Upload
wiyogo
View
384
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Praktikum Fisiologi
Mekanisme Sensorik Pada Manusia
Kelompok E-5
Fakultas Kedokteran Universtas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Jakarta Barat 11510
Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Kelompok E5
No Nama Anggota NIM Paraf
1 Elbert Aldrin Harijanto 102013030
2 Wiyogo 102013332
3 Mohd. Aizat Zulkifli 102013524
4 Juniati Marina 102013085
5 Brigitte Fani Florencia 102013291
6 Trivana Costafina Renmaur 102012083
7 Katarina Dewi Sartika 102013157
8 Noor Ain Binti Latif 102013488
9 Kezia Marcella 102013384
10 Ahmad Badawi 102013184
Tujuan Utama Percobaan
Pada percobaan mekanisme sensorik ini akan dilakukan tujuh percobaan, antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
b. Titik-Titik Panas, Dingin, Tekan dan Nyeri di Kulit
c. Lokalisasi Taktil
d. Deskriminasi Taktil
e. Perasaan Iringan (After Image)
f. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda
g. Tafsiran Sikap
Percobaan tersebut dimaksudkan dengan harapan untuk dapat mengetahui dan memahami
mekanisme sensorik itu sendiri yang akan menguji reseptor-reseptor sebagai alat sensorik atau
penerima ransang dari tubuh. Reseptor-reseptor yang akan diuji adalah reseptor-reseptor
terhadap rasa dingin, panas, nyeri, tekan dan juga raba.
Alat dan Bahan :
1. 3 waskom dengan air bersuhu 20º, 30º, dan 40º.
2. Gelas beker dan thermometer kimia.
3. Es
4. Alkohol dan eter
5. Kerucut dan kuningan + bejana berisi kikiran kiningan + estesiometer rambut Frey +
jarum
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis ampelas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian
Percobaan I :
Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
Tujuan : Untuk mengetahui adanya reseptor panas dan dingin pada tangan.
Cara kerja :
1. Sediakan 3 baskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 200, 300, 400.
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam air bersuhu
400 untuk ± 2 menit.
3. Catat kesan apa yang dirasakan oleh OP.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 300C. Catat
kesan apa yang OP alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10 cm.
6. Sekarang basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang OP alami hasil tiupan pada sub.4 dan 5.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. Catat kesan apa yang OP
alami.
Hasil percobaan :
Kondisi Tangan kanan Tangan kiri
200 Dingin -
400 - Panas
300 Hangat Agak dingin
Tabel 1. Hasil percobaan efek rasa panas, dingin, dan perih pada tangan
Pada punggung tangan yang kering dan ditiup, OP merasakan agak sejuk karena angin
yang berhembus di tangannya.
Ketika diberikan air pada pada punggung tangan OP dan kemudian ditiup, OP merasa
tiupan lebih dingin dibandingkan dengan ketika punggung tangan kering.
Kemudian ketika diberikan alkohol pada punggung tangan OP, lalu ditiup, OP merasakan
sensasi dingin yang jauh lebih dingin dibandingkan pada punggung tangan kering dan
punggung tangan yang dibasahi oleh air.
Pembahasan :
Tangan kanan yang dimasukkan ke dalam waskom bersuhu 20°C, jika kemudian
dimasukkan ke dalam air bersuhu 30°C, maka tangan kanan akan terasa agak panas, karena
terjadi penambahan kalor, sedangkan tangan kiri yang dimasukkan ke dalam waskom bersuhu
40°C, kemudian dimasukkan ke dalam air bersuhu 30°C, maka tangan kiri akan terasa agak
dingin. Rasa dingin dan rasa panas dirasakan di kulit kita, karena adanya pengurangan kalor.
Titik uap alkohol sangat rendah. Artinya dibutuhkan hanya sedikit panas untuk mengubah
bentuk cair alkohol menjadi uap. Ketika alkohol diteteskan di tangan, panas tubuh sudah cukup
untuk mengubah wujudnya. Dengan demikian panas dari tubuh mengalir ke alkohol. Sewaktu
aliran panas dari tubuh terjadi, di saat itulah kulit terasa dingin. Sedangkan titik uap air lebih
tinggi, sehingga tidak terlalu dibutuhkan panas tubuh dalam jumlah besar, dan tangan tidak
terasa begitu dingin , hanya sejuk-sejuk. Terlebih lagi jika tangan dalam kondisi kering
kemudian ditiupkan udara dari mulut, maka hanya sebagian cairan tubuh yang menguap, bahkan
sagat kecil kuantitasnya. Hal ini tidak begitu berpengaruh pada suhu tubuh.
