Upload
marsha-maulina
View
436
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kk
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Kepmendiknakes RI No. 536/Kep/Dinkes/11/1987, maka
diadakanlah program praktek kerja lapangan guna memberikan pengalaman kerja
kepada peserta didik agar dapat mengembangkan dan merealisasikan materi-
materi pelajaran yang telah di dapatkan disekolah.
Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional bidang kesehatan yang di serahkan untuk mendukung upaya tercapainya
derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Dalam kaitannya pendidikan tenaga
kesehatan yang bermutu dan mampu mengembangkan tugas untuk mewujudkan
perubahan, pertumbuhan, dan pembaharuan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Keterampilan dan pengetahuan yang didapat oleh peserta didik di sekolah
adalah keterampilan dasar untuk bekerja di instalasi Farmasi diantaranya
keterampilan meracik dan mengenali bahan baku obat. Penerapan sikap yang baik
serta kemampuan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk memecahkan
masalah yang ada di lapangan merupakan cara yang terbaik untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan.
Sekolah menegah farmasi yang merupakan salah satu sarana pendidikan di
bidang kesehatan khususnya di bidang farmasi dituntut untuk menyediakan tenaga
– tenaga kerja yang siap pakai, terampil, terlatih serta dapat mengembangkan diri
baik sebagai pribadi maupun sebagai tenaga kesehatan yang profesional
berdasarkan nilai – nilai yang dapat menunjang kesehatan.
2
Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan-kemajuan semakin cepat
berjalan, baik kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan juga industri tidak terkecuali
pada perkembangan industri dalam bidang kefarmasian, yang sekarang tenaga
kerja di bidang kefarmasian sangat di butuhkan.
Maka dari itu Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Nusa Bhakti Bandung
mengadakan kegiatan PKL yang bertujuan untuk mencetak tenaga kerja
profesional yang tidak hanya berprestasi dalam teori saja, tetapi juga di lapangan
kerja langsung dan siap kerja karena sudah mempunyai pengalaman kerja yang di
dapatkan dari PKL tersebut.
Kegiatan PKL merupakan salah satu kegiatan untuk mulai terjun
kemasyarakat dan merupakan pengalaman berharga bagi siswa siswi, dan juga
sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang di dapatkan dari sekolah dan
membedakan langsung antara teori dengan kenyataan yang ada didalam lapangan
kerja agar terciptanya keseimbangan antara teori dan praktek. Dengan mengikuti
praktek kerja lapangan, siswa-siswi dapat melihat, mengetahui, menerima, dan
menyerap teknologi kesehatan yang ada di lapangan. Di sisi lain Praktek Kerja
Lapangan juga dapat digunakan sebagai sarana informasi terhadap dunia
kesehatan, sehingga pendidikan kesehatan dapat mengembangkan diri sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu, Praktek Kerja Lapangan merupakan kegiatan yang tidak
dapat di pisahkan dari proses belajar. Kegiatan ini hanya dapat terlaksana dengan
baik atas kerja sama dari instalasi-instalasi farmasi.
Agar pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini berjalan dengan lancar,
maka di perlukan kerja sama yang baik antara siswa Praktek Kerja Lapangan
dengan pembimbing dan staf serta karyawan yang bekerja di lapangan.
3
1.2 TUJUAN PRAKTEK LAPANGAN KERJA
1.2.1 Tujuan Umum
Para siswa di harapkan dapat memiliki peningkatan wawasan dan
pengetahuan serta memiliki gambaran yang lebih jelas dan tugas asisten apoteker
secara nyata setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama ini yang
mereka dapat secara teoritis di dalam kerja ataupun praktikal di laboratorium
sekolah.
1.2.2 Tujuan Khusus
2. Memperluas dan meningkatkan keterampilan yang membentuk kemauan siwa-
siswi sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan program
pendidikan yang di tetapkan.
3. Mengenal kegiatan – kegiatan penyelanggaraan program kegiatan kesehatan
masyarakat secara menyeluruh, baik di tinjau dari aspek administrasi maupun
teknik operasional.
4. Menumbuh kembangkan dan menetapkan sikap etik, profesionalisme dan
nasionalisme yang di perlukan siswa-siswi untuk memasuki lapangan kerja sesuai
dengan bidangnya.
5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menyesuaikan pada suasana
atau iklim lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk mendapatkan pengalaman
kerja yang nyata dan langsung serta terpadu dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan farmasi baik di instalasi rumah sakit, Pedagang Besar
Farmasi (PBF), puskesmas, apotek, Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), dinas kesehatan ataupun instalasi lainnya.
7. Menjadikan siswa lebih aktif, terampil, disiplin dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas.
4
8. Memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih mengenal, memahami dan
menanggapi serta memecahkan masalah yang terjadi di lapangan.
Memperoleh masukan dan umpan baik guna memperbaiki dan
mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sekolah
menengah
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Apotek
Menurut Permenkes RI NO 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/per/X/1993 tentang
ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek, memberikan batasan tentang
apotek yaitu suatu tempat dilakukan pekerjaan farmasi kepada masyarakat.
Apotek pada umumnya memiliki fungsi sebagai tempat pengabdian
profesi seorang Apoteker maupun Asisten Apoteker, pelayanan resep dan sebagai
sarana farmasi yang melakukan peracikan obat. Apotek juga menyediakan
penyaluran berupa perbekalan farmasi misalnya : obat, obat asli Indonesia, alat
kesehatan, kosmetika dan lan-lain. Apotek juga melakukan suatu pengelolaan
yang meliputi :
1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Secara umum sebuah Apotek memiliki tugas dan fungsi tertentu yaitu :
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
6
d. Meningkatkan pemahama masyarakat tentang penggunaan obat secara rasional
dalam praktek pengobatan sendiri.
2.3 Ketentuan umum dan peraturan perundang-undangan apotek.
2.3.1 Ketentuan Umum Apotek adalah :
a. Alat kesehatan adalah instrument, aparatus, mesin ,implan, yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
b. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
c. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker.
d. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek, disamping
Apoteker Pengelola Apotek dan atau mengantikannya pada jam-jam tertentu
pada hari buka apotek.
e. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola
apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat
lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki surat izin kerja dan
tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain.
f. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan perundang–undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.
g. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, peracikan, pengolahan sediaan
obat-obatan
h. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia , alat
kesehatan dan kosmetika.
i. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang di perlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
7
j. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan pengelolaan apotek.
k. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai peraturan yang berlaku.
l. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggara- kan
upaya kesehatan.
m. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri
Kesehatan kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana
untuk menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu.
n. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu wewenang untuk
melakukan upaya memerlukan kesehatan .
o. Zat adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan psikis.
2.3.2 Perundang-undangan Apotek adalah :
a. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang alat kesehatan
b. UU RI No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika
c. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotika
d. PP RI No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 tahun 1965
tentang apotek.
e. PP RI No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
f. SK Menkes RI No.347/menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek no.1.
g. Kepmenkes RI No.924 /menkes/per/X/1999 tentang obat wajib apotek No.2.
h. Kepmenkes RI No.1176/menkes/per/X/1999 tentang daftar obat wajib
apotek no.3
i. Permenkes RI No.919/menkes/per/1993 tentang obat keras yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter.
8
j. Permenkes RI No.922/menkes/per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara
izin apotek
2.4 Persyaratan Apotek
Untuk mendirikan apotek ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pengelola apotek, yakni :
a. Apotek harus dipimpin oleh seorang apotek
b. Tempat dan bangunan apotek harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk
pelayanan kefarmasian
c. Untuk mendapatkan Surat Izin Apotek , apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat ,
perlengkapan termasuk persediaan farmasi dan perbeklan lainnya yang
merupakan milk sendiri ataupun milik orang lain
d. Sarana apotek dapat dididrikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar persediaan farmasi
e. Harus menyediakan perbekalan farmasi sekurang –kurangnya berupa obat
generik dengan Daftar Obat Essensila Nasional untuk Rumah Sakit kelas C
dan D.
2.5 Perizinan Apotek
Izin apotek diberikan oleh menteri kesehatan , yang kewenangannya
dilimpahkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota Kepala dinas
kabupaten/kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin ,pembekuan
izin ,pencairan izin san pencabutan izin apoteker sekaligus setahun kepada
menteri kesehatan dengan tembusan kepala dinas kesehatan provinsi .
