konsumsi masyarakat setelah periode hari raya,

namun diperkirakan akan terjadi penurunan

harga komoditas dalam beberapa periode

mendatang karena beroperasinya Kendari New

Port yang dapat mempermudah kelancaran

distribusi barang dan memberikan stimulus

konsumsi masyarakat.

Faktor-faktor yang dapat mendukung naiknya

konsumsi masyarakat di triwulan III 2019 adalah

adanya pembayaran gaji ke-14 ASN pada bulan

Juli 2019 yang dapat mendorong terjadinya

konsumsi. Selain itu, secara nominal terjadi

peningkatan penyaluran Program Keluarga

Harapan (PKH) tahap pertama yang sangat

signifikan yaitu mencapai 185,6% (yoy). Namun,

terdapat indikator yang menahan laju

perlambatan antara lain nilai IKK dari survei

Konsumen yang mengalami penurunan menjadi

136,3 dimana pada triwulan II 2019 sebesar

136,9. Selain itu, kredit konsumsi pada bulan Juli

Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Dalam % (yoy); angka dalam kurung ( ) menunjukkan negatif Rasio = perbandingan terhadap total PDRB di Tw II 2019 PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sulawesi Tenggara

LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga Sumber: BPS, ADHK, diolah

I II III IV I II III IV I II IIIP

Konsumsi Rumah Tangga 6,0 6,8 5,9 5,7 5,3 6,4 6,6 6,4 5,6 6,2 6.0 - 6,4 49,7%

Konsumsi LNPRT 12,1 12,5 9,5 5,1 7,0 9,4 8,4 10,7 12,1 12,2 1,5 - 1,9 1,1%

Konsumsi Pemerintah 8,1 2,6 7,9 6,8 3,0 6,5 7,8 7,2 3,4 6,1 5,2 - 5,6 15,5%

PMTB 13,5 7,1 8,7 6,4 2,4 8,3 7,5 5,1 4,0 3,9 4,6 - 5.0 39,2%

Perubahan Inventori (2332,4) 252,9 121,7 246,2 1,4 (157,2) (45,5) (133,3) (116,4) (77,9) (295,6) - (291,6) -0,2%

Eksport Luar Negeri 107,1 53,2 92,6 26,8 209,3 170,4 198,5 175,6 50,3 101,4 59,9 - 63,9 19,9%

Import Luar Negeri 98,3 28,6 67,6 44,0 (19,7) 21,0 (24,4) 9,7 (6,0) (13,8) 21,9 - 22,3 9,3%

Net Eksport Antar Daerah 1110,3 1345,9 62,3 (42,9) 29619,5 447,0 1806,3 733,1 41,4 291,7 37,7 - 41,7 -15,9%

PDRB 7,8 6,8 6,5 6,1 6,1 6,1 7,1 6,2 6,4 6,3 6,2 - 6,6

* Keterangan Meningkat Melambat Stabil

RasioKomponen Pengeluaran2017 2018 2019

Page 21: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 9

2019 cenderung mengalami perlambatan

pertumbuhan menjadi 7,5% (yoy) dimana pada

Juni 2019 tumbuh sebesar 9% (yoy).

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Realisasi Triwulan II 2019

Pada triwulan II 2019, konsumsi pemerintah

mengalami akselerasi pertumbuhan dibandingkan

triwulan I 2019. Konsumsi pemerintah tercatat

tumbuh sebesar 6,1% (yoy), mengalami kenaikan

yang cukup signifikan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,4%

(yoy). Akselerasi pertumbuhan ini didorong oleh

adanya pembayaran rapel kenaikan gaji ASN yang

sebesar 5% pada April 2019 dan adanya

pembayaran THR ASN pada bulan Mei 2019.

Selain itu peningkatan APBD Sulawesi Tenggara

dari Rp 3,5 triliun di tahun 2018 menjadi Rp 4,02

triliun di tahun 2019 juga mendorong adanya

peningkatan konsumsi pemerintah daerah. Selain

itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga

didorong oleh pelaksanaan pemilu presiden dan

legislatif yang berlangsung di bulan April 2019.

Aktivitas ini mendorong konsumsi pemerintah

sehingga mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan lalu.

Tracking Tw III 2019

Konsumsi pemerintah diperkirakan akan

mengalami perlambatan pertumbuhan pada

triwulan III 2019 dengan capaian berada pada

kisaran 5,2% 5,6% (yoy), menurun

dibandingkan dengan pertumbuhan periode

sebelumnya yang sebesar 6,1% (yoy). Penurunan

tersebut didukung oleh beberapa faktor seperti

berakhirnya masa pemilu legislatif.

1.2.3. Investasi

Realisasi Triwulan II 2019

Investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2019 cenderung mengalami sedikit perlambatan

dengan tumbuh sebesar 3,86% (yoy)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 3,98% (yoy). Perlambatan

pertumbuhan tersebut disebabkan oleh kendala

cuaca dengan curah hujan tinggi sehingga proses

pembangunan terhenti. Selain itu, perlambatan

juga disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam

negeri maupun luar negeri. Dari dalam negeri,

berlangsungnya pesta demokrasi menyebabkan

investor cenderung wait and see dalam

melakukan penanaman modal. Selain itu, telah

selesainya beberapa proyek strategis nasional dan

berlangsungnya libur HKBN akan berdampak

pada produktivitas kerja sehingga berdampak

pada investasi yang dilakukan di Sulawesi

Tenggara.

Perlambatan investasi tercermin dari nilai indeks

investasi pelaku usaha Survei Kegiatan Dunia

Usaha yang tercatat 1,95% (qtq) lebih rendah

dibandingkan triwulan I 2019 yang tercatat

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi KC/KCP, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.5 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Grafik 1.6 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara

14.2% 13.7%

5.6%

16.3%

11.7% 11.1%

-7.2%

15.6%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

Dana PihakKetiga

Tabungan Giro Deposito

% (YoY)

Tw I 2019 Tw II 2019

16,37

9,0%

8,0%

9,0%

10,0%

11,0%

12,0%

13,0%

14,0%

15,0%

16,0%

17,0%

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

Page 22: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 10

sebesar 11% (qtq). Perlambatan investasi terjadi

di seluruh sektor utama yaitu lapangan usaha

pertanian, pertambangan dan penggalian,

konstruksi, industri pengolahan dan lapangan

usaha perdagangan besar dan eceran.

Perlambatan juga ditunjukkan melalui likert scale

hasil liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia

yang tercatat sebesar 0,5 lebih rendah

dibandingkan triwulan I 2019 yang tercatat

sebesar 1,24. Sebagian besar pelaku usaha

cenderung menahan kegiatan investasi sejalan

dengan penurunan penjualan domestik.

Namun, perlambatan yang terjadi di periode

laporan tertahan oleh adanya realisasi PMA dan

PMDN yang meningkat. Realisasi PMA mengalami

pertumbuhan sebesar 100,4% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan lalu yang terkontraksi

sebesar 0,5% (yoy). Secara nominal, nilai PMDA

pada triwulan II 2019 sebesar 250,5 juta USD,

meningkat dibandingkan triwulan I 2019 yang

tercatat sebesar 166,5 juta USD. PMA di Sulawesi

Tenggara masih didominasi untuk mendorong

pengembangan industri logam dasar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengolahan hasil

pertambangan masih menjadi primadona utama

bagi investor asing untuk menanamkan modalnya

di Sulawesi Tenggara.

Kondisi serupa juga terjadi pada realisasi

penanaman dalam negeri (PMDN) yang

mengalami kenaikan pertumbuhan dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Pada triwulan II

2019 PMDN mampu tumbuh sebesar 1356,3%

(yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan

I 2019 yang terkontraksi sebesar 70,5%.

Berdasarkan sektornya, penanaman modal yang

dilakukan oleh investor dalam negeri sedikit

berbeda dengan investor asing. Penanaman

modal yang dilakukan oleh investor dalam negeri

didominasi oleh industri logam dasar dan industri

makanan. Selain itu, investasi yang dilakukan

masyarakat juga turut menjadi penahan

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.7 SBT Investasi hasil SKDU Grafik 1.9 Hasil likert scale Penjualan Domestik Liaison

Sumber: National Single Window Investment

Sumber: National Single Window Investment

Grafik 1.8 Penanaman Modal Asing Di Sulawesi Tenggara Grafik 1.10 Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi Tenggara

10,1

7,3

11,0

2,0

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

% , ( Q T Q )

Realisasi Investasi

3,98 3,86

1,24

0,5

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

(g) PMTB (Right Axis) LS Investasi

Likert Scale (g) PDRB yoy

250,55

100,4%

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

PMA (US$ Juta) Pertumbuhan(sb. Kanan)

US$ (Juta) yoy

191

2537

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

PMDN (Rp miliar) Pertumbuhan(sb. Kanan)

Rp (Miliar) yoy

Page 23: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 11

perlambatan investasi di periode laporan. Pada

triwulan II 2019, kredit investasi mampu tumbuh

sebesar 37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 33,7% (yoy).

Tracking Tw III 2019

Pada triwulan III 2019, investasi diperkirakan akan

mengalami akselerasi pertumbuhan dengan

perkiraan berada pada rentang 4,6% 5% (yoy).

Akselerasi pertumbuhan tersebut didorong oleh

berlangsungnya realisasi pembangunan oleh

pemerintah serta berlangsungnya pembangunan

infrastruktur atas dampak banjir yang terjadi di

periode sebelumnya. Hal ini diperkuat oleh data

kredit investasi di bulan Juli 2019 yang tercatat

sebesar Rp6,2 triliun dengan pertumbuhan

208,38% (yoy) dimana pada triwulan II 2019

realisasi kredit investasi sebesar Rp6,09 triliun.

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan

global yang berkurang seiring dengan respons

kebijakan negara maju yang lebih longgar

mendorong aliran modal asing masuk ke negara

berkembang.

1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Realisasi Ekspor Triwulan II 2019

Ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2019 mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Pada periode tersebut ekspor

Sulawesi Tenggara tumbuh hingga 101,4% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar

50,31% (yoy). Kenaikan kinerja ekspor tersebut

disebabkan oleh naiknya pertumbuhan ekspor

komoditas utama yaitu feronikel.

Ekspor feronikel pada triwulan II 2019 tumbuh

sebesar 133,8% (yoy), mengalami peningkatan

pertumbuhan yang signifikan dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 59,1% (yoy). Pada periode laporan,

realisasi ekspor feronikel tercatat mencapai 368

juta USD, meningkat sebesar 128,5 juta USD

dibandingkan dengan nominal ekspor pada

periode sebelumnya. Namun, ekspor biji nikel

pada triwulan II 2019 mengalami penurunan

pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya.

Pada triwulan II 2019, ekspor biji nikel mengalami

tercatat tumbuh sebesar 0,1% (yoy) menurun

signifikan dibandingkan triwulan I 2019 yang

tumbuh sebesar 27,1% (yoy). Secara nominal,

realisasi ekspor bijih nikel tercatat sebesar 57,6

juta USD atau menurun sebesar 32,6 juta USD

dibandingkan triwulan I 2019. Penurunan ekspor

biji nikel ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca di

periode laporan yang memiliki curah hujan tinggi

sehingga mempengaruhi kegiatan penambangan

dan pengiriman. Curah hujan yang tinggi

membuat kegiatan penambangan terhenti untuk

sementara dan kegiatan pengiriman juga tidak

dapat dilakukan karena dapat menurunkan

kuantitas dan kualitas biji nikel sampai ke tempat

tujuan. Selain kedua komoditas utama tersebut,

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.11 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara

6,09

37,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

434

91,8%

0,0%

100,0%

200,0%

300,0%

400,0%

500,0%

600,0%

- 50

100 150 200 250 300 350 400 450 500

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Page 24: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 12

penurunan kinerja ekspor juga terjadi pada hasil

perikanan yang menjadi penyumbang ekspor

tertinggi ketiga di Sulawesi Tenggara. Ekspor hasil

perikanan tumbuh 6,6% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan I 2019 yang mampu

tumbuh 26,8% (yoy). Hampir seluruh komoditas

hasil perikanan mengalami penurunan jumlah

ekspor dibandingkan periode lalu, sementara

daging ikan mengalami kenaikan ekspor dari 3,4

juta USD menjadi 4,2 juta USD di triwulan II 2019.

Dari sisi negara mitra dagang, Tiongkok masih

menjadi negara tujuan ekspor utama dengan

pangsa sebesar 82,6% kemudian diikuti oleh

India dan Taiwan dengan pangsa masing-masing

sebesar 14,7% dan 3,3%. Mengingat fakta

bahwa dominannya ekspor hasil pertambangan

dan Tiongkok sebagai mitra dagang Sulawesi

Tenggara, perlu dilakukan berbagai upaya untuk

mendorong diversifikasi ekspor terlebih dengan

kondisi perekonomian global yang masih ketat

dan perekonomian Tiongkok yang diperkirakan

akan mengalami perlambatan.

Realisasi Impor Luar Negeri Triwulan II 2019

Pada triwulan II 2019, impor Sulawesi Tenggara

tercatat mengalami kontraksi dan menjadi faktor

yang menahan perlambatan pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara. Kinerja impor pada

periode tersebut terkontraksi sebesar 19,2%

(yoy), mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 26,1% (yoy). Jika dilihat

berdasarkan nilai impor barang secara riil dari

data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara pada

periode laporan adalah sebesar 120,1 juta USD,

mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang sebesar 71,1

juta USD.

Pada triwulan II 2019, impor barang modal

terkontraksi 20,2% (yoy), mengalami

perlambatan dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,1% (yoy). Di

sisi lain, barang konsumsi mengalami kenaikan

yang cukup signifikan menjadi 158,1% (yoy)

setelah mengalami perlambatan pada triwulan

lalu sebesar 20,2% (yoy). Kenaikan juga terjadi

pada barang antara yang saat ini naik sebesar

77,5% (yoy) dimana tahun lalu tumbuh sebesar

38,7% (yoy). Berdasarkan nominalnya, kenaikan

tertinggi terjadi pada impor barang antara, yaitu

dari 41,7 juta USD menjadi 71,1 juta USD atau

naik sebesar 29,3 juta USD. Penurunan impor

pada barang modal tersebut disebabkan oleh

kenaikan pembelian alat-alat pendukung kegiatan

industri.

Berdasarkan pangsanya, impor Sulawesi Tenggara

masih didominasi oleh barang antara dengan

pangsa sebesar 59,2% kemudian diikuti oleh

impor barang modal dengan pangsa sebesar

40,3%. Sementara untuk sumber barangnya,

kegiatan impor Sulawesi Tenggara masih

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Pangsa Komoditas Ekspor

368,04

133,8%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Perikanan; 1,45%

Feronikel; 84,89%

Bijih Nikel; 13,30%

Lainnya; 0,21%

Page 25: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 13

didominasi oleh barang-barang dari Tiongkok

dengan pangsa mencapai 87,6% kemudian diikut

oleh Australia dengan pangsa sebesar 10,6% dan

Belanda.

Tracking Triwulan III 2019

Memasuki triwulan III 2019, kinerja ekspor luar

negeri diperkirakan akan mengalami penurunan.

Penurunan tersebut didorong oleh adanya

normalisasi kinerja ekspor setelah berlangsungnya

ekspor bijih nikel kadar rendah pada periode

sebelumnya. Hal ini juga diperkuat oleh adanya

penurunan produksi ikan di Sulawesi Tenggara

sesuai dengan hasil FGD dan liaison. Penurunan

produksi ini menyebabkan jumlah ekspor

perikanan akan semakin menurun. Selain itu,

bahan baku pembuatan feronikel (bijih nikel

kadar 1,7 ke atas) semakin terbatas di Sulawesi

Tenggara sehingga ekspor feronikel diperkirakan

akan menurun. Selain itu, kembali meningkatnya

tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan

Tiongkok setelah tidak diperolehnya kata sepakat

dari kedua negara tersebut dapat mempengaruhi

kinerja ekspor komoditas nikel dan olahannya

yang selama ini menjadi penyumbang utama. Di

sisi lain, impor Sulawesi Tenggara pada triwulan

berjalan diperkirakan akan mengalami akselerasi

siring dengan meningkatnya permintaan atas

barang modal dan antara guna mendukung

operasional smelter.

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA

UTAMA

Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2019

disumbangkan oleh penurunan kinerja beberapa

lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha

pertambangan dan penggalian, lapangan usaha

konstruksi dan lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran. Berdasarkan pangsanya,

perekonomian Sulawesi Tenggara masih

didominasi oleh lapangan usaha primer yaitu

lapangan usaha pertanian, kehutanan dan

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.15 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.17 Source of Growth Sisi Penawaran

102 416

81

1,640 1,626

3,451

57 41 44

1,069 785

4,237

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

Ikan Hidup Ikan Beku Rajungan Udang Gurita Daging Ikan

Tw I 2019 Tw II 2019

ribu USD

120,1

19,2%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

800%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

1,19 1,49 1,28 1,45 1,39 1,51 1,77 1,26 1,14 1,42 1,35 1,48

3,07 2,32 3,041,79 1,30 1,10

1,611,70 1,50 1,38

2,541,44

1,240,27 0,01

0,24 0,271,16

1,12

0,63 1,130,42

0,420,80

0,72

1,04 0,63

1,01 1,05 0,90

0,48

0,93 1,02 0,990,86

0,83

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019 2017 2018

Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Lainnya

Page 26: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 14

perikanan dan lapangan usaha pertambangan

dan penggalian dengan pangsa masing-masing

sebesar 22,9% dan 201,2%. Selain itu, Sulawesi

Tenggara juga memiliki 3 lapangan usaha utama

lainnya, yaitu lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran sebesar 12,7%, lapangan usaha

konstruksi dengan pangsa sebesar 12,7% dan

lapangan usaha industri pengolahan sebesar

6,5%. Struktur ekonomi tersebut tidak

mengalami perubahan yang signifikan dalam

beberapa tahun terakhir.

Pada periode mendatang, perekonomian Sulawesi

Tenggara diperkirakan akan mengalami akselerasi

pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh

akselerasi pada lapangan usaha pertanian,

kehutanan dan perikanan, lapangan usaha

industri pengolahan dan lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran. Namun

pertumbuhan tersebut diperkirakan akan

tertahan oleh perlambatan pada lapangan usaha

pertambangan dan perdagangan dan lapangan

usaha konstruksi.

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Triwulan II 2019

Pada triwulan II 2019, lapangan usaha pertanian,

kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut

usaha pertanian) mengalami akselerasi

pertumbuhan. Lapangan usaha tersebut tumbuh

sebesar 6,1% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,7% (yoy).

Akselerasi pertumbuhan didorong oleh naiknya

pertumbuhan produksi padi pada periode

laporan. Produksi padi yang tercermin dari luas

panen padi tercatat mengalami kenaikan

pertumbuhan menjadi 0,4% (yoy) setelah

terkontraksi pada triwulan lalu sebesar 18,5%

(yoy). Luas panen padi di triwulan II 2019 adalah

59,4 ribu Ha meningkat signifikan dibandingkan

Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah

Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah

Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari

I II III IV I II III IV I II IIIP

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,8 6,4 5,5 6,3 5,8 6,5 7,7 5,5 4,7 6,1 6,4 - 6,8 22,9

Pertambangan dan Penggalian 16,1 11,3 15,6 8,8 6,3 5,2 7,6 8,1 7,5 6,5 6,1 - 6,5 21,2

Industri Pengolahan 7,4 8,8 4,3 5,2 11,6 (0,0) 8,5 (0,4) 0,8 15,9 11,3 - 11,7 6,5

Pengadaan Listrik, Gas 3,0 4,6 7,8 8,2 0,1 2,2 2,6 1,0 7,1 7,7 4,2 - 4,6 0,0

Pengadaan Air 0,0 3,6 (3,2) 0,3 0,7 3,3 9,3 9,4 6,4 5,1 2,9 - 3,3 0,2

Konstruksi 10,4 2,1 0,1 1,7 2,2 9,4 8,8 4,6 9,6 3,3 3,7 - 4,1 12,7

Perdagangan Besar dan Eceran 5,9 8,4 4,8 8,1 8,7 7,1 3,7 7,4 8,2 7,8 7,2 - 7,6 12,7

Transportasi dan Pergudangan 9,8 10,0 3,7 6,0 7,6 8,6 9,3 9,4 2,1 2,0 4,7 - 5,1 4,7

Akomodasi dan Makan Minum 5,7 5,2 7,5 6,1 7,1 6,4 7,0 6,2 6,3 1,6 0,3 - 0,7 0,6

Informasi dan Komunikasi 9,4 9,8 8,6 6,2 9,5 8,6 6,6 8,1 7,3 7,9 11,5 - 11,9 2,5

Jasa Keuangan 5,8 4,0 3,8 4,6 5,1 4,1 1,7 (2,0) 1,5 3,6 7,5 - 7,9 2,2

Real Estate 1,5 4,7 9,8 1,1 3,5 2,6 1,7 2,6 2,5 1,6 1,1 - 1,5 1,4

Jasa Perusahaan 3,9 6,6 6,8 6,6 4,5 6,9 6,0 5,9 5,8 4,6 5,6 - 6.0 0,2

Administrasi Pemerintahan 0,3 1,1 7,0 7,8 3,9 3,9 6,4 8,9 9,0 5,8 5,7 - 6,1 5,1

Jasa Pendidikan 1,8 2,5 3,6 4,2 4,1 6,7 9,6 9,8 9,8 6,4 5,4 - 5,8 4,8

Jasa Kesehatan dan Sosial 1,7 6,3 2,6 3,1 5,4 6,0 7,4 8,7 7,6 5,1 4,7 - 5,1 0,9

Jasa Lainnya 2,0 0,6 4,2 4,1 7,7 5,9 4,1 4,9 5,0 5,6 5,8 - 6,2 1,4

PDRB 7,8 6,8 6,5 6,1 6,1 6,1 7,1 6,2 6,4 6,3 6,2 - 6,6 100,0%

* Keterangan Meningkat Melambat Stabil

Komponen Pengeluaran2017

Pangsa2018 2019

27

59

0,4%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Thousands

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Luas (ribu Ha) yoy

4,47

-7,4%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

4

5

6

7

8

9

10

11

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Thousands

Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)

Jumlah (ribu ton) yoy

Page 27: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 15

triwulan lalu yang tercatat sebesar 26,7 Ha (Grafik

1.16). Namun kenaikan produksi padi tersebut

tertahan oleh penurunan produksi perikanan

pada triwulan II 2019 yang mengalami kontraksi

sebesar 7,4% (yoy), lebih dalam dibandingkan

triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 4,0%

(yoy). Penurunan produksi ikan ini menjadi faktor

yang menahan pertumbuhan yang lebih tinggi

pada lapangan usaha tersebut (Grafik 1.19).

Selanjutnya, pertumbuhan di sektor pertanian

juga tertahan oleh menurunnya tingkat kredit

pertanian di periode laporan. Kredit usaha

pertanian pada triwulan II 2019 mengalami

pertumbuhan sebesar 122,4% (yoy), mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 145,9% (yoy).

Secara nominal, realisasi kredit pertanian pada

triwulan II 2019 tercatat sebesar Rp2,14 triliun

menurun Rp126 miliar dibandingkan periode lalu

sebesar Rp2,27 triliun (Grafik 1.20). Penurunan

kredit pertanian ini semakin mengindikasikan

adanya penurunan kinerja sektor pertanian di

periode laporan

Tracking Triwulan III 2019

Pada triwulan III 2019, lapangan usaha pertanian

diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,4% -

6,8% (yoy), mengalami akselerasi jika

dibandingkan dengan pertumbuhan periode

sebelumnya yang sebesar 6,1% (yoy). Akselerasi

tersebut didukung oleh telah memasukinya masa

panen ikan yang dimulai di bulan Agustus

diperkirakan dapat meningkatkan produksi ikan di

Sulawesi Tenggara. selain itu, normalisasi setelah

berakhirnya periode HKBN juga akan

meningkatkan produksi ikan karena saat

berlangsungnya HKBN nelayan cenderung tidak

melaut pada 2 minggu sesudah dan sebelum hari

raya. Perkiraan kondisi usaha pertanian di

triwulan III 2019 yang diperoleh dari hasil SKDU

adalah 17,18% (qtq) lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2019 yaitu sebesar 3,6% (qtq). Kondisi

tersebut dapat menjadi faktor yang mendukung

akselerasi pertumbuhan lapangan usaha

pertanian pada periode mendatang.

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian

Realisasi Triwulan II 2019

Kinerja lapangan usaha pertambangan dan

penggalian pada periode triwulan II 2019

mengalami perlambatan pertumbuhan dan

menjadi faktor yang menahan akselerasi

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Pada

periode tersebut kinerja lapangan usaha ini

tumbuh sebesar 6,5% (yoy), mengalami

perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,5%

(yoy). Beberapa permasalahan pertambangan

yang terjadi dan berujung dengan pencabutan

dan pembekuan 15 izin usaha pertambangan di

Sulawesi Tenggara menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan perlambatan lapangan usaha

tersebut. Sementara itu, berdasarkan hasil SKDU

yang dilakukan oleh KPw BI Sulawesi Tenggara,

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah

Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara Grafik 1.21 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara

2,15

122,4%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

140,0%

160,0%

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Kredit Pertanian gKredit Pertanian (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

1,28

-47,9%-60,0%

-40,0%

-20,0%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Kredit Pertambangan g Kredit Pertambangan (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

Page 28: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 16

kinerja pertambangan juga sedang mengalami

penurunan dengan nilai SBT sebesar 7,67% (qtq),

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 yang

tercatat 8,78% (qtq).

Sejalan dengan kinerja lapangan usahanya,

penyaluran kredit pertambangan oleh perbankan

juga cenderung mengalami perlambatan. Pada

triwulan II 2019, kredit pertambangan kembali

mengalami kontraksi sebesar 47,9% (yoy), lebih

dalam jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 32,3%

(yoy) (Grafik 1.21). Outstanding kredit juga masih

mengalami penurunan dengan capaian sebesar

Rp1,28 triliun dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar Rp1,33 triliun.

Tracking Tw III 2019

Kinerja lapangan usaha pertambangan pada

periode mendatang diperkirakan kembali

mengalami perlambatan pertumbuhan pada

kisaran 6,1% - 6,5% (yoy) dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,5%

(yoy). Masih kurang kondusifnya kondisi

pertambangan di Sulawesi Tenggara serta

meningkatnya tensi perang dagang antara

Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi faktor

utama perlambatan pada lapangan usaha

tersebut.

1.3.3. Industri Pengolahan

Realisasi Triwulan II 2019

Pada triwulan II 2019, lapangan usaha industri

pengolahan mengalami akselerasi pertumbuhan

dan menjadi salah satu faktor yang mendorong

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara.

