Upload
randysmanix
View
53
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sssss
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Puskesmas Boro merupakan pusat pelayanan kesehatan di
Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar, dimana Kecamatan Selorejo juga
mempunyai puskesmas pembantu di Desa Pohgajih, Selorejo dan
Ngrendeng. Jarak Puskesmas Boro dari Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
Blitar ± 45 km. Puskesmas Boro terletak di pedesaan dan di kelilingi oleh
pegunungan, tetapi akses jalan yang melewati Puskesmas Boro sudah
beraspal dan mudah dilalui oleh angkutan umum maupun kendaraan pribadi.
Mayoritas penduduk desa Boro Kecamatan Selorejo beragama Islam.
Berikut ini merupakan keadaan umum Puskesmas Boro dan keadaan
mayarakat dilingkungan wilayah kerja Puskesmas Boro :
Luas Wilayah :
Luas wilayah Puskesmas Boro ± 53,55 km2
Letak geografis :
Letak geografis Puskesmas Boro, terbagi atas :
Dataran rendah : 30%
Dataran tinggi : 70%
1
Batas wilayah :
Sebelah Utara :Desa Wonosari Kecamatan Wonorejo Kabupaten
Malang
Sebelah Timur :Desa Jambuwer Kecamatan Kromengan
Kabupaten Malang
Sebelah Selatan :Desa Kalipare Kecamatan Kalipare Kabupaten
Malang
Sebelah Barat :Desa Pagergunung Kecamatan Kesamben
Kabupaten Blitar
Pembagian wilayah Kecamatan Selorejo, yaitu :
1) Desa Boro
2) Desa Ngreco
3) Desa Selorejo
4) Desa Olak-Alen
5) Desa Sumberagung
6) Desa Banjarsari
7) Desa Pohgajih
8) Desa Ampelgading
9) Desa sidomulyo
10) Desa Ngrendeng
Data Demografi :
2
Data demografi penduduk di Desa Boro Kecamatan Selorejo
Kabupaten Blitar :
Jumlah Penduduk seluruhnya : 42.803 jiwa
Jumlah Penduduk Laki-laki : 21.375 jiwa
Jumlah Penduduk perempuan : 21.428 jiwa
Jumlah kepala Keluarga : 11.325 KK
Jumlah Kepala Keluarga miskin : 3.127 KK
Agama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Selorejo :
Agama Islam : 35.745 jiwa
Agama Kristen : 1.834 jiwa
Agama Katolik : 558 jiwa
Agama Budha : 1.077 jiwa
Agama Hindu : 76 jiwa
Sarana Pendidikan :
Play Group : 12 buah
TK : 37 buah
SD/MI : 30/6 buah
SLTP/MT : 5/2 buah
SMU/MA : 3/1 buah
Ponpes : 1 buah
Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Boro sebagai berikut:
1) Dokter Umum : 1 Orang
3
2) Dokter Gigi : 1 Orang
3) Perawat : 6 Orang
4) Bidan induk : 1 Orang
5) Bidan Desa : 9 Orang
6) Sanitarian : 1 Orang
7) Ahli Gizi : 1 Orang
8) Tenaga Administrasi : 8 Orang
Jumlah Peran serta Masyarakat
1) Desa Siaga : 9 buah
2) Jumlah Posyandu : 52 buah
3) Jumlah Kader Posyandu : 260 orang
4) Jumlah Kader Posyandu aktif : 260 orang
5) Jumlah kader kesehatan lain : 10 orang
6) Jumlah dukun bayi terlatih : 16 orang
7) Jumlah Posyandu Lansia : 15 buah
8) Jumlah Poskesdes : 9 buah
9) Jumlah UKBM (Toga/Batra/PMR) : 10/12/- buah
Sarana Kesehatan :
a. Puskesmas Induk 1 buah (desa Boro)
b. UGD 1 buah di Selorejo
4
c. Puskesmas Pembantu 3 buah terletak di daerah Desa Pohgajih,
Desa Ngrendeng dan Desa Selorejo.