9
2.6 Pengelolaan Apotek
Yang termasuk kedalam pengelolaan apotek adalah :
1. Pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan
penyerahan obat atau bahan obat.
2. Pengadaan,penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.
2.7 Pencabutan Izin Apoteker
Izin apoteker dapat dicabut dalam hal :
1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan seperti
ijazah yang tidak terdaftar pada departemen kesehatan ,melangggar sumpah
/janji sebagai apoteker
2. Apoteker tidak menyediakan ,menyimpan, dan menyerahkan perbekalan
farmasi yang bermutu buruk
3. Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik seperti dalam hal melayani
resep ,memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara
tepat
4. Bila apoteker melenggar perundang – undangan narkotika , obat keras dan
ketentuan lain
5. SIK APA dicabut
6. PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang – undangan dibidang obat
7. Apoteker tidak lagi memenuhi persyaratan yang di tetapkan
10
2.8 Tugas assisten apoteker
2.8.1 Tugas dan kewajiban
a. Melakukan pembuatan, pengelolahan dan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat kepada pasien.
b. Membuat laporan Narkotika dan Psikotropika serta obat-obat generik.
c. Memberikan informasi tentang kegunaan obat kepada pasien.
d. Menerima dan menyiapkan obat-obat sesuai dengan resep dokter serta
pelayanan obat bebas.
e. Menyiapkan surat pesanan obat apabila ada stok yang kosong .
f. Menerima dan menandatangani bukti barang yang masuk ke Apotek.
2.8.2 Tanggung Jawab
a. Menentukan dan melakukan negoisasi harga beli barang dan masa
pembayaran dengan supplier.
b. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang.
c. Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli.
d. Bertanggung jawab terhadap pelayanan resep yang diberikan kepada pasien.
e. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua tugas yang diberikan oleh
atasannya sesuai dengan profesi seorang AA.
11
2.9 Pengelolaan Administrasi
2.9.1 Pembukuan
Tujuan dari pelaksanaan pembukuan adalah dengan adanya administrasi
pembukuan dapat melihat dan mengontrol seluruh kegiatan yang ada di apotek
maupun di puskesmas.
a. Administrasi pembukuan di Apotek
1. Buku kas
Adalah sebuah buku yang digunakan untuk mencatat pemasukan dan
pengeluaran keuangan secara normal.
2. Buku Pencatatan Barang
Adalah buku yang digunakan untuk mencatat barang-barang yang dikirim
berdasarkan faktur barang yang bersangkutan, yang mengisi buku ini ialah
asisten apoteker (AA) yang telah di beri wewenang kemudian barang yang
diterima harus dicek terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan.
3. Buku Pencatatan resep
Adalah buku yang digunakan untuk mencatat resep yang masuk ke apotek
yang harus ditulis oleh asisten apoteker (AA) setiap hari, buku ini juga
berguna apabila ada kesalahan dalam menerima resep.
4. Buku Bank
Adalah buku yang digunakan untuk mencatat setoran membayar lewat cek di
Bank dan mencatat hutang apotek ke bank.
5. Buku blanko surat pemesanan barang
Adalah buku yang berisikan atas suatu barang atau obat yang telah habis atau
persediaan obat sudah sangat sedikit.
6. Buku Ekspedisi
Adalah buku yang telah digunakan untuk mencatat nomor-nomor surat
penting yang akan dikirim, guna untuk dijadikan bukti bila terjadi kesalahan
dalam mencatat pelaporan obat setiap bulannya.
12
7. Blanko Salinan Resep
Adalah salinan resep yang digunakan berupa salinan resep tertulis dari suatu
resep atau nama lainnya “Apograph”.
8. Blanko Kwitansi
Adalah digunakan apabila pasien menginginkan bukti pembayaran atas resep
yang telah dibelinya.
2.9.2 Laporan
Laporan merupakan rangkaian kegiatan dalam pencatatan usaha obat-obatan
secara tertib, baik obat yang diterima, disimpan maupun di distribusikan untuk
pelayanan jenis-jenis pelaporan di puskesmas dan di Apotek.
a. Laporan di apotek
1. Laporan Obat Narkotika
Pelaporan untuk resep yang mengandung narkotika disiplin dari resep obat
lainnya, persediaan obat narkotika yang masuk ke apotek terdiri atas:
a. Persediaan narkotika pada awal dan akhir bulan
b. Pembahasan (pembelian, pembuatan dan pemborongan).
c. Pengurangan (penyerahan, penbuatan).
Laporan obat narkotika dibuat rangkap 3 yang ditujukan kepada Dinas
Kesehatan Kota dengan tembusan :
Dinas Kesehatan Provinsi → Balai POM → Arsip Apotek
2. Laporan obat psikotropika
Pelaporan untuk psikotropika sama dengan halnya dengan narkotika
dipisahkan dengan laporan obat lainnya ditujukan kepada Kantor Dinas Kesehatan
Kota dengan tembusan:
13
Dinas Kesehatan Provinsi → Balai POM → Arsip Apotek
3) Laporan Obat Generik
Pelaporan obat generik dilakukan 3 bulan sekali dibuat 4 rangkap ditujukan
kepada kantor Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan:
Dinas Kesehatan Provinsi → Balai POM → Arsip Apotek
4) Laporan Obat Prekusor
Pelaporan untuk obat prekusor sama dengan halnya dengan narkotika
dipisahkan dengan laporan obat lainnya ditujukan kepada Kantor Dinas Kesehatan
Kota dengan tembusan:
Dinas Kesehatan Provinsi → Balai POM → Arsip Apotek
14
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK
3.1 Sejarah apotek
Sebelum tahun 1985 terdapat dua kelompok perusahaan farmasi swasta
milik belanda, yaitu perusahaan industri farmasi dan pertambangan serta
perusahaan distribusi farmasi dan apotek. Pada tahun 1958 terjadi sengketa Irian
Barat antara Republik Indonesia (RI) dengan Negeri Belanda, hal ini
menyebabkan semua perusahaan Belanda yang ada di Indonesia dikuasai oleh
pemerintahan Republik Indonesia (RI), maka di bentuklah Badan Pimpinan
Umum (BPU), berdasarkan PP. No. 23 Th. 1958 dan berdasarkan UU NO. 86 Th.
1958. Perusahaan yang ada di bawah BPU ini menjadi milik Republik Indonesia
yang pelaksanaannya diserahkan kepada Nasionalisasi perusahaan–perusahaan
Belanda.
Berdasarkan UU No. 19/Prp/tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara dan
PP No. 69 tahun 1961 Departemen Kesehatan mengganti Bapphar menjadi BPU
Farmasi Negara serta membentuk PN Farmasi :
1. PNF. RADJA FARMA
2. PNF. NURANI FARMA
3. PNF. NAKULA FARMA
4. PNF. BHINEKA KINA FARMA
5. PNF. BIO FARMA
6. PNF. SARI HUSADA
7. PNF. KASA HUSADA
8. PNF. RADJA FARMA
Dalam rangka kebijaksanaan di bidang ekonomi, sehubungan dengan usaha
pemerintah untuk mengurangi turut campurnya pemerintah secara langsung dalam
kegiatan usaha negara kecuali hanya memberikan pengarahan saja,
dikeluarkannya instruksi presiden Th. 1967. Isi instruksi tersebut antara lain agar
15
perusahaan-perusahaan negara ini disederhanakan serta disempurnakan untuk
kemudian diarahkan ke salah satu dari tiga bentuk usaha, yaitu :
1. Perusahaan Negara Jawatan
2. Perusahaan Negara Umum
3. Perusahaan Perseroan
Pelaksanaan dari instruksi Presiden ialah dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah (PP) Tanggal 23 Januari 1969 yaitu :
1. BPU Farmasi Negara
2. PN Farmasi Negara Radja Farma
3. PN Farmasi Bhineka Kina Farma
4. PN Farmasi Nakula Farma
5. PN Sari Husada
Kesemuanya diatas di lebur menjadi suatu wadah nama yaitu Perusahaan
Negara Farmasi Bhineka Kimia Farma. Penggabungan ini dimaksudkan untuk
memperkuat perusahaan, apabila dilihat semakin beratnya persaingan di bidang
farmasi dan alat-alat kesehatan .
