Laporan Praktikum

  • Upload
    nbarsela

  • View
    2.821

  • Download
    25

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTARSegala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu pada Blok Biomedik yang disusun untuk pengambilan nilai dari praktikum-praktikum yang dilaksanakan pada blok Biomedik di Program Studi Kedokteran ini. Tak lupa pula penulis haturkan shalwat beserta salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas bantuan serta bimbingan yang diberikan kepada semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para instruktur dan Bapak Dr. dr Ilham Jaya Patellongi yang telah memimbing penulis pada saat melaksanakan praktikum. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai bekal tambahan pengetahuan mengenai keterampilan dalam Pemeriksaan EKG, Pemberian Cairan Intravena (infuse), dan Eksercise.

Batam, 2 Februari 2008

Penulis

Daftar IsiKata Pengantar ......................................................................................................... .. 1 Daftar Isi ..................................................................................................................... 2 BAB I : PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ................................................................................... 4 I.2 Tujuan Pembelajaran ......................................................................... 5 I.2.1 Tujuan Pembelajaran PRAKTIKUM 4 ...................................... 5 I.2.2 Tujuan Pembelajaran PRAKTIKUM 5 ...................................... 5 I.2.3 Tujuan Pembelajaran PRAKTIKUM 6 ...................................... 5 BAB II : PEMBAHASAN PRAKTIKUM 4

II.1. EKG II. 1. 1. Pengertian EKG II. 1. 2. Cara Kerja EKG II. 1. 3. Sadapan-Sadapan Elektrokardiografi II. 2. Listrik dalam Tabuh II. 2. 1. Mekanisme Impuls Saraf II. 3. Jantung II. 3. 1. Anatomi Jantung II. 3. 2. Sifat Otot Jantung II. 3. 3. Penyebab Eksitasi Jantung II. 4. Proses Pemeriksaan EKG pada Tubuh Manusia II. 4. 1. Tata Kerja

BAB III

:

PEMBAHASAN PRAKTIKUM 5

III. 1. Prinsip dan Konsep Dasar Keseimbangan Air dan Elektrolit pada Tubuh Manusia ........................................................................................................................... 17 III. 2. Fotografi Pembuluh Darah pada Anggota Gerak ........................................................................................................................... 18 III. 3. Pengertian Infus Intravena ........................................................................................................................... 22 III. 3. 1. Pemberian Obat melalui Jalur Intravena ........................................................................................................................... 22 III. 3. 2. Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena ........................................................................................................................... 23 III. 4. Protocol Pemasangan Infuse Lege Artis (Benar & Efesien) ........................................................................................................................... 29 BAB IV : PEMBAHASAN PRAKTIKUM 6

IV. 1. Perubahan Fisiologis Sebelum dan Sesudah Exercise ........................................................................................................................... 32 IV. 2. Sistem Transportasi Oksigen pada Saat Brtaktivitas ........................................................................................................................... 37 IV. 3. Bioenergeka Tubuh (Otot Penggerak Tubuh) ........................................................................................................................... 37 IV. 4. Homeosatasis Tubuh ........................................................................................................................... 39 BAB V : PENUTUP

V.1 Kesimpulan ........................................................................................ V.2 Saran ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Laporan ini saya susun sebagai sarat pengambilan nilai untuk tugas pada blok 2, khususnya pada blok dasar biomedik. Pemeriksaan kondisi tubuh mempunyai oeran yang sangat besar untuk mengetahui kondisi tubuh seseorang sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dapat dilakukan dengan penangan dini untuk mencegah dan menangani kondisi tubuh. Oleh karena itu dalam laporan ini, akan penulis bahas tentang pemeriksaan sederhana dan pengangan dininya.

I.2 Tujuan PembelajaranI.2.1Tujuan Pembelajaran Praktikum 4Setelah dan mampu melakukan menentukan pengamatan HR (Heart dan Rate) pembelajaran dan aksis ini, mahasiswa melalui diharapkan mampu menjelaskan prnsip biolistrik yang mendasari pemeriksaan EKG jantung elektokardiogram.

I.2.2Tujuan Pembelajaran Praktikum 5Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip dan konsep dasar keseimbangan air dan elektrolit pada tubuh manusia serta anatomi pembuluh darah anggota gerak bagian atas.

I.2.3Tujuan Pembelajaran Praktikum 6Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan sudah mampu menjelaskan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada saat dan setelah exersice, menghitung kerja luar yang digunakan selama exersice, dan menilai tingkat kebugaran setiap individu

I.3 Sasaran Pembelajaran

I.3.1 Sasaran Pembelajaran Praktikum 4Setelah melakukan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan sudah mampu :

Menjelaskan prinsip kerja EKG. Menjelaskan prinsip dasar pembentukan gelombang P, Q, R, dan T pada semua Lead orang normal.

I.3.2 Sasaran Pembelajaran Praktikum 5Setelah melakukan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan sudah mampu :

Menggambarkan topfografi pembuluh darah di daerah anggota gerak atas. Menerapkan prinsip-prinsip fisika zat cair/darah, gaya berat, dan faktor mekanika lainnya. Menerapkan prinsip-prinsip sterilisasi.

I.3.3Sasaran Pembelajaran Praktikum 6Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran mahasiswa dan diharapkan sudah mampu: Menjelaskan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi selama exercise setelah exercise. Menjelaskan sistem transportasi oksigen. Menjelaskan bioenergetika tubuh, khususnya pada otot penggerak tubuh. Menjelaskan konsep oxygen debt. Menjelaskan homeostatis tubuh yang terjadi saat dan setelah exercise. Menghitung energi gerak yang dilakukan.

BAB II PEMBAHASAN PRATIKUM 4II. Pemeriksaan EKG II. 1. EKGII.1.1 Pengertian EKGKetika impuls jantung melewati jantung, arus jantung akan menyebar ke dalam jaringan di sekeliling jantung, dan sebagian kecil dari arus jantung ini akan menyebar kesegala arah diseluruh permukaan tubuh. Terdapat potensial listrik di daerah jantung, yang terletak pada kulit yang berlawanan dengan sisi jantung yang terdapat elektroda. Pada daerah elektroda terdapat cairan tubuh (konduktor volume), dimana cairan tersebut merupakan konduktor yang baik untuk aliran listrik. Sehingga dapat mengalirkan arus yang dapat direkam. Yang dikenal sebagai elektrokardogram. Dimana hasil dari perekaman didapatkan dari dua denyut jantung yang terekam pada secarik kertas.

