10
LAPORAN PRAKTIKUM CRYPTOGAMAE KE-1, KELOMPOK 5 MENGHITUNG JUMLAH SEL MIKROALGA JENIS Nannochloropsis sp DAN PENGUKURAN KADAR KLOROFIL MIKROALGA Wini Mudiatur Rohmah 1 , Rizal Maulana Hasby, M.Si 2 , Devra Arrdhitya Trisandy 3 Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRAK Mikroalga merupakan organisme tumbuhan yang paling primitif yang berukuran renik, dan hidup di seluruh wilayah perairan, baik air tawar maupun air laut, relatif tidak mempunyai daya gerak sehingga keberadaannya dipengaruhi oleh gerakan air serta mampu berfotosintesis. Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang, sebagai tumbuhan dan dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. Pertumbuhan Nannochloropsis sp mengalami beberapa fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian . Mikroalga Nannochloropsis sp merupakan salah satu mikroalga hijau sehingga kandungan pigmen terutama klorofil sangat tinggi terdapat klorofil a, b dan total (a+b) dimana penyerapan maksimum untuk klorofil a dan klorofil b terjadi pada gelombang 663 dan 645 . untuk pengukuran kadar klorofil digunakan metode Arnon 1979, Hasil pengukuran kadar klorofil Nannochloropsis sp menunjukan bahwa, mikroalga Nannochloropsis sp baik dengan aerator maupun control yang paling mendominasi adalah klorofil b yang semuanya positif yaitu 5,9757 mg/l (control 5 jam), 5,8512 mg/l (aerator 12 jam), dan 4,5612 mg/l (aerator 24 jam) Kata kunci : Mikroalga, Nannochloropsis sp, metode Arnon (1979), klorofil ( a, b, total (a+b) 1. Pendahuluan 1.1. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh media terhadap jumlah sel Nannochloropsis sp 2. Mengetahui struktur tubuh (bentuk) Nannochloropsis sp 3. Mahasiswa memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga 4. Mahasiswa mengetahui pengaruh media terhadap kandungan klorofil mikroalga 5. Mahasiswa memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga

Laporan Praktikum Cryptogamae Ke2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke2

LAPORAN PRAKTIKUM CRYPTOGAMAE KE-1, KELOMPOK 5

MENGHITUNG JUMLAH SEL MIKROALGA JENIS Nannochloropsis sp DAN PENGUKURAN

KADAR KLOROFIL MIKROALGA

Wini Mudiatur Rohmah1, Rizal Maulana Hasby, M.Si2, Devra Arrdhitya Trisandy3

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Mikroalga merupakan organisme tumbuhan yang paling primitif yang berukuran renik, dan hidup di seluruh wilayah perairan, baik air tawar maupun air laut, relatif tidak mempunyai daya gerak sehingga keberadaannya dipengaruhi oleh gerakan air serta mampu berfotosintesis. Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang, sebagai tumbuhan dan dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. Pertumbuhan Nannochloropsis sp mengalami beberapa fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian . Mikroalga Nannochloropsis sp merupakan salah satu mikroalga hijau sehingga kandungan pigmen terutama klorofil sangat tinggi terdapat klorofil a, b dan total (a+b) dimana penyerapan maksimum untuk klorofil a dan klorofil b terjadi pada gelombang 663 dan 645 . untuk pengukuran kadar klorofil digunakan metode Arnon 1979, Hasil pengukuran kadar klorofil Nannochloropsis sp menunjukan bahwa, mikroalga Nannochloropsis sp baik dengan aerator maupun control yang paling mendominasi adalah klorofil b yang semuanya positif yaitu 5,9757 mg/l (control 5 jam), 5,8512 mg/l (aerator 12 jam), dan 4,5612 mg/l (aerator 24 jam)

Kata kunci : Mikroalga, Nannochloropsis sp, metode Arnon (1979), klorofil ( a, b, total (a+b)

1. Pendahuluan

1.1. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh media terhadap jumlah sel Nannochloropsis sp

