Upload
nandz-nchu-iu
View
57
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Simulasi apotek
Citation preview
LAPORAN SIMULASI APOTEK
HIPERTENSI
Oleh :
MEGA SUKMA MENTARI NIM 12.066
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
APRIL 2014
HIPERTENSI
Pengertian Hipertensi
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus
sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.
Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak
output. (Wexler, 2002)
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan
penyakit jantung. (Rusdi dan Nurlaela, 2009)
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit tekanan darah tinggi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab yang paling sering dari gagal jantung dan
merupakan faktor resiko utama untuk aterosklerosis. Hipertensi juga merupakan
risiko utama untuk terjadinya pendarahan otak, yang merupakan salah satu
penyebab kematian di seluruh dunia (Underwood,335).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik karena
ada gangguan yang terjadi di pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat untuk sampai ke jaringan tubuh.
Klasifikasi Hipertensi
Beberapa klasifikasi hipertensi :
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program
merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm
sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC
(Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi
nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Kategori
Tekanan Darah
menurut JNC 7
Kategori
Tekanan Darah
menurut JNC 6
Tekanan
Darah Sistol
(mmHg)
dan/
atau
Tekanan
Darah Diastol
(mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya
dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko
komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru
yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).
b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi
berat. (Sani, 2008)
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diatol (mmHg)
Optimal
Normal
Normal-Tinggi
< 120
< 130
130-139
< 80
< 85
85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)
Sub-group: perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan
≥ 140
140-149
< 90
<90
c. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
(Sani, 2008).
Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi
Indonesia 13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu
konsensus mengenai pedoman penanganan hipertensi di Indonesia yang
ditujukan bagi mereka yang melayani masyarakat umum:
1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan
ditujukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan
diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan
data penelitian hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan
meliputi jumlah penderita yang banyak masih jarang.
2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah
sistolik dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.
3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan
tingginya tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan organ
target dan penyakit penyerta tertentu.
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
dan/atau Tekanan
Darah Diastol
(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 ≥160-179 Atau ≥100
Hipertensi Sistol terisolasi ≥140 Dan <90
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi
sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu hipertensi
sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan
angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri
bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam
arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran
darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah
diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Sedangkan menurut Arjatmo T dan
Hendra U (2001) faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras,
umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam
keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu
sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab
spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan
hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat
penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang
membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan
akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul
Azam,2005).
Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah
mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak
penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab
hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.
a. Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
essensial (hipertensi primer).Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.
Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya
hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas
menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun
temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor
genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.
Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah
yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya
hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya
mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan
nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
b. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah (lihat tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering.Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 1. Apabila penyebab
sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang
menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi
sekunder.
Patofisiologi
Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksi jantung dan DD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah (lihat gambar 1 ):
a. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress
psikososial dll
b. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
c. Asupan natrium (garam) berlebihan
d. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
e. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron
f. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide
natriuretik
g. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus
vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
h. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal
i. Diabetes mellitus
j. Resistensi insulin
k. Obesitas
l. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
m. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
n. Berubahnya transpor ion dalam sel
Faktor Resiko
Faktor resiko sendiri terdapat dua macam, yang tidak dapat diubah dan dapat
diubah. Berikut adalah faktor risiko yang tidak dapat anda ubah;
1. Genetis, yang biasa disebut sebagai faktor keturunan. Jika ada diantara
keluarga anda yang mempunyai hipertensi, hal tersebut membuka peluang
anda untuk menderita hipertensi semakin besar.
2. Usia, pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata
sebanyak 20mm/Hg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun. Faktor usia,
menjelaskan hipertensi sistolik terisolasi dan dihubungkan dengan
peningkatan periferal vascular resistance (hambatan aliran darah dalam
pembuluh darah perifer) dalam arteri.
3. Jenis Kelamin. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir
tiga puluhan, sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah
menopause. Tekanan darah pada wanita, khususnya sistolik, meningkatkan
lebih tajam sesuai usia. Setelah usia 55 tahun wanita memang mempunyai
risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya
pola tersebut adalah perbedaan hormon kedua jenis kelamin. Produksi
hormone esterogen menurun saat menopause wanita kehilangan efek
menguntungkannya sehingga tekanan darah meningkat.
4. Ras, orang Afrika-Amerika menunjukan tingkat hipertensi lebih tinggi
dibanding populasi lain dan cenderung berkembang lebih awal dan agresif.
Mereka memiliki peluang hampir dua kali lebih besar untuk mengalami stroke
yang fatal. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang
Afrika-Amerika.
Faktor-faktor Risiko yang dapat diubah ;
1. Merokok. Tekanan darah perokok melonjak berkali-kali sepanjang hari,
seperti penderita hipertensi labil (tekanan darah sering melonjak saat
merespon stress sehari-hari). Tembakau dapat menurunkan suplai oksigen
tubuh, menurunkan level HDL (high density lipoprotein) atau kolestrol baik
dan membuat platelet darah lebih memungkin untuk tetap bersatu dan
membentuk gumpalan yang dapat memicu serangan jantung atau stroke.
2. Obesitas. Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan,
karena tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras.
Obesitas bila berat badan lebih dari 20% berat badan ideal Body Weight
(IBW). Orang dengan kelebihan lemak di atas pinggul disebut bentuk apel
lebih berisiko hipertensi, kolestrol tinggi dan diabetes.
3. Gaya hidup malas (kurang gerak). Orang yang sering duduk secara
signifikasi lebih mungkin mengalami hipertensi dan serangan jantung.
Jantung semakin kuat dengan berolahraga rutin, jantung yang kuat akan
memompa darah lebih efisien. Keuntungan kardiovaskular lain berkat
olahraga adalah menurunkan berat badan, meningkatkan level HDL, dan
menurunkan trigliserida (lemak dari makanan yang menjadi bagian dari
sirkulasi darah dalam aliran darah)
4. Kelebihan garam. Hampir 50% orang memiliki hipertensi sensitive terhadap
garam, yang berarti terlalu banyak mengkonsumsi garam langsung menaikkan
tekanan darah mereka.
5. Kafein. Asupan kafein dalam jumlah normal (kurang dari 100mg per hari)
menyebabkan hipertensi.
6. Penggunaan Alkohol, wanita dengan hipertensi boleh minum alcohol tidak
lebih dari 1 kali per hari dan pria tidak lebih dari dua kali.
7. Stres, keadaan seperti ini jelas memainakan peranan dalam hipertensi, bila
level stress menurun tekanan darah akan menurun juga.
Gejala Klinis
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya sudah
mempunyai faktor resiko tambahan (lihat tabel 3), tetapi kebanyakan
asimptomatik.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai
terapi antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium,
kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam) termasuk
HDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsional
termasuk pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin / kreatinin.
Pemeriksaan yang lebih ekstensif untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi
tidak diindikasikan kecuali apabila pengontrolan tekanan darah tidak tercapai.
Kerusakan organ target didapat melalui anamnesis mengenai riwayat penyakit
atau penemuan diagnostik sebelumnya guna membedakan penyebab yang
mungkin, apakah sudah ada kerusakan organ target sebelumnya atau disebabkan
hipertensi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal seperti:
a. Otak: stroke, TIA, dementia
b. Mata: retinopati
c. Jantung: hipertropi ventrikel kiri, angina atau pernah infark miokard,
pernah revaskularisasi koroner
d. Ginjal: penyakit ginjal kronis
e. Penyakit arteri perifer
Diagnosis
Evaluasi hipertensi
Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi :
1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular atau
penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga
dapat memberi petunjuk dalam pengobatan (Tabel 3)
2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi
3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular
Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin, dan
prosedur diagnostik lainnya.
Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang benar, pemeriksaan
funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat badan (kg) dibagi
dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri karotis, abdominal, dan
bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid; pemeriksaan lengkap jantung
dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran ginjal, massa
intra abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal; palpasi ektremitas bawah untuk
melihat adanya edema dan denyut nadi, serta penilaian neurologis.
Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer” karena pasien dengan
hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik yang
utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau
lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi.
Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai
dengan tingkatnya.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat penyakit hipertensi :
1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke merupakan kematian jaringan otak yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini
terjadi secara mendadak dan mengakibatkan kerusakan otak dalam beberapa
menit (complete stroke).
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darahdalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pemuluh darah tersebut rusak.akibatnya fungsi ginjal
menurun dan mengakibatkan terjadinya gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan
ginjal akibat hipertensi yaitu, neflosklerosis benigna dan neflosklerosis
maligna.
neflosklerosis benigna terjadi pada penderita hipertensi yang sudah lama
sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses menua, hal
ini menyebabkan permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah
berkurang. Dan neflosklerosis maligna kelainan ginjal yang ditandai dengan
naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang mengganggu fungsi ginjal.
4. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah dan saraf mata.
Pengobatan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan
tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC
VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,
modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke
hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan
darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang
kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan
mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi
garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke
pasien, dan dorongan moril.
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe
2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak
jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.
Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur
paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan
pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang,
jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.
Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan.
Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana
yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok
merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien
hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang
dapat diakibatkan oleh merokok.
2. Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat
enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB),
dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama (tabel 5).
Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati
mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan
dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan
antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari
studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping.
Penyekat alfa, agonis alfa2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator
digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat
utama. Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti
terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar,
jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek
evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data
yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau
kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau
sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat
dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor
ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi
angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta,
dan antagonis kalsium (CCB).
DIALOG
Pada suatu siang, datanglah seorang wanita muda ke Apotek Putra Indonesia
Malang. Dia ingin berkonsultasi mengenai obat yang didapatkan dari dokter. Karena
ia masih bingung mengapa hipertensinya tidak turun-turun setelah minum obat dari
dokter.
AA : Selamat pagi mbak ada yang bisa saya bantu ?
Pasien : Iya selamat pagi juga mbak. Saya mau tanya-tanya soal obat ini bisa gak
mbak ?
AA : Oh iya bisa kok mbak silahkan duduk.
Pasien : Terima kasih mbak.
AA : Yang sakit siapa ya mbak ?
Pasien : Saya sendiri mbak.
AA : Boleh saya tahu dengan mbak siapa?
Pasien : Nama saya Ria mbak.
AA : Usia mbak berapa?
Pasien : Usia saya 30 tahun.
AA : Mbak tinggal dimana?
Pasien : Saya tinggal di jalan waykambas no. 15 mbak.
AA : Mbak mau tanya apa?
Pasien : Gini mbak 1 minggu yang lalu saya ke dokter. Kata dokter saya terkena
hipertensi ringan. Kemudian saya diberi obat ini mbak, tetapi sampai hari ini tekanan
darah saya tetap mbak, tidak turun-turun. Saya bingung. (sambil menyerahkan obat
yang diberikan oleh dokter)
AA : Oh.. ini captopril mbak. Obat ini memang diindikasikan untuk hipertensi
ringan. Kalau boleh saya tahu, Mbak mengerti belum cara mengkonsumsinya?
Pasien : Diberi tahu mbak, kata dokter sih saya harus minum 2 kali sehari sebelum
makan.
AA : Mbak sudah melakukannya dengan benar?
Pasien : Sudah mbak, tetapi saya ini sulit makan mbak, jadi kalau makan tidak
teratur. Pokoknya saya minum obat ini dua kali kalau saya ingin makan saja mbak..
AA : Ouh.. Begini ya mbak.Penggunaan obat ini harus diminum secara teratur.
Coba mbk ubah pola makannya, jadi kalau pola makan teratur mbk bisa minum obat
juga terartur,sehinggda tekanan darahnya bisa turun secara sendirinya. Jangan asal-
asalan juga kalau minum obat. Kalau asal-asalan nantinya obat ini tidak memberikan
efek yang maksimal.
Pasien : Ouh.. begitu ya mbak. Saya juga lagi stress banget mbk, anak saya lagi UAN
khawatir sekali saya mbk
AA : Jangan terlalu dibebani pikirannya mbk, nanti jadinya stress berkepanjangan
dan itu sangat pengaruh sama penyakit mbk.
Pasien : Ouh.. iya iya mbak.. Saya mengerti sekarang. Tapi saya habis minum obat
itu batuk-batuk terus
AA : Memang efek samping obat itu menimbulkan batuk mbk, kalau mbk mau
saya menyarankan minum OBH untuk mengobati batuk mbk.
Pasien : Kalau begitu saya beli obat OBHnya mbk.
AA : Baik mbak.. Saya ambilkan dulu obatnya ya mbak. Silahkan tunggu sebentar
mbak.
Pasien : Iya mbak.
AA : Mbak Ria. Ini obatnya. Saya jelaskan cara minumnya kembali ya mbak. Ini
diminum 3 kali sehari setelah makan ya mbak.
Pasien : Iya mbak. Terima kasih ya mbak. Berapa mbak harganya?
AA : Rp 5.000,- saja mbak dan ini notanya
Pasien : Ouh.. ini mbak uangnya
AA : Terima kasih mbak. Lekas sembuh ya mbak.
Pasien : Iya mbak terima kasih.