Disamping memanfaatkan fasilitas yang sebelumnya tidak dipergunakan
serta untuk menyatukan pola pembinaan manajemen.
3.1.1 Terbentuknya PT. KIMIA FARMA APOTEK
Berdasarakan PP No. 16 / Tahun 1971, PNF. Kimia Farma dan PNF. Sari
Husada bergabung / melebur menjadi PT. Kimia Farma (Persero) yang bergerak
pada bidang usaha :
1. Industri Farmasi
2. Industri kimia dan makanan kesehatan
3. Perkebunan obat
4. Pertambangan farmasi dan kimia
5. Perdagangan farmasi, kimia dan ekspor-impor
Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan
BUMN No. S-59 / M-PM / BUMN / 2000 tanggal 7 Maret 2000 Akte Notaris
Imas Fatimah. SH, PT. Kimia Farma resmi terdaftar (Listed) di Bursa Efek Jakarta
16
(BEJ) sebagai perusahaan publik tanggal 4 Juli 2000. Pada tahun 2003,
berdasarkan akte Notaris Imas Farimah. SH, PT. KIMIA FARMA (PERSERO)
Tbk., HOLDING COMPANY memiliki dua anak perusahaan, yaitu : PT. KIMIA
FARMA APOTEK dan PT. KIMIA FARMA TRADING & DISTRIBUTION.
Aktifitas utama PT. KIMIA FARMA APOTEK (KFA) adalah penjualan
retail baik obat-obatan dan non obat-obatan kepada konsumen dan mengelola
jaringan 342 outlet merupakan pemimpin pasar bisnis di Indonesia. Konsumen
mendapatakan keuntungan dari inovasi layanan Kimia Farma Apotek. Program
layanan yang cepat selain itu sebagai pusat pelayanan jasa, PT. Kimia farma
Apotek melalui outletnya yang tersebar luas menangani konsumen dengan
memberikan saran secara objektif dan memberikan informasi tentang obat-obatan.
3.1.2 Logo PT. Kimia Farma Apotek
Gambar 1.1 Logo PT. Kimia Farma
3.1.3 Badan Hukum dan Tempat Perusahaan
PT. Kimia Farma Apotek Manajer Bisnis Bandung adalah sebuah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan anak perusahaan dari
PT. Kimia Farma Tbk (Persero) yang bergerak dalam bidang farmasi, yang
sekarang berlokasi di Jalan Braga No. 2- 4 Bandung
VISI
1. Menyelenggarakan kemanfaantan umum berupa sediaan farmasi yang
bermutu dan memeadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
2. Menjadikan peerintis dan menyelenggarakan kegiatan usaha yang
bersifat melengkapi atau belum dapat dilaksanakan sektor swasta
17
3. Memberikan bimbingan pada sektor swasta khususnya
MISI
1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian
dan pengembangan produk yang inovatif
2. Mengambangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (healthy care
provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengambangkan sistem
informasi perusahaan
3.2 Tinjauan tentang apotek kimia farma 127 ujung berung
Apotek kimia farma 127 ujung berung bandung merupakan salah satu dari
apotek yang berada di bawah Business Manager Bandung dan terletak di Jalan
Raya Ujung Berung No 40 bandung .Apotek ini telah berjalan sesuai dengan
fungsinya ,yaitu sebagai apotek pelayan apotek yang merupakan sarana
penyaluran perbekalan farmasi dan sebagai tenpat dilakukannya pekerjaan
kefarmasiaan . Apotek kimia farma 127 Bandung juga dituntut untuk mampu
memberikan kontribusi laba terhadap perusahaan . Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemajuan usaha yaitu lokasi apotek . Lokasi apotek yang cukup
strategis karena dilalui oleh kendaraan umum , dekat dengan pemukiman
penduduk, pusat perbelanjaan , dan juga dengan rumah sakit . Segmen pasar yang
dilirik oleh Apotek Kimia Farma 127 Bandung adalah kalangan masyarakat
menengah ke bawah .Jam buka apotek setiap hari dalam waktu 24 jam .
Fasilitas layanan Apotek Kimia Farma 127 Bandung adalah
Layanan resep dokter
Layanan alat kesehatan
Layanan antar jemput resep
18
Konsultasi obat oleh apoteker
Jaminan pelayanan resep nonracikan (lebih dari 15 menit diskon 5 %)
Swalayan farmasi (untuk kebutuhan anak sampai dengan dewasa)
Laboraturium klinik
ATM dan ATM bank
Praktek dokter yakni ada dokter umum , dokter spesialis mata , dokter
spesialis kebidanan dan penyakit kandungan , dokter spesialis THT , dokter
spesialis kulit dan kelamin,dokter spesialis kandungan , dokter spesialis
penyakit dalam , dan dokter spesialis anak
Dari segi bangunan , Apotek Kimia Farma 127 Bandung telah memenuhi
persyaratan ruangan yang diperlukan , yaitu apotek sekurang kurangnya memiliki
ruangan khusus untuk peracikan dan penyerahan resep , ruangan administrasi ,
ruangan kerja apoteker , penerangan yang cukup , ventilasi yang memadai juga
papan apotek yang memenuhi syarat
Keunggulan Apotek Kimia Farma 127 :
1. Buka 24 jam nonstop
2. Letak apotek yang strategis
3. Memiliki layanan antar obat
4. Telah memiliki prosedur tetap atau SOP
3.3 Disiplin Kerja
Sumber daya manusia (SDM) yang ada di apotek kimia farma 127 adalah:
1 orang apoteker pengelola apotek
1 orang apoteker pendamping APA
7 orang asisten apoteker
1 orang juru resep
APA (Apoteker Pengelola Apotek ) bertugas sebagai pemimpin apotek dan
mengawasi segala kegiatan yang ada di apotek
19
3.4 Pengelolaan Barang
Proses pengelolaan barang di apotek melalui beberapa proses di antaranya
adalah pengadaan barang, penyimpanan barang, pengeluaran barang, pemusnahan
obat hingga stok opname fisik obat.
3.4.1 Pengadaan Barang
Pengadaan barang di apotek diatur sedimikian rupa untuk mengendalikan
persediaan barang, yaitu menjamin tersedianya barang yang dibutuhkan dalam
jumlah dan kualitas yang sesuai dan pada waktu yang ditentukan, dengan biaya
dan cara yang ekonomis serta menguntungkan. Sistem pengadaan barang yang
dilakukan oleh Apotek Kimia Farma 127 adalam sistem pareto yaitu teknik
pengendalian pengadaan perbekalan farmasi (obat,bahan obat, dan alat kesehatan).
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penumpukan barang, perputaran
modal menjadi cepat, menghindari kerusakan barang, dan memperkecil
kemungkinan barang hilang.
Pengadaan perbekalan farmasi Apotek Kimia Farma 127 dapat dibedakan
menjadi:
1. Pengadaan dengan pembelian Reguler
Obat, alat kesehatan, dan barang-barang OTC (Over The Counter) yang tinggal
sedikit atau mau habis dicatat pada buku defekta, kemudian pemesanan dan
pembelian barang didasarkan pada buku defekta. Jumlah yang akan dipesan
didasarkan pada perkiraan kebutuhan sebelumnya. Barang yang telah dicatat
dalam buku defekta kemudian di entry untuk dibuatkan Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA). BPBA ini di email ke Bisnis Manager (BM) yaitu Apotek Kimia
Farma 10 . BPBA dari seluruh Apotek Kimia Farma di Bandung akan digabung
untuk dibuatkan Surat Pesanan gabungan.
20
Berdasarkan SP gabungan, BM akan melakukan pemesanan ke distributor. Barang
yang dipesan beserta faktur akan dikirim oleh distributor ke masing-masing
apotek pemesannya. Pemilihan distributor yang dilakukan oleh Apotek Kimia
Farma 127 didasarkan pada beberapa faktor, antara lain :
a. Legalitas pemasok
b. Kecepatan pengiriman barang
c. Potongan harga yang diberikan
d. Sistem pembayaran yang ditawarkan
2. Pengadaan dengan Pembelian Mendesak
Pembelian mendesak dilakukan jika persediaan perbekalan farmasi yang
bersangkuatan habis atau jika resep yang tidak dapat dipenuhi karena tidak adanya
persediaan barang. Pembelian barang dapat dilakukan ke apotek lain selain
Apotek Kimia Farma, dengan menggunakan blanko Bon Permintaan Barang
Apotek. Petugas akan menuliskan barang dipesan dalam blanko BPBA, kemudian
diserahkan ke Apotek Kimia Farma lain yang dituju. Apotek Kimia Farma
tersebut akan memberikan lembar dropping yang berisi barang yang diserahkan.
