40
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PERCOBAAN III TITRASI POTENSIOMETRI NAMA : ANNISA SYABATINI NIM : J1B107032 KELOMPOK : 1 ASISTEN : HANDAYANI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2009 PERCOBAAN III TITRASI POTENSIOMETRI I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi H 3 PO 4 dalam larutan dengan menggunakan metode potensiometri. II. TINJAUAN PUSTAKA Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua

LAPORAN PRAKTIKUM.docx

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK II

PERCOBAAN III

TITRASI POTENSIOMETRI

NAMA               : ANNISA SYABATINI

NIM                   : J1B107032

KELOMPOK    : 1

ASISTEN          : HANDAYANI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009

PERCOBAAN III

TITRASI POTENSIOMETRI

I.       TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi H3PO4 dalam larutan dengan menggunakan metode potensiometri.

II.     TINJAUAN PUSTAKA

Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya  diukur sebagai fungsi volume titran.  Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, 1994).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset,  1994).

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri   yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.  Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi   harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai, 1995).

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

III.    ALAT DAN BAHAN

A.                            Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, neraca analitik, botol semprot, labu ukur 100 ml, pipet volum 25 ml, buret 50 ml, pipet tetes, gelas ukur 10 ml, gelas beker, magnetik stir, batang pengaduk, alat ukur pH.

1. B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan H3PO4 0,1 M, NaOH, dan akuades.

1. IV. PROSEDUR KERJA 1. Dipipet 25,0 mL larutan H3PO4 ke dalam gelas kimia 250 mL.  Diencerkan hingga

tanda batas.2. Dimasukkan pengaduk megnetik stirrer ke dalam gelas kimia tersebut dan  

ditempatkan gelas kimia diatas pengaduk magnetik.3. Dihubungkan pengaduk magnetik dan pH meter dengan sumber arus, menyalakan

alat dan menjalankan pengadukan.4. Diatur kedudukan mula-mula larutan dalam buret dan memulai melakukan titrasi

sampai NaOH sebanyak 5 ml. 5. Ditambahkan larutan NaOH dalam buret sebanyak 1 ml hingga total NaOH 30

ml.dan mengukur pH nya dengan pH meter. 6. Dilanjutkan penambahan volume penitrasi sampai terkumpul jumlah titik yang

cukup untuk membuat kurva titrasi. 7. Digambarkan kurva dan menentukan letak titik ekivalen, memakai ketiga metode

penentuan. Menghitung konsentrasi larutan H3PO4.

1. V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     Hasil dan Perhitungan

1. 1. Hasil

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan1.

2.

3.

4.

Mengencerkan 25 ml H3PO4 ke dalam labu takar 100 ml

Memasukkan dalam gelas beker dan mengaduk dengan magnetik stirrer.

Mencatat PH larutan

Menambahkan 5mL NaOH; mengukur pH. Melakukan perlakuan ini 2x.

Menambahkan dengan NaOH 1 ml hingga volume NaOH 50mL;

-larutan bening

-larutan tetap bening

- PH larutan =2,63

-larutan bening

VNaOH pH0 2,635 2,556 2,547 2,54

mengukur pH pada setiap penambahan 1mL8 2,549 2,5510 2,5511 2,5512 2,5513 2,5614 2,5615 2,5716 2,5717 2,5818 2,5819 2,5820 2,5921 2,622 2,623 2,6124 2,6225 2,6226 2,6327 2,6328 2,6429 2,6430 2,6531 2,6632 2,6633 2,6734 2,6735 2,6836 2,6837 2,6938 2,7139 2,7240 2,7241 2,7342 2,7443 2,7444 2,7545 2,7546 2,7747 2,7748 2,7749 2,7950 2,79

no. VNaOH pH ∆V ∆pHVrt-rt

1 ΔpH/ΔV (ΔV)2 Δ2pHVrt-rt

2 Δ2pH/(ΔV)21 0 2,63 0 0 0 0 0 0 0 0

2 5 2,55 5 -0,08 2,5 -0,016 25 -0,08 1,25 -0,00323 6 2,54 1 -0,01 5,5 -0,01 1 0,07 4 0,074 7 2,54 1 0 6,5 0 1 0,01 6 0,015 8 2,54 1 0 7,5 0 1 0 7 06 9 2,55 1 0,01 8,5 0,01 1 0,01 8 0,017 10 2,55 1 0 9,5 0 1 -0,01 9 -0,018 11 2,55 1 0 10,5 0 1 0 10 09 12 2,55 1 0 11,5 0 1 0 11 010 13 2,56 1 0,01 12,5 0,01 1 0,01 12 0,0111 14 2,56 1 0 13,5 0 1 -0,01 13 -0,0112 15 2,57 1 0,01 14,5 0,01 1 0,01 14 0,0113 16 2,57 1 0 15,5 0 1 -0,01 15 -0,0114 17 2,58 1 0,01 16,5 0,01 1 0,01 16 0,0115 18 2,58 1 0 17,5 0 1 -0,01 17 -0,0116 19 2,58 1 0 18,5 0 1 0 18 017 20 2,59 1 0,01 19,5 0,01 1 0,01 19 0,0118 21 2,6 1 0,01 20,5 0,01 1 0 20 019 22 2,6 1 0 21,5 0 1 -0,01 21 -0,0120 23 2,61 1 0,01 22,5 0,01 1 0,01 22 0,0121 24 2,62 1 0,01 23,5 0,01 1 0 23 022 25 2,62 1 0 24,5 0 1 -0,01 24 -0,0123 26 2,63 1 0,01 25,5 0,01 1 0,01 25 0,0124 27 2,63 1 0 26,5 0 1 -0,01 26 -0,0125 28 2,64 1 0,01 27,5 0,01 1 0,01 27 0,0126 29 2,64 1 0 28,5 0 1 -0,01 28 -0,0127 30 2,65 1 0,01 29,5 0,01 1 0,01 29 0,0128 31 2,66 1 0,01 30,5 0,01 1 0 30 029 32 2,66 1 0 31,5 0 1 -0,01 31 -0,0130 33 2,67 1 0,01 32,5 0,01 1 0,01 32 0,0131 34 2,67 1 0 33,5 0 1 -0,01 33 -0,0132 35 2,68 1 0,01 34,5 0,01 1 0,01 34 0,0133 36 2,68 1 0 35,5 0 1 -0,01 35 -0,0134 37 2,69 1 0,01 36,5 0,01 1 0,01 36 0,0135 38 2,71 1 0,02 37,5 0,02 1 0,01 37 0,0136 39 2,72 1 0,01 38,5 0,01 1 -0,01 38 -0,0137 40 2,72 1 0,01 39,5 0,01 1 0 39 038 41 2,73 1 0,01 40,5 0,01 1 0 40 039 42 2,74 1 0,01 41,5 0,01 1 0 41 040 43 2,74 1 0 42,5 0 1 -0,01 42 -0,0141 44 2,75 1 0,01 43,5 0,01 1 0,01 43 0,0142 45 2,75 1 0 44,5 0 1 -0,01 44 -0,0143 46 2,77 1 0,02 45,5 0,02 1 0,02 45 0,0244 47 2,77 1 0 46,5 0 1 -0,02 46 -0,0245 48 2,77 1 0 47,5 0 1 0 47 046 49 2,79 1 0,02 48,5 0,02 1 0,02 48 0,0247 50 2,79 1 0 49,5 0 1 -0,02 49 -0,02

1. 2. Perhitungan

A.  Berdasarkan grafik hubungan pH terhadap volume NaOH

Dik  :      pH         =  2,71

pH         =  -log [H+]

[H+]       =  10-2,71

=  1,9498. 10-3 M

reaksi:  H3PO4 + OH- → H2PO4 + H2O      Ka  =  7,5.10-3

Dit  :       Ca

Jwb :

[H+]       =

Ca          =

=

=  5,07.10-4 M

B.   Berdasarkan grafik hubungan ∆pH/∆v terhadap volume NaOH

Dik  :      pH         =  2,77

pH         =  -log [H+]

[H+]       =  10-2,77

=  1,6982.10-3 M

reaksi:  H2PO4- + OH- → HPO4

2- + H2O    Ka  =  6,2.10-8

Dit  :       Ca

Jwb :

[H+]       =

Ca          =

=

=  46,51 M

C.  Berdasarkan grafik hubungan ∆2pH/∆V2 terhadap volume NaOH

pH         =  2,79

pH         =  -log [H+]

[H+]       =  10-2,79

=  1,6218.10-3 M

reaksi:  HPO42- + OH- → PO4

3- + H2O     Ka  =  4,8.10-13

Dit  :       Ca

Jwb :

[H+]       =

Ca          =

=  =  5,4797. 106 M

B.           Pembahasan

Titrasi potensiometri yang digunakan dalam percobaan ini merupakan salah satu metode elektroanalisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat. Dalam percobaan ini, metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4. Asam fosfat merupakan suatu asam poliprotik, artinya asam ini dapat memberikan lebih dari satu proton yang berupa ion H+ dan apabila bereaksi dengan suatu basa, akan membentuk air. Karena itu, dalam titrasi potensiometri, dapat dilakukan pengukuran pH berdasarkan konsentrasi H+ yang dilepaskan asam fosfat.