2. Mengetahui struktur tubuh (bentuk) Nannochloropsis sp

3. Mahasiswa memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga

4. Mahasiswa mengetahui pengaruh media terhadap kandungan klorofil mikroalga

5. Mahasiswa memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga

1.2. Dasar Teori

Algae dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan ukurannya yaitu, makroalga (ukurannya besar ) dan mikroalga ( ukurannya kecil). Makroalga adalah merupakan tumbuhan makrofitobentik (besar dan melekat pada substrat di lautan). Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik, baik sel tunggal maupun koloni yang

hidup disewilayah perairan air tawar dan laut. Mikroalga lazim disebut fitoplankton. Mikroalga ini merupakan organisme mikroskopik yang harus dilihat dengan mikroskop untuk pengamatannya. Sedangkan makroalga merupakan tumbuhan yang hidup di air tawar dan laut yang mampu dilihat tanpa menggunakan alat bantuan atau hanya dengan mata telanjang (Adi, 2010)

Mikroalga sebagai salah satu komoditi hasil perairan dewasa ini telah menjadi alternatif untuk dikembangkan karena memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Mikroalga merupakan mikroorganisme atau jasad renik dengan tingkat organisasi sel termasuk dalam tumbuhan tingkat rendah. Mikroalga dikelompokkan dalam filum Thallophyta karena tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati, namun memiliki zat pigmen klorofil yang mampu melakukan fotosintesis. Selain itu, air dan karbon dioksida dengan adanya energi surya dari matahari dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Karena kemampuannya

Page 2: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke2

membentuk zat organik dari zat anorganik, maka disebut sebagai produsen primer (Nontji, 2003).

Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang termasuk dalam kelas alga, diameternya antara 3-30 µm, baik sel tunggal maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan tawar maupun laut, yang lazim disebut fitoplankton. Di dunia mikrobia, mikroalga termasuk eukariotik, umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi ( Adi, 2010).

Mikroalga diklasifikasikan sebagai tumbuhan karena memiliki klorofil dan mempunyai suatu jaringan sel menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Sel mikroalga dapat dibagi menjadi sepuluh divisi, dan setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada empat karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikroalga yaitu; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni/filamen adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing kelompok (Karisna dan Wahyu, 2010).

Isnansetyo dan Kurniastuty (2005), menyatakan bahwa terdapat empat kelompok mikroalga antara lain : diatom (Bacillariophyceae), (Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) dan alga biru (Cyanophyceae).

Kandungan klorofil dan lipid dapat menjadi parameter pertumbuhan dalam menentukan biomassa mikroalga. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi biomassa mikroalga adalah komposisi media kultur. konsentrasi nitrogen dan fosfat yang terdapat dalam media dapat mempengaruhi kandungan lipid pada mikroalga, sedangkan konsentrasi

besi (Fe) dan magnesium (Mg) dapat mempengaruhi pembentukan klorofil mikroalga. Kandungan nutrien yang berbeda pada media dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kandungan sel mikroalga tertentu ( Mulyono, 2011).

Pigmen yang terdapat pada alga terutama adalah kloroplas. Kloropas mengandung pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis .Mikroalga Nannochloropsis sp merupakan salah satu mikroalga hijau sehingga kandungan pigmen terutama klorofil sangat tinggi. Analisis kandungan klorofil pada mikroalga Nannochloropsis sp menggunakan serapan dari pigmen klorofil dengan menggunakan tiga panjang gelombang pada spektrofotometer uv vis. yaitu, 663 nm, 645 nm, 630nm ( Sartika dan Tri Rima, 2014).

2. Metode

2.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu selang, aerator, lampu TL 40 watt, Haemacytometer, Lux meter, pipet tetes, spektrofotometer, Centrifuge, gelas ukur, tabung reaksi,. Sedangkan bahan yang digunakan media f2, media f2 menggunakan bahan-bahan NaNO3, 5ml, NaH2PO4 5 ml, FeCl3 1 ml, Na2EDTA 1 ml, MnCl 1 ml, ZnSO4, COCl2 1 ml, Na2NO3, 1 ml, vit B1 1ml, Vit H 1 ml, Vit B12 1 ml, dan Isolat Nannochloropsis sp, aseton 90 %, glass bead.