Lapangan usaha tersebut mengalami akselerasi

sebesar 15,9% (yoy), mengalami peningkatan

signifikan mengingat pada periode sebelumnya

hanya tumbuh sebesar 0,8% (yoy). Akselerasi

tersebut didukung oleh telah beroperasi smelter

milik salah satu pelaku usaha pertambangan

dengan kapasitas yang cukup besar. Smelter

tersebut telah beroperasi 100% dengan kapasitas

dua kali lipat dibandingkan triwulan I 2019. Hal

tersebut juga tercermin dari pertumbuhan

produksi industri manufaktur khususnya industri

manufaktur besar dan sedang yang mengalami

kenaikan signifikan. Pada triwulan II 2019,

pertumbuhan produksi industri manufaktur besar

dan sedang tercatat sebesar 15,86% (yoy),

mengalami peningkatan yang signifikan

dibandingkan triwulan I 2019 yang mengalami

kontraksi sebesar 21,26% (yoy). Meskipun

pertumbuhan produksi industri kecil dan

menengah mengalami penurunan dari 28,5%

(yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 24,7% (yoy) di

triwulan II 2019, namun penurunan ini masih

tertahan oleh kenaikan di industri manufaktur

besar dan sedang yang signifikan.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Sulawesi Tenggara,

diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah

Grafik 1.22 Kinerja Sektor Industri Berdasarkan Survei Bank Indonesia

Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara

-21,26

15,86

28,524,7

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Besar dan Sedang Mikro dan Kecil

918,46

66,2%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

- 100 200 300 400 500 600 700 800 900

1.000

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 29: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 17

Sejalan dengan kinerja lapangan usaha industri

pengolahan yang mengalami akselerasi,

penyaluran kredit ke industri pengolahan juga

mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2019,

penyaluran kredit untuk industri pengolahan

mampu tumbuh sebesar 66,2% (yoy), mengalami

akselerasi yang jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 64,1% (yoy).

Baki kredit lapangan usaha tersebut juga

mengalami peningkatan yang sebesar Rp10,3

miliar, yaitu dari Rp908,1 miliar pada triwulan I

2019 menjadi Rp918,4 miliar pada triwulan II

2019 (Grafik 1.23).

Tracking Tw III 2019

Pada triwulan III 2019, kinerja lapangan usaha

industri pengolahan diperkirakan akan sedikit

penurunan pada kisaran 11,3% - 11,7% (yoy).

Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya

penurunan bahan baku terutama padi di industri

pengolahan padi. Hal ini terkonfirmasi oleh

perkiraan luas tanam padi di triwulan III 2019

yaitu sebesar 15,6 Ha atau terkontraksi sebesar

65,4% (qtq).

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran

Realisasi Triwulan II 2019

Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran

pada triwulan II 2019 tercatat mengalami

penurunan pertumbuhan dan menjadi salah satu

faktor yang menghambat akselerasi

perekonomian di Sulawesi Tenggara. Lapangan

usaha tersebut tumbuh sebesar 7,8% (yoy) lebih

rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Penurunan ini

disebabkan oleh adanya bencana banjir di akhir

triwulan II 2019 sehingga kinerja sektor

perdagangan tertahan. Hal ini terkonfirmasi oleh

nilai likert scale liaison yang dilakukan oleh Bank

Indonesia khususnya pada kategori penjualan

domestik yang tercatat sebesar 0,8 menurun

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah

Grafik 1.24 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.26 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Sulawesi Tenggara,

diolah

Grafik 1.25 Transaksi Perdagangan Luar Negeri Grafik 1.27 Kinerja Sektor Perdagangan Berdasarkan Survei Bank Indonesia

2,10

3,1%

-2000,0%

0,0%

2000,0%

4000,0%

6000,0%

8000,0%

10000,0%

12000,0%

14000,0%

-

1

1

2

2

3

3

4

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Ekspor Sultra (volume) g Ekspor Sultra (sb.kanan)

Volume (juta ton) yoy

5,64

11,5%

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

12,0%

14,0%

4,40

4,60

4,80

5,00

5,20

5,40

5,60

5,80

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

434

120

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Nilai Eksport Nilai Import

Juta USD

1,51

0,8

5,606,2

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

(2,00)

(1,00)

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

LS Penj. Domestik LS Ekspektasi Penjualan (g) Kons. RT (Right Axis)

Likert Scale (g) PDRB yoy

Page 30: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 18

dibandingkan triwulan I 2019 yang tercatat

sebesar 1,51. Selain itu, penurunan pertumbuhan

di sektor perdagangan juga disebabkan oleh

menurunnya harga komoditas nikel dunia yang

tercatat 12,24 ribu/MT di triwulan II 2019. Harga

komoditas nikel dunia mengalami penurunan

sebesar 1,2% jika dibandingkan triwulan I 2019.

Tracking Tw III 2019

Pada triwulan III 2019, lapangan usaha

perdagangan diperkirakan kembali mengalami

perlambatan pertumbuhan dengan tumbuh pada

kisaran 7,2% - 7,6% (yoy). Perlambatan

pertumbuhan ini didorong oleh normalisasi

permintaan masyarakat seiring dengan berlalunya

hari raya keagamaan. Selain itu meningkatnya

tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan

Tiongkok dapat berpengaruh terhadap

perdagangan luar negeri Sulawesi Tenggara dan

dapat menjadi faktor yang menahan akselerasi

pada lapangan usaha tersebut.

1.3.5. Konstruksi

Realisasi Triwulan II 2019

Pada triwulan II 2019, kinerja lapangan usaha

konstruksi tercatat mengalami perlambatan

dengan tumbuh sebesar 3,3% (yoy) dibandingkan

dengan kinerja periode sebelumnya yang dapat

tumbuh sebesar 9,6% (yoy). Tingginya curah

hujan di periode laporan menyebabkan kegiatan

konstruksi terhenti untuk sementara. Selain itu,

perlambatan tersebut juga tercermin dari

penurunan konsumsi semen di Sulawesi Tenggara

sepanjang triwulan II 2019. Pada periode

tersebut, konsumsi semen Sulawesi Tenggara

tumbuh sebesar 21,6% (yoy), mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,5% (yoy)

(Grafik 1.28).

Sejalan dengan perlambatan yang terjadi,

penyaluran kredit ke lapangan usaha tersebut

cenderung mengalami penurunan. Pada triwulan

II 2019, kredit lapangan usaha tersebut tumbuh

sebesar 18,1% (yoy), mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 21,1% (yoy). (Grafik 1.29).

Tracking Tw III 2019

Kinerja lapangan usaha konstruksi pada periode

berjalan diperkirakan berada pada kisaran 4,7% -

5,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar

3,3% (yoy). Akselerasi tersebut disebabkan oleh

pembangunan oleh pemerintah dan swasta

diperkirakan akan kembali berlangsung setelah

berlangsungnya beberapa kegiatan seperti pesta

demokrasi dan hari raya pada periode

sebelumnya.

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA

LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN

Realisasi Triwulan II 2019

Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara, pertumbuhan lapangan usaha non

tambang di pada triwulan II 2019 mengalami

akselerasi. Pada periode tersebut, lapangan usaha

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah

Grafik 1.28 Konsumsi Semen Sulawesi Tenggara Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara

189

21,6%

-10,0%

-5,0%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Thousands

Konsumsi semen Pertumbuhan Kons Semen (sb.kanan)

Ton yoy

1,18

18,1%

-10,0%

-5,0%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

Page 31: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 19

nontambang tumbuh sebesar 6,2% (yoy),

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,1%

(yoy). Hal tersebut disebabkan oleh akselerasi

yang terjadi pada lapangan usaha utama, yaitu

lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha

industri pengolahan meskipun tertahan oleh

akselerasi pada lapangan usaha konstruksi dan

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Peningkatan lapangan usaha pertanian didorong

oleh naiknya luas tanam padi karena memasuki

masa panen. Selain itu, akselerasi juga terjadi

pada lapangan usaha industri pengolahan

didukung oleh beroperasinya smelter secara

optimal dengan kapasitas yang cukup tinggi.

Lapangan usaha pertanian masih mendominasi

perekonomian nontambang Sulawesi Tenggara

dengan rasio sebesar 30,4% diikuti oleh lapangan

usaha konstruksi dan lapangan usaha

perdagangan besar dengan masing-masing

pangsa sebesar 16,7% dan 16,1%.

Tracking Tw III 2019

Pada periode berjalan, lapangan usaha

nontambang diperkirakan akan kembali

mengalami akselerasi dengan berada pada kisaran

6,3% - 6,7% (yoy). Masuknya musim panen ikan

dan berakhirnya perayaan HKBN yang dapat

mempercepat kegiatan konstruksi diperkirakan

dapat menjadi faktor yang mendorong

peningkatan kinerja pada perekonomian

nontambang di Sulawesi Tenggara.

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Nonpertambangan Sulawesi Tenggara

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

2016 2017 2018 I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Pertumbuhan Ekonomi Tambang Pertumbuhan Ekonomi Non Tambang Pertumbuhan Ekonomi Sultra

%, (YoY)

Page 32: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 20

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 33: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 21

n

KEUANGAN PEMERINTAH

2

Page 34: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 22

2.1. STRUKTUR APBD PROVINSI TAHUN 2019

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2019

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

anggaran APBD tahun 2018. Anggaran

pendapatan pada tahun 2019 sebesar Rp4,03

triliun atau naik sebesar 9,2% dibanding tahun

2018 (yoy). Begitu pula dengan anggaran belanja

yang tercatat sebesar Rp4,25 triliun atau naik

sebesar 6,7% (yoy).

Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran terjadi

pada transfer dari pemerintah pusat. Pendapatan

transfer tersebut ditargetkan sebesar Rp3,04 triliun

atau meningkat 4,79% (yoy). Peningkatan ini

terutama terjadi pada komponen Dana Alokasi

Khusus (DAK) seiring dengan penambahan jenis

baru DAK non fisik yang meliputi Bantuan

Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan

Kesetaraan, BOP Museum dan Taman Budaya,

Dana Pelayanan Kepariwisataan dan Dana Bantuan

Biaya Layanan Pengelolaan Sampah (BLPS). Di sisi

lain, alokasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

mengalami peningkatan anggaran, pada tahun

2019 ditargetkan sebesar Rp905,235 miliar atau

naik 6,65% jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan ini terutama terjadi pada komponen

pendapatan retribusi daerah.

Anggaran pendapatan pada tahun 2019 tersebut

masih didominasi oleh pendapatan transfer

dengan pangsa sebesar 87,29%, dengan alokasi

terbesar untuk Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar

Rp1,57 triliun dan diikuti oleh Dana Alokasi Khusus

(DAK) sebesar Rp1,21 triliun. Sementara itu, PAD

masih relatif rendah dengan pangsa sebesar

12,71%, dengan sumber penerimaan terbesar

berasal dari pajak daerah sebesar Rp706,1 miliar

(Tabel 2.1).

Dari sisi belanja, anggaran belanja modal pada

tahun 2019 sebesar Rp1.247,6 triliun atau naik

cukup signifikan sebesar 40,86% (yoy). Hal ini

sejalan dengan prioritas pembangunan

pemerintah daerah pada bidang infrastruktur

seperti jalan, jembatan dan irigasi. Di sisi lain

penurunan terjadi pada anggaran belanja

operasional, belanja tak terduga dan belanja

transfer ke kabupaten/kota. Belanja operasi

sebesar Rp2,64 triliun atau turun sebesar 1,56%

(yoy), anggaran belanja tak terduga sebesar

Rp18,29 miliar atau turun signifikan sebesar

29,38% dan anggaran belanja transfer ke

kabupaten/kota sebesar Rp336.23 miliar atau

turun sebesar 12,60% (yoy). Meskipun mengalami

penurunan, anggaran belanja operasi Provinsi

Sulawesi Tenggara pada Tahun 2019 masih

mendominasi dengan pangsa sebesar 62,26%.

Komponen belanja terbesar untuk belanja operasi

adalah belanja pegawai sebesar Rp1,5 triliun dan

belanja barang sebesar Rp588,3 miliar.

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Ket: APBD 2017 adalah APBD Perubahan 2017

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Grafik 2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi

Tenggara

Grafik 2.2 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi

Tenggara

4,03

9,2

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

Pendapatan Growth Pendapatan

triliun 4,25

6,7

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

Belanja Growth Belanja

MTriliun

Page 35: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 23

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN

APBD PROVINSI

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan

Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara hingga periode laporan terealisasi

sebesar Rp2,18 triliun atau 53,99 % dari total

anggaran APBD 2019 (Tabel 2.1). Capaian tersebut

lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar

Rp1,89 triliun. Peningkatan tersebut sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi Sultra yang

tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Sumber pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara

pada triwulan II 2019 didominasi oleh pendapatan

transfer atau dana perimbangan (Daper). Pangsa

Daper tercatat 75,5%, lebih rendah dibandingkan

tahun 2018 (yoy) yang sebesar 81,9%. Kondisi ini

mengindikasikan kemandirian fiskal pemerintah

provinsi yang lebih besar dari periode sebelumnya.

Lebih jauh, jika dibandingkan dengan target APBD,

maka realisasi Daper mencapai 54,0%, relatif

meningkat dibandingkan realisasi tahun 2018

sebesar 50,42%. Peningkatan Daper tersebut

ditopang oleh realisasi dana alokasi umum sebesar

58,33% dan dana alokasi khusus sebesar 50,02%.

Sementara itu, realisasi PAD Sulawesi Tenggara

pada triwulan II tercatat sebesar Rp 532,09 miliar

atau 58,78%, lebih tinggi dibandingkan dengan

realisasi tahun sebelumnya yang sebesar 53,85%.

Peningkatan tersebut berasal dari retribusi daerah

sebesar 62,2%, jauh lebih tinggi dari periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 54,59%. Hal ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang

mencapai 300%.

Di sisi lain, realisasi PAD meningkat sebesar

Rp106,64 miliar menjadi Rp532,09 miliar atau

tumbuh sebesar 125,1% (yoy), sejalan dengan

tingginya pembelian kendaraan bermotor akibat

ekspansi taksi online yang secara masif

berkembang sejak akhir tahun 2018.

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja

Meskipun realisasi pendapatan mengalami

peningkatan, namun realisasi belanja APBD

Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II justru

mengalami penurunan. Realisasi belanja

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan II

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)

PENDAPATAN 3,521.77 1,888.24 53.62 4,029.40 2,175.30 53.99

PENDAPATAN ASLI DAERAH 790.11 425.44 53.85 905.24 532.09 58.78

Pendapatan Pajak Daerah 603.80 297.96 49.35 706.10 369.64 52.35

Hasil Retribusi Daerah 16.75 9.15 54.59 14.44 8.98 62.20

Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 46.10 46.71 101.34 46.10 56.03 121.55

Lain-lain PAD 123.46 71.63 58.02 138.60 97.44 70.30

PENDAPATAN TRANSFER 2,901.37 1,462.80 50.42 3,043.03 1,643.21 54.00

Transfer Pemerintah Pusat 2,884.87 1,454.55 50.42 3,030.53 1,636.96 54.02

Dana Bagi Hasil Pajak 57.71 20.03 34.71 50.16 17.62 35.14

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 37.12 15.80 42.56 110.11 49.48 44.93

Dana Alokasi Umum 1,575.96 919.31 58.33 1,614.49 941.78 58.33

Dana Alokasi Khusus 1,214.08 499.40 41.13 1,255.77 628.08 50.02

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 16.50 8.25 50.00 12.50 6.25 50.00

Dana Otonomi Khusus 16.50 - - 12.49 6.25 50.02

Dana Penyesuaian - - - 81.13 - -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - - 81.13 - -

Pendapatan Hibah - - - 81.13 - -

Pendapatan Dana Darurat - - - - - -

Pendapatan Lainnya - - - - - -

U R A I A N

APBD 2018 APBD 2019

Page 36: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 24

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun

triwulan laporan tercatat 25,7% atau sebesar

Rp1,09 triliun (Tabel 2.2). Capaian ini lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun lalu

sebesar 35,1% atau dalam nominal sebesar

Rp1,40 triliun. Penurunan tersebut berasal dari

penyerapan belanja operasi dan belanja modal.

Pada triwulan II tahun 2019, realisasi belanja

operasi sebesar Rp845,87 miliar atau 32,0% dari

target APBD. Penurunan penyerapan yang

signifikan terjadi pada pos belanja hibah. Belanja

hibah menurun dengan terealisasi sebesar 17,7%

atau Rp93,50 miliar dibandingkan periode yang

sama sebesar 69,2% atau Rp482,32 miliar di

tahun 2018. Meskipun demikian, realisasi belanja

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan II

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBD per Kabupaten/Kota pada Triwulan II 2019

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Tim Evaliasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran, diolah

Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)

BELANJA 3,980.34 1,395.04 35.05 4,245.33 1,092.01 25.72

BELANJA OPERASI 2,685.05 1,169.78 43.57 2,643.21 845.87 32.00

Belanja Pegawai 1,361.87 567.07 41.64 1,503.14 601.75 40.03

Belanja Barang 580.28 102.23 17.62 588.39 143.62 24.41

Belanja Bunga 6.60 3.79 57.48 2.71 1.83 67.62

Belanja Hibah 697.27 482.32 69.17 528.56 93.50 17.69

Belanja Bantuan Keuangan 39.03 14.36 36.80 20.40 5.16 25.30

BELANJA MODAL 885.67 115.08 12.99 1,247.60 97.74 7.83

Belanja Tanah 2.20 - - 3.34 2.55 76.25

Belanja Peralatan dan Mesin 204.11 39.45 19.33 161.20 18.95 11.76

Belanja Bangunan dan Gedung 336.74 60.69 18.02 519.24 43.10 8.30

Belanja Jalan, irigasi & Jaringan 311.36 0.16 0.05 556.23 33.15 5.96

Belanja Aset Tetap Lainnya 31.26 - 7.60 - -

BELANJA TIDAK TERDUGA 25.90 - - 18.29 - -

Belanja Tak Terduga 25.90 - - 18.29 - -

TRANSFER 384.72 110.18 28.64 336.23 148.39 44.13

Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 384.72 110.18 28.64 336.23 148.39 44.13

APBD 2019

U R A I A N

APBD 2018

% % %

Realisasi Realisasi Realisasi

Kendari 1,315.36 550.36 41.84% 1,708.13 446.51 26.14% 1,810.83 405.26 22.38%

Konawe 1,636.15 526.21 32.16% 1,585.94 473.40 29.85% 1,732.19 403.43 23.29%

Konawe Selatan 1,362.14 580.12 42.59% 1,607.86 411.13 25.57% 1,613.16 457.33 28.35%

Konawe Utara 754.14 356.08 47.22% 790.76 327.53 41.42% 872.54 321.35 36.83%

Konawe Kepulauan 604.28 187.26 30.99% 571.45 104.18 18.23% 587.17 153.78 26.19%

Kolaka 1,166.74 435.60 37.34% 1,176.35 408.90 34.76% 1,308.68 375.07 28.66%

Kolaka Utara 799.68 345.09 43.15% 855.25 317.64 37.14% 889.10 321.32 36.14%

Kolaka Timur 632.47 290.36 45.91% 676.51 257.82 38.11% 727.99 223.57 30.71%

Bombana 889.64 334.84 37.64% 877.92 240.37 27.38% 1,198.37 306.78 25.60%

Bau-Bau 969.54 115.77 11.94% 844.41 193.12 22.87% 957.48 73.63 7.69%

Buton 798.79 218.86 27.40% 856.93 201.21 23.48% 758.47 203.42 26.82%

Buton Utara 616.19 214.15 34.75% 640.42 167.79 26.20% 657.06 132.79 20.21%

Buton Tengah 656.29 137.26 20.91% 652.37 93.16 14.28% 644.89 136.07 21.10%

Buton Selatan 575.63 210.98 36.65% 580.41 156.07 26.89% 598.48 163.63 27.34%

Muna 1,088.53 313.58 28.81% 1,200.99 303.97 25.31% 1,316.93 292.10 22.18%

Muna Barat 716.28 75.36 10.52% 672.84 128.58 19.11% 874.14 206.65 23.64%

Wakatobi 736.07 302.32 41.07% 830.77 243.58 29.32% 911.89 211.19 23.16%

Seluruh Kab/Kota 15,317.92 5,194.20 33.91% 16,129.31 4,474.95 27.74% 17,459.37 4,387.37 25.13%

Jenis

Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Page 37: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 25

barang justru mengalami peningkatan menjadi

24,4% dari target atau sebesar Rp143,62 miliar,

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

sebesar 17,6%.

Lebih jauh, realisasi belanja modal pada triwulan II

tahun 2019 menunjukkan kinerja menurun

dengan tingkat realisasi sebesar 7,8% atau senilai

Rp97,74 miliar. Kondisi tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya yang dapat terealisasi sebesar

13,0%. Penurunan tersebut disebabkan oleh

menurunnya komponen belanja peralatan dan

mesin dari sebelumnya 19,3% menjadi 11,8%.

Penurunan ini juga terjadi pada komponen belanja

bangunan dan gedung menjadi 8,3% dari

sebelumnya 18,0%, hal ini dikarenakan oleh

terhambatnya proyek pembangunan pemerintah

pasca kegiatan pesta demokrasi di periode yang

sama. Namun sebaliknya, perkembangan positif

terjadi pada komponen belanja jalan, irigasi dan

jaringan yang realisasinya menjadi 6,0%, dari

sebelumnya 0,1%. Hal ini didukung oleh intensitas

pembangunan dari jalan mau pun jembatan yang

rusak akibat bencana banjir yang melanda

Sulawesi Tenggara. Berdasarkan pangsa terhadap

realisasi belanja modal, terbesar berupa belanja

bangunan dan gedung (44,1%), diikuti oleh

belanja jalan, irigasi dan jaringan (33,9%), belanja

peralatan dan mesin (19,4%) dan belanja tanah

(2,6%).

2.2.3. Realisasi Anggaran Kabupaten/Kota

Berdasarkan data dari Tim Evaluasi dan

Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA), pada

tahun 2019 porsi anggaran APBD Provinsi Sulawesi

Tenggara untuk kabupaten/kota pada tahun 2019

naik 8,3% (yoy) menjadi Rp17,46 triliun. Di sisi

lain, realisasi anggaran pada periode triwulan II

sebesar Rp4,39 triliun atau 25,1% turun dari tahun

sebelumnya sebesar 27,7%. Ditinjau dari per

kabupaten/kota realisasi anggaran 5 terbesar yaitu

kabupaten Konawe Utara Rp321,35 miliar (36,8%)

Kabupaten Kolaka Utara Rp321,32 miliar (36,1%),

Kabupaten Kolaka Timur Rp223,57 miliar (30,7%),

Kabupaten Kolaka Rp375,07 miliar (28,7%), dan

Kabupaten Konawe Selatan Rp457,33 miliar

(28,4%). Disamping itu, beberapa kabupaten

menunjukkan peningkatan penyerapan dibanding

triwulan II 2018, yaitu Kabupaten Konawe Selatan,

Konawe Kepulauan, Buton, Buton Tengah, Buton

Selatan dan Muna Barat (Tabel 2.3).

Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per

bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hingga

triwulan II 2019 relatif kurang baik, diindikasikan

dengan realisasi keuangan Pemprov Sultra

mencapai 27,9% di bawah target 62,5% (Grafik

2.3). Capaian ini lebih rendah dibandingkan

realisasi pada triwulan II 2018 yang tercatat

sebesar 39,3%. Sementara itu, kondisi

penyelesaian fisik mencapai 37,9%, di bawah

target yaitu sebesar 58,4% (Grafik 2.4).

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi

dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan

APBD Sulawesi Tenggara

Page 38: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 26

Pencapaian tersebut juga lebih rendah jika

dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar

39,65%.

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN

APBN

2.3.1 Realisasi APBN Provinsi

Alokasi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2019 mengalami sedikit penurunan jika

dibandingkan dengan tahun 2018. Tercatat,

anggaran APBN turun sebesar Rp279,19 miliar

dari sebelumnya Rp1,43 triliun pada tahun 2018.

Berdasarkan jenisnya, pangsa terbesar

diperuntukkan bagi belanja modal sebesar 56,3%

dari total APBN Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

2019 atau Rp638,22 miliar, diikuti oleh belanja

barang sebesar Rp499,75 miliar (43,3%), belanja

pegawai sebesar Rp14,74 miliar (1,2%) dan

belanja bantuan sosial Rp2,40 miliar (0,2%).

Komposisi tersebut relatif tidak mengalami

perubahan jika dibandingkan periode tahun 2018.

Lebih jauh, realisasi APBN secara keseluruhan

mengalami penurunan Pada triwulan II 2019,

realisasi APBN tercatat sebesar Rp279,87 miliar

atau sebesar 24,2%, lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun 2018 yang tercatat

sebesar Rp414,44 miliar atau 28,9% dari APBN

provinsi Sulawesi Tenggara 2018. Ditinjau

berdasarkan jenisnya, realisasi belanja pegawai

tercatat sebesar Rp6,39 miliar atau sebesar 43,3%,

relatif stabil dibandingkan periode sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6,95 miliar

atau 43,6%. Realisasi belanja barang pada

triwulan II tahun 2019 sebesar Rp172,69 miliar

atau 34,6% dari total yang dianggarkan dalam

APBN 2019. Angka tersebut secara nominal lebih

rendah dibandingkan realisasi periode yang sama

tahun 2018 yaitu Rp229,03 miliar, meskipun

Tabel 2.4 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Provinsi pada Triwulan II 2019

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Tabel 2.5 Realisasi Dana Desa Triwulan II Tahun 2019

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Kabupaten/Kota Pagu (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) Realisasi (%)

Kab. Konawe Selatan 251.21 100.49 40.00%

Kab. Bombana 104.13 41.65 40.00%

Kab. Konawe 222.44 84.36 37.93%

Kab. Konawe Utara 124.57 49.83 40.00%

Kab. Konawe Kepulauan 73.51 29.07 39.55%

Kab. Buton 71.95 28.78 40.00%

Kab. Wakatobi 66.41 26.22 39.49%

Kab. Buton Utara 68.20 27.28 40.00%

Kab. Buton Selatan 59.79 23.91 40.00%

Kab. Buton Tengah 62.57 25.03 40.00%

Kab. Kolaka 85.55 34.22 40.00%

Kab. Kolaka Utara 125.50 50.20 40.00%

Kab. Kolaka Timur 96.01 38.40 40.00%

Kab. Muna 123.28 49.31 40.00%

Kab. Muna Barat 78.69 31.48 40.00%

Total 1613.82 640.24 39.67%

Belanja Pegawai 12.27 5.13 41.76% 15.94 6.95 43.59% 14.74 6.39 43.32%

Belanja Barang 826.65 264.64 32.01% 691.09 229.03 33.14% 499.75 172.69 34.56%

Belanja Modal 830.28 252.15 30.37% 722.32 178.46 24.71% 638.22 100.79 15.79%

Belanja Bantuan Sosial 4.43 0.00 0.00% 4.95 0.00 0.00% 2.40 0.00 0.00%

Total 1,673.64 521.92 31.18% 1,434.29 414.44 28.90% 1155.10 279.87 24.23%

Realisasi

Kumulatif Tw II 2019

Pagu Realisasi % RealisasiJenis

Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018

% Realisasi % RealisasiPagu RealisasiPagu

Page 39: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 27

secara persentase lebih tinggi dibandingkan tahun

2018 yang mencatatkan realisasi 33,1%.

Sementara itu, realisasi belanja modal pada

triwulan II tahun 2019 tercatat sebesar Rp100,79

miliar atau 15,8%, lebih rendah dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp178,46 miliar atau 24,7% dari

total anggaran belanja modal dalam APBN 2018

(tabel 2.4). Sampai periode laporan belum ada

realisasi belanja bantuan sosial.

2.3.2 Realisasi Anggaran Dana Desa

Sesuai data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaaan

Provinsi Sulawesi Tenggara, pada triwulan II tahun

2019, besaran Dana Desa yang telah direalisasikan

adalah sebesar 39,7% dari total pagu Dana Desa

Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,61 triliun.