d. Polindes 6 buah Yaitu: Desa Ngreco, Desa Olak-alen, Desa
Sumberagung , Desa Banjarsari, Desa Sidomulyo, Desa Ampel
Gading
e. Perumahan Dinas yang terdiri dari :
Rumah Dokter umum : 1 buah
Paramedis : 2 buah
Pustu : 3 Buah
15 Penyakit Terbesar (tahun 2009):
1) ISPA : 15,58%
2) Neuralgia : 5,71%
3) Gastritis : 4,97%
4) Hipertensi : 3,99%
5) Gatal Alergi : 2,92%
6) Penyakit Infeksi : 1,57%
7) Diare : 1,46%
8) Nausea : 1,25%
9) Gingivitis : 1,25%
10) Asma : 1,24%
11) Gigi : 1,07%
12) Penglihatan Berkurang : 1,07%
5
13) DM : 0,97%
14) Jamur : 0,75%
15) Penyakit kelamin : 0,15%
1.2Rumusan Masalah
Bagaimana upaya pencapaian Pelayanan Bayi Paripurna di
Puskesmas Boro Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar?
1.3Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Mahasiswa dapat memahami tentang manajemen puskesmas
Melatih mahasiswa untuk dapat bekerja dalam suatu tim kesehatan
Melatih mahasiswa untuk hidup mandiri dan dapat beradaptasi dengan
keadaan masyarakat setempat.
Mahasiswa dapat memahami pelayanan kesehatan di puskesmas
1.4 Manfaat
Dengan melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan ini
diharapkan mahasiswa dapat lebih mandiri, memiliki wawasan mengenai
puskesmas beserta program kerjanya. Dan diharapkan nantinya memiliki
mental dan pengetahuan yang baik sebagai Dokter Gigi, serta diharapkan
6
ketika nanti dapat menjadi Dokter Gigi yang berguna bagi masyarakat
luas.
BAB 2
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Masalah Internal
7
Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang berperan aktif
dalam menyelenggarakan upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat. Salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan bayi adalah
program Pelayanan Bayi Paripurna.
Definisi Operasional Bayi Paripurna :
Bayi yang memperoleh Pelayanan Kesehatan sesuai standar oleh
nakes minimal 4 kali/th setelah mendapat yankes Neonatal (KN2)
dengan distribusi Pelayanan Minimal umur 1-3 bulan 1 kali, 4-6 bulan
1 kali, 7-9 bulan 1 kali, 9-12 bulan 1 kali. Pelayanan kesehatan
tersebut meliputi Vit. K1 injeksi, pemberian imunisasi dasar lengkap
Vit. A dosis tinggi, SDIDTK dan MTBM bagi yang sudah dilatih.
Syarat Bayi Paripurna yaitu :
a. Memenuhi KN I (2 kali kunjungan pada usia 0-7 hari) dan
KN II (pada usia lebih dari 8 hari)
b. Pemberian injeksi Vit. K
c. Pemberian hepatitis HBo (pada usia 0-7 hari)
d. Pemberian imunisasi dasar lengkap
e. Pemberian Vit.A pada usia 6 bulan
f. Penimbangan minimal 8 kali
g. DDTK harus 4 kali (pada usia 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12
bulan)
8
Adapun hasil Pelayanan Bayi Paripurna di wilayah Puskesmas Boro tahun
2009 adalah sebagai berikut :
BULAN BAYI PARIPURNA
Januari 26
Februari 39
Maret 39
April 28
Mei 33
Juni 35
Juli 38
Agustus 37
September 29
Oktober 33
November 46
Desember 35
Jumlah 418
Sumber: Data Laporan Bulanan Kegiatan Pelayanan Bayi Paripurna
Puskesmas Boro Tahun 2009.
9
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi paripurna pada
tahun 2009 di Puskesmas Boro adalah 418 sedangkan target sasarannya
berjumlah 479 berarti dari 100% yang terealisasi 87,27%.
2.2 Masalah Eksternal
Puskesmas sebagai sarana pemeliharaan kesehatan masyarakat di
suatu wilayah, dalam menjalankan programnya dipengaruhi dari medan yang
sulit dilalui untuk datang ke wilayah tersebut sehingga menyulitkan dalam
transportasi terlebih lagi kurang adanya sarana transportasi umum yang
dapat menjangkau kedesa-desa yang jaraknya sangat berjauhan.
Dalam hal upaya Pelayanan Bayi Paripurna diperlukan peranan orang
tua untuk lebih memperhatikan kesehatan bayinya.
- Beberapa orang tua tidak rutin datang ke posyandu setelah LIL
terpenuhi.
- Mutasi warga ke daerah lain
- Lahir prematur sehingga tidak bisa diberikan hepatitis HBo
- Kematian bayi
Hal-hal diatas merupakan penyebab tidak tercapainya target 100% untuk
upaya Pelayanan Bayi Paripurna.
