Upload
hathien
View
246
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Pelindung
Dr. Soekarwo, SH, M.Hum., Gubernur Jawa Timur
Pengarah
Dr. Ir. Diah Susilowati, MT., Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE, M.Com.Hons., Ph.D – Universitas Brawijaya, Malang
Dr. Ir. Agus Slamet, Dipl.SE, M.Sc., Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Penanggung Jawab
Ir. Udaharipantjoro, MM., Kepala Bidang Tata Lingkungan
Penulis
Drs. Dwi Atmoko Sektiawan, MT. (Editor); Anjarwati, S.Si, M.Env.; Asri Cahaya Hati, ST;
Dian Angellia Sari, ST.; Mufnaiti Prihatini, ST, MT.; Lintang Suska H., S.Si.; Arif Palupi
Sandy, ST, MT.; Fery Indarto, ST.; Dian Tristi Agustini, ST.; Desy Gigih Pratiwi, ST, M.Si.
Ucapan Terima Kasih
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di Provinsi Jawa Timur, yaitu:
BAPPEDA, Dinas Kehutanan, Dinas PU Sumber Daya Air, Dinas PRKP dan Cipta
Karya, Dinas PU Bina Marga, BPBD, Dinas ESDM, Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan & Perikanan, Disperindag,
Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan & Pariwisata, Bakesbangpol, Bapenda.
Instansi Vertikal terkait di Provinsi Jawa Timur, yaitu: BPS Jawa Timur, BPDASHL
Brantas Sampean, BKSDA Jawa Timur, Perum Perhutani Divre Jawa Timur, BBWS
Brantas, Perum Jasa Tirta I Malang, BBTKL-PPM Surabaya, BMKG Stamet Juanda,
Kanwil BPN Jawa Timur.
LSM Konsorsium Lingkungan Hidup.
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Bagian Awal ii
SURAT PERNYATAAN
PERUMUSAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
Berdasarkan amanat Pasal 62 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka pemerintah daerah
mempunyai kewajiban mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup untuk
mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu pengembangan sistem informasi
lingkungan hidup dilakukan melalui penyusunan Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup (DIKPLHD), yang didalamnya memuat isu utama
yang menjadi prioritas dalam memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini saya menyatakan bahwa perumusan
isu prioritas lingkungan hidup daerah dalam DIKPLHD Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017 telah dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholder, sehingga isu-isu prioritas lingkungan hidup daerah Provinsi Jawa
Timur ditetapkan sebagai berikut:
1. Penurunan Kualitas Air
2. Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
3. Perubahan Iklim
4. Perubahan Penggunaan Lahan dan Degradasi Lahan
5. Pengelolaan Wilayah Pesisir
Demikian Surat Pernyataan Perumusan Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah
ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, April 2018
GUBERNUR JAWA TIMUR
Dr. H. SOEKARWO
GUBERNUR JAWA TIMUR
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Bagian Awal iii
KATA PENGANTAR
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) yang sebelumnya berjudul
Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), merupakan
laporan mengenai kondisi lingkungan hidup Provinsi
Jawa Timur yang dipublikasi oleh Dinas Lingkungan
Hidup setiap tahunnya. Pelaporan DIKPLHD ini
dilandasi oleh amanat Undang-Undang No. 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yang mewajibkan pemerintah dan pemerintah
daerah untuk menyampaikan informasi tentang kondisi
lingkungan kepada masyarakat luas.
DIKPLHD adalah dokumen yang memuat kondisi aktual
lingkungan (state), tekanan terhadap lingkungan (pressure), dan upaya-upaya
yang dilakukan guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup (response).
Pelaporan DIKPLHD sebagai sarana penyediaan data dan informasi pengelolaan
lingkungan hidup dapat menjadi alat yang berguna dalam menyusun kebijakan
pembangunan, terutama yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan di Jawa Timur. Pengarusutamaan lingkungan hidup dalam
pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dan mendesak untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 menyajikan informasi terkini serta
menyajikan pilihan-pilihan alternatif tentang masa depan lingkungan hidup Jawa
Timur. Hal ini berarti masyarakat dapat lebih memahami kondisi mengenai
lingkungan hidup Jawa Timur, bagaimana risiko terhadap lingkungan, serta upaya
yang perlu dilakukan untuk pengelolaan dan perlindungan lingkungan.
Laporan ini mencatat bahwa beberapa kebijakan telah mendorong perbaikan
kondisi lingkungan. Akan tetapi, tekanan yang dihadapi lingkungan Jawa Timur
saat ini berupa perubahan iklim, perubahan penggunaan lahan dan degradasi
lahan, mengakibatkan penurunan pada bebepara indikator lingkungan hidup. Hal
ini jelas menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan yang berkelanjutan masih
perlu ditingkatkan. Selain itu, interaksi dari beberapa tekanan lingkungan
GUBERNUR JAWA TIMUR
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Bagian Awal iv
menghasilkan dampak kumulatif yang memperkuat ancaman yang dihadapi oleh
Jawa Timur, khususnya untuk wilayah yang dinilai rentan terhadap dampak
perubahan iklim dan peningkatan aktivitas perubahan penggunaan lahan.
Dalam penyusunan DIKPLHD tentunya diperlukan dukungan dari berbagai pihak
baik dalam penyediaan data dan informasi maupun saran masukan untuk
penyempurnaannya. Untuk itu disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah berperan serta secara
aktif hingga tersusunnya Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 ini.
Akhirnya kami berharap semoga dokumen ini bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas perencanaan pembangunan di Provinsi Jawa Timur yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan hidup. Kami juga berharap bahwa dokumen ini dapat
membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat yang lebih besar tentang
masalah lingkungan Jawa Timur serta nilai sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya. Melalui perubahan komitmen yang substansial terhadap upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, diharapkan modal sumber daya
alam yang kita miliki dapat terus menyediakan layanan yang diperlukan untuk
mendukung ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur dalam jangka
panjang.
Surabaya, April 2018
GUBERNUR JAWA TIMUR
Dr. H. SOEKARWO
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif i
Taman Nasional BromoTengger Semeru
Foto: Suwandi Chandra, Medan
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 1
DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary)
PENDAHULUAN
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa. Dalam
kebijakan pembangunannya, Provinsi Jawa Timur telah menetapkan rencana
pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
melalui Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2017 sebagai perubahan Peraturan
Daerah nomor 3 tahun 2014 terdahulu. Perubahan tersebut mengakomodasi
pembagian kewenangan urusan Pemerintah Provinsi untuk mewujudkan
pembangunan dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan dalam keterpaduan dan keberlanjutan program pembangunan
sehingga tercapai tujuan kesejahteraan rakyat. Provinsi Jawa Timur terletak antara
111⁰ 0’ hingga 114⁰ 4’ Bujur Timur dan 7⁰ 12’ hingga 8⁰ 48’ Lintang Selatan dan
memiliki luas wilayah 47.799,75 km2. Secara administratif Provinsi Jawa Timur
terbagi menjadi 38 kabupaten/kota, terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota. Secara
umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur
daratan sebesar 90% dan wilayah Kepulauan Madura sekitar 10%. Kondisi fisik
dan geografis Jawa Timur dikelompokkan menjadi: (1) Bagian Utara dan Madura
merupakan daerah pesisir dan berpotensi berupa pantai, dataran rendah dan
pegunungan; (2) Bagian Tengah merupakan daerah yang relatif subur; (3) Bagian
Selatan-Barat merupakan pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup
besar; (4) Bagian Timur pegunungan dan perbukitan yang memiliki potensi
perkebunan, hutan dan tambang.
