27
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2 KIMIA ORGANIK PENYABUNAN Oleh : Nama : MUHAMMAD RAMLI NPM : 10220074 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG JURUSAN MIPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Laporan Praktikum Penyabunan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Penyabunan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2

KIMIA ORGANIK

PENYABUNAN

Oleh :

Nama : MUHAMMAD RAMLINPM : 10220074

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP) HAMZANWADI SELONG

JURUSAN MIPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGITAHUN 2011

Page 2: Laporan Praktikum Penyabunan

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di buat dan di kumpulkan untuk dapt mengikuti praktikum berikutnya

No Materi paraf1

2

3

Mengetahui

Co,as praktikan

( ) (MUHAMMAD RAMLI)

Page 3: Laporan Praktikum Penyabunan

A. PELAKSANAN PRAKTIKUM1. Tujuan Percobaan

a. Mempelajari proses pembuatan sabun dari Minyak.

b. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada proses pembuatan sabun dari

Minyak.

2. Tanggal praktikum /05/2011

3. Tempat praktikumPusat Laboratorium Biologi STKIP Hamzanwadi Selong

B. LANDASAN TEORISaponifikasi

Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung

dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang

menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan

garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah

ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA),

namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses

pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.

Page 4: Laporan Praktikum Penyabunan

Gambar 2.2 Reaksi saponifikasi Asam lemak

Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun dipergunakan

bahan-bahan tambahan sebagai berikut:

a. Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.

b. Zat pewarna

c. Parfum, agar baunya wangi.

d. Zat pemutih, misal natrium sulfat

Sabun

Sejarah Sabun

Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara berkesinambungan

dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material).

Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh

sabun kasar dan sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu

proses. Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman

mengembangkan sabun sintesis dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan

mengkomposisi reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang

merupakan zat pembasah (wetting agent).

Pengertian Sabun

Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi penggunaan

dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang memberikan

pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air

untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak

seperti batangan.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi

saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah

Page 5: Laporan Praktikum Penyabunan

(misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16,

sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

Gambar 2.3 Struktur Asam Laurat

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air.

Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk

mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak

goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada

pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat,

dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam

linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam

karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).

Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O,

yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada

satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada

kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air

sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.

Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi

kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-

molekul air.

Bahan baku pembuatan sabun, antara lain:

a. Minyak kelapa sawit

Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat.

b. Minyak Zaitun

Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

c. Minyak Kelapa

Page 6: Laporan Praktikum Penyabunan

Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

Mengapa minyak dapat larut dengan bantuan sabun dalam media air?

Dari penjelasan di atas, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan mudah.

Fenomena tersebut tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Gaya tarik antara dua

molekul polar ( gaya tarik dipol-dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam larutan

polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan

elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka larutan nonpolar dapat larut

dalam non polar. Hal tersebut dapat menjelaskan proses yang terjadi saat kita mencuci

tangan. Saat pencucian tangan, air yang merupakan senyawa polar menginduksi awan

elektron sabun sehingga dapat membantu larutnya asam lemak yang juga merupakan

senyawa non polar. Maka dari itu, bila kita mencuci tangan dengan menggunkan sabun,

lemak yang menempel pada tangan akan melarut bersama sabun dengan bantuan air.

Minyak

Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan

makhluk hidup.

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida.

Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam

pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya

dalam pelarut air.

Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur

kimia tertentu.

a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).

b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).

c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ).

d. Sterol-sterol dan steroida.

e. Karotenoida.

f. Kelompok lipida lain.

Page 7: Laporan Praktikum Penyabunan

Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan hewan

dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya tergantung dari

tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa kilogram.

Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan dan

tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh manusia,

kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida seluruhnya.

Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya dalam

seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman,

karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.

Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut

dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.

Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian

terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu

molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

Gambar 2.4 Reaksi kimia asam lemak dengan gliserol

Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang

berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu

ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan

minyak dan lemak.

Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:

1. Esterifikasi

Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,

menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia

Page 8: Laporan Praktikum Penyabunan

yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada prinsip trans-

esterifikasi Fiedel-Craft.

2. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak

bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan

eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak

dan minyak yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada

lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan

minyak tersebut.

Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisa pada trigliserida

3. Penyabunan

Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada

trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol

dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

4. Enzimatis

Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan

minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity”

Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta

menyebabkan minyak berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses

oksidasi minyak sehingga menghasilkan keton.

Gambar 2.6 Reaksi Enzimatis

Page 9: Laporan Praktikum Penyabunan

5. Oksidasi

Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan

lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik

kepada minyak atau lemak “Oxidative rancidity”.

6. Hidrogenasi

Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon

asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak

didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya adalah

minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.

Sifat fisika lemak dan minyak :

1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari lecitin

2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar

3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk

pengujian kemurnian minyak.

4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil), sedikit

larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide dan

pelarut halogen.

5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai

karbon.

6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena asam-

asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan

minyak atau lemak

7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau

minyak dengan pelarut lemak

8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak

atau lemak

9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari

minyak/lemak.

10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta

pengaruh kehadiran komponen-komponennya.

Page 10: Laporan Praktikum Penyabunan

Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari

secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa makro

nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:

1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan karbohidrat

atau protein.

2. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.

Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga

kelompok tujuan berikut:

1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan

makanan atau pertanian.

2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan

dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan

misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya.

3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak

tertentu.

Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu

bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak larut air

tatapi dalam pelarut organik.

Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol,

asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya disebut

lemak kasar (crude fat).

Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan

1. Bahan Kering

Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau

berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet. Sedangkan

secara berkesinambungan dengan alat goldfish.

2. Bahan Cair

Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau

dengan Mojoinner.

Page 11: Laporan Praktikum Penyabunan

Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifat-sifatnya.

Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan angka penyabunan

dan penentuan angka asam.

Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan

untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak. Angka penyabunan sendiri

dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang

disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil

akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat

molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil.

Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang diperlukan

untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak.

Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari

hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi

angka asam makin rendah kualitasnya.

Page 12: Laporan Praktikum Penyabunan

C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat

a) Tabung reaksib) Pipetc) Tabung benzanad) Kaki tigae) Cawan petrif) Gelas ukurg) Gelas kimiah) Cawan pengucapani) Rak tabung reaksij) Emberk) Tisul) Kertas saring

2. Bahana) Minyak kelapab) NaOH 40%c) Etil alkohold) Air Krane) Air sulingf) Larutan NaCl jenuhg) CaCl2

h) Air suling yang mengandung CaCli) Diterjen

D. CARA KERJAa. memasukkan 5 ml larutan NaOH 40% ke dalam cawan pengycapan. Tambahkan 5

ml minyak kelapa dan 5 ml etil alkohol, panaskan dengan hati-hati dabn selalu terus diaduk, dan pemanasan dilakukan selama 15 menit. Jika air alkohol telah menguap dan isi bejana telah menjadi padat tambahkan air. Dinginkan dan tambahkan 40 ml larutan NaCl jenuh, menyaring gengan kertas saring, kemudian membilas sabun tersebut dengan air dingin. Kemusian mencoba untuk mencuci tangan dengan sabun tersebut. Jika tangan lengket ditangan tambahakan lagi alkohol dan larutan NaOH dan panaskan.

b. Membuat larutan sabun dengan melarutkan sedikit air dalam 10 ml air. Kemudian mengambil kira-kira 1 ml larutan sabun tersebut kemudian menambahkan 5 mll CaCL2, kemudian mengocoknya

c. Mencatat hasil pengamatand. Mengambil 2-3 tetes larutan sabun b kemudian menambahkan 1 ml

air suling yang mengandung CaCl2 air keran air suling

Page 13: Laporan Praktikum Penyabunan

e. mengulangi percobaan d menggunakan erbagai diterjen sintesis, dengan cara melarutkan 0,5 gram dalam 10 mll air

E. HASIL PENGAMATAN

Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan

mereaksikan asam lemak khusunya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan

gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium)

yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Saponifikasi dilakukan dengan

mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan

NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun).

Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali

sehingga menghasilkan sabun dan air.

1. Diegram AlirNo Cara Kerja Hasil pengamatan

No Cara Kerja Hasil pengamatan

Page 14: Laporan Praktikum Penyabunan
Page 15: Laporan Praktikum Penyabunan

2. Tabel perubahan yang terjadi jika larutan sabun di campur dengan beberapa larutan

NO larutan perubahan

123

Air sulingAir KranLarutan CaCl2

3. Tabel perubahan yang terjadi jika larutan tabel 2 di campur dengan bebrapa tetes larutan diterjen sintetik

NO larutan perubahan

123

Air suling + diterjenAir Kran+ diterjenLarutan CaCl2+ diterjen

Page 16: Laporan Praktikum Penyabunan

F. PEMBAHASANSetiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut

alkali - basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air.

Cara kerja sabun adalah mengikat minyak kedalam air, sehingga akhirnya minyak dan kotoran dapat dibilas dengan lebih mudah.

Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Pada hampir seluruh panjangnya (atau "ekornya") strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak, karena itu memiliki afinitas atau keakraban dengan molekul-molekul minyak. Tapi, pada salah satu ujungnya yang lain (atau "kepalanya") ada sepasang atom yang muatan listriknya sedemikian hingga hanya senang bergabung dengan molekul-molekul air, dan kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air yang membuatnya dapat larut.

Kita bisa menambahkan aroma dalam sabun dengan meberikan beberapa tettes larutan pengharum kedalam campuran sabunnya.

Page 17: Laporan Praktikum Penyabunan

G. KESIMPULAN

1) Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan

yang disebut alkali --basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena

dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan

sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri

keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang

bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki

anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki

kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau

pakaian ke dalam air.

2) Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan

gliserol dan sabun mentah.

3) Penyususun sabun terbesar adalah Lemak

Page 18: Laporan Praktikum Penyabunan

DAFTAR PUSTAKA

Satyawibawa, Iman dan Yustina Erna Widyastuti. 1992. Kelapa Sawit Dan

Pengolahannya. Jakarta: Ganesha Exacta.

Irawan, wira. 2006. Laporan Praktikum : Proses Reaksi Saponifikasi. Medan: Jurusan

Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Medan.

Anonim. 2008. Minyak dan Kolesterol. http://www.halalguide.info. Diakses pada tanggal

28 Oktober 2009.

Andry. 2008. Teknologi Lemak Dan Minyak. http://www.pdf-search-engine.com. Diakses

pada tanggal 28 Oktober 2009.

Page 19: Laporan Praktikum Penyabunan

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di buat dan di kumpulkan untuk dapt mengikuti praktikum berikutnya

No Materi paraf1

2

Mengetahui

Co,as praktikan

( ) (MUHAMMAD RAMLI)

Page 20: Laporan Praktikum Penyabunan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

SENYAWA OEGANIKLEMAK & POLIMER PADA PROSES PEMBUATAN SABUN

Oleh :

Nama : Muhammad RamliNPM : 10220074

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP) HAMZANWADI SELONG

JURUSAN MIPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGITAHUN 2011