Sebagian besar kabupaten mencatatkan realisasi

sebesar 40%, sesuai dengan penyaluran dana desa

tahap kedua. Hanya terdapat tiga desa yang

realisasinya di bawah 40% yaitu Kabupaten

Konawe, Kabupaten Konawe Kepulauan dan

Kabupaten Wakatobi (Tabel 2.5).

2.3.3 Realisasi APBN Kabupaten/Kota

Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk kabupaten/kota pada tahun 2019 tercatat

sebanyak Rp 6,13 triliun. Dana ini dibagikan

kepada 17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Anggaran APBN kabupaten/kota terbagi

atas anggaran belanja pegawai sebesar Rp1,96

miliar (32,0%) dari total anggaran APBN

Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara, anggaran

belanja barang sebesar Rp2,62 triliun (42,7%),

Tabel 2.6 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten Triwulan II Tahun 2019

Keterangan: Belanja dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Tabel 2.7 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Kabupaten/Kota pada Triwulan II 2019

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja ModalBelanja Bantuan

SosialDAK Fisik

Kab. Bombana 47.99% 55.84% 58.41% 0% 0%

Kab. Buton 50.72% 49.95% 23.34% 0% 0%

Kab. Buton Selatan 41.84% 40.69% 84.62% 0% 0%

Kab. Buton Tengah 37.47% 37.90% 81.19% 0% 0%

Kab. Buton Utara 47.16% 52.71% 77.75% 0% 0%

Kab. Kolaka 46.30% 44.02% 39.00% 0% 0%

Kab. Kolaka Timur 44.28% 38.66% 22.80% 83% 0%

Kab. Kolaka Utara 45.39% 40.46% 44.87% 0% 0%

Kab. Konawe 50.72% 53.55% 44.97% 0% 0%

Kab. Konawe Kepulauan 48.69% 55.00% 74.14% 0% 0%

Kab. Konawe Selatan 48.75% 52.87% 45.69% 0% 0%

Kab. Konawe Utara 44.17% 58.06% 63.95% 0% 0%

Kab. Muna 51.19% 47.54% 35.09% 0% 0%

Kab. Muna Barat 44.78% 38.16% 61.90% 0% 0%

Kab. Wakatobi 46.63% 42.08% 14.14% 0% 0%

Kota Baubau 51.93% 37.89% 44.83% 0% 0%

Kota Kendari 53.63% 34.79% 27.84% 40% 0%

Total 43.32% 34.56% 15.79% 8% 0%

% Realisasi

Kabuaten/Kota

Belanja Pegawai 1859.42 826.69 44.46% 1953.06 900.08 46.09% 1961.23 1005.42 51.26%

Belanja Barang 1896.63 538.20 28.38% 2857.22 736.49 25.78% 2589.38 1008.77 38.96%

Belanja Modal 1288.75 431.81 33.51% 1252.74 473.79 37.82% 1541.14 450.56 29.24%

Belanja Bantuan Sosial 11.55 2.17 18.82% 4.75 1.74 36.51% 9.55 2.78 29.14%

Total 5,056.36 1798.88 35.58% 6,067.77 2112.10 34.81% 6101.29 2467.52 40.44%

Pagu Realisasi % RealisasiPagu Realisasi % Realisasi Pagu Realisasi % RealisasiJenis

Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018 Kumulatif Tw II 2019

Page 40: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 28

belanja modal sebesar Rp1,54 triliun (25,2%), dan

sisanya adalah belanja bantuan sosial dengan

anggaran sebesar Rp 9,55 miliar.

Ditinjau per jenisnya, realisasi anggaran belanja

pegawai 17 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara

tercatat sebesar 51,3% meningkat dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2018 yang sebesar

46,1%. Hal serupa juga terjadi pada realisasi

belanja barang, dimana realisasi belanja barang

per Kabupaten/kota mencapai 39,0% pada

triwulan II 2019, lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama pada tahun 2018 yang sebesar 25,9%.

Sementara itu, realisasi belanja modal

kabupaten/kota tercatat menurun dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2018. Pada

triwulan laporan, anggaran belanja modal

kabupaten atau kota terealisasi sebesar 29,2%,

turun dari periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 37,8%. Kota Kendari menjadi daerah yang

mencatatkan realisasi tertinggi untuk belanja

pegawai yaitu sebesar 53,6% dan Kabupaten

Buton Tengah mencatat realisasi belanja pegawai

terendah sebesar 37,5%. Kabupaten Konawe

Utara mencatat realisasi tertinggi untuk belanja

barang sebesar 58,1% dan yang terendah adalah

Kota Kendari dengan realisasi sebesar 34,8%.

Kabupaten Buton Selatan mencatat realisasi

tertinggi untuk kategori Belanja modal sebesar

84,6% dan yang terendah adalah kabupaten

Wakatobi dengan realisasi 14,1%. Lebih jauh

belanja bantuan sosial hanya Kota Kendari sebesar

40,3% dan Kabupaten Kolaka Timur sebesar

83,3%. (Tabel 2.7).

Page 41: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 29

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

3

Page 42: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 30

3.1. KONDISI UMUM INFLASI

Pada triwulan II 2019, inflasi tahunan (yoy)

Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1

pada triwulan II 2019 sebesar 3,49% (yoy), lebih

tinggi jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy). Capaian

inflasi tersebut menempatkan Sulawesi Tenggara

sebagai provinsi dengan capaian inflasi tertinggi

kesembilan ditingkat nasional atau tertinggi ketiga

di regional Sulawesi. Meskipun demikian, inflasi

Sulawesi Tenggara masih berada dibawah capaian

inflasi regional Sulawesi yang sebesar 3,53% (yoy)

1Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan menggunakan

data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Bau-Bau yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.

walaupun masih berada diatas capaian inflasi

nasional yang sebesar 3,28% (yoy).

Berdasarkan kelompoknya, meningkatnya tekanan

inflasi disebabkan oleh peningkatan pada

kelompok bahan makanan meskipun tertahan oleh

penurunan pada kelompok perumahan dan

kelompok transportasi. Gangguan produksi pada

subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

menjadi faktor utama meningkatnya tekanan

inflasi tahunan bahan makanan di Sulawesi

Tenggara pada periode laporan. Namun,

penurunan tekanan inflasi bahan bakar rumah

tangga dan penurunan tarif dasar listrik serta

kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk

tarif angkutan udara menyebabkan terjadinya

Sumber: BPS, Perhitungan Bank Indonesia

Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (yoy) dan Kelompok Utama

Sumber: BPS

Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Tahun 2019

%, yoy %, yoy %, yoy %, yoy

Inf < 2,5%

2,5% ≤ Inf < 3,5%

Inf ≥ 4,5%

3,5% ≤ Inf < 4,5%

SUMATERA 3,7%

ACEH 2,7%

SUMUT 5,9%

RIAU 3,4%

SUMBAR 3,6%

LAMPUNG 2,8%

KEPRI 3,2%

BENGKULU 2,7%

KEP. BABEL 3,7%

SUMSEL 2,1%

JAMBI 2,6%

KALIMANTAN 3,11% KALBAR 3,0%

KALSEL 4,0%

SULAWESI 3,53% SULUT 5,1%

GORONTALO 3,1%

SULTENG 5,3%

KALTIM 2,7%

KALTENG 2,9%

KALTARA 3,1%

SULBAR 0,5%

SULSEL 3,0%

SULTRA 3,5%

BANTEN 3,7%

JAKARTA 3,5%

JABAR 3,5%

JATENG 2,5%

YOGYAKARTA 3,1%

JATIM 2,4%

MALUKU 4,1%

MALUKU UTARA 1,6%

PAPUA 2,9%

PAPUA BARAT 2,8%

MAPUA 3,05%

INFLASI NASIONAL

(YoY)

BALINUSRA 2,35% BALI 2,1%

NTB 3,4%

NTT 1,4%

JAWA 3,22%

Page 43: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 31

penurunan tekanan inflasi pada kelompok

perumahan dan kelompok transportasi, sehingga

menahan peningkatan tekanan inflasi tahunan

pada periode laporan.

3.2 PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN

(MONTH TO MONTH)

Secara bulanan, pergerakan inflasi IHK Sulawesi

Tenggara selama triwulan II 2019 terus berada

dalam trend yang meningkat. Rata-rata inflasi

bulanan pada periode tersebut tercatat sebesar

1,25% (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan

rata-rata inflasi bulanan triwulan sebelumnya yang

sebesar 0,10% (mtm). Capaian tersebut juga lebih

tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi

bulanan di triwulan II dalam 3 tahun terakhir yang

mengalami inflasi sebesar 0,78% (mtm).

Berdasarkan sumbernya, penyumbang terbesar

terhadap inflasi bulanan pada triwulan ini berasal

dari kelompok bahan makanan (Tabel 3.1). Dilihat

dari capaian inflasi per bulannya, pada April 2019

Sulawesi Tenggara tercatat mengalami inflasi

sebesar 0,41% (mtm), berbeda arah jika

dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar 0,21% (mtm). Capaian

inflasi tersebut terus mengalami peningkatan pada

bulan selanjutnya selama triwulan II 2019, dengan

capaian inflasi sebesar 1,35% (mtm) pada Mei

2019 dan 1,99% (mtm) pada Juni 2019 (Grafik

3.3).

Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2019

mengalami peningkatan tekanan inflasi jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada

periode tersebut, kelompok bahan makanan

mengalami inflasi dengan capaian rata-rata

sebesar 4,63% (mtm) atau dengan andil rata-rata

sebesar 1,16%, berbeda arah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mengalami

Sumber: BPS, Perhitungan BI

Ket: 2016 =100;

Produksi ikan: Pendaratan ikan di PPS Kendari dan PPI Sodoha Kendari

Sumber: BMKG, diolah

Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara

Grafik 3.4 Indeks Produksi Ikan di Kendari

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan BI

Jan Feb Mar Rerata Apr Mei Jun Rerata Jan Feb Mar Rerata Apr Mei Jun Rerata

Bahan Makanan 1,62 -1,42 -1,66 -0,48 1,02 5,49 7,38 4,63 0,40 -0,35 -0,41 -0,12 0,25 1,34 1,88 1,16

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 0,23 0,18 0,04 0,15 0,20 0,15 0,46 0,27 0,02 0,02 0,00 0,02 0,02 0,02 0,05 0,03

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 0,42 0,12 0,25 0,26 0,01 0,01 0,03 0,02 0,11 0,03 0,06 0,07 0,00 0,00 0,01 0,00

Sandang 0,53 0,23 0,15 0,30 0,27 0,22 0,15 0,22 0,04 0,02 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01

Kesehatan 0,26 0,23 0,83 0,44 0,46 0,35 0,39 0,40 0,01 0,01 0,04 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Pendidikan, Rekreasi Dan Olahraga 0,36 -0,03 0,00 0,11 0,03 0,30 0,05 0,13 0,02 0,00 0,00 0,01 0,00 0,02 0,00 0,01

Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0,35 0,40 0,37 0,37 0,47 -0,34 0,21 0,12 0,07 0,08 0,07 0,07 0,09 -0,07 0,04 0,02

Inflasi (mtm) 0,64 -0,15 -0,21 0,10 0,41 1,35 1,99 1,25 0,64 -0,15 -0,21 0,10 0,41 1,35 1,99 1,25

Kelompok

Inflasi (%,mtm) Andil (%,mtm)

Tw I 2019 Tw II 2019 Tw I 2019 Tw II 2019

Page 44: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 32

deflasi dengan rata-rata sebesar 0,48% (mtm) atau

rata-rata andil sebesar -0,12%. Meningkatnya

tekanan inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan

harga komoditas-komoditas utama seperti sayur-

sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan segar.

Kenaikan harga yang terjadi secara signifikan pada

triwulan II 2019 disebabkan oleh meningkatnya

permintaan seiring dengan pelaksanaan Hari Besar

Keagamaan Nasional (HBKN) dan terbatasnya

produksi beberapa komoditas strategis yang

disebabkan oleh kondisi eksternal. Peningkatan

curah hujan yang menyebabkan banjir pada Juni

2019 telah mengakibatkan terjadinya gangguan

produksi dan kelancaran distribusi pada komoditas

sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Selain itu,

gangguan cuaca berupa gelombang tinggi akibat

angin muson timur dan kebiasaan nelayan yang

tidak melaut selama 2 minggu sebelum hingga 2

minggu sesudah Idul Fitri berdampak pada

penurunan produksi ikan segar (Grafik 3.4).

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Pada triwulan II 2019, kelompok transpor,

komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan rata-

rata inflasi sebesar 0,12% (mtm) dengan rata-rata

andil sebesar 0,02%. Capaian tersebut lebih

rendah dibandingkan triwulan lalu yang

mengalami rata-rata inflasi sebesar 0,37% (mtm)

dengan rata-rata andil sebesar 0,25% dan menjadi

salah satu faktor yang menahan peningkatan

tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara. Penurunan

tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok

tersebut didukung oleh penurunan tarif pulsa

ponsel seiring dengan kebijakan yang diterapkan

oleh jasa penyedia telekomunikasi. Selain itu, tarif

angkutan udara yang masih berada pada batas

atas menyebabkan terjadinya pengalihan moda

yang digunakan oleh masyarakat saat peak season

arus mudik dan arus balik perayaan Idul Fitri

sehingga menahan terjadinya lonjakan tarif

angkutan udara pada periode laporan. Kondisi ini

menjadi faktor dominan yang melatarbelakangi

penurunan tekanan inflasi pada kelompok

tersebut.

Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, Perhitungan BI

Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%)

1 Angkutan Udara 0,08 Ikan Kembung 0,27 Ikan Kembung 0,27

2 Bawang Merah 0,05 Kangkung 0,12 Ikan Layang 0,23

3 Bawang Putih 0,05 Bawang Putih 0,10 Bayam 0,22

4 Cabai Rawit 0,04 Bayam 0,09 Kangkung 0,16

5 Cumi-cumi 0,03 Ikan Cakalang 0,09 Ikan Cakalang 0,13

6 Tomat Sayur 0,03 Ikan Rambe 0,07 Ikan Rambe 0,12

7 Beras 0,03 Cumi-cumi 0,06 Ikan Teri 0,12

8 Katamba 0,02 Tomat Sayur 0,06 Kacang Panjang 0,11

9 Ikan Ekor Kuning 0,02 Bawang Merah 0,05 Ikan Ekor Kuning 0,10

10 Jantung Pisang 0,02 Ikan Teri 0,05 Ikan Bandeng 0,07

1 Pisang -0,04 Tarip Pulsa Ponsel -0,13 Bawang Putih -0,06

2 Ikan Cakalang -0,04 Beras -0,06 Telur Ayam Ras -0,04

3 Ikan Kembung -0,03 Minyak Goreng -0,02 Selar/Tude -0,02

4 Kangkung -0,02 Selar/Tude -0,02 Cumi-cumi -0,01

5 Bayam -0,01 Shampo -0,01 Tarip Taksi -0,01

6 Ikan Rambe -0,01 Ayam Hidup -0,01 Baju Kaos Berkerah -0,01

7 Tarip Listrik -0,01 Biskuit -0,01 Jeruk Nipis/Limau -0,01

8 Sawi Hijau -0,01 Sandal Kulit -0,01 Daging Sapi -0,01

9 Ikan Bandeng -0,01 Apel -0,01 Tauge/Kecambah 0,00

10 Ikan Layang -0,01 Nangka Muda -0,01 Kelapa 0,00

Penyumbang Inflasi

Penyumbang Deflasi

No.APRIL 2019 MEI 2019 JUNI 2019

Page 45: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 33

Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar

Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air,

listrik dan bahan bakar pada triwulan II 2019

mengalami penurunan dengan rata-rata inflasi

pada periode tersebut sebesar 0,02% (mtm)

dengan rata-rata andil hanya sebesar 0,004%

dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan

pada periode sebelumnya sebesar 0,26% (mtm)

dengan rata-rata andil sebesar 0,02%.

Melemahnya tekanan inflasi pada kelompok ini

didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada

subkelompok bahan bakar yang disebabkan oleh

dampak dari penurunan tarif dasar listrik untuk

900 VA pada Maret 2019 serta penurunan harga

minyak dunia, sehingga berdampak terhadap

penurunan tekanan inflasi pada bahan bakar

rumah tangga. Selain itu, kembali normalnya

permintaan atas beberapa barang perlengkapan

rumah tangga juga menjadi faktor yang

mendorong terjadinya penurunan tekanan inflasi

pada kelompok perumahan.

3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR

ON YEAR)

Secara tahunan, inflasi Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2019 tercatat sebesar 3,49% (yoy), lebih

tinggi jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy) (Grafik 3.5).

Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi inflasi

regional Sulawesi dan nasional yang juga

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompoknya,

peningkatan tersebut disebabkan oleh

peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan

makanan, kelompok kesehatan serta kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga meskipun

tertahan oleh penurunan yang terjadi pada

keempat kelompok lainnya.

Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2019

tercatat mengalami inflasi sebesar 5,69% (yoy),

mengalami peningkatan yang signifikan jika

dibandingkan dengan capaian periode sebelumnya

yang mengalami inflasi sebesar 0,04% (yoy).

Peningkatan tekanan inflasi tersebut disebabkan

oleh peningkatan harga yang terjadi pada sayur-

sayuran, bumbu-bumbuan dan padi-padian.

Dengan kondisi tersebut, kelompok bahan

makanan menjadi kelompok penyumbang inflasi

terbesar terhadap peningkatan inflasi di Sulawesi

Tenggara dengan andil sebesar 1,49%% (yoy),

meningkat secara signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan andil sebesar 0,01% (Tabel

3.3).

Curah hujan yang meningkat di Sulawesi Tenggara

selama periode laporan menjadi faktor utama yang

mengakibatkan gangguan produksi sayur-sayuran,

bumbu-bumbuan dan padi-padian. Kondisi

tersebut diperparah oleh banjir yang terjadi di

wilayah Sulawesi Tenggara akibat curah hujan

yang tinggi sehingga mengganggu kelancaran

distribusi dan menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan inflasi pada ketiga

subkelompok komoditas tersebut. Kenaikan

permintaan saat Idul Fitri menjadi faktor lain yang

mempengaruhi peningkatan inflasi.

Pada triwulan II 2019, sayur-sayuran mengalami

inflasi sebesar 27,45% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,43%

Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, yoy)

Sumber: BPS, Perhitungan BI

I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II

Bahan Makanan -0,11 8,96 7,40 6,20 5,73 2,03 -0,76 2,33 0,04 5,69 -0,03 2,26 1,81 1,49 1,38 0,53 -0,19 0,58 0,01 1,49

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 6,39 5,17 3,09 3,33 2,51 3,60 3,64 3,15 2,86 2,39 0,67 0,54 0,33 0,36 0,27 0,38 0,51 0,34 0,31 0,26

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 1,57 3,20 2,52 2,86 1,88 0,81 1,12 0,88 1,53 1,37 0,43 0,86 0,67 0,77 0,51 0,21 0,39 0,24 0,41 0,36

Sandang 2,51 2,42 0,61 1,61 1,38 2,30 2,65 1,99 2,29 1,90 0,17 0,17 0,04 0,11 0,10 0,15 0,30 0,14 0,16 0,13

Keseharan 4,83 4,88 4,35 2,89 2,01 1,65 2,76 3,62 4,24 5,15 0,21 0,21 0,19 0,13 0,09 0,07 0,12 0,16 0,19 0,22

Pendidikan, Rekreasi Dan Olahraga 6,82 6,16 0,78 0,71 0,75 0,59 1,46 1,46 1,68 1,97 0,46 0,42 0,06 0,05 0,05 0,04 0,10 0,10 0,12 0,13

Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1,32 3,26 -0,53 -0,58 -0,64 1,90 2,66 6,28 8,02 5,22 0,26 0,64 -0,10 -0,12 -0,13 0,36 0,18 1,22 1,55 1,01

Inflasi (yoy) 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40 2,66 2,60 3,49 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40 2,66 2,60 3,49

Kelompok 2017 2018 20172019

Inflasi (%,yoy) Andil (%,yoy)

20192018

Page 46: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 34

(yoy). Hal tersebut menjadikan sayur-sayuran

sebagai penyumbang terbesar peningkatan inflasi

kelompok bahan makan dengan andil sebesar

1,00%. Inflasi sayuran disebabkan oleh kenaikan

harga beberapa komoditas seperti kangkung dari -

3,5% (yoy) menjadi 43,93% (yoy), tomat sayur dari

-1,48% (yoy) menjadi 34,21% (yoy), bayam dari

22,34% (yoy) menjadi 60,32(yoy) serta kacang

panjang dari 6,47% (yoy) menjadi 24,32% (yoy).

Curah hujan tinggi dan Idul Fitri juga turut

memberikan dampak pada subkelompok bumbu-

bumbuan yang pada triwulan II 2019 tercatat

mengalami inflasi sebesar 15,59% (yoy),

meningkat dibandingkan periode sebelumnya

yang mengalami inflasi 5,97%% (yoy).

Menguatnya tekanan inflasi pada bawang putih

dari 1,84% (yoy) menjadi 33,94%, bawang merah

dari 13,34% (yoy) menjadi 26,55% (yoy), serta

cabai rawit dari 33,77% (yoy) menjadi 52,10%

(yoy), memberikan dampak signifikan terhadap

inflasi subkelompok bumbu-bumbuan. Pada

komoditas bawang putih, peningkatan harga

disebabkan oleh keterbatasan pasokan akibat

keterlambatan izin Rekomendasi Impor Produk

Hortikultura (RIPH) kepada importir bawang putih

serta penambahan daftar hitam importir yang

tidak memenuhi Permen Pertanian No.38 Th.2017

juncto 24 Th.2018 untuk wajib tanam 5%.

Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga terjadi

pada subkelompok padi-padian yang tercatat

mengalami inflasi sebesar 4,41% (yoy) , berbeda

arah dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang mengalami deflasi sebesar 1,26% (yoy).

Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan

harga pada komoditas beras yang mengalami

inflasi sebesar 3,82% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi

sebesar 1,26% (yoy) seiring dengan banjir di

Sulawesi Tenggara dan meningkatnya permintaan

dalam rangka Idul Fitri.

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Pada triwulan II 2019, kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan tercatat mengalami

penurunan tekanan inflasi dan menjadi faktor yang

menahan kenaikan tekanan inflasi di Sulawesi

Tenggara. Kelompok tersebut tercatat mengalami

inflasi tahunan sebesar 5,22% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 9,03% (yoy). Penurunan

ini secara signifikan didorong oleh penurunan

tekanan inflasi pada tarif pulsa ponsel dan

angkutan udara. Tarif pulsa ponsel pada periode

laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 4,63%

(yoy), lebih rendah dibandingkan periode

sebelumnya yang sebesar 9,99% (yoy). Penurunan

yang terjadi tersebut disebabkan oleh kebijakan

harga yang diterapkan oleh penyedia jasa

telekomunikasi.

Seperti halnya tarif pulsa ponsel, tarif angkutan

udara juga mengalami penurunan inflasi secara

Ket: Berdasarkan lokasi stasiun cuaca yang ada di Sultra

Sumber: BPS, perhitungan BI

Sumber: BPS, perhitungan BI

Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Grafik 3.6 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara

Page 47: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 35

tahunan, yaitu dari 81,69% (yoy) pada triwulan I

2019 menjadi 38,06% (yoy) pada periode laporan.

Hal tersebut terjadi disebabkan oleh permintaan

yang cenderung mengalami penurunan seiring

dengan kebijakan penyedia jasa penerbangan

yang menetapkan harga tiket angkutan udara

berada pada level yang tinggi meskipun beberapa

kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah dalam

upaya mendorong penurunan tarif angkutan

udara. Hal tersebut menyebabkan masyarakat

cenderung memilih moda transportasi lainnya

seperti kapal dan bis ditengah berlangsungnya

periode HBKN.

Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar juga tercatat mengalami penurunan tekanan

inflasi dari 1,53% (yoy) pada triwulan I 2019

menjadi 1,37% (yoy) pada periode laporan.

Penurunan tekanan inflasi pada kelompok tersebut

disebabkan oleh kebijakan yang diterapkan oleh

Pertamina selaku penyedia LPG sehingga dapat

menjaga harga pada kisaran harga eceran

tertingginya. Menjelang berlangsungnya HBKN,

Pertamina menyediakan pasokan sebanyak 146

MT atau setara 48.000 tabung per hari untuk

tabung elpiji subsidi, mengalami peningkatan

sebesar 7,4% dibandingkan dengan periode

normal yang sebesar 136 MT atau setara 45.000

tabung per hari. Selain itu, Pertamina juga

meningkatkan pasokan elpiji nonsubsidinya, yaitu

dari 13 MT per hari menjadi 15 MT per hari atau

mengalami peningkatan sebesar 10,4%.

Sementara itu, penurunan tekanan inflasi juga

terjadi pada tarif listrik dari -0,16% (yoy) menjadi -

0,44% (yoy), diakibatkan karena penurunan tarif

dasar listrik untuk golongan 900 VA sebesar

3,85% sejak Maret 2019.

3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Secara spasial Sulawesi Tenggara, peningkatan

tekanan inflasi tahunan disebabkan oleh terjadinya

peningkatan tekanan inflasi tahunan di Kota

Kendari meskipun tertahan oleh penurunan yang

terjadi di Kota Bau-Bau. Kota Kendari mengalami

inflasi sebesar 4,49% (yoy) pada triwulan I 2019,

lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada

periode sebelumnya yang sebesar 2,44% (yoy).

Namun peningkatan tersebut tertahan oleh

penurunan yang terjadi di Kota Bau-Bau yang

mengalami inflasi sebesar 0,83% (yoy)

dibandingkan periode sebelumnya sebesar 3,04%

(yoy) (Grafik 3.7).

Inflasi Kota Kendari

Peningkatan tekanan inflasi tahunan di Kota

Kendari disebabkan oleh peningkatan harga pada

beberapa kelompok komoditas, yaitu kelompok

bahan makanan, kelompok makanan jadi,

minuman, dan rokok, kelompok kesehatan serta

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Namun penurunan yang terjadi pada ketiga

Sumber: BPS, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau

Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau

Page 48: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 36

kelompok pengeluaran lainnya menjadi faktor

yang menahan peningkatan tekanan inflasi di Kota

Kendari.

Pada kelompok bahan makanan, peningkatan

tekanan ini berasal dari subkelompok sayur-

sayuran, subkelompok bumbu-bumbuan,

subkelompok padi-padian dan subkelompok ikan

segar seiring dengan curah hujan dan gelombang

laut yang tinggi. Sayur-sayuran tercatat mengalami

inflasi sebesar 42,17% (yoy), meningkat signifikan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 7,35% (yoy). Beberapa

komoditas sayur-sayuran yang mengalami

penurunan tekanan inflasi meliputi bayam,

kangkung, sawi, dan tomat sayur. Selain itu,

peningkatan juga terjadi pada subkelompok

bumbu-bumbuan, dari 7,23%% (yoy) pada

periode lalu menjadi 16,47% (yoy), secara

signifikan disebabkan oleh kenaikan harga

bawang putih, cabai rawit dan bawang putih.

Peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada

subkelompok padi-padian dan ikan segar.

Subkelompok padi-padian tercatat mengalami

inflasi sebesar 5,20% (yoy), berbeda arah

dibandingkan periode sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar 0,52% (yoy) secara

signifikan disebabkan oleh peningkatan komoditas

beras. Begitu juga, subkelompok ikan segar yang

mengalami inflasi sebesar 5,60% (yoy), berbeda

arah dibandingkan periode sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar 5,35% (yoy) yang

disebabkan oleh peningkatan komoditas ikan

kembung, ikan teri, dan cumi-cumi

Meskipun demikian, peningkatan tersebut

tertahan oleh penurunan tekanan inflasi yang

terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi

dan jasa keuangan terutama tarif angkutan udara.