II.1.2 Cara Kerja alat EKGEKG dapat direkam dengan menggunakan elektroda aktif (elektroda eksplorasi) yang dihubungkan dengan elektroda indiferen pada potensial nol (rekaman unipolar) maupun rekaman bipolar. Elekrtokardiogram ini terdiri dari beberapa gelombang, diantaranya: P disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu atrium berdepolarisasi sebelum berkontraksi. QRS disebuanabkan listrik oleh yang potensial gelombang

dibangkitkan

sewaktu ventrikel

berdepolarisasi sebelum

berkontraksi, gelombang Sehinga kedua

yaitu

sewaktu

depolarisasi ini disebut

menyebar melewati ventrikel. gelombang gelombang depolarisasi. T disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel putih dari keadaan depolarisasi, proses ini terjadi didalam otot selama 0,25-0,35 detik sesudah depolarisasi, yang dikenal dengan gelombang repolarisasi. U tidak selalu ditemukan, dikarenakan adanya repolarisasi lambat pada otot papilaris. Jadi, gambaran elektrokardiogram terdiri atas gelombang depolarisasi dan gelombang repolarisasi. Didalam arus listrik yang diperolah dari jantung tersebut, terdapat jumlah potensial pada titik segitiga sama sisi dengan sumber arus dipusat adalah nol pada setiap waktu. Segitiga dengan jantung pada pusatnya disebut segitiga Einthoven. _ + sadapan I

sadapan II III

sadapan

+

+

Segitiga ini dapat diperkirakan dengan menempatkan elektroda pada

kedua lengan dan tungkai kiri. Dimana ketiga sisinya merupaka sadapan ekstremitas standar, yang dipergunakan pada elektrokardiographi. Bila semua elaktroda terdebut dihubungkan ke ujung bersama, maka akan diperoleh elektroda indiferen yang berada dekat potensial nol. Depolarisasi yang bergerak menuju elektroda aktif dalam konduktor volume meghasilkan defleksi positif, sedangkan depolarisasi yang bergerak kearah berlawanan menghasilkan defleksi negative. Menurut perjanjian cara penulisan defleksi ke atas ditulis bila elektroda aktif menjadi relative positif terhadap elektroda indiferen, dan defleksi ke bawah ditulis bila elektroda aktif menjadi negative. Pada EKG terdapat pena perekam yang akan menulis elektrokardiogram dengan bantuan lapisan kertas yang berjalan. Pada ujung pena ini disambungkan dengan penampungan tinta, dan akhir bagian perekam dihubungkan dengan system elektromagnetik yang kuat yang mampu menggerakkan pena maju dan mundur pada kecepatan yang tinggi. Sewaktu kertas bergerak ke depan, pena akam merekamelektrokardiogram, yang dikendalikan dengan bantuan amplifer elektronik yang sesuai, yang dihubungkan ke elektroda elektrogarafik pada peenderita. Ada juga system perekam pena lain yang tidak menggunakan tinta dalam jarum perekamnya, tetapi menggunakan kertas khusus. Diamana kertas ini akan menjadi hitam bila terpapar dengan panas, dn jarum itu sendiri dibuat menjadi sangat panas oleh arus listrik yang mengalir melalui ujungnya. EKG pada orang normal mempunyai rangkaian bagian jantug yang mengalami depolarisasi dan posisi jantung relative terhadap elektrod, yang mana merupakan pertimbangan penting dan menafsirkan konfigurasi gelombang pada tiap sadapan.Atrium terletak posterior dalam rongga dada.Ventrikel membentuk basis dan permukaan anterior jantung, dan ventrikel kanan terletak anterolateral kekiri. Jadi, suatu VR melihat ke rongga ventrikel. Depolarisasi atrium, depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel bergerak menjauhi elektroda eksplorasi, sehingga gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T semuanya defleksi

negative (ke arah bawah), a VL dan a VF melihat ke ventrikel, dan karena itu defleksi dominan positif atau bifasik. Tidak ada gelombang Q pada V1 dan V2, dan bagian awal kompleks QRS adalah defleksi ke atas kecil karena depolarisasi ventrikel mula-mula bergerak melintasi bagian tengah septum dari kiri ke kanan menuju elektroda aksplorasi. Gelombang eksitasi kemudian bergerak menuruni septum dan ke ventrikel kiri menjauhi elektroda menghasilkan gelombang S besar. Akhirnya bergerak kembali sepanjang dinding ventrikel menuju elektroda, menyebabkan kembali ke garis isoelektrik. Sebaliknya, pada sadapan vntrikel kiri (V4-V6) mungkin terdapat awal gelombang Q kecil (depolarisasi septum dan ventrikel kiri) diikuti dengan gelombang S sedang pada V4 dan V5 (depolarisasi lambat dinding vnetrikel bergerak kembali menuju sambung AV). Terdapat variasi dalam posisi jantung normal, dan posisi mempengaruhi konfigurasi kompleks elektrokardiografi pada bagian sedapan.