Hal ini dapat terjadi karena reseptor dingin dan panas banyak sekali terdapat di tangan
yang tepat terletak di bawah kulit, yakni pada titik – titik yang berbeda dan terpisah – pisah . Di
dalam dermis pula terdapat 2 macam receptor yaitu Badan Ruffini yang dapat mendeteksi panas
dan Badan Krause yang dapat mendeteksi dingin. Kedua reseptor ini memiliki ujung saraf bebas.
Pengaruh suhu yang berbeda – beda menyebabkan reseptor – reseptor tersebut beradaptasi.
Karena hal inilah, tangan yang merasa panas saat dimasukkan ke dalam air bersuhu 40o merasa
dingin saat dimasukkan ke dalam air yang bersuhu 30o, begitu juga dengan yang berada di air
bersuhu 20o.
Kesimpulan :
Reseptor suhu dapat beradaptasi sesuai dengan perbedaan tingkat tingginya suhu yang diberikan
atau yang dirasakan.
Percobaan II :
Titik – Titik Panas, Dingin, Tekan dan Nyeri di Kulit
Tujuan : untuk mengetahui adanya reseftor dari tekanan, panas, dingin, nyeri yang ada pada
telapak tangan.
Cara kerja :
1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada
pingggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan
pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak 3 x 3 cm, dibuat lagi 12 x 12 kotak,
jadi jumlah kotak 144 kotak kecil.
3. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan
panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan
yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya
dalam bejanan berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50º C.
Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no. 4 dengan kerucut kuningan yang telah
didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang
diperoleh dengan tinta.
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut fraey dan titik-titik yang bmemberikan kesan nyeri
dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan
di kertas.
Pembahasan :
Reseptor yang terdapat di hipodermis adalah Badan Vater Paccini yang dapat mendeteksi
tekanan. Dalam percobaan yang telah dilakukan, orang percobaan dapat merasakan tekanan pada
telapak tangannya karena adanya receptor ini yang berfungsi sebagai mekanoreseptor.
Bila telapak tangan orang percobaan diberi rangsang panas dan dingin menggunakan kerucut
kuningan, maka rangsangan tersebut akan diterima oleh ujung saraf reseptor dan dihantar melalui
saraf sensoris ke sistem saraf pusat di otak. Di otak, rangsangan tersebut akan dianalisa dan
diartikan sehingga kita dapat merasakan panas dan dingin. Rasa nyeri pula dideteksi oleh ujung-
ujung saraf yang tidak bermielin yang menyebar di epidermis. Ujung-ujung saraf ini mempunyai
resptor terhadap rangsang nyeri. Bila telapak tangan dirangsang menggunakan jarum, ujung-
ujung saraf ini akan membawa informasi dari sistem saraf perifer ke otak.
Kesimpulan :
Reseptor – reseptor yang terdapat dalam tubuh manusia hanya bekerja sesuai dengan fungsinya.
Percobaan III :
Lokalisasi Taktil
Tujuan : untuk mengetahui kemampuan reseptor taktil atau tekan pada ujung jari, telapak
tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk dengan menggunakan nilai rata – rata jarak
antara titik rangsang dengan titik yang ditunjuk.
Cara kerja :
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung
jarinya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan
ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,
telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.