Pada triwulan II 2019, tarif angkutan udara

mengalami penurunan tekanan inflasi, yaitu dari

51,77% (yoy) menjadi 13,71% (yoy) seiring

dengan kebijakan yang diterapkan oleh

pemerintah terkait penurunan tarif batas atas

penerbangan komersial.

Inflasi Kota Bau-Bau

Peningkatan tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara

tertahan oleh penurunan tekanan inflasi yang

terjadi di Kota Bau-Bau. Penurunan yang terjadi di

kota Bau-Bau tersebut secara signifikan

disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada

kelompok bahan makanan. Kelompok tersebut

mengalami deflasi sebesar 6,66% (yoy), lebih

rendah dibandingkan periode sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar 1,21% (yoy).

Penurunan inflasi bahan makanan disebabkan oleh

penurunan harga pada komoditas ikan segar

sebesar -17,90% (yoy) dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang mengalami deflasi

sebesar 2,93% (yoy). Peningkatan produksi ikan di

kota Bau-Bau akibat musim angin Muson Timur

menjadi penyebab turunnya harga ikan segar pada

periode laporan seperti ikan cakalang, cumi-cumi,

ikan kembung, dan ikan selar.

Selain itu, penurunan juga terjadi pada kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang

tercatat mengalami inflasi sebesar 12,41% (yoy)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

sebesar 15,93% (yoy). Penurunan tersebut

disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada

komoditas angkutan udara, dari 132,05% (yoy)

menjadi 77,84% (yoy). Penurunan ini seiring

dengan kebijakan yang diterapkan pemerintah

terkait tarif batas atas pesawat. Capaian tersebut

masih relatif tinggi dikarenakan periode peak hour

dalam rangka Idul Fitri serta terbatasnya jumlah

penerbangan menuju dan dari Bau-Bau.

3.5. INFLASI TRIWULAN III 2019

Mengawali triwulan III 2019, Sulawesi Tenggara

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm)

pada Juli 2019, terjadi penurunan inflasi

dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 1,99% (mtm).

Penurunan tekanan inflasi tersebut disebabkan

oleh terjadinya deflasi di Kota Kendari meskipun

tertahan oleh peningkatan tekanan inflasi yang

terjadi di Kota Baubau. Pada periode tersebut,

Page 49: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 37

Kota Kendari tercatat mengalami deflasi sebesar

0,24% (mtm), setelah sebelumnya mengalami

inflasi sebesar 2,55% (mtm). Sementara itu, Kota

Baubau terpantau mengalami peningkatan

tekanan inflasi dari 0,47% (mtm) pada Juni 2019

menjadi 1,18% (mtm) pada Juli 2019. Penurunan

tekanan inflasi tersebut secara signifikan

disebabkan oleh penurunan inflasi pada komoditas

bahan makanan, terutama penurunan harga pada

subkelompok ikan segar dan sayur-sayuran.

Penurunan pada harga subkelompok ikan segar

dikarenakan peningkatan produksi ikan meskipun

masih dalam tingkat yang terbatas akibat

meningkatnya aktivitas penangkapan ikan seiring

dengan beroperasionalnya kapal andon setelah

periode HKBN. Penurunan pada harga

subkelompok sayur-sayuran dikarenakan

peningkatan produksi sayur-sayuran seiring

dengan curah hujan yang akan mengalami

penurunan.

Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sulawesi

Tenggara pada Juli 2019 sebesar 2,79% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan bulan

sebelumnya yang sebesar 3,49% (yoy). Penurunan

tersebut didorong oleh penurunan tekanan inflasi

pada kelompok bahan makanan dengan capaian

dari 5,69% (yoy) menjadi 3,78% (yoy) serta

kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

dari 5,22% (yoy) menjadi 3,59% (yoy). Penurunan

kelompok tersebut didorong oleh penurunan pada

sayur-sayuran pada kelompok bahan makanan

serta angkutan udara, biaya pengiriman barang

dan tarif pulsa ponsel pada kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan.

Meskipun tekanan inflasi menurun pada Juli 2019,

laju inflasi tahunan Sulawesi Tenggara pada

triwulan III 2019 diperkirakan akan mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III

2019 mendatang, inflasi tahunan diperkirakan

akan berkisar pada 3,53 3,93% (yoy).

Peningkatan tersebut disebabkan beberapa jenis

sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan padi masih

berada dalam periode tanam serta fenomena La

Nina yang dapat mengganggu pasokan dari

komoditas tersebut. Selain itu, risiko peningkatan

inflasi juga diperkirakan berasal dari biaya

pendidikan yang meningkat seiring dengan musim

ajaran baru. Meskipun demikian, peningkatan

inflasi bahan makanan akan tertahan oleh

melandainya ikan segar karena peningkatan

produksi seiring kondisi gelombang yang akan

relatif stabil pada triwulan mendatang.

Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan III

2019 ini sejalan dengan indeks harga pada Survei

Konsumen. Berdasarkan survei tersebut,

konsumen memperkirakan akan terjadi

peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2019

dibandingkan dengan triwulan II 2019.

Peningkatan ini tercermin baik pada indeks harga

3 bulan mendatang.

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, Perhitungan BI

I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II

INFLASI UMUM

Sulawesi Tenggara 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40 2,66 2,60 3,49 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40 2,66 2,60 3,49

Kota Kendari 2,40 6,17 3,49 2,96 2,37 1,07 1,70 2,55 2,44 4,49 2,40 6,17 3,49 2,96 2,37 1,07 1,70 2,55 2,44 4,49

Kota Baubau 1,85 2,67 2,37 3,00 2,42 3,75 0,61 2,92 3,04 0,83 1,85 2,67 2,37 3,00 2,42 3,75 0,61 2,92 3,04 0,83

INFLASI BAHAN MAKANAN

Sulawesi Tenggara -0,11 8,96 7,40 6,20 5,73 2,03 -0,76 2,33 0,04 5,69 -0,03 2,26 1,81 1,49 1,38 0,53 -0,19 0,58 0,01 5,69

Kota Kendari 0,02 11,96 7,73 6,28 5,94 0,26 1,63 3,30 0,54 10,58 0,00 2,98 1,86 1,49 1,42 0,07 0,41 0,81 0,13 10,58

Kota Baubau -0,43 1,63 6,62 5,98 5,20 6,81 -6,62 -0,07 -1,21 -6,66 -0,11 0,43 1,70 1,50 1,30 1,78 -1,77 -0,02 -0,31 -6,66

2018

Inflasi (%,yoy)

2019 2019

Andil (%,yoy)

2017Kelompok 2017 2018

Page 50: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 38

3.6. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah bersama Bank Indonesia

melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan II 2019

difokuskan pada upaya menjaga kestabilan harga

melalui berbagai kegiatan untuk menjamin

ketersediaan stok dan kelancaran distribusi

komoditas. Secara ringkas langkah-langkah

pengendalian inflasi yang ditempuh adalah

sebagai berikut:

1. Pengembangan kompetensi dari masing-

masing anggota TPID.

Telah dilakukan capacity building untuk

anggota teknis dari masing-masing TPID baik

itu Provinsi, Kabupaten dan Kota. Dalam

capacity building tersebut, dilakukan update

terkait dengan kondisi inflasi terkini dan

tantangan yang akan di hadapi pada periode

mendatang serta upaya-upaya yang dapat

dilakukan untuk menjaga kestabilan harga.

2. Rapat Teknis TPID Provinsi Sulawesi

Tenggara

Rapat teknis TPID Provinsi Sulawesi Tenggara

secara rutin dilakukan bulanan untuk

memperoleh informasi terkait dengan

kendala-kendala yang dapat memunculkan

gangguan pada kestabilan harga komoditas di

Sulawesi Tenggara. Dalam rapat tersebut tidak

terbatas dibahas mengenai produksi, namun

juga dilakukan pembahasan terkait dengan

kelancaran distribusi hingga perdagangan

antardaerah yang dapat memberikan dampak

terkait dengan ketersediaan pasokan

komoditas di Sulawesi Tenggara.

3. Upaya Menjaga Kestabilan Harga di

Masyarakat

Dalam upaya memastikan kestabilan harga,

telah dilakukan beberapa upaya, antara lain:

1) Telah dilaksanakan pasar murah oleh

seluruh TPID di Sulawesi Tenggara.

Kegiatan pasar murah yang dilakukan

berupa pasar murah sembako. Selain

itu, juga dilakukan pasar murah elpiji

oleh Pertamina dan pasar murah ikan

beku oleh PPS Kendari.

2) Telah dilakukan sidak pasar di

beberapa lokasi untuk memastikan

ketersediaan pasokan dan mencegah

penimbunan barang. Dalam

kegiatannya, beberapa komoditas

sudah mulai terpantau mengalami

kenaikan harga disebabkan oleh

terbatasnya stok

3) Telah dilakukan live talkshow

mengenai belanja bijak untuk

memberikan informasi terkait dengan

pengembangan harga komoditas di

Sulawesi Tenggara dan informasi

terkait dengan ketersediaan pasokan

barang dengan tujuan agar menjaga

ekspektasi masyarakat dengan

berbelanja secara bijak

Page 51: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 39

BOKS 01

PENINGKATAN KERJASAMA DAERAH ANTARA KOTA KENDARI DAN

KOTA BAUBAU UNTUK PENGENDALIAN INFLASI IKAN SEGAR

Sebagai salah satu daerah produsen ikan segar, Sulawesi Tenggara justru kerap kali mengalami

peningkatan tekanan inflasi yang bersumber dari komoditas ikan segar. Hal tersebut tercermin dari

korelasi yang tinggi antara inflasi ikan segar dengan capaian inflasi Sulawesi Tenggara yang sebesar 0,85

dan menjadi subkelompok komoditas dengan korelasi tertinggi dibandingkan dengan subkelompok-

subkelompok lainnya. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi daya beli masyarakat secara menyeluruh

karena ikan segar merupakan konsumsi utama masyarakat Sulawesi Tenggara dan bersifat inelastis yang

mengindikasikan perubahan harga ikan segar tidak berdampak signifikan pada permintaan masyarakat.

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Umum dan Ikan Segar di Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, diolah

Volatilitas yang cukup tinggi pada inflasi ikan segar sangat disebabkan oleh kondisi produksi perikanan

yang sangat rentan terhadap faktor eksternal. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan penangkapan ikan

yang dilakukan oleh masyarakat masih sangat tradisional dan mayoritas kapal yang digunakan adalah

kapal dengan kapasitas kecil (dibawah 30 GT) yang sangat rentan terhadap perubahan kondisi cuaca. Hal

tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan cukup sulitnya pengendalian inflasi ikan segar di

Sulawesi Tenggara

Grafik 2. Korelasi Kunjungan Kapal < 30 GT dan Tinggi

Gelombang

Grafik 3. Korelasi Kunjungan Kapal < 30 GT dan Tinggi

Gelombang

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2016 2017 2018 2019

Inflasi Sultra Inflasi Ikan Segar (rhs)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500

Korelasi : -0,54

(tinggi)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0 200 400 600

Korelasi : 0,28

(rendah)

%, MtM %, MtM

Page 52: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 40

Namun ditengah kondisi tersebut, posisi kedua kota yang menjadi sampel penghitungan inflasi berada

disisi berbeda mengindikasikan bahwa persediaan ikan di Sulawesi Tenggara dapat tersedia hampir di

sepanjang tahun. Hal tersebut juga tercermin dari pergerakan tekanan inflasi yang cenderung berlawanan

pada kedua kota tersebut. Dari tahun 2014 hingga Juni 2019, kedua kota tersebut tercatat mengalami

24 kali perlawanan arah pergerakan tekanan inflasi untuk komoditas ikan segar dan mengindikasikan

bahwa terjadi pola produksi ikan yang cukup berlawanan diantara kedua kota tersebut

Grafik 4. Pergerakan Inflasi Ikan Segar di Kota Kendari dan Kota Baubau

Sumber: BPS, diolah

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai pengendalian

inflasi ikan segar di Sulawesi Tenggara dalam jangka pendek. Pertama adalah mendorong kerjasama

antardaerah terutama Kota Kendari dan Kota Baubau. Dengan kondisi perikanan yang cukup berbanding

terbalik antara Kota Kendari dan Kota Baubau, telah dijajaki kemungkinan kerjasama perdagangan untuk

menyeimbangkan pasokan ikan segar di kedua kota yang menjadi penghitungan inflasi nasional. Kedua,

yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian inflasi ikan segar adalah pengoptimalan cold storage.

Cold storage saat ini masih didominasi oleh hasil perikanan dengan orientasi ekspor. Dalam hal tersebut,

harus dilakukan penegasan kepada pihak pengelola cold storage sehingga dapat menyimpan hasil

perikanan terutama dengan tujuan konsumsi disaat penangkapan melimpah

-25.00

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016 2017 2018 2019

IKAN SEGAR

Kendari Baubau

Page 53: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

41

STABILITAS KEUANGAN

DAERAH

4

Page 54: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 42

4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS

KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan II 2019, kondisi stabilitas sistem

keuangan di Sulawesi Tenggara tetap terjaga.

Kondisi tersebut tercermin pada ketahanan

keuangan sebagian besar sektor pendukungnya,

yaitu rumah tangga, korporasi, UMKM dan

institusi keuangan yang menunjukkan

perkembangan yang positif dengan risiko yang

relatif terkendali. Ketahanan keuangan sektor

rumah tangga terus terjaga dengan risiko dan

optimisme yang semakin baik. Ketahanan yang

baik pada sektor korporasi tercermin dari

terjaganya pendapatan selama periode pelaporan

dan risiko yang terkendali. Selanjutnya, dari sisi

institusi keuangan, indikator aset, penghimpunan

dana pihak ketiga dan kredit menunjukkan kinerja

yang baik. Kondisi yang aman juga terlihat dari sisi

risiko kredit yang masih terkendali.

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor

Rumah Tangga

Rumah tangga (RT) di Provinsi Sulawesi Tenggara

memiliki peranan yang sangat penting dalam

perekonomian dan sistem keuangan daerah. Hal

tersebut ditunjukkan dengan kontribusi maupun

keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah,

lembaga keuangan lainnya dan korporasi. Dari sisi

kontribusi, terlihat bahwa secara konstan

konsumsi RT memiliki pangsa yang tinggi terhadap

PDRB Sulawesi Tenggara (Grafik 4.1). Di sistem

keuangan, peranan RT terhadap intermediasi

perbankan di Sulawesi Tenggara terlihat dari

tingginya pangsa DPK RT terhadap total DPK

perbankan dan pangsa kredit kepada RT terhadap

total kredit perbankan (Grafik 4.2).

Secara umum, banyak faktor yang berpotensi

menjadi sumber kerentanan sektor rumah tangga

antara lain perkembangan perekonomian,

feedback loop kepada sistem perekonomian itu

sendiri serta perilaku meminjam yang berisiko.

Untuk memperkirakan pertumbuhan ekonomi di

sektor rumah tangga, salah satu indikator yang

dapat digunakan adalah keyakinan rumah tangga.

Hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi, mengindikasikan keyakinan rumah

tangga (sebagai konsumen) terhadap kondisi

ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap kondisi

ekonomi masa depan yang digambarkan melalui

variabel Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Angka

IKK di atas 100 berarti RT berada pada level optimis

dan angka di bawah 100 berarti RT pesimis

terhadap perekonomian. Pada periode pelaporan,

rata-rata IKK mencapai 136,9, mengindikasikan

optimisme rumah tangga yang cukup baik

terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara,

meskipun sedikit lebih rendah daripada rata-rata

periode sebelumnya yang tercatat 138,6 (Grafik

4.3). Terjaganya optimisme tersebut bersumber

dari stabilnya ekspektasi konsumen terhadap

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: Bank Indonesia diolah

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara

Grafik 4.2 Pangsa Kredit dan DPK RT terhadap total Kredit dan DPK Sulawesi Tenggara

Page 55: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

43

lapangan kerja, penghasilan dan usaha (Grafik

4.4).

Dari sisi ekspektasi usaha, secara rata-rata RT

mencatatkan angka sebesar 160,7 dimana bulan

November diekspektasi sebagai bulan terbaik. Dari

sisi penghasilan, rumah tangga mencatatkan

angka ekspektasi sebesar 152,7 lebih tinggi dari

periode sebelumnya yang hanya mencatatkan

angka rata-rata sebesar 148,9. Ekspektasi

penghasilan sejalan dengan peningkatan

ekspektasi lapangan pekerjaan dari triwulan lalu

yang secara rata-rata tercatat sebesar 128,3

menjadi 131,7 pada periode pelaporan.

Peningkatan ekspektasi penghasilan dan lapangan

pekerjaan tersebut berarti RT percaya bahwa

terjadi pemulihan perekonomian. Dengan

perkiraan peningkatan sumber pendapatan,

diharapkan ketahanan RT semakin baik.

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Selain ketahanan RT, perlu juga dilihat sumber

kerentanan pada RT. Kerentanan tersebut

dipengaruhi oleh pola pengeluaran RT, utamanya

untuk pinjaman, yang mampu memberikan sinyal

apakah RT memiliki kerentanan yang terkendali

atau tidak. Penggunaan pengeluaran RT untuk

pinjaman yang tidak proporsional dapat

menyebabkan RT rentan terhadap risiko gagal

bayar.

Masih berdasarkan Survei Konsumen, pada

triwulan II 2019, terlihat bahwa pengeluaran

rumah tangga paling banyak masih dialokasikan

untuk keperluan konsumsi, yaitu sebesar 62,9%

(Grafik 4.5). Kondisi tersebut tidak berbeda jauh

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Proporsi pengeluaran yang besar untuk konsumsi

tentunya menyisakan pengeluaran untuk

tabungan dan pinjaman yang lebih kecil. Pangsa

pengeluaran untuk tabungan mengalami sedikit

penurunan dari 28,2% pada periode lalu menjadi

sebesar 28,0%. Sedangkan cicilan rumah tangga

tercatat sebesar 9,1% dari total pengeluaran RT.

Angka tersebut lebih kecil dari periode lalu yang

tercatat sebesar 11%. Penurunan proporsi

pengeluaran untuk cicilan tersebut mengurangi

risiko gagal bayar RT.

Debt Service Ratio

Dalam melihat perilaku meminjam RT, indikator

lain yang dapat digunakan adalah debt service

ratio (DSR). Institusi keuangan menilai bahwa

threshold aman untuk DSR adalah 30%. RT

dengan DSR>30% dianggap memiliki risiko kredit

yang tinggi karena porsi pendapatan yang

digunakan untuk membayar hutang sudah relatif

besar dan berpotensi dapat mengganggu cash

flow RT dan menyulitkan RT dalam melakukan

pengembalian hutang yang pada akhirnya

berpotensi meningkatkan Non Performing Loan

(NPL) di institusi keuangan dan mengganggu

ketahanan sistem keuangan secara keseluruhan.

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga

Page 56: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 44

Berdasarkan hasil SK, risiko kredit RT di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2019 relatif terkendali.

Hal ini terlihat dari jumlah responden RT dengan

DSR 0%-10% masih mendominasi dengan pangsa

sebesar 69,0%, relatif stabil dibanding periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 70,0%

responden. Selain itu RT yang DSRnya berkisar di

antara 10%-20% tercatat sebesar 17,0% dan DSR

berkisar di antara 20%-30% tercatat sebesar

8,0% dari total RT. Meskipun demikian, perlu

menjadi catatan bahwa sebanyak 6,0% responden

RT memiliki DSR di atas 30% (Grafik 4.6). Hal

tersebut perlu diperhatikan secara khusus agar

tidak memicu peningkatan NPL.

Dilihat dari kategori pengeluaran, terlihat bahwa

rumah tangga dengan pengeluaran rendah

mengalami sedikit peningkatan risiko,

diindikasikan dengan meningkatnya pangsa RT

yang memiliki DSR di atas 30% meningkat dari

1,3% menjadi 4,3% (Tabel 4.1). Namun tersebut

tidak terjadi pada rumah tangga dengan

pengeluaran menengah karena rumah tangga

yang memiliki DSR di atas 30% turun dari 2,0%

menjadi 1,7%. Di lain sisi, tetap tidak ada rumah

tangga dengan pengeluaran tinggi yang memiliki

DSR diatas 30%.

Saving Ratio

Dari sisi tabungan terhadap pengeluaran rumah

tangga (saving ratio), sebesar 94% responden RT

pada SK Provinsi Sulawesi Tenggara menyisihkan

lebih dari 10% pengeluarannya untuk menabung.

Hal tersebut mencerminkan bahwa RT di Sulawesi

Tenggara memiliki cadangan dana dan juga

penetrasi perbankan di Sulawesi Tenggara yang

relatif baik. Pada triwulan II 2019 tercatat bahwa

pangsa RT yang memiliki saving ratio > 30%

mencapai 53,7% dari total responden (Grafik 4.7).

Dengan pola menabung yang sehat, RT di Sulawesi

Tenggara memiliki ketahanan keuangan yang baik

dan mendukung intermediasi institusi keuangan.

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara

Grafik 4.7 Saving Ratio Rumah Tangga Sulawesi Tenggara

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.6 DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara Grafik 4.8 Kepemilikan Produk Perbankan

Page 57: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

45

Kepemilikan Produk Perbankan

Secara umum, RT di Sulawesi Tenggara yang

menjadi responden SK relatif telah memiliki

produk-produk perbankan. Seluruh responden

telah memiliki tabungan di bank dan sebanyak

90,3% telah memiliki kartu debit yang merupakan

fasilitas standar tabungan perbankan (Grafik 4.8).

Sementara dari sisi kredit, instrumen yang paling

banyak dimanfaatkan oleh RT adalah kredit

kendaraan yang pangsanya mencapai 13,0% dan

kartu kredit yang dimiliki oleh 4,7% responden.

4.2.3. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga di

Perbankan

Sektor RT masih mendominasi kepemilikan dana

pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan

Sulawesi Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa

DPK perseorangan yang mencapai 66,9% (Grafik

4.9) dari keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara

Tabel 4.1 DSR Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Tingkat Pengeluaran

Ket: kelompok pengeluaran rendah (pengeluaran Rp1-3 juta), kelompok pengeluaran sedang (pengeluaran Rp3,1-5 juta), kelompok pengeluaran tinggi (pengeluaran lebih dari Rp5 juta)

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.9 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.11 Komposisi DPK RT Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.10 Pertumbuhan DPK RT Sulawesi Tenggara Grafik 4.12 Pertumbuhan DPK RT berdasarkan jenisnya

0-10% 10-20% 20-30% >30% 0-10% 10-20% 20-30% >30%

Rendah 67,0% 13,7% 10,7% 1,3% 92,7% Rendah 64,0% 15,3% 7,0% 4,3% 90,7%

Sedang 2,7% 0,3% 1,3% 2,0% 6,3% Sedang 4,3% 1,7% 0,7% 1,7% 8,3%

Tinggi 0,3% 0,7% 0,0% 0,0% 1,0% Tinggi 0,7% 0,0% 0,3% 0,0% 1,0%

Total 70,0% 14,7% 12,0% 3,3% 100,0% Total 69,0% 17,0% 8,0% 6,0% 100,0%

Pengeluaran

Mar-19 Jun-19

Risiko DSRTotal Pengeluaran

Risiko DSRTotal

Page 58: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 46

dengan nominal mencapai Rp14,5 triliun (Grafik

4.10). Selain dominasi pangsa DPK, pada triwulan

II 2019, DPK perseorangan menunjukkan moderasi

pertumbuhan sebesar 11,7% (yoy), lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 14,1% (yoy) (Grafik 4.10).

Dari sisi pilihan produk simpanan perbankan yang

dimanfaatkan RT, produk tabungan masih menjadi

pilihan utama RT dengan pangsa terhadap DPK RT

yang mencapai 96,1%, relatif terjaga

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mencatatkan proporsi 96,3%. Produk deposito

memiliki proporsi sebesar 77,2% lebih tinggi dari

periode sebelumnya yang tercatat sebesar 68,2%,

Sementara produk giro hanya memiliki proporsi

sebesar 6,5% (Grafik 4.11). Peralihan rumah

tangga dari produk tabungan ke instrumen

deposito menunjukkan bahwa rumah tangga

percaya pada ketahanan institusi keuangan dan

sistem keuangan jangka panjang.

Berdasarkan perkembangannya, pada triwulan II

2019 tabungan perseorangan tercatat tumbuh

sebesar 10,3% (yoy) menurun dari periode

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 14,3%

(yoy). Selain itu deposito tumbuh sebesar 11,0%

(yoy) dan giro tumbuh negatif sebesar -7,2% (yoy)

(Grafik 4.12).

4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah

Tangga

Selain DPK, keterkaitan RT dengan perbankan juga

dapat terlihat dari penyaluran kredit perbankan. Di

Sulawesi Tenggara kredit ke RT mendominasi

realisasi penyaluran kredit pada triwulan II 2019.

Hal tersebut terlihat dari pangsa kredit untuk

perseorangan yang mencapai 81,4% dari total

kredit yang direalisasikan pada periode laporan

(Grafik 4.13). Dari total kredit yang mencapai

Rp23,9 triliun tersebut, sebagian besar kredit

masih digunakan untuk konsumsi dengan pangsa

sebesar 68,4% (Rp16,4 triliun). Sementara itu,

pangsa kredit produktif berupa modal kerja dan

investasi masing-masing mencapai 22,3% dan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.13 Komposisi Kredit RT di Sulawesi Tenggara Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.14 Komposisi Penggunaan Kredit RT di Sulawesi

Tenggara Grafik 4.16 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT

Page 59: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

47

9,3% dari total kredit pada triwulan II 2019.

Berdasarkan breakdown yang lebih mendalam,

mayoritas kredit konsumsi yang diberikan oleh

bank disalurkan dalam bentuk kredit multiguna

yang memiliki pangsa 75,5% (Grafik 4.14).

Dari sisi kinerjanya, pada triwulan II 2019 kredit

konsumsi RT tumbuh sebesar 9,5% (yoy), kinerja

tersebut sama dengan periode sebelumnya.

Stabilnya laju pertumbuhan kredit tersebut

disebabkan oleh perbaikan laju pertumbuhan

kredit multiguna menjadi 9,9% (yoy) pada triwulan

II 2019 dari 8,7% (yoy) pada triwulan I 2019.

Namun penurunan pertumbuhan kredit kendaraan

bermotor (KKB) menjadi 13,2% (yoy) pada

triwulan II 2019 dan perlambatan kredit

kepemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) yang

tumbuh sebesar 7,8% (yoy) menahan peningkatan

laju pertumbuhan kredit RT dibanding periode

sebelumnya (Grafik 4.15).

Dilihat dari sisi suku bunganya, suku bunga kredit

konsumsi RT di Sulawesi Tenggara terjaga sama

dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 11,9%

(Grafik 4.16). Terjaganya suku bunga disertai

terjaganya risiko kredit yang ditunjukkan

menurunnya NPL kredit konsumsi perseorangan

yang sangat rendah yaitu sebesar 1,2%, sama

dengan risiko kredit konsumsi periode

sebelumnya.