3. Pengadaan Barang Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia
Farma 127 dengan suatu perusahaan atau distributor yang ingin menitipkan
produknya di apotek. Barang-barang tersebut umumnya merupakan obat,
suplemen atau peralatan kesehatan yang baru beredar di pasaran. Distributor obat
datang ke apotek dan menawarkan diri untuk mengkonsinyasikan barangnya.
Setelah ada persetujuan, barang yang akan dikonsinyasikan diberikan dan disertai
dengan faktur daftar barang. Obat dikonsinyasikan dalam jangka waktu tertentu,
setelah jangka waktu habis maka produk akan ditarik kembali dan apotek
membayarkan sejumlah harga untuk barang yang laku terjual. Pihak distributor
21
akan mengganti faktur daftar barang dengan faktur penjualan sesuai dengan
jumlah barang yang laku terjual. Dalam sistem ini, Apotek Kimia Farma 127
hanya menerima titipan suatu produk atau barang dan hanya membayar sejumlah
barang yang terjual. Akan tetapi, jika barang konsinyasi tersebut menunjukan
tingkat penjualan yang tinggi, maka pengadaan produk tersebut akan dilakukan
secara regular, seperti produk lainnya.
3.4.2 Penerimaan Barang
Perbekalan farmasi yang datang akan diterima oleh petugas apotek,
umumnya oleh asisten apoteker. Hal-hal dilakukan pada penerimaan barang di
apotek adalah :
1. Memeriksa barang yang datang baik yang di dropping dari Bisnis Manager
maupun yang dikirim oleh pemasok apakah sudah dengan BPBA, lalu dicek
kembali tanggal kadaluarsa, kondisi barang, kesesuaian harga dan discount,
jika ada ketidaksesuaian maka faktur /tanda terima barang dicoret, dan di
tuliskan yang benar.
2. Nomor penerimaan, tanggal, bulan, tahun, paraf, nama jelas ditulis,
faktur/tanda terima barang tersebut di stempel apoteker. Faktur/tanda terima
barang asli dikembalikan ke pemasok, dua salinannya ditinggal di apotek untuk
arsip dan suatu salinannya diserahkan ke BM.
3. Seluruh transaksi pembelian dimasukkan ke dalam data komputer.
4. Setelah diverifikasi, data dikirimkan ke Bisnis Manager e-mail, atau dalam
bentuk CD/disket, dengan dilampiri tanda penerimaan barang.
3.4.3 Penyimpanan Barang
Sistem penyimpanan barang di Apotek Kimia Farma 127 dilakukan secara
alfabetis berdasarkan bentuk sediaan (tablet, sirup, saleo, tetes mata, tetes telinga,
suppositoria) dan berdasarkan golongan seperti :
1. Merupakan golongan obat-obat yang termasuk fast moving, yaitu obat-obat
yang paling cepat terjual atau frekuensi perputarannya cepat.
2. Merupakan golongan obat yang tidak termasuk golongan fast moving. Obat-
obat golongan ini dikelompokkan lagi menurut farmakoterapinya yaitu
22
Antibiotik, sistem jantung dan pembuluh darah, anti alergi, susunan syaraf
pusat, hormon, vitamin, antidiabetes, saluran kemih, system pernafasan dan
sebagainya.
3. Golongan obat generik berlogo dan obat-obat produk PT. Kimia Farma,
diletakkan di rak tersendiri untuk memudahkan pengambilan.
4. Golongan obat-obat narkotika dan pesikotropika disimpan didalam lemari
khusus yang dilengkapi dengan kunci.
5. Golongan obat-obat termolabil, disimpan dalam lemari pendingin.
6. Untuk obat-obat bebas dan alat-alat kesehatan disimpan pada swalayan
farmasi, ditata dan disusun secara alfabetis sesuai dengan efek
farmakologinya.
3.4.4 Pengeluaran Barang
Pengeluaran barang di Apotek Kimia Farma 127 dilakukan dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Memeriksa terlebih dahulu sisa obat pada kartu stok dengan fisik barang.
2. Mencatat pengeluaran barang pada kartu stok meliputi :
a. Tanggal, bulan, tahun
b. Nomer resep
c. Jumlah barang yang keluar
d. Sisa barang dan bubuhkan paraf
3. Mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan (resep dan non resep).
4. Bila barang stok minimum, harus dicatat pada buku permintaan barang
(defekta).
3.4.5 Pemusnahan Obat
Obat-obat yang berada di apotek akan dimusnahkan jika
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Rusak
2. Berubah warna
3. Lewat tanggal kadaluarsa
4. Adanya ketentuan dari yang berwenang untuk di musnahkan
23
Pemusnahan obat ini dilakukan agar obat yang didistribusikan kepada
masyarakat obat yang aman, sehingga mencegah terjadinya medication error.
Pemusnahan harus meminta ijin prinsip dari Direksi PT. Kimia Farma Apotek
disertai usulan tim/panitia pemusnahan obat. Surat pemberitahuan pemusnahan
obat dikirimkan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat.
3.4.6 Stok Opname Fisik Obat
Stok Opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang yang
dilakukan setiap periode akhir triwulan. Pemeriksaan dilakukan untuk mengecek
apakah jumlah fisik barang sesuai dengan form record kartu stok atau data di
komputer. Sebelum dilakukan stok opname, dibentuk terlebih dahulu panitia stok
opname dengan surat keputusan dari Bisnis Manager PT Kimia Farma Apotek.
Stok fisik yang dihitung adalah posisi sisa fisik barang saat berakhirnya periode
stock opname.
Pencatatan nilai stok dilakukan dengan cara :
1. Menulis jumlah stok pada blanko stok opname.
2. Mengisi kartu stok barang menggunakan tinta merah.
Stok fisik dilakukan terhadap semua barang dagangan, dan dilakukan
pemisahan terhadap barang yang rusak, lewat tanggal kadaluarsa, dan berubah
warna. Setelah itu, hasil pendataan dimasukkan ke dalam komputer, lalu dibuat
berita acara stock opname fisik barang
3.5 Penerimaan Resep atau Tanpa Resep (Swamedikasi)
Proses penerimaan resep di apotek melalui beberapa proses di antaranya
adalah penerimaan resep tunai, penerimaan resep kredit dan layanan
penghantarann obat.
3.5.1 Penerimaan Resep Tunai
Penerimaan resep tunai adalah penerimaan resep yang
pembayarannya dilakukan secara tunai atau dengan kartu
24
kredit. Hal-hal yang dilakukan pada pemeriksaan resep tunai
adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa keabsahan resep (nama dan alamat dokter, nomer surat izin
praktek dan paraf dokter)
2. Memeriksa persediaan barang.
3. Bila ada, nama dan jumlah obat di entry.
4. Bila tidak ada persediaan obat, dokter yang menulis resep di hubungi untuk
mengusulkan penggantian obat dengan obat lain yang setara yaitu diganti
dengan obat generik atau dengan merk dagang yang lain.
5. Harga di informasikan kepada pelanggan.
6. Jika pelanggan tidak setuju karena harga terlalu mahal maka hanya diberikan
obat yang perlu saja atau ditawarkan setengah resep kecuali untuk antibiotika.
7. Jika pasien setuju, data pasien di entry dengan lengkap (nama, alamat, nomor
telepon, umur), begitu pula data dokter/RS (nama, alamat, nomer telepon).
8. Uang diterima dan bukti pembayaran diprint, lalu obat diserahkan kepada
pelanggan.
9. Ditanyakan kepada pelanggan, apakah perlu dibuatkan kwitansi atau copy
resep.
10. Blanko pemeriksaan proses layanan diprint kemudian ditempelkan pada resep
untuk selanjutnya diserahkan kepada petugas peracikan untuk disiapkan
obatnya.