II.1.3 Sadapan-sadapan ElektrokardiographSadapan Bipolar Sadapan ini digunakan sebelim dikembangkan sadapan unipolar. Sadapan ekstrimitas standar, I, II, dan III dimana masing-masing merekam perbedaan potensial antara dua ekstrimitas. Oleh karena arus mengalir hanya dalam cairan tubuh, rekaman yang diperoleh adalah yang akan diperoleh bila elektroda pada titik perlekatan ekstremisitas, tanpa mempedulikan elektroda ditempatkan pada ekstrimitas. Pada sadapan satu I elektroda dihubungkan sedemikian rupa sehingga defleksi keatas dicatat ketika lengan kiri menjadi relative positif terhadap kanan (positif lengan kiri). Pada sadapan II, elektroda pada lengan kanan dan tungkai kiri, dengan tungkai positif, dan pada sadapan III elektroda pada lengan kiri dan tungkai kiri, dengan tungkai positif. Sadapan unipolar (V) atau Sadapan Dada (Sadapan Prekordial)

Pada sadapan ini elektroda ini dihubungkan dengan ujung positif pada elektrokardiograf, sedangkan elektroda negative disebut sebagai elektroda indiferen, biasa dihubungkan melalui tahanan listrik ke lengan kanan, lengan kiri, dan tungkai kiri, semuanya pada saat yang sama. Biasanya dari dinding anterior dada dapat direkam enam macam sadapan dada yang standard, elektroda dada dilekatkan secara berurutan pada enam titik seperti dalam diagram. Macam-macam rekaman yang direkam menurut metode seperti yang dikenal seperti V1, V2, V3, V4,V5, dan V6. Gambar elektrokardiogram normal:

Pada sadapan V1 dan V2, rekaman QRS dari jantung yang normal terutama bernilai negative, sebab elektroda dada pada sadapan-sadapan ini terletak lebih dekat dengan basis jantung dari pada aspek jantung, dengan arah penjalaran elektronegatif selama berlangsungnya sebagian besar proses depolarisasi ventrikel. Sebaliknya, kompleks QRS dalam sadapan V4, V5, dan V6 terutama bernilai positif sebab elektroda dada dalam sadapan-sadapan ini terletak lebih dekat dengan bagian aspek, dimana hal ini sesuai arah penjalaran muatan lektropositif salama berlangsungnya sebagian besar proses depolarisasi. Letak V1-V6 secara perinci pada tubuh: V1: Pada ruang antar costa ke empat pada sebelah kanan stenum. V2: Pada ruang antar costa ke empat pada sebelah kiri stenum.

V3: Antara V2 dan V4 (V3 dilakukan

setelah pelaksaan V4)

V4: Diruang antar costa kelima pada garismedio clavicular. V5: Di left anterior axilarry line setinggi(sejajar) V4 V6: Di left mid axilarry line setinggi (sejajar) V4

Sadapan unipolar dapat juga ditempatkan pada ujung kateter dan dimasukkan _ Bentuk sadapan unipolar: aVR : Pada lengan kanan + aVL aVL : Pada lengan kiri aVF : Pada tungkai kiri _ aVF+ aVR + ke esofaghus atau jantung.

II.2 Listrik dalam tubuhII.2.1 Mekanisme impuls sarafSistem saraf terbentuk dari sel-sel khusus yang disebut neuron atau sel saraf. Neuron menghantarkan pesan dengan sangat cepat melalui serangkaian perubahan listrik yang disebut impuls saraf atau potensial aksi. Neuron menghatarkan impuls saraf karena adanya perubahan beda potensial didalam dan diluar sel.

II.3 JantungII.3.1 Anatomi jantungPada jantung manusia bagian-bagian jantung secara normal berdenyut dengan urutan secara teratur. Kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel ), dan selama distolik semua empat rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung khusus dan menyebar melalui sistem ini kesemua bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar ini adalah simpul sinoatrial (simpul SA),lintasan antarsimpul di atrium, simpul atrioventrikular (simpul AV), berkas His, dan cabang-cabangnya, dan sistem Purkinje. Semua ini mampu mengahantar listrik secara spontan, tetapi yang paling cepat adalah simpul SA , ini dikarenakan depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Sehingga simpul SA ini merupakan Pacu Jantung normal, dimana kecepatannya mengeluarkan listrik dapat membuat frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui simpul ini ke berkas His, dan sepanjang cabang-cabang berkas His melalui Purkinje ke otot ventrikel. Pada pengaturan ini memungkinkan impuls berjalan melalui jalur yang pasti kesemua area jantung. Tabel kecepatan penghantaran dalam jaringan jantung:

Jaringan Simpul SA Lintasan atrium Simpul AV Berkas His Sistem Purkinje Otot ventrikal

Kecepatan Hantar (m/detik) 0,05 1 0,05 1 4 1

II.3.2 Sifat Otot JantungJantung berdenyut 70 kali per menit saat istirahat, 100.000 denyut sehari atau 1,825x 109 sepanjang hidup selama 50 tahun. Jantung berdenyut terus menerus karena adanya sifat listrik jantung. Potensial aksi otot jantung serupa dengan neuron, akan tetapi terjadi lebih lama. Tidak seperti otot rangka, otot jantug tidak membutuhkan stimulasi sistem saraf untuk berkontraksi. Stimulasi setiap denyut jantung berasal dari jantung itu sendiri dan merupakan stimulasi instristik dengan ritme yang khas yaitu ritme sinus. Karena itu, diluar tubuh, jantung akan tetap berdebnyut hinga satu jam atau lebih tabpa adanya stimulus dari luar.

II.3.3 Penyebab Eksitasi JantungDepolirasasi yang dimulai pada simpul SA disebarkan secara radial ke seluruh atrium kemudian semua bertemu disimpul AV. Seluruh depolarisasi atrium berlangsung selama kira-kira 0,1 detik (perlambatan simpul AV ) sebelum eksitasi menyebar ke ventrikel. Perlambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf simpatis yang ke jantung dan akan memanjang akibat perangsangan vagus. Dari puncak septum, gelombang

depolarisasi menyebar secara cepat didalam serta penghantar Purkinje ke semua bagian ventrikel dalam waktu 0,08-0,1detik. Pada manusia, depolarisasi otot ventrikel di mulai pada sisi kiri septum interventikul r dan bergerak pertama-tama kekanan menyeberangi bagian tengah septum. Gelombang depolarisasi mentebar kebagian bawah septum menuju apeks jantung g. Kemudian kembali sepanjang dinding ventrikel ke alur AV, berjalan terus dari permukaan endokardium ke epikardium. Bagian terkahir jantung yang mengalami depolarisasi adalah posterobasak ventrikel kiri, konus pulmonaris dan bagian paling atas septum.