Kredit Kepemilikan Rumah

KPR dan KPA di Sulawesi Tenggara pada triwulan

II 2019 tumbuh sebesar 7,8% (yoy), mengalami

penurunan dibandingkan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 10,9%(yoy). Penurunan laju

pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh

menurunnya kredit untuk pembelian hampir

seluruh tipe rumah dan Ruko. Yang mengalami

perbaikan hanya rumah tipe sedang (KPR >21-70)

yang tumbuh sebesar 24,4% (yoy) pada triwulan II

2019, lebih tinggi dibandingkan dengan periode

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.17 Pertumbuhan KPR Berdasarkan Besaran Kredit Grafik 4.19 Pertumbuhan KKB Berdasarkan Besaran Kredit

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.18 NPL dan Suku Bunga KPR Grafik 4.20 NPL dan Suku Bunga KKB

Page 60: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 48

sebelumnya yang mengalami pertumbuhan

sebesar 22,0% (yoy), (Grafik 4.17). Dari sisi risiko,

kredit KPR memiliki risiko yang terus terjaga

dibawah threshold sebesar 5%. Indikator NPL KPR

pada periode pelaporan tercatat sebesar 3,5%

turun dari sebelumnya yang tercatat sebesar 3,7%,

(Grafik 4.18). Penyaluran KP Ruko tetap perlu

mendapatkan perhatian khusus dari perbankan

karena NPL terus meningkat mencapai 11,0%.

Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2019 tumbuh sebesar

13,2% (yoy), menurun dari periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 20,6% (yoy). Hal ini

dilatarbelakangi oleh penurunan permintaan

terhadap kredit kendaraan roda 4 (mobil) menjadi

10,6% (yoy) dari sebelumnya yang tercatat sebesar

24,3% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit

kendaraan roda 2 (sepeda motor) mengalami

akselerasi dengan tumbuh sebesar 19,6% (yoy)

(Grafik 4.19).

Pada periode laporan, risiko KKB yang tercermin dari

NPL gross tetap terjaga pada level yang rendah, yaitu

3,2%, meskipun sedikit lebih tinggi jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar

2,9% (Grafik 4.20). Sementara NPL KKB roda 4 pada

triwulan II 2019 tercatat sebesar 2,2%, sedikit

meningkat dibandingkan Walaupun tumbuh

melambat namun pada, mengalami penurunan

dengan NPL.

Kredit Multiguna

Dominasi pangsa kredit multiguna terhadap total

kredit konsumsi di triwulan II 2019 menunjukkan

bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga

untuk kebutuhan lain di luar kebutuhan untuk

memiliki rumah, kendaraan bermotor maupun

peralatan rumah tangga masih sangat besar. Hal

ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna yang

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 4.21 Pertumbuhan Multiguna Berdasarkan Besaran Kredit

Grafik 4.22 Pangsa Komoditas Ekspor

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek , diolah Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 4.22 NPL dan Suku Bunga Multiguna Grafik 4.24 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara

Page 61: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

49

relatif lebih mudah dengan jaminan/agunan yang

relatif ringan dan dana yang diterima dapat secara

leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam

melakukan aktivitas yang tidak mengikat jenisnya.

Pada triwulan II 2019, kredit multiguna tumbuh

sebesar 9,0% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,9%

(yoy) (Grafik 4.21). Pada periode laporan, NPL

kredit multiguna tercatat sebesar 0,4%, lebih

rendah dari periode sebelumnya (Grafik 4.22).

4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Pada triwulan II 2019, kondisi sektor korporasi

yang tercermin dari kinerja perekonomian di sisi

penawaran terpantau relatif baik. Sektor

pertambangan dan pertanian yang menjadi tulang

punggung perekonomian Sulawesi Tenggara

masih menunjukkan pertumbuhan yang positif

walau pertumbuhan sektor pertambangan sedikit

lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Sektor pengolahan menunjukkan akselerasi

pertumbuhan yang signifikan dengan

mencatatkan pertumbuhan double digit namun di

sisi lain perlambatan sektor akomodasi yang

seharusnya menjadi nilai jual Sulawesi tenggara

perlu menjadi perhatian.

Selain itu, terdapat pula dampak perlambatan

perdagangan internasional terutama adanya

perang dagang antara Amerika Serikat dengan

Tiongkok. Hal tersebut dikarenakan komoditas

utama ekspor Sulawesi Tenggara adalah hasil

pertambangan (bijih nikel dan nikel olahan)

dengan pangsa mencapai 98,2% yang merupakan

salah satu bahan baku pembuatan mesin yang

termasuk dalam komoditas terdampak perang

dagang (Grafik 4.23). Ketergantungan terhadap

nikel semakin memberikan risiko yang cukup besar

karena fluktuasi harga nikel dunia yang sangat

dipengaruhi oleh permintaan dunia. Pada akhir

triwulan II 2019, nilai ekspor feronikel Sultra masih

melanjutkan kecenderungan menurun sejak

triwulan II 2018 dan mencatatkan pertumbuhan

sebesar 91,8% (yoy) dengan nilai sebesar USD434

juta (Grafik 4.24).

4.3.2. Kinerja Korporasi

Omset Penjualan

Untuk memperkaya analisis, berdasarkan hasil

Survei dan Liaison yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Tenggara, terlihat bahwa kinerja korporasi masih

terjaga pada triwulan II tahun 2019, penjualan

domestik korporasi masih menunjukkan

pertumbuhan yang positif walaupun melambat

dibanding periode sebelumnya. Di sisi lain, ekspor

luar negeri secara umum mengalami peningkatan.

Berdasarkan sektor ekonomi, secara umum

Korporasi di sektor pertanian menginformasi

bahwa penjualan domestik pada periode laporan

mengalami peningkatan dibandingkan periode

yang sama tahun lalu. Peningkatan yang terjadi

disebabkan perluasan wilayah penjualan. Untuk

penjualan ekspor, korporasi di sektor ini juga

melaporkan penjualan yang stabil dengan negara

tujuan Amerika, Eropa dan ASEAN. Dari sektor

pertambangan, walaupun terjadi penurunan

aktivitas pertambangan, korporasi di sektor ini

melaporkan terjaganya kinerja penjualan

domestik. Dari sisi ekspor, korporasi di sektor

pertambangan juga melaporkan penjualan yang

terpantau stabil walaupun terjadi penurunan kuota

ekspor.

Korporasi di sektor konstruksi juga melaporkan

penjualan yang stabil. Hal ini disebabkan belum

adanya pelaksanaan proyek-proyek baru. Di sektor

perdagangan, kinerja penjualan menurut

subsektor cukup dinamis. Kontak perdagangan

retail menginformasikan permintaan domestik

mengalami peningkatan yang lebih tinggi jika

dibandingkan tahun sebelumnya sedangkan

kontak di sektor perdagangan besar menuturkan

bahwa kondisi penjualan sampai saat ini masih

stabil. Namun, Kontak perdagangan otomotif

mengungkapkan bahwa kinerja penjualan pada

periode laporan menurun dibandingkan tahun

Page 62: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 50

2018. Korporasi di sektor industri pengolahan

secara umum menunjukkan kinerja yang

bervariasi. Kontak pengolahan besi beton

menjelaskan bahwa terjadi kenaikan permintaan

pada periode laporan dibandingkan periode sama

tahun sebelumnya. Sedangkan kontak pengolahan

aspal menyatakan terjadi sedikit penurunan

produksi dibandingkan tahun sebelumnya. Daris

sisi ekspor kontak pengolahan feronikel

menunjukkan peningkatan.

Biaya

Tekanan biaya secara umum stabil. Hal ini terlihat

dari nilai likert scale sebesar 0,92; stabil

dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 0,93. Jika

dilihat per komponen, tekanan biaya bahan baku

mengalami sedikit kenaikan dan biaya upah sedikit

penurunan. Sementara itu, biaya energi

mengalami penurunan yang cukup dalam

disebabkan oleh efisiensi area produksi/area

penjualan kontak sehingga berdampak pada

menurunnya biaya produksi per bulannya.

Sektor pertanian mengalami peningkatan biaya.

Kontak komoditas beras mengalami kenaikan

biaya untuk pembelian bahan baku gabah. Selain

itu, peningkatan juga dialami oleh kontak di

subsektor perkebunan . Saat ini biaya pembelian

biji kakao dari pengumpul mengalami sedikit

kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama

tahun lalu. Selanjutnya Kontak menjelaskan bahwa

biaya tenaga kerja yang dikeluarkan mengalami

kenaikan.

Sektor konstruksi mengalami peningkatan biaya.

Kontak menyatakan bahwa terjadi peningkatan

kebutuhan bahan baku karena terdapat bahan

yang didatangkan dari luar negeri. Namun, kontak

mengungkapkan bahwa kenaikan masih bersifat

normal. Biaya tenaga kerja mengalami kenaikan

karena adanya penambahan tenaga kerja

sehubungan dengan target kontak untuk

menyelesaikan pembangunan pada akhir tahun

2019.

Keterangan Skala Likert:

+/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi

+/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal

+/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai dengan Pola Normalnya

+/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya

Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.25 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison

Page 63: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

51

Sektor perdagangan mengalami peningkatan

biaya. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh kontak

perdagangan besar adalah biaya untuk pembelian

persediaan. Kontak menyatakan bahwa biaya

tenaga kerja mengalami peningkatan seiring

dengan naiknya UMK Kota Kendari. Kontak di

sektor pertambangan juga mengkonfirmasi

adanya kenaikan biaya terutama biaya bahan baku

dan biaya energi. Secara umum kontak

menjelaskan bahwa total biaya mengalami

peningkatan jika dibandingkan kondisi di tahun

sebelumnya. Kontak menjelaskan bahwa

peningkatan biaya didorong oleh meningkatnya

kebutuhan biaya bahan baku meliputi sewa dan

shipment, serta biaya energi.

Kontak di sektor industri pengolahan nikel

mengalami kenaikan biaya produksi dan

mengkonfirmasi bahwa peningkatan biaya

tersebut didorong oleh biaya energi yang memiliki

pangsa terbesar dibanding lainnya, sehingga

mendorong kenaikan cash cost/biaya produksi

feronikel per satuan ton.

Margin Keuntungan

Harga jual menurun yang diikuti dengan

penurunan margin. Hal ini ditunjukkan oleh likert

scale harga jual pada triwulan II 2019 yang tercatat

-0,33; lebih rendah dibandingkan likert scale pada

triwulan sebelumnya 0,15. Begitu pula dengan

margin usaha yang menurun dengan likert scale

0,12 setelah pada triwulan sebelumnya tercatat

sebesar 0,76. Hal ini disebabkan oleh adanya

penurunan harga nikel dunia dimana sebagian

besar kontak di sektor pertambangan dan industri

menjual nikel/olahan nikel.

Kondisi likuiditas keuangan korporasi

Berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan II 2019

secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi

terpantau dalam kondisi yang solid. Pada periode

pelaporan persentase responden yang menyatakan

kondisi likuiditas perusahaan dalam kondisi baik

terjaga dari 32,7% pada triwulan lalu menjadi

31,3% pada triwulan ini. Jumlah responden yang

menyatakan kondisi likuiditas perusahaan cukup

tercatat 60,0% pada periode laporan, relatif sama

dengan pangsa triwulan lalu yang tercatat sebesar

60,7%. Sementara itu, terdapat sedikit

peningkatan tekanan terlihat dari meningkatnya

responden yang menyatakan kondisi likuiditas

perusahaan berada pada kondisi yang buruk untuk

memenuhi kebutuhan operasionalnya dari 6,7%

pada triwulan I 2019 menjadi 8,7% pada triwulan

II 2019 (Grafik 4.26).

Dari sisi kondisi rentabilitas, keuangan korporasi

juga terpantau dalam kondisi yang solid. Pada

periode pelaporan persentase responden yang

menyatakan kondisi rentabilitas perusahaan dalam

kondisi baik mengalami penurunan dari 32,7%.

pada triwulan lalu menjadi 25,3%. Jumlah

responden yang menyatakan kondisi rentabilitas

perusahaan cukup meningkat drastis dari 58,7%

pada periode lalu menjadi 66,7% pada periode

pelaporan. Selain itu, penurunan tekanan juga

terlihat dari turunnya responden yang menyatakan

kondisi rentabilitas perusahaan berada pada

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.26 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.27 Perkembangan Kondisi Rentabilitas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara

Page 64: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 52

kondisi yang buruk dari 8,7% pada triwulan I 2019

menjadi 8,0% pada triwulan II 2019 (Grafik 4.27).

4.3.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi

Selain pemetaan risk factor dan kerentanan sektor

korporasi, untuk memitigasi risiko sistemik

diperlukan juga analisis interkoneksi antarsektor.

Dalam usahanya, sektor korporasi sangat terkait

erat dengan sektor perbankan dengan adanya

penempatan DPK korporasi pada perbankan dan

penyaluran kredit perbankan kepada korporasi

untuk modal kerja dan investasi.

4.3.3.1 Dana Pihak Ketiga Korporasi di

Perbankan

Produk simpanan perbankan yang dimanfaatkan

korporasi didominasi produk deposito yang

pangsanya mencapai 49,3%, Produk giro memiliki

proporsi sebesar 38,1% Sementara produk

tabungan hanya memiliki proporsi sebesar 12,6%

(Grafik 4.19).

Berdasarkan perkembangannya, pada triwulan II

2019 DPK Korporasi tumbuh sebesar 12,8% (yoy),

hal ini disebabkan oleh penurunan laju

pertumbuhan pada seluruh produk. Giro korporasi

tercatat tumbuh sebesar 40,4% (yoy),

pertumbuhan tabungan tercatat tumbuh sebesar

50,8% (yoy), sedangkan deposito terkoreksi

sebesar -7,3% (yoy) (Grafik 4.29).

4.3.3.2 Kredit Korporasi dari Perbankan

Eksposur kredit perbankan pada sektor korporasi

pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 18,9% dari

total kredit di Sulawesi Tenggara (berdasarkan

lokasi proyek). Meskipun eksposur kredit

perbankan pada sektor korporasi masih berada di

bawah kredit rumah tangga, namun korporasi

menjadi sumber pendapatan rumah tangga

(melalui jalur tenaga kerja) sehingga gangguan

pada korporasi pada akhirnya berdampak pada

sistem keuangan melalui jalur rumah tangga

tersebut. Dari total kredit yang disalurkan ke

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.29 Pertumbuhan DPK Korporasi di Perbankan Sulawesi Tenggara

Grafik 4.31 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.28 Komposisi DPK Korporasi di Perbankan Sulawesi Tenggara

Grafik 4.30 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi

Page 65: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

53

korporasi di Sulawesi Tenggara, sebagian besar

(71,5%) merupakan kredit investasi dan 28,4%

berupa kredit modal kerja.

Secara nominal, kredit perbankan pada sektor

korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2019 tercatat sebesar Rp5,2 triliun relatif stabil dari

periode sebelumnya dan tercatat tumbuh positif

sebesar 6,6% (yoy) (Grafik 4.31).

Kredit Korporasi berdasarkan Sektor Ekonomi

Unggulan

Secara total, sektor pertanian mendominasi kredit

yang diberikan kepada korporasi di Sulawesi

Tenggara. Pada triwulan II 2019, sebanyak 28,3%

dari kredit korporasi diberikan kepada sektor tersebut

dengan NPL 0%. Baki debit tersebut tumbuh sebesar

286,3% (yoy). Tingkat pertumbuhan yang sangat

tinggi ini melanjutkan tren sebelumnya. Selain itu

sektor pertambangan berada pada posisi kedua

dengan 22,0% pangsa kredit korporasi di Sulawesi

Tenggara dengan NPL yang juga terjaga. Yang perlu

menjadi perhatian adalah sektor perdagangan karena

pada triwulan II 2019 mencatatkan NPL sebesar

10,6% dengan pangsa yang cukup besar, mencapai

12,4%. Namun demikian NPL pada sektor

perdagangan didominasi oleh kredit perdagangan

untuk barang konsumsi (Tabel 4.2).

4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN

(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA

4.4.1. Aset Bank Umum

Secara keseluruhan, aset bank umum yang berada

di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2019

mencapai Rp31,1 triliun, tumbuh 15,2% (yoy)

sedikit lebih rendah dibandingkan periode

sebelumnya, yang tercatat sebesar 15,9% (yoy)

(Grafik 4.32). Moderasi pertumbuhan aset tersebut

dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan aset

pada bank Pemerintah. Berdasarkan pangsanya,

bank pemerintah masih mendominasi industri

perbankan di Sulawesi Tenggara dengan porsi aset

mencapai 84,9% dari total aset bank umum dan

tumbuh sebesar 16,1% (yoy), lebih rendah dari

periode sebelumnya yang berhasil tumbuh

17,6%% (yoy). Sedangkan pangsa total aset bank

Tabel 4.2 Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Korporasi Sektor berdasarkan Sektor dan Jenis

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Baki Debit

(triliun Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Baki Debit

(triliun Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Baki Debit

(triliun Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Pertanian 1486,6 28,6% 295,0% 0,0% 25,4 1,8% 43,1% 0,0% 1461,2 38,3% 307,5% 0,0%

Pertambangan 1211,0 23,3% -37,1% 0,6% 165,5 12,0% -4,3% 3,9% 1045,6 27,4% -40,3% 0,1%

Industri Pengolahan 607,1 11,7% 118,9% 0,1% 58,7 4,3% 13,9% 1,0% 548,4 14,4% 142,9% 0,0%

LGA 128,6 2,5% -2,2% 0,1% 13,4 1,0% 581,0% 0,6% 115,2 3,0% -11,1% 0,0%

Konstruksi 785,6 15,1% 23,8% 3,2% 551,0 40,0% 14,7% 3,9% 234,6 6,2% 52,3% 1,6%

Perdagangan 598,3 11,5% 3,4% 5,8% 502,3 36,4% 6,6% 6,0% 96,0 2,5% -10,7% 4,9%

Perhotelan 217,9 4,2% -4,1% 0,2% 1,6 0,1% 6,1% 33,1% 216,3 5,7% -4,2% 0,0%

Transportasi Komunikasi 43,4 0,8% -25,1% 15,2% 10,8 0,8% -26,4% 0,0% 32,6 0,9% -24,6% 20,3%

Jasa Usaha 18,0 0,3% 34,9% 0,7% 1,5 0,1% 1,8% 0,0% 16,5 0,4% 39,1% 0,7%

Jasa Lainnya 43,3 0,8% -10,1% 5,4% 12,5 0,9% -38,7% 7,1% 30,8 0,8% 10,9% 4,7%

Baki Debit

(triliun Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Baki Debit

(triliun Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Baki Debit

(triliun Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Pertanian 1472,8 28,3% 286,3% 0,0% 15,3 1,0% -24,6% 0,0% 1457,5 39,1% 303,8% 0,0%

Pertambangan 1146,1 22,0% -52,2% 0,6% 174,4 11,8% -79,9% 3,7% 971,7 26,1% -36,5% 0,1%

Industri Pengolahan 600,2 11,5% 115,6% 0,1% 50,6 3,4% 8,8% 1,1% 549,6 14,8% 137,1% 0,0%

LGA 115,7 2,2% -13,1% 0,1% 3,9 0,3% -35,6% 1,9% 111,8 3,0% -12,0% 0,0%

Konstruksi 845,6 16,2% 17,6% 6,2% 614,3 41,5% 8,8% 7,9% 231,3 6,2% 49,9% 1,6%

Perdagangan 646,5 12,4% 13,1% 10,6% 542,8 36,6% 14,1% 11,6% 103,7 2,8% 8,1% 5,4%

Perhotelan 212,1 4,1% -6,8% 0,0% 1,0 0,1% -39,9% 0,0% 211,0 5,7% -6,5% 0,0%

Transportasi Komunikasi 44,6 0,9% -17,7% 14,8% 13,8 0,9% -10,9% 0,0% 30,9 0,8% -20,4% 21,4%

Jasa Usaha 30,6 0,6% 129,0% 0,4% 7,9 0,5% 453,6% 0,0% 22,7 0,6% 90,2% 0,5%

Jasa Lainnya 28,4 0,5% -40,9% 12,8% 9,7 0,7% -43,6% 23,3% 18,8 0,5% -39,4% 7,5%

Sektor

Jun-19

Total Modal Kerja Investasi

Mar-19

Total Modal Kerja InvestasiSektor

Page 66: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 54

swasta nasional tercatat sebesar 15,1% dari total

aset bank umum di Sulawesi Tenggara (Grafik

4.33), tumbuh 10,8% (yoy) dibandingkan periode

sebelumnya sebesar 7,5% (yoy).

Secara spasial, aset perbankan masih

terkonsentrasi di Kota Kendari dengan pangsa

mencapai 59,8% dari keseluruhan aset bank

umum yang ada di Sulawesi Tenggara. Kondisi

tersebut masih menunjukkan bahwa perbankan

masih terkonsentrasi di daerah ibu kota provinsi

sebagai motor penggerak perekonomian. Daerah

selain Kota Kendari yang memiliki aset bank cukup

besar adalah Kabupaten Kolaka dan Kota Bau-Bau

dengan pangsa masing-masing sebesar 11,3%

dan 10,3%. Tingginya aset perbankan di kedua

Kota dan Kabupaten tersebut juga didasari

besarnya kegiatan ekonomi di daerah tersebut.

Sementara itu, beberapa daerah dengan pangsa

aset yang relatif kecil seperti Kabupaten Buton

Utara dan Kolaka Utara mencatat pertumbuhan

aset yang signifikan (Tabel 4.3). Keduanya berhasil

tumbuh diatas 20% (yoy) yaitu sebesar 35,3%

(yoy) dan 22,1 (yoy). Hal tersebut menunjukkan

bahwa perbankan juga melakukan ekspansi bisnis

ke berbagai kabupaten di Sulawesi Tenggara.

Yang perlu menjadi perhatian adalah penurunan

aset yang terjadi di Kabupaten Buton yang bahkan

pada triwulan II 2019 merupakan daerah dengan

aset perbankan terkecil di Provinsi Sulawesi

Tenggara.

4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun

oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2019 mencapai Rp21,7

triliun, tumbuh sebesar 14,0% (yoy) lebih rendah

Tabel 4.3 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, Pertumbuhan Aset secara yoy Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.32 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.33 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank

Tw I 2019 Tw II 2019

Kab. Bombana 354,4 1,1 20,0 9,8

Kab. Buton Utara 263,8 0,8 25,0 35,3

Kab. Konawe Utara 413,9 1,3 18,9 2,7

Kab. Wakatobi 443,6 1,4 19,2 7,1

Kab. Kolaka Utara 380,7 1,2 16,3 22,1

Kab. Konawe Selatan 654,1 2,1 18,7 18,5

Kab. Buton 182,6 0,6 (4,2) (6,5)

Kota Baubau 3.206,1 10,3 8,4 7,3

Kota Kendari 18.597,0 59,8 17,3 17,0

Kab. Kolaka 3.523,9 11,3 11,1 10,2

Kab. Konawe 750,8 2,4 18,7 18,4

Kab. Muna 2.062,6 6,6 10,4 11,1

Kab. Kolaka Timur 244,3 0,8 - -

Sulawesi Tenggara 31.078,0 100,0 15,9 15,2

Aset

(Rp miliar)Pangsa thd Sultra (%)

Pertumbuhan Aset (%, yoy)Kota/Kabupaten

Page 67: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

55

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 16,4% (yoy) Sebagian besar DPK yang

dihimpun oleh bank umum di Sulawesi Tenggara

ditempatkan dalam bentuk tabungan dengan

pangsa 47,7%. Sedangkan untuk giro dan

deposito pada triwulan II 2019 masing-masing

tercatat memiliki pangsa pasar sebesar 27,4% dan

24,9% (Grafik 4.34).

Bila dilihat dari sisi pertumbuhan per komponen,

pada triwulan II 2019, penurunan pertumbuhan

DPK disebabkan oleh penurunan pertumbuhan

tabungan dan deposito yang masing-masing

tumbuh sebesar 10,3% (yoy) dan 6,8% (yoy).

Penurunan lebih jauh diredam oleh akselerasi

pertumbuhan giro yang tercatat sebesar 29,7%

(yoy) (Grafik 4.35).

Performa yang baik dari produk giro baik dari sisi

nominal maupun pertumbuhan dapat

mengindikasikan bahwa tersedianya likuiditas

perusahaan di Sulawesi Tengara untuk melakukan

transaksi. Hal ini sangat wajar mengingat bahwa

ke depannya realisasi APBD untuk pembangunan

akan diakselerasi.

Tabungan

Pada triwulan II 2019, nilai tabungan masyarakat

di Sulawesi Tenggara sampai dengan periode

laporan mencapai Rp10,3 triliun, naik dari periode

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp10,1 triliun.

Namun demikian, pertumbuhan tersebut lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

14,3% (yoy).

Tabel 4.4 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.I = Kredit Investasi, K.K = Kredit Konsumsi

Growth= pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.34 Komposisi DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.35 Pertumbuhan DPK Per Penempatan

Baki Debet

(Miliar Rp)

Pangsa

(%)

Growth

yoy (%)NPL (%) KI KMK KK

Baki Debet

(Miliar Rp)

Pangsa

(%)

Growth

yoy (%)NPL (%) KI KMK KK

Kab. Buton 151,5 0,6 5,9 0,8 0,0 0,0 0,6 156,1 0,6 13,6 0,7 0,0 0,0 0,6

Kab. Muna 1828,1 7,7 14,3 1,1 0,3 2,4 5,0 1877,1 7,7 7,3 1,2 0,3 2,4 5,0

Kab. Kolaka 3156,8 13,3 7,2 1,9 1,3 5,0 7,0 3242,6 13,3 0,2 2,8 1,3 5,0 6,9

Kab. Wakatobi 184,5 0,8 5,7 0,6 0,0 0,0 0,7 190,9 0,8 5,7 0,5 0,0 0,0 0,7

Kab. Konawe 707,4 3,0 18,9 0,3 0,0 0,0 2,9 739,5 3,0 17,6 0,2 0,0 0,0 3,0

Kab. Konawe Selatan 622,7 2,6 18,5 1,4 0,1 0,0 2,5 651,5 2,7 12,7 1,2 0,1 0,0 2,5

Kab. Bombana 332,0 1,4 19,4 0,5 0,0 0,0 1,4 343,2 1,4 10,0 0,3 0,0 0,0 1,4

Kab. Kolaka Utara 343,3 1,4 17,0 0,1 0,0 0,1 1,4 365,8 1,5 21,2 0,2 0,0 0,1 1,4

Kab. Buton Utara 175,0 0,7 13,2 0,7 0,0 0,0 0,7 183,5 0,8 10,7 0,9 0,0 0,0 0,7

Kab. Konawe Utara 398,4 1,7 19,1 0,9 0,0 0,0 1,7 404,9 1,7 4,7 0,9 0,0 0,0 1,6

Kab. Kolaka Timur 169,8 0,7 - 0,8 0,0 0,0 0,7 181,6 0,7 - 0,4 0,0 0,0 0,7

Kab. Buton Tengah 0,0 0,0 - - 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 - - 0,0 0,0 0,0

Kota Bau-Bau 2247,6 9,4 13,0 0,6 0,9 2,8 5,7 2356,6 9,6 10,8 0,6 0,9 3,0 5,7

Kota Kendari 13475,4 56,6 9,6 3,3 7,8 15,7 33,1 13762,4 56,3 4,8 3,4 7,8 15,7 32,7

Total 23792,5 100,0 11,6 2,4 10,5 26,2 63,4 24455,7 100,0 6,7 2,5 10,5 26,5 63,0

Kabupaten/Kota

Mar-19 Jun-19

Page 68: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 56

Deposito

Penghimpunan dana dalam bentuk deposito di

Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2019 mencapai

Rp5,4 triliun, turun dari periode sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp5,9 triliun. Dari sisi

pertumbuhan, deposit masyarakat Sulawesi

Tenggara tumbuh sebesar 6,8% (yoy) turun dari

periode sebelumnya yang tercatat sebesar 20,6%

(yoy).