Hasil percobaan :
Tempat
ra
ngsangan
Percobaa
n 1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
Rata – rata jarak
Ujung jari 0.1 cm 0.3 cm 0.7 cm 0.3 cm 0.3 cm 0,34 cm
Telapak
tangan
0.5 cm 0.5 cm 1,0 cm 0.5 cm 0.5 cm 0,60 cm
Lengan
bawah
1,9 cm 1.5 cm 0.5 cm 1.2 cm 0.5 cm 1,12 cm
Lengan
atas
1,6 cm 0.8 cm 1,3 cm 1.2 cm 2,6 cm 1,50 cm
tengkuk 1.0 cm 0.3 cm 0.3 cm 1.7 cm 1.2 cm 0,90 cm
Tabel 2. Hasil percobaan lokalisasi taktil
Pembahasan :
Kekuatan rangsang yang kita rasakan dipengaruhi oleh luas daerah (yang diberikan rangsangan)
dan jumlah reseptor yang terangsang (pada daerah tersebut). Luas daerah berkaitan erat dengan
jumlah reseptor yang ada pada daerah tersebut. Setiap neuron sensorik berespon hanya dalam
daerah terbatas dipermukaan kulit sekitarnya, daerah ini dikenal sebagai lapangan reseptif
(receptive field). Semakin luas suatu lapangan reseptif, maka semakin sedikit dan jarang terasa
letak reseptornya. Begitu juga sebaliknya, semakin sempit suatu lapangan reseptif maka semakin
banyak dan padat letak reseptornya
Reseptor taktil yang bekerja adalah badan meissner (diskus merkel) dan badan paccini, yaitu
reseptor raba dengan sensitivitas khusus. Reseptor tersebut dapat ditemui pada bagian tubuh
yang tidak berambut, terutama pada daerah ujung jari yang membuat OP mampu membedakan
lokasi spasial dari sensasi raba yang berkembang. Reseptor ini peka sekali terhadap pergerakan
objek di atas permukaan kulit (pemberian rangsang) baik itu terhadap getaran berfrekuensi tinggi
maupun rendah. Rangsang tekan ini menyebabkan perubahan bentuk kecil pada permukaan kulit
atau yang disebut dengan deformitas. Walaupun ada dua reseptor tekan, keduanya memiliki
perbedaan. Bersama dengan badan meissner, reseptor taktil yang ujungnya meluas (diskus
merkel) sangat berperan penting dalam melokalisasikan sensasi raba di daerah permukaan tubuh
yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan. Sedangkan badan paccini, hanya dapat
dirangsang oleh penekanan lokal jaringan yang cepat karena reseptor ini dapat beradaptasi dalam
waktu sepersekian ratus detik. Oleh karena itu, reseptor ini berguna untuk mendeteksi getaran
jaringan atau perubahan mekanis yang cepat pada jaringan. Walaupun luas permukaan ujung jari
lebih kecil dari pada luas permukaan tengkuk, tetapi reseptor tekan lebih banyak tersebar pada
ujung jari dari pada reseptor tekan yang ada pada tengkuk. Karena saraf memiliki tipe ujung
saraf yang bebas, maka pada bagian yang memiliki reseptor tekan yang banyak akan lebih cepat
menghantarkan rangsangnya ke saraf – saraf lainnya, yang membuat OP dapat memperkirakan di
mana lokasi pemberian rangsang tekan dengan selisih yang lebih kecil.
Kesimpulan :
Reseptor tekan lebih banyak terdapat pada ujung jari dan penghantaran rangsang yang diterima
lebih cepat pada luas permukaan yang kecil daripada luas permukaan yang besar.
Percobaan IV : Diskriminasi Taktil
Tujuan : untuk menentukan titik atas ambang dan titik bawah ambang secara simultan (secara
bersama) dan suksesif (secara berangsur). Serta memahami dan mengetahui kepekaan saraf
untuk mendapatkan kepekaan TPL (Two Point Localization yang bermanfaat mendapat ambang
jarak antara saraf diberbagai tempat di tubuh.
Cara kerja :
1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian jauhkan
berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka ambang
terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung
jangka secara bertut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik
ujung jari, tengkuk dan pipi.
6. Catat apa yang OP alami.
Hasil percobaan :
Titik yang dirasa ujung jari (mm)
Jarak Jangka 5 4 3 2 1
Simultan 2 2 1 1 1
Suksesif 2 2 2 2 1
Tabel 3. Hasil percobaan diskriminasi taktil pada ujung jari
Titik yang dirasa tengkuk (cm)
Jarak Jangka 5 4 3 2 1 0,5
Simultan 2 2 1 1 1 1
Suksesif 2 2 2 2 2 1
Tabel 4. Hasil percobaan diskriminasi taktil pada tengkuk
Titik yang dirasa pipi (?)
Jarak Jangka 7 6 5 4 3 2 1
Simultan 2 2 2 2 2 1 1
Suksesif 2 2 2 2 2 2 1
Tabel 5. Hasil percobaan diskriminasi taktil pada pipi
Pembahasan :
Deskriminasi titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda, dari
dua ujung disebut deskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan
membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2-
4 mm dapat dibedakan pada ujung jari tangan.
