Upload
helen-octa-lentaya
View
233
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
OLEH:
NAMA : HELEN OCTA LENTAYA
NIM : 08041281320003
KELOMPOK : II
ASISTEN : DWI LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
“TES KEHAMILAN”
LABORATORIU M FISIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis
agar tidak punah. Proses reproduksi pada vertebrata biasanya terlebih dahulu berawal
dari pertemuan antara sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (ovum) yang
disebut dengan fertilisasi. Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang
testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamalia) dan organ
kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina
terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan saluran reproduksi betina
(Tenzer, 2003).
Hasil peleburan antara sperma dan ovum, nantinya akan membentuk zygot.
Zygot ini kemudian akan menempel / implantasi pada dinding uterus. Zygot yang telah
menempel ini, kemudian akan tumbuh dan berkembang menjadi calon individu baru
atau embrio. Keadaan demikian disebut dengan masa kehamilan/gestasi/nidasi. Pada
manusia, embrio akan keluar dari uterus setelah berusia 40 minggu/288 hari/9 bulan 10
hari. Peristiwa ini disebut dengan kelahiran (Efendi, 2010).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan
janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.
Kehamilan juga merupakan masa saat berhentinya haid dan aktifnya hormon-hormon
kehamilan seperti Progesteron dan estrogen, Prolaktin, HCG (Hormone Chorionic
Gonadotrophin) dan Hormon oksitosin (Hanafiah, 2008).
Human Chorionik Gonadotrofin adalah hormon yang mendukung perkembangan
telur dalam ovarium dan merangsang telur dalam pelepasan telur dalam ovulasi.
Hormon HCG tersusun atas glikoprotein yang dihasilkan oleh protoblas dan bakal
plasenta. HCG mula-mula di produksi oleh sel lapisan luar blastokista. sel in
berdiferensiasi menjadi sel trofoblas, sinsitiotrofoblas, yang berkembang dari
trofoblas,terus menghasilkan HCG disekresikan dapat dideteksi disekresi vagina
sebelum inflantasi. biasanya HCG dapat dideteksi didarah ibu 8-10minggu. Di urin
saat ini dapat di ukur dalam dua minggu stelah pembuahan (Hefta, 2009).
HCG merupakan glikoprotein yang jauh lebih besar dengan berat molekul kira-
kira 45.000 Dalton, tetapi lebih banyak mengandung residu gula dibandingkan dengan
glikoprotein pituitary. Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang
wanita hamil yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena
pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi
choriales ini berdampak pada meningkatnya produksi progesteron oleh indung telur
sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi HCG akan
meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan
(Muhayat, 1998).
Salah satu metode pengujian kehamilan adalah uji Galli Mainini, Uji Galli
Mainini ini menggunakan 4 ekor katak jantan, dan urin wanita yang diduga hamil.
Urin wanita yang diduga hamil dimasukkan kedalam limfa lateral katak terbukti
mampu merangsang katak jantan untuk mengeluarkan cairan spermatozoa melalui
kloakanya. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan adanya sel-sel sperma yang
terlihat dengan jelas. Meskipun demikian, mekanisme terjadinya ekskresi spermatozoa
oleh katak belum jelas diketahui (Anonim, 2013).
HCG dapat juga digunakan dalam upaya mersinkronkan ovulasi dan
perkawianan yang diperlukan agar terjadi suatu konsepsi. Bila terdapat HCG dalam
urine , HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi
partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan
demikian uji kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi dan sebaliknya
(Pearce, 1997).
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mendeteksi kehamilan secara dini tanpa melalui
pengamatan klinis dan anatomis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh hampir semua wanita. Jika
sel telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi pembuahan sehingga dapat
menyebabkan kehamilan. Pada masa kehamilan atau gestasi, terjadi pertumbuhan dan
perkembangan embrio di dalam uterus sampai pada saatnya siap untuk dilahirkan. Pada
kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-
hormon somatotropin, estrogen dan progesteron (Sri Harti dkk, 2013).
