Upload
fentyjuniar
View
109
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PBP
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMPENGETAHUAN BAHAN PANGAN
PENGETAHUAN BAHAN PANGAN UMBI-UMBIAN
Oleh :Nama : Fenty Juniarti EffendiNRP : 123020081Kelompok : D
No. Meja : 5 (Lima)Asisten : Vivi Nurfitriana HakimTanggal Percobaan : 16 Oktober 2014
LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2014
I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
I.1 Latar Belakang Percobaan
Umbi – umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah,
seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang, jahe, kencur,
kimpul, talas, gembili, ganyong, bengkuang dan lain sebagainya. Pada umumnya
umbi – umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati atau
merupakan suumber citarasa da aroma karena mengandung oleoresin.
Umbi – umbian dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu umbi akar dan
umbi batang. Umbi akar atau batang sebenarnya merupakan bagian akar atau
batang yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan. Yang
termasuk umbi akar contohnya ubi kayu dan bengkuang, sedangkan ubi jalar,
kentang dan gadung termasuk jenis umbi batang.
1. Ubi Kayu (Manihot esulenta Crantz)
Jenis umbi yang paling sering dikonsumsi dan disebut singkong. Sering
dikonsumsi dalam olahan rebus/goreng, tape, gaplek, tepung gaplek, dan tepung
tapioka. Umbinya terdiri dari lapis luar dan dalam. Daging umbi berwarna kuning
atau putih. Pada bagian tengah terdapat serat dan kambium. Ubi kayu berbentuk
silinder yang ujungnya mengecil.
2. Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)
Kulitnya tipis dan warna daging bermacam – macam. Bentuknya tidak
seragam. Daging umbi mengandung serat, jumlah serat berbeda – beda.
3. Talas (Colocasia esculenta (L.) Schoot)
Umbinya berbentuk lonjong sampai agak membulat. Kulit talas berwarna
kemerahan dan kasar karena terdapat bekas pertumbuhan akar, sedangkan daging
talas berwarna putih keruh.
4. Gadung (Dioscorea hispida Dennst)
Ubi gadung bebentuk bulat panjang dengan sisi melebar terhadap puncak.
Umbi yang sudah masak berwarna coklat atau kuning kecoklatan.
5. Garut (Marantha arundinacea L.)
Umbi garut berwarna putih dan terbungkus sisik teratur. Terdapat rhizoma
pada garut terutama pada sisik umbi.
6. Kimpul (Xanthosoma violaceum Schott)
Umbi ini berbentuk silinder sampai agak bulat, terdapat ruas dengan
beberapa bakal tunas. Pada irisan melintang struktur umbi terdiri dari kulit,
korteks, dan pembuluh xylem dan floem.
7. Gembili (Dioscorea aculeate L.)
Berbentuk bulat sampai lonjong, ada juga yang memiliki bentuk bercabang
atau lebar. Permukaannya licin, kulitnya berwarna kuning kehijauan sedangkan
dagingnya berwarna putih bening sampai putih keruh. (Muchtadi, 2010)
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pengamatan struktur dan fisik umbi-umbian adalah
untuk mengetahui struktur dan sifat fisik dari berbagai jenis umbi-umbian.
Tujuan dari percobaan ekstraksi pati umbi-umbian adalah unuk mengetahui
kandungan pati dalam umbi-umbian sehingga dapat digunakan pengolahan
makanan.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan pengamatan struktur dan fisik umbi-umbian adalah
berdasarkan pengamatan struktur dan sifat fisik terhadap bentuk, ukuran, warna,
berat, pencoklatan, dan struktur jaringan.
Prinsip dari percobaan ekstrak pati ini adalah berdasarkan pada proses
ekstraksi pati dari umbi-umbiaan dengan cara pengendapan.
Timbang
II. METODOLOGI PERCOBAAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan yang
digunakan, (2) Alat-alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
II.1 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan pengetahuan bahan
pangan umbi-umbian adalah jahe, kencur, larutan NaCl 3% dan air.