Titik atas ambang merupakan jarak terkecil di mana OP masih bisa merasakan adanya dua titik
terhadap rangsang tekanyang diberikan, sedangkan titik bawah ambang merupakan jarak terkecil
di mana OP merasakan satu titik terhadap rangsang tekan yang diberikan.
Hasil yang kami dapatkan secara simultan pada tiga daerah berbeda adalah titik ambang bawah
dirasakan pada jarak 0,0 cm, titik ambang dirasakan pada jarak kurang lebih 0,8 – 1,2 cm.
Sedangkan secara suksesif, titik ambang bawah yang dirasakan pada tiga daerah berbeda adalah
0,0 cm dan titik ambang yang dirasakan adalah kurang lebih 0,8 – 1,2 cm.
Percobaan V : Perasaan Iringan (After Image)
Tujuan : Untuk mengetahui adanya persaan iringan yang terjadi
Cara kerja :
1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama
OP melakukan percobaan VI.
2. Setelah OP selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan apakah
yang OP rasakan setelah pensil itu diambil?
Hasil percobaan :
Pada saat pensil diletakkan di telinga, OP merasakan bahwa ada pensil di telinganya. Ketika
pensil tersebut diambil, OP masih merasakan pensil tersebut sejenak lalu sudah tidak terasa lagi
di telinganya.
Pembahasan :
Perasaan iringan dapat terjadi karena adanya impuls yang terus bekerjadalam lingkaran rantai
neuron daerah yang terangsang walaupun stimulus sudah tidak ada lagi. Namun, hasil percobaan
yang kami dapatkan adalah bahwa OP tidak merasakan perasaan iringan karena OP merasakan
pensilnya telah hilang saat pensil terebut diambil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa hal,
misalnya karena pensil tersebut hanya diletakkan dalam waktu yang singkat atau karena pensil
tersebut tidak diambil dengan hati – hati sehingga membuat Op mengetahui bahwa pensil
tersebut sudah tidak berada di telinganya lagi.
Percobaan VI : Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda
Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan untuk mengenal suatu benda dengan mengetahui sifat
bendanya.
Cara kerja :
A. Kekerasan Permukaan Benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang
mempunyai derajat kekerasan yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.
B. Bentuk Benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang–megang benda-benda kecil
yang saudara berikan (pensil, penghapus, rautan, koin dan lain-lain)
2. Suruh orang percobaan menyebutklan nama/bentuk benda-benda itu.
C. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang
pemeriksa berikan.
2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis / sifat bahan yang dirabanya itu.
Bagaimana kemampuan OP dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat,
permukaan), apa nama kemampuan membedakan benda menurut bentuknya?
Hasil percobaan :
A. OP dapat membedakan derajat kekasaran amplas dengan pemberian acak: 1 halus, 1 paling
kasar, 2 agak kasar.
B. OP dapat menyebutkan nama / bentuk benda-benda : penghapus balok, pulpen, tip-x, rautan,
dan casing HP.
C. OP dapat menyebutkan jenis / sifat bahan yang diraba : agak kasar, lembut, agak lembut,
kasar.
Kesimpulan :
Dalam hasil percobaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa OP dapat membedakan derajat
kekasaran amplas, menyebutkan bentuk benda-benda, dan dapat menyebutkan sifat benda yang
diraba. Karena ada nya reseptor kinaesthesi, yang membuat kita dapat membeda-bedakan benda
tanpa melihat bentuknya. Reseptor tersebut juga bisa membuat sensasi raba, tekanan dan getaran.
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa OP tidak menderita Astereognosis/Stereoagnosis,
yaitu suatu kelainan neurologis di mana seseorang tidak bisa membedakan sifat benda (ukuran, bentuk,
berat, permukaan) dengan keadaan mata tertutup
Percobaan VII : Tafsiran Sikap
Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan dalam melokalisasikan sikap – sikap yang diminta.
Cara kerja :
1. Suruh pasien simulasi duduk dan tutup mata.
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya, ke
dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya
dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
Bagaimana kemampuan PS dalam melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa
nama kemampuan menentukan lokalisasi rangsang taktil?
Hasil Percobaan :
Pasien simulasi yang lengannya digerakan secara pasif, dapat menebak tempat yang sedang
ditunjuk atau tempat rangsang taktil. Pasien simulasi mampu melakukan toponogsia.
Pembahasan :
Seluruh mekanisme gerak yang tubuh kita alami selalu berhubungan dengan sistem saraf.
Sehingga meskipun dalam keadaan mata tertutup, OP dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh
yang dimaksudkan dengan benar. Karena proses pengiriman rangsangan dari sel saraf sensorik
hingga ke Sistem Saraf Pusat (SSP) hingga kembali ke saraf motorik berjalan dengan normal.
Ketika diberi rangsangan, saraf sensorik akan menerima dan mengirimkan informasi dimana
daerah tubuh yang diberi rangsang ke SSP. Lalu dilanjutkan oleh sel saraf motorik yang
berfungsi membawa impuls menuju ke tubuh untuk menggerakkan anggota tubuh. Dan OP dapat
menunjukkan respon karena semua pengiriman informasi tersebut lancar.
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa OP tidak menderita Dysdiadochokinesis, yaitu kelainan
neurologis di mana seseorang tidak dapat melokalisasikan tempat-tempat yang diminta.
Kesimpulan :
Selama kerja saraf tidak terganggu, maka penghantaran informasi atau impuls ke SSP dan dari
SSP ke motorik akan berjalan dengan lancar
Rangsang yang diberikan ke dalam tubuh kita baik eksternal maupun internal amat sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, dalam hal ini kaitannya adalah dengan bagaimana kita merespon ransang tersebut.Respon-respon tersebut ditentukan oleh sebuah mekanisme dimana mekanisme tersebut adalah pemrosesan informasi yang ditransmisikan oleh serat-serat saraf otak dari berbagai reseptor yang terletak di seluruh tubuh (mekanisme sensorik). Sensasi-sensasi tersebut diklasifikasikan menjadi indera kutan, viseral, olfaktorius, penciuman, visual, pendengaran dan posisi.Tiga komponen dari mekanisme sensori adalah organ pengindera atau reseptor, jaras sensoris ke otak dan area sensoris otak di korteks serebri.1
Mekanisme sensorik yang terjadi dalam tubuh kita umumnya adalah sebagai berikut (seperti yang telah dipelajari pada blok sebelumnya) yaitu adanya stimulus mengaktifkan voltage gated channel yaitu kanal ion terbuka. Kemudian terjadi perpindahan ion (Na+ ke dalam dan K+ keluar). Perpindahan ini mengakibatkan perubahan potensial membran berupa 3 event (depolarization, repolarization, dan hyperpolarization). Akhirnya terjadi fluktuasi yaitu perubahan dari nilai normal yang berfungsi sebagai senyal listrik. Penghantaran impuls sensorik ini berkaitan dengan sistem pompa ion dalam tubuh. Terjadinya potensial membran sel akibat perbedaan distribus ion Na, K, dan anion. 2
Fluktuasi yang dimaksud memiliki 2 bentuk dasar yaitu :2
Gradded Potential : Terjadi sesaat, perubahan lokal potensial membran. Intensitas berkurang sesuai dengan jarak yang ditempuhnya. Besarnya potensial bergantung pada kekuatan stimulus yang diberikan. Graded potensial yang cukup besar (mencapai Threshold / ambang) dapat menginisiasi Action potential. Arus yang terjadi segera menghilang akibat kebocoran membran plasma. Graded potential hanya dapat berjalan pada jarak yang dekat.
Action Potential : Berfungsi sebagai sinyal jarak jauh. Memungkinkan komunikasi jarak jauh. Penjalaran impuls satu arah dari asal stimulus. Memiliki komponen Depolarisasi yaitu perubahan potensial dari -70mV menjadi +30mV akibat adanya influx Na+ , Repolarisasi yaitu potensial membran kembali ke potensial istirahat dari +30mV menjadi -70mV akibat adanya efflux K+, Hyperpolarisasi / undershoot yaitu potensial menjadi lebih negatif daripada potensial istirahat akibat perpindahan ion kalium.