Giro

Pada triwulan II 2019, penghimpunan deposito

tercatat mencapai Rp5,9 triliun jauh di atas periode

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,6 triliun.

Dari sisi pertumbuhan, DPK perbankan berupa

Giro tumbuh sebesar 29,7% (yoy) jauh lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu yang

tercatat sebesar 5,6% (yoy).

4.4.3. Penyaluran Kredit

Berbanding terbalik dengan moderasi

pertumbuhan pada dana pihak ketiga, penyaluran

kredit perbankan pada triwulan II 2019 mengalami

akselerasi. Kredit perbankan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan periode sebelum, dari 11,6% (yoy)

menjadi 12,0% (yoy). Jumlah kredit perbankan

yang disalurkan sampai dengan triwulan II 2019

mencapai Rp24,5 triliun (Grafik 4.36).

Dari sisi komposisi, kredit konsumsi masih

mendominasi kredit yang diberikan bank di

Sulawesi Tenggara dengan pangsa mencapai

63,0% sedangkan kredit modal kerja merupakan

kredit produktif terbesar dengan pangsa sebesar

26,5% dari total kredit dan kredit investasi tercatat

sebesar 10,5%.

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank

Serupa dengan DPK, secara spasial, penyaluran

kredit masih terkonsentrasi di Kota Kendari,

dengan pangsa sebesar 56,3% dari seluruh

nominal penyaluran kredit yang dilakukan oleh

perbankan di Sulawesi Tenggara dengan NPL yang

terjaga sebesar 3,4%. (Tabel 4.4). Pertumbuhan

kredit tertinggi dibukukan oleh Kabupaten Kolaka

Utara dengan laju pertumbuhan sebesar 21,2%

(yoy) dan NPL terendah dicatatkan oleh Kabupaten

Kolaka Utara dan Konawe yaitu sebesar 0,2%.

Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya,

perbankan di sebagian besar kabupaten masih

menyalurkan kredit untuk kebutuhan konsumsi

Sedangkan untuk kegiatan produktif, hanya

terdapat 4 daerah yang memiliki pangsa kredit

modal kerja cukup besar yaitu Kota Kendari, Kota

Bau-Bau, Kab. Kolaka dan Kab. Muna.

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Berdasarkan penyaluran kredit menurut sektor

ekonomi, mayoritas mengalami kenaikan

pertumbuhan. Pertumbuhan terbesar dicatatkan

oleh sektor adm. pemerintahan yang mencatatkan

pertumbuhan sebesar 2696,7% (yoy) dan sektor

pertambangan yang mencatatkan pertumbuhan

sebesar 130,4% (yoy). Sektor perdagangan yang

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.36 Pertumbuhan Kredit Bank Umum di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.37 Komposisi Kredit Bank Umum di Sulawesi Tenggara

Page 69: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

57

memiliki pangsa terbesar untuk kategori kredit

produktif (61,9% dari total kredit produktif)

mengalami pertumbuhan positif. Pada triwulan II

2019, kredit di sektor tersebut tumbuh sebesar

11,8% (yoy) lebih tinggi daripada pertumbuhan

pada triwulan I 2019 yang tercatat sebesar 10.4%

(yoy) dengan NPL yang cukup tinggi yaitu sebesar

6,0%. Hal tersebut perlu menjadi perhatian agar

tidak menyebabkan contagion effect ke sektor

lainnya. Sedangkan sektor pertanian yang memiliki

pangsa kedua terbesar yaitu sebesar 10,2%

kembali mencatatkan pertumbuhan double digit

sebesar 42,2% (yoy) dengan NPL yang sangat

rendah yaitu sebesar 1,1%. Hal ini membuka

peluang untuk perbankan untuk merelokasi kredit

dari sektor-sektor yang sudah jenuh dan berisiko

ke sektor yang potensial dan lebih aman (Tabel

4.5).

Non Performing Loan (NPL) per Jenis Kredit

Pada triwulan II 2019, meningkatnya pertumbuhan

penyaluran kredit disertai dengan sedikit

meningkatnya risiko kredit. Peningkatan risiko

kredit tersebut terlihat dari naiknya indikator Non

Performing Loan (NPL) Gross dari 2,37% pada

triwulan I 2019 menjadi 2,52% pada triwulan II

2019 namun angka tersebut masih berada di

bawah threshold 5% (Grafik 4.38).

Tabel 4.5 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi

Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performing Loan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.38 Perkembangan NPL Bank Umum di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.39 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara

Baki Debet

(Miliar Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Baki Debet

(Miliar Rp)Pangsa (%)

Growth

yoy (%)NPL (%)

Pertanian 837,369195 9,7 39,5 1,0 910,88 10,2 42,2 1,1

Pertambangan 96,2499365 1,1 97,8 1,6 110,38 1,2 140,4 1,4

Industri Pengolahan 414,541966 4,8 7,0 2,1 421,13 4,7 11,2 2,5

Listrik Gas 16,8005996 0,2 117,8 0,0 6,58 0,1 -40,3 1,0

Air 6,64240051 0,1 77,7 2,4 6,89 0,1 48,0 2,3

Konstruksi 572,454912 6,6 6,5 7,3 658,19 7,3 3,0 9,0

Perdagangan 5358,28094 61,9 10,4 5,5 5.471,34 61,0 11,8 6,0

Transportasi-Pergudangan 125,206359 1,4 2,2 2,0 133,34 1,5 8,3 2,5

Akomodasi Makan Minum 459,804013 5,3 9,3 4,4 472,37 5,3 13,5 4,8

Informasi Komunikasi 0,95283957 0,0 -44,8 0,5 0,87 0,0 -58,5 0,8

Jasa Keuangan 7,86085343 0,1 76,7 0,0 4,48 0,0 -53,3 0,0

Real Estate 99,7888746 1,2 10,1 4,6 104,67 1,2 12,8 4,5

Jasa Perusahaan 50,9544475 0,6 43,9 1,9 77,69 0,9 104,0 1,3

Adm Pemerintahan 94,4562657 1,1 30269,8 0,0 89,50 1,0 2696,7 0,0

Jasa Pendidikan 31,2239782 0,4 101,7 14,1 33,24 0,4 95,8 13,2

Jasa Kesehatan Sosial 28,2242475 0,3 19,5 0,3 26,06 0,3 10,5 0,0

Jasa Lainnya 451,488603 5,2 40,7 2,6 443,05 4,9 30,6 2,8

Sektor Ekonomi

Mar-19 Jun-19

Page 70: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 58

Pada periode laporan, penyaluran kredit modal

kerja memiliki risiko kredit terbesar yaitu mencapai

5,49%, hal ini perlu diwaspadai mengingat

threshold NPL sebesar 5%. Sedangkan kredit

investasi yang pada triwulan lalu memiliki NPL

sebesar 4,26% mencatatkan perbaikan dengan

NPL yang menurun menjadi 4,16%. Penyaluran

kredit konsumsi memiliki NPL yang selalu terjaga

pada tingkat yang rendah yaitu sebesar 1,00%

pada periode laporan, sedikit lebih rendah dari

periode sebelumnya yang mencatatkan NPL

sebesar 1,07%

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan

intermediasi perbankan adalah indikator Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang menghitung rasio

penyaluran kredit per DPK yang dikelola oleh

perbankan. Pada triwulan II 2019 LDR bank umum

di Sulawesi Tenggara mencapai 112,9%, lebih

rendah daripada triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 114,8%, (Grafik 4.39). Penurunan

LDR tersebut terjadi karena secara peningkatan

nominal DPK lebih tinggi dari pada kenaikan

nominal penyaluran kredit perbankan di Sulawesi

Tenggara. Nilai LDR sebesar 100% berarti seluruh

DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi

Tenggara disalurkan dalam bentuk kredit.

Sedangkan pencapaian pada triwulan II 2019

menunjukkan bahwa dalam rangka menyalurkan

kredit, perbankan di Sulawesi Tenggara

memerlukan dana dari daerah lain. Tingkat LDR

yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat

menjadi sumber kerentanan apabila tidak disertai

dengan tingkat risiko kredit yang terjaga di tingkat

yang aman.

4.4.4. Perbankan Syariah

Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara

masih relatif kecil. Dari sisi aset, perbankan syariah

hanya memiliki aset sebesar Rp1,56 triliun, atau

sebesar 5,0% dari keseluruhan aset bank umum di

Sulawesi Tenggara. Pangsa ini lebih tinggi

dibandingkan periode sebelumnya yang

mencatatkan 4,9% dari pangsa bank umum

(Grafik 4.40). Kondisi yang sama juga terjadi pada

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.40 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.42 Perkembangan Pembiayaan Syariah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.41 Perkembangan DPK Syariah Grafik 4.43 NPF Pembiayaan Syariah

Page 71: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

59

penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan.

Pada triwulan II 2019, pangsa pembiayaan hanya

mencapai 4,4% dari total realisasi pembiayaan

oleh bank umum, sama dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%.

Sedangkan penghimpunan DPK bank syariah

mencapai 4,9% meningkat dibandingkan dengan

periode sebelumnya yaitu 4,7% dari seluruh DPK

perbankan di Sulawesi Tenggara.

Sampai dengan triwulan II 2019, penyaluran

pembiayaan syariah terus mengalami laju

pertumbuhan yang positif. Pada periode laporan

pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,1% (yoy)

dengan baki debet sebesar Rp1,11 triliun, lebih

tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy) (Grafik 4.42).

Sama dengan penyaluran perbankan umum,

penyaluran pembiayaan syariah juga paling banyak

dilakukan untuk penggunaan konsumsi

dilanjutkan modal kerja dan investasi.

Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan pada risiko

pembiayaan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari NPF

(Non Performing Financing) yang tercatat sebesar

4,7% pada triwulan II 2019, lebih tinggi dari

periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,3%,

namun angka tersebut masih berada di bawah

threshold 5%. Baik pembiayaan investasi dan

pembiayaan modal kerja perlu di waspadai karena

masing-masing mencatatkan NPF yang tinggi yaitu

6,2% dan 11,4%.

Selaras dengan akselerasi kinerja pembiayaannya,

penghimpunan DPK perbankan syariah tetap

menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Pada

triwulan II 2019, jumlah DPK bank syariah

mencapai Rp1,06 triliun atau tumbuh sebesar

28,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,5%

(yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh

akselerasi laju pertumbuhan penempatan DPK di

fasilitas deposito yang tumbuh sebesar 35,9%

(yoy), (Grafik 4.41).

4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat

Pada triwulan II 2019, kinerja BPR menunjukkan

perbaikan. Dalam hal akumulasi aset, pada

triwulan II 2019 pertumbuhan aset BPR tercatat

sebesar 3,2% (yoy), lebih tinggi dari periode

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.44 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK BPR di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.45 Perkembangan Kredit BPR di Sulawesi Tenggara Grafik 4.47 Pangsa Kredit BPR per Sektoral

4.8%

13.4%

10.0%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

gDeposito gTabungan gDPK

%, yoy

Page 72: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 60

sebelumnya yang terkontraksi sebesar -0,8% (yoy).

Penghimpunan DPK juga mengalami perbaikan

dengan tumbuh sebesar 10,0% (yoy) atau tercatat

sebesar Rp121,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan periode sebelumnya yang

terkontraksi sebesar -1,2% (yoy) (Grafik 4.46).

Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit, BPR

tetap positif dengan tumbuh sebesar 4,4% (yoy)

dengan nominal total penyaluran kredit sebesar

Rp242,2 miliar (Grafik 4.45).

Dengan kondisi tersebut, LDR BPR pada triwulan II

2019 mencapai 199,1% yang berarti kredit yang

disalurkan oleh BPR menggunakan dana dari

institusi keuangan lainnya. Dengan demikian risiko

yang terjadi pada BPR dapat menyebabkan risiko

pada institusi keuangan lainnya. Sementara itu,

risiko kredit pada BPR sangat tinggi tercermin dari

NPL sebesar 19,8%, jauh di atas threshold .

4.5. AKSES KEUANGAN

4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM

Pada triwulan II 2019, kredit yang diterima oleh

UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi

proyek) mencapai Rp8,16 triliun atau memiliki

pangsa mencapai 27,69% dari total penyaluran

kredit di Sulawesi Tenggara. Kredit kepada UMKM

tersebut, sebagian besar diberikan kepada usaha

kecil sebesar 44,04% dan usaha mikro dengan

pangsa sebesar 34,39%. Sedangkan untuk usaha

menengah memiliki pangsa sebesar 21,57% dari

total kredit UMKM (Grafik 4.48). Sejalan dengan

pertumbuhan kredit perbankan secara umum,

pada triwulan II 2019 laju pertumbuhan kredit

UMKM tercatat sebesar 18,3% (yoy) relatif sama

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan

I 2019 sebesar 18,4% (yoy). Hal ini terjadi karena

seluruh kredit usaha mikro, kecil dan menengah

yang mengalami pertumbuhan double digit

masing-masing menjadi sebesar 19,0% (yoy),

519,8% (yoy) dan 19,8% (yoy) (Grafik 4.49).

Seiring dengan adanya perubahan kebijakan KUR

(Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017, terdapat

peningkatan penyaluran kredit kepada usaha

rakyat. Sampai dengan triwulan II 2019, baki debet

KUR di Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,1 triliun

dengan jumlah debitur aktif mencapai 88.616

nasabah (Grafik 4.60). Penyaluran KUR di Sulawesi

Tenggara masih terkonsentrasi pada usaha di

sektor perdagangan yang mencapai 59,2%.

Sementara itu penyaluran pada sektor primer

seperti ke pertanian dan perikanan sudah

menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu

industri pengolahan dan sektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan minum juga

terus mengalami peningkatan. (Grafik 4.52).

4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk

Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara

terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami

peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio

jumlah rekening DPK terhadap penduduk

angkatan kerja di Sulawesi Tenggara tetap

menunjukkan rasio yang tinggi, pada triwulan II

2019 tercatat sebesar 218,3% (Grafik 4.51). Rasio

yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.48 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.49 Pertumbuhan Kredit UMKM

Page 73: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

61

terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi

Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih

dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga

mengindikasikan adanya penduduk bukan

angkatan kerja yang juga memiliki rekening seperti

siswa sekolah maupun mahasiswa.

Sementara itu, pada triwulan II 2019 rasio jumlah

rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja

di Sulawesi Tenggara masih stabil pada kisaran

22,4% (Grafik 4.53). Masih rendahnya rasio

rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas

pembiayaan masih sedikit digunakan oleh

masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat

ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit di

masa yang akan datang. Upaya pengembangan

akses keuangan memiliki peran penting dalam

menjaga stabilitas sistem keuangan dan

mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara. Oleh karena itu, KPw BI Provinsi

Sulawesi Tenggara berupaya memberikan dan

memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi keuangan

yang bertujuan untuk memberikan informasi

mengenai produk dan jasa keuangan serta

menumbuhkan kesadaran masyarakat pada

umumnya untuk menabung dan melakukan

pengelolaan keuangan.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.50 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.52 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.51 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik 4.53 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja

Page 74: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 62

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 75: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 63

SISTEM PEMBAYARAN

& PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

5

Page 76: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 64

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

NONTUNAI

Terdapat 2 (dua) sistem pembayaran nontunai

yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, yaitu

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan

Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI

RTGS). Sampai dengan selama triwulan II 2019,

kedua sistem tersebut berjalan dengan baik dan

lancar. Penguatan infrastruktur dan kebijakan

sistem pembayaran terus dilakukan oleh Bank

Indonesia secara konsisten dan

berkesinambungan, untuk memitigasi risiko kredit,

likuiditas, dan operasional dalam sistem

pembayaran.

Selama triwulan II 2019, nilai transaksi nontunai di

Sulawesi Tenggara mencapai Rp 3,73 triliun

mengalami pertumbuhan sebesar 39,74% (yoy),

meningkat signifikan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh hanya sebesar

0,97% (yoy) (Grafik 5.1). Namun demikian, jumlah

transaksi nontunai mengalami penurunan 2,94%

(yoy), penurunan ini melanjutkan triwulan

sebelumnya yang terkoreksi sebesar 0,35% (yoy).

Dari preferensi penggunaannya, nilai transaksi

nontunai didominasi oleh penggunaan BI-RTGS

sebesar 54% dan 46% menggunakan SKNBI.

Berbeda dengan periode-periode sebelumnya,

dimana nominal transaksi SKNBI lebih tinggi

daripada BI-RTGS. Hal ini disebabkan oleh

percepatan penyaluran transfer dana dari pusat ke

Pemerintah Daerah sehingga menyebabkan

nominal transaksi RTGS meningkat. Sementara

dari sisi jumlah transaksi, penggunaan SKNBI

mencapai 98,73% sedangkan penggunaan BI-

RTGS hanya sebesar 1,27% (Grafik 5.3). Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

transaksi perekonomian di Sulawesi Tenggara

masih merupakan transaksi ritel dengan rata-rata

sebesar Rp34,90 juta per transaksi. Sementara

untuk transaksi sistem pembayaran nilai besar

yang menggunakan BI-RTGS rata-rata dapat

mencapai sebesar Rp3,18 miliar per transaksi

(Grafik 5.4).

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.4 Rata-rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara

2.770

3.734

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019SKNBI BI-RTGS

Rp miliar

SKNBI BI-RTGS

Transaksi1,27%

Nominal54%

TW II

2019

49.146 49.878

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019SKNBI BI-RTGS

transaksi

Rp34,90

Rp74,86

3035404550556065707580

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Rp J

uta

SKNBI BI-RTGS SP Nontunai

Rp3,18

1,01,52,02,53,03,54,0

Rp m

iliar

Page 77: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 65

Selain penurunan pada transaksi sistem

pembayaran nontunai tersebut, terdapat pula

penurunan aliran transfer dana yang masuk ke

Sulawesi Tenggara dari luar negeri dan begitu pula

sebaliknya. Pada triwulan II 2019, transaksi transfer

dana luar negeri ke Sulawesi Tenggara tercatat

sebanyak Rp23,26 miliar atau -10,01% (yoy),

sementara transaksi ke luar negeri tercatat sebesar

Rp770 juta atau -42,65% (yoy).

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Selama triwulan II 2019, nilai transaksi sistem

pembayaran nontunai melalui SKNBI di Sulawesi

Tenggara mencapai Rp1,72 triliun mengalami

penurunan sebesar 3,99% (yoy). Sementara itu,

total transaksi SKNBI selama periode tersebut

sebesar 48.883 kali, mengalami penurunan secara

moderat sebesar 3,78% (yoy). Dilihat dari sisi

penggunaannya, sebagian besar transaksi kliring

tersebut menggunakan kliring kredit dengan

pangsa sebesar 72,91%, sementara penggunaan

kliring debet hanya sebesar 27,09%. Pada periode

tersebut rata-rata kliring kredit adalah sebesar

Rp40,49 juta per transaksi, sementara kliring debet

hanya sebesar Rp26,32 juta per transaksi.

Kliring kredit secara umum dikenal sebagai transfer

antar bank dan dilakukan secara paperless,

sementara kliring debet dilakukan dengan

menggunakan warkat seperti cek dan bilyet giro.

Peningkatan kemudahan transfer antar bank, baik

melalui teller bank, ATM maupun dengan

penggunaan e-banking maupun sms banking

semakin memperbesar penggunaan kliring kredit.

Dilihat dari sisi perputaran hariannya, transaksi

SKNBI di Sulawesi Tenggara masih berada pada

trend yang stabil dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pada triwulan II 2019, perputaran

kliring mencapai Rp29,13 miliar/hari dengan

jumlah transaksi mencapai 829 transaksi/hari.

Perputaran kliring kredit dapat mencapai Rp21,24

miliar/hari sementara kliring debet mencapai

Rp7,89 miliar/hari (Grafik 5.8).

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di Sultra

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian

1.660

1.719

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring

Rp miliar

72,91%

27,09%

share

222,01 Miliar

Cek Bilyet Giro Lain

175,11 Miliar cek

25,49%

0,22%

Transaksi4662 Cek

13588 BG

41 Lain

Nominal

63,57%

0,06%

306,05 Miliar BG

0,30 Miliar Lain

TW II2019

36,37%

74,29%

48.117 48.883

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Kliring Kredit Kliring Debet

transaksi

37%

63%

share

21,24

7,89

29,13

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring

Rp miliar/ hari

Page 78: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 66

Dalam melakukan transaksi usahanya, pemilik

rekening giro lebih banyak memanfaatkan Bilyet

Giro (BG) daripada cek. Pada triwulan II 2019,

sebanyak 63,57% transaksi kliring debet

menggunakan BG dengan nominal mencapai

Rp306,05 miliar. Sementara itu, pemanfaatan cek

sebanyak 36,37% dengan nilai sebesar Rp175,11

miliar, sedangkan penggunaan warkat lain sebesar

0,06% dari total transaksi kliring debet. Dari sisi

kepatuhan dan risiko kredit, penarikan cek dan BG

kosong mengalami penurunan secara moderat

setelah sebelumnya tercatat sebanyak 367 lembar

menjadi 361 lembar dengan nominal mencapai

Rp12,54 miliar (Grafik 5.9). Dengan demikian,

tingkat penarikan Cek/BG kosong pada triwulan II

2019 sebesar 3,30% dari total penarikan kliring

debet, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya

yang mencapai 2,80%. (Grafik 5.10).

Secara spasial, transaksi SKNBI masih dominan

dilakukan di Kota Kendari dengan pangsa nominal

mencapai 68,84% dari total transaksi kliring di

Sulawesi Tenggara. Total transaksi kliring di Kota

Kendari mencapai Rp1,17 triliun yang

menunjukkan penurunan jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,20

triliun. Kondisi serupa juga terjadi di Kota Bau-Bau

yang mengalami penurunan transaksi kliring

dimana pada triwulan sebelumnya sebesar

Rp265,06 miliar menjadi Rp257,29 miliar dengan

pangsa mencapai 15,08% (Grafik 5.12).

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS

Pada triwulan II 2019 transaksi BI-RTGS di Sulawesi

Tenggara menunjukkan adanya peningkatan yang

cukup tinggi. Pada periode tersebut transaksi

BI-RTGS mencapai Rp2,015 triliun, atau naik

sebesar 128,51% (yoy), jauh lebih tinggi daripada

triwulan sebelumnya sebesar 25% (yoy) (Grafik

5.13). Pemanfaatan sistem pembayaran nontunai

melalui BI-RTGS mengalami peningkatan

disebabkan oleh meningkatnya kinerja lapangan

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten

15,91

361

0

200

400

600

800

1000

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Nominal Transaksi (sb.kanan)

Rp miliar transaksi

Kendari

68,84%

Baubau

15,08%

Muna

13,20%

Konut 2,47% Konawe

0,13%

Bombana

0,28%

TW II2019

5,59%

2,00%

3,30%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Cek BG Total

% tolakan

257,29

225,15

42,08 0

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019Kendari Baubau Muna Konut

Rp miliar

1.174,22 800

1.0001.2001.4001.6001.800

Page 79: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 67

usaha perdagangan, selain itu juga karena adanya

percepatan penyaluran transfer dana dari

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

BI-RTGS merupakan sistem pembayaran nontunai

dengan minimal nilai transaksi sebesar Rp500 juta

sehingga lebih banyak digunakan untuk aktivitas

ekonomi skala besar khususnya dalam jual beli

komoditas.

Sementara itu untuk volume transaksi, pada

triwulan II 2019 tercatat mencapai 634 transaksi.

Dengan demikian pada periode tersebut rata-rata

transaksi BI-RTGS mencapai Rp3,18 miliar, lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar

Rp1,68 miliar.

5.1.3. Penyelenggara Transfer Dana (PTD)

Penyelenggara Transfer Dana diatur dan diawasi

oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No.14/23/PBI/2012 tentang transfer

dana. Transfer dana adalah kegiatan yang

bertujuan untuk memindahkan sejumlah dana dari

pengirim kepada penerima yang dapat berupa

uang tunai maupun melalui rekening. Kegiatan

transfer dana yang dilayani oleh PTD selain bank

dapat berupa transaksi domestik maupun transaksi

luar negeri.

Pada triwulan II 2019, transaksi transfer dana luar

negeri Sulawesi Tenggara mengalami net inflow.

Aliran inflow dari luar negeri ke Provinsi Sulawesi

Tenggara tercatat sebanyak Rp22,58 miliar atau

menurun sebesar 10,01% (yoy), turun

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

Rp22,98 miliar (Grafik 5.15). Aliran inflow ini jauh

lebih besar dibandingkan dengan outflow dana

dari Sulawesi Tenggara ke luar negeri yang tercatat

sebesar Rp770 juta. Namun secara nominal,

transaksi outflow ini menurun sebesar 42,65%

(yoy) (Grafik 5.16).

Sementara itu, pada triwulan II 2019 transaksi

transfer dana domestik di Sulawesi Tenggara

mengalami net outflow. Jumlah aliran dana yang

masuk (inflow) ke Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2019 sebesar Rp15,63 miliar atau

tumbuh sebesar 63,14% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan I 2019 yaitu sebesar

Rp18,88 miliar (Grafik 5.17). Jumlah aliran inflow

ini jauh lebih kecil dibandingkan aliran outflow

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.15 Aliran Transaksi Transfer Dana inflow Dari Luar Negeri

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.16 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Ke Luar Negeri

2.015,14

634

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

0

500

1000

1500

2000

2500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019Nominal Transaksi

Rp miliar transaksi

23.257

12.596

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

15000

17000

19000

21000

23000

25000

27000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2017 2018 2019

Nominal Volume Transaksi Sb Kanan

Rp, Juta Transaksi

34,15

11

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019Rata-rata Harian Nominal Rata-rata harian Transaksi

Rp miliar/hari transaksi/hari

770

211

0

50

100

150

200

250

300

350

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2017 2018 2019

Nominal Volume Transaksi Sb Kanan

Rp, Juta Transaksi

Page 80: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 68

yang tercatat sebesar Rp33,64 miliar, turun

15,29% (yoy) (Grafik 5.18).

5.1.4. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing

Bukan Bank (KUPVA-BB)

Bank Indonesia memiliki wewenang untuk

mengawasi kegiatan jual beli valuta asing bukan

bank dengan pihak lain. Pengawasan ini dilakukan

untuk mencegah terjadinya tindak pidana

pencucian uang, pendanaan terorisme dan

kejahatan lainnya.

Pada triwulan II 2019, transaksi penjualan Uang

Kertas Asing (UKA) di Sulawesi Tenggara

mengalami penurunan 21,56% (yoy). Transaksi

penjualan Uang Kertas Asing didominasi oleh mata

uang Amerika (USD) yang memiliki pangsa 42,4%

dari seluruh transaksi KUPVA pada periode

laporan.

5.1.5. Layanan Keuangan Digital (LKD)

Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan

layanan jasa sistem pembayaran dan Keuangan

yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak

ketiga, serta menggunakan sarana dan perangkat

teknologi berbasis mobile/web dalam rangka

Keuangan inklusif. Agen LKD yang merupakan

perpanjangan tangan dari perbankan yang

diharapkan dapat menyentuh seluruh lapisan

masyarakat terutama unbanked people yang saat

ini masih memiliki pangsa sebesar 59% penduduk

dewasa di Indonesia. Selain itu, agen LKD juga

diharapkan dapat meningkatkan tingkat inklusi

Keuangan yang ditargetkan mencapai 75% pada

tahun 2019.

Pada triwulan II tahun 2019, jumlah agen LKD yang

tersebar di wilayah Sulawesi Tenggara adalah

sebanyak 3.179 agen atau meningkat

dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018

yaitu 2.418 agen (tumbuh sebesar 31,47% (yoy).

Daerah yang memiliki agen terbanyak adalah

Kabupaten Konawe Selatan yaitu sebanyak 600

agen atau 18,9% dari seluruh agen di Sulawesi

Tenggara.

Peningkatan juga terjadi pada jumlah kepemilikan

rekening uang elektronik di Sulawesi Tenggara

yang tercatat 88.530 rekening pada triwulan II

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.17 Aliran Transfer Dana Inflow Domestik Grafik 5.19 Transaksi Pembelian Uang Kertas Asing

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.20 Aliran Transfer Dana Outflow Domestik Grafik 5.20 Pangsa Pembelian Mata Uang Asing per Pecahan

18.884

15.630

43.541

76.312

6.000

16.000

26.000

36.000

46.000

56.000

66.000

76.000

86.000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2017 2018 2019

Nominal Volume Transaksi Sb Kanan

Rp, Juta Transaksi

11,18

1,05

1,56

1,88

2,312,50 2,50

1,49

1,83

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2017 2018 2019

Indeks

33.913 33.642

49.224

48.492

5.00010.00015.00020.00025.00030.00035.00040.00045.00050.00055.000

10000

20000

30000

40000

50000

60000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2017 2018 2019

Nominal Volume Transaksi Sb Kanan

Rp, Juta Transaksi

USD 42,4%

lainnya 7,2% CNY 3,2%JPY 1,6%

SAR 4,8%

TW II

2019

SGD 40,8 %

Page 81: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 69

2019, naik sebesar 5.644,97% (yoy). Kenaikan

yang sangat signifikan ini juga disebabkan oleh

adanya program bantuan sosial non tunai yang

sudah dijalankan di seluruh kabupaten/kota di

Sulawesi Tenggara, sementara pada tahun 2017

program bansos non tunai baru berjalan di 9

(sembilan) kabupaten/kota yaitu Kota Kendari,

Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton, Muna, Kolaka,

Wakatobi, Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Utara

dan Bombana.

Transaksi yang dapat dilakukan di agen LKD terdiri

atas isi ulang, pembayaran tagihan rutin/berkala,

fasilitator registrasi pemegang, transfer person to

person, dan transfer person to account. Dilihat dari

nominal transaksinya, total transaksi di agen LKD

pada triwulan II 2019 adalah Rp44,30 miliar,

meningkat signifikan dibandingkan triwulan I 2018

sebesar Rp1,61 miliar. Transaksi yang paling

banyak dilakukan di agen LKD adalah transfer

antar individu yaitu sebesar Rp20,40 miliar dan

pengisian ulang (top up) sebesar Rp14,42 miliar.

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI

5.2.1. Aliran Uang Kartal

Transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2019

memiliki pola net-outflow, yaitu aliran uang yang

keluar ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara lebih

besar dibandingkan dengan uang yang masuk.

Kondisi tersebut sama dengan pola di tahun

sebelumnya. Outflow pada periode tersebut

mencapai Rp1.981,64 miliar, turun sebesar 13,8%

dibandingkan dengan periode sama tahun

sebelumnya yaitu sebesar Rp2.299,21 miliar.

Sementara itu untuk aliran inflow atau aliran uang

masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara pada

periode yang sama tercatat sebesar Rp1.487,64

miliar, meningkat sebesar 12,3% dibandingkan

dengan periode sama tahun sebelumnya yang

sebesar Rp1.325,09 miliar. Secara keseluruhan,

karena jumlah outflow yang lebih besar daripada

inflow, maka pada triwulan II 2019 terjadi net-

outflow sebesar Rp494,00 miliar (Grafik 5.26).

Kondisi net-outflow tersebut disebabkan

kebutuhan masyarakat yang tinggi atas uang

kartal selama periode HBKN.

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.21 Perkembangan Jumlah Agen LKD di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.23 Perkembangan Rekening Uang Elektronik di Sulawesi Tenggara

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.22 Aliran Transfer Dana Outflow Domestik Grafik 5.24 Jenis Transaksi Yang Dilakukan di Agen LKD

10 60 250

62

2.343 2.418

2.895

2.373

2.888

3.179

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

145 164 303 883 693 1.541 2.930 4.406

65.099

88.530

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Baubau 3,2%

Buton 12,4%

Kolaka 18,1%Wakatobi 1,4%

Konsel 18,9%

Bombana 5,7%

Kolut 5%,5

Muna 8,9%

Lainnya 9,1%

Kendari 16,8%

TW II

2019

- 10.000.000.000 20.000.000.000 30.000.000.000

Isi Ulang

Pembayaran Tagihan

Tarik Tunai

Fasilitator Registrasi

Transfer P2P

Transfer P2A

Tw II Tw I

Page 82: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 70

Untuk memperluas cakupan layanan kas ke

seluruh wilayah Sulawesi Tenggara, Bank

Indonesia melaksanakan kegiatan Kas Titipan,

yaitu penyediaan uang rupiah milik Bank Indonesia

yang dititipkan kepada salah satu bank untuk

mencukupi persediaan kas bank-bank dalam

rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu

wilayah/daerah tertentu. Saat ini sudah terdapat 3

(tiga) Kas Titipan yaitu Kas Titipan Bau-Bau, Kas

Titipan Kolaka, dan Kas Titipan Muna yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Uang

Layak Edar (ULE) dan meningkatkan kualitas uang

yang beredar di daerah tersebut.

Pada triwulan II 2019, penarikan perbankan dari

Kas Titipan Bau-Bau, Kolaka dan Muna

berlangsung efektif sekitar 43,5% dari akumulatif

penarikan bank se-Sultra. Realisasi penarikan pada

kas titipan tersebut didominasi oleh Kas Titipan

Baubau sebesar 19,1%, Kas Titipan Kolaka sebesar

13,3% dan Kas Titipan Muna yang sebesar 10,4%

(Grafik 5.27). Dengan semakin tersebarnya

layanan kas titipan, maka masyarakat dapat lebih

mudah dan cepat mendapatkan uang kartal dalam

jumlah nominal yang cukup serta kondisi Uang

Layak Edar (ULE) dengan kualitas yang lebih baik.

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara berkala terus menjaga

ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat,

yaitu uang rupiah asli yang memenuhi persyaratan

untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penyediaan uang

rupiah yang berkualitas sangat penting untuk

menjaga integritas rupiah sebagai salah satu

simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Selain itu, ULE akan memberikan kenyamanan

dalam bertransaksi bagi masyarakat. Uang rupiah

dinyatakan tidak layak edar berdasarkan standar

Bank Indonesia apabila kondisinya telah berubah,

antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan

coretan atau uang yang fisiknya berubah karena

terbakar, berlubang atau robek.

Tidak hanya melalui penukaran di kantor Bank

Indonesia, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga

memperluas jaringan pelayanan penukaran uang

pecahan kecil dan uang lusuh/rusak dari

masyarakat melalui penandatanganan MoU

dengan Perbarindo Sultra. KPw BI Provinsi Sulawesi

Tenggara juga tetap berupaya secara langsung

menyediakan uang layak edar melalui pelayanan

penukaran uang cacat, rusak, dicabut dan ditarik

dari peredaran pada hari kerja tertentu. Pada

triwulan II 2019, kegiatan penukaran uang di loket

BI mencapai Rp1,11 miliar, turun sebesar 36,4%

dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

Rp1,75 miliar. Hal ini didukung oleh efektif dan

optimalnya mekanisme layanan penukaran uang

pecahan kecil yang juga dilaksanakan di loket

perbankan.

Selain itu, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga

melakukan kegiatan Kas Keliling di dalam kota

maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Ket: Lain = Penukaran, Kas Keliling dan Penarikan Non bank

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.25 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.26 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

-2500

-1500

-500

500

1500

2500

3500

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Inflow Outflow g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)

%, yoyRp Miliar

494.0

(1,500.0)

(1,000.0)

(500.0)

-

500.0

1,000.0

1,500.0

2,000.0

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Rp Miliar

net inflow

net outflow

Page 83: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 71

terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan

perbankan. Kas Keliling adalah kegiatan

penukaran uang rupiah oleh Bank Indonesia

kepada masyarakat atau pihak lain yang

melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia

dengan menggunakan moda transportasi;

dilakukan dengan mekanisme retail (kepada

masyarakat umum) dan wholesale (kepada

perbankan). Selama bulan April hingga Juni 2019,

kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 23

kegiatan, dengan rincian 3 kegiatan di luar Kota

Kendari dan 20 kegiatan di dalam Kota Kendari.

Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut dilakukan

di Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka

Utara.

Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang yang

beredar di masyarakat dalam kondisi yang baik,

Bank Indonesia juga secara berkala melakukan

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

(UTLE). Pada triwulan II 2019, jumlahnya mencapai

Rp311,9 miliar, dengan rasio 21,0% terhadap

inflow di periode yang sama (Grafik 5.29). Hal

tersebut sejalan dengan kebijakan clean money

policy melalui peningkatan standar kualitas uang

(soil level1) yang diedarkan. Tingkat soil level untuk

Uang Pecahan Besar (UPB) di Sulawesi Tenggara

dituntut pada minimal level 9 dan Uang Pecahan

Kecil (UPK) pada minimal level 7.

1Soil Level yang digunakan Bank Indonesia memiliki kisaran soil level 1 sampai dengan 16. Soil level 1 adalah uang yang sangat tidak layak

edar dan soil level 16 adalah uang hasil cetak sempurna (HCS) dari Perum Peruri.

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli

Pecahan besar masih mendominasi peredaran

uang tidak asli yang ditemukan pada triwulan II

2019. Selama periode tersebut, telah ditemukan

uang tidak asli sebanyak 13 lembar, mengalami

penurunan dibandingkan dengan penemuan pada

periode yang sama tahun sebelumnya yang

mencapai 23 lembar. Temuan uang tidak asli

selama triwulan II 2019 didominasi oleh pecahan

uang Rp100.000,- sebanyak 11 lembar dan 2

lembar pecahan uang Rp50.000,- (Grafik 5.30).

Temuan uang tidak asli tersebut hanya berasal dari

laporan bank.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran

uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi

masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah,

KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga senantiasa

melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang

rupiah dan cara memperlakukan uang dengan baik

secara kontinu kepada seluruh komponen di

Sulawesi tenggara di setiap kegiatan yang

dilakukan Bank Indonesia maupun bersama

stakeholder dalam berbagai kegiatan lainnya

melalui slogan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang).

Selain itu untuk menjaga kualitas uang beredar,

Bank Indonesia juga mengampanyekan 5 Jangan

dalam memperlakukan uang, yakni jangan

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.27 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas Grafik 5.28 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara

55.50% 56.53%

0.05%

19.06%

28.13%

13.34%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

KENDARI KASTIP BAUBAU KASTIP MUNA KASTIP KOLAKA LAIN-LAIN

11.42 -

10.00

20.00

30.00

40.00

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

PENUKARAN KAS KELILING

Rp miliar

Page 84: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 72

distaples, jangan dibasahi, jangan dilipat, jangan

dicoret, dan jangan diremas.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.29 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow Grafik 5.30 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan

0

20

40

60

80

100

120

140

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

Pemusnahan Rasio Pemusnahan/Inflow (sb.kanan)

Rp, Miliar Rasio (%)

83.33

%

8.33%

Pecahan 100.000 Pecahan 50.000

Page 85: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 73

KONDISI TENAGA KERJA

& KESEJAHTERAAN

6

Page 86: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 74

6.1. GAMBARAN UMUM

Kondisi ketenagakerjaan masyarakat Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2019 sedikit memburuk

dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi tersebut

terutama berasal dari penawaran tenaga kerja yang

menurun dan diiringi dengan penurunan

penyerapan tenaga kerja. Disisi lain kesejahteraan

masyarakat Sulawesi Tenggara pada triwulan ke II

mengalami perbaikan dibandingkan periode

sebelumnya yang terlihat dari peningkatan indeks

penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP)

pada periode tersebut menunjukkan adanya

peningkatan pada kesejahteraan masyarakat.

6.2. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2019 diindikasikan mengalami penurunan

dipengaruhi oleh melemahnya permintaan terhadap

tenaga kerja (demand of labor) diikuti juga dengan

penurunan dari sisi penawaran tenaga kerja (supply

of labor).

Permintaan Tenaga Kerja

Penurunan permintaan tenaga kerja terindikasi dari

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja hasil Survei

Konsumen (SK) pada triwulan II 2019 tercatat

sebesar 123,0 menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 136,0. (Grafik 6.1).

Indeks yang berada di atas 100,0 menunjukkan

optimisme masyarakat terhadap kondisi

perekonomian Sulawesi Tenggara pada periode

mendatang.

Selain itu, penurunan pada kondisi ketenagakerjaan

Sulawesi Tenggara juga tercermin dari Indeks

Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja oleh pelaku

usaha yang mengalami penurunan cukup signifikan

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU). Indeks Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja

pada triwulan II 2019 tercatat sebesar -4,67%, yang

menunjukkan bahwa pada periode tersebut jumlah

pelaku usaha yang mengalami penurunan

penggunaan tenaga kerja lebih besar dari pada

jumlah pelaku usaha yang mengalami peningkatan

tenaga kerja. Kondisi tersebut mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan kondisi di

triwulan sebelumnya yang mencatat indeks sebesar

4,6% (Grafik 6.1).

Berdasarkan jenis usahanya, penurunan

penggunaan tenaga kerja terjadi di hampir semua

sektor ekonomi. Terbesar pada sektor

pertambangan dan sektor listrik, gas dan air yang

mengungkapkan bahwa seluruh pelaku usaha

mengalami penurunan tenaga kerja, sektor hotel &

resto sebesar 67% pelaku usaha yang mengalami

penurunan dan sektor bank dan jasa keuangan serta

konstruksi sebesar 50% pelaku usaha yang

mengalami penurunan tenaga kerja. Selain itu

disektor industri dan perdagangan berturut-turut

sebesar 43% dan 25% pelaku usaha mengalami

penurunan tenaga kerja. Penurunan penggunaan

tenaga kerja tersebut didorong oleh penurunan

aktivitas produksi, efisiensi, luas dan produksi lahan,

keberhasilan panen, kapasitas penyimpan, harga

Sumber: SK & SKDU KPw BI Sultra, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah

Grafik 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Grafik 6.2 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha

-4.67%

123,0

50

70

90

110

130

150

-0.08

-0.06

-0.04

-0.02

0

0.02

0.04

0.06

0.08

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019Indeks Penggunaan Tenaker - Sisi Pelaku Usaha

Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan-Sisi RT (sb.kanan)

Indeks SBT, Indeks

90%

43%

3%

57%

50%

75%

33%

100%

50%

25%

7%

100%

43%

25%

67%

0%

50%

32%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

1. Pertanian

2. Pertambangan

3. Industri

4. Listrik, Gas & Air

5. Konstruksi

6. Perdagangan

7. Hotel & Resto

8. Real Estate

9. Bank & Jasa Keuangan

SULTRA

Tetap Naik Turun

Page 87: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 75

pembelian barang atau jasa, investasi

mesin/peralatan/teknologi dan musiman. Meskipun

demikian, penurunan ini sedikit tertahan karena

terdapat beberapa pelaku usaha di seluruh sektor

yang mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja

(Grafik 6.2).

Meskipun demikian, penurunan penyerapan tenaga

kerja sedikit tertahan apabila dilihat dari tenaga kerja

yang disertakan berdasarkan investasi swasta dalam

bentuk PMA (Penanaman Modal Asing) maupun

PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Pada

triwulan II 2019, realisasi investasi swasta yang

dilakukan di Sulawesi Tenggara menyerap tenaga

kerja sebesar 2.720 jiwa, yaitu 76,9% berasal dari

investasi PMA dan sebesar 23,1% berasal dari

investasi PMDN (Grafik 6.3). Penyerapan tersebut

lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang dapat mencapai 1.744 tenaga

kerja baru.

Penawaran Tenaga Kerja

Pada triwulan II 2019, kondisi penawaran tenaga

kerja di Sulawesi Tenggara menunjukkan sedikit

penurunan. Hal ini dicerminkan dengan adanya

penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

pada Februari 2019 yaitu sebesar 71,62%, lebih

rendah daripada kondisi di bulan Februari 2018

sebesar 72,73%. Hal ini mengindikasikan bahwa

kenaikan penduduk usia kerja yang lebih tinggi

dibandingkan kenaikan angkatan kerja (Tabel 6.1).

Penduduk yang memilih untuk masuk ke dalam

angkatan kerja tersebut terlihat dari adanya

peningkatan jumlah angkatan kerja sebesar 0,77%

(yoy) sehingga pada bulan Februari 2019 jumlahnya

mencapai 1.296.494 jiwa (Grafik 6.4). Selain itu,

penduduk dengan katagori bukan angkatan kerja

mengalami kenaikan sebesar 6,54% yoy atau

menjadi 513.851 jiwa. Kenaikan tersebut terjadi

pada jumlah penduduk sekolah sebesar 1,1% (yoy).

Sumber: National Single Window for Investment), diolah

Sumber: Sumber: BPS (Sakernas Februari), diolah

Tabel 6.3 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan dari Sisi Tenaga Kerja

Grafik 6.4 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS (Sakernas Februari), diolah

Sumber: BPS diolah (Sakernas Februari)

Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Di Sulawesi Tenggara

Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor

444

1369

4669

18161116

209229

21

280628

628

0

1000

2000

3000

4000

I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019

PMA PMDN

orang

JENIS KEGIATAN 2018 2019

Penduduk Usia Kerja 1.768.949 1.810.345

Angkatan Kerja 1.248.212 1.296.494

Bekerja 1.207.488 1.258.102

Pengangguran 40.724 38.392

Bukan Angkatan Kerja 540.663 513.851

Sekolah 165.099 167.054

Mengurus Rumah Tangga 318.807 298.083

Lainnya 56.757 48.714

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 72,73 71,62

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2,79 2,96

37.10

2.78

9.74

0.615.12

17.12

3.28 3.92 5.818.22

2.88

0

10

20

30

40

Pert

ania

n

Ta

mba

ng

Industr

i

LG

A

Kon

stru

ksi

Perd

aga

nga

n

Tra

npo

rtasi

Akom

odasi &

Mkan

Min

um

Jasa

Pen

did

ika

n

Adm

inis

trasi

Pem

eri

nta

han

Jasa

La

inn

ya

Feb-18 Feb-19

%, pangsa

Page 88: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 76

Kondisi Penduduk Bekerja & Pengangguran

Data Sakernas Februari 2019 mencatat bahwa

jumlah penduduk yang bekerja mencapai 1.258.102

jiwa, mengalami peningkatan sebesar 4,19% (yoy)

dibandingkan kondisi Februari 2018. Jika dilihat dari

penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian masih

mendominasi sebesar 37,10% disusul oleh sektor

jasa perdagangan sebesar 17,12% dan sektor

industri pengolahan 9,74% (Grafik 6.5)

Sementara itu, jumlah pengangguran pada bulan

Februari 2019 adalah sebanyak 38.392 jiwa,

berkurang sebanyak 2.332 jiwa atau menurun

sebesar 5,72% (yoy) dibandingkan dengan kondisi

tahun sebelumnya. Dengan mempertimbangkan hal

tersebut, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di

Sulawesi Tenggara pada bulan Februari 2019

tercatat sebesar 2,96%, meningkat dibandingkan

dengan kondisi pada bulan Februari 2018 yang

tercatat sebesar 2,79%.

Secara spasial, dengan menggunakan data

sebelumnya (Agustus 2018), tingkat pengangguran

terbesar justru terdapat di daerah perkotaan yaitu di

Kota Kendari (TPT 6,04%) dan Kota Bau-Bau (TPT

5,75%). Selain wilayah perkotaan, terdapat 4

kabupaten lain yang memiliki TPT diatas TPT

Sulawesi Tenggara, yaitu Kab. Muna, Kab. Konawe

Utara, Kab. Buton Tengah dan Kab. Buton Selatan

(Grafik 6.6).

6.3. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Tenggara juga mengalami perbaikan pada triwulan

II 2019. Hal ini terlihat dari peningkatan Nilai Tukar

Petani (NTP), tingkat penghasilan masyarakat, dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada periode

tersebut. Indikasi peningkatan tingkat penghasilan

masyarakat terlihat dari hasil Survei Konsumen yang

dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara

yang menunjukkan Indeks Penghasilan Konsumen

(IPK) tercatat sebesar 145,7 pada triwulan II 2019,

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 yaitu

sebesar 156,3 (Grafik 6.7). Meskipun cenderung

mengalami penurunan, nilai IPK yang berada di atas

Sumber: BPS Prov Sultra (Sakernas Agustus)

Sumber: BPS Prov. Sultra, diolah

Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara

Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.7 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.9 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara

95.8

91.8

92.3

106,08

117,70

94.2

90.6

90.6

84.9

105.9

116.6

70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0

Total

Tanaman Pangan

Hortikultura

Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

2019 II 2019 I

145.7

152.7

110

120

130

140

150

160

170

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Indeks Penghasilan Saat ini Indeks Ekspektasi Penghasilan

SBT

70.05 71.82

231.80 230.76

11.32 11.24

10

11

12

13

14

0

50

100

150

200

250

300

350

Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Mar-19

Penduduk Miskin Desa

Penduduk Miskin Kota

ribu jiwa %

Page 89: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 77

100 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga

yang mengalami peningkatan penghasilan masih

lebih besar daripada jumlah rumah tangga yang

mengalami penurunan penghasilan. Peningkatan

penghasilan yang diiringi dengan inflasi yang

terkendali dapat meningkatkan daya beli masyarakat

dan kesejahteraan masyarakat.

Nilai Tukar Petani (NTP)

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sektor

pertanian merupakan sektor penyerap tenaga kerja

terbesar di Sulawesi Tenggara. NTP merupakan suatu

indikator kemampuan petani untuk memenuhi

keperluan memproduksi produk pertanian,

dibandingkan dengan penghasilan yang diterima

dari aktivitas produksi tersebut. Penghasilan petani

merupakan salah satu tolok ukur dalam menentukan

kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor

pertanian. Pada triwulan II 2019, NTP Sulawesi

Tenggara tercatat sebesar 95,8 mengalami

perbaikan dibandingkan dengan triwulan I 2019

yang tercatat sebesar 94,2 (Grafik 6.8). Perbaikan

NTP tersebut disebabkan oleh peningkatan pada

indeks harga yang dibayarkan oleh petani, yaitu dari

131,86 pada triwulan I 2019 menjadi 134,68 pada

triwulan II 2019 sementara indeks yang diterima oleh

petani mengalami kenaikan, yaitu dari 124,19 pada

triwulan I 2019 menjadi 127,10 pada triwulan II

2019. Secara sektoral, perbaikan NTP terjadi pada

subsektor perikanan, peternakan, perkebunan

rakyat dan hortikultura yang masing-masing

mencatatkan NTP sebesar 117,70; 106,08; 92,3 dan

91,8. Meskipun demikian, NTP yang berada di

bawah 100 tersebut menunjukkan bahwa rumah

tangga yang bergerak di lapangan usaha pertanian

secara umum masih harus mengeluarkan uang lebih

besar daripada total pendapatannya. Selain itu,

terdapat subsektor pertanian yang masih dapat

mencatatkan NTP di atas 100 yaitu perikanan dan

peternakan, yang masing-masing memiliki NTP

sebesar 117,70 dan 106,08. Hal tersebut

menunjukkan bahwa nelayan dan peternak dapat

mencukupi kebutuhannya dengan mengandalkan

hasil tangkapan atau ternaknya saja (Grafik 6.8).

Kemiskinan

Data terkini BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

mencatat bahwa penduduk miskin pada bulan Maret

2019 (rilis bulan Juli 2019) tercatat sebanyak 302,58

ribu orang atau sebesar 11,24% dari total penduduk

Sulawesi Tenggara (Grafik 6.9). Tingkat kemiskinan

tersebut menurun dibandingkan bulan Maret 2018

yang tercatat sebanyak 11,32%. Mayoritas

penduduk miskin pada Maret 2019, 76,26% atau

230,76 ribu jiwa berada di daerah pedesaan

sedangkan sisanya sebesar 23,75% atau 71,82 ribu

jiwa berada di perkotaan. Penurunan kondisi

kemiskinan pada daerah perkotaan dan daerah

pedesaan terjadi di tengah peningkatan garis

kemiskinan. Selama periode September 2018 hingga

Maret 2019, Garis Kemiskinan naik sebesar 7,83%,

yaitu dari Rp303.618/kapita per bulan pada Maret

2018 menjadi Rp327.402/kapita per bulan pada

Maret 2019. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

program pengentasan kemiskinan oleh Pemerintah

relatif berhasil karena meskipun terjadi peningkatan

garis kemiskinan namun justru terjadi penurunan

tingkat kemiskinan. Kondisi tersebut ditopang oleh

terjadinya perbaikan kinerja lapangan usaha

pertanian yang merupakan lapangan usaha dengan

penyerapan tenaga kerja tertinggi di Sulawesi

Tenggara sehingga mampu mendorong

peningkatan perekonomian masyarakat secara

menyeluruh. Meskipun demikian, konsentrasi

jumlah penduduk miskin di pedesaan menjadi

tantangan pembangunan ekonomi oleh pemangku

Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.10 Gini Rasio Sulawesi Tenggara

0.406

0.361

0.399

0.3

0.32

0.34

0.36

0.38

0.4

0.42

0.44

Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret

2016 2017 2018 2019

Perkotaan Pedesaan SULTRA

Page 90: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 78

kepentingan khususnya pemerintah daerah,

mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi

Tenggara yang dominan berada di daerah pedesaan

khususnya di sektor primer yaitu sektor pertanian.

Ketimpangan Pengeluaran

Seiring dengan menurunnya kondisi

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat,

kondisi ketimpangan pengeluaran penduduk

Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan. Hal

ini tercermin dari adanya peningkatan gini ratio

bulan September 2018 sebesar 0,392 menjadi 0,399

pada Maret 20191. Berdasarkan daerah tempat

tinggalnya, peningkatan gini ratio terjadi di daerah

perkotaan. Untuk daerah perkotaan gini ratio pada

September 2018 tercatat sebesar 0,410, sedikit

menurun menjadi sebesar 0,406 pada periode Maret

2019. Sementara untuk daerah pedesaan gini ratio

sedikit menurun 0,356 pada bulan September 2018

menjadi 0,361 pada bulan Maret 2019.

Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur

keberhasilan dalam upaya membangun kualitas

hidup manusia. Selama periode 2017 hingga 2018,

komponen pembentuk IPM juga mengalami

peningkatan. Pertama, bayi yang baru lahir memiliki

peluang untuk hidup hingga 70,72 tahun,

meningkat 0,25 tahun dibandingkan tahun

sebelumnya. Kedua, anak-anak usia 7 tahun

memiliki peluang untuk bersekolah selama 13,53

tahun, meningkat 0,17 tahun dibandingkan dengan

tahun 2017. Ketiga, penduduk usia 25 tahun ke atas

1 Data kemiskinan dirilis setiap 6 bulan oleh BPS dengan

data Maret dirilis pada bulan Juli dan data September

dirilis pada bulan Januari.

secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama

8,69 tahun, meningkat 0,23 tahun dibandingkan

tahun sebelumnya. Selain itu, pengeluaran per

kapita (harga konstan 2012) masyarakat telah

mencapai Rp9,262 juta pada tahun 2018, meningkat

Rp168 ribu dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan pada seluruh komponen tersebut

menjadi faktor yang mendorong peningkatan IPM di

Sulawesi Tenggara, yaitu dari 69,86 pada tahun

2017 menjadi 70,61 pada tahun 2018 atau

mengalami peningkatan sebesar 1,07% dan

merupakan peningkatan tertinggi sejak tahun 2011.

Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen 2011 – 2018

Sumber: BPS (Sakernas)

KOMPONEN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Tahun 69.85 70.06 70.28 70.39 70.44 70.46 70.47 70.72

Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12.30 12.45 12.45 12.78 13.07 13.07 13.36 13.53

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 7.67 7.76 7.93 8.02 8.18 8.32 8.46 8.69

Pengeluaran Per Kapita Rp ribu 8,249 8,396 8,537 8,555 8,697 8,697 9,094 9,262

IPM 66.52 67.07 67.55 68.07 68.75 69.31 69.86 70.61

Pertumbuhan IPM % 0.80 0.82 0.72 0.78 0.99 0.81 0.79 1.07

Page 91: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 79

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

7

Page 92: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 80

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN

NASIONAL

7.1.1. Prospek Perekonomian Global

Perekonomian global pada tahun 2019

diperkirakan akan mengalami perlambatan

pertumbuhan dibandingkan dengan tahun 2018.

Berdasarkan hasil World Economic Outlook yang

diterbitkan oleh IMF pada Juli 2019, perekonomian

global pada tahun 2019 akan tumbuh sebesar

3,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan tahun 2018 yang diperkirakan

sebesar 3,6% (yoy). Proyeksi tersebut juga sedikit

mengalami penurunan dibandingkan proyeksi

sebelumnya pada April 2019 yang diperkirakan

akan tumbuh sebesar 3,3% (yoy).

Perekonomian global diperkirakan akan lebih

lambat dibandingkan dengan proyeksi

sebelumnya. Hal ini bersumber dari melambatnya

pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang,

yang tahun 2019 diperkirakan akan tumbuh

sebesar 4,1% (yoy), lebih rendah dari perkiraan

pada April 2019 yang sebesar 4,4% (yoy) dan

pertumbuhan ekonomi negara berkembang tahun

2018 yang sebesar 4,5% (yoy). Perlambatan

tersebut terjadi dipengaruhi oleh perlambatan

ekonomi yang terjadi di Tiongkok dan India.

Tiongkok diperkirakan akan mengalami

perlambatan pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi pada

April 2019 yang sebesar 6,3% (yoy) dan

pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang sebesar

6,4% (yoy). Perang dagang yang terjadi antara

Tiongkok dan Amerika Serikat mulai memberikan

dampaknya terhadap perekonomian Tiongkok.

Dampak perang dagang juga mempengaruhi

permintaan dari negara-negara lain turut

meningkatkan tekanan terhadap perekonomian

Tiongkok ditengah perlambatan perekonomian

yang telah diperkirakan terjadi sebelumnya.

Namun kebijakan yang diterapkan oleh

pemerintah Tiongkok ditengah perlambatan

ekonomi yang terjadi secara merata tersebut

diperkirakan mampu menjaga pertumbuhan

perekonomian Tiongkok pada level yang cukup

tinggi. Sementara itu, koreksi pertumbuhan

ekonomi lebih dalam terjadi pada perekonomian

India yang diperkirakan akan tumbuh sebesar

7,0% (yoy), mengalami penurunan sebesar 0,3%

dibandingkan dengan proyeksi pada April 2019

meskipun masih mengalami akselerasi jika

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

India pada tahun 2018 yang sebesar 6,8% (yoy).

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber: World Economic Outlook-IMF Juli 2019

AS

2018: 2,9

2019: 2,6

2020: 1,9

EROPA

2018: 1,9

2019: 1,3

2020: 1,6

TIONGKOK

2018: 6,6

2019: 6,2

2020: 6,0

JEPANG

2018: 0,8

2019: 0,9

2020: 0,4

INDIA

2018: 6,8

2019: 7,0

2020: 7,2

Page 93: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 81

Rendahnya konsumsi domestik menjadi sumber

utama koreksi perekonomian India.

Koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi

juga terjadi pada negara maju meskipun

mengalami koreksi positif. Pada April 2019,

perekonomian negara maju pada tahun 2019

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan

sebesar 1,8% (yoy) dan mengalami peningkatan

pada proyeksi Juli 2019 menjadi 1,9% (yoy).

Koreksi positif tersebut didukung oleh

pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang

mengalami koreksi positif sebesar 0,3%, yaitu dari

2,3% (yoy) pada April 2019 menjadi 2,6% (yoy)

pada Juli 2019. Masih terjaganya kinerja ekspor

dan perbaikan impor menjadi indikator utama

yang mendorong terjadinya koreksi positif pada

perekonomian Amerika Serikat. Namun

permintaan domestik yang cenderung mengalami

penurunan seiring dengan masih cukup tingginya

tensi perang dagang memberikan dampak

terhadap perekonomian Amerika Serikat yang

diperkirakan akan mengalami perlambatan pada

tahun 2019 dibandingkan dengan periode

sebelumnya.

Perlambatan perekonomian negara maju juga

dipengaruhi oleh perlambatan pada kawasan

Eropa yang diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan sebesar 1,3% (yoy) pada tahun

2019, melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan pada tahun 2018 yang sebesar

1,8% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi pada

beberapa negara seperti Jerman, Perancis dan

Italia. Jerman diperkirakan akan mengalami

perlambatan pertumbuhan ekonomi seiring

dengan kinerja ekspor yang mengalami

perlambatan dan berimbas pada kinerja investasi di

negara tersebut. Sementara itu, masih

bergantungnya pada kinerja fiskal menjadi faktor

utama perlambatan pertumbuhan ekonomi di

Perancis. Italia juga diperkirakan akan mengalami

perlambatan pertumbuhan ekonomi seiring

dengan terbatasnya kinerja fiskal dan

pemberlakuan bea atas investasi. Perlambatan

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 juga

diperkirakan terjadi di United Kingdom,

disebabkan oleh ketidakpastian realisasi Brexit.

Meskipun demikian, perlambatan yang terjadi

pada perekonomian negara maju diperkirakan

akan sedikit tertahan dengan akselerasi

perekonomian yang terjadi di Jepang.

Perekonomian Jepang diperkirakan mampu

tumbuh sebesar 0,9% (yoy) pada tahun 2019

dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2018

yang sebesar 0,8% (yoy) yang didukung oleh

kinerja neraca perdagangan seiring dengan

penurunan impor yang sangat signifikan.

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional

Di tengah perekonomian global yang dilanda

ketidakpastian, perekonomian Indonesia pada

tahun 2019 diperkirakan dapat tumbuh pada

kisaran 5,0% - 5,4% (yoy), relatif stabil

dibandingkan dengan tahun 2018 yang tumbuh

sebesar 5,2% (yoy). Stabilnya perekonomian

Indonesia didukung oleh beberapa faktor antara

lain berlangsungnya pemilu presiden dan

kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah

seperti insentif pajak dapat mendorong investasi

untuk tetap tumbuh tinggi pada tahun

mendatang.

Optimisme akan tumbuhnya perekonomian

Indonesia yang cukup tinggi ditengah perlambatan

perekonomian global pada tahun 2019 dan

beberapa indikator lainnya menjadi dasar

penentuan belanja pemerintah dalam RAPBN

tahun 2019 yang sebesar Rp2.439,7 triliun atau

meningkat sebesar 9.86% dibandingkan dengan

Sumber: Kemenkeu

Tabel 7.1 Asumsi Makro APBN

Asumsi Dasar 2018 2019

Pertumbuhan Ekonomi (YoY) 5.40% 5.30%

Inflasi (YoY) 3.50% 3.50%

Nilai Tukar 13,400 15,000

Suku Bunga SPN 5.20% 5.30%

Harga Minya Mentah (USD per barel) 48 70

Lifting Minyak (barel per hari) 800,000 775,000

Lifting Gas (barel setara minyak) 1,200,000 1,250,000

Page 94: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 82

tahun sebelumnya yang sebesar Rp2.220,7 triliun.

Asumsi nilai rupiah yang mencapai Rp15.000,

menjadi salah satu faktor yang mendorong

terjadinya peningkatan yang cukup signifikan

dalam peningkatan RAPBN 2019.

Meskipun belanja pemerintah diperkirakan akan

mengalami peningkatan, namun pemerintah

memastikan bahwa pembiayaan proyek melalui

utang akan mengalami penurunan. Pada tahun

2019, pembiayaan melalui utang diperkirakan

akan sebesar Rp359,3 triliun, menurun

dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebesar

Rp387,4 triliun. Salah satu upaya untuk

meningkatkan pendapatan adalah menaikkan

target penerimaan pajak sebesar 15,4%

dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2018.

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia hingga

Juli 2019 telah menurunkan suku bunga kebijakan

(BI 7-day Reverse Repo Rate) pada level 5,75%. Hal

tersebut dilakukan sebagai upaya mendorong

momentum pertumbuhan ekonomi di tengah

kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang

menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.

Mempertimbangkan dampak kebijakan moneter

yang membutuhkan waktu dalam proses

transmisinya ke dalam perekonomian, maka

diharapkan pada tahun 2019 kebijakan moneter

tersebut dapat memberikan dampak pada

stabilnya kondisi perekonomian dan keuangan

dari tekanan sisi eksternal.

Adapun inflasi nasional pada tahun 2019

diperkirakan masih sama dengan tahun

sebelumnya, yaitu berada pada kisaran sasaran

sebesar 3,5%+1%. Hal ini didukung oleh semakin

kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank

Indonesia dalam mengatasi risiko. Kebijakan

pemerintah dalam menaikkan anggaran subsidi

energi diyakini dapat meredam inflasi bahan bakar.

Selain itu, cukai rokok juga dipastikan tidak akan

mengalami peningkatan meskipun target

penerimaan pajak pada tahun 2019 meningkat.

7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

SULAWESI TENGGARA

7.2.1. Triwulan IV 2019

Pada triwulan IV 2019, perekonomian Sulawesi

Tenggara diperkirakan akan tumbuh pada kisaran

6,5% - 6,9% (yoy), mengalami akselerasi jika

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan

III 2019 yang diperkirakan berada pada kisaran

6,2% - 6,6% (yoy). Akselerasi tersebut didukung

oleh berlangsungnya beberapa event di Sulawesi

Tenggara seperti Peringatan Hari Pangan Sedunia

dan Forum Keraton Masyarakat Adat (FKMA) se-

ASEAN.

Dari sisi penawaran, akselerasi kinerja pada

periode tersebut diperkirakan berasal dari

lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran. Akselerasi kinerja

pada lapangan usaha konstruksi didukung oleh

penyelesaian salah satu PSN di Sulawesi Tenggara,

yaitu Bendungan Ladongi yang di target pada

Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah

Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIP IVP

2016 2017 2018 2019

%,YoYSBT

Indeks Perkiraan Usaha (mov.2Q) PDRB (Sb. Kanan)

-2.50

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

I II III IV I II III IV I II III

2017 2018 2019

skala likert

LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor

LS Ekspektasi Penjualan

Page 95: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 83

tahun 2019 dan penyelesaian proyek

pembangunan oleh pemerintah yang saat ini.

Selain itu, akselerasi juga diperkirakan akan terjadi

pada lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran seiring dengan berlangsungnya HBKN dan

libur akhir tahun sehingga mendorong terjadinya

peningkatan permintaan dari masyarakat. Selain

itu, berlangsungnya beberapa event seperti

peringatan Hari Pangan Sedunia dan Forum

Keraton Masyarakat Adat (FKMA) se-ASEAN dapat

mendorong terjadinya peningkatan kinerja

perdagangan domestik di Sulawesi Tenggara,

Namun masih cukup tingginya tensi perang

dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok

dapat memberikan tekanan terhadap kinerja

perdagangan luar negeri pada periode laporan.

Sedangkan dari sisi permintaan, akselerasi

perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV

2019 disumbangkan oleh akselerasi pada

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

investasi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga

diperkirakan akan mengalami akselerasi seiring

dengan peningkatan permintaan oleh masyarakat

dengan berlangsungnya HBKN dan libur sekolah.

Selain itu, akselerasi juga terjadi pada konsumsi

pemerintah sejalan dengan pola realisasi anggaran

pemerintah yang selalu tinggi pada akhir tahun.

Investasi juga diperkirakan akan mengalami

akselerasi seiring dengan penyelesaian Bendungan

Ladongi yang ditargetkan selesai pada akhir tahun

2019 dan pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah. Kinerja ekspor luar negeri juga

akan mengalami akselerasi seiring dengan

beroperasinya smelter dengan kapasitas yang

cukup besar sehingga mendorong kinerja ekspor

feronikel meskipun tertahan oleh penurunan

kinerja ekspor bijih nikel dan harga nikel yang

berada dalam tren menurun ditengah tensi perang

dagang yang masih cukup tinggi antara Amerika

Serikat dan Tiongkok.

7.2.2. Tahun 2019

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil

survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2019 diprakirakan berada

pada kisaran 6,3% - 6,7% (yoy), sedikit mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan

pertumbuhan tahun 2018 yang sebesar 6,4%

(yoy). Akselerasi perekonomian tersebut didukung

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Sumber: BPS, Diolah oleh BI

Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Sumber: BPS, Diolah oleh BI

I II III IV I II IIIP IIIP

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.8 6.5 7.7 5.5 4.7 6.1 6.2 - 6.6 6.1 - 6.5 6.4 5.7 - 6.1

Pertambangan dan Penggalian 6.3 5.2 7.6 8.1 7.5 6.5 6.1 - 6.5 5.1 - 5.5 6.8 6.2 - 6.6

Industri Pengolahan 11.6 (0.0) 8.5 (0.4) 0.8 15.9 9.9 - 10.3 8.8 - 9.2 4.8 8.6 - 9.0

Pengadaan Listrik, Gas 0.1 2.2 2.6 1.0 7.1 7.7 4.2 - 4.6 15.8 - 16.2 1.5 8.6 - 9.0

Pengadaan Air 0.7 3.3 9.3 9.4 6.4 5.1 2.9 - 3.3 2.3 - 2.7 5.7 4.0 - 4.4

Konstruksi 2.2 9.4 8.8 4.6 9.6 3.3 4.7 - 5.1 5.0 - 5.4 6.3 5.4 - 5.8

Perdagangan Besar dan Eceran 8.7 7.1 3.7 7.4 8.2 7.8 7.2 - 7.6 7.4 - 7.8 6.6 7.5 - 7.9

Transportasi dan Pergudangan 7.6 8.6 9.3 9.4 2.1 2.0 4.7 - 5.1 6.9 - 7.3 8.8 3.9 - 4.3

Akomodasi dan Makan Minum 7.1 6.4 7.0 6.2 6.3 1.6 0.3 - 0.7 3.2 - 3.6 6.7 2.7 - 3.1

Informasi dan Komunikasi 9.5 8.6 6.6 8.1 7.3 7.9 11.5 - 11.9 12.0 - 12.4 8.2 9.6 - 10.0

Jasa Keuangan 5.1 4.1 1.7 (2.0) 1.5 3.6 7.5 - 7.9 11.3 - 11.7 2.2 5.9 - 6.3

Real Estate 3.5 2.6 1.7 2.6 2.5 1.6 1.1 - 1.5 2.0 - 2.4 2.6 1.7 - 2.1

Jasa Perusahaan 4.5 6.9 6.0 5.9 5.8 4.6 5.6 - 6.0 6.3 - 6.7 5.8 5.5 - 5.9

Administrasi Pemerintahan 3.9 3.9 6.4 8.9 9.0 5.8 5.7 - 6.1 5.5 - 5.9 5.8 6.3 - 6.7

Jasa Pendidikan 4.1 6.7 9.6 9.8 9.8 6.4 5.4 - 5.8 11.7 - 12.1 7.6 8.2 - 8.6

Jasa Kesehatan dan Sosial 5.4 6.0 7.4 8.7 7.6 5.1 4.7 - 5.1 6.9 - 7.3 6.9 6.0 - 6.4

Jasa Lainnya 7.7 5.9 4.1 4.9 5.0 5.6 5.8 - 6.2 5.8 - 6.2 5.6 5.4 - 5.8

PDRB 6.1 6.1 7.1 6.2 6.4 6.3 6.2 - 6.6 6.5 - 6.9 6.4 6.3 - 6.7

20182018 2019P

2019Komponen Pengeluaran

I II III IV I II IIIP IIIP

Konsumsi Rumah Tangga 5.3 6.4 6.6 6.4 5.6 6.2 6.0 - 6.4 6.2 - 6.6 6.2 5.9 - 6.3

Konsumsi LNPRT 7.0 9.4 8.4 10.7 12.1 12.2 1.5 - 1.9 (18.1) - (17.7) 8.9 1.5 - 1.9

Konsumsi Pemerintah 3.0 6.5 7.8 7.2 3.4 6.1 5.2 - 5.6 8.5 - 8.9 6.3 5.9 - 6.3

PMTB 2.4 8.3 7.5 5.1 4.0 3.9 4.6 - 5.0 4.9 - 5.3 5.8 4.3 - 4.7

Perubahan Inventori 1.4 (157.2) (45.5) (133.3) (116.4) (77.9) (293.8) - (293.4) 382.5 - 382.9 (89.3) (777.1) - (776.7)

Eksport Luar Negeri 209.3 170.4 198.5 175.6 50.3 101.4 61.7 - 62.1 72.7 - 73.1 187.3 70.7 - 71.1

Import Luar Negeri (19.7) 21.0 (24.4) 9.7 (6.0) (13.8) 21.9 - 22.3 (15.4) - (15.0) (3.6) (5.8) - (5.4)

Net Eksport Antar Daerah 29619.5 447.0 1806.3 733.1 41.4 291.7 39.5 - 39.9 137.1 - 137.5 1240.9 96.7 - 97.1

PDRB 6.1 6.1 7.1 6.2 6.4 6.3 6.2 - 6.6 6.5 - 6.9 6.4 6.3 - 6.7

Komponen Pengeluaran2018

2018 2019P2019

Page 96: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 84

oleh pertumbuhan ekonomi nontambang

terutama lapangan usaha industri pengolahan dan

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Beroperasinya smelter pengolahan nikel dengan

kapasitas yang cukup besar pada awal tahun 2019

mendorong akselerasi pada lapangan usaha

industri pengolahan pada periode laporan. Selain

itu, beroperasinya dryer bantuan dari pemerintah

untuk pengolahan padi juga menjadi salah satu

faktor yang mendorong kinerja pada lapangan

usaha tersebut yang didominasi oleh industri

makanan dan minuman. Akselerasi pada lapangan

industri pengolahan tersebut tentu memberikan

nilai tambah pada produk-produk yang dihasilkan

di Sulawesi Tenggara sehingga turut mendorong

terjadinya akselerasi pada lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran.

Meskipun demikian, terdapat beberapa risiko yang

dapat menjadi faktor penahan pertumbuhan

perekonomian di Sulawesi Tenggara, salah satunya

adalah penurunan kinerja ekspor komoditas

utama. Sejak diberlakukannya relaksasi ekspor bijih

nikel kadar rendah pada tahun 2017, komoditas

tersebut menjadi salah satu komoditas utama

dalam perdagangan luar negeri Sulawesi Tenggara

dengan Tiongkok sebagai mitra dagang utamanya.

Masih belum terbentuknya kesepakatan antara

Amerika Serikat dan Tiongkok diperkirakan

mendorong terjadinya perlambatan pertumbuhan

perekonomian Tiongkok pada tahun 2019. Hal

tersebut juga dapat mempengaruhi permintaan

bijih nikel kadar rendah oleh Tiongkok dari

Indonesia dan dapat memberikan dampak buruk

terhadap kinerja ekspor Sulawesi Tenggara. Oleh

karena itu, di tengah perlambatan perekonomian

Tiongkok, sangat penting untuk mendorong

diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor

untuk hasil pertambangan dan peningkatan

kinerja ekspor komoditas unggulan lainnya seperti

perikanan dan kakao.

7.3. PROSPEK INFLASI SULAWESI TENGGARA

7.3.1. Triwulan IV 2019

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV

2019 mendatang diperkirakan akan mengalami

penurunan dibandingkan dengan proyeksi pada

triwulan III 2019. Inflasi pada akhir triwulan IV

2019 diperkirakan berada pada kisaran 3,1% -

3,5% (yoy), sementara inflasi pada triwulan III

2019 diperkirakan sebesar 3,5% - 3,9% (yoy).

Berlangsungnya periode penangkapan ikan dan

panen raya padi pada akhir tahun 2019 menjadi

faktor yang dapat mendorong terjadinya

penurunan tekanan inflasi pada triwulan IV 2019.

Selain itu, kondisi cuaca yang cukup kondusif dan

telah dilakukannya penanaman atas beberapa

komoditas seperti cabai pada Agustus 2019

diperkirakan akan mendorong terjadinya

peningkatan produksi pada periode mendatang.

Sumber: IMF World Economic Outlook (WEO) Juli 2019, BI Sumber: World Bank Commodity Forecast Price Juni 2019

Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao

5.00

6.00

7.00

8.00

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

2015 2016 2017 2018 2019P

%, YoY%, YoY

Indonesia Dunia Sultra (Sb. Kanan)

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

15,000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

USD/KgUSD/Kg

Nickel Cocoa

Page 97: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 85

Namun berlangsungnya beberapa event seperti

peringatan Hari Pangan Sedunia dan Forum

Keraton Masyarakat Adat se-ASEAN di Sulawesi

Tenggara serta berlangsungnya HBKN dan libur

akhir tahun diperkirakan akan mendorong

terjadinya peningkatan permintaan pada

kelompok bahan makanan dan transportasi.

Peningkatan tersebut dapat menjadi faktor yang

menahan penurunan tekanan inflasi pada periode

laporan.

7.3.2. Tahun 2019

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun

2019 mendatang diperkirakan masih berada pada

sasaran inflasi nasional yaitu sebesar 3,5% + 1%.

Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara

diperkirakan berada pada kisaran 3,1% - 3,5%

(yoy), cenderung meningkat dibandingkan dengan

capaian inflasi pada tahun 2018 yang sebesar

2,7% (yoy). Tekanan inflasi tersebut diperkirakan

berasal dari bahan makanan yang disebabkan oleh

belum stabilnya produksi dan beberapa komoditas

lain yang bergantung pada harga global seperti

harga minyak dunia yang diperkirakan akan

mengalami peningkatan

Sumber: World Bank Commodity Forecast Price Juni 2019 Sumber: BPS, diolah

Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

40

45

50

55

60

65

70

75

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

USD/bbl

60,5

61,0

61,5

62,0

62,5

63,0

63,5

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pangsa Usia Produktif (sb.kanan)

Total

Produktif

%, yoy % share

Page 98: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019 86

BOKS 02

UPAYA MENDORONG PENGEMBANGAN EKONOMI SYARIAH MELALUI

PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA

Saat ini, negara-negara mulai memandang perekonomian syariah sebagai sumber pertumbuhan baru

pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut tidak lepas dari tingginya jumlah penduduk muslim di dunia saat ini

dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun mendatang. Dengan kondisi

tersebut, beberapa negara mulai mendeklarasikan visinya sebagai pemain utama dalam perekonomian

syariah di dunia. Hal tersebut juga terjadi pada negara mayoritas penduduknya nonmuslim seperti Inggris

yang mendeklarasikan London sebagai pusat keuangan syariah di Barat, Korea yang memiliki visi menjadi

Destinasi Utama Pariwisata Halal, Thailand dengan visi menjadi Dapur Halal Dunia dan Jepang yang

mendeklarasikan Industri Halal sebagai kontributor kunci pada tahun 2020.

Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya potensi perekonomian syariah dan Indonesia sudah memiliki

potensi tersebut melalui besarnya jumlah penduduk muslim di Indonesia. Namun hingga saat ini potensi

tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia telah masuk sebagai top 5 negara

dengan pengeluaran terbesar untuk beberapa industri seperti halal food, halal fashion dan halal travel.

Namun sayang peluang tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena Indonesia justru

belum mampu menjadi pemain utama pada industri tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, KPw BI Sultra secara khusus terus berupaya mendorong pengembangan

ekonomi syariah di Sulawesi Tenggara. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh KPw BI Sultra antara lain

adalah menginisiasi pembentukan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai

inisiator dan akselerator perekonomian syariah di Sulawesi Tenggara dan pelatihan kepada 19 pondok

pesantren untuk mendorong kemandirian ekonomi dari masing-masing pondok pesantren.

Tidak terbatas pada hal tersebut, KPw BI Sultra juga mendorong pengembangan halal fashion di Sulawesi

Tenggara memanfaatkan tenun masalili sebagai bahan baku yang merupakan produk UMKM binaan KPw

BI Sultra. Untuk mendorong pengembangan halal fashion tersebut, KPw BI Sultra bekerja sama dengan

desainer tingkat nasional, Bapak Wignyo Rahardi, sebagai pengembang model baju muslimah dan telah

diikutsertakan pada kegiatan Muslim Fashion Festival 2019 di Jakarta. Selain itu, kegiatan fashion show

menggunakan busana muslimah tersebut juga telah dilakukan di Sulawesi Tenggara sebagai upaya untuk

membuka horizon baru bagi para pengembang busana di Sulawesi Tenggara bahwa tenun masalili dapat

dikembangkan lebih luas dibandingkan dengan pemanfaatannya selama ini yang difokuskan untuk

kegiatan formal.

Gambar 1. Fashion Show Busana Muslimah dengan Menggunakan Tenun Masalili di Kota Kendari

Page 99: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Suharman Tabrani

([email protected])

KOORDINATOR PENYUSUN

Surya Alamsyah

([email protected])

EDITOR

Daniel Agus Prasetyo

([email protected])

TIM PENULIS

Anto Yuliyanto

([email protected])

Randy Cavendish

([email protected])

Nazla

([email protected])

Sumianti Lasania

([email protected])

Waode Nursinta

([email protected])

Abdel Jawad Shodiq

([email protected])

Pradha Pahlevi Thamaryan

([email protected])

KONTRIBUTOR

Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan

Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM

Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan

Unit Pengawasan SP, PUR dan Keuangan Inklusif

Unit Pengelolaan Uang Rupiah

Unit Operasional Sistem Pembayaran

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

TIM PENYUSUN

Page 100: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu

bank.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Feronikel Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni dan

digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless steel

Imported

inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh

perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---

100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

DAFTAR ISTILAH

Page 101: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI ... - Bank Indonesia · PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA 86 Daftar Istilah ... Grafik 1.22 Kinerja LU Industri Berdasarkan Survei

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit

Ratio (LDR)

Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan

dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

NPI Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.

Non Performing

Loan (NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total

keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban

meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

menurun danmengabaikan jawaban sama .

Skala Likert Skala kualitatif untuk mengkonversi skala kualitatif yang digunakan dalam

kegiatan liaison.

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang

bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.