II.2 Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan pengetahuan bahan pangan umbi-
umbian adalah pipet, erlenmeyer, kertas saring, pisau, baskom, penggaris, jangka
sorong, parutan timbangan, dan oven.
II.3 Metode Percobaan
1. Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik Umbi-umbian
A. Bentuk D. Warna
Umbi Umbi
Gambar warna kulit warna
daging
B. Ukuran E. Pencoklatan
Umbi Umbi
Ukuran panjang diameter Irisan
C. Berat
Umbi Amati perubahan warna
Timbang
F. Struktur Jaringan
Umbi
Buat irisan melintangdan
irisan membujur
gambar lapisanyang terlihat
Amati dengan mikroskop
Gambar 1. Prosedur Percobaan Pengamatan Struktur dan FisikUmbi-umbian
Pada bentuk gambar masing – masing jenis umbi secara utuh. Pada ukuran
ukur panjang dan diameter atau tebal masing – masing jenis umbi dengan
menggunakan penggaris. Pada berat timbang masing – masing jenis umbi dengan
menggunakan timbangan untuk mengetahui kisaran beratnya. Pada warna catat
warna kulit dan daging umbi dari masing – masing jenis.
Pada pencoklatan amati perubahan warna yang terjadi setelah daging
umbi diiris. Pada struktur jaringan buat irisan melintang dan membujur
masing – masing jenis umbi. Gambar lapisan – lapisan yang terlihat.
Siapkan irisan tipis melintang dan membujur dari masing – masing jenis
umbi dan amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100-400 x
gambar struktur jaringan yang terlihat.
2. Pengamatan Ekstraksi Pati
Umbi, Kupas dan bersihkan,Timbang,Cuci dengan air,
lar. NaCl 3 %
Rendam 1 jam
Cuci dengan air
Parut
+ air sebanyak 9x berat bahan
Rendam selama 1 jam, biarkan mengendap
Peras
Filtrat
+ air sebanyak 9x berat bahan
lakukan 2xRendam selama 1 jam, biarkan mengendap
Pati
Timbang
Jemur dengan loyang
Giling
Produk Timbang
Gambar 2. Prosedur Percobaan Pengamatan Ekstraksi Pati
Bersihkan dan kupas umbi yang akan diekstrak patinya. Cuci sekali
lagi hasil kupasan. Rendam dalam larutan garam 3 persen sekali lagi hasil
kupasan selama 1 jam. Lalu cuci dengan air, parut umbi yang sudah
dikupas secara manual atau mekanik.
Tambahkan air pada hasil parutan sebanyak 9 kali berat bahan. Peras
menggunakan kain saring. Biarkan filtrat mengendap sampai
supernatannya jernih. Buang supernatannya. Cuci endapan dengan
menambahkan air sebanyak 9 kali berat bahan dan diaduk. Biarkan sampai
supernatannya jernih. Buang supernatannya dan cuci lagi seperti di atas
sampai 3 kali. Endapan padi di jemur sampai kering. Giling dan timbang.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.
III.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan umbi-umbian dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur dan Sifat FisikPengamatan Hasil Pengamatan
Sampel Jahe
Bentuk
Ukuran Panjang : 2,855 cmLebar: 2,14 cm
Warna Kulit : kuning keemasanDaging : putih kuning
Struktur Melintang Membujur
Struktur Jaringan
Sumber : Kelompok D, Meja 5 (2014)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Ekstraksi PatiKeterangan HasilSampel KencurBerat Sampel 150 gramBerat Pati Basah 11 gramBerat Pati Kering 8,6 gram% Pati 5,73 %
Sumber : Kelompok D, Meja 5 (2014)
III.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan fisik dan struktur terhadap umbi-umbian pada
sampel jahe didapatkan hasil yaitu memiliki bentuk yang tidak simetris, panjang :
2,855 cm, lebar: 2,14 cm. Jahe pada bagian luar warna kulitnya kuning keemasan,
sedangkan bagian dalam warna dagingnya putih kuning. Pada struktur melintang
dan membujur terdapat garis cambium zig – zag. Pada struktur jaringan melintang
dan membujur hamper sama tetapi pada membujur bagian dalam tidak bulat
sempurna.