II.4

Proses

Pemeriksaan

EKG

pada

Tubuh

ManusiaII.4.1 Tata kerjaPersiapan alat elektrokardiografi Pada alat ini terdpat dua tombol power. Sebelum dimulai pemeriksaan, kedua tombol harus dalam posisis OFF. Pada EKG didapatkan tombol pengukur pilihan sadapan untuk standarisasi baesarnya voltage,. Tombol pengukur pilihan sadapan digunakan untuk semua sadapantersebut diatas dengan cara memutar pengatur sadapan sesuai dengan pencatatan yang akan dikerjakan. Lakukan standarisasi sebelum dan setelah dilakukan pencatatan EKG. Hubungkan kabel penghubung antara EKG dan arus listrik umum. Pasang kabel arde (grounding) dan jepitkan pada kran logam / arde. Persiapan penderita Permisilah terlebih dahulu kepada pasien, bahwa kita akan mulai memeriksa kondisinya. Pasien diharuskan pada posisi baring dan dalam keadaan tenang diatas tempat tidur, yang berada didepan pemeriksa. Karena aktivitas otot lainnya akan menyebabkan ganungguan dari EKG. Baju dan kaos harus dilepas (telanjang dada)

Bersihkan dengan kapas alcohol bagian ventral kedua lengan bawah didekat pergelangan tangan dan bagian ventro medial kedua tungkai bawah didekat pergelangan kaki. Berikan pasta electrode (gel elektroda) secukupnya diberbagai tempat yang akan ditempelkan elektroda, lalu tempelkan elektrodanya. Hubungkan kabel yang berasal dari elektrokardiofraf dengan masing-masing elektrodanya, yaitu kabel RA (pergelangan tangan kanan), LA (pergelangan tangan kiri), RF (pergelangan kaki kanan), dan LF (pergelangan kaki kiri). Hubungkan juga ke semua V1-V6 pada dinding dada sesuai dengan tempatnya masing-masing. Periksa tombol pengatur kecepatan kertas, ada 2 pilihan yaitu 25mm/detik atau dimulai. Kedua tombol power pada EKG diletakkan pada posisis ON. Jarum penulis akan bergerak ke bawah dengan penggerakan jarum penulis supaya terletak di tengah. Kerjakan standarisasi dengan cara menjalankan kertas tombol pengatur sadapan pada posisi C, tekan tombol kepekaan 2x sehingga tergambar besarnya voltage pada kertas EKG. Telah diatur perangsangan pada tombol standarisasi (sehingga 10 mm). Pencatatan segera dimulai. Putarlah pencatatan sadapan berturut-turut mulai dari 1-2-3 dan seterusnya sampai kembali ke C. Setiap kali pindah ke sadapan berikutnya, beristirahtlah beberapa detik agar penulis kembali ke garis dasar (garis isoelektrik). Setipa pencatatan, dikerjakan minimal 3 siklus jantung, kecuali pada L2 minimal harus dikerjakan 6 siklus jantung (5 R-R interval). Satu siklus teridri atas gelombang P, Q, R, S dan T. Setelah selesai pemeriksaan, maka lepaskan lah secara perlahan semua elektroda yang berada pada pasien, lalu bersihkan bagian tubuh pasien yang telah dioleskan oleh gel elektroda. sebesar 1mV 50mm/detik. Pencatat siap

Bantulah pasien untuk bangun dari tempat tidur, agar pasien dapat mebereskan dirinya. Lalu bersihakan dan rapikanlah perangkat EKG tadi, dan letakkan pada tempat yang telah disediakan.

KesimpulanElektrokardio gram terdiri atas 3 gelombang yang disebut gelombang defleksi. Kecepatan EKG = 25 mm/detik. Pada absis dibaca skala waktu Skala waktunya yaitu 0,04 detik/mm = 0,2 detik/5 mm Pada ordinatnya dibaca skala voltage Yaitu 0,1 mV/mm =1 mV/cm Gelombang defleksi terdiri dari, gelombang P, kompleks QRS ( gelombang terpisah), dan gelombang T. Gelombang P,QRS disebut gelombang depolarisasi. Depolarisasi adalah proses atau tindakan menetralkan polaritas. Gelombang repolarisasi disebut juga gelombang T.

Perubahan hasil pemeriksaan EKG dari diam, menjadi bergerak disebabkan oleh: Karena adanya getaran Aliran listrik menjadi gerak Adanya gerakan tambahan (gerakan tersebut bias mengganggu hasil pemeriksaan) Pemeriksaan harus jauh dari medan listrik. Factor-faktor yang harus jauh dari medan listrik: Posisi elektroda tidak tepat Keefektifatan alat. Aksis = sumbu = garis Segitiga yang terdapat pada jantung dinamakan Segitiga Einthoven Ket kabel- kabel yang dipakai pada pratikum EKG: Merah 1 : C1/V1 Merah 2 Hijau 1 Hijau 2 Hitam Kuning Coklat Ungu : Right (tangan kanan) : Kaki kiri : C3/V3 : Right Foot (kaki kanan ) : Left (tangan kiri) : C4 : C6

Denyut jantung dapat ditentukan dengan mudah dengan bantuan elektrokardiogram. Frekunsi denyut jantung berdenuyut berbanding terbalik dengan interval waktu diantara dua denyut jantung yang berurutan. Jantung berdenyut 70 kali per menit saat istirahat. Denyut jantung normal adalah 60 kali permenit. Listrik merupakan aliran electron Listrik static adalah aliran electron Arus li Ohm menyakumstrik dinamika adalah aliran electron.

Hukum Ohm menyatakan hubungan antara beda pontensial energi yang digunakan dalam satu detik dan diukur dalam satuyan watt. Potensial akan terjadi pada sel saraf dan jantung dan merupakan contoh listrik pada tubuh. Listrik dapat menyebabkan kematian, karena prosedurnya bekerja yang aman harus diterapkan. Listrik dapat dignakan untuk tujuan diagnostic dan terapeutik. Kabel EKG Einthoven Segitiga

BAB IIIPEMBAHASAN PRATIKUM 5III. Pemberian Cairan IntravenaIII.1 Prinsip dan konsep dasar keseimbangan air dan elektrolit pada tubuh manusia.Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air (60%) & seluruh bagian tubuhnya selalu membutuhkan air, termasuk saat tidur. Pada manusia dewasa, sekitar separuh sampai dua per tiga tubuhnya terdiri dari air.