Secara umum pembangunan di Jawa Timur pada tahun 2017 mengalami
peningkatan. Memandang PDRB sebagai alat ukur aktifitas eknomi di Jawa Timur
mengalami kenaikan mencapai Rp. 164,16 triliun (atas dasar harga berlaku)
dibandingkan Tahun 2016. Indikator Kinerja Utama sebagai ukuran kinerja
pembangunan menunjukkan angka sebagai berikut: (1) Pertumbuhan Ekonomi
menjadi 5,45%, yang masih melampaui pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh
5,19%; (2) Persentase Kemiskinan menurun dari 11,85% (2016) menjadi 11,2%;
(3) Tingkat Pengangguran Terbuka menurun dari 4,47% (2015) menjadi 4,21%;
(4) Indeks Pembangunan Manusia meningkat dari 69,75 (2016) menjadi 70,27;
dan (5) Disparitas Wilayah yang ditunjukkan dengan Gini rasio mencapai 0,41.
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 2
Namun demikian, keberhasilan pembangunan tersebut perlu disertai dengan
kinerja pengelolaan lingkungan yang memuaskan. Hasil perhitungan Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Jawa Timur oleh Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Timur, menunjukkan nilai 66,29 atau kategori “cukup” pada tahun
2017, sedikit lebih baik dibandingkan dengan IKLH Nasional sebesar 66,19.
Perhitungan IKLH tersebut merupakan komposit perhitungan dari indeks kualitas
udara (IKU) sebesar 85,49; indeks kualitas air (IKA) sebesar 52,77; dan indeks
kualitas tutupan lahan (IKTL) sebesar 62,02. Perhitungan IKLH tersebut berbeda
dengan kajian KLHK terhadap IKLHD Provinsi Jawa Timur karena perbedaan
dasar perhitungan.
IKLH telah ditetapkan sebagai bagian dari indeks kinerja utama Jawa Timur, yang
pada dasarnya telah menetapkan tujuan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development) ke dalam RPJMD. Salah satu poin kebijakan
pembangunan kewilayahan dalam RPJMD Jawa Timur 2014-2019 yaitu peningkatan
fungsi kawasan lindung, kelestarian sumber daya alam dan optimasi fungsi kawasan
budidaya sebagai upaya dalam perlindungan lingkungan sumber daya alam/buatan
dan ekosistemnya dalam rangka pembangunan berwawasan lingkungan.
Untuk membantu perumusan kebijakan terutama yang terkait dengan pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan di Jawa Timur, diperlukan suatu sarana
penyediaan data dan informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD)
Provinsi Jawa Timur tahun 2017 disusun untuk menjelaskan kondisi aktual
lingkungan (state), tekanan terhadap lingkungan (pressure), dan upaya-upaya
yang dilakukan guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup (response). Proses
1.248.767,401.382.501,50
1.539.794,601.689.882,40
1.855.042,50
1.124.464,60 1.192.789,80 1.262.697,10 1.331.418,30 1.405.236,00
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
PDRB Jatim ADHB (miliar)
PDRB Jatim ADHK 2010 (miliar)
6,646,08 5,86 5,44 5,55
6,03 5,565,02 4,79 5,07
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
Pertumb. PDRB ADHK 2010
Pertumb. PDB Nasional
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 3
penyusunan dokumen DIKPLHD dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang
meliputi pembentukan tim penyusun, pembagian tugas, penentuan isu prioritas,
perumusan struktur isi, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dengan
pendekatan Pressure-State-Response (PSR), evaluasi, penyusunan/penulisan
laporan, dan finalisasi (pencetakan serta upload pada Sistem Informasi
Lingkungan Hidup di Kementerian LHK).
ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
Isu prioritas adalah isu utama yang menjadi prioritas dalam memperbaiki kualitas
lingkungan hidup di daerah. Penentuan isu prioritas lingkungan hidup didasari
pada permasalahan terkait lingkungan hidup yang telah, sedang dan/atau akan
dialami. Pada umumnya permasalahan lingkungan hidup menyangkut dimensi
yang luas, yaitu lintas ruang/wilayah, lintas pelaku/sektor, dan lintas generasi.
Penentuan isu prioritas Laporan IKPLHD Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan
pertimbangan: (1) Mendapat perhatian publik yang luas (aktual), (2) Perlu
ditangani segera (urgen), (3) Dampak yang ditimbulkannya terhadap publik
(signifikan), (4) Potensi menimbulkan dampak kumulatif dan efek berganda
(sensitif), dan (5) Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi (konsisten).
Penetapan isu prioritas didasarkan proses secara partisipatif melalui Focus Group
Discussion (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat.
Pelaksanaan FGD dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2018, dan 28-29 Maret
2018 dengan melibatkan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD),
perguruan tinggi dan LSM lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan
hasil FGD dan proses penentuan prioritas isu lingkungan hidup yang
menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP), diperoleh urutan isu prioritas:
1. Penurunan Kualitas Air,
2. Pengelolaan Sampah dan Limbah B3,
3. Perubahan Iklim,
4. Perubahan Penggunaan Lahan dan Degradasi Lahan,
5. Pengelolaan Wilayah Pesisir.
ANALISIS PRESSURE, STATE, DAN RESPONSE ISU
LINGKUNGAN HIDUP
Kondisi lingkungan hidup dipengaruhi berbagai faktor, baik secara langsung dan
juga tidak langsung memicu perubahan lingkungan. Beberapa faktor yang secara
tidak langsung menjadi pemicu terjadinya perubahan kondisi lingkungan hidup di
Jawa Timur yang kemudian disebut sebagai pendorong / drivers adalah aspek
kependudukan dan kegiatan perekonomian.
III.1 Pendorong (Drivers) Perubahan Lingkungan Hidup
Berdasarkan Sensus penduduk Jawa Timur berjumlah 37.565.706 jiwa (tahun
2010) dan meningkat menjadi 39.875,805 jiwa (tahun 2017) berpedoman pada
Permendagri 137/2017. Sehingga laju pertumbuhan selama kurun waktu 2010-
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 4
2017 sebesar 0,66% per tahun. Meskipun proyeksi pertumbuhan penduduk Jawa
Timur tahun 2010-2035 mengindikasikan pola pertumbuhan yang menurun, tetapi
migrasi desa-kota yang cukup tinggi mengindikasikan bahwa Jawa Timur
memiliki pemicu yang relatif ringan, akan tetapi dalam jangka panjang berpotensi
memicu perubahan memburuknya kualitas lingkungan hidup.
Perekonomian Jawa Timur tahun 2017 (c-to-c) tumbuh sebesar 5,45%.
Pertumbuhan positif terjadi pada seluruh lapangan usaha. Pada sisi lain, inflasi
Jawa Timur mencapai 4,04 persen pada posisi sampai dengan Bulan Desember
2017. Inflasi ini lebih tinggi dibandingkan 2 tahun sebelumnya yang tidak
mencapai 4%. Inflasi mempengaruhi laju arus barang dan perdagangan. Dari sisi
investasi, total nilai izin prinsip Tahun 2017 sebesar Rp. 328,15 T yang meningkat
sebesar 434,19% dari Tahun 2016 (Rp. 61,43 T). Total realisasi investasi 2017
sebesar Rp. 152,39 T, dengan capaian 98,29% dari s/d 2016 (Rp. 155,04 T).
Terjadi hubungan terbalik antara kebutuhan manusia dengan sumberdaya alam
atau lingkungan. Artinya semakin banyak dan bervariasi kebutuhan manusia,
maka kemampuan alam untuk menyediakannya semakin terbatas. Apabila trend
tersebut berlangsung terus-menerus, maka pada suatu saat akan terjadi suatu
keadaan dimana pertumbuhan ekonomi tidak dapat ditingkatkan lagi, sementara
kemampuan dan kualitas lingkungan sulit untuk diperbaiki kembali.
III.2 Analisis State-Pressure-Response
III.2.1 Tata Guna Lahan dan Laut
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) di Jawa Timur tahun 2017 sebesar 62,02
mengalami peningkatan dari 61,40 pada tahun 2016. Peningkatan tersebut
dipengaruhi kegiatan penggunaan lahan di daratan.
III.2.1.1 State
Luas lahan di Jawa Timur sebesar 4.779.975 ha, termasuk wilayah pesisir dan laut
sejauh 12 mil dari pantai. Berdasarkan analisa spasial peta penggunaan lahan,
penggunaan lahan utama terbesar adalah lahan kering seluas 1.550.408,59 Ha
(32,96%), disusul oleh sawah seluas 1.428.699,38 ha (30,37%), lahan hutan
1.106.486,79 ha (23,52%), lahan non pertanian 438.732,95 (9,33%), perkebunan
126.244,07 ha (2,68%) dan badan air sebesar 53.603,42 ha (1,14%). Penggunaan
lahan yang mengalami penurunan adalah sawah dan lahan hutan. Luas lahan
kering sebesar 1.550.408,59 Ha, meliputi hutan lahan kering primer (2%), hutan
lahan kering sekunder (25,37%), pertanian lahan kering (42,97%), dan pertanian
lahan kering campur (29,55%). Adapun evaluasi kerusakan tanah di lahan kering
di beberapa daerah masih belum memenuhi baku mutu kerusakan tanah berada di
Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Malang. Kawasan hutan di Jawa Timur
berdasarkan status hutan menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur,
yaitu sekitar 2.121.609,92 Ha, dimana kawasan hutan/hutan negara seluas
1.354.321,27 Ha, luas hutan hak/hutan rakyat seluas 739.156,93 Ha (mengalami
peningkatan 0,3% dari tahun 2016), luas hutan kota seluas 263,42 Ha, Luas
Taman Hutan Raya seluas 27.868,30 Ha.
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 5
Kawasan hutan difungsikan sebagai Hutan Produksi seluas 803.739,84 Ha
(meningkat 1,07% dari tahun 2016), Hutan lindung seluas 319.926,83 Ha, Taman
Nasional seluas 171.939,54 Ha, Taman Wisata Alam seluas 299,20 Ha, Cagar
Alam seluas 12.538,96 Ha, Suaka Margasatwa 18.008,6 Ha, dan Taman Hutan
Raya seluas 27.868,30 Ha. Data Bappeda Provinsi Jawa Timur yang mengacu
pada kesepakatan dengan Kabupaten/Kota di Jawa timur, Luas lahan pertanian
pangan berkelanjutan (LP2B) di Jawa Timur adalah 1.438.543,11 Ha.
Jawa Timur memiliki perairan sepanjang 208.138 km, panjang garis pantai 1.600
km, memiliki 446 pulau, dimana 60% penduduk menempati wilayah Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan (Gerbangkertasusilo)
sebagaimana ditetapkan dalam PP No.26 tahun 2008 tentang Rancana Tata Ruang
Wilayah Wilayah Nasional sebagai Pusat Pelayanan Nasional. Hal ini berdampak
pada trend kualitas dan kuantitas sumber daya alam pesisir.
Ekosistem mangrove di Jawa Timur pada data Tahun 2016 mempunyai kerapatan
1.280 pohon/ha dengan presentase tutupan mangrove 63,18%. Luasan mangrove
meningkat dapat dipertahankan dari tahun 2016 yang berkisar 99.935,641 Ha
menjadi 99.973,02 Ha. Luasan hutan mangrove tersebut berada di Kabupaten
Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Lumajang, Jember, Sidoarjo,
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan dan Kota
Surabaya.
Terumbu karang di Jawa Timur dapat dipertahankan pada luasan 649.988,35 Ha
serupa tahun 2016. Ekosistem terumbu karang yang tergolong kondisi sangat baik
mencapai 35,93% berada di Kabupaten Pamekasan, kondisi baik mencapai 95,9%
berada di Kabupaten Tuban, kondisi sedang mencapai 91,1% berada di Kabupaten
Gresik dan kondisi rusak mencapai 99,65% berada di Kabupaten Gresik.
Ekosistem padang lamun mengalami peningkatan 213% dari luasan 503,63 Ha
menjadi 1.577,45 Ha, namun laju kerusakan masih bervariasi dari 9,8%.
Kerusakan 100% berada di Kabupaten Gresik.
III.2.1.2 Pressure
Tekanan terhadap lahan di Jawa Timur salah satunya ditunjukan dengan luasan
lahan kritis. Lahan kritis mengalami penurunan 35% dari 299.019 Ha (2016)
menjadi 194.342,91 Ha pada tahun 2017. Rincian lahan kritis terdiri dari Lahan
kritis dalam kawasan hutan seluas 55.861,24 Ha. Sedangkan lahan kritis di luar
kawasan hutan seluas 138.481,66 Ha. Lahan kritis terbesar berada diluar kawasan
hutan yaitu mencapai 40% dari keseluruhan luasan lahan kritis yang ada. Untuk
lahan kritis dalam kawasan hutan, paling besar luasannya terdapat di dalam hutan
produksi yaitu 24%. Besarnya perubahan penggunaan lahan yang memengaruhi
kondisi lahan. Perubahan penggunaan lahan di Jawa Timur tahun 2017
ditunjukkan dengan semakin meningkatnya luasan pemukiman sebesar 20.823 Ha
(5,39%), pertambangan 280 Ha (16,41%), tanah terbuka 2.036 Ha (16,53%),
bandara/pelabuhan 50 Ha (1,7%), tambak 7.878 Ha (24,47%), sawah 11.144 Ha
(0,79%), pertanian lahan kering 67.475 Ha (11,27%), pertanian lahan kering
campur 118.009 Ha (34,69%), dan perkebunan 847 Ha (0,68%).