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama
ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi,
dari Bahasa Sanskerta, singaberi. Klasifikasi ilmiah pada jahe merupakan kerajaan
plantae, ordo zingibeales, family zingiberacea, genus zingiber. Terdapat tiga jenis jahe
yang populer di pasaran, yaitu:
1.) Jahe gajah/jahe badak merupakan jahe yang paling disukai di pasaran
internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging
rimpang berwarna kuning hingga putih.
2.) Jahe kuning merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu
masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam.
Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.
3.) Jahe merah merupakan jenis jahe yang memiliki kandungan minyak
atsiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan
jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih
besar dibanding jahe biasa. (Wikipedia, 2014)
Kita dapat mengaplikasikannya ketika kita melakukan proses sortasi,
grading atau proses lainnya. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh
dari dalam tanah, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung,
bawang, jahe, kencur, kimpul, talas, gembili, gayong, bengkuan dan lain
sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber
karbohidrat terutama pati atau merupakan sumber cita rasa dan aroma karena
mengandung oleoresin (Muchtadi, Dari sekian banyak jenis umbi-umbian, hanya
sebagian saja yang telah dikenal dan dimanfaatkan secara luar oleh manusia.
Melalui pengamatan struktur dan sifat fisik berbagai jenis umbi-umbian
diharapkan diperoleh suatu gambaran yang lebih jelas terhadap umbi-umbian
tersebut (Muchtadi, 2010).
Berdasarkan percobaan ekstraksi pati umbi – umbian pada sampel kencur
didapat persen pati sebanyak 5,73%. Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah
salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-
temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak
atsiridan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Nama lainnya
adalah cekur (Malaysia) dan pro hom (Thailand). Dalam pustaka internasional
(bahasa Inggris) kerap terjadi kekacauan dengan menyebut kencur sebagai lesser
galangal (Alpinia officinarum) maupun zedoary (temu putih), yang sebetulnya
spesies yang berbeda dan bukan merupakan rempah pengganti. Terdapat pula
kerabat dekat kencur yang biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman
obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.), namun mudah dibedakan dari daunnya.
Nama kencur dipinjam dari bahasa Sanskerta, kachora, कचो�र, yang
berarti temu putih (Curcuma zedoaria). Kandungan pati sebenarnya pada kencur
yaitu (4,14 %), mineral (13,73 %), minyak-minyak atsiri (0,02 %), berupa: sineol,
asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene,
paraeumarin, asam anisat, alkaloid dan gom. Biasanya kencur digunakan sebagai
jamu untuk minuman penyegar dan penambah nafsu makan.
Pada proses ekstraksi pati dilakukan pencucian untuk mengurangi
kontaminasi, perandaman selama 1 jam merupakan waktu yang optimal untuk
mendapatkan supernatan sehingga dapat diperoleh pati. Pemarutan dilakukan
untuk memperluas luas permukaan sehingga memudahkan dalam ekstraksi dan
pati yang lebih banyak.Perendaman 9x tinggi pati bertujuan untuk mendapatkan
rendemen pati yang optimum, sedangkan perendaman 9x tinggi pati bertujuan
untuk mendapatkan rendemen pati yang lebih banyak. Pati diayak dengan
menggunakan ayakan berukuran 80 mess, mess adalah banyaknya lubang dalam 1
inci2.
Bahan bisa menjadi kering disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dari
dalam bahan dengan lingkungannya pada saat dipanaskan. Karena adanya
perbedaan tekanan, air yang ada di dalam bahan menuju ke permukaan bahan
melalui pori-pori yang ada pada bahan, setelah berada di permukaan air tersebut
pun akan menguap, begitu seterusnya hingga terjadi kesetimbangan antara
tekanan di dalam bahan dengan lingkungan sekitarnya (Winarno,2004).