Dalam urine perempuan yang sedang hamil terdapat semacam hormon sifatnya
menyerupai hormone Gonadotropin (yang berbentuk glikoprotein) dari bagian depan
(lobus anterior) kelenjar hypofisis. Hormone ini tidak hanya pada perempuan hamil tetapi
juga terdapat pada cancer dan ovarium. Permukaan menopause, kehamilan yang abnormal,
abortus mola, tumor dari testis, dan lain sebagainya (Ibrahim, 1971).
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang dihasilkan
oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga
dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel korion seperti
molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan
meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah
ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode immunokromatograf merupakan cara yang
paling efektif untuk mendeteksi kehamilan dini (Sri Harti dkk, 2013).
Adanya HCG (Human Chorionic Gonadotropin) ini menjadi dasar Uji Galli
Mainini. Dalam tes Galli Mainini, sejumlah kecil urin dari pasien disuntikkan ke kantung
bening punggung seekor katak jantan dewasa. Urin Seorang wanita hamil mengandung
hormon kehamilan, Human Chorionic Gonadotropin atau HCG. Hormon ini menyebabkan
katak untuk memproduksi sperma dalam waktu 30 menit, dan sel-sel sperma dapat dengan
jelas dilihat di bawah mikroskop. Jika terdapat sperma maka kesimpulannya urin
mengandung HCG dan wanita tersebut dinyatakan hamil begitupun sebaliknya
(Anonim, 2013).
Human Chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon glikoprotein diproduksi
oleh sel-sel trofoblas plasenta segera setelah ovum dibuahi dan tertanam dalam dinding
rahim. Fungsi HCG adalah untuk mempertahankan korpus luteum selama awal kehamilan.
Munculnya HCG dalam urine segera setelah pembuahan dan peningkatan pesat konsentrasi
HCG dapat menjadi tanda yang sangat baik untuk konfirmasi kehamilan. Hormon ini
mungkin dapat terdeteksi dalam urin pada 7-10 hari setelah pembentukkan
(Braunstein, 1976).
HCG merupakan hormon yang bersifat luteotrofik pada beberapa spesies , termasuk
manusia, tikus, kelinci, babi dan sebagainya. HCG disekresi oleh plasenta, tidak seperti
PMSG yang disekresi oleh endometrium uterus. HCG pada wanita berperan untuk
mempertahankan corpora lutea selama tahap–tahap permulaan kehamilan. Segera setelah
ovulasi, korpus luteum akan cukup mendapat dorongan dari faktor-faktor luteotrofik
hipofisa. Adanya dorongan ini menyebabkan korpus luteum tersebut secara fisiologis tetap
aktif sampai HCG mulai dibentuk dalam jumlah yang cukup untuk bertindak sebagai
luteotrofik. Sejumlah HCG yang dapat terukur timbul pada wanita hamil pada hari ke-5
sampai 16 setelah ovulasi, tetapi titer HCG tidak mencapai puncaknya sampai hari
kehamilan yang ke-35 sampai 50 (Nalbandov, 1990).
Selain menggunakan Uji Galli Mainini, keberadaaan Human chorionic
gonodotropin (HCG) dapat diukur dengan radio imunoesai dan dideteksi dalam darah enam
hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi.
Spesimen urine yang pertama kali dikeluarkan di pagi hari( urine yang didiamkan minimal
selama 6 jam) mengandung kadar HCG yang kira-kira sama dengan kadar HCG di dalam
serum. Kadar HCG di dalam serum meningkat secara eksponensial antara hari ke-21 dan
ke-70 (dihitung hari pertama LMP). Sampel urine yang diambil secara acak biasanya
memiliki kadar yang lebih rendah. Kemampuan untuk mengenali sub unit beta HCG
merupakan inovasi terbaru evolusi tes endokrin untuk mendeteksi kehamilan
(Bobak et all, 2003).
