Upload
nurul-mentari
View
50
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FISIOLOGI HEWAN
Laporan Praktikum 7
Percobaan Darah I
Angela Utami Pratiwi
153112620120067
Program Studi S1 Biologi
Jurusan Biologi Medik
Universitas Nasional
2015
LATIHAN 7
PERCOBAAN DARAH I
A. Tujuan
Mahasiswa dapat :
• Menghitung jumlah sel darah merah (sel eritrosit)
• Menghitung jumlah sel darah putiu (sel leukosit)
• Menentukan kadar hemoglobin (Hb)
• Menetukan golongan darah
B. Dasar teori
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua mahluk hidup
(kecuali tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan hasil metabolisme yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia dan juga
sebagai pertahanan terhadap virus dan bakteri. Komposisi darah terdiri
dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45 % bagian dari darah.
Bagian 55 % yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk
medium cair yang disebut plasma darah.
Korpuskula terdiri dari: Sel darah merah/eritrosit (sekitar 99 %);
eritrosit tidak mempunyai nucleus sel ataupun organel, eritrosit
mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah
juga berperan penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan
eritrosit menderita penyakit anemia.
Sel darah putih atau leukosit (0,2 %); leukosit bertanggung jawab
terhadap sistem imun dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda
yang dianggap asing dan berbahaya, misalnya virus dan bakteri. Leukosit
bersifat ameboid atau tidak memiliki bentuk tetap. Orang yang kelebihan
leukosit menderita leukemia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit
menderita penyakit leukopenia.
Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0 %): tombosit
bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Plasma darah pada
dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
• Albumin
• Bahan pembeku
• Imunoglobin (antibody)
• Hormon
• Berbagai jenis protein
• Bebagai jenis garam.
Secara fisiologi, kepentingan darah yang utama untuk mengangkut
bahan makanan dan gas pernafasan, dari bagian permukaan hewan ke
berbagai sel yang melaksanakan metabolisme didalam tubuhnya. Fungsi
lain peredaran darah untuk mengangkut hormon dan bahan lain, serta
berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Fungsi darah yang berhubungan
dengan sistem perlindungan, berperan dalam reaksi imunitas. Secara
keseluruhan darah juga harus mampu melaksanakan pencegahan agar
tidak terjadi kehilangan sejumlah volume darah karena luka atau sebab
lain sehingga harus ada mekanisme pembekuan darah.
Terdapat 5 sel utama darah putih (white blood cell) atau leukosit
yaitu monosit,netrofil, basofil, eosinofil, dan limfosit. Fungsinya secara
kolektif adalah untuk melawan dan memerangi infeksi dengan berbagai
cara sebagai contoh monosit dan netrofil adalah fagosit, yang menelan
dan mencerna bakteri dan serpihan sel-sel mati dari tubuh kita sendiri.
Limposit akan ter-spesialisasi menjadi sel B dan sel T yang menghasilkan
respon kekebalan melawan zat-zat asing. Sel darah putih menghabiskan
sebagian besar waktunya diluar sistem sirkulasi berpatroli dalam cairan
interstisial dan sistem limpatik. Dimana sebagian besar pertempuran
terhadap kuman pathogen dilakukan. Secara normal satu milliliter kubik
darah manusia mempunyai sekitar 5000 sampai 10000 leukosit. Jumlah
ini akan meningkat sementara waktu ketika tubuh sedang perang
melawan suatu infeksi.
Sel darah merah (red blood cell ) atau eritrosit (erythrocyte) sejauh
ini merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya jauh melebihi yang
lain. Setiap milliliter kubik darah mengandung 5 sampai 6 juta sel darah
merah, dan terdapat sekitar 25 triliun jenis sel ini didalam keseluruhan 5
liter darah dalam tubuh. Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram
bikonkaf. Bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepinya,
eritrosit mamalia tidak mengandung nucleus(inti) semua sel darah merah
merah tidak memiliki mitokondria dan menghasilkan ATP secara eksklusif
melalui metabolisme anaerobic. Fungsi utama eritrosit adalah membawa
oksigen, ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm ) juga
sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut oksigen harus segera
berdisfusi melalui membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel
darah merah semakin besar pula luas permukaan membran plasma dalam
suatu volume darah. Bentuk bikonkaf juga menambah luas
permukaannya. (Campbell Reece Mitchael. 2004. Hal 54).
Keping darah (patelet) atau trombosit adalah fragmen-fragmen sel
dalam diameter 2 sampai 3 µm. Keping darah tidak mempunyai nucleus
dan bermula sebagai fragmen sitoplamatik yang memisah dari sel besar
dari sunsum tulang. Keping darah kemudian memasuki darah yang
berfungsi proses penting dalam penggumpalan,
Unsur-unsur seluler darah (eritrosit,leukosit dan trombosit) akan
menjadi rusak dan digantikan secara konstan sepanjang hidup seseorang.
Eritrosit, leukosit dan trombosit berkembang dari sumber yang sama, satu
populasi tunggal sel yang disebut sel induk pluri protein (pluri protein stem
cell) dalam sumsum merah tulang. Khususnya tulang rusuk, tulang
punggung, tulang dada dan pelvis. (Pluri protein berarti sel-sel ini
mempunyai potensi berdeferensiasi menjadi setiap jenis sel yang
menghasilkan trombosit). Sel induk yang berpluri protein itu muncul pada
tahap awal perkembangan embrio dan populasinya kemudian
memperbaharui diri sendiri menjadi darah dan unsur seluler.
Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik
negative yang sensitive terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah. Jika jaringan itu tidak menerima oksigen yang mecukupi,
ginjal akan mengubah sejenis protein plasma menjadi hormon yang
disebut ertitroprotein yang merangsang produksi eritrosit dalam sum-sum
tulang. Jika darah mengirimkan lebih banyak oksigen dibanding dengan
yang dapat digunakan oleh jaringan. Konsentrasi protein akan berkurang
dan produksi eritrosit berkurang, dan berproduksi eritrosit akan lambat.
(Campbell Reece Mitchael. 2004. Hal 55)
Sel darah putih dapat dihitung dengan menggunakan pipet sel
darah putih (untuk melakukan pengenceran) dan hemositometer (kaca
dengan kamar-kamar penghitung yang dikenal luasnya untuk
penghitungan). Untuk melakukan penghitungan sel darah putih dan merah
secara langsung, maka perlu dilarutkan sejumlah darah yang diketahhui
volumenya ke dalam suatu larutan yang berfita antikogulasi yang juga
diketahui volumenya. Dengan cara ini diketahui besarnya pengenceran
darah yang dihitung. Darah yang sudah diencerkan ditempatkan pada
hemasitometer. Sel darah kemudian dihitung dengan dibawah mikroskop.
Larutan untuk pengencaran sel darah merah dan putih berbeda.
Prinsipnya larutan itu isotonis dengan sel darah yang dihitung (Soedjono
dkk, 2000).
Hemositometer adalah perangkat awalnya dirancang untuk
penghitungan sel darah. Sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis
sel serta partikel mikroskopis lainnya. Hemositometer diciptakan oleh
Louis-Charles Malassez dan terdiri slide kaca tebal dengan lekukan
persegi panjang yang menciptakan ruang. Ruangan ini diukir dengan
menggunakan laser-tergores grid dari garis tegak lurus. Perangkat ini
disusun dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi oleh garis yang
diketahui, dan kedalaman ruang juga dikenal. Oleh karena itu mungkin
untuk menghitung jumlah sel-sel atau partikel dalam volume tertentu
cairan, dan dengan demikian menghitung konsentrasi dalam cairan sel-sel
secara keseluruhan (Dharmadi, 2010).
Gelas Objek Kamar Hitung Daerah dari hemositometer terdiri dari
beberapa, besar, 1 x 1 mm (1 mm 2) kuadrat. Ini dibagi dalam 3 cara; 0,25
x 0,25 mm (0,0625mm 2), 0,25 x 0,20 mm (0,05 mm 2) dan 0,20 x 0,20
mm (0,04 mm 2 ). Pusat, 0,20 x 0,20 mm ditandai, 1 x 1 mm persegi
dibagi lagi menjadi 0,05 x 0,05 mm (0,0025 mm 2) kuadrat.
Ukuran sel-struktur yang akan dihitung adalah yang terletak di
antara tengah-tengah tiga baris di bagian atas dan kanan atas kuadrat
dan dari tiga baris di bagian bawah dan kiri.
Pemilihan metode tergantung pada konsentrasi sel – ketepatan
prosedur tergantung pada jumlah sel dihitung. Ketika sel konsentrasi
rendah, orang harus menghitung lebih grid (Dharmadi, 2010).
Pipet Thomma adalah jenis pipet yang digunakan untuk
pengenceran sel darah. Ia tidak mengukur menipiskan darah atau cairan
dalam jumlah tertentu (misalnya, dalam mililiter),melainkan dalam hal
bagian dari volume total volume pipet. Yang pipet terdiri dari sebuah
batang yang ditandai dengan 2 divisi. Tanda pertama menunjukkan unit
0,5, dan yang kedua menunjukkan tanda 1,0 unit. Di atas batang adalah
bagian membulat seperti pipet volume untuk pencampuran yang berisi
manik-manik kecil. Alat ini membantu dalam pencampuran darah dan
pengenceran. Di atas bagian membulat terdapat tanda berukir (11,0 di sel
putih pipet dan 101,0 pada sel merah pipet). Sel merah pipet volume 101
unit. Batang setiap pipet berisi 1 unit volume dan bola berisi bagian
sisanya (Dharmadi, 2010).
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-
butiran darah merah. Dalam keadaannormal 100 ml darah mengandung
15 gram hemoglobin yang mampu mengangkut 0.03 gram oksigen.
Terdapat beberapa cara bagi mengukur kandungan hemoglobin dalam
darah: cara Sahli, Kertas Talquis, Hb meter dimodifikasi, CuSO4 dengan
BJ 1, 016 dan sebagainya. Setiap cara tersebut memiliki ketelitian yang
berbeda. Kadar Hb umumnya dinyatakan dalam gram/ml darah. Pada pria
jumlah rata-rata Hb = 15,4 gram/100 ml dan pada wanita 13,8 gram/100ml
(gram persen).
Kadar normal adalah :
1. Baru lahir : 17-22 g/dl
2. Usia seminggu : 15-20 g/dl
3. Usia sebulan : 11-15 g/dl
4. Anak-anak: 11-13 g/dl
5. Laki-laki dewasa: 14-18 g/dl
6. Wanita dewasa: 12-16 g/dl
7. Laki-lakiseparuh usia: 12.4-14.9 g/dl
8. Wanita separuh usia: 11.7-13.8 g/dl
Kadar hemoglobin yang rendah merupakan satu keadaan yang
dikenali sebagai anemik. Terdapat beberapa sebab berlakunya anemia.
Sebab utama biasanya kehilangan darah (kecederaan teruk,
pembedahan, pendarahan kanser kolon), kekurangan vitamin (besi,
vitaminB12, folate), masalah sum-sum tulang (penggantian sum-sum
tulang oleh barah, pemendaman oleh rawatan dadah chemotherapy,
kegagalan buah pinggang (ginjal)),dan hemoglobin tidak normal (anemia
sel sabit). Kadar hemoglobin yang tinggi pula terdapat dikalangan mereka
yang tinggal di kawasan tanah tinggi dan perokok. Pendehidratan
menghasilkan kadar hemoglobin tinggi palsu yang hilang apabila
kandungan air bertambah. Sebab lain adalah penyakit paru-paru, masalah
sum-sum yang dikenali sebagai polycythemia rubra vera dan
penyalahgunaan hormon erythropoietin (Epogen).
Struktur Hemoglobin
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal
ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama
hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai
istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung
heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4
submit protein), yangterdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan
Β yang terikat secara non kovalen. Subunitnya mirip secara struktural dan
berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih
16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000
Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga
secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul
oksigen.
Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian
hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil,
oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein
pembawa oksigennya terlarut secara bebas.Hemoglobin merupakan
protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-
hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna
biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae.
Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda,
biru,atau kuning oranye). Hemoglobin adalah suatu zat yang memberikan
warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi
(heme), 2 molekul rantai globin α dan 2 molekul rantai globin β. Rantai
globin α dan β adalah protein yang produksinya disandi oleh genglobin α
dan β. (Tri Rahardja. 2006)
Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
adalah :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh Menurut Parakkasi, besi
dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan
kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien
essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam
udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim
pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi
berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%)
terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati,
hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang. Kurang lebih 4% besi di
dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi
sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun
jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting.
Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran
masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-
senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan
penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat
(ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh
mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja.
Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan
penurunan prestasi belajar. Menurut Kartono J dan Soekatri M,
Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi
yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk
setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar
kemungkinan anemia kekurangan besi.
2. Metabolisme Besi dalam TubuhBesi yang terdapat di dalam
tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram.Besi tersebut
berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g),
myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (>
200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional
yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan
cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan
nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55
mg/kgberat badan.Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk
fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin
dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat
dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh
terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan
dan pengeluaran
C. Alat, Bahan, Cara Kerja
Hemositometer Neubauer atau merk lainnya yang terdiri atas :
1. Bilik hitung dan kaca penutupnya
2. Pipet thoma (pengencer eritrosit) dengan tanda didalamnya
terdapat butiran berwarna merah dan skala pada pipet tersebut adalah :
0,5 – 101.
3. Pipet leuco (pengencer leukosit) dengan tanda didalamnya terdapat
butiran berwarna putih dan skala pada pipet ini : 0,5 – 11. Kedua pipet
tersebut dilengkapi karet penghisap (aspirator).
4. Mikroskop cahaya dengan obyektif 10X dan 45X; okuler 10X.
5. Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan hayem untuk
eritrosit dan larutan turk untuk leukosit.
6. Alat pengambil darah : lanset/jarum suntik biasa
7. Alkohol 70%, kertas atau kain penyerap halus/keertas tissue/kapas.
8. Cawan kecil atau gelas arloji untuk tempat larutan pengencer.
9. Alat penghitung (counter)
Cara kerja:
1. Menghitung jumlah eritrosit/sel darah merah
Prinsip hitung sel darah merah : sel darah merah dalam larutan hayem
akan tetap stabil bentuknya, sedangkan protein plasma akan
mengalami denaturasi.
a. Hisap darah vena/perifer dengan pipet thoma sampai angka 0,5
lalu diencerkan dengan larutan hayem sampai angka 101, jangan
sampai ada gelembung udara.
b. Kocok selama 5 – 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.
c. Siapkan bilik hitung dengan hati – hati bersihkan dengan kain yang
bersih dan halus, juga siapkan mikroskop.
Gambar 1. Bilik Hitung Improved neubauer
d. Amati bilik hitung di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x
(obyektif 10x dan okuler 10x) maka akan terlihat gambar kotak – kotak
seperti contoh gambar.
e. Kemudian hitung jumlah sel darah merah pada 5 kotak R kecil yang
terletak dibagian tengah bilik hitung, masing-masing kotak kecil ini
terdiri atas 16 kotak dengan ukuran yaitu : 1/20 mm x 1/20 mm = 1/400
mm2 luasnya, dan dalamnya 1/10 mm sehingga jumlah isi ruangan
yang dihitung eritrositnya adalah : 5 x 16 x 1/400 x 1/10 mm3 =1/50 mm3
(F -> bilik hitung) -> jadi jumlah sel eritrosit adalah : 5R x F x P
R = jumlah sel darah merah yang dihitung (5
kotak)
F = Factor bilik hitung
P = pengenceran pipet
Perhitungan :
Volume ruangan bilik hitung yang digunakan 5 kotak R kamar hitung
Improved Neubauer -> 5 x 16 x 1/50 mm3. Bila jumlah sel eritrosit yang
dihitung = R, maka
1/50 mm3 -> R butir
1 mm3 -> R x 50 butir
Faktor koreksi pengenceran
Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian
yang tidak ikut dicampur (dibuang), sehingga pengencerannya 200x
jadi : jumlah butir darah merah per mm3 darah adalah :
200 x 50 x R = R x 104 butir.
2. Menghitung jumlah sel darah putih
Prinsip hitung jumlah sel darah putih : sel darah putih menyerap warna
biru violet, sedangkan sel darah merahnya hancur oleh asam cuka 2%
yang ada pada reagen turk, membentuk hematin asam. Kemudian sel
tertinggal (sel darah putih) dihitung dengan menggunakan bilik hitung.
a. Hisap darah vena/perifer dengan pipet leuco sampai angka 0,5
selanjutnya lanjutkan dengan menghisap reagen turk untuk
mengencerkan, sampai angka 11; hindari jangan sampai ada
gelembung udara.
b. Kocok selama 15 – 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.
c. Siapkan bilik hitung dan gelas penutupnya.
d. Setelah sampai waktunya, buang larutan yang di ujung pipet 3 – 4
tetes lalu diisikan ke dalam bilik hitung, lalu periksa dengan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 10x dan 40x.
Jumlah sel darah putih yang dihitung adalah : 4W x F x P
W = Banyaknya sel yang dihitung
F = Faktor bilik hitung
P = pengenceran pipet leuco
Cara menghitung :
Untuk menghitung sel darah putih digunakan 4 kotak yang terletak di
keempat sudut bilik hitung (yang masing-masing terdiri atas 16 bujur
sangkar, pada gambar diberi tanda huruf W). satu kotak mempunyai
luas 1 mm2 dan dalamnya1/10 mm -> jadi ruangan untuk menghitung
jumlah leukosit seluruhnya mempunyai isi = (4 x 1 x 1/10 mm3 = 4/10
mm3) bila jumlah leukosit di dalam ruangan tersebut = W butir maka 1
mm3 10/4 x W.
Faktor pengenceran :
Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai angka 11 dikurangi 1
bagian yang tidak ikut tercampur; dibuang sehingga pengencerannya
20 kali; jadi jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah = 20 x 10/4 x W butir =
50 x W butir.
Teknik mengisi bilik hitung :
Larutan yang ada pada pipet bagian ujung yang tidak ikut terkocok
dibuang 3 – 4 tetes, masukkan dengan hati – hati setetes cairan ke
dalam bilik hitung dengan cara menempelkan ujung pipet pada tempat
pertemuan antara dasar bilik hitung dengan kaca penutup. Biarkan
butir-butir darah yang ada di bilik hitung mengendap, lalu hitung jumlah
butir-butir darah putih (leukosit) dengan menggunakan teknik yang
berikut ini :
Semua butir darah yang terletak didalam kotak yang telah di tentukan
dihitung jumlahnya. Bila ada butir darah yang terletak pada garis tepi
bujur sangkar, maka yang dimasukkan dalam perhitungan adalah yang
terletak pada dua buah garis/sisi yang membentuk sebuah sudut.
3. Menentukan kadar hemoglobin darah (Hb)
Kadar hemoglobin pada manusia dapat ditentukan dengan beberapa
cara yaitu : cara Sahli, Kertas Talquis, Hb meter dimodifikasi, CuSO4
dengan BJ 1, 016 dan sebagainya. Setiap cara tersebut memiliki
ketelitian yang berbeda. Kadar Hb umumnya dinyatakan dalam gram/ml
darah. Pada pria jumlah rata-rata Hb = 15,4 gram/100 ml dan pada
wanita 13,8 gram/100ml (gram persen).
a. Menentukan kadar Hb dengan cara Sahli :
Cara ini didasarkan pada perubahan Hb dengan HCl 0,1N menjadi
hematin asam yang berwarna tengguli. Campuran ini diencerkan
dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna standard yang
ada pada tabung Sahli.
• Tabung Hemoglobinometer Sahli diisi dengan HCl 0,1N sampai
angka 2
• Siapkan darah perifer, hisap dengan pipet Sahli sampai angka 20,
kemudia masukkan ke dalam larutan HCl 0,1N pada tabung
Hemoglobinometer Sahli yang telah disiapkan, bilas dengan pipet 2 – 3
kali hingga pipet bersih dari darah.
• Kocok tabung sampai homogen, lalu berdirikan di tengah tabung
Sahli
• Perlahan-lahan encerkan isi tabung dengan akuades sampai
warnanya sama dengan warna standard pada tabung Sahli.
• Hasilnya dibaca dengan melihat batas meniscus cairan.
• Skala pada tabung Sahli menunjukkan kadar Hb dengan gram/dl
b. Cara Talquist :
Cara ini biasa digunakan di BKIA, metodenya berdasarkan pada
perbedaan warna yang terserap kertas saring atau kertas Talquist yang
dibandingkan dengan macam-macam warna standard yang tertera
pada buku Talquist. Pembacaan kadar Hb dinyatakan dalam angka
Talquist. Pada cara ini darah yang keluar dari jari dihisap dengan kertas
saring/kertas Talquist dan segera setelah kering disesuaikan dengan
warna standard pada buku Talquist.
c. Menentukan kadar Hb dengan larutan CuSO4 :
Metode ini sering digunakan untuk memeriksa kadar Hb secara massal;
misalnya pada survey lapangan penderita anemia.
Caranya adalah :
• Siapkan larutan CuSO4 dengan BJ 1,016 dalam beker gelas
• Tusuk ujung jari dengan lancet secara legeartis.
• Hisap darah tersebut dengan pipet Pasteur secukupnya
• Teteskan ke dalam larutan CuSO4 dan biarkan selama 15 detik,
kemudian baca.
• Bila tetesan darah tenggelam maka kadar Hb lebih dari 12,5
gram/dl. Bila darah melayang maka kadar Hb sama/kurang lebih 12,5
gram/dl dan bila tetesan darah mengapung pada permukaan larutan
maka kadar Hb kurang dari 12,5 gram/dl.
D. Lembar Data Latihan 7
Nama : Angela Utami Pratiwi
NPM : 153112620120067
Nama OP : Monica Clarissa
1. Hasil hitung jumlah sel darah putih
Perhitungan : Didapat:
W1 = 22 W3 = 28
W2 = 20 W4 = 26
W total = 96
Jadi, nilai hitung leukosit OP adalah :
96 x 50 = 4800 sel/mm3 darah
Kesimpulan : Jumlah sel darah putih OP normal.
2. Hasil hitung jumlah sel darah merah
Perhitungan : Didapat:
R1 = 94 R4 = 80
R2 = 80 R5 = 75
R3 = 79 Rtotal = 408
Jadi, nilai hitung eritrosit OP adalah :
408 x 104 = 4.080.000 sel/mm3 darah
Kesimpulan : Jumlah sel darah merah OP normal.
3. Hasil hitung kadar Hb
Cara Talquist : 80%
Kesimpulan : Kadar Hb OP normal.
E. Pembahasan
Darah terdiri dari beberapa elemen yakni bagian cair dan padat,
bagian padat sendiri terdiri dari eritrosit, leukosit,dan keping darah.Untuk
megetahui jumlah eritrosit dapat dilakukan penghitungan eritrosit dengan
menggunakan hemositometer. Agar leukosit tidak mengganggu dalam
proses penghitungan, maka dihancurkan dengan menambahkan larutan
Hayem.
Dengan pengenceran darah 200x menggunakan pipa thoma,
kemudian sel dihitung setiap 1ml darah. dibawah mikroskop dengan glass
neaubauer. Warna merah darah dikarenakan adanya hemoglobin yang
berada dalam cairan eritrosit, senyawa ini merupakan suatu protein yang
terdiri dari protoporfirin, globin, dan besi bervalensi 2 (Fe++ = Ferro).
Kadar hemoglobin dalam darah dapat diukur dengan beberapa
cara antara lain cara Sahli, kertas Talquist Adam ataupun metode
Sianmethemoglobin (spektrofotometri). Pada metode Sahli darah
ditambahkan senyawa HCl 0.1 N sehingga ertrosit akanhemolisis, dan
hemoglobin yang keluar ke plasma akan tereduksi oleh HCl membentuk
asam-hematin yang berwarna coklat. Kemudian dengan menambahkan
aquades hingga warna asam-hemati sama dengan warna standar, maka
diperolehlah kadar hb dam gr%. Metode Talquist adalah metode yang
ditujukan untuk menentukan kadar hb dilapangan, karena metode ini
praktis, efsien, tetapi keakuratan (presisi) yang rendah. Cara ini
berpedoman pada intensitas warna darah pada kertas talquist dengan
warna standar. Cara ini tidak disarankan untuk digunakan jika ingin
mendapat hasil yang akurat.
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh jumlah leukosit
setelah dihitung adalah 4800 sel/mm3. Hal ini sesuai dengan literature
yang menunjukkan bahwa jumlah leukosit normal pada mamalia adalah
rata-rata 4000-11.000 sel/mm3.
Dari perhitungan diperoleh jumlah eritrosit adalah 4.080.000
sel/mm3. Hasil yang diperoleh sesuai dengan kajian dari literatur, yaitu
pada keadaan normal jumlah eritrosit pada mamalia sekitar 5 juta-6 juta
sel/mm3. Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu
dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit diperbanyak apabila terjadi
perubahan atau pada waktu berada di daerah tinggi dengan tujuan
menormalkan pengangkutan O2 ke jaringan. Jumlah eritrosit dipengaruhi
oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan
stress. Hasil pemeriksaan Hb dengan metode Talquis di dapat hasil 80%.
F. Kesimpulan
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada tanggal 18
November 2015 terhadap hitung jumlah sel darah putih, hitung
jumlah sel darah merah dan pemeriksaan Hb, didapatkan hasil
yang normal.
Dalam melakukan perhitungan jumlah sel darah merah dan
putih banyak memungkinkan terjadinya kesalahan. Dimulai dari
proses pipetasi hingga proses pembacaan sel di bilik hitung. Maka
dari itu di butuhkan ketelitian yang lebih cermat. Dan pemeriksaan
kadar Hb dengan metode Talquis kurang efisien. Karena kadar Hb
hanya dapat ditentukan dalam persen, bukan angka yang pasti.
Paraf Dosen/Asisten :
Tanggal : 18 November 2015
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece Mitchael. 2004. Biologi. Jilid 3. Erlangga. Jakarta
Darmadi Goenarso, dkk. 2005. Fisiologi Hewan. UT. Jakarta
MedanRahardja, Tri. 2006. Histologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Noortiningsih, dkk. 2014. Modul Praktikum Fisiologi Hewan. Jakarta