Pada lansia & mereka yang kegemukan, persentase cairan tubuhnya lebih rendah. Sedangkan perempuan memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dari lelaki, sehingga persentase cairan tubuhnya lebih rendah dari lelaki. Pada bayi & anak, persentase cairan tubuhnya lebih tinggi dari dewasa. Di tubuh kita, air terus berpindah dari satu bagian ke bagian tubuh yang lain sesuai kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan, agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Konsumsi air harus seimbang dengan cairan tubuh yang hilang melalui keringat, BAB, dan pernafasan.Kebutuhan air setiap orang tidaklah sama. Secara rata-rata, pada seorang lelaki dewasa dengan berat badan 50 kg dengan aktivitas fisik sedang, dibutuhkan asupan air sebanyak kurang lebih 2 liter setiap harinya. Kebutuhan air akan meningkat pada mereka yang memiliki aktivitas fisik lebih tinggi, bekerja/tidur di ruangan yang kelembabannya rendah (contoh ruangan ber-AC), suhu panas, atau di bawah terik matahari. Semakin tinggi berat badan, semakin tinggi pula kebutuhan airnya. Pada mereka yang mengalami demam, kebutuhan air juga meningkat. Biasanya, seseorang dapat meminum air dalam jumlah yang mencukupi untuk mengimbangi hilangnya air. Namun pada keadaankeadaan tertentu, seseorang tidak dapat minum dalam jumlah cukup, seperti pada keadaan diare berat atau muntah dalam waktu lama, sehingga banyak dari yang terjadi kekurangan air. Prinsip utama dalam asupan air adalah lebih baik minum air sedikit lebih dibutuhkan, dibandingkan dengan minum air lebih sedikit dari kebutuhan. Karena pada tubuh yang normal, kelebihan air dengan mudah akan dibuang namun tidak sebaliknya. Di dalam tubuh, air diserap di dalam saluran cerna & masuk ke dalam darah. Pengeluaran cairan tubuh beserta sampah metabolisme utamanya dilakukan melalui ginjal dalam bentuk urin. Air minum yang baik mengandung garam mineral seperti Natrium & Kalium yang biasa disebut

elektrolit. Di dalam tubuh, keseimbangan air terkait erat dengan keseimbangan elektrolit. Tubuh berusaha menjaga keseimbangan jumlah air & tingkat elektrolit dalam aliran darah tetap stabil.

III.2 Tofografi pembuluh darah pada anggota gerakLengan kanan

Seluruh tubuh

Cranial

Full body

III.3 Pengertian Infus intravena

Infuse cairan intravena

adalah pemberian sejumlah cairan ke

dalam tubuh, malalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Kondisi yang memerlukan cairan infus intravena ini adalah: Peredaran dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) dimana pada bagian ini megalami kehilangan cairan tubuh dan komponen darah (luka bakar, dehidrasi, diare) Serangan panas (heat stroke) yang mengalami kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi) Demam, dan semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung, dimana bagian ini juga menglami kehilangan cairan tubuh dan komponen darah III.3.1 Pemberian obat melalui jalur intravena Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan perawatan. administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya

Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya polications dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot). Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri. III.3.2 Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation) Pemberian cairan intravena (intravenous fluids). Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.

Pemberian kantong darah dan produk darah. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu). Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki). Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus: Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan

pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus: Rasa perih/sakit Reaksi alergi Jenis Cairan Infus Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami

hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin. Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya: 1.Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis. 2.Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

Pemberian Cairan Infus pada Anak Berapa Banyak Cairan yang Dibutuhkan Anak Sehat?

Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang masuk melalui mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan maintenance. Cairan maintenance adalah volume (jumlah) asupan cairan harian yang menggantikan insensible loss (kehilangan cairan tubuh yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari hembusan napas dalam hidung, serta dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin, elektrolit, dll) dalam urin/air seni yang osmolaritasnya/kepekatannya sama dengan plasma darah. Kebutuhan cairan maintenance anak berkurang secara proporsional seiring meningkatnya usia (dan berat badan). Perhitungan berikut memperkirakan kebutuhan cairan maintenance anak sehat berdasarkan berat bdan dalam kilogram (kg). Cairan yang digunakan untuk infus maintenance anak sehat dengan asupan cairan normal adalah: NaCl 0.45% dengan Dekstrosa 5% + 20mmol KCl/liter Penyalahgunaan cairan infus yang banyak terjadi adalah dalam penanganan diare (gastroenteritis) akut pada anak. Pemberian cairan infus banyak disalahgunakan (overused) di Unit Gawat Darurat (UGD) karena persepsi yang salah bahwa jenis rehidrasi ini lebih cepat menangani diare, dan mengurangi lama perawatan di RS. Gastroenteritis akut disebabkan oleh infeksi pada saluran cerna (gastrointestinal), terutama oleh virus, ditandai adanya diare dengan atau tanpa mual, muntah, demam, dan nyeri perut. Prinsip utama penatalaksanaan gastroenteritis akut adalah menyediakan cairan untuk mencegah dan menangani dehidrasi. Penyakit ini umumnya sembuh dengan sendirinya (self-limiting), namun jika tidak ditangani dapat menyebabkan kehilangan cairan dan

elektrolit yang bisa mengancam nyawa. Dehidrasi yang diakibatkan sering membuat anak dirawat di RS. Terapi komponen: cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tubuh), tiga rehidrasi (mengembalikan cairan mengganti

kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan maintenance. Terapi cairan ini berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi. (Penilaian Derajat Dehidrasi (dinyatakan dalam persentase kehilangan berat badan)3 Tanpa Dehidrasi: Diare berlangsung, namun produksi urin normal, maka makan/minum dan menyusui diteruskan sesuai permintaan anak (merasa haus). Dehidrasi Ringan (< 5%) Kotoran cair (watery diarrhea) Produksi urin (air seni) berkurang Senantiasa merasa haus Permukaan lapisan lendir (bibir, lidah) agak kering Dehidrasi Sedang (5-10%) Turgor (kekenyalan) kulit berkurang Mata cekung Permukaan lapisan lendir sangat kering Ubun-ubun depan mencekung Dehidrasi Berat (>10%) Denyut nadi cepat dan isinya kurang (hipotensi/tekanan darah menurun) Ekstremitas (lengan dan tungkai) teraba dingin Oligo-anuria (produksi urin sangat sedikit, kadang tidak ada), sampai koma