Pada fase kehamilan bulan ketiga dan keempat, korpus luteum masih menghasilkan
hormon estrogen dan progresteron. Kedua hormon tersebut mempunyai peranan dalam
mengatur dinding uterus sehingga siap untuk menerima implantasi dan memberikan segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh zigot yang sedang berkembang. Pada fase ini, juga sudah
terjadi rangsangan pada kelenjar susu, sehingga pada saat diperlukannya sudah siap
berfungsi. Selanjutnya fungsi korpus luteum diganti oleh plasenta yang menghasilkan
hormon yang diperlukan untuk kehidupan janin dalam rahim (Kimball, 1994).
HGC dalam urine akan diketahui pada wanita hamil karena HGC terbentuk hanya
pada wanita yang sedang hamil. Adanya HCG dapat dideteksi 8-9 hari setelah adanya
peristiwa ovulasi. HCG dalam urine berisi dua reagen, pertama adalah suspensi partikel
lateks yang dilapisi atau terikat secara kovalen dengan HCG dan yang lain berisi larutan
antibodi HCG. Bila terdapat HCG dalam urine, HCG terikat pada antibodi dan dengan
demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan
oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif, apabila tidak terjadi
aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi. Identifikasi HCG ini dapat
dilakukan pada awal-awal kehamilan (Murray et all, 1999).
Penetapan HCG dalam urin sejak lama di pakai sebagai indikator kehamilan. Saat
ini uji serologic, HCG dalam cairan tubuh, di samping digunakan untuk kehamilan, juga
dapat dipakai untuk menunjang diagnosis kehamilan I luar kandungan, memperkirakan
terjadinya abnotus, tumor tiofoblastik, tumor testicular, bahkan beberapa jenis tumor lain
yang tidak berasal dari tiofoblas, (Kresno, 1985).
Selain menggunakan uji Galli Mainini uji kehamilan juga juga dapat digunakan
menggunakan Reaksi dari Hogben yang menggunakan kodok dari Afrika Selatan,
yaitu Xenopus laevis dimana suntikkan 2 cc urin wanita hamil. Reaksi positif ditandai
dengan keluarnya telur dalam waktu 12-24 jam. Reaksi dari Consulof yang menggunakan
katak berwarna yang disebut Rana exculenta yang sebelumnya telah diambil kelenjar
hypohysenya sehingga katak memucat, kemudian di suntikkan urin wanita. Hasil positif
bila katak berubah warna menjadi coklat. Reaksi dari Friedman yang menggunakan betina
yang telah diasingkan 3 minggu supaya tidak kawin, karena kelinci tidak akan ovulasi bila
tidak berhubungan dengan jantan dimana disuntikkan 5 cc urin wanita hamil intravena
pada vena telinga kelinci selama 2 hari berturut-turut. Setelah 2 jam dilakukan laparotomi,
diambil ovarium dan diperiksa. Hasil postif bila ditemukan rubra dan lutea
(Anonim, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, tanggal 1 September 2014,
pukul 14.00 – 16.00 Bertempat dilaboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat suntik 5 ml, gelas beker besar, jarum suntik,
kaca objek, kaca penutup, kawat kasa penutup, mikroskop dan pipet tetes. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah katak jantan (Rana sp) ± 4 ekor, larutan garam
fisiologis, larutan NaCl, urin wanita yang diduga hamil (terlambat haid lebih dari 14
hari), dan urin wanita yang tidak hamil.
3. 3 Cara Kerja
Katak jantan di periksa kloakanya yang mengandung sperma. Larutan garam
fisiologis sebanyak ±1 ml dimasukkan menggunakan pipet kedalam kloaka katak.