Sensasi taktil mencakup pengenalan akan sentuhan, tekanan, dan getaran oleh tubuh. Sensasi tersebut diperantarai oleh reseptor taktil yang berbeda lokasinya sebagai contoh reseptor sentuhan terletak pada atau dekat kulit sementara reseptor tekanan lebih dalam ke jaringan.3
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor, sel yang berespon terhadap deformasi fisik dan kompresi dengan depolarisasi yang menyebabkan potensial reseptor. Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan pembahasan akan mekanisme sensori sebelumnya maka apabila ada ransangan yang kuat yang menyebabkan depolarisasi kuat dapat mengaktifkan serabut saraf pada reseptor yang dapat menyebabkan terjadinya potensial aksi.2,3
Ada 6 jenis reseptor taktil, yaitu:3
- Ujung saraf bebas
Reseptor yang berespon terhadap sentuhan dan dijumpai di seluruh kulit. Ujung saraf bebas juga berespon terhadap stimulus rasa nyeri
- Badan MeissnerReseptor sentuhan yang dijumpai di area tubuh yang tidak dijumpai rambut terutama pada ujung jari atau bibir. Reseptor ini memungkinkan diskriminasi tepat mengenai lokasi sentuhan.
- Ujung lebarBerkaitan dengan Badan Meissner namun terletak pada bagian tubuh yang berambut. Reseptor ini memberi informasi mengenai sentuhan yang kontinu, yang berespon dengan sinyal yang kuat apabila sentuhan dilakukan dan berlanjut dengan sinyal lemah apabila sentuhan tersebut masih ada. Reseptor ini memungkinkan diskriminasi halus mengenai lokasi dan kualitas sentuhan.
- Reseptor End- Organ rambutReseptor pada bagian dasar folikel rambut yang berfungsi sebagai reseptor sentuhan.
- Reseptor End- Organ ruffiniSerabut saraf yang terletak di bawah kulit dan jaringan dibawahnya. Reseptor ini mencetuskan potensial aksi terus menerus sebagai respon terhadap deformasi. End organ ruffini terdapat di sendi dan memberikan informasi mengenai sendi dan gerakan.
- Badan PacciniSerabut yang cepat beradapatasi dan terletak di bawah kulit dan organ lain, misalnya pada penis, klitoris dan puting. Badan Paccini mencetuskan potensial aksi dengan cepat apabila terjadi sentuhan, terutama sentuhan yang melibatkan tekanan, getaran berfrekuensi tinggi dan beradaptasi dengan cepat.Sementara itu pada sensasi suhu, diketahui melalui reseptor spesifik hangat dan dingin yang terletak di bawah kulit. Reseptor dingin umumnya lebih banyak daripada reseptor hangat.3 Reseptor nyeri juga berpengaruh pada sensasi suhu, hal ini dapat kita rasakan apabila berada pada tempat yang terlalu dingin atau terlalu panas maka akan menimbulkan rasa nyeri.Reseptor suhu bukanlah mekanoreseptor melainkan reseptor yang diaktifkan oleh senyawa kimia oleh zat yang dihasilkan sel akibat metabolism tubuh sebagai respon terhadap suhu.3
Alkohol atau CH3COOH merupakan nama dari asam asetat yaitu larutan senyawa yang bersifat asam. Alkohol atau asam asetat dalam suhu ruangan berwujud cair dan memiliki titik didih yang cukup tinggi dibandingkan eter. Ketika alkohol atau asam asetat bersentuhan dengan kulit dan kemudian diberikan tiupan akan timbul sensasi dingin akibat reaksi oksidasi alkohol yaitu reaksi pengikatan oksigen.Refleks after image atau refleks pengiringan adalah sebuah gambaran atau bayangan atau perasaan yang masih tertinggal setelah adanya ransangan. Refleks pengiringan dapat dikatakan positif terjadi disebabkan oleh reseptor yang diransang terus menerus dan proses pada neuron yang diikuti oleh stimulus yang berkelanjutan dan biasanya bertahan tidak lama.4
Hal ini pula lah yang menjelaskan refleks pengiringan yang terjadi pada OP berdasarkan percobaan V dimana meski rangsang telah tidak diberikan namun OP masih merasakan adanya rangsang atau stimulus yang dikenakan pada dirinya.
Daftar Pustaka1. Anderson PD. Anatomi dan Fisiologi tubuh manusia; latihan dan panduan belajar. Jakarta: EGC;
1996.2. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11st ed. Pennsylvania: Elsevier Saunder,
2006.3. Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku. Jakarta: EGC; 2009.4. Corsini R. The dictionary of Phychology. New York: Brunner-Routledge; 2002