3.5.2 Layanan Jemput Resep Antar Obat
Layanan jemput resep dan antar obat diperuntukkan untuk resep kredit
instansi maupun resep tunai perorangan. Penerimaan resep ini dilakukan melalui
telepon. Untuk resep tunai perorangan petugas mencatat nama, alamat, nomer
telepon pelanggan, serta nama obat dan jumlahnya. Stok obat dan harga obat
diperiksa pada komputer, lalu diinformasikan harga obat kepada pelanggan. Jika
harga disetujui, harus ditanyakan kepada pelanggan apakah perlu dibuatkan
kwitansi atau copy resep. Resep di jemput, lalu diperiksa keabsahannya dan
diminta pembayarannya. Penerima obat diminta untuk memparaf tanda terima.
25
3.5.3 Penerimaan Tanpa Resep (Swamedikasi)
Tahap-tahap yang dilakukan ketika akan melakukan swamedikasi adalah :1. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi.
2. Menggali informasi dari pasien meliputi :
a. Tempat timbulnya gejala penyakit.
b. Gejala penyakit.
c. Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya.
d. Berapa lama gejala dirasakan.
e. Ada tidaknya gejala penyerta.
f. Pengobatan yang sudah dilakukan.’
3. Memilihkan obat sesuai dengan rasionalan dan kemampuan ekonomi pasien
dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek.
4. Menginformasikan harga kepada pelanggan.
5. Jika pelanggan setuju, maka petugas peracikan akan menyiapkan obatnya.
3.6 Pengerjaan Resep
Pengerjaan resep pada Apotek Kimia Farma 127 meliputi pengerjaan resep
racikan ataupun resep obat jadi.
3.6.1 Pengerjaan Resep Racikan
Dalam pengerjaan resep racikan hal-hal yang dilakukan
adalah :
1. Membaca resep dengan seksama.
2. Menghitung perkalian dosis obat, bila ada resep yang dosisnya melampaui
dosis normal dikonfirmasikan ke dokter.
3. Mengambil obat dan mencatat jumlah obat yang diambil pada kartu stok obat
racikan.
4. Memeriksa ulang kebenaran hitungan dan obat yang diambil.
5. Membersihkan tempat meracik agar tetapi terjaga kualitas obatnya dan tidak
tercemar.
6. Melakukan peracikan obat sesuai resep.
26
7. Pada etiket yang sesuai, dituliskan nama pasien, nomer resep, tanggal, cara
pemakaian, jumlah puyer atau kapsul. Untuk obat dalam menggunakan etiket
warna putih, sedangkan obat luar menggunakan etiket warna biru.
8. Obat beserta resep diserahkan kepada petugas pemeriksa resep untuk
pemeriksaan akhir, lalu diberikan kepada apoteker.
3.6.2 Pengerjaan Resep Non Racikan (Obat Dalam)
Dalam pengerjaan resep obat jadi, hal-hal yang dilakukan adalah :
1. Membaca resep dengan seksama
2. Mengambil obat dan mencatat jumlah obat yang diambil pada kartu stok obat
racikan.
3. Memeriksa ulang kebenaran obat yang diambil.
4. Pada etiket yang sesuai dituliskan nama pasien, nomor resep, tanggal, cara
pemakaian dan jumlah obat luar menggunakan etiket warna biru.
5. Obat beserta resep diserahkan kepada petugas pemeriksa resep untuk
pemeriksaan akhir, lalu diberikan kepada apoteker.
3.7 Penyerahan Obat
Penyerahan obat yang dilakukan oleh apoteker dapat dibagi menjadi dua
yaitu penyerahan obat dengan resep serta penyerahan obat tanpa resep.
Penyerahan obat ini disertai juga dengan pelayanan informasi obat.
3.7.1 Penyerahan Obat dengan Resep
Dalam penyerahan obat dengan resep, hal-hal yang dilakukan adalah:1. Menanyakan tiga pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open ended questions :
a. Apa kata dokter katakan mengenai obat ini ?
b. Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaiannya?
c. Apa yang diharapkan pasien dalam pengobatan ini?
2. Menjelaskan kembali kepada pasien mengenai nama obat, tujuan penggunaan
obat, jangka waktu pengobatan, efek samping yang mungkin timbul, aktifitas
ataupun makanan yang harus dihindari serta tempat penyimpanan obat.
27
3. Memeragakan dan menjelaskan pemakaian obat-obat tertentu ( inhaler,
supositoria, salep mata ).
4. Melakukan verifikasi akhir terhadap pemahaman pasien.
5. Melakukan pencatatan pelayanan informasi obat yang dilakukan pada kartu
pengobatan.
3.7.2 Penyerahan Obat Tanpa Resep (Swamedikasi)
Dalam penyerahan obat tanpa resep hal-hal yang di informasikan kepada
pasien adalah memberikan informasi tentang nama obat, tujuan pengobatan, cara
pakai, lamanya pengobatan, efek samping yang mungkin terjadi serta hal-hal yang
harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh pasien selama pengobatan.
Dan bila sakit berlanjut/ lebih dari 3 hari maka harus menghunbungi dokter.
Verifikasi akhir juga harus dilakukan terhadap pemahaman pasien.
3.8 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
Narkotika dan Psikotropika dapat menimbulkan efek ketergantungan yang
sangat merugikan. Untuk mencegah penyalahgunaan serta menjamin
ketersediaannya bagi pelayanan kesehatan, maka diperlukan pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan seksama.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan ke
dalam golongan-golongan (Golongan I, II, dan III). Psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang Republik Indonesia
No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropik)
Dalam UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika dan dalam UU No.5 1997
tentang psikotropika, disebutkan bahwa perlu dilakukan pengelolaan Narkotik dan
Psikotropik untuk :
28
1. Menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropik guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan.
2. Memberantas terjadinya penyalahgunaan narkotik dan psikotropika.
3. Memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika.
Oleh karena itu, obat narkotika dan psikotropika ditangani secara khusus
sesuai peraturan perundang-undangan meliputi pengadaan, penyimpanan,
pengeluaran dan pelaporan.
1. Pengadaan
Apotek hanya dapat memperoleh obat-obatan narkotika dari pabrik obat
dan PBF tertentu, yaitu PT. Kimia Farma dan psikotropik hanya dapat di produksi
oleh pabrik obat yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pemesanan obat narkotika dilakukan dengan
surat pesanan khusus yang ditandatangani oleh APA, dengan mencantumkan
nama jelas, nomor SIK dan stempel apotek.
Surat pesanan dibuat rangkap tiga, dua untuk apotek dan sisanya untuk
PBF Kimia Farma. Apotek memiliki kewajiban untuk menyusun dan
mengirimkan laporan bulanan mengenai pemasukan dan pengeluaran narkotika,
yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan tebusan kepada
Dinas Kesehatan Tingkat Propinsi dan Balai Besar POM tingkat propinsi, dan
penanggung jawab narkotik PT Kimia Farma.
2. Penyimpanan dan Pemusnahan
Penyimpanan Narkotik diatur dalam Permenkes RI No.28 tahun 1987,
yaitu bahwa narkotik disimpan dalam lemari khusus yang terbuat seluruhnya dari
kayu atau bahan lain yang kuat, dengan ukuran 40x80x100cm3. Apabila tempat
khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100cm3, maka harus
menempel pada tembok atau lantai. Lemari tersebut harus mempunyai kunci yang
kuat dan lemari tersebut dibagi menjadi dua masing-masing dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina dan
29
garam-garamnya serta pesediaan narkotik. Bagian ke dua dipergunakan untuk
menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
Penyimpanan obat psikotropika ditempatkan pada tempat tersendiri. Sama
halnya dengan narkotika, psikotropika yang telah mengalami kerusakan harus
dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan oleh pemerintah, orang, atau badan yang
bertanggung jawab atas produksi dan peredaran psikotropika, sarana kesehatan
tertentu, serta lembaga ilmu pengetahuan tertentu dengan disaksikan oleh pejabat
departemen di bidang kesehatan. Setiap pemusnahan psikotropika wajib dibuatkan
Berita Acara Pemusnahan.