Cairan dari dalam kloaka dikeluarkan diteteskan kedalam kaca objek. Cairan dari
dalam kloaka ditutup dengan kaca objek dan diamati dibawah mikroskop. Katak yang
tidak mengandung sperma digunakan sebagai bahan praktikum. Katak yang tidak
mengandung sperma dibagi dua kelompok, kelompok control dan kelompok
percobaan. Kelompok control disuntik dengan urin wanita tidak hamil dan kelompok
percobaan disuntik dengan urin wanita yang diduga hamil. Urin wanita tersebut
dimasukkan kedalam kantung limfa lateral katak dan dibiarkan 30 menit. Urin katak
diambil dengan bantuan pipet melalui kloaka. Urin kemudian diteteskan pada kaca
objek dan ditutup dengan kaca penutup. Urin diamati dibawah mikroskop. Tes positif
bila dalam urin katak terdapat sperma.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapat beberapa hasil sebagai
berikut :
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok Kontrol Perlakuan
1 (-) (+)
2 (+) (-)
3 (-) (+)
4 (-) (-)
5 (-) (-)
6 (-) (-)
7 (-) (+)
8 (-) (-)
9 (-) (-)
10 (-) (-)
4.2 Morfologi Sperma
Keterangan :
1. Kepala
2. Akrosom
3. Inti sel
4. Sentriol
5. Badan sel
6. Mitokondria
7. Ekor
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Annura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
4.3 Pembahasan
Praktikum uji kehamilan, pratikan menggunakan metode uji Gallli Mainini dan
menggunakan alat tes kehamilan berupa tes pack. Uji Galli Mainini dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok control dan kelompok perlakuan. Hasil kelompok
control yang diuji menggunakan urin wanita yang tidak hamil justru positif, sedangkan
hasil kelompok perlakuan dengan menggunakan urin wanita yang diduga hamil adalah
negatif. Ada beberapa factor yang menyebabkan uji Galli Mainini yang dilakukan
gagal, seperti saat pengecekan sperma pada katak jantan, diduga katak jantan yang
digunakan justru mengandung sperma sehingga akan bereaksi dengan urin wanita yang
tidak hamil. Sedangkan pada saat disuntikkan urin wanita yang diduga hamil,
spermatozoa kemungkinan mati karena tidak tahan dengan suhu diluar. Menurut
Afandi (2002) bahwa daya tahan hidup spermatozoa dipengaruhi oleh Ph, tekanan
osmotic, elektrolit, suhu dan cahaya.
Uji Galli Mainini dipilih pada percobaan karena efisiensi waktu dan biaya.
Praktikan hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk melihat hasil uji ini.
Rana sp yang digunakan, sebelumnya perlu disuntik dengan larutan garam fisiologis
pada kloakanya, pada saat disuntikkan larutan ini, terlihat bahwa Rana sp yang
digunakan mengejang, terlihat bahwa fungsi larutan ini adalah untuk mendeteksi
adanya spermatozoa pada katak. Menurut Sukra (2000) bahwa garam fisiologis
berfungsi untuk menyeimbangkan tekan osmotik antara Rana sp jantan dan lingkungan
luarnya.
Hasil uji Galli Mainini berbeda dengan yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan
modern yaitu tes pack yang menunjukkan bahwa urine wanita yang diduga hamil
menunjukkan hasil positif dengan adanya 2 tanda strip dan urin wanita yang diduga
hamil menunjukkan hasil negatif. Tim peneliti BKKBN (1994) menyatakan bahwa one
step pregnancy test adaah tes yang cepat untuk mengkonfirmasikan adanya kehamilan.
Tes ini adalah tes kualitatif untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) pada urine. Prinsip penggunaan tes ini bahwa pada kenyataan timbulnya HCG
dalam urin dan serum segera setelah terjadinya konsepsi dan cepat meningkatnya
konsentrasi HCG menjadi pertanda yang sangat menonjol untuk mengkonfirmasikan
kehamilan.
Sampel hewan yang dipakai untuk uji Galli Mainini adalah Rana sp jantan.