Pengeringan pati dilakukan dengan menggunakan tunnel dryer.
Perendaman dengan menggunakan NaCl berfungsi untuk mencegah browning dan
penyeragaman warna selain itu juga sebagai penetral alakaloid, mempercepat
pelarutan kalsium oxalate, nelunakkan kembali umbi sehingga lebih mudah
diparut dan memperpanjang masa simpan pati (Winarno,2004).
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta
apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang
dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak
larut disebut amilopektin. Amilosa membunyai struktur lurus dengan ikatan α-
(1,4)-D-glukosa, sedang amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,4) -
glukosa sebanyak 4-5% dari berat total (Winarno,2004).
Beberapa sifat pati adalah mempunyai rasa yang tidak manis, tidak larut
dalam air dingin tetapi dalam air panas dapat membentuk sol atau jel yang bersifat
kental. Sifat kekentalannya ini dapat digunakan untuk mengatur tekstur makanan
dan sifat jelnya dapat diubah oleh gula atau asam. Pati di dalam tanaman dapat
merupakan energi cadangan, didalam biji-bijian pati terdapat dalam bentuk
granula. Penguraian tidak sempurna dari pati dapat menghasilkan dekstrin yaitu
suatu bentuk oligosakarida (Winarno,2004).
Sebelum diparut umbi dilakukan perendaman terlebih dahulu pada larutan
NaCl, hal ini dilakukan agar getah yang ada pada umbi hilang dan mencegah
terjadinya browning. Setelah direndam kemudian diparut untuk dipecah dinding
selnya. Dengan pecahnya dinding sel, maka granula pati dan komponen lainnya
akan keluar dengan diikuti penambahan air. Banyaknya granula pati yang keluar
sangat diharapkan. Dengan pemarutan granula pati yang keluar dapat mencapai
70-90 persen. Banyak pati yang keluar dalam pemarutan sering disebut sebagai
efek pemarutan (Rasping effect) (Winarno,2004).
Hasil parutan umbi yang ditambahkan dengan air, kemudian disaring.
Penambahan air berlebih dilakukan untuk melarutkan bahan-bahan yang larut
dalam air dari bagian ampasnya. Sembilan kali jumlah air yang dimasukkan dalam
filtrat bertujuan untuk menghasilkan endapan, agar bahan lain tidak ikut
mengendap. Filtrat yang mengandung bagian granula pati ditampung dan
dibiarkan mengendap atau dimasukkan dalam alat pemusing (Winarno,2004).
Pengendapan dilakukan untuk memisahkan pati murni dari bagian lain
sebagai kontaminan yang larut. Pengendapan inilah yang merupakan proses
terpenting yang menentukan hasil akhir tepung pati. Setelah granula pati
mengendap, airnya dihilangkan dan granula pati yang terbentuk padat semi cair
dapat diambil dan dimasukkan dalam pengering (Winarno,2004).
Endapan granula pati basah haruslah dikeringkan agar tidak tumbuh
mikroorganisme. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur dibawah sinar
matahari atau dalam alat pengering. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pengeringan adalah pati haruslah tidak menggumpal dan suhu pengeringan jangan
sampai melebihi suhu gelatinisasi pati, yaitu 70-800C. Pengeringan sebaiknya
dilakukan pada suhu dibawah 700C. Pengeringan yang melampaui suhu
gelatinisasi pati, akan menghasilkan tepung yang kasar (Winarno,2004).
Pengeringan umbi-umbian sering dilakukan sebagai usaha pengawetan.
Metode yang paling murah dan mudah adalah penjemuran. Pati yang telah
dikeringkan dimasukkan dalam rol penghancur untuk mendapatkan tepung. Lalu
tepung diayak dengan menggunakanayakanberukuran100–200mesh
(Winarno,2004).