Penggantian Cairan pada Anak dengan Gastroenteritis5 Derajat dehidrasi (persentase kehilangan berat badan/BB) Ringan (< 5%) Sedang (5 - 10%) Berat ( > 10%) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) 50 ml/kg BB dalam 3 4 jam 100 ml/kg BB dalam 3 4 jam 100 150 ml/kg BB dalam 3 4 jam (jika masih mampu minum CRO) 10 ml/kg setiap habis BAB atau muntah Cairan intravena/infus

Tidak direkomendasikan Tidak direkomendasikan 20 ml /kg, Bolus dalam satu jam (NaCl atau RL) 10 ml/kg setiap habis BAB atau muntah

Kehilangan BB berlanjut

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian CRO dalam penatalaksanaan diare (gastroenteritis) pada anak dengan dehidrasi derajat ringan-sedang. Penggunaan cairan infus hanya dibatasi pada anak dengan dehidrasi berat, syok, dan ketidakmampuan minum lewat mulut. Terapi rehidrasi (pemberian cairan) oral (oral rehydration therapy) seperti oralit dan Pedialyte terbukti sama efektifnya dengan cairan infus pada diare (gastroenteritis) dengan dehidrasi sedang. Keuntungan tambahan lain adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi CRO ini lebih cepat dibandingkan dengan harus memasang infus terlebih dahulu di Unit Gawat Darurat (UGD) RS. Bahkan dalam analisis penatalaksanaan, pasien yang diterapi dengan CRO sedikit yang masuk perawatan RS. Hasil penelitian ini meyarankan cairan rehidrasi oral menjadi terapi pertama pada anak diare di bawah 3 tahun dengan dehidrasi sedang.

Pada anak dengan muntah dan diare akut, apakah pemberian cairan melalui infus (intravenous fluids) mempercepat pemulihan dibandingkan dengan cairan rehidrasi oral (oral rehydration therapy/solution/CRO/oralit)? Ternyata pemberian cairan infus tidak mempersingkat lamanya penyakit, dan bahkan mampu menimbulkan efek samping dibandingkan pemberian oralit. Sebuah penelitian meta analisis internasional yang membandingkan CRO (oralit) dengan cairan intravena/infus pada anak dengan derajat dehidrasi ringan sampai berat menunjukkan bahwa CRO mengurangi lamanya perawatan di RS sampai 29 jam. Sebuah studi lain juga menyimpulkan CRO menangani dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan asidosis (keasaman darah meningkat) lebih cepat dan aman dibandingkan cairan infus. Penelitian lain menunjukkan keuntungan lain oralit pada diare dengan dehidrasi ringan-sedang adalah mengurangi lamanya diare, meningkatkan (mengembalikan) berat badan anak, dan efek samping lebih minimal dibandingkan cairan infus.

Pengawasan (Monitoring) Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur berat badannya, 6 8 jam setelah pemberian cairan, dan kemudian sekali sehari. Semua anak yang mendapatkan vairan infus sebaiknya diukur kadar elektroli dan glukosa, serum sebelum pemasangan infuse, dan 24 jam sebelumnya. Bagi anak yang tampak sakit, periksa kadar elektrolit dan glukosa 4-6 jam setelah pemasangan dan sekali sehari sesudahnya.

III.4 Protocol pemasangan infuse lege artis (benar &

efesien)Siapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan proses penginfusan tepat diantara pemeriksa dan pasien. Ambilah botol infuse, dan gantungkan pada tiang yang terletak di samping pasien. Ambillah selang infuse, lalu tusukkan pada botol infuse. Dan pastikan selah tersebut pada keaadaan off:. Berilah lubang pada kecil pada botol infuse, dengan menggunakan jarum. Hal ini akan memberikan udara pada botol infuse dan akan memberikan tekanan yang baik saat cairan infuse mulai bereaksi masuk ke dalam vena pasien. Pastikan pasien dalam kondisi tenang dan kedaan baring. Permisilah terlebih dahulu kepada pasien, karena pemeriksa akan mulai melakukan proses penginfusan. Cari lah terlebih dahulu vena yang terdapat pada anggota gerak pasien. Setelah pemeriksa menemukan vena, ambilah abbocath dan tusukkan secara perlahan abbocath pada anggota gerak pasien. Lepaskan secara perlahan abbocath dengan menggunakan dua tangan, yang satu menahan bagian abbocath yang akan disambungkan dengan selang infuse, sedangkan tangan yang satu lagi menarik secara perlahan bagian abbocath yang akan dilepaskan. Lalu ambilah selang infuse dan masukkan ujungnya dengan abbocath yang berada pada anggota gerak pasien. Buka lah selang infuse agar cairan infuse tersebut akan mengalir, dan pastikan aliran dan tekanan cairan tersebut sesuai dengan keadaan pasien. Setelah selesai melakukan proses pemasangan infuse tadi, maka bersihkanlah semua peralatan yang telah dipakai. Dan ucapkanlah pada pasien permisi, dan semoga lekas sembuh.

KesimpulanInfuse cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, malalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluk balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zatzat makanan dari tubuh. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus: Rasa perih/sakit Reaksi alergi Jenis Cairan Infus Cairan hipotonik Cairan isotonik Cairan hipertonik

Dua kelompok pembagian cairan: Kristoloid Koloid Tahapan dehidrasi Dehidrasi ringan (< 5%) Dehidrasi sedang (5-10 %) Dehidrasi berat (> 10 %) Alat-alat yang digunakan untuk penginfusa Tempat tidur 2.