BAB III
ANALISIS MASALAH
10
3.1Perspektif Lintas Program
Upaya Pelayanan Bayi Paripurna merupakan program puskesmas
yang dilaksanakan di puskesmas maupun di posyandu.Namun program ini
belum berjalan secara optimal, karena adanya warga yang mutasi ke daerah
lain, adanya bayi yang lahir prematur, kematian bayi dan kurangnya
kesadaran dari orang tua untuk ke posyandu setelah LIL terpenuhi, sehingga
target program tidak terpenuhi.
3.2Perspektif Lintas Sektor
Pelayanan Bayi Paripurna merupakan program kerja puskesmas yang
dilaksanakan pada bayi yang baru lahir sejak usia 0 sampai 1 tahun.
Puskesmas berkooordinasi dengan kader Posyandu untuk melaksanakan
penyuluhan kepada masyarakat kecamatan Selorejo. Adanya peranan orang
tua sangat membantu dalam keberhasilan program kerja Pelayanan Bayi
Paripurna.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
11
4.1 Pendekatan Permasalahan
Untuk mengoptimalkan hasil dari program Pelayanan Bayi Paripurna
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan kader tentang
pentingnya DDTK.
Dari pihak puskesmas sendiri perlu melakukan peningkatkan
pelaksanaan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang).
4.2 Pendekatan Kepemimpinan
Perspektif kepemimpinan dan kekuasaaan
Sebagai kepala Puskesmas harus mampu mempengaruhi anggotanya
untuk bekerja lebih baik sehingga target layanan yang telah ditetapkan harus
dapat dicapai secara maksimal. Kemampuan memberi motivasi ini menjadi
penting agar anggota puskesmas menjadi terpacu dalam menjalankan tugas
dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja layanan.
Perspektif kepemimpinan dalam kehidupan
Kepala Puskesmas sebagai pemimpin harus selalu menjaga
hubungan dengan Allah SWT dan berusaha meningkatkan dari segi kualitas
dan kuantitas dari waktu ke waktu. Selain itu, juga menjalin hubungan
dengan sesama dalam melakukan setiap interaksi sosial. Sebagai pemimpin
harus mempunyai prinsip “kesesuaian antara kata dengan perbuatan”. Dan
12
sebagai pemimpin juga harus mempunyai sifat keterbukaan dan toleransi
dalam menerima berbagai pengaruh dan masukan dari pegawai puskesmas
untuk kemajuan puskesmas.
Perspektif model kepemimpinan
Kepala Puskesmas mempunyai otoritas tertinggi dalam menentukan
setiap kebijakan puskesmas. Dalam setiap pengambilan keputusan atau
kebijakan puskesmas, kepala puskesmas mempertimbangkan berbagai
saran yang diterima dari berbagai staff dengan tingkat kompetensi sesuai
dengan pemecahan masalah yang dihadapi. Sifat yang akomodatif semacam
ini berpengaruh terhadap dukungan anggota organisasi terhadap
kepemimpinan dan kebijakan kepala puskesmas. Hal ini terjadi karena
anggota organisasi merasa dilibatkan dan diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Perspektif dalam filosofi kepemimpinan
Dalam kepemimpinan organisasi tingkat Puskesmas, maka selain
menjadi kepala juga mampu menjadi mediasi (penghubung) hubungan antara
pemimpin dengan anggota yang dipimpin. Bentuk hubungan ini hendaknya
dilakukan secara humanistik dengan berasaskan kepada kekeluargaan,
layaknya hubungan sebuah keluarga. Dalam hal pendistribusian informasi
kepada staff Puskesmas, maka pimpinan memberikan segala hal tentang
kegiatan program secara teknis. Masing-masing petugas diberi arahan
13
tentang tugas yang harus dilaksanakan, demikian pula target yang harus
dicapai sesuai program kerja.
Perspektif dalam kiat pemimpin
Kepala Puskesmas sebagai pemimpin harus mampu membuat
keputusan yang tepat dan berkualitas. Dalam proses pengambilan keputusan
(disebut juga proses pemecahan masalah) oleh pemimpin organisasi
merupakan serangkaian fase yang dilakukan secara berurutan, dan
digunakan sebagai hal yang menunjang keputusan. Proses pemecahan
masalah terdiri dari 3 (tiga) fase, yaitu :
1. intellegence – pada dasarnya berkenaan dengan pencarian kondisi
kemampuan berfikir yang memerlukan keputusan,
2. design – berkenaan dengan pengembangan dan analisis terhadap
berbagai kemungkinan tindakan yang akan diputuskan dan,
3. choice – berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.