Perbedaan mendasar antara Rana sp dan Bufo sp telihat pada kakinya, pada kaki Rana
sp terdapat selaput (web) untuk berenang dan menempel di pohon dan pada Bufo sp
tidak terdapat selaput. Rastogi (1997) menyatakan bahwa katak (Rana sp) hidup di
dekat air, aktif di siang hari (diurnal), moncongnya berbentuk triangular, kulitnya licin
karena terdapat kelenjar mukosa untuk membantu respirasi, tidak mempunyai glandula
parotid, dan kakinya mempunyai selaput (web). Sedangkan kodok (Bufo sp) hidup di
daerah terrestrial, aktif dimalam hari, bentuk moncong semisirkular, kulitnya kasar,
kering dan terdapat beberapa kelenjar mukosa tetapi beracun dan tidak untuk
membantu respirasi, mempunyai glandula parotid dan kakinya tidak berselaput (web).
Rana sp jantan digunakan pada uji Galli Mainini karena menghasilkan sperma.
Cara memberdakan antara katak jantan dan betina, katak jantan memiliki warna kulit
di sekitar kerongkongan hijau kekuningan, Ibu jari bagian depan relatif besar, ukuran
badan relatif kecil dan memiliki kantung suara yang terletak di antara selaput gendang
dan pangkal kaki depan. Sedangkan katak betina, warna kulit di sekitar kerongkongan
putih dengan bintik-bintik kehitaman, ukuran badan relatif besar dan tidak memiliki
kantung suara. Menurut Radiopoetra (1996) bahwa Rana sp tidak memiliki ekor
maupun leher. Secara morfologi yang membedakan katak jantan dan betina adalah
pada kulitnya. Pada kulit katak jantan terdapat bercak atau tanda hitam tempat kantung
suara sedangkan pada katak betina tidak terdapat bercak hitam.
Urin wanita yang diduga hamil, digunakan pada percobaan ini karena pada urin
wanita yang diduga hamil akan terdapat Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG)
karena HGC terbentuk hanya pada wanita yang sedang hamil. Adanya HCG dapat
dideteksi 8-9 hari setelah adanya peristiwa ovulasi. Murray et all (1999) menyatakan
bahwa Bila terdapat HCG dalam urine, HCG terikat pada antibodi dan dengan
demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang
diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif, apabila
tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksakan, didapat beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hormon Chorionic Gonadotropin hanya terdapat pada wanita hamil, dan dapat
dideteksi pada awal kehamilan.
2. Larutan garam fisiologis berfungsi untuk mendeteksi adanya sperma pada katak dan
menjaga tekanan osmotik dengan lingkungan luar.
3. Rana sp jantan digunakan karena mudah didapat dan proses reaksi yang terjadi
berlangsung cepat.
4. Tingkat HCG akan meningkat pesat pada awal kehamilan dan menurun pada akhir
masa kehamilan.
5. Rana sp dan Bufo sp memiliki perbedaan mendasar, Rana sp memiliki kaki
berselaput (web) sedangkan Bufo sp tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M. 2003. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Braunstein, G.D., Rasor, J., Adler, D., Danzer, H., and Wade, M.E. 1976. Serum Human Chorionic Gonadotropin Levels Throughout Normal Pregnancy. Am. J. Obstet. Gynecol.
Efendi, Rustam. 2010. “Sistem Reproduksi Manusia”. http://rusmanefendi.files.wordpress.com201005sistem-reproduksi1.pdf/. diakses tanggal 27 Agustus 2014.
Hanafiah, K A. 2008. Rancangan Percobaan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Hefta,R.M. Sardina.Amiruddin,T. 2009. Buku ajar Biologi Reproduksi. Makassar: FK UNHAS.
Kimball, John.W. 1994. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kresno, S.B. 1985. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Murray, Robert K. et al. 1999 Biokimia Harper. Jakarta: ECG.
Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Radiopoetra. 1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga.
Rastogi, V.B. A Complete Course in ISC Biology Vol 1. New Delhi: Pitambar Publishing Company (P) Ltd.
Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio Benih Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Tang, U.M. dan R. Afandi. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau: Universitas Riau.
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang: Jurusan Biologi UM.
Tim Peneliti BKKBN. 1994. Uji Coba Pemakaian Tes Kehamilan dalam Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN.