Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN STRATEGI PEMBELAJARAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
BELAJAR DAN BAGAIMANA MENGAJARKAN SAINS
OLEH:
AZZAHROTUL HASANAH (17176020)
HUTDIA PUTRI MURNI (17176006)
TIARA VODELF (17176017)
DOSEN: Dr. LATISMA DJ, M.Si
PRORAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal peserta didik, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta
didik;
2. Faktor eksternal peserta didik, yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik;
3. Faktor pendekatan bealajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik
untuk melakukan kegiatan mempelajari matri-materi pelajaran.
Selanjutnya Muhibbin Syah menjelaskan bahwa faktor internal peserta didik
meliputi: (a) aspek fisiologis, seperti keadaan mata dan telinga; (b) aspek psikologis,
seperti intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik. Sedangkan faktor
eksternal peserta didik meliputi: (a) lingkungan sosial peserta didik; (b) lingkungan non
sosial (rumah, gedung sekolah, dan sebagainya).
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik sebagaimana
dikemukakan di atas, faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik, sehingga semakin mendalam cara belajar peserta didik semakin baik
hasilnya. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: (a)
pendekatan tinggi (spseculative and achieving); (b) pendekatan sedang (analitical and
deep); (c) pendekatan rendah (reproductive and surface).
Untuk memperjelas uraian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Pembelajaran tersebut di atas, berikut ini penulis sajikan dalam sebuah tabel.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Ragam faktor dan Elemennya
Internal Peserta Didik Eksternal Peserta Didik Pendekatan Belajar
Peserta Didik
1. Aspek Fisiologis:
- Tonus jasmani
- Mata dan Telinga
2. Aspek Psikologis
- Intelegensi
- Sikap
- Minat
- Bakat
- Motivasi
1. Lingkungan Sosial:
- Keluarga
- Guru dan staf
- Masyarakat
- Teman
2. Lingkungan nonsosial:
- Rumah
- Sekolah
- Peralatan
- Alam
1. Pendekatan Tinggi
- Speculative
- Achieving
2. Pendekatan Sedang
- Analitical
- Deep
3. Pendekatan Rendah
- Reproductive
- Surface
1. Motivasi
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata sebagai dikutip Djaali adalah keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
tertentu guna pencapaian suatu tujuan.Menurut Abdurrahman Shaleh
bahwaMotivasi merupakan pendorong suatu organisme untuk melakukan sesuatu.
Dimyati mengemukakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Sementara menurut Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi
adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang
yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu.Greenberg menyatakan bahwa
motivasi adalaah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku
arah dan tujuan. Djaali mengemukakan bahwa motivasi aadalah kondisi fisiologis
dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya
motivasi, Abraham Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia
terbagi atas lima tingkatan, yaitu:
a Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuan pokok yang harus dipenuhinya dengan
segera seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian, dan bertempat
tinggal.
b Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperroleh
keselamatan, keamanan, jainan, atau perlindungan dari ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala
aspeknya.
c Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai,
dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
d Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan
menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
e Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk
memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi
yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil
prestasi yang luar biasa.
Sementara itu McClelland mengemukakan bahwa di antara kebutuhan hidup
manusia terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan.
Karena uraian ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
pemnelajaran, maka konteks motivasi yang sesuai di sini adalah motivasi
berprestasi. Dengan demikian, motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam dirii peserta didik
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin).
McCllelland dalam The Encyclopedia Dictionary of Psychology yang
disususun oleh Hare dan Lamb mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi
merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar
kepandaian atau standar keahlian. Sementara itu, Heckhausen mengemukakan
bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa
yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara
kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan
standar keunggulan.
2. Sikap
Trow sebagai dikutip Djaali mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan
mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. 30
Sementara Allport seperti dikutip Gable mengemukakan bahwa sikap adalah
sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepada respon indidividu terhadap semua obyek
atau situasi yang berhubungan dengan obyek itu. 31 Harlen mengemukakan
bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak
dalam menghadapi suatu obyek atau situasi tertentu.
Dari beberapa pengertian sikap di atas, maka sikap merupakan
kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan obyek tertentu. Sikap bukan
tindakan nyata (overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (cover
behavior).
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, sikap belajar dapat
diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal
yang bersifat akademik.
Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua
komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan Education Acceptance (EA).
Teacher Approval berhubungan dengaan pandangan siswa terhadap guru-guru;
tingkah laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun Education Acceptance
terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai,
materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah.
Sikap belajar berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap
belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu,
apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar
lebihaktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik
dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.
Cara mengembangkan sikap belajar yang positif:
a. Bangkitkan kebutuhan untuk menhargai keindahan, untuk mendapat
penghargaan, dan sebagainya;
b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau;
c. Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
d. Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,
membaca, demonstrasi, dan sebagainya.
3. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.36 Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and Crow
mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya yang mendorong seseorang
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Jadi, minat dapat diekpresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa
sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
4. Kebiasaan Belajar
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mempunyai
korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit. Witherington dalam
Andi Mappiare 1983 mengartikan kebiasaan (habit) sebagai: An acquired way of
acting which is persistent, uniform, and fairly automatic (Kebiasaan merupakan
cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada
akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis). Perbuatan kebiasaan tidak
memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan
dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau mem[erhatikan hal-hal
lain. Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap
pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan
tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar
dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Delay Avoidan (DA) dan Work Methods (WM).
DA menunjuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas0tugas akademis,
menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian
tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam
belajar. Adapun WM menunjuk kepada penggunaan cara (prosedur) belajar ang
efektif, dan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan
belajar.
5. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan
perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang
lain.40 Di sini konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang
keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya
sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh
individubersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang
tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan
dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Konsep diri pada mulanya berasal dari perasaan dihargai atau tidak
dihargai, apakah ia diterima dan diinginkan kehadirannya oleh keluarganya.
Perasaan inilah yang menjadi landasan dari pandangan, penilaian, atau bayangan
seseorang mengenai dirinya sendiri yang keseluruhannya disebut konsep diri.
Dalam teeori psikoanalisis, proses perkembangan konsep diri disebut
proses pembentukan ego (the process of ego formation). Menurut aliran ini, ego
yang sehat adalah ego yang dapat mengontrol dan mengarahkan kebutuhan
primitif (dorongan libido) supaya setara dengan dorongan dari super ego serta
tuntutan lingkungan. Untuk mengembangkan ego atau diri (self) yang sehat adalah
dengan memberikan kasih sayang yang cukup dan dengan cara orang tua
menunjukkan sikap menerima anaknya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, terutama pada tahun-tahun pertama dari perkembangnannya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa konsep diri terbentuk karena empat faktor,
yaitu: (1) kemampuan (competence); (2) perasaan mempunyai arti bagi orang lain
(significance to others); (3) kebajikan (virtues); (4) kekuatan (power).
B. HAKIKAT PEMBELAJARAN SAINS
Dari sudut bahasa, sains atau science (bahasa inggris), berasal dari bahasa latin,
yaitu arti kata scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas
dalam penggunaan sehari-hari, itu perlu dimunculkan kajian etimologi kajian lainnya.
Para ahli memandang batasan etimologis yang tepat tentang sains yaitu dari bahasa
jerman, hal itu dengan merujuk pada kata wisseschaft, yang memiliki pengertian
pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis. Secara konseptual
terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan oleh para ahli :
1. Amien (2002), mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang
lingkup zat dan energy, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup,
lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia
dan biologi.
2. James Conant dalam Holton dan Roler (2000), mendefinisikan sains sebagai suatu
deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang
tumbuh sebagai hasil serangkaian perubahan dan pengamatan serta dapat diamati
dan diuji coba lebih lanjut.
3. Fisher (2003), mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada
pengamatan dengan penuh ketelitian.
Hakikat pembelajaran Sains adalah pembelajaran yang mampu merangsang
kemampuan berfikir siswa meliputi empat unsur utama (1) sikap: rasaingin tahu tentang
benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah baru yang dapat dipecahkan melalui proseduryang benar; (2) proses: prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah;metode ilmiah meliputi penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan; (3) produk: berupa fa ta, prinsip, teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan
metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses
pembelajaran sains keterlibatan keempat unsur ini, diharapkan dapat membentuk peserta
didik memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan metode ilmiah, dan meniru cara
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
C. CARA MENGAJARKAN SAINS
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah
alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-akibat,
hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Carin dan Sund (1993)
mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur,
berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas
dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan
keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai
apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan
pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara
berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan sains selalu tertarik dan
memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa
tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.
Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses atau
metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia yang
selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan hubungan sebab-akibatnya
akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang selalu ingin dipecahkan dengan
prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi metode ilmiah. Metode ilmiah
mencakup perumusan hipotesis, perancangan percobaan, evaluasi atau pengukuran, dan
akhirnya menghasilkan produk berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, teori, hukum, dan
sebagainya.
Sains dan Proses Pembelajaran
Sains pada dasarnya mencari hubungan kausal antara gejala-gejala alam yang
diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains seharusnya mengembangkan
kemampuan bernalar dan berpikir sistematis selain kemampuan deklaratif yang selama
ini dikembangkan. Salah satu inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-
model pembelajaran sains yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu
pendidikan sains. Hal ini berarti, belajar sains tidak hanya belajar dalam wujud
pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang
pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh informasi, cara sains dan teknologi
bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar sains
memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan
mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah,
dan sebagainya.
Pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Dengan
demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu mengembangkan sejumlah pengetahuan
yang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan kajian
kerja ilmiah adalah :
a) mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/ penelitian.
b) mampu mengkomunikasikan pengetahuannya.
c) mampu mengembangkan keterampilan berpikir.
d) mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.
Selanjutnya, bahan kajian sains yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan
penerapannya adalah:
a) memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang makhluk hidup dan
proses kehidupan.
b) memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang materi dan sifatnya.
c) memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang energi dan
perubahannya
d) memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang bumi dan alam
semesta; serta.
e) memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang hubungan antara
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains,
diantaranya adalah keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan
hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan
keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan,
mengkomunikasikan, hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi
faktual untuk menguji gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pembelajaran
sains, yaitu cara memberi tahu dan cara berbuat, akan membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitarnya dengan
mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dalam interaksi aktif dengan teman,
lingkungan, dan nara sumber lainnya.
D. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN SAINS
a. Pendekatan induktif
Merupakan pendekatan pembelajaran yang dimulai dari yang khusus sampai
atau menuju yang umum, atau mulai dari contoh-contoh sampai suatu
kesimpulan
b. Pendekatan deduktif
Merupakan kebalikan dari pendekatan induktif, yaitu pendekatan yang dimulai
dari yang umum sampai atau menuju pada yang khusus, atau dimulai dari
kesimpulan sampai kepada contoh-contoh
c. Pendekatan Lingkungan
Merupakan pendekatan yang mengarahkan anak didik memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar. Dalam pelaksanaan pendekatan lingkunagn
umumnya anak didik di bawa belajar keluar kelas. Tapi tidaklah mustahil
dalam kondisi tertentu atau untuk mempelajari objek tertentu dapat
dilaksanakan membawa lingkungan ke dalam kelas atau kedalamlaboratorium.
d. Pendekatan konsep
Merupakan pendekatan yang mengarahkan anak didik untuk menguasai konsep
secara benar. Pendekatan ini sangat penting untuk menghindari anak didik
salah konsep.
e. Pendekatan proses
Merupakan Pendekatan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Bila anak didik sudah dapat melakukan proses
pembelajaran dengan baik dan benar di asumsikan akan dapat menerima hasil
belajar dengan baik.
f. Pendekatan pemecahan masalah (problem solving)
Merupakan pendekatan yang mengarahkan atau melatih anak didik untuk
mampu memecahkan masalah dalam bidang ilmu atau bidang studi yang
dipelajari. Masalah adalah perbedaan ataukesenjangan yang terjadi antara yang
diinginkan dengan kenyataan yang terjadi sehingga timbul keinginan untuk
memecahkannya atau mencari solusi.
g. Pendekatan inkuiri
Merupakan pendekatan yang mengarahkan anak didik untuk menemukan
pengetahuan, ide dan informasi melalui usaha sendiri.
h. Pendekatan sains teknologi masyarakat
Pada dasarnya pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran
dilaksanakan oleh guru melalui topik yang dibahas dengan jalan
menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaanya di
masyarakat. Tujuannya antara lain adaah untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar di samping memperluas wawasan peserta didik.
E. METODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS
1. Metode Pembelajaran – Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang paling umum atau paling banyak
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan metode
ceramah pada umumnya digunakan karena sudah menjadi kebiasaan dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Di samping itu juga, metode ceramah digunakan karena
guru biasanya belum puas kalau dalam kegiatan pembalajaran tidak melakukan
ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru
yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga kalau ada guru yang
berceramah berarti ada kegiatan pembelajaran dan jika tidak ada guru berarti tidak
ada kegiatan pembelajaran.
2. Metode Pembelajaran – Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan siswa suatu
permasalahan untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga akan terjadi interaksi
antara dua atau lebih siswa untuk saling bertukar pendapat, informasi, maupun
pengalaman masing-masing dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh
guru. Metode diskusi sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah serta melatih siswa untuk
mengeluarkan pendapat secara lisan. Setiap metode pembelajaran pasti memiliki
keunggulan dan kelemahan, begitu juga dengan metode diskusi. Ada beberapa
keunggulan dari metode diskusi, yaitu:
a. Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir.
b. Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara
bebas.
c. Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
d. Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif aktif dikalangan siswa.
e. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat
orang lain.
f. Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat
Di samping itu juga, ada beberapa kelemahan-kelemahan penggunaan metode
diskusi, di antaranya:
a. Diskusi terlalu menyerap waktu.
b. Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan
waktu diskusi dengan baik, maka kecenderungannya mereka tidak sanggup
berdiskusi.
c. Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara melaksanakan diskusi,
maka kecenderungannya diskusi tanya jawab.
3. Metode Pembelajaran – Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah interaksi dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan komunikasi verbal, yaitu dengan memberikan siswa pertanyaan
untuk dijawab, di samping itu juga memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengajukan pertanyaan kepada guru. Metode tanya jawab digunakan sebagai
sarana untuk menguji penguasaan siswa secara verbal terhadapa materi yang telah
dipelajari. Di samping itu, metode jawab memberikan kesempatan kepada siswa
untuk lebih memahami pelajaran yang belum dimengerti dengan cara bertanya.
Metode tanya jawab sebaiknya digunakan pada materi-materi pelajaran umumnya
sulit dimengerti siswa.
Keunggulan-keunggulan dari metode tanya jawab adalah:
a. Pertanyaan menarik dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun
ketika siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan cara berpikir, termasuk
daya ingatan.
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
4. Metode Pembelajaran – Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi digunakan untuk memperagakan tentang suatu proses,
situasi, atau benda tertentu terkait dengan materi pelajaran yang dipelajari dengan
tujuan menyajikan pelajaran dengan lebih konkrit sehingga materi pelajaran yang
disampaikan akan lebih berkesan bagi siswa dan membentuk pemahaman yang
mendalam dan sempurna.
Keunggulan-keunggulan metode demontrasi adalah:
a. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh
guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati.
b. Dapat membimbing murid ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran
yang sama.
c. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang
panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
d. Dapat mengurangi kesalaham-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya
membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas
ari hasil pengamatannya.
e. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-
keterangan yang banyak.
f. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat
diperjelas waktu proses demonstrasi
5. Metode Pembelajaran – Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi adalah metode pembelajaran yang dilakukan
dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam
materi pelajaran dan dapat pula mengevaluasi materi yang telah dipelajari.
Sehingga siswa akan terangsang untuk belajar aktif baik secara individual maupun
kelompok.
Keunggulan-keunggulan metode tugas dan resitasi adalah:
Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas sebab dalam strategi ini
siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah
dikerjakan.
6. Metode Pembelajaran – Metode Eksperimen
Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen,
siswa diiberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan tentang suatu permasalahan terkait materi yang diberikan. Peran guru
sangat penting pada metode eksperimen, khususnya dalam ketelitiandan
kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan memaknai kegiatan
eksperimen dalam kegiatan pembelajaran.
Pemahaman siswa akan lebih kuat dan mendalam jika siswa diberikan
kesempatan untuk mengalami secara langsung dalam suatu proses, analisis dan
pengambilan kesimpulan terhadap suatu masalah. Hal ini akan menimbulkan
kepercayaan pada siswa bahwa yang dipelajari merupakan suatu yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran matematika dikatakan ilmu pasti,
yang artinya bahwa setiap pernyataan dalam matematika dapat dibuktikan secara
analitis dan logis. Mengingst hal tersebut maka metode eksperimen sangat
dibutuhkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi-materi yang
membutuhkan keterlibatan siswa secara langsung, misalnya materi Peluang,
Konsep bilangan, dan Bangun-bangun geometri.
Keunggulan-keunggulan metode eksperimen adalah:
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran dan kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau
buku saja.
b. Dapat mengembangkan sikap untuk studi eksploratis tentang sains dan
teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan.
c. Metode ini didukung oleh azas-azas didaktik modern.
7. Metode Pembelajaran – Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode
pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang
kemudian dicari penyelasainnya dengan dimulai dari mencari data sampai pada
kesimpulan. Seperti apa yang ungkapkan oleh
F. PRINSIP PEMBELAJARAN SAINS
1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
“ Mengajar “ berbeda dengan “ memberitahu “, mengajar dilakukan
dengan melibatkan siswa, bukan dengan memberi ceramah kepada anak didik
tentang segala yang ada dalam buku tes. Kadang-kadang karena dituntut oleh
kurikulum yang harus diselesaikan, maka guru melupakan prinsip keterlibatan
siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa dengan cara mendengarkan relatif lebih
cepat dilupakan, bahkan memungkinkan mereka tidak menggunakan logikanya
dalam berusaha memahami apa yang disampaikan gurunya. Keaktifan belajar
ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan
fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir
setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.
Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya
keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah
yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh
suburnya keaktifan itu. Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan
adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak
sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari
pikiran orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum
mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer
konsep, ide dan pegertian kepada seorang murid, pemindahan itu harus
diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh si murid lewat pengalamannya
(Glasersferld dalam Battencourt, 1989). Dalam proses konstruksi itu menurut
Glasersferld, diperlukan beberapa kemampuan; (1) kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan,
mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3)
kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada pengalaman
yang lain. Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses
pembelajaran adalah:
a) Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk
berkreativitas dalam prose pembelajarannya.
b) Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri
dan eksperimen.
c) Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d) Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan
respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e) Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang
berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun
kegiatan yang bersifat motorik.
2) Prinsip berkesinambungan
Seorang guru hendaknya mengetahui apa yang telah diketahui siswanya,
sebab pengetahuan dasar siswa akan dijadikan sebagai jembatan untuk memberi
mereka pengetahuan yang baru. Untuk menyempurnakan prinsip ini, data minat
siswa baik perorangan maupun secara berkelompok dapat menjadi modal dalam
mengatasi hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
3) Prinsip motivasi
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri
seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai
bentuk kegiatan. Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar
kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat
motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan
mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan
motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-
temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat
berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang
berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai
berikut :
a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial
dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c. Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.
e. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat
motivasi dan perilaku.
g. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan
bukan karena memang ingin belajar.
h. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam
suasana belajar yang memuaskan.
j. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
Berikut ini beberapa alternative yang dapat dilakukan oleh guru dalam
memotivasi siswanya:
a. Membiasakan siswa untuk bekerja secara mandiri, lalu melaporkan
hasilnya.
b. Memberi tanggung jawab pada seorang atau sekelompok siswa untuk
menjadi penanggung jawab upacara bendera.
c. Memberi penghargaan berupa kesempatan bagi siswa untuk
menampilkan hasil karya, hasil studi wisata, atau hasil eksperimen
mereka di depan kelas atau melalui pameran.
d. Memberi dukungan dana atau pikiran kepada kelompok studi IPA yang
mereka bentuk sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.
e. Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik.
f. Mengkondisikan proses belajar aktif.
g. Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan.
h. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya
kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
i. Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
j. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
pula memberitahukan hasilnya kepada siswa.
k. Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
4) Prinsip multi metode
Didasari bahwa daya serap tiap siswa berbeda-beda, demikian pula jenis
metode pembelajaran yang disenangi juga berbeda. Tugas guru adalah
mengorganisasi belajar sedemikian rupa sehingga siswa tidak merasa bosan dan
dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan.
5) Prinsip penemuan
Prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya
anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta
atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Masnur
Muslichah, dalam Istiqomah, Lailatul (2009:32) berpendapat bahwa penemuan
diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan
bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan
demikian, pengetahuan dan ketrampilan yang diperolah siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya. Beberapa komponen inqiuri yang terdapat dalam pembelajaran
antara lain: (a) pengetahuan dan ketrampilan akan lebih lama diingat apabila siswa
menemukan sendiri, (b) informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila
diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, dan (c)
siklus inquiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data
dan penyimpulan.
Untuk memahami suatu konsep, atau simbol dalam IPA, maka dengan
prinsip penemaun siswa tidak disuapi, akan tetapi mereka diajak untuk melakukan
suatu kegiatan, sehingga nantinya siswa akan memperoleh pengalaman yang
sekaligus menjadi pengantar untuk memahami konsep atau simbol IPA tersebut.
Menurut J. Bruner (1961) ada empat alasan pentingnya prinsip penemuan:
a. Dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa
b. Dapat menjadi motivasi intrinksik
c. Menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh
d. Memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya.
Prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya
anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta
atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Masnur
Muslichah, dalam Istiqomah, Lailatul (2009:32) berpendapat bahwa
penemuan diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa.
Dengan demikian, pengetahuan dan ketrampilan yang diperolah siswa tidak dari
hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya. Beberapa komponen inqiuri yang terdapat dalam pembelajaran
antara lain: (a) pengetahuan dan ketrampilan akan lebih lama diingat apabila siswa
menemukan sendiri, (b) informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila
diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, dan (c)
siklus penemuan adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan
data dan penyimpulan.
6) Prinsip totalitas
Prinsip totalitas bertolak dari paham bahwa siswa belajar dengan segenap
kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu panca inderanya,
perasaan dan pikirannya. Dalam proses belajar siswa tidak hanya tergantung pada
materi yang diajarkan, tetapi semua faktor-faktor atau kondisi yang berada
disekitarnya turut menjadi penentu akan keberhasilan belajar yang dilakukan.
Faktor atau kondisi yang dimaksud termasuk guru, metode, fasilitas, lingkungan,
teman-temannya, pencahayaan, bahkan semua yang dapat mempengaruhi jiwa
raganya ikut mempengaruhi keberhasilannya.
7) Prinsip perbedaan individu
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri, yang berbeda-beda satu
sama lain. Karena hal inilah setiap siswa belajar menurut kecepatannya sendiri
dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar. Kesadaran
bahwa dirinya berbeda dengan siswa yang lain akan membantu siswa menentukan
cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip
perbedaan individual dalam, bagi siswa diantaranya adalah menentukan tempat
duduk di kelas dan menyusun jadwal belajar. Dengan kata lain prinsip ini dapat
berpengaruh pada aspek fisik maupun psikis siswa. Bertolak dari kenyataan
bahwa tiap siswa memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, terutama
ditujukan kepada adanya perbedaan kemampuan (termasuk kecerdasan dan
kecepatan belajar). Prinsip ini dimaksudkan agar siswa dapat memperoleh
kesempatan belajar sesuai dengan kapasitas dan minatnya. Untuk melaksanakan
prinsip tersebut, maka perlu diupayakan kesempatan belajar IPA melalui
pengalaman lapangan, karena dengan menjadikan alam sebagai objek dalam
belajar IPA maka kesempatan untuk memperoleh variasi sasaran belajar lebih
banyak, yang dapat dipilih oleh siswa sesuai minat dan kapasitasnya. Penggunaan
media dan hasil tