21
OLEH: NAMA : HELEN OCTA LENTAYA NIM : 08041281320003 KELOMPOK : II ASISTEN : DWI LESTARI LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II “TES KEHAMILAN” LABORATORIU M FISIOLOGI

Laporan Sph II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Sph II

OLEH:

NAMA : HELEN OCTA LENTAYA

NIM : 08041281320003

KELOMPOK : II

ASISTEN : DWI LESTARI

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II

“TES KEHAMILAN”

LABORATORIU M FISIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: Laporan Sph II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan

yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis

agar tidak punah. Proses reproduksi pada vertebrata biasanya terlebih dahulu berawal

dari pertemuan antara sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (ovum) yang

disebut dengan fertilisasi. Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang

testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamalia) dan organ

kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina

terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan saluran reproduksi betina

(Tenzer, 2003).

Hasil peleburan antara sperma dan ovum, nantinya akan membentuk zygot.

Zygot ini kemudian akan menempel / implantasi pada dinding uterus. Zygot yang telah

menempel ini, kemudian akan tumbuh dan berkembang menjadi calon individu baru

atau embrio. Keadaan demikian disebut dengan masa kehamilan/gestasi/nidasi. Pada

manusia, embrio akan keluar dari uterus setelah berusia 40 minggu/288 hari/9 bulan 10

hari. Peristiwa ini disebut dengan kelahiran (Efendi, 2010).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

Kehamilan juga merupakan masa saat berhentinya haid dan aktifnya hormon-hormon

kehamilan seperti Progesteron dan estrogen, Prolaktin, HCG (Hormone Chorionic

Gonadotrophin) dan Hormon oksitosin (Hanafiah, 2008).

Human Chorionik Gonadotrofin adalah hormon yang mendukung perkembangan

telur dalam ovarium dan merangsang telur dalam pelepasan telur dalam ovulasi.

Hormon HCG tersusun atas glikoprotein yang dihasilkan oleh protoblas dan bakal

plasenta. HCG mula-mula di produksi oleh sel lapisan luar blastokista. sel in

Page 3: Laporan Sph II

berdiferensiasi menjadi sel trofoblas, sinsitiotrofoblas, yang berkembang dari

trofoblas,terus menghasilkan HCG disekresikan dapat dideteksi disekresi vagina

sebelum inflantasi. biasanya HCG dapat dideteksi didarah ibu 8-10minggu. Di urin

saat ini dapat di ukur dalam dua minggu stelah pembuahan (Hefta, 2009).

HCG merupakan glikoprotein yang jauh lebih besar dengan berat molekul kira-

kira 45.000 Dalton, tetapi lebih banyak mengandung residu gula dibandingkan dengan

glikoprotein pituitary. Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang

wanita hamil yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena

pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi

choriales ini berdampak pada meningkatnya produksi progesteron oleh indung telur

sehingga menekan menstruasi  dan menjaga kehamilan. Produksi HCG akan

meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan

(Muhayat, 1998).

Salah satu metode pengujian kehamilan adalah uji Galli Mainini, Uji Galli

Mainini ini menggunakan 4 ekor katak jantan, dan urin wanita yang diduga hamil.

Urin wanita yang diduga hamil dimasukkan kedalam limfa lateral katak terbukti

mampu merangsang katak jantan untuk mengeluarkan cairan spermatozoa melalui

kloakanya. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan adanya sel-sel sperma yang

terlihat dengan jelas. Meskipun demikian, mekanisme terjadinya ekskresi spermatozoa

oleh katak belum jelas diketahui (Anonim, 2013).

HCG dapat juga digunakan dalam upaya mersinkronkan ovulasi dan

perkawianan yang diperlukan agar terjadi suatu konsepsi. Bila terdapat HCG dalam

urine , HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi

partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan

demikian uji kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi dan sebaliknya

(Pearce, 1997).

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mendeteksi kehamilan secara dini tanpa melalui

pengamatan klinis dan anatomis.

Page 4: Laporan Sph II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh hampir semua wanita. Jika

sel telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi pembuahan sehingga dapat

menyebabkan kehamilan. Pada masa kehamilan atau gestasi, terjadi pertumbuhan dan

perkembangan embrio di dalam uterus sampai pada saatnya siap untuk dilahirkan. Pada

kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-

hormon somatotropin, estrogen dan progesteron (Sri Harti dkk, 2013).

Dalam urine perempuan yang sedang hamil terdapat semacam hormon sifatnya

menyerupai hormone Gonadotropin (yang berbentuk glikoprotein) dari bagian depan

(lobus anterior) kelenjar hypofisis. Hormone ini tidak hanya pada perempuan hamil tetapi

juga terdapat pada cancer dan ovarium. Permukaan menopause, kehamilan yang abnormal,

abortus mola, tumor dari testis, dan lain sebagainya (Ibrahim, 1971).

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang dihasilkan

oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga

dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel korion seperti

molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan

meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah

ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode immunokromatograf merupakan cara yang

paling efektif untuk mendeteksi kehamilan dini (Sri Harti dkk, 2013).

Adanya HCG (Human Chorionic Gonadotropin) ini menjadi dasar Uji Galli

Mainini. Dalam tes Galli Mainini, sejumlah kecil urin dari pasien disuntikkan ke kantung

bening punggung seekor katak jantan dewasa. Urin Seorang wanita hamil mengandung

hormon kehamilan, Human Chorionic Gonadotropin atau HCG. Hormon ini menyebabkan

katak untuk memproduksi sperma dalam waktu 30 menit, dan sel-sel sperma dapat dengan

jelas dilihat di bawah mikroskop. Jika terdapat sperma maka kesimpulannya urin

mengandung HCG dan wanita tersebut dinyatakan hamil begitupun sebaliknya

(Anonim, 2013).

Page 5: Laporan Sph II

Human Chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon glikoprotein diproduksi

oleh sel-sel trofoblas plasenta segera setelah ovum dibuahi dan tertanam dalam dinding

rahim. Fungsi HCG adalah untuk mempertahankan korpus luteum selama awal kehamilan.

Munculnya HCG dalam urine segera setelah pembuahan dan peningkatan pesat konsentrasi

HCG dapat menjadi tanda yang sangat baik untuk konfirmasi kehamilan. Hormon ini

mungkin dapat terdeteksi dalam urin pada 7-10 hari setelah pembentukkan

(Braunstein, 1976).

HCG merupakan hormon yang bersifat luteotrofik pada beberapa spesies , termasuk

manusia, tikus, kelinci, babi dan sebagainya. HCG disekresi oleh plasenta, tidak seperti

PMSG yang disekresi oleh endometrium uterus. HCG pada wanita berperan untuk

mempertahankan corpora lutea selama tahap–tahap permulaan kehamilan. Segera setelah

ovulasi, korpus luteum akan cukup mendapat dorongan dari faktor-faktor luteotrofik

hipofisa. Adanya dorongan ini menyebabkan korpus luteum tersebut secara fisiologis tetap

aktif sampai HCG mulai dibentuk dalam jumlah yang cukup untuk bertindak sebagai

luteotrofik. Sejumlah HCG yang dapat terukur timbul pada wanita hamil pada hari ke-5

sampai 16 setelah ovulasi, tetapi titer HCG tidak mencapai puncaknya sampai hari

kehamilan yang ke-35 sampai 50 (Nalbandov, 1990).

Selain menggunakan Uji Galli Mainini, keberadaaan Human chorionic

gonodotropin (HCG) dapat diukur dengan radio imunoesai dan dideteksi dalam darah enam

hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi.

Spesimen urine yang pertama kali dikeluarkan di pagi hari( urine yang didiamkan minimal

selama 6 jam) mengandung kadar HCG yang kira-kira sama dengan kadar HCG di dalam

serum. Kadar HCG di dalam serum meningkat secara eksponensial antara hari ke-21 dan

ke-70 (dihitung hari pertama LMP). Sampel urine yang diambil secara acak biasanya

memiliki kadar yang lebih rendah. Kemampuan untuk mengenali sub unit beta HCG

merupakan inovasi terbaru evolusi tes endokrin untuk mendeteksi kehamilan

(Bobak et all, 2003).

Pada fase kehamilan bulan ketiga dan keempat, korpus luteum masih menghasilkan

hormon estrogen dan progresteron. Kedua hormon tersebut mempunyai peranan dalam

mengatur dinding uterus sehingga siap untuk menerima implantasi dan memberikan segala

Page 6: Laporan Sph II

sesuatu yang dibutuhkan oleh zigot yang sedang berkembang. Pada fase ini, juga sudah

terjadi rangsangan pada kelenjar susu, sehingga pada saat diperlukannya sudah siap

berfungsi. Selanjutnya fungsi korpus luteum diganti oleh plasenta yang menghasilkan

hormon yang diperlukan untuk kehidupan janin dalam rahim (Kimball, 1994).

HGC dalam urine akan diketahui pada wanita hamil karena HGC terbentuk hanya

pada wanita yang sedang hamil. Adanya HCG dapat dideteksi 8-9 hari setelah adanya

peristiwa ovulasi. HCG dalam urine berisi dua reagen, pertama adalah suspensi partikel

lateks yang dilapisi atau terikat secara kovalen dengan HCG dan yang lain berisi larutan

antibodi HCG. Bila terdapat HCG dalam urine, HCG terikat pada antibodi dan dengan

demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan

oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif, apabila tidak terjadi

aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi. Identifikasi HCG ini dapat

dilakukan pada awal-awal kehamilan (Murray et all, 1999).

Penetapan HCG dalam urin sejak lama di pakai sebagai indikator kehamilan. Saat

ini uji serologic, HCG dalam cairan tubuh, di samping digunakan untuk kehamilan, juga

dapat dipakai untuk menunjang diagnosis kehamilan I luar kandungan, memperkirakan

terjadinya abnotus, tumor tiofoblastik, tumor testicular, bahkan beberapa jenis tumor lain

yang tidak berasal dari tiofoblas, (Kresno, 1985).

Selain menggunakan uji Galli Mainini uji kehamilan juga juga dapat digunakan

menggunakan Reaksi dari Hogben yang menggunakan kodok dari Afrika Selatan,

yaitu Xenopus laevis dimana suntikkan 2 cc urin wanita hamil. Reaksi positif ditandai

dengan keluarnya telur dalam waktu 12-24 jam. Reaksi dari Consulof yang menggunakan

katak berwarna yang disebut  Rana exculenta yang sebelumnya telah diambil kelenjar

hypohysenya sehingga katak memucat, kemudian di suntikkan urin wanita. Hasil positif

bila katak berubah warna menjadi coklat. Reaksi dari Friedman yang menggunakan betina

yang telah diasingkan 3 minggu supaya tidak kawin, karena kelinci tidak akan ovulasi bila

tidak berhubungan dengan jantan dimana disuntikkan 5 cc urin wanita hamil intravena

pada vena telinga kelinci selama 2 hari berturut-turut. Setelah 2 jam dilakukan laparotomi,

diambil ovarium dan diperiksa. Hasil postif bila ditemukan rubra dan lutea

(Anonim, 2013).

Page 7: Laporan Sph II

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, tanggal 1 September 2014,

pukul 14.00 – 16.00 Bertempat dilaboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat suntik 5 ml, gelas beker besar, jarum suntik,

kaca objek, kaca penutup, kawat kasa penutup, mikroskop dan pipet tetes. Sedangkan

bahan yang dibutuhkan adalah katak jantan (Rana sp) ± 4 ekor, larutan garam

fisiologis, larutan NaCl, urin wanita yang diduga hamil (terlambat haid lebih dari 14

hari), dan urin wanita yang tidak hamil.

3. 3 Cara Kerja

Katak jantan di periksa kloakanya yang mengandung sperma. Larutan garam

fisiologis sebanyak ±1 ml dimasukkan menggunakan pipet kedalam kloaka katak.

Cairan dari dalam kloaka dikeluarkan diteteskan kedalam kaca objek. Cairan dari

dalam kloaka ditutup dengan kaca objek dan diamati dibawah mikroskop. Katak yang

tidak mengandung sperma digunakan sebagai bahan praktikum. Katak yang tidak

mengandung sperma dibagi dua kelompok, kelompok control dan kelompok

percobaan. Kelompok control disuntik dengan urin wanita tidak hamil dan kelompok

percobaan disuntik dengan urin wanita yang diduga hamil. Urin wanita tersebut

dimasukkan kedalam kantung limfa lateral katak dan dibiarkan 30 menit. Urin katak

diambil dengan bantuan pipet melalui kloaka. Urin kemudian diteteskan pada kaca

objek dan ditutup dengan kaca penutup. Urin diamati dibawah mikroskop. Tes positif

bila dalam urin katak terdapat sperma.

Page 8: Laporan Sph II

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapat beberapa hasil sebagai

berikut :

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

Kelompok Kontrol Perlakuan

1 (-) (+)

2 (+) (-)

3 (-) (+)

4 (-) (-)

5 (-) (-)

6 (-) (-)

7 (-) (+)

8 (-) (-)

9 (-) (-)

10 (-) (-)

Page 9: Laporan Sph II

4.2 Morfologi Sperma

Keterangan :

1. Kepala

2. Akrosom

3. Inti sel

4. Sentriol

5. Badan sel

6. Mitokondria

7. Ekor

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia

Fillum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Annura

Family : Ranidae

Genus : Rana

Spesies : Rana sp

Page 10: Laporan Sph II

4.3 Pembahasan

Praktikum uji kehamilan, pratikan menggunakan metode uji Gallli Mainini dan

menggunakan alat tes kehamilan berupa tes pack. Uji Galli Mainini dibagi menjadi

dua kelompok yaitu kelompok control dan kelompok perlakuan. Hasil kelompok

control yang diuji menggunakan urin wanita yang tidak hamil justru positif, sedangkan

hasil kelompok perlakuan dengan menggunakan urin wanita yang diduga hamil adalah

negatif. Ada beberapa factor yang menyebabkan uji Galli Mainini yang dilakukan

gagal, seperti saat pengecekan sperma pada katak jantan, diduga katak jantan yang

digunakan justru mengandung sperma sehingga akan bereaksi dengan urin wanita yang

tidak hamil. Sedangkan pada saat disuntikkan urin wanita yang diduga hamil,

spermatozoa kemungkinan mati karena tidak tahan dengan suhu diluar. Menurut

Afandi (2002) bahwa daya tahan hidup spermatozoa dipengaruhi oleh Ph, tekanan

osmotic, elektrolit, suhu dan cahaya.

Uji Galli Mainini dipilih pada percobaan karena efisiensi waktu dan biaya.

Praktikan hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk melihat hasil uji ini.

Rana sp yang digunakan, sebelumnya perlu disuntik dengan larutan garam fisiologis

pada kloakanya, pada saat disuntikkan larutan ini, terlihat bahwa Rana sp yang

digunakan mengejang, terlihat bahwa fungsi larutan ini adalah untuk mendeteksi

adanya spermatozoa pada katak. Menurut Sukra (2000) bahwa garam fisiologis

berfungsi untuk menyeimbangkan tekan osmotik antara Rana sp jantan dan lingkungan

luarnya.

Hasil uji Galli Mainini berbeda dengan yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan

modern yaitu tes pack yang menunjukkan bahwa urine wanita yang diduga hamil

menunjukkan hasil positif dengan adanya 2 tanda strip dan urin wanita yang diduga

hamil menunjukkan hasil negatif. Tim peneliti BKKBN (1994) menyatakan bahwa one

step pregnancy test adaah tes yang cepat untuk mengkonfirmasikan adanya kehamilan.

Tes ini adalah tes kualitatif untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin

(HCG) pada urine. Prinsip penggunaan tes ini bahwa pada kenyataan timbulnya HCG

dalam urin dan serum segera setelah terjadinya konsepsi dan cepat meningkatnya

Page 11: Laporan Sph II

konsentrasi HCG menjadi pertanda yang sangat menonjol untuk mengkonfirmasikan

kehamilan.

Sampel hewan yang dipakai untuk uji Galli Mainini adalah Rana sp jantan.

Perbedaan mendasar antara Rana sp dan Bufo sp telihat pada kakinya, pada kaki Rana

sp terdapat selaput (web) untuk berenang dan menempel di pohon dan pada Bufo sp

tidak terdapat selaput. Rastogi (1997) menyatakan bahwa katak (Rana sp) hidup di

dekat air, aktif di siang hari (diurnal), moncongnya berbentuk triangular, kulitnya licin

karena terdapat kelenjar mukosa untuk membantu respirasi, tidak mempunyai glandula

parotid, dan kakinya mempunyai selaput (web). Sedangkan kodok (Bufo sp) hidup di

daerah terrestrial, aktif dimalam hari, bentuk moncong semisirkular, kulitnya kasar,

kering dan terdapat beberapa kelenjar mukosa tetapi beracun dan tidak untuk

membantu respirasi, mempunyai glandula parotid dan kakinya tidak berselaput (web).

Rana sp jantan digunakan pada uji Galli Mainini karena menghasilkan sperma.

Cara memberdakan antara katak jantan dan betina, katak jantan memiliki warna kulit

di sekitar kerongkongan hijau kekuningan, Ibu jari bagian depan relatif besar, ukuran

badan relatif kecil dan memiliki kantung suara yang terletak di antara selaput gendang

dan pangkal kaki depan. Sedangkan katak betina, warna kulit di sekitar kerongkongan

putih dengan bintik-bintik kehitaman, ukuran badan relatif besar dan tidak memiliki

kantung suara. Menurut Radiopoetra (1996) bahwa Rana sp tidak memiliki ekor

maupun leher. Secara morfologi yang membedakan katak jantan dan betina adalah

pada kulitnya. Pada kulit katak jantan terdapat bercak atau tanda hitam tempat kantung

suara sedangkan pada katak betina tidak terdapat bercak hitam.

Urin wanita yang diduga hamil, digunakan pada percobaan ini karena pada urin

wanita yang diduga hamil akan terdapat Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG)

karena HGC terbentuk hanya pada wanita yang sedang hamil. Adanya HCG dapat

dideteksi 8-9 hari setelah adanya peristiwa ovulasi. Murray et all (1999) menyatakan

bahwa Bila terdapat HCG dalam urine, HCG terikat pada antibodi dan dengan

demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang

diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif, apabila

tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi.

Page 12: Laporan Sph II

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksakan, didapat beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hormon Chorionic Gonadotropin hanya terdapat pada wanita hamil, dan dapat

dideteksi pada awal kehamilan.

2. Larutan garam fisiologis berfungsi untuk mendeteksi adanya sperma pada katak dan

menjaga tekanan osmotik dengan lingkungan luar.

3. Rana sp jantan digunakan karena mudah didapat dan proses reaksi yang terjadi

berlangsung cepat.

4. Tingkat HCG akan meningkat pesat pada awal kehamilan dan menurun pada akhir

masa kehamilan.

5. Rana sp dan Bufo sp memiliki perbedaan mendasar, Rana sp memiliki kaki

berselaput (web) sedangkan Bufo sp tidak.

Page 13: Laporan Sph II

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. 2003. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Braunstein, G.D., Rasor, J., Adler, D., Danzer, H., and Wade, M.E. 1976. Serum Human Chorionic Gonadotropin Levels Throughout Normal Pregnancy. Am. J. Obstet. Gynecol.

Efendi, Rustam. 2010. “Sistem Reproduksi Manusia”. http://rusmanefendi.files.wordpress.com201005sistem-reproduksi1.pdf/. diakses tanggal 27 Agustus 2014.

Hanafiah, K A. 2008. Rancangan Percobaan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Hefta,R.M. Sardina.Amiruddin,T. 2009. Buku ajar Biologi Reproduksi. Makassar: FK UNHAS.

Kimball, John.W. 1994. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Kresno, S.B. 1985. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Murray, Robert K. et al. 1999 Biokimia Harper. Jakarta: ECG.

Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Radiopoetra. 1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga.

Rastogi, V.B. A Complete Course in ISC Biology Vol 1. New Delhi: Pitambar Publishing Company (P) Ltd.

Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio Benih Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Tang, U.M. dan R. Afandi. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau: Universitas Riau.

Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang: Jurusan Biologi UM.

Tim Peneliti BKKBN. 1994. Uji Coba Pemakaian Tes Kehamilan dalam Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN.

Page 14: Laporan Sph II