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 6
Tekanan lainnya akibat dampak pengembangan wilayah, meliputi peningkatan
luas permukiman 5,39% dari tahun sebelumnya dengan luasan 386.289 Ha,
pemanfaatan lahan seluas 1.467 Ha (80%) dalam kawasan industri di Jawa Timur,
peningkatan permohonan izin usaha pertambangan dengan jumlah luasan 1.887,48
Ha (meningkat 8,92% dari Tahun 2016).
III.2.1.3 Response
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka meningkatkan Indeks Kualitas
Tutupan Lahan (IKTL) telah menetapkan target capaian dalam dokumen review
RPJMD tahun 2014-2019 dan Review Renstra Dinas Lingkungan Hidup Tahun
2014 – 2019. Target yang telah ditetapkan untuk tahun 2017 adalah 57, sehingga
untuk saat ini tutupan lahan di Jawa Timur sudah mencukupi. Program
Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan dengan anggaran sebesar
Rp. 6.066.183.000,00 dan terealisasi sebesar Rp. 5.988.247.696,00 atau 98,72%.
Anggaran program rehabilitasi sumber daya hutan sebesar Rp. 586,803,118,00
dan terealisasi sebesar Rp. 532,516,362,00 atau 90,75%. Peningkatan tutupan
lahan dilakukan melalui kegiatan penghijauan seluas 157.726,55 Ha dengan
jumlah pohon yang ditanam 78.863.277 buah, kegiatan penghijauan melalui ruang
terbuka hijau (Hutan Kota) di Kabupaten/Kota seluas 106.131,07 Ha dengan rasio
RTH 19,55; kegiatan reboisasi dikawasan seluas 7.010,75 Ha dengan jumlah
pohon 8.607.551 buah.
Untuk menekan laju lahan kritis, DLH Provinsi Jawa Timur telah melakukan
program demplot rehabilitasi luasan lahan kritis di Kabupaten Sampang dan
Kabupaten Ponorogo. Evaluasi kerusakan tanah di lahan kering dan evaluasi
kerusakan lahan kering akibat erosi dilakukan di Kab. Malang, Jember, Lumajang,
Tulungagung, Bangkalan dan Kota Surabaya. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Jawa Timur meningkatkan luasan lahan kritis yang direhabilitasi ±12 ha, dan
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur merehabilitasi kawasan hutan ± 10.326 Ha.
Kebijakan lainnya melalui inventarisasi penyusunan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), dan pendelegasian wewenang
Gubernur kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan validasi
terhadap dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten/Kota.
Pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan melalui pengembangan
hutan rakyat seluas seluas 44.097 Ha terbesar di Kab. Malang sebesar 93.092,64
ha. Dimana rumah tangga miskin di Jawa Timur sebesar 12,93 % yang mencapai
1.368.177 rumah tangga. Upaya lainnya dilakukan melalui model desa konservasi
sebanyak 4 lokasi untuk pengembangan pertanian, ternak, penangkaran satwa dan
produksi madu di sekitar kawasan konservasi. Pengelolaan hutan bersama
masyarakat dilakukan melalaui PHBM dengan LMDH sebanyak 399 kelompok.
Kebijakan pengendalian pesisir dan laut dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur melalui Pergub No.131 tentang Rencana Aksi Pembangunan Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Timur tahun 2016-2019 dan penyusunan penetapan
zonasi RTRW sebagi pengganti Perda No.6 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tahun 2012-2032. Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur melalui program pengembangan
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 7
kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil juga telah menganggarkan sebesar
Rp.36.823.204.856 naik dari tahun 2015 sebelumnya Rp.23.548.703.580. Luasan
mangrove yang direhabilitasi sebesar 100 ha dan terumbu karang sebesar 10 ha.
Untuk memastikan terkelolanya sumberdaya pesisir dan peningkatan
kesejahteraan nelayan, dilaksanakan program peningkatan pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan, yang menghasilkan realisasi penurunan tingkat
kerusakan mangrove sebesar 0,02% dan terumbu karang sebesar 0,001% serta
dengan telah diterbitkannya Perda No.3 tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan. Pemberdayaan masyarakat melalui konservasi mangrove
juga dilakukan oleh PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-
WMO) di Kabupaten Bangkalan, Tuban, Lamongan dan Kota Surabaya.
Konservasi pesisir dan sumber daya laut untuk pemasaran pariwisata dilakukan
Kabupaten Banyuwangi melalui berbagai festival dengan melibatkan kelompok
Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) salah satunya di Bangsring Underwater, yang
merupakan kawasan konservasi perairan, transplantasi terumbu karang dan habitat
ikan hias.
III.2.2 Kualitas Air
DAS Brantas dengan catchment area terluas (13.880 km2) dan sungai mengalir
pada 17 kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak, sehingga DAS Brantas menjadi dasar informasi mengenai kualitas air.
Total penduduk di DAS Brantas hampir 50% dari total penduduk di Jawa Timur
(18.995.043 jiwa dari total 38.847.561). Adapun keberadaan DAS lain yang
berada di Jawa Timur, diantaranya wilayah sungai Bengawan Solo, Bondoyudo-
Bedadung, Madura, Pekalen-Sampean, Baru-Bajulmati, dan Welang-Rejoso tetap
dilaporkan namun tidak dianalisis secara khusus.
III.2.2.1 State
Indeks Kualitas Air (IKA) di Jawa Timur tahun 2017 sebesar 52,77 mengalami
peningkatan dari 50,75 pada tahun 2016 dan masih berada pada status “sangat
kurang”. Adapun Indeks Kualitas Air (IKA) di wilayah sungai strategis Nasional,
yaitu Wilayah Sungai brantas pada tahun 2017 sebesar 47,48 turun dari tahun
sebelumnya sebesar 47,68 dengan kondisi “waspada”. Sedangan kualitas di
wilayah sungai Bengawan Solo naik menjadi 57,75 dari angka 48,75 di tahun
sebelumnya. kondisi sungai bengawan solo dalam kondisi “sangat kurang”.
Program pengendalian pencemaran air telah dilakukan oleh DLH Provinsi Jawa
Timur yang difokuskan pada DAS Brantas, tetapi kondisi hasil pemantauan
konsentrasi beberapa parameter kunci kualitas air yang dilakukan oleh DLH
Provinsi Jawa Timur, Perum Jasa Tirta I, dan Dinas Pengairan Provinsi Jawa
Timur maupun DLH kabupaten/kota menunjukkan bahwa untuk beberapa
parameter kunci melebihi baku mutu kualitas air sungai kelas II. Berdasarkan data
yang dihimpun dan dianalisis, maka kondisi kualitas air sungai di Jawa Timur
menunjukan konsentrasi BOD sebesar 94,38%, Total Coli sebesar 97,2%, Coli
tinja 88,79%, COD sebesar 10,28%, TSS sebesar 50,5% di lokasi pantau melebihi
baku mutu kualitas air sungai. Pada salah satu titik pantau, kualitas air DAS
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 8
brantas tahun 2017, menunjukan BOD 6,61 mg/lt dan COD 22,59 mg/lt,
meningkat dari tahun 2016, BOD 4,52 mg/lt dan COD 12,11 mg/lt.
III.2.2.2 Pressure
Kebutuhan utama kehidupan manusia adalah air bersih untuk memenuhi
kebutuhan. Berbagai macam sumber air bersih akan berpotensi mengalami
perubahan kualitas, kecenderungan penurunan kualitas, akibat peningkatan
aktifitas dan jumlah penduduk. Akibat peningkatan aktifitas penduduk penyebab
menurunnya kualitas air adalah air limbah. Sumber pencemar utama adalah air
limbah domestik dan air limbah industri. Potensi air limbah domestik dipengaruhi
penggunaan air rumah tangga di Jawa Timur yang menggunakan sumber air
minum jenis ledeng berjumlah 995.919 (8,7%), sumur berjumlah 5.571.796
(48,9%), air sungai berjumlah 12.420 (0,1%), air hujan berjumlah 31.828 (1%),
air kemasan berjumlah 3.306.120 (29%), dan sumber air minum lainnya
berjumlah 1.479.301 (13%). Dari jumlah pemakaian air bersih, buangan air dari
aktifitas penduduk berpotensi menyumbangkan salah satu sumber penyakit
mewabah di Jawa Timur, yaitu diare.
Sumber air limbah domestik, salah satunya dipengaruhi oleh perilaku buang air
sembarangan. Prosentase rumah tangga yang buang air besar sembarangan pada
tahun 2017 mencapai 14%. atau 1.638.633 rumah tangga. Adapun wilayah yang
persentase jumlah rumah tangga buang air besar sembarangan lebih dari 40%
berada di Kab. Bondowoso dan Kab. Situbondo. Pendataan 11.397.383 rumah
tangga, sebanyak 8.579.317 rumah tangga sudah memiliki tempat buang air besar
sendiri, sedangkan rumah tangga yang memilki tempat buang air besar bersama
sebanyak 316.166 rumah tangga.
Air limbah industri apabila tidak dikelola secara tepat maka akan menimbulkan
berbagai dampak lingkungan seperti diantaranya kematian ikan, keracunan pada
manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan
moluska, terutama apabila limbah cair tersebut mengandung logam seperti As,
CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb atau Zn. Tingkat beban pencemaran dari
industri/kegiatan usaha dihitung menggunakan metode kalkulasi dasar berupa
pengkalian konsentrasi limbah terukur setiap bulan/periode pemantauan dengan
besaran debit volumetrik dari limbah cair.
Selanjutnya beban air limbah industri yang berhasil diinventarisir dari industri
yang mengikuti PROPER, yaitu sejumlah 169 industri. Dengan demikian dapat
disampaikan bahwa beban pencemaran utama yang belum bisa diturunkan
bersumber dari pencemaran air limbah domestik yang berasal dari aktifitas mandi
dan cuci (grey water) serta limbah tinja (black water). Selain itu, terdapat aktifitas
lain yang merupakan non-point sources (seperti aktifitas pertanian, perkebunan,
erosi tanah, dll).
III.2.2.3 Response
Dalam rangka meningkatkan Indeks Kualitas Air, Pemerintah Provinsi Jawa
Timur telah menetapkan target capaian Indeks Kualitas Air (IKA) dalam dokumen
perencanaan revisi RPJMD tahun 2014-2019. Upaya penanggulangan pencemaran
air dari sektor industri dilaksanakan dengan pemberlakukan Pergub No.72 Tahun
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 9
2013 dan Pergub No.52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri
dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. Meskipun anggaran pengelolaan lingkungan
2,9 % APBD Jawa Timur, dengan beban dan tekanan pencemaran dan/atau
perusakan yang cenderung tinggi, pengawasan langsung terhadap 153 industri
dan/atau kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur, terdiri dari 10 rumah sakit, 10
hotel/apartemen, 6 tempat wisata dan 121 industri telah dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Upaya pengawasan terhadap pelaku
usaha terus dipertahankan yang ditunjukan dengan pengurusan ijin lingkungan
dan ijin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta pengawasan
pengelolaannya oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Hasil
pengawasan yang memberikan nilai ketidaktaatan menjadikan kewajiban
pembinaan pengelolaan lingkungan hingga taat. Patroli air dilakukan setiap bulan
sekali di DAS Brantas sebagai upaya sidak terhadap pelaku usaha yang
membuang air limbah ke Kali Brantas. Patroli air dilaksanakan dengan melibatkan
pihak kepolisian, Perum Jasa Tirta I (pengelola sungai), LSM dan Laboratorium
Lingkungan. Pemberian sanksi administrasi diberikan kepada 2 usaha dan/atau
kegiatan yang telah melanggar peraturan lingkungan hidup. Dari hasil penilaian
PROPER didapat bahwa 85,4% berstatus taat terhadap ketentuan pengelolaan
lingkungan hidup dan 14,6% tidak taat. Kontrol terhadap pelaku usaha juga
dilakukan dengan pembinaan dan bimbingan teknis kepada penghasil air limbah.
Pemberlakuan izin lingkungan dan dan rekomendasi berupa AMDAL, UKL-UPL
& SPPL sebanyak 73 rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahun 2017,
inventarisir data sumber air mengalami peningkatan dalam hal perbaikan data
danau/waduk/embung, sungai dan mata air, karena pemanfaatannya sebagai
sumber air bersih untuk berbagai keperluan, irigasi, domestik dan wisata.
Program kegiatan dalam respons pengurangan air limbah domestik khususnya dari
perumahan/permukiman penduduk dan real esatate dilakukan dengan mendorong
pembuatan IPLT dan IPAL Komunal, yaitu IPAL domestik di bantaran sungai
Brantas. Pengentasan kemiskinan dan penyuluhan sanitasi sehat pada sejumlah
desa/ kelurahan di Kabupaten/Kota yang terverifikasi melakukan buang air besar
sembarangan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan realisasi renovasi
rumah tidak layak huni dengan perbaikan jamban sehat, dan penanganan
permukiman kumuh yang semakin meningkat dengan bertambah luasnya area
penanganan. Bantuan program terhadap daerah sulit air dan daerah terlanda
kekeringan dengan pembangunan embung.
III.2.3 Kualitas Udara
Kondisi lingkungan hidup yang berkaitan dengan kualitas udara terpengaruh juga
dengan kondisi iklim. Informasi kualitas udara disampaikan berdasar hasil
pemantauan kualitas udara menggunakan passive sampler yang melanjutkan
kegiatan Kementerian LHK. Pemantauan menggunakan pengamatan sesaat tetap
dilaporkan namun tidak dianalisis secara khusus. IKU menggunakan metode
passive sampler lebih memberikan keberlanjutan pelaksanaan pemantauan
kualitas udara daerah/perkotaan karena lebih dapat dilaksanakan Kabupaten/Kota.
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 10
III.2.3.1 State
IKU di Jawa Timur tahun 2017 dihitung berdasarkan hasil pemantauan passive
sampler pada 38 (seluruh) Kab./Kota di Jawa Timur. Hasil perhitungannya
menunjukkan nilai 85.49, yang berarti sangat baik. Pada tahun sebelumnya
(2016), passive sampler dilakukan pada 15 Kab./Kota di Jawa Timur dengan
perolehan IKU sebesar 83,37. Angka IKU secara keseluruhan mengalami
peningkatan. IKU terbaik Jawa Timur dicapai oleh Kab. Sumenep dengan nilai
89,07. IKU terendah terdapat pada Kab. Probolinggo 79,69, Kota Surabaya 74,86
dan Kab. Gresik 65,81.
Dengan metode passive sampler diperoleh konsentrasi CO tidak memenuhi Baku
Mutu dibeberapa wilayah di Jawa Timur, diantaranya Kabupaten Kediri,
Kabupaten Lamongan, Kota Mojokerto dan Kabupaten Situbondo. Konsentrasi
CO rata-rata diseluruh lokasi adalah 6.917,34µg/Nm³. Nilai CO tertinggi ada pada
area perumahan dan road side di Kab. Situbondo (29.002,00µg/Nm³). Konsentrasi
O3 di seluruh wilayah Kab./Kota di Provinsi Jawa Timur memenuhi Baku Mutu,
dimana O3 rata-rata diseluruh lokasi adalah 31,05µg/Nm³. Nilai O3 tertinggi ada
pada area Industri di Kab. Bangkalan (131,3µg/Nm³). Konsentrasi Debu/Total
Suspended Particulate Partikulat (TSP) secara umum masih memenuhi baku
mutu, dimana konsentrasi rata-rata partikulat di seluruh lokasi adalah
95,67µg/Nm³. Namun demikian, di beberapa lokasi tampak kadar partikulat
melampaui baku mutu yang ditetapkan, antara lain di area Permukiman
Lamongan, Mojokerto, Nganjuk, dan area Industri di Surabaya. Area Industri di
Surabaya memiliki nilai partikulat tertinggi (781,6µg/Nm³). konsentrasi Pb di
seluruh wilayah Kab./Kota di Provinsi Jawa Timur jauh dibawah Baku Mutu,
dimana Konsentrasi Pb rata-rata diseluruh lokasi adalah 0,16µg/Nm³.
Menurut laboratorium kualitas udara Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), rata-rata kualitas air hujan di Jawa Timur pada tahun 2017
mempunyai kandungan derajat keasaman (pH) sebesar 5.14, lebih tinggi dari
tahun 2016 (4,77) dan tahun 2015 (5,08). Hal ini menunjukan bahwa air hujan di
Jawa Timur mempunyai kecenderungan bersifat asam. Curah hujan rata-rata di
Jawa Timur mengalami peningkatan, dengan suhu udara rata-rata 26,16º.
III.2.3.2 Pressure
Tekanan kondisi kualitas udara di Jawa Timur disampaikan berasal dari beberapa
kegiatan berikut untuk melihat kecenderungan perubahan tekanan dari tahun
terdahulu:
1. Transportasi
Pada tahun 2017, penggunaan bahan bakar sektor transportasi didominasi oleh
bensin sebanyak 15,34 juta kilo liter per tahun (naik dari tahun 2016 sebesar 14,46
juta kilo liter per tahun) dan solar 10,27 juta kilo liter per tahun (naik dari tahun
2016 sebesar 6,72 juta kilo liter per tahun) menghasilkan emisi gas rumah kaca
sebesar 63,91 Gg CO2e, naik dari tahun 2016 sebesar 52,12 Gg CO2e. Jumlah
kendaraan di Jawa Timur pada tahun 2016 sebanyak 15,67 juta unit dan menjadi
17,96 juta unit di tahun 2017, artinya mengalami peningkatan sebesar 15,25%.
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 11
2. Industri & pembangkit
Jumlah industri pada tahun 2017 menunjukkan angka 792 ribu untuk industri
kecil, 21,5 ribu industri skala menengah dan 118 industri besar. Angka ini
meningkat dari tahun 2016, dimana berturut-turut untuk industri kecil 0,07%,
industri menengah 5,36% dan industri besar 2,96%. Keberadaan industri kecil dan
menengah dengan jumlah besar berkontribusi besar terhadap pencemaran udara.
Keberadaan teknologi pengendali pencemaran udara yang murah belum banyak
berkembang dan digunakan oleh pelaku usaha skala kecil dan menengah. Industri
skala besar pada umumnya telah diawasi sedemikian rupa oleh pemerintah dan
pihak-pihak terkait sehingga sebagian besar telah memiliki infrastruktur
pengendali pencemaran udara yang baik. Jawa Timur memiliki beberapa industri
pembangkit (PLTU) untuk menyuplai energi listrik di Jawa, Madura dan Bali.
Bahan bakar utama industri pembangkit adalah batubara. Pada sektor pembangkit,
penggunaan energi pembangkit dengan batu bara sebesar 15.875.006 ton/tahun.
Sektor yang berpotensi tinggi dalam pencemaran udara yang menghasilkan gas
SO2 dan NO2.
3. Sampah domestik
Pengelolaan sampah di Jawa Timur sebagian besar belum melaksanakan sistem
sanitary landfill, serta beberapa masih menggunakan sistem controled landfill dan
open dumping. Potensi timbulan gas dari aktifitas pengelolaan sampah oleh
masyarakat dengan cara pembakaran langsung juga masih besar. Timbulan
sampah domestik berpotensi mengemisikan CO2, N2O dan CH4. Timbulan
sampah di Jawa Timur tahun 2017 sebesar 17.498.160 Kg/hari, terbesar di Kota
Surabaya (1.717.440 Kg/hari) dan terkecil di Kota Mojokerto (63.200 Kg/hari).
4. Kebakaran hutan dan aktifitas pembakaran lain
Kebakaran hutan pada tahun 2017 seluas 1.013,90 Ha, meningkat dari tahun 2016
sebesar 1.852,05 Ha. Kebakaran hutan dan aktifitas pembakaran lain berpotensi
menghasilkan Emisi gas berupa CO2, CO, PM10, PM2.5, NOx, CH4, senyawa
organik volatil, HC, dll. Kebakaran hutan di dalam kawasan pada tahun 2017
tercatat berasal dari wilayah Kab.Ponorogo, Kab. Trenggalek, Kab. Lumajang,
Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab. Probolinggo, Kab. Mojokerto, Kab.
Nganjuk, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Bojonegoro, dan Kota Batu. Aktifitas
pembakaran lain yang terpantau sebagai sebaran titik panas dan berbentuk seperti
pembakaran sampah pertanian dan pembakaran untuk aktifitas domestik juga
berkontribusi menambah beban pencemaran.
III.2.3.3 Response
Pengendalian kualitas udara dapat diupayakan ddari peningkatan Indeks Kualitas
Udara (IKU). Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menetapkan target capaian
IKU dalam revisi RPJMD tahun 2014-2019. Kebijakan pengendalian pencemaran
udara dilakukan melalui penerapan baku mutu udara emisi dan ambien melalui
Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009. Upaya lain juga melalui
Penerapan Peraturan Gubernur Jawa Timur No.67 Tahun 2012 tentang Rencana
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dikontrol oleh SKPD
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 12
terkait di level provinsi dengan dana APBD Provinsi Jawa Timur. Pemantauan
kualitas udara ambien secara rutin pada lokasi pemukiman, lalu lintas padat dan
sekitar industri di 38 kabupaten/kota. Penerapan ecco office melalui surat edaran
Gubernur Jawa Timur.
Program kegiatan melalui pendekatan/pengenalan dilakukan dengan program
pembinaan dan penilaian kinerja lingkungan Instansi pemerintah, swasta maupun
masyarakat umum yang berdampak pada perbaikan mutu udara seperti pembinaan
pengelolaan lingkungan bagi industri dan kegiatan usaha lainnya, penghargaan
PROPER dan industri hijau untuk industri oleh K/L terkait, penghargaan
Kalpataru, Adiwiyata, Program Desa/Kelurahan Bersih Sehat Lestari (Berseri),
Perindangan dan Hutan Kota, Program Kampung Iklim untuk skala dusun, car
free day, penghijauan dan reboisasi. Program kegiatan melalui pengendalian
berupa pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan.
III.2.4 Resiko Bencana
III.2.4.1 State
Jawa Timur mengalami 413 kejadian bencana pada tahun 2017. Akibat banjir di
tahun 2017 diperkirakan total area terpendam seluas 4.764 Ha dengan kerugian
sebesar Rp. 1.072.000.000,00. Kerugian ekonomi akibat banjir tersebut dialami 15
Kabupaten/Kota. Bencana kekeringan terjadi pada kisaran Bulan Agustus sampai
dengan September yang mengenai 130 desa yang tersebar di Kab. Tuban, Kab.
Pacitan, Kab. Ponorogo, Kab. Sumenep, Kab. Pamekasan, Kab. Sampang, Kab.
Lumajang, Kab. Pasuruan, Kab. Situbondo, Kab Nganjuk, Kab. Jombang, Kab.
Trenggalek, Kab Banyuwangi, Kab. Mojokerto, dan Kab. Bojonegoro. Kebakaran
wilayah hutan di Jawa Timur pada tahun 2017 seluas 1.907,22 Ha meningkat
893,32 Ha dibanding tahun 2016.
III.2.4.2 Pressure
Intensitas bencana pada 2017 menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya, dari
2.384 bencana selama 2016, menjadi 413 bencana selama 2017. Kejadian bencana
dikarenakan tingginya curah hujan di awal tahun (Januari s.d Maret) 2017 dengan
curah hujan tertinggi 749,8 mm dari pengamatan di Stasiun Geofisika Sawahan
Nganjuk. Rata-rata curah hujan dari 5 (lima) stasiun pengamatan sebesar 188,751
mm. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 29 hari. Curah
hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 6,38 mm/bulan. Bencana juga
diprakirakan disebabkan adanya perubahan tata guna lahan terutama di daerah
hulu dan bantaran sungai, serta adanya lahan kritis di DAS.
III.2.4.3 Response
Pengendalian bencana di Jawa Timur dilakukan dengan pemetaan wilayah rawan
bencana, penyusunan rencana terintegrasi (rencana kontigensi) yang dilakukan
oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota, masyarakat serta lembaga usaha dalam
menghadapi ancaman bencana. Guna mengantisipasi terjadinya longsor akibat
curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun 2016 ini, BPBD Jatim
mengoptimalkan ekstensometer. Alat untuk mendeteksi dini gerakan tanah atau
longsor itu menjadi upaya mitigasi mengurangi resiko jatuhnya korban dan
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 13
pemasangan sistem peringatan dini Early Warning Systems (EWS) yang dipasang
berfungsi untuk pengendali bencana tsunami, banjir, tanah longsor dan gunung api
sebanyak 74 titik. Kegiatan lainnya adalah pembangunan embung untuk
pengendalian kekeringan.
Dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana dilakukan edukasi
penanggulangan bencana (pena sekolah), simulasi/gladi posko bencana banjir,
tsunami dan gunung api, inisiasi KKN tematik bencana, serta pembentukan desa
tangguh bencana yang sudah terbentuk sebanyak 72 selama tahun 2017. Terhadap
korban terdampak bencana, Pemerintah Provinsi menangani 100% korban
sebanyak 18.460 jiwa. Pelaksanaan program kegiatan konservasi kawasan hutan
seluas 10.300 Ha. Meningkatkan kegiatan patroli dan pengawasan terhadap lokasi
yang berpotensi terjadi kebakaran hutan. Penyuluhan/bimbingan kepada
masyarakat sekitar hutan untuk aktif berpartisipasi dalam upaya melakukan
pencegahan kebakaran hutan.
III.2.5 Perkotaan
III.2.5.1 State
Jumlah penduduk Jawa Timur sebesar 39.292.972 jiwa dengan perkiraan jumlah
rumah tangga sebesar 10,580,406, dimana 12,93% merupakan rumah tangga
miskin. Penduduk berkontribusi terhadap besarnya timbulan 17.498.160 kg/hari
sampah dengan asumsi komposisi sampah organik 60% dan sampah plastik 14%.
Berkaitan dengan potensi penyakit yang ditimbulkan permasalahan sanitasi,
penyakit masyarakat tertinggi ISPA dilanjutkan diare. Tak hanya sampah rumah
tangga maupun sampah sejenis rumah tangga, jenis sampah spesifik yang
mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3) juga memiliki
potensi besar dihasilkan dari sektor industri. Limbah B3 yang dihasilkan di Jawa
Timur bersumber dari kegiatan industri dan fasilitas pelayanan kesehatan.
Sedangkan, industri pengelola limbah B3 di Jawa Timur masih sedikit.
III.2.5.2 Pressure
Pengelolaan sampah selama ini masih menggunakan metode controlled landfill
dan open dumping, sehingga belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan
sampah yang berwawasan lingkungan. Permasalahan sampah mulai muncul pada
saat jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas akibat dari tingginya angka
pertumbuhan penduduk dan semakin beragamnya aktifitas seiring dengan
pesatnya kegiatan pembangunan. Selain itu, aspek pembiayaan sering menjadi
kendala suatu daerah dalam mengatasi masalah sampah, karena APBD yang
terbatas untuk penanganan dan pengelolaan sampah. Begitu juga, partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah dan pengurangan jumlah sampah yang
dihasilkan masih minim. Pengelolaan sampah di Jawa Timur dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu diangkut, ditimbun, dibakar, dibuang ke kali atau tempat
lainnya. Pengelolaan dengan cara diangkut khususnya untuk pemukiman yang
terlayani angkutan truk sampah untuk selanjutnya dikelola di TPA, sedangkan
bagi yang tidak terlayani angkutan truk sampah pada umumnya sampah ditimbun
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 14
atau dibakar di pekarangan rumah, bahkan ada sebagian penduduk yang masih
membuang sampah ke sungai terutama yang pemukimannya di bantaran sungai.
Pengelolaan limbah B3 oleh beberapa hotel dan rumah sakit di Provinsi Jawa
Timur masih belum optimal. Jenis limbah B3 yang umumnya dihasilkan hotel
adalah lampu bekas, oli bekas dan aki bekas. Sedangkan untuk rumah sakit, yaitu
limbah laboratorium dan sisa operasi juga termasuk dalam limbah B3. Hal inilah
yang menyebabkan biaya pengolahan limbah B3 menjadi mahal. Dikarenakan
biayanya yang mahal, beberapa hotel dan rumah sakit kurang memperhatikan
pengolahan limbah B3 dan melakukan tindakan pembuangan limbah B3 ke media
lingkungan secara illegal. Padahal, jenis limbah ini termasuk jenis yang berbahaya
bagi lingkungan.
III.2.5.3 Response
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, kebijakan pengelolaan
sampah diwujudkan melalui Perda No.4 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah
Regional. Selain itu, berbagai kajian potensi limbah B3 dan timbulan sampah
telah mendorong kebijakan rencana pembangunan Pusat Pengelolaan Sampah dan
Limbah B3 (PSLB3) yang akan dibangun di Kabupaten Mojokerto sebagai solusi
pengelolaan limbah B3 secara tepat dengan biaya yang relatif terjangkau.
Peningkatan peran serta masyarakat dilakukan melalui program Adiwiyata,
Desa/Kelurahan Berseri, Program Kampung Iklim (Proklim) dan Adipura.
Pelayanan masyarakat untuk memastikan lingkungan yang baik dan sehat melalui
penanganan kasus pengaduan sebanyak 49 kasus. Disisi lain para pihak yang
terkait juga mengembangkan rumah bank sampah, dan perbaikan kondisi TPA
minimal menjadi controlled landfill. Penumbuhan kesadaran masyarakat
meminimasi timbulan sampah ke TPA dengan meningkatkan peran bank sampah
jumlah 3.981 dan peningkatan pembangunan tempat pembuangan sampah 3R.
Kemampuan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam programnya tidak
bergantung pada bantuan Pemerintah pusat melalui satuan kerja pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman Jawa Timur dalam pembangunan TPST.
INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
Pengelolaan lingkungan hidup sebagai unsur terpenting dalam pembangunan di
Jawa Timur, hal tersebut telah dilakukan sinergi/sinkronisasi RPJMN dan
RPJMD, dengan merevisi RPJMD 2014-2019. Indikator Kepala Daerah yang
sebelumnya hanya fokus pada Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical
Oxygen Demand (COD), kini telah diubah menjadi Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH) dengan target hingga akhir 2019 sebesar 68,50.
Anggaran pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur tahun 2016
sebesar Rp.721.182.711.296 atau sekitar 2,91% dari total belanja daerah, pada
tahun 2017 naik menjadi Rp. 832.116.780.640,00 pada tahun 2017. Secara khusus
anggaran DLH Provinsi Jawa Timur naik dari Rp.24.848.114.500 pada tahun
2015 menjadi Rp.42.885.309.000 pada tahun 2016, dan Rp. 46.934.772.800,00
pada tahun 2017. Penggunaan anggaran di tahun 2017 difokuskan untuk
DIKPLHD Provinsi Jawa Timur │ 2017
Ringkasan Eksekutif 15
melanjutkan rencana pembangunan pusat pengelolaan sampah dan limbah B3
(PSLB3), yang nantinya diharapkan mampu untuk mengurangi biaya operasional
pengelolaan limbah B3 bagi pelaku usaha di Jawa Timur. Dalam mendukung
penguatan pendanaan bidang lingkungan hidup telah dilakukan kerjasama dengan
beberapa perusahaan melalui CSR, Public Private Partnership Agreement (PPPA)
dan Non-Governmental Organization (NGO).
Peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan melalui beberapa program
unggulan tingkat nasional dan daerah. Penghargaan yang diperoleh pada tahun
2017, antara lain: Kalpataru (untuk Kelompok Nelayan Samudra Bakti) dan 7
pelestari lingkungan hidup, Adipura Kencana (3 Kabupaten/Kota), Adipura (17
Kabupaten/Kota), Adiwiyata (Tingkat Mandiri 25 sekolah, Tingkat Nasional 108
sekolah, Tingkat Provinsi 120), 3 Desa Proklim Utama, dan penghargaan
IKPLHD Provinsi terbaik tingkat Nasional. Sedangkan untuk beberapa program
yang dikembangkan di Jawa Timur antara lain: Program BERSERI (Bersih Indah
dan Lestari), PERMATA (Perlindungan Mata Air), sejuta biopori, pengembangan
bank sampah, pengembangan energi alternatif (energi terbarukan), sistem EWS
bencana, embung geomembran, pembangunan sanitasi untuk limbah domestik
pada kawasan kumuh dan bantaran sungai.
Sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menetapkan Perda
No.11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan
Pergub Jawa Timur No.76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi
Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Timur. Dengan penetapan tersebut Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur berubah
menjadi lembaga yang portofolio dalam pengelolaan lingkungan di Jawa Timur.
Dalam rangka penguatan pemantauan kualitas lingkungan, Provinsi Jawa Timur
telah memiliki UPT Laboratorium Lingkungan yang terakreditasi KAN. Dalam
mendukung pembangunan berkelanjutan Provinsi Jawa Timur juga telah
menetapkan kawasan ekoregion sebagai dasar penyusunan Kajian Daya Dukung
dan Daya Tampung Lingkungan (D3TL) dan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH).
-o§§§o-