Upload
ahmada-dian-nurilma
View
313
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 laporan respirasi fixxx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 1/5
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)
Abstrak — Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar tubuh. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui jumlah oksigen yang digunakan dalam
pernafasan ikan dan jangkrik. Praktikum dilakukan di
Laboratoium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA ITS. Metode
yang digunakan dalam praktikum ini dengan melakukan
penelitian terhadap tiga hal, yaitu pengukuran kandungan
oksigen dengan metode Winkler, pengukuran kandungan
oksigen dengan metode Mikro Winkler, dan pengukuran
konsumsi oksigen pada jangkrik. Bahan yang diperlukan
dalam praktikum ini adalah ikan komet (Carassius auratus ),
jangkrik (Gryllus sp), dan beberapa larutan kimia. Hasil yang
didapatkan dari praktikum ini adalah untuk pengukuran
kandungan oksigen yang digunakan dengan metode Winkler,
hasilnya oksigen terlarut lebih banyak terdapat pada sampel
air yang tidak berisi ikan, untuk pengukuran kandungan
oksigen dengan metode Mikro Winkler hasilnya oksigen
terlarut lebih banyak terdapat pada sampel air yang tidak
berisi ikan dan untuk pengukuran konsumsi oksigen pada
jangkrik sebesar 8m/gram.jam.
Kata Kunci — Carassius auratus , Gryllus sp, Oksigen,
Respirasi, Winkler
I. PENDAHULUAN
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang
diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu [1].
Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena
respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul
makanan yang bergantung pada adanya oksigen [2]. Secara
sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
[2]
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan
mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk
hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam
jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang
dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme
biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi
oksigen [2].
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi
oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran
badan, dan aktivitas [2]. Laju konsumsi oksigen dapat
ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun
respirometer Scholander. Metode Winkler merupakan suatu
cara untuk menentukan banyaknya oksigenyang terlarut di
dalam air. Dalam metode ini, kadar oksigen dalam air
ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan
penambahan suatu larutanyang telah diketahui
konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan lain yang
tidak diketahui konsentrasinya secara bertahap sampai
terjadi kesetimbangan [3].
II. METODOLOGI
A. Alat, Bahan, Waktu dan Lokasi Studi
Alat-alat yang digunakan yaitu toples, botol winkler,
Erlenmeyer, pipet tetes, timbangan, aluminium foil, syringe
10 ml dan 1 ml, rspirometer, dan kapas secukupnya.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan komet (Carassis
auratus), jangkrik (Gryllus sp), larutan MnSO4, larutan
iodide azide, H2SO4 pekat, larutan Na2S2O3, larutan amilum
1%, air, KOH 1%, dan eosin. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo Surabaya
ITS pada tanggal 12 Maret 2014.
B. Cara Kerja
1. Penuntuan Konsumsi Oksigen Ikan
Dua wadah bersih (toples kaca) dengan volume yang
sama kemudian diisi dengan air dari sumber yang sama
hingga penuh. Setelah itu ditimbang ikan yang akan diukur
konsumsi oksigennya. Lalu dimasukkan ikan yang telah
ditimbang beratnya ke dalam salah satu wadah, kemudian
kedua wadah ditutup rapat, dihindari adanya gelembung
udara di dalam kedua wadah kemudn dibiarkan hingga satu
jam.
2. Pengambilan Sampel Air yang akan Diukur
Konsentrasi Oksigennya dengan Metode Winkler
Disiapkan botol winkler dan dibersihkan. Lalu sampel
air dalam wadah tanpa ikan diambil dengan cara seluruh
botol winkler dimasukkan ke dalam wadah dan diusahakan
supaya tidak ada gelembung udara yang masuk. Selanjutnya
botol winkler di dalam air ditutup dan dibolak-balikkan
sambil diamati ada atau tidaknya gelembung udara.
Kemudian diukur kandungan oksigen di dalam botol dengan
metode winkler (dianggap sebagai t1). Selanjutnya diambil
sampel air dari dalam wadah yangberisi ikan dengan cara
yang sama kemudian diukur kandungan oksigennya
(dianggap sebagai t2). Lalu dihitung penggunaan oksigen
oleh ikkan dengan rumus penggunaan oksigen.
3. Pengukuran Kandungan Oksigen dengan Metode
Winkler.
RESPIRASI
Ahmada Dian Nurilma, 1512100015Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail : [email protected]
7/21/2019 laporan respirasi fixxx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 2/5
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)
Botol winkler dibuka dan ditambahkan 1 ml MnSO4
dengan gelas ukur secara hati-hati supaya tidak timbul
gelembung udara. Kemudian ditambahkan 1ml alkali iodide
dengan cara yang sama. Selanjutnya boyol winkler ditutup
kembali dan dibolak-balikkan selama lima menit. Lalu botol
winkler dibiarkan semalam 10 menit supaya terjadi
pengikatan oksigen terlarut dengan sempurna yang ditandai
dengan timbulnya endapan di dasar botol. Setelah ituditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan cara yang sama.
Selanjutnya botol winkler ditutup kembali dan dibolak-
balikkan hingga endapan larut dan larutan menjadi berwarna
kuning coklat. Selanjutnya larutan dalam botol winkler
dituang ke dalam 1 buah Erlenmeyer 250 ml masing-masing
sebanyak 150 ml. Lalu ditambahkan 5 tetes amilum 1% ke
dalam kedua Erlenmeyer. Larutan dititrasi di dalam kedua
Erlenmeyer dengan larutan Na2S2O3 hingga berwarna
bening serta dicatat volume larutan Na2S2O3 yang
digunakan. Setelah itu dijumlahkan volume total
penggunaan larutan Na2S2O3 lalu dihitung rata-ratanya.Kemudian kadar oksigen pada t1 dengan menggunakan
rumus:
Keterangan:
a: volume rata-rata larutan Na2S2O3 yang digunakan
N: nilai normalitas sebesar 0,1
4. Pengukuran Kandungan Oksigen dengan Metode
Mikro Winkler
Pertama sampel air diambil dari kedua wadah
menggunakan dua syringe 10 ml (tanpa jarum) hingga
syringe berisi air dengan volume 10 ml, kemudian volume
airnya dikurangi hingga 9,4 mL hindari adanya gelembung
dari syringe. Selanjutnya diambil 0,2 ml MnSO4 dengan
syringe 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam syringe 10 ml.
Sebelum dimasukkan reagen ini, volume dalam syringe
ditambah 0,2 ml lagi agar reagen yang ditambahkan tidak
tumpah. Penambahan reagen ini dilakukan dengan hati-hati
sehingga tidak ada gelembung udara yang masuk. Lalu 0,2
ml alkali iodide diambil dengan cara yang sama, dibiarkan
sejenak agar reagen dapat mengikat oksigen denga
sempurna. Ditunggu hingga terjadi endapan. Selanjutnya
ditambah 0,2 ml H2SO4 pekat dengan cara yang sama,
dibiarkan hingga seluruh endapan telah hilang. Kemudian
dituangkan larutan ke dalam Erlenmeyer 50 ml dengan hati-
hati untuk menghindari adanya gelembung. Lalu
ditambahkan 1 tetes amilum ke dalam larutan menggunakan
pipet tetes ke dalam Erlenmeyer. Dititrasi larutan dengan
Na2S2O3 menggunakan syringe 1 ml dengan hati-hati
hingga warna larutan dalam Erlenmeyer berubah menjadi
bening, dicatat berapa ml larutan Na2S2O3 yang digunakan
untuk titrasi. Kemudian dihitung kadar oksigen (DO)
dengan cara:a. (Nilai normalitas Na2S2O3) x 8 = α mg oksigen
tiap ml Na2S2O3
b. α/(9,4/1000) = β ppm (mg/L) oksigen tiap mL
Na2S2O3
c. Kadar oksigen dalam sampel setara dengan ((Ml
Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi) x β) ppm
(mg/L). Kadar oksigen dalam wadah tanpa ikan
dianggap sebagai kadar oksigen pada waktu t1
sedangkan kadar oksigen dalam wadah dengan
ikan dianggap sebagai kadar oksigen pada waktut2.
5. Pengukuran Konsumsi Oksigen pada Jangkrik
Pertama jangkrik sebnayak 5 ekor ditimbang dan dicatat
beratnya dalam gram. Setelah itu botol respirometer diberi
kapas yang telah dicelup dalam larutan KOH 1%.
Selanjutnya jangkrik dimasukkan ke dalam tabung
respirometer, kemudian disambungkan antara tabung
respirometer dan pipa skala dioesi dengan vaselin.
Selanjutnya eosin disuntikkan ke dalam pipa skala
respirometer pada bagian ujungnyamenggunakan jarumsuntik hingga skala 0 ml serta disiapkan stopwatch untuk
menghitung waktu yang dibutuhkan. Kemudian pergerakan
eosin diamati dan dicatat banyaknya volume udara yang
dikonsumsi berdasarkan pergerakan eosin tersebut tiap
menit. Konsumsi atau penggunaan oksigen pada jangkrik
(Gryllus sp) yang diukur dengan respirometer dapat dihitung
dengan rumus:
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode Winkler
Untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air banyak
cara yang bisa dilakukan salah satunya dengan
menggunakan metode winkler. Prinsipnya dengan
menggunakan titrasi iodometri [4].
Pada saat setelah tutup winkler dibuka, 1 ml MnSO4 dan
1 ml KI (alkali iodide azida) ditambahkan menggunakan
ujung pipet tepat di atas permukaan larutan. MnO2 dan KI
nerfungsi untuk mengikat O2.
Reaksi yang terjadi adalah:
MnO2 + 2 KI + 2H2O Mn(OH)2+I2+2KOH
[4].
Setelah itu, botol segera ditutup dan dihomogenkan
hingga terbentuk gumpalan sempurna. Ion mangan yang
ditambahkan pada sampel mengikat oksigen dan terjadi
endapan MnO2. Gumpalan dibiarkan mengendap 5-10
menit.
7/21/2019 laporan respirasi fixxx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 3/5
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)
Gambar 1. Endapan yang terbentuk setelah didiamkan 10menit. Air tanpa ikan (kanan) dan dengan ikan (kiri)
Setelah mengendap, 1 ml H2SO4 pekat ditambahkan
dalam larutan dan ditutup. H2SO4 berfungsi untuk
melarutkan endapan kembali. Larutan dihomogenkan hingga
endapan larut sempurna. Pada saat endapan larut, molekul
iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut juga ikut
bebas. Iodium (I2) yang dibebaskan ini selanjutnya
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditetesi dengan 5 tetes
indikator amilum. Larutan indikator amilum berfungsi untukmengetahui ada tidaknya kandungan amilum dalam air
sampel atau tidak. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
standar natrium thiosulfat atau Na2S2O3.
Reaksi yang terjadi adalah:
I2+2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
[4].
Warna biru pada larutan sampel menunjukkan uji positif
adanya amilum. Titrasi dilanjutkan kembali hingga larutan
jernih atau bening. dan larutan dititrasi sampai larutan
menjadi bening [4].
Gambar 2. Larutan hasil titrasi dengan Na2S2O3.
Tanpa ikan (kiri), dengan ikan (kanan)
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa kadar oksigen terlarut pada air yang tanpa ikan
adalah sebesar 4, 87 mg/L. Sedangkan untuk kadar oksigen
terlarut pada air yang diambil dari wadah yang berisi ikan
adalah sebesar 3,57 mg/L. Jadi bila dibandingkan, kadar
oksigen terlarut lebih besar pada sampel air yang diambil
dari wadah yang tidak terdapat ikan. Literatur menunjukan
satu hal lagi yang berkaitan dengan laju konsumsi oksigen,
yaitu aktivitas. Dapatdilihat bahwa saat aktif (ada aktivitas),
oksigen yang dikonsumsi akan lebih besar dibandingkan
saat inaktif. Hal ini dikarenakan pada saat aktif, sel-sel
tubuh memerlukan lebih banyak energi, dan karena itu lebih
banyak oksigen [3].
3.2 Metode Mikro Winkler
Sebenarnya metode yang digunakan pada mikro winkler
hampir sama dengan menggunakan winkler (makro winkler)
termasuk reagen-reagennya. Perbedaannya adalah untuk
metode mikro winkler pengambilan sampel nya
menggunakan syringe karena volume yang diperlukan lebih
kecil. Selain itu perbedaannya juga ada pada rumus yang
digunakan untuk menghitung kadar oksigen (DO).
Pada awalnya 0,2 ml MnSO4 dan 0,2 ml KI (alkali iodideazida) ditambahkan menggunakan syringe 1ml. MnO2 dan
KI berfungsi untuk mengikat O2.
Reaksi yang terjadi adalah:
MnO2 + 2 KI + 2H2O Mn(OH)2+I2+2KOH
[4].
Ion mangan yang ditambahkan pada sampel mengikat
oksigen dan terjadi endapan MnO2. Gumpalan dibiarkan
mengendap 5-10 menit. Setelah mengendap, 1 ml H2SO4
pekat ditambahkan dalam larutan. H2SO4 berfungsi untuk
melarutkan endapan kembali. Pada saat endapan larut,
molekul iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut jugaikut bebas. Iodium (I2) yang dibebaskan ini selanjutnya
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditetesi dengan 1 tetes
indikator amilum. Larutan indikator amilum berfungsi untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan amilum dalam air
sampel atau tidak. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
standar natrium thiosulfat atau Na2S2O3.
Reaksi yang terjadi adalah:
I2+2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
[4].
Hasil dari praktikum ini adalah untuk sampel air yang
diambil dari toples yang tidak berisi ikan memiliki nilai
kelarutan oksigen sebesar 17,02 mg/L, sedangkan untuk
sampel air yang diambil dari toples yang berisi ikan meiliki
nilai oksigen terlarut sebesar 13,61 mg/L. Hal ini
menadakan bahwa kadar oksigen terlarut air yang tidak
berisi ikan lebih tinggi daripada air yang berisi ikan.
Laju konsumsi oksigen ditentukan berdasarkan jumlah konsentrasi
oksigen yang diukur pada awal dan akhir pengukuran, penurunan
konsumsi oksigen pada ikan mengalami peningkatan karena
stress akibat adanya proses adaptasi lingkungan dari
aquarium ke botol respirator sehingga menyebabkan
aktivitas ataukecepatan renangnya juga meningkat [5].
Hubungan konsumsi O2 dengan laju metabolisme menurut [5]
adalah konsumsi O2 pada laju metabolisme pemeliharaan adalah
kurang dari 60 % lebih tinggi pada ikan selama kekurangan pakan..
Konsumsi O2 pada pakan ikan yang sedang tumbuh berasal dari satu
pihak, dari metabolisme pemeliharaan dan dari pihak lain yang berasal
dari sintesis dan laju konsumsi O2 menurun dengan penurunan
tersedianya oksigen untuk ikan. Hubungan KO2 dengan
metabolisme yaitu metabolisme tersebut membutuhkan
oksigen, semakin banyak atau semakin cepat laju metabolisme akan
kebutuhankonsumsi O2 semakin tinggi. Sehingga semakin banyak
KO2 maka semakin membutuhkan hemoglobin yang berfungsi mengikatoksigen dalam darah.
3.3 Metode Pengukuran Konsumsi Oksigen pada Jangkrik
7/21/2019 laporan respirasi fixxx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 4/5
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)
Dalam percobaan ini digunakan Kristal KOH yang
berfungsi mengikat CO2 yang berada di dalam tabung
respirometer, sehingga pergerakan yang disebabkan dari
tinta metylenblue itu benar-benar karena adanya konsumsi
oksigen dari jangkrik yang berada didalam tabung
tersebut. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan
CO2 adalah sebagai berikut:
KOH + CO2 → K 2CO3 + H2O[6].
Larutan eosin/metylenblue berfungsi sebagai
indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik)
pada repirometer sederhana [4]. Larutan eosin selama
percobaan selalu bergerak mendekati botol respirometer
sederhana karena organisme dalam percobaan (jangkrik)
dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa
sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat
bergerak.
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
pernapasan adalah respirometer. Respirometer adalah alatyang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan
pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga. Prinsip
kerja respirometer adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip
bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh
organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya
[7]. Jika organiseme yang bernapas itu disimpan dalam
ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh
organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan
udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam
ruang itu dapat di amati pada pipa kapiler berskala [7].
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah:
1. Jenis kelamin
Jangkrik jantan dan jangkrik betina memiliki kecepatan
respirasi yang berbeda [4].
2. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi
daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang
dapat dihirup serangga. Sebagai akibatnya serangga pada
daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat [4].
3. Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-
masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen
di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena
jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di
udara [4].
4. Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen
berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup
membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar.
Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali
bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin
kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin
cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan
yaitu pernapasan pada jangkrik besar tidak
sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang
berukuran besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan
banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas
yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju pernapasan [8].
3.4 Perbandingan Winkler, mikro winkler, dan Respirometer
Parameter Winkler Mikro
Winkler
Respirometer
Fungsi Untuk
mengukur
oksigen
terlarut
dengan
volume
besar
Untuk
mengukur
oksigen
terlarut
dengan
volume
kecil
Untuk
mengukur laju
konsumsi
oksigen
Objek
hewan
Hewan air
seperti ikan
[4]
Hewan air
seperti ikan
[4]
Hewan kecil
seperti
serangga [4].
Reagen
yang
digunakan
MnSO4,
alkali
iodide,
H2SO4,
amilum,
Na2S2O3
MnSO4,
alkali
iodide,
H2SO4,
amilum,
Na2S2O3
KOH
Sampel
yang
diamati
berupa
air air Hewan,
tumbuhan
prinsip titrasi
iodometri
titrasi
iodometri
Pengikatan
CO2 dalam
ruang tertutup
IV. KESIMPULAN
Mengacu pada hasil praktikum dapat diambil kesimpulan
bahwa pengukuran kandungan oksigen dengan metode
Winkler menghasilkan nilai yang lebih besar pada sampel
air yang diambil dari toples yang tanpa ikan. Untuk
pengukuran kandungan oksigen dengan metode Mikro
Winkler menghasilkan nilai yang lebih besar pada sampel
air yang diambil dari toples yang tanpa ikan. Serta
pengukuran konsumsi oksigen pada jangkrik menghasilkan
nilai sebesar 8m/gram.jam.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Seeley, R.R., Stephens, T.D., Tate, P., 2006. Anatomy
and Physiology. 7th ed. McGraw-Hill. New York[2]Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson
Brooks/Cole, Canada.
7/21/2019 laporan respirasi fixxx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 5/5
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)
[3] Chang, Raymond. 2007. General Chemistry 9th. Mc.
Graw Hill. New York
[4]Yuwono,E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi,
UNSOED, Purwokerto
[5]Zonneveld, N, Z. Hulsman dan J. Boon. 1991. Prinsip-
Prinsip Budidaya Ikan.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
[6]Tsuzuki , M.Y., C.A Strussmann dan F. Takashima.
2008. Effect of Salinity on theOxygen Consumption ofLarvae of the Silvirsides Odontesthes hatcheriand O.
bonariensis (Osteichthyes, Atherinopsidae). Brazilian
Archives ofBiology And Technology. Vol. 51 Nomor 3.
Larvae of the Silversides Odontesthes hatcheriand O.
bonariensis (Osteichthyes, Atherinopsidae). Brazilian
[7]Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Tawar.
Airlangga University Press. Surabaya
[8] Pauer, J.J., K. Taunt, W. Melendez, R.G. Kreis, and A.
Anstead. 2007. Resurrection of the Lake Michigan
eutrophication model, MICH1. J. Great Lakes Res
33:554-563.