Kepala Puskesmas harus dapat mempertimbangkan berbagai
alternatif dari tindakan yang akan dilaksanakan sesuai keadaan masalah
kesehatan di masyarakat. Perlu kemampuan memilih salah satu keputusan
yang paling benar dari beberapa pilihan yang tersedia. Ada 7 (tujuh) prinsip
agar pemimpin mampu memberikan pencerahan secara optimal, dan
terciptanya suasana mengayomi dan melindungi, yaitu:
1. Toto – teratur, rapi, sistematis,
2. Titi – teliti, cermat, bertanggung jawab,
14
3. Titis – tepat pada target yang dituju,
4. Temen – arti utamanya adalah jujur,
5. Tetep – artinya tetap, tidak berubah, konsisten,
6. Tatag – artinya tabah, dan
7. Tatas – artinya merupakan satu kesatuan batin dalam bersikap
dengan temen, tetep, tatag, dan tatas.
Perspektif kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara
Sebagai kepala puskesmas (pemimpin) harus mempunyai konsep
kepemimpinan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu “Konsep
Trilogi Kepemimpinan”, terdiri dari :
1. Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberikan keteladanan),
2. Ing Madyo Mangun Karso (di tengah lingkungan organisasi diharapkan
mapu memberikan ide atau gagasan baru agar keadaan menjadi lebih
maju) dan,
3. Tutwuri Handayani (pemimpin organisasi ketika berada di belakang
mampu memposisikan diri dan mendukung terhadap program kerja
organisasi yang telah ditetapkan, artinya jenis pemimpin semacam ini
yang diidamkan oleh anggota organisasi secara keseluruhan).
Perspektif kepemimpinan Panakawan
Panakawan sebagai tokoh khas dalam wayang Indonesia mempunyai
karakter unik, dan bisa menjalankan berbagai macam peran, seperti
15
pengasuh dan penasehat para ksatria, penghibur, kritikus, pelawak, bahkan
sebagai penutur kebenaran dan kebajikan. Kepribadian Panakawan yang
menonjol adalah saat menerima segala sesuatu dilakukan seperti apa
adanya. Hal ini tercermin dalam beberapa sikap yang dimilikinya antara lain:
1. Ikhlas : sikap selalu pasrah kepada Allah SWT dalam melaksanakan
setiap tugas (pekerjaan).
2. Rela : sikap yang tidak selalu menuntut hak yang seharusnya diterima,
walaupun sebenarnya membutuhkan.serius.
3. Serius : selau bersungguh-sungguh setiap menjalankan sesuatu,
khususnya yang berkaitan dengan bimbingan dan tuntunan kejalan
yang lurus.
4. Sabar : senantiasa mengajarkan manusia untuk berjiwa penyabar
dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
5. Budi pekerti luhur : penyayang, pemurah dan pemaaf (berjiwa social)
Bagi seorang pemimpin organisasi, selain sebagai leader dalam
organisasi yang bersangkutan, hendaknya mampu berperan sebagai orang
yang paling bertanggungjawab sesuai bidang tugasnya, mampu membuat
suasana damai dan menyenangkan dalam lingkungan organisasi sehingga
setiap anggota organisasi dapat melaksanakan tugas organisasi tanpa harus
merasa selalu diawasi, dan mampu memberikan saran dan nasihat bagi
anggota organisasi di lingkungan tanggung jawabnya, sehingga organisasi
senantiasa berjalan pada track yang sebenarnya.
16
BAB V
KESIMPULAN
17
Nilai angka pencapaian program Pelayanan Bayi Paripurna di
Puskesmas Boro kecamatan Selorejo kabupaten Blitar sudah relatif tinggi
tetapi belum maksimal. Hal ini dikarenakan adanya warga yang mutasi ke
daerah lain, lahir prematur, kematian bayi, serta orang tua yang kurang
kooperatif.
Untuk memaksimalkan hasil dari program Pelayanan Bayi Paripurna
ini dapat dilakukan dengan cara memberikan motivasi orang tua agar datang
ke posyandu secara rutin meskipun LIL sudah terpenuhi. Dari pihak
puskesmas sendiri perlu memberikan pengetahuan kepada kader posyandu
tentang pentingnya DDTK serta meningkatkan pelaksanaannya.
18