3. Penjualan
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskekesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada
pengguna atau pasien yang tentunya memiliki resep dokter. Resep yang
mengandung obat golongan narkotika diberi garis merah di bawah nama obatnya,
kemudian di laporkan dalam laporan pemakaian narkotika, dicatat nomor resep,
tanggal penyerahan, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter serta
jumlah obat yang diminta. Apotek tidak boleh melayani permintaan narkotika atas
dasar salinan resep dari apotek lain. Salinan resep berisi narkotika hanya boleh
dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.
4. Pemusnahan
Apabila narkotik tersebut rusak yaitu :
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau
tidak dapat digunakan dalam proses produksi.
2. Kadaluarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau
4. Berkaitan dengan tindaka pidana.
30
Maka narkotika tersebut perlu dilakukan pemusnahan. Pemusnahan
narkotika dilakukan oleh pihak apotek dengan disaksikan oleh petugas Dinas
Kesehatan tingkat II.
Pemusnahan dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-
kurangnya memuat :
a. Nama, Jenis Obat, Sifat dan Jumlah.
b. Keterangan tempat, jam , hari , tanggal , bulan , dan tahun dilakukan
pemusnahan.
c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan.
Berita acara pemusnahan tersebut kemudian dikirimkan kepada Badan
POM dan Dinas Kesehatan Kota Bandung, dengan tebusan kepada Dinas
Kesehatan tingkat propinsi dan Balai Besar POM tingkat propinsi.
5. Pelaporan
Pelaporan pemakaian obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan
setiap bulan. Laporan ini terdiri dari surat pengantar, laporan penggunaan sediaan
baku narkotika dan laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. Laporan ini
ditandatangani oleh APA.
3.9 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian
Kegiatan non teknis Kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia
Farma 127 yaitu berupa administrasi harian dalam bentuk Laporan Akutansi
Keuangan. Secara berkala Apotek Kimia Farma 127 mempunyai kewajiban untuk
melaporkan :
1. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH).
2. Bukti setoran kasir.
3. Bukti transfer bank atas penerimaan piutang.
4. Bon pengeluaran.
5. Kwitansi penagihan kredit.
6. Stok barang dagangan.
31
Fungsi dari laporan akutansi keuangan bagi manajemen apotek adalah
untuk mengetahui kondisi keuangan, barang, umur piutang, umur hutang, dan
efisiensi penggunaan biaya, melalui paramenter-parameter yang terdapat pada
laporan analisis rasio keuangan, sehingga manajer mampu mengambil keputusan
untuk pengembangan apotek di masa yang akan datang. Seluruh laporan akutansi
keuangan selanjutnya dilaporkan kepada Unit Bisnis Manjer Bandung.
3.10 Swalayan Farmasi
Swalayan farmasi merupakan suatu bentuk inovasi terbaru dari PT Kimia
Farma Apotek untuk dapat memanjakan pasien yang berada di apotek. Dalam
menunggu peracikan obat, pasien dapat menghabiskan waktunya di swalayan
farmasi untuk membeli keperluan sehari-hari seperti popok bayi, pembalut wanita,
tisu, suplemen makanan, vitamin, ataupun obat-obat bebas, bebas terbatas, alat
kesehatan, kosmetika, produk susu dan perbekalan non farmasi lainnya. Sistem
pelayanan swalayan farmasi berbeda dengan pelayanan resep, yaitu pada
swalayan farmasi pembeli dapat memilih langsung sendiri barang yang ingin
dibelinya lalu dibayar di bagian kasir, setelah itu, kasir akan membuat bukti
pembelian (struk) dan menyerahkan kepada pembeli.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Sebagai salah satu sarana kesehatan, Apotek Kimia Farma 127 telah
melakukan fungsi dan tugasnya dengan baik sebagai tempat pengabdian profesi
seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatannya, melakukan
peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan
obat serta sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang aman dan bermutu
kepada masyarakat. Apoteker di Apotek Kimia Farma 127 sebagai penanggung
jawab teknis kefarmasian di apotek telah dapat melakukan tugas, wewenang, dan
tanggung jawabnya dengan baik sebagai pemegang ujung tombak dalam
pendistribusian perbekalan farmasi kepada masyarakat.
Apotek Kimia Farma 127 terletak di Ujung Berung no.40 Bandung dekat
dengan pusat perbelanjaan , rumah sakit , dan perumahaan penduduk sehingga
letaknya cukup strategis. Dilengkapi dengan fasilitas tempat parkir yang memadai,
dan semua persyaratan teknis bangunan Apotek telah sesuai dengan yang
disyaratkan oleh Kepmenkes No.1072 tahun 2004 dan Kepmenkes RI No.1332
tahun 2002.
Apotek Kimia Farma dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA) yang bertanggung jawab kepada Kepala Bisnis Manajer Bandung, Apotek
Kimia Farma 127 memiliki seorang Apoteker Pendamping. Disamping
memberikan pelayanan kefarmasian Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek
Kimia Farma 127 juga bertanggung jawab dalam bidang managerial.
33
Apoteker Pengelola Apotek di bantu oleh duabelas orang Asisten Apoteker,
delapan orang Non Asisten Apoteker, tiga orang petugas keamanan, dan dua
orang petugas kebersihan.
Shift kerja Pegawai di bagi menjadi tiga Shift yaitu Shift pagi (Pukul 07.30 –
14.30) , sore (14.30 – 21.30) , dan malam (21.30 – 07.30) . Apotek Kimia Farma
127 selalu berusaha untuk menjadi badan usaha yang selalu mengedepankan
kepentingan pasien (pasient oriented), tetapi tidak lepas dari orientasi bisnis yang
harus memperoleh keuntungan (profit oriented).
PT Kimia Farma Apotek melakukan pengembangan dalam usahanya
denagn melalui 3 cara yaitu :
1. Eksistensifikasi
Pembukaan cabang baru Apotek Kimia Farma di tempat tertentu.
2. Intesifikasi
Memberikan format baru dan layout baru pada salah satu cabang apoteknya.
3. Diversifikasi
Penyewaan gedung milik PT Kimia Farma kepada pihak lain.
Apotek Kimia Farma 127 mempunyai slogan “ One Stop Health Care
Solution”, sehingga apotek ini mencoba untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas hidup dari
masyarakat itu sendiri. Hal ini dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa
dokter yaitu Dokter Umum dan Dokter Spesialis antara lain Sepesialis Anak,
Kulit, Mata, Obgyn, THT dan Internist.
Apotek Kimia Farma 127 merupakan salah satu apotek pelayanan yang
secara struktural berada di bawah pengelolaan Bisnis Manajer (BM) Kimia Farma
Apotek Bandung. Bisnis Manajer bertanggung jawab atas pengelolaan
administrasi pembelian, hutang dagang, piutang dagang dan pajak, dan penagihan
piutang untuk semua apotek pelayanan yang ada di Bandung.
34
Dengan adanya konsep BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan
dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien serta memberikan
kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi
dan penyelesaian masalah.Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep
BM adalah :
1. Apotek – apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan,
sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada
peningkatan penjualan.
2. Merasionalkan jumlah SDM, terutama tenaga administrasi yang diharapkan
berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
3. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
4. Harga barang dagangan menjadi lebih murah dikarenakan barang yang dibeli
dalam jumlah banyak.
Kegiatan yang berjalan di apotek pelayanan umumnya meliputi :
1. Pengelolaan barang, termasuk di dalamnya perencanaan, pengadaan serta
penyimpanan barang.
2. Penerimaan resep, termasuk di dalamnya penerimaan resep tunai maupun
kredit.