Bila pati mentah dimasukkan kedalam air dingin, granula pati akan
menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air yang terserap dan
pembengkakannya terbatas. Air yang terserap tersebut hanya dapat mencapai
kadar 30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi di dalam air pada suhu
antara 55oC sampai 65oC merupakan pembengkakan yang sesungguhnya, dan
setelah pembengkakan granula pati dapatkembalipadakondisisemula
(Winarno,2004).
Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat
kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan tersebut disebut gelatinasi. Suhu
pada saat pati pecah disebut suhu gelatinasi yang dapat dilakukan dengan
penambahan air panas (Winarno,2004).Umbi-umbian adalah bahan pangan nabati
yang diperoleh dari dalam tanah, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut,
kunyit, kentang, bawang, jahe, kencur, kimpul, talas, gembili, ganyong,
bengkuang, dan sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian tersebut merupakan
sumber karbohidrat terutama pati atau merupakan sumber cita rasa dan aroma
karena mengandung oleoresin. Secara luas talas-talasan berasal dari areal rawa
dan hutan tropika bercurah hujan tinggi (Muchtadi, 2010).
Umbi-umbian dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu umbi akar dan
umbi batang. Umbi akar atau batang sebenarnya merupakan bagian akar atau
batang yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan. Yang
termasuk umbi akar misalnya ubi kayu dan bengkuang, sedangkan ubi jalar,
kentang dan gadung merupakan umbi batang (Muchtadi, 2010).
Jika sayuran, buah-buahan maupun umbi-umbian terpotong atau terluka,
maka biasanya pada bagian yang terpotong atau terluka tersebut permukaanya
akan berubah warnanya menjadi coklat (Muchtadi, 2010).
Menurut Kusmiadi (2008), pada umumnya proses pencoklatan ada dua
macam, yaitu pencoklatan enzimatis dan non enzimatis, pencoklatan pada buah ini
tergolong pencoklatan enzimatis. Hal ini dikarenakan buah apel atau pada buah-
buahan pada umumnya banyak mengandung substrat senyawa fenolik yang dapat
bertindak sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatik pada buah-buahan
dan sayuran. Disamping, katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kateat, asam
klorogenat serta lekoan tosianin dapat menjadi substrat proses pencoklatan.
Pada umumnya pencoklatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu pencoklatan
enzimatis dan pencoklatan non enzimatis. Pada pencoklatan enzimatis seperti
pada buah apel dan buah lainnya setelah dikupas disebabkan oleh pengaruh
aktivitas enzim polypenol oxidase (PPO), yang dengan bantuan oksigen akan
mengubah gugus monophenol menjadi o-hidroksi penol, yang selanjutnya diubah
lagi menjadi O-kuinon. Gugus o-kuinon inilah yang membentuk warna coklat,
sedangkan reaksi pencoklatan non enzimatik belum diketahui secara penuh.
Tetapi, pada umumnya reaksi pencoklatan non enzimatik, yaitu karamelisasi,
reaksi Maillard dan pencoklatan akibat vitamin C. mencegah terbentuknya warna
coklat pada buah-buahan dapat dilakukan dengan cara blanching atau pemanasan
atau penambahan bahan kimia (Taufik, 2009).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.
IV.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan sifat fisik dan struktur terhadap umbi-umbian
adalah terdapat ukuran, berat, bentuk, warna, struktur jaringan yang berbeda –
beda tiap jenisnya.
IV.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung praktikan memahami prosedur
dengan benar dan lebih teliti agar mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Diann, (2013), browning pencokelatan, http://blog.ub.ac.id. Diakses : 19 Oktober
2014.
Muchtadi, Tien, Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno, (2010), Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan, Bandung : CV. Alfabeta.
Wiki, (2014), Jahe.http://id.wikipedia.org. Diakses : 18 Oktober 2014.
Winarno, F.G. (2004), Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Kadar Pati Umbi-umbian
% Pati = W pati kering
W sampelx100 %
= 8,6150
x100 %=5,73 %
2. SNI Kencur