Karena sifatnya yang dapat memberikan lebih dari satu proton, asam fosfat memiliki 3 titik kesetimbangan asam (Ka). Kesetimbangan ini berasal dari nilai perbandingan konsentrasi produk dengan konsentrasi reaktan untuk masing-masing pelepasan H+.

H3PO4 + OH- H2PO4- + H2O    Ka1 =

H2PO4- + OH- HPO4

2- + H2O   Ka2 =

HPO42- + OH- PO4

3- + H2O      Ka3 =

Nilai konsentrasi H2O sebenarnya merupakan nilai konsentrasi oksonium H3O+, dan pereaksinya adalah H2O. Akan tetapi, untuk menyederhanakan penulisan dan menghindari kesalahpahaman karena pereaksi yang digunakan merupakan NaOH, maka penulisan reaksi kesetimbangan seperti yang telah dituliskan. Adanya 3 nilai kesetimbangan inilah yang membedakan perhitungan konsentrasi asam poliprotik seperti asam fosfat, dengan asam monoprotik dan asam diprotik. Dalam percobaan ini, asam fosfat direaksikan dengan NaOH dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

H3PO4 + 3NaOH → Na3PO4 + 3H2O

Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah yaitu asam posfat, H3PO4 dengan titran berupa basa kuat, NaOH.  Larutan NaOH merupakan golongan oksidator kuat, yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi larutan yang bersifat basa dengan penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam yang berperan sebagai titrat.

Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat dilakukan dengan pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu. Penambahan basa (larutan NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat. Maka volume penambahan NaOH diatur atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang terukur konstan. Pada titik-titk penambahan tertentu peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar. Lonjakan ini merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan pH larutan.

Sebelum penambahan basa, pH asam fosfat yang telah diencerkan adalah 2,63. Penambahan basa yaitu NaOH secara teratur dengan volume yang telah ditentukan meningkatkan pH hingga setelah 50 mL NaOH ditambahkan, pH akhir larutan adalah 2,79. Kenaikan pH akibat penambahan basa tidak dapat ditentukan secara matematis. Hal ini disebabkan faktor waktu yang digunakan dalam penetesan, kesempurnaan pengadukan dengan magnetik stirrer sehingga diperoleh larutan yang homogen, dan kepekaan pH meter yang digunakan.

pH meter  merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana diketahui bahwa elektroda gelas merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya sensitif  terhadap ion H+ serta paling sering digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari elektroda ini yaitu tidak efektif pada pengukuran pH di atas 10. Sebenarnya dalam titrasi potensiometri juga dilakukan pengukuran voltase atau tegangan untuk membandingkan besarnya voltase yang ditimbulkan akibat penambahan basa. Hanya saja dalam percobaan ini tidak dilakukan.

Dari grafik hubungan pH dengan volume penambahan titran nampak terjadi kenaikan kurva yang tidak berbeda jauh ketika titik ekivalen tercapai. Sebelum dan sesudah titik ekivalen tercapai, kurva kembali melandai. Pada penambahan NaOH mencapai 38 mL, terjadi kenaikan nilai pH yang cukup signifikan sehingga pada titik ini ditandai sebagai titik ekivalen pertama dengan pH yang tercatat sebesar 2,71. Kenaikan juga terjadi pada saat penambahan NaOH mencapai 46 mL, dengan pH sebesar 2,77. Titik ini ditandai sebagai titik ekivalen kedua. Sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi saat penambahan volume NaOH mencapai 49 mL dengan pH yang terukur sebesar 2,79. Titik ekivalen merupakan titik pada saat dimana tercapainya suatu kesetimbangan kimia

dalam larutan. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat laju pembentukan produk sama dengan laju penguraian reaktan.

Untuk membandingkan apakah pada saat kurva titrasi naik dengan curam, benar-benar tercapai titik kesetimbangan, maka dibuat grafik hubungan antara pH dengan volume titan, grafik ΔpH/ΔV dengan volum titran, grafik hubungan Δ2pH/ΔV2 dengan volume titran. Maka dapat dihitung konsentrasi dari ion (H+) yaitu Titik ekuivalen pertama terjadi pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 38 mL dengan pH 2,71 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,9498. 10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,07.10-4 M. Titik ekivalen kedua terjadi pada penambahan volume NaOH sebanyak 46 mL dengan pH 2,77 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,6982.10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 46,51 M. sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi pada penambahan NaOH sebanyak 49 mL dengan  pH 2,79 dengan konsentrasi [H+] sebesar 1,6218.10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,4797. 106 M.