3. Pengerjaan resep, baik resep racikan maupun resep dengan obat jadi.
4. Penyerahan obat, yang disertai dengan pelayanan informasi obat.
5. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
6. Kegiatan administrasi, baik administrasi resep maupun keuangan.
Semua kegiatan tersebut telah dilakukan dengan baik oleh Apotek Kimia
Farma 127. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut telah diatur
langkah-langkahnya dalam standar operasional prosedur, sehingga mencegah
terjadinya suatu kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Standar
operasional prosedur ini merupakan pedoman dalam rangka melaksanakan setiap
fungsi kegiatan di apotek. Standar operasional prosedur tersebut dibuat dengan
tujuan untuk memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap
35
fungsi apotek dan agar petugas dapat menjaga konsistensi tingkat kinerja di
apotek serta sebagai bentuk pengendalian agar terhindar dari kesalahan prosedur.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, PT. Kimia Farma Apotek
telah menerapkan Kimia Farma Informasi Sistem (KIS) untuk pengadaan barang
di apotek-apotek jaringan. Dengan adanya sistem ini, maka dapat meningkatkan
efisiensi pengelolaan operasional apotek yang bertujuan agar semua informasi
yang berhubungan dengan manajemen operasional dan keuangan dapat diperoleh
dengan cepat, tepat, dan akurat. Sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambian keputusan dan didapat keseragaman program yang terintegrasi dan
terstruktur, karena PT. Kimia Farma merupakan suatu perusahaan jaringan untuk
efisiensi tenaga, waktu, dan biaya.
Pengadaan barang mengacu pada asistem pareto, yaitu system yang
menggolongkan produk berdasarkan prioritas. Apotek jaringan seperti Apotek
Kimia Farma 127 melakukan pengadaan barang melalui Surat Pesanan (SP) yang
dikirimkan ke Manajer Bisnis Bandung secara on-line melalui e-mail.
Selanjutnya Supervisor pembelian Manajer Bisnis akan melakukan pembelian
sesuai permintaan apotek. Pengiriman barang dari distributor langsung ditujukan
ke apotek jaringan, sedangkan pembayaran barang dilakukan oleh Bisnis
Manager.
Sistem penyimpanan yang berlangsung di Apotek Kimia Farma 127
berdasarkan Golongan Farmakologi, bentuk sediaan, sifat fisika kimianya, serta
farmakoterapinya sehingga akan mempercepat proses pencarian obat dan pasien
akan dapat dilayani dengan cepat.
Sistem pengeluaran barang di Apotek Kimia Frama 127 telah memenuhi
ketentuan dan dapat menunjang kecepatan dan kualitas pelayanan kepada pasien,
karena obat dan perbekalan kesehatan disimpan berdasarkan system FIFO ( First
In First Out ). Kegiatan Pengawasan terhadap persediaan obat dilakukan dengan
menyimpan kartu stok pada setiap tempat penyimpanan obat, yang berguna untuk
mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran obat. Setiap tiga bulan dilakukan stok
opname sebagai pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang sehingga dapat
36
diketahui modal yang berbentuk barang, adanya barang yang hilang, rusak, atau
sudah kadaluarsa, serta untuk menginventrisasi barang-barang yang kurang atau
tidak laku
Penerimaan dan pengeluaran barang di apotek ini dilakukan secara normal
dan komputerisasi. Barang yang datang dari distributor diperiksa kesesuaiannya
dengan Faktur dan BPBA dan dicatat dalam kartu stok serta computer. Setiap
barang yang keluar dari apotek harus dicatat dalam kartu stok barang dan secara
otomatis tercatat di computer pada saat pembuatan struk penjualan kepada
pelanggan.
Apotek Kimia Farma 127 menetapkan satandar mutu setiap kegiatan yang
dilakukan sebagai parameter standar misalnya adalah standar mutu layanan resep
dan layanan swalayan farmasi. Secara umum, standar mutu pelayanan di Apotek
Kimia Farma 127 adalah :
Obat tersedia lengkap, terjamin kualitas dan legalitasnya.
Waktu layanan resep tidak kurang dari 15 menit (untuk obat jadi). Jika obat yang
disiapkan lebih dari 15 menit maka Kimia farma akan memberikan potongan
harga/diskon sebanyak 5%.
1. Penolakan resep tidak lebih dari 1% dari total resep.
2. Pelayanan yang diberikan ramah dan professional sehingga dapat memuaskan
pelanggan.
3. Tidak terjaid kesalahan pemberian obat.
4. Informasi jelas dan dapat di pahami pelanggan.
5. Complain pelanggan ditanggapi saat itu juga dan terdokumentasi dengan baik.
Secara umum alur pelayanan resep tunai maupun kredit sudah baik, yaitu
setiap resep yang masuk melalui tahapan pemberian harga untuk resep tunai
secara komputerisasi, pembuatan etiket, tahapan peracikan atau pengisian obat,
tahapan pembungkusan dan pemeriksaan obat oleh asisten apoteker, sebelum
diserahkan ke pasien dengan disertai pemberian informasi yang diperlukan. Setiap
tahapan proses pelayanan tersebut ditangani oleh satu atau lebih asisten apoteker
37
untuk menegah terlewatnya salah satu proses pengerjaan resep yang dapat
menyebabkan kesalahan obat.
Pelayanan informasi obat dilakukan setiap kali pada saat penyerahan obat
kepada pasien. Informasi yang diberikan kepada pasien ditujukan agar tercapai
hasil terapi yang optimal. Pemberian informasi obat di apotek bertujuan untuk
memberikan dasar pengertian mengenai penggunaan obat yang aman dan efektif
serta memberikan informasi obat yang objektif kepada kepada berbagai pihak.
Biasanya informasi obat yang diberikan adalah cara penggunaan obat, waktu
penggunaan obat, kegunaan obat, efek samping yang mungkin ditimbulkan, serta
interaksi antar obat atau obat dengan makanan. Akan tetapi, pemberian informasi
obat ini tidak selalu dapat diberikan dengan lengkap dan secara ideal karena masih
banyak pasien yang merasa segan untuk bertanya kepada apoteker. Dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, apoteker berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain
dengan pemanjangan informasi kesehatan di Apotek Kimia Farma 127.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan mengenai manajemen mutu yang
kriterianya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 1027 tahun 2004, maka
dapat disimpulkan bahwa Apotek Kimia Farma 127 sudah memenuhi standar
dalam pelayanan kefarmasian. Namun, pada pelaksanaannya terdapat kekurangan
seperti belum adanya pelayanan konseling bagi pasien, khususnya pasien
swamedikasi. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya tenaga, khususnya
Apoteker Pendamping yang dapat membantu APA. Akan tetapi, Apotek Kimia
Farma 127 berusaha melakukan peningkatan-peningkatan dalam hal pelayanan
guna meningkatkan kualitas hidup pasien.
Untuk meningkatkan pelayanan Apotek Kimia Farma 127 melakukan
yaitu diantaranya dengan melakukan pelayanan residensial. Apotek Kimia Farma
127 telah menyediakan jasa pengantaran obat yang memudahkan pasien membeli
obat. Untuk obat-obat yang stoknya habis Apotek Kimia Farma 127 akan
berusaha mengadakan obat tersebut dan menawarkan ke pasien untuk di antar ke
alamat pasien tanpa dipungut biaya. Dengan demikian, Apotek Kimia Farma 127
dapat meminimalisasi penolakan resep. Langkah ini merupakan langkah yang
strategis dan segnifikan dalam meningkatkan omset dan menciptakan pelanggan.
38
4.2 Pembahasan Selama PKL
Selama menjalani praktek kerja lapangan dalam waktu satu bulan di
Apotek Kimia Farma 127 Ujung Berung , kegiatan kegiatan yang saya lakukan
antara lain :
1. Pelayanan resep
Setiap resep yang masuk harus dianalisis dan ditentukan harga yang akan
diberikan kepada pasien . Jika pasiennya setuju , resep akan dikerjakan sesuai
yang ditulis atas permintaan
2. Meracik obat
Jika dalam resep terdapat obat campuran yang harus diracik maka obat
tersebut dikerjakan sesuai dengan yang diminta oleh dokter
3. Pengisian kartu stok , etiket , salinan resep ,kwitansi , dan buku defekta
Setiap barang atau obat yang dikeluarkan harus ditulis dalam kartu stok ,
kemudian menulis etiket untuk obt tersebut merupakan lembar petunjuk
penggunaan atau cra pakai obat yang haru dilakukan . Jika resep belum
ditebus semua ,maka harus dibuat salinan reep .Apabila pasien meminta bukti
pembayaran maka dibuatlah kuitansi .Jika stok habis , maka kekosongan
barang harus ditulis dibuku defekta
4. Menyediakan obat untuk resep tunai dan kredit
Menyediakan obat atas permintaan tunai ataupun kredit
5. Menerima dan menata barang yang datanng dari distributor
Memeriksa barang yang datang , dengan mencocokan persediaan yang ada di
faktur lalu dan jangan lupa ditulis dibuku fakturnya dan disimpan ditempat
yang sesuai dengan nama obat yang sudah tersedia di apotek
6. Menyusun faktur
Menyusun faktur berdasarkan nomor faktur yang baru datang
39
7. Melayani pasien
Melayani pasien yang datang dengan segera memenuhi kebutuhan pasien
tersebut
8. Menganalisis resep
Memeriksa kelengkapan resepnya lalu mencari apa saja kegunaan obat yang
terdapat didalam resep dan memeriksa apakah obat yanng dimaksud tersedia
didalam apotek
4.3 Perbandingan Teori dan Praktek di Sekolah dengan Kenyataan di
Lapangan
Ketika menjalani di tempat praktek , terdapat beberapa perbedaan perbedaan
antara teori dan praktek yang didapat dan dilakukan disekolah dengan kenyataan
di lapangan . Berikut ini adalah beberpa perbedaan yang dimaksudkan :
1. Peracikan tablet
Disekolah , pengubahan bentuk tablet menjadi serbuk dilakukan dengan cara
penggerusan dengan menggunakan mortir dan stamper .Sedangkan di apotek
dalam jumlah banyak obat tidak digerus menngunakan mortir dan stamper
melainkan menggunakan blender . Hanya dalam jumlah yang kecil saja
mengunkan mortir
2. Pengisian etiket
Dalam penulisan etiket juga berbeda apabila disekolah kita menulis etiket
dengan menggunakan huruf dan dibubui tandatangan tetapi di apotek cukup
menngunakan angka dan tidak dibubui tandatangan ,sehingga lebih efisien dan
efektif . karena lebih mudah dilakukan dan juga menghemat waktu
3. Pengemasan serbuk
40
Pengisian serbuk dalam membuat serbuk disekolah kita pasti selalu
menggunakan kertas perkamen baik dalam jumlah sedikit maupun banyak
tetapi diapotek kita tidak menggunakan kertas perkamen tetapi menggunakan
kertas berlogo lalu nanti kita rapatkan kemasannya tersebut dengan mesin
press
4. Pengisian kapsul
Disekolah kita memasukan serbuk kedalam kapsul dengan cara dipatukan
tetapi jika di apotek kita memasukkannya dengan cara menaburkannya
kedalam kapsul cara ini dinilai lebih cepat debandingkan dengan cara
dipatukkan
5. Peracikkan cream
Cara peracikan cream diapotek apabila kandungan dari cream itu sama maka
langsung dimasukan kedalam pot ,sedangkan apabila kandungannya berbeda
maka menngunakan mortir dengan cara digerus sampai homogen
6. Peracikan syrup
Diapotek peracikan syrup pasti dengan cara mencampurkan serbuk kedalam
syrup manis dan serbuknya diperoleh dengan mencampurkan tablet tablet dan
sebelum dicampurkan dengan syrup pasti serbuknya diayak terlebih dahulu
4.4 Kesulitan yang Ditemui
Selain hal hal di atas , penulis juga menemukan beberapa kesulitan atau
permasalahan ketika menjalankan praktek kerja lapangan . Masalahnya itu
antaranya :
1. Kesulitan mencari letak obat , hal ini terjadi karena belum terlalu lama berada
di tempat praktek sehingga terkadang masih agak sulit mengingat semua letak
obat
41
2. Sulitnya untuk menjelaskan kepada pasien apabila ada obat yang harganya
lebih mahal dari pada ditempat lain , dan pasien tersebut menyebutkan selisih
antara diapotek ini dan diapotek lain
3. Kesulitan mencari alternatif obat yang diminta apabila obat tersebut tidak
tersedia diapotek
4. Adanya pasien yang bertanya mengenai lamanya pelayanan resep ketika
apotek dalam keadaan sibuk karena banyaknya resep yang harus dikerjakan
5. Kesulitan yang ditemukan dalam praktek kerja lapangan adalah kesulitan
menbaca resep dari doktek pada saat akan menulis etiket sering kali tertukar
antara angka 2 dan angka 3
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan selama dua bulan
di Apotek Kimia Farma 127 Bandung dan pembahasan pada bab sebelumnya
dapat ditarik kesimpulan seperti dibawah ini :
1. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kefarmasian dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan yang sebaik- baiknya
2. Asisten memiliki peranan cukup penting untuk kelangsungan dan kelancaran
apotek tersebut
3. Wawasan dan keterampilan siswa sudah bertambah setelah pelaksanaan
praktek kerja lpangan
4. Pengalaman siswa dalam hal melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan
dibidang kefarmasian sudah mulai bertambah
5. Siwa telah mendapatkan kesempatan untuk menyesuaikan diri dilingkungan
kerjanya
6. Siswa telah mendapatkan kesempatan untuk membandingkan teori yang
didapatkan disekolah dengan kenyataan yang ada dilapangan . Hasilnya
ternyata ada beberapa hal yang berbeda dengan teori dan praktek disekolah
dengan kenyataan dilapangan
43
5.2 SARAN
Saran untuk apotek :
Sebaiknya diberi tempat untuk tempat penyimpanan tas agar tidak sulit pada
saat akan lewat untuk meleyani konsumen atau pasien
Usahakan menyimpan barang tepat pada tempatnya agar tidak terlalu sulit
untuk mencari obat tersebut
Sebaiknya untuk obat yanng berada didalam lemari es untuk diberi daftar
diluarnya agar siswa PKL lebih mudah mencarinya
Saran untuk sekolah :
Untuk pihak sekolah sebaiknya memberikan pengarahan bagi siswa siswinya
yang mengikuti PKL dalam hal pembuatan laporan ataupun untuk hal hal yang
mengenai PKL
Pembimbing lebih sering untuk datang ke apotek untuk memantau anak
didiknya yang sedang melaksanakan PKL
44
BAB VI
PENUTUP
Alhamdulillah penyusun ucapkan yang sebesar – besarnya atas segala
rahmat yang telah dilimpahkan – Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan salah satu syarat untuk mengikuti ujian tahap akhir Sekolah
Menengah Kejuruan Yayasan Pendidikan Farmasi Bandung yaitu dengan
melakukan kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) berserta laporan akhirnya.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada para pembimbing di Apotik Kimia Farma 127 dan di Sekolah, yang telah
memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada saya.
Dan tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Buku Laporan mengenai Praktek
Kerja Lapangan ini.
Semoga dengan adanya buku laporan ini, dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam menghadapi dunia kerja sesungguhnya terutama bagi adik – adik kelas
yang akan menghadapi Praktek kerja Lapangan selanjutnya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Robert, 2007. The Role of the Pharmacist in Promoting a Healthy Lifestyle, Official publication of the South African Pharmacy Council.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1078. Peraturan Menteri Kesehatan No.28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Peraturan Pemerintah No 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta .
Departemen Kesehatan. RI. 1981. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 26/Menkes/Per/II/1981 tentang Pengelolaan dan Perizinan Apotek. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Undang - Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Undang – Undang no.22 tentang Narkotika. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Undang – Undang no. 5 tentang Psikotropik. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.
46
1. CONTOH PLASTIK KLIP 1
47
2. CONTOH PLASTIK KLIP 2
48
3. CONTOH PLASTIK KLIP 3
49
4. CONTOH COPY RESEP
50
5. CONTOH KWITANSI
51
6. CONTOH PENGAMBILAN /PENGANTARAN BARANG
52
7. CONTOH KARTU BARANG
53
8. CONTOH KARTU PERMINTAAN OBAT
54
9. CONTOH LABEL NI DAN KOCOK DAHULU
55
10 .CONTOH ETIKET
56
11.BON PINJAMAN
57
12.KERTAS PUYER
58
13.CONTOH SURAT PEMESANAN NARKOTIKA
59
14.CONTOH SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA
60
15. Alur Barang
Kimia Farma 127 Bandung
Kimia Farma 127Bisnis
Manager
(pasif)
Pedangang Besar FarmasiKimia Farma 127
61
16.Struktur Organisasi Apotek Pelayanan
Bisnis manager kimia farma bandung
Apoteker pengelola apotek
Pelayanan informasi obat Asisten apoteker