2.2. Cara Kerja

Pada pratikum ini kita mengunakan media basal bold yaitu f2, F2 kita buat dengan Media f2 mengunakan bahan-bahan NaNO3

5ml ,NaH2PO4 5ml ,FeCl 1ml,air laut sintesis (air garam) Na2EDTA 1ml, MnCl 1 ml, ZnSO4 1ml , COCl2 1 ml , Na2NO3 ml 1, Vit B1 1ml ,Vit H 1 ml, Vit B12 1 ml. Pertama untuk membuat kultur alat- alat disterilkan dengan alkohol, siapkan 160 MBB, masukkan kedalam labu erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 tetes vitamin dan 40 ml mikroalga, utup dengan plastik dan pasang selang aerator. Kita melakukan 3 perlakuan berbeda .perlakuan pertama sample setiap selama 5 jam lalu tidak meMakai cahaya Tl,

Page 3: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke2

sample kedua perlakuannya diaduk setiap 12 jam dengan bantuan aerator dan cahaya 12 jam. Dan percobaan ketiga setiap 24 jam dengan bantuan aerator dan cahaya setiap 24 jam.. kultur isolat Nannochloropsis sp dan dihitung jumlah sel/ hari dengan mengunakan haemacytometer dibawah mikroskop. Kemudian untuk pengukuran kadar klorofil mikroalga diambil 5 ml sampel kultur mikroalga Nannochloropsis sp. Kemudian disentrifugasi sampel dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, selanjutnya dibuang airnya kemudian endapannya ditambahkan etanol 96 % masukkan beberapa butir glass bead. Kemudian di kocok selama 10 menit lalu sentrifugasi kembali dengan 3000 rpm selama 10 menit , terakhir diukur supernatant menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang 645 nm dan 663 nm

3. Hasil dan Pembahasan

Laju pertumbuhan Nannochloropsis spHariTO

Kel A0 (5 jam)

Sel/mL

Kel A1( 12 jam )

Sel/mL

Kel A2

(24 jam)Sel/mL

1 90 x 104 150x104 175x104

2 110x104 220x104 200x104

3 185x104 425x104 220x104

4 220x104 450x104 395x104

5 240x104 695x104 420x104

6 290x104 550x104 530x104

7 235x104 415x104 655x104

Tabel 3.1 pertumbuhan Nannochloropsis sp

Kurva 3.1. Petumbuhan Nanoclorofsis sp

Pada praktikum kali ini yaitu yaitu menghitung jumlah sel mikroalga jenis

Nannochloropsis sp dan pengukuran kadar klorofil mikroalga Nannochloropsis. Nannochloropsis sp merupakan salah satu jenis mikroalga yang telah banyak dibudidayakan. Nannochloropsis sp. adalah alga bersel satu yang termasuk ke dalam kelas Eustigmatophyceae, yang biasa di kenal sebagai marine chlorella.

klasifikasi dari Nannochloropsis sp :Kingdom : Chromista Filum : HeterokontaKelas : EustigmatophyceaeSub-kelas : BacillariophycideaeGenus : NannochloropsisSpecies : Nannochloropsis sp. (Eryanto, 2003).

Perhitungan terhadap sel mikroalga jenis Nannochloropsis sp yaitu dengan cara menggunakan aerator pada reaksi terang dan gelap selama 5 jam . Pada kultur yang kami lakukan yaitu selama 12 jam sekali dalam waktu satu minggu pada saat akan diamati.Kami juga melakukan perbandingan terhadap ketiga kultur, yang pertama kultur menggunakan aerator selama 24 jam, kemudian kultur yang kedua menggunakan control, yaitu kultur yang digunakan tidak menggunakan aerator sama sekali. Pada kultur dengan cara control pengocokan secara manual dilakukan selama 5 jam sekali dalam waktu satu minggu. Sedangkan kami menggunakan aerator selama 12 jam selama seminggu

Pada kurva diatas dapat diketahui bahwa pada hari pertama terjadi fase adaptasi yaitu fase dimana mikroalga menyesuaikan diri terhadap kultur.pada fase ini pada control 5 jam berjumlah 90x104 sel/ml, pada aerator 12 jam berjumlah 150x104 sel/ml, pada aerator 24 jam 175x104 sel/ml. Pertumbuhan sel mikroalga berlangsung melalui beberapa fase pertumbuhan. Lamanya fase ini bergantung pada usia dari inokulum yang diambil dan kondisi lingkungan yang baru. Inokulum yang diambil pada fase eksponensial biasanya fase adaptasinya akan berlangsung cukup cepat . Pada hari kedua sampai hari ke-tiga mikroalga mengalami eksponensial dimana Nanoclorofsis sp mengalami pertumbuhan atau penambahan kepadatan sel dengan cepat atau dapat

Page 4: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke2

dikatakan laju pertumbuhannya naik dengan jumlah 220x104- 425x104 sel/ml, Pertumbuhan sel naik drastis pada hari ke-4 .Hal ini menggambarkan bahwa Nanoclorofsis sp dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan kultur. Dan pada control 5 jam fase adaptasi terjadi pada hari ke 2 dan ke 3 tetapi laju pertumbuhannya terlihat lebih rendah , sedangkan pada aerator 24 jam fase ini terjadi pada hari ke 3 sampai ke 4. Bila dilihat dari garafik bahwa fase eksponensial yang meningkat drastis yaitu pada aerator 12 jam. Pada hari 3 sampai hari ke 4 terjadi fase stasioner yaitu fase dimana mikroalga faktor pembatas dan kecepatan pertumbuhan bersifat setimbang karena jumlah sel yang membelah dan yang mati sama yaitu sebanyak 425x104- 450x104 sel/ml , sedangkan pada control 5 jam dan aerator terjadi pada hari ke 4 dan 5 , dan pada aerator 24 jam fase stasioner terjadi pada hari 4 sampai 5. Dan yang terakhir pada hari ke-tujuh terjadi fase kematian yaitu fase diamana mikroalga tidak mampu lagi mengalami pembelahan yaitu sebesar 415x104 sel/ml. Sedangkan pada control 5 jam fasa kematiannya terjadi pada hari ketujuh Tetapi fase kematian tidak terjadi pada aerator 24 jam sebaliknya pertumbuhan yang drastis terjadi pada hari ke 7 dengan jumlah 665x104

sel/mLfase kematian ditandai dengan jumlah

sel yang menurun, karena menurunnya ketersediaan nutrien di dalam media kultur. Turunnya laju pertumbuhan Nannochloropsis sp. juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya toksik yang dihasilkan oleh mikroalga sebagai hasil dari metabolisme yang meracuni mikroalga itu sendiri dan berkurangnya proses fotosintesis akibat bertambahnya jumlah sel sehingga hanya bagian tertentu saja yang memperoleh cahaya.

Mikroalga merupakan organisme autotrof yang tumbuh melalui proses fotosintesis. Struktur uniseluler mikroalga memungkinkan mengubah energi matahari menjadi energi kimia dengan mudah. Mikroalga dapat tumbuh dimana saja, baik di ekosistem perairan maupun di ekosistem darat. Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga, diantaranya faktor

abiotik (cahaya matahari, temperatur, nutrisi, O2, CO2, pH, salinitas), faktor biotik (bakteri, jamur, virus, dan kompetisi dengan mikroalga lain), serta faktor teknik (cara pemanenan). Mikroalga dapat tumbuh dengan sangat cepat pada kondisi iklim yang tepat. Umumnya, mikroalga menduplikasikan diri dalam jangka waktu 24 jam atau bahkan 3,5 jam selama fasa pertumbuhan Eksponensial

konsentrasi nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. Baik makronutrien dan mikronutrien ditetapkan menjadi tiga yaitu konsentrasi minimum, maksimum, dan optimum. nutrien yang dibutuhkan oleh Nannochloropsis sp. Berupa makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien terdiri dari, N, P, K, Si dan Ca sedangkan mikronutrien terdiri dari Fe, Mo, Cu, Mn, Zn dan Co. Unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. antara lain N (0,14-0,7 g/l) dan P (0,015-0,62 g/l). Kebutuhan unsur makro nutrien dan mikro nutrien dalam kultur Nannochloropsis sp. Mikroalga Nannochloropsis sp memiliki kandungan metabolit primer seperti protein, lemak, dan juga klorofil. Nannochloropsis sp juga dilaporkan memiliki sejumlah kandungan pigmen dan nutrisi seperti protein (52,11%), karbohidrat (16%), lemak (27,64%), vitamin C (0,85%), dan klorofil A (0,89%)

Data Klorofil Nannochloropsis spKlorofil Sampel

1(5jam)Mg/l

Sampel 2(12jam)

Mg/l

Sampel 3(24ja

m) mg/lKlorofil a (12,7 A663) – (27 A645)

-0,42 5,9757 -0,2016

Klorofil b (22,9 A645) –(4,7 A663)

5,9757 5,8512 1,1701

Klorofil a+b

(20,2A645) +(8,0A663)

-0,2016 6,7284 4,5612

Tabel 3.2 jumlah klorofil Nannochloropsis sp

Page 5: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke2

a b total-202468

Kadar Klorofin Nano clorofsis

Keompok 4kelompok 5kelompok 6

tipe klorofil

kada

r klo

rofil

Kurva 3.2. kadar klorofil Nanoclorofsis sp

Mikroalga Nannochloropsis sp merupakan salah satu mikroalga hijau sehingga kandungan pigmen terutama klorofil sangat tinggi. Analisis kandungan klorofil pada mikroalga Nannochloropsis sp menggunakan serapan dari pigmen klorofil dengan menggunakan 2 panjang gelombang pada spektrofotometer uv vis. yaitu, 663 nm, 645 nm, Metode ini disebut dengan cara photometri yang baru, yang dapat digunakan untuk analisa kuantitatif campuran dan komponen zat kimia dengan pengamatan pada dua panjang gelombang. Cara ini sangat tepat untuk menentukan campuran zat kimia dalam larutan yang keruh atau menentukan komponen zat kimia yang spekterumnya terganggu secara keseluruhan dengan komponen lain. Perhitungan yang kami lakukan yaitu menggunakan rumus Arnon (1979), yaituKlorpfil a : (12,7A663)-(27A645)Klorofil b : (22,9A645)-(4,7A663)Klorofil toal (a+b) : (20,2A645)+(8,0A663)

Pada mikroalga Nannochloropsis sp terdapat tiga jenis klorofil yaitu khlorofi a, klorofil b, dan pigmen-pigmen penyusun lainnya. Klorofil adalah senyawa kimia yang memiliki struktur yang komplek sehingga mempunyai bobot molekul yang besar. Pada analisis digunakan pelarut organik yaitu aseton 90%. Aseton dipilih karena memenuhi syarat sebagai pelarut yaitu tidak mengadsorpsi radiasi pada panjang gelombang pengukuran sampel.

Sampel kultul mikroalga disentrifugasi pada 3000 rpm terlebih dahulu bertujuan untuk memisahkan komponen klorofil dari cairannya, sehingga cairannya bisa dipakai untuk pemeriksaan. Prinsip metode untuk pengukuran klorofil secara spektrofotometri didasarkan pada penyerapan maksimum oleh

ekstrak klorofil dalam aceton di daerah spektrum cahaya. Penyerapan maksimum untuk klorofil a dan klorofil b terjadi pada gelombang 663 dan 645. 

Hasil pengamatan yang kami lakukan menunjukan bahwa, klorofil (total) yang terdapat pada kultur mikroalga Nanoclorofsis sp yang menggunakan aerator jauh lebih banyak aerator 12 jam nilai klorofil totalnya 6,728 mg/l, aerator 24 jam 4,5612 mg/l dibandingkan dengan yang nonaerator (nilainya negatif) yaitu sebesar -0,2016 mg/l . Kultur mikroalga yang menggunakan aerator menghasilkan kadar klorofil yang tinggi, karena salah satu unsur yang mempengaruhi pembentukan klorofil (O2) tersedia dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan nonaerator yang jauh lebih sedikit. Hal ini diperlihatkan oleh warna kultur mikroalga pada aerator yaitu hijau tua, dan nonaerator hijau muda. Kandungan klorofib b pada kedua media (aerator dan nonaerator) jauh lebih banyak dibandingkan dengan klorofil a yang nilainya negatif pada control 5 jam dan aerator 24 jam, dan klorofil a terbanyak pada aerator 12 jam yaitu sebanyak 5,9757 mg/l

Klorofil a mempunyai serapan maksimum pada 663 nm. Sedangkan klorofil b memiliki serapan maksimum pada 645 nm. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada ini diketahui bahwa kadar klorofil pada mikroalga Nannochloropsis sp baik dengan aerator maupun control yang paling mendominasi adalah klorofil b yang semuanya positif yaitu 5,9757 mg/l (control 5 jam), 5,8512 mg/l (aerator 12 jam), dan 4,5612 (aerator 24 jam)

Mikroalga Nannochloropsis sp memiliki kandungan metabolit primer seperti protein, lemak, dan juga klorofil. Nannochloropsis sp juga dilaporkan memiliki sejumlah kandungan pigmen dan nutrisi seperti protein (52,11%), karbohidrat (16%), lemak (27,64%), vitamin C (0,85%), dan klorofil A (0,89%)

Mikroalga merupakan organisme autotrof yang mampu membentuk senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis. Keberadaan cahaya menentukan bentuk kurva pertumbuhan bagi

Page 6: Laporan Praktikum Cryptogamae Ke2

mikroalga yang melakukan fotosintesis. Cahaya matahari dapat diganti dengan sinar lampu TL dan kisaran optimum intensitas cahaya bagi mikroalga antara 2000-8000 lux. Pada mikroalga hijau, pigmen yang menyerap cahaya adalah klorofil a, disamping pigmen lain seperti karotenoid dan xantofil (Tjahjo dkk, 2002).

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa mikroalga jenis Nannochloropsis sp yang kami amati selama seminggu mengalami fase tumbuh yaitu mulai dari fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Setelah melakukan melakukan perbandingan dengan ketiga kultur tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan mikroalga paling tinggi terdapat pada kultur yang menggunakan aerator selama 24 jam. Hasil pengukuran kadar klorofil Nannochloropsis sp menunjukan bahwa, mikroalga Nannochloropsis sp baik dengan aerator maupun control yang paling mendominasi adalah klorofil b yang semuanya positif yaitu 5,9757 mg/l (control 5 jam), 5,8512 mg/l (aerator 12 jam), dan 4,5612 (aerator 24 jam) klorofil (total) yang terdapat pada kultur mikroalga yang menggunakan aerator jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang nonaerator

Daftar Pustaka

Adi, M.2010. Mikroalga (Chlorella sp.)sebagai Agensia Penambat GasKarbon Dioksida, J. HidrosfirIndonesia, Vol 5(2), hal 13 -23

Eryanto. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty, 2005. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Kasrina, Sri Irawati dan Wahyu E Jayanti.2012. Ragam Jenis Mikroalga AirTawarKelurahan Berinting PermaiKota Bengkulu Sebagai AlternatifSumber Belajar Biologi.JurnalExacta,(Vol X), 1 : 412-367

Mulyono, Adi. 2010. Mikroalga ( Chorella sp)Sebagai Penambat Gas KarbonDioksida. Jurnal Hidrosfir Indonesia.(Vol 5), 2 : 13-23.

Nontji A. 2003. Laut Nusantara. Edisi ke-2.Jakarta: Djambatan.

Sahbana, E., Ni Wayan Sri Agustin ,SyaifulBahri. 2008. Analisis Kandungan Nutrisidan Pigmen klorofil Nannochloropsissp. Bandung Lampung : FMIPAUniversitas Lampung

Sartika,Mukarlina dan Tri Rima Setyawati.2014.Kandungan klorofil danLipid Nannochloropsis sp yang dikultur dalam media limbah cair karet. JurnalProtobiont. (vol 3), 3 : 25- 30.

Tjahjo W, Erawati L, Hanung S. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Lampung: Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.