Grafik yang ditunjukkan pada percobaan ini merupakan grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH, DpH/DV dan D2pH/(DV)2. Titik ekuivalen ditunjukkan oleh grafik yang mengalami kenaikan yang cukup drastis. Setelah titik ekuivalen tercapai, maka konsentrasi asam fosfat dapat dihitung melalui nilai pH pada titik kesetaraan. Grafik yang diperoleh bervariasi,  dengan kurva naik turun dan tidak linear. Grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH larutan tersebut didapatkan berbentuk integral seperti pada literatur. Dari semua grafik yang diperoleh, grafik tersebut memiliki puncak dan penurunan pH  yang sangat drastis pada saat penambahan larutan NaOH.

VI.   KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

1.   Titrasi potensiometri merupakan metode elektroanalisis suatu zat dengan menggunakan elektroda pembanding dan elektroda indikator dan dalam percobaan ini digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4.

2.   Asam fosfat merupakan suatu asam poliprotik dimana asam ini dapat melepaskan tiga buah proton dalam bentuk ion H+ sehingga memiliki tiga nilai tetapan kesetimbangan (Ka).

3.   Titik ekivalen titrasi terjadi saat penambahan 38 mL NaOH pada pH 2,71, penambahan 46 mL NaOH pada pH 2,77, dan penambahan 49 mL NaOH dengan pH 2,79.

4.   Titik dimana peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan.

5.   Berdasarkan hasil perhitungan: [H3PO4] = 5,07.10-4 M,    [H2PO4-] = 46,51 M, dan [HPO4

2-] = 5,4797. 106 M.

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J,  et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.  Penerbit Buku Kedokteran EGC.  Jakarta.

Khopkar.  1990.  Konsep Dasar Kimia Analitik.  Penerbit Universitas Indonesia.  Jakarta.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.  Penerbit UI Press. Jakarta.

Praktikum 1 Titrasi Potensiometri 22.41 No comments

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik analisis kimia terus dikembangkan menjadi lebih canggih dan minimalis ukurannya.

Potensiometri merupakan salah satu metode elektroanalisis yang terus dikembangkan. Elektroda yang

digunakan dalam potensiometri harus berbeda agar dapat menimbulkan beda potensial yang dapat

terukur oleh voltmeter. Pengembangan dari teknik analisis potensiometri berawal dari penggantian

elektroda indikator dengan penggunaan dua elektroda reference. Beda potensial yang muncul pada

kedua elektroda disebabkan karena membran yang berada pada salah satu elektrodanya. Elektroda

reference yang digunakan harus bekerja berdasarkan hukum Nernst. Potensial yang dihasilkan konstan

dalam berbagai waktu dan tidak terpengaruh temperatur. Selain itu elektroda reference yang digunakan

harus reversibel dan bersifat inert.

Elektroda indikator yang sering digunakan adalah pH meter. Sensitifitas elektroda ini terhadap

H+ dapat dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit. Cara yang ditempuh dengan

titrasi menggunakan titran yang sesuai dan menggunakan elektroda indikator yang sesuai juga.

Praktikum ini akan mencoba suatu metode yang merupakan salah satu metode potensiometri yang

dilakukan secara tidak langsung atau biasa disebut titrasi potensiometri.

1.2 Tujuan

Mempelajari prinsip analisis dengan metode titrasi potensiometri

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)

2.1.1 HCl

HCl atau asam klorida merupakan golongan asam kuat. Asam ini memiliki massa molar 36,46

g/mol. Asam ini merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam air. Wujudnya cair, tidak berwarna,

dan bau menyengat. Hal yang perlu diperhatikan adalah sifat korosifnya terhadap jaringan tubuh dan

beracun bila dikonsumsi. Asam klorida akan menimbulkan permasalahan pada sistem pernapasan, mata,

kulit, paru-paru. Jika terjadi kecelakaan pada penggunaannya cari pertolongan medis profesional

setelah tindakan pertolongan pertama dilakukan. Jika mengenai mata segera siram mata dengan air

berlebih selama 15 menit, mengangkat kelopak mata bawah dan atas sesekali. Jika kontak dengan kulit

maka segera siram kulit dengan air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian melepaskan pakaian

yang terkontaminasi. Jika tertelan hubungi pihak medis segera. Jangan memaksakan muntah. Bilas

mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2 cangkir air atau susu untuk diminum. Jika masuk ke saluran

pernafasan pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan (Anonim, 2012).