3. Abbocath

Infuse set (NaCl)

5. Kapas alcohol

6. Manikin

BAB IV PEMBAHASAN PRATIKUM 6IV. ExerciseHasil pengamatan pratikum 6

Tabel Pengamatan Perubahan Fisiologis Pada Propandus Sebelum dan Setelah Exercise

Sebelum Exercise BB (Timbangan Kecil) 55 kg BB (Timbangan 59,5 kg Besar) TB (Alat Ukur A, dari 161,5 cm atas ke bawah) TB (Alat Ukur B, dari 163 cm bawah ke atas)

Sesudah Exercise54,2 kg 58,5 kg 161,5 cm 163 cm

Grafik Pengamatan Perubahan Fisiologis Pada Propandus Sebelum dan Setelah Exercise

IV.

1.

Perubahan

Fisiologis

Sebelum

dan

Sesudah

ExerciseAdaptasi fisiologis terhadap kerja fisik dapat dibagi dalamadaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan teijadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh

bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut. Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain: FREKUENSI DENYUT JANTUNG Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhanadan mudah diukur dan cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantungberkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter. cardiac monitoring dan sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantungsendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia. (Frekuensi maksimal denyut jantung =220 - usia dengan standar deviasi 10 denyut )

CURAH JANTUNG/CARDIAC OUTPUT (CO) Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh ventrikel selama satu menit. Satuannya dalam dm3 min-1 (1 dm3 sebanding dengan 1000 cm3 atau 1 liter). Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat serabut balik otot jantung berkontraksi Ketika dengan kekuatan kuat ketika diberikan tanpa perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan (bertolak belakang). kontraksi naik peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang (Ganong, 2001). Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). According to our calculations, the entire volume of blood within the circulatory sytem is pumped by the heart each minute (at rest). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (di istirahat). During vigorous exercise, the cardiac output can increase up to 7 fold (35 liters/minute)Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit) VOLUME SEKUNCUP (STROKE VOLUME) Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110-

130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi.

ARUS DARAH Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas. Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing jaringan baik dalam keadaanistirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah padafase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang.

TEKANAN DARAH Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah 110140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara tetap atau sedikit progresiv menurun. sedangkan pada tekanan diastolik

Berbagai penelitian sekarang ini telah menunjukkan bahwa orang yang mempertahankan kebugaran tubuh yang sesuai, menggunakan beragam latihan secara bijaksana dan melakukan pengaturan berat badan, memilkiki keuntungan tambahan, yaitu hidup lebih panjang. Khususnya antara usia 50-70 tahun, penelitian telah membuktikan bahwa kematian menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang bugar daripada orang yang tidak.Kebugaran dapat memperpanjang Pertama, kebugaran kehidupan tubuh dan karena pengaturan dua berat badan alasan. sangat

mengurangi penyakit kardiovaskuler. Hal ini disebabkan oleh: (1) pengaturan tekanan darah yang cukup rendah dan (2) pengurangan kolesterol darah dan lipoprotein densitas rendah bersamaan dengan peningkatan lipoprotein densitas tinggi. Perubahan-perubahan ini semua bekerja sama mengurangi jumlah serangan dan stroke otak. Kedua, dan mingkin yang sama pentingnya

orang sehat secara atletik memiliki cadangan kebugaran jasmani yang lebih banyak bila ia sedang sakit. Sebagai contoh, orang yang berusia 80 tahun, yang tidak bugar mengkin memilki system pernapasan yang membatasi pengantaran oksigen ke jaringan tubuh tidak lebih dari 1L/menit. Hal ini berarti bahwa cadangan pernapasan tidak lebih dari tiga sampai empat kali lipat. Namun, seorang yang berusia tua yang secara atletik bugar mungkin memiliki cadangan dua kali lipat. Keadaan ini khususnya penting dalam mempertahankan kehidupan bila orang yang tua tersebut menderita penyakit seperti pneumonia yang dapat dengan cepat memakai semua cadangan pernapasan yang ada. Selain itu, kemampuan untuk meningkatkan curah jantung pada waktu dibutuhkan sering lebih dari 50 persen pada orang tua yang bugar daripada yang tidak bugar.

IV.

2.

Sistem

Transportasi

Oksigen

pada

saat

BeraktivitasPada sistem transportasi oksigen ini, peningkatan tekanan CO2 (PCO2) atau konsentrasi H+ darah arteri maupun penurunan di PCO2

akanmemperbesar oblongata, mengakibatkan

derajat

aktivitas ringan.

neuron ke

pernafasan yang perubahan

medulla darah

sedangkan inhibisi

perubahan

arah

berlawanan kimi

Pengaruh

terhadap pernafasan berlangsung melalui kemoresptor pernafasan di glomus karotikum dan aoratikumserta sekumpulan sel di medulla oblongata maupun dilokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi dalam darah. Reseptor tersebut mambangkitkan impuls yang merangsang pusat pernafasan.

IV. 3. Bioenergika Tubuh (otot penggerak tubuh)Bioenergika biokimia memberikan prinsip dasar untuk menjelaskan mengapa sebagian reaksi dapat terjadi sedangkan sebagian yang lain tidak. Sejumlah sistem non biologik dapat menggunakan energi panas untuk melaksanakan kerjanya, namun sistem biologi pada hakekatnya bersifat isotermik dan memakai energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses reaksi oksidasi reduksi yaitu reaksi pengeluaran dan perolehan Prinsip elektron berlaku pada berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi pemahaman tentang sifat oksidasi biologi. Ternyata banyak reaksi-reaksi oksidasi dalam sel hidup dapat berlangsung tanpa peran molekul oksigen. Mitokondria sebagai organella pernapasan sel, dikatakan demikian karena didalamnya berlangsung sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi dalam rantai pernapadalam mitokondria yang merangkaikan respirasi dengan produksi ATP Sistem sebagai suatu zat antara berenergi tinggi dikenal dengan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan organisme aerob menangkap energi bebasdengan proporsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme an aerob.

BIOENERGETIKA DAN FOFORILASI OKSIDATIF Hukum termodinamika Organisme hidup mengubah energi yang diperolehnya dari makanan untuk berbagai tujuan seperti pemeliharaan sel, reproduksi dan berbagai kerja baik fisik maupun kimia. Dalam banyak reaksi biokimia, energi dari

reaktan diubah dengan sangat efisien menjadi bentuk yang berbeda. Dalam fotosintesa, energi cahaya diubah menjadi energi ikatan kimia.Dalam mitokondria, energi bebas yang terkandung dalam molekul kecil

dari bahan makanan diubah menjadi suatu alat tukar energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Energy ikatan kimia yang terkandung dalam ATP selanjutnya digunakan dalam berbagai cara dan tujuan. Dalam kontraksi otot, energi ATP diubah oleh miosin menjadi energi mekanik. Membran dan organel sel mempunyai pompa yang menggunakan ATP untuk transport molekul dan ion. ATPjuga digunakan untuk berbagai aktiviatas sel akainnya. Bioenergetika atau thermodinamika biokimia menerangkan berbagai macam perubahan energi yang menyertai reaksi-reaksi biokimia. Energi bebas adalah bahagian energi total yang dapat digunakan untuk kerjakerja bermanfaat, difungsikan berdasar hukum thermodinamika pertama dan kedua. Hukum thermodinamika pertama menyatakan jumlah energi dalam suatu sistem dan lingkungannya adalah tetap. Hukum kedua menyatakan bahwa suatu proses dapat berlangsung spontan hanya bila jumlah entropi (tingkat kekacauan) suatu sistem dan lingkungannya bertambah. Suatu masalah dalam menggunakan entropi sebagai kriteria apakah suatu reaksi kimia dapat berjalan spontan, ialah bahwa perubahan entropi reaksi kimia tidak dapat diukur secara langsung. Berlawanan dengan perubahan energi dalam sistem (tE ), perubahan energi bebas (tG ) suatu reaksi adalah kriteria yang berharga untuk menentukan apakah reaksi tersebut dapat berlangsung dengan spontan. Suatu reaksi dapat berlangsung spontan hanya bila tG negatif. Bila tG nol, sistem berada dalam keseimbangan dan bila positif, diperlukan masukan energi bebas untuk menggerakkan reaksi tersebut.

Protein pengangkut dalam mitokondria

Mitokondria merupakan organel yang berbentuk lonjong, biasanya dengan panjang kurang lebih dua mikrometer dan diameter setengah mikrometer. mengandung susunan rantai pernapasan, enzym-enzym siklus asamsitrat dan enzym-enzym oksidasi asam lemak. mitokondria memiliki dua sistemmembran, membran luar dan membran dalam yang luas dan berlipat-lipat. Lipatan-lipatan pada membran dalam disebut krista. Dua kompartemen dalam mitokondriayaitu ruang antar membran (ruang antara membran dalam dan membran luarmitokondria) dan matriks yang dibatasi membran dalam. Membran luar cukup permeabel untuk sebagian besar molekul kecil dan ion, karena mengandung banyakporin, suatu protein transmembran dengan pori besar. Sebaliknya hampir tidak ada ion atau molekul polar yang dapat menembus membran dalam. Sekelompok besarprotein transport mengangkut metabolit seperti ATP dan sitrat, melalui membrandalam kedalam matriks dan sebaliknya. Kedua sisi membran dalam disebut sisi matriks (sisi negatif) dan sisi sitosol (sisi positif) karena potensial membran antaradua sisi tersebut. Sisi ruang antar membran dikatakan sisi sitosol karena dapat dicapai oleh hampir semua molekul kecil dalam sitosol.

IV. 4. Homeostasis TubuhHomeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik homeostasis terjadi pada setiap organisme. Terdapat 2 jenis keadaan konstan atau mantap dalam homeostasis yaitu Sistem tertutup - Keseimbangan statis.Di mana keadaan dalam yang tidak berubah seperti botol tertutup.

Sistem terbuka - Keseimbangan dinamik .Di mana keadaan dalam yang konstan walaupun sistem ini terus berubah contohnya seperti sebuah kolam di dasar air terjun. Organisme mempunyai 2 lingkungan yaitu: Lingkungan luar yaitu lingkungan yang mengelilingi organisme secara keseluruhan. Organisme akan hidup berkelompok dengan organisme-organisme (abiosis). Lingkungan dalam yaitu lingkungan dinamis dalam badan manusia yang terdiri dari fluida yang mengelilingi komunitas sel-sel yang membentuk badan. Biosis ialah komponen hidup yang meliputi semua organisme hidup. Contoh komponen biosis ialah, manusia, tumbuhan, dan hewan. Abiosis ialah komponen mati seperti, suhu, nilai pH, cahaya, (biosis) dan objek-objek yang mati

kelembapan, topografi, dan iklim

KesimpulanBioenergika adalah : ilmu Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk menghasilkan kerja bila materi-materi dalam sistem tersebut bergerak dengan satu arah gradien normal. Satuan energi dalam SI (Systeme International) adalah Joule 1 kal = 4, 183 J Terdapat perubahan fisiologis pada tubuh manusia setelah melakukan aktivitas. Alat-alat yang digunakan untuk mengamati hasil pratikum 6 adalah : Sphygmomanometer, stetoskop, thermometer, stop watc, timbangan, dan alatb pengukur tinggi badan.

SUMMARY

Dari ketiga pratikum yang dilakukan dapat disimpulkan halhal seperti berikut: Mahasiswa dapat megetahui cara kerja EKG, dan cara pemeriksaan EKG pada tubuh manusia. EKG bermanfaat untuk mengetahui aktifitas listrik pada jantung. Mahasiswa dapat mnegetahui cara kerja infuse dan cara pemberian infuse. Infus berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang disebebkan beberapa hal. Pratikum 6 merupakan Gabungan pembelajaran pratikum yang dari awal dilakukan dan salung berhungungan dalam menunjang kemampuan manusia dalam berpratikum. Mahasiswa dapat megetahui perubahan fisiologo sebelum dan sesudah aktivitas dilakukan.

DAFTAR PUSTAKAK. Murray, Robert : Harpers Illustrated Biochemistry. 2003 James, Joyce : Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan. Erlangga.2008 Koolman J, Rohm KH, Atlas Berwarna dan teks Biokimia, Hipokrates, Jakarta 2001 Metabolism Intro and Bioenergetics: 03-59-362 (E- Book) Patton, Michael. The Proprietary Association of Great Britain.

Martini, Tri, dr. Diktat Biokimia I. Departement Biokimia Unair.