2.1.2 NaOH

Natrium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda kaustik merupakan

basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan dalam air.

Dalam bidang industri senyawa ini digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu, kertas,

tekstil, air minum, sabun, maupun deterjen. NaOH mempunyai massa molar 39,99 gram/mol dan

berwujud kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air dalam keadaan

terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm3 pada wujud padat. Titik leleh dan titik

didih dari natrium hidroksida berturut-turut adalah 318oC dan 1390oC. NaOH sangat larut dalam air

hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC. Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43.

Natrium hidroksida tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %.

Senyawa ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas.

Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, dan senyawa ini juga

larut dalam etanol dan metanol. Senyawa ini dapat menyebabkan luka bakar pada mata yang

memungkinkan menimbulkan kebutaan atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa

menyebabkan luka bakar pada kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan

perncernaan. Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas, dan

memungkinkan terjadinya koma. Jika terkena kulit secara terus menerus dan jangka waktu lama dapat

menyebabkan dermatitis. Pertolongan yang seharusnya diberikan adalah segera membilas mata dan

kulit dengan air bersih selama kurang lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera dilepas dan diganti

dengan pakaian yang bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun jangan berikan makanan lewat

mulut sebelum ada perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban dibawa ke udara terbuka dan jika

tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk membantunya. Penyimpanannya seharusnya diletakkan

pada tempat yang tertutup agar tidak terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada

tempat yang sejuk dan kering (Anonim, 2012).

2.1.3 Soda Kue

Soda kue memiliki rumus molekul NaHCO3 atau biasa disebut baking soda dan sodium

bicarbonate. Massa molar dari soda kue adalah 84,01 g/mol. Padatan dari soda kue ini berwarna putih

sedangkan jila dilarutkan dalam air menjadi tidak berwarna. Potensi efek kesehatan akutnya sedikit

berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan, dari inhalasi. Potensi efek

kesehatan kronis tidak tersedia. Efek mutagenik dan efek teratogenik tidak tersedia. Penggunaan

berulang atau berkepanjangan tidak diketahui memperburuk kondisi medis. Tindakan pertolongan

pertama jika kontak mata maka periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Jika kasus terjadi kontak,

segera siram mata dengan banyak air sekurang kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan untuk

membasuhnya. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi. Jika mengenai kulit maka cuci dengan sabun

dan air. Tutup kulit yang teriritasi dengan yang bersifat lunak. Dapatkan bantuan medis jika iritasi

berkembang. Akibat kontak kulit serius tidak tersedia. Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak

bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

Jika tertelan jangan mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh tenaga medis.

Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang di bawah sadar. Longgarkan pakaian

yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala

muncul (Anonim, 2012).

2.2 Titrasi Potensiometri

Metode elektroanalitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara pengukuran potensial dua

elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.

Voltametri dan polarografi merupakan metode penelaahan komposisi larutan elektrolit encer dengan

mengalurkan kurva arus-tegangan. Voltametri adalah nama umum, sedangkan polarografi khusus

mengacu pemakaian elektroda tetes merkuri. Pada amperometri kedua elektroda dapat terpolarisasi.

Coulometri merupakan metode analisis yang meliputi pemakaian hukum elektrolisis Faraday.

Konduktometri merupakan metode yang menggunakan due elektroda inert dan konduktansi elektrolit

antara kedua elektroda ini diukur.

Oscillometri meruapak metode yang menggunakan sumber arus bolak-balik berfrekuensi tinggi, perubahan

konduktansi dan tetapan dialektrikum.

Kronopotensiometri merupakan metode menguunakan arus yang konstan dan diketahui dilewatkan

melalui larutan, potensial terbentuk antara dua elektroda dan larutan yang diamati sebagai fungsi

waktu.

Pemisahan dengan logam terkendali merupakan metode dengan bermacam spesies dapat dipisahkan

secara kuantitatif dengan oksidasi atau reduksi elektrolitik pada suatu elektroda dengan potensial yang

benar-benar terkendali (Khopkar, 1990).

Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu sensor

atau elektroda. Dalam teknik ini suatu membran Sensor atau permukaan sensor berfungsi sebagai

setengah sel elektrokimia, yang menimbulkan potensial yang sebanding dengan logaritma dari aktivitas

atau konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada

arus melalui sel. Sel elektrokimia yang lengkap, potensial sel dapat ditentukan dengan persamaan :

Esel = Eind - Eref + Ej

dengan:

Esel = potensial sel

Eind = potensial elektroda indikator

Eref = potensial elektroda referensi

Ej = potensial dari liquid juntion

Sedangkan potensial dari elektroda indikator mengikuti persamaan:

Eind = Konstanta + 2,303RT/zF log a

dengan:

2,303RT/zF= faktor Nernst

z = muatan dari ion

a = aktivitas ion

(Tim Kimia Analitik, 2012).

Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda indikator

dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur potensial pada elektroda indikator harus

digunakan elektroda standar yaitu berfungsi sebagai pembanding yang mempunyai harga potensial

tetap selama pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan elektroda yang

dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator merupakan elektroda yang

potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan proses pemilihannya

berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan (Gandjar, 2007).

Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara potensial elektroda

relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini berguna untuk menentukan titik

setara suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti indikator visual. Contoh, pada titrasi asam-

basa, redoks, kompleksometri, dan pengendapan. Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini

adalah potensiometer atau pH meter dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan

yang diukur (Hendayana, 1994).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda

pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik

potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik

kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila

tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh

atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan

indikator (Rivai, 1995).

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan

kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks

dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya

digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi

terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan

ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat

digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-

oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume

titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi

dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan

bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda

indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen,

untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan

elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum

semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

Salah satu metode potensiometri adalah potensiometri tidak langsung atau lebih dikenal

sebagai titrasi potensiometri. Dimana komponen yang akan ditentukan konsentrasinya dtitrasi cengan

titran yang sesuai dan elektroda indicator digunakan untuk mengikuti perubahan potensial akibat titrasi.

Plot antara potensial elektroda dengan volume titrasi akan berupa kurva sigmold, dimana titik ekivale

dapat ditentukan dari kurva tersebut (Tim Kimia Analitik, 2012).

Titik akhir titrasi dalam titrasi potensiometri dideteksi dengan menetapkan volume pada saat

terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambah titran. Untuk titrasi yang menggunakan

suatu elektroda kaca dapat digunakan untuk semua reaksi titrimetri, misalnya asam basa, redoks,

pengendapan dan pembentukan kompleks. Titrasi ini dapat dilakukan dengan tangan, ataupun prosedur

itu diotomatiskan. Dalam titrasi tidak otomatis, potensial diukur setelah penambahan tiap tetes

berurutan dari titran dan pembacaan yang diperoleh dari volume titran dibuat kurva titrasi. Jika

digunnkan elektoda kaca, diperlukan piranti ukur dengan impedansi masukan yang tinggi karena resistan

kaca yang tinggi. Namun sebagian besar telah menggunakan pH meter. Karena pH meter ini digunakan

secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal-hal tertentu penggunaannya tidak diwajibkan

(Underwood,1986).

Titrasi potensiometri biasanya tidak diperlukan potensial–potensial mutlak ataupun potensial

relatif terhadap suatu separuh sel standar, dan pengukuran dilakukan sementara titrasi berlangsung.

Titik ekuivalensi reaksi akan ditunjukkan oleh perubahan potensial e.m.f. suatu elektroda haruslah

konstan potensialnya meskipun tidak perlu diketahui, elektroda lain harus berperan sebagai indikator

perubahan konsentrasi ion dan haruslah merespons dengan cepat (Basset, 1994).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Elektroda pH

- mV/pH meter

- Stirrer magnetik dan anak stirrernya

- Gelas beaker 150 mL

- Buret 50 mL

- Botol Semprot

3.1.2 Bahan

- Buffer pH 4 dan 7

- Larutan HCl baku 0,1 M

- Soda kue

- Akuades

- Laarutan baku NaOH 0,1 M

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Kalibrasi pH

meter

3.2.2

Standarisasi HCl

3.2.3 Penentuan Soda Kue

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Titrasi NaOH dengan HCl

Penambahan

1 mL HCl ke-

pH larutan

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Awal (0) 12,510 12,485

1 12,465 12,429

2 12,427 12,377

3 12,382 12,332

4 12,345 12,297

5 12,305 12,250

6 12,265 12,201

7 12,224 12,155

8 12,181 12,106

9 12,133 12,048

10 12,086 11,996

11 12,030 11,946

12 11,969 11,885

13 11,904 11,817

14 11,831 11,746

15 11,761 11,658

16 11,671 11,566

17 11,573 11,306

18 11,440 11,105

19 11,265 10,790

20 11,013 10,175

21 10,527 9,423

22 9,732 7.100

23 7,757 7,050

24 5,405 5,470

25 2,665 2,510

4.1.2 Tabel Titrasi Na2CO3 dengan HCl

Penambahan

1 mL HCl ke-

pH larutan

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Awal (0) 8,890 8,890

1 8,812 8,737

2 8,657 8,613

3 8,441 8,404

4 8,095 8,073

5 7,611 7,602

6 7,265 7,265

7 7,060 7,055

8 6,911 6,905

9 6,790 6,783

10 6,690 6,685

11 6,605 6,610

12 6,534 6,529

13 6,468 6,462

14 6,407 6,402

15 6,350 6,343

16 6,288 6,286

17 6,233 6,230

18 6,180 6,179

19 6,128 6,133

20 6,078 6,074

21 5,020 6,026

22 5,962 5,974

23 5,908 5,927

24 5,856 5,876

25 5,802 5,820

4.1.3 Kadar Na2CO3 dan NaHCO3

Na2CO3 73,83%

NaHCO3 58,52%

4.2 Pembahasan

Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu sensor

atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan sensor berfungsi sebagai setengah sel

elektrokimia yang menimbulkan potensial sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi

ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus melalui sel.

Potensiometri ini bekerja berdasarkan hukum Nernst.

Prinsip dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan dengan

menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi potensiometri merupakan salah satu

bentuk pengembangan dari metode ini dengan penggunaan titrasi dalam penambahan suatu larutan.

Praktikum kali ini adalah titrasi potensiometri. Sementara yang dilakukan dalam praktikum ini

mengkalibrasi pH meter, kemudian standarisasi HCl, dan penentuan kadar NaHCO3 dan Na2CO3 dalam

soda kue.

Titrasi potensiometri merupakan analisis volumetri. Analisis volumetri biasanya diperlukan

larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar dengan larutan lain yang telah diketahui

pasti konsentrasinya disebut standarisasi atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang

diketahui konsentrasinya yang akan digunakan pada analisis volumetri. Ada dua cara menstandarkan

larutan yaitu:

1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian

diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar

primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.

2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya

untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut

larutan standar skunder.

Sementara tujuan dari standarisasi adalah mengetahui konsentrasi pasti dari suatu larutan.

Belum tentu konsentrasi suatu larutan akan tetap jika telah dibiarkan dalam waktu lama. Sebagai contoh

NaOH yang beersifat higroskopis atau mudah mengikat uap air dan air sehingga jika dibiarkan terlalu

lama maka konsentrasinya akan berubah. Beberapa zat yang dapat digunakan untuk larutan standar

primer, harus memenuhi persyaratan seperti mudah diperoleh dalam bentuk murninya, stabil, dan

mudah dikeringkan atau tidak higroskopis.

Titrasi potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh karena itu reaksi

yang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan

dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya, reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti,

sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan. Reaksi harus berlangsung secara sempurna

sehingga akan memudahkan dalam penetapan konsentrasi ataupun perhitungan.

Sebelum digunakan pH meter yang merupakan elektroda kaca bersifat sensitif terhadap ion H+

akan dikalibrasi menggunakan larutan KCl. Proses ini bertujuan agar skala yang ditunjukkan pada pH

meter adalah benar. KCl merupakan garam yang bermuatan netral sehingga sering digunakan untuk

mengkalibrasi pH meter.

Set alat titrasi potensiometri otomatis dirangkai sedemikian rupa sehingga penambahan larutan

HCl dapat dilakukan untuk memulai titrasi. 25 mL larutan NaOH 0,1 M ditempatkan pada wadah yang

tersedia dan ditetesi (ditambahkan) 1 mL HCl untuk kemudian diukur pH pada tiap-tiap penambahan

hingga 25 mL HCl yang digunakan. Setiap dilakukan penambahan maka larutan dihomogenkan dengan

cara mengaduk secara otomatis menggunakan alat yang disediakan. Tujuan dari penghomogenan ini

adalah menyamakan pH disetiap bagian larutan. Hal ini karena penambahan larutan HCl sebanyak 1 mL

hanya terjadi pada sebagian bagian saja, untuk mempercepat reaksi penggaraman dan pengukuran pH

secara merata pada tiap bagian maka dilakuakan pengadukan. pH yang ditunjukkan pada alat dicata dan

kemudian diplotkan terhadap volume HCl yang ditambahkan.

Titik ekivalen titrasi merupakan suatu titik dengan jumlah mol titran dan titrat pada titik

tersebut adalah sama atau ekivalen. Sebagai contoh 1 mol NaOH akan memiliki titik ekivalen jika sudah

tercapat 1 mol HCl yang ditambahkan. Titik ekivalen digunakan sebagai titik akhir titrasi dengan bantuan

indikator untuk mendeteksi titik akhir tersebut.

Jika diplotkan pada skema standarisasi HCl didapatkan grafik

Titik ekivaelen dari grafik tersebut dapat ditemukan dengan cara menentukan garis linearitas sesuai

dengan data yang ada. Titik ekivalen tersebut diketahui pada garis linear yang memotoh grafik tersebut.

Berdasarkan grafik di atas maka titik ekivalennya adalah 22 mL HCl karena pada titik tersebut terjadi

perpotongan. Grafik tersebut menginformasikan bahwa pH dari larutan NaOH yang dititrasi

menggunakan larutan HCl lama kelamaan akan turun. Hal ini dikarenakan terbentuknya garam NaCl

sehingga konsentrasi NaOH menurun akibat sebagian NaOH ternetralkan oleh asam HCl. Reaksinya

adalah

NaOH (aq) +HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (aq)

Penurunan pH mula-mula terjadi sedikit demi sedikit, kemudian saat mendekati titik ekivalen penurunan

menjadi drastis. Oleh karena itu, titrasi harus dilakukan secara hati-hati. Namun karena penggunaan

mesin kesalahan dalam penambahan titran dapat diminimalisir. Ketika titik ekivalen diketahui, maka

konsentrasi HCl dapat diketahui yaitu dengan menggunakan persamaan V1 M1 = V2 M2. Dari percobaan

ini didapatkan konsentrasi larutan HCl adalah 0,11 M.

Setelah HCl sudah diketahui konsentrasinya, larutan tersebut digunakan untuk menitrasi Na2CO3

untuk diketahui kadarnya. Reaksi yang terjadi adalah

Na2CO3 (aq) +HCl (aq) NaCl (aq) + NaHCO3 (aq)

Mula-mula pH dari larutan yang terbuat dari soda kue adalah 8,8 kemudian lama kelamaan turun. Hal ini

dikarenakan basa Na2CO3 dalam soda kue ternetralkan oleh HCl. Jika digambarkan grafik maka

Titik ekivalen bergasarkan grafik tersebit berada pada 19 mL. Hal ini dapat diketahui dengan

perpotongan grafik dengan garis linieritas. Kurva yang dihasilkan tidak terlalu curam seperti halnya

titrasi HCl dengan NaOH halll ini dikarenakan soda kue merupakan basa yang lemah jika dibandingkan

NaOH. Dengan menggunakan persamaan V1 M1 = V2 M2. Maka konsentrasi Na2CO3 dapat diketahui.

Namun karena yang akan dicari adalah kadar maka diperlukan persamaan mol. Mol HCl dan mol Na2CO3

saat titik ekivalen adalah sama. Dengan demikiam dapat digunakan untuk mengetahui berat. Kadar

dihitung dengan membagi dengan massa sampel dikalikan 100%. Dari percobaan ini didapatkan kadar

Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83%. Mol NaHCO3 juga dapat diketahui berdasarkan persamaan reaksi.

Mol NaHCO3 terhadap mol Na2CO3 adalah satu banding satu. Oleh karena ini keduanya sama. Kadar dari

NaHCO3 dalam sampel adalah 58,52%.

Kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum dilakukan adalah ketidakbersihan alat untuk

titrasi seperti gelas tempat sampel pada mesin pencucian yang kurang bersih dapat menyebabkan

adanya zat sisa yang menempel. Selain itu, larutan NaOH bersifat higroskopis. Jika dibiarkan terlalu lama

maka kemungkinan akan engikat uap air di udara sehingga konsentrasinya dimungkinkan turun dari

semula yaitu 0,1 M.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Prinsip dasar titrasi potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan dengan menggunakan

elektroda dengan zerro current secara titrasi.

- Kadar Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83% dan kadar NaHCO3 dalam sampel sebesar 58,52%.

5.2 Saran

- Sebaiknya pembuatan larutan dari sampel diperhatikan betul jumlah pelarut yang ditambahkan karena

akan mempengaruhi konsentrasi.

- Sebaiknya pencucian alat-alat yang hendak digunakan dilakukan dengan bersih dan dikeringkan terlebih

dahulu sebeelum digunakan kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Hidrochloride Acid (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9223456) diakses 14 April

2012 pukul 12.57 WIB.

Anonim. 2012. Sodium Hidroxyde (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9924120) diakses 14 April

2012 pukul 12.45 WIB.

Anonim. 2012. Sodium Bicarbonate (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9776623) diakses 14 April

2012 pukul 12.57 WIB.

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis dan Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Gandjar, Gholib Ibnu. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Rivai, Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Tim Kimia Analtik. 2012. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: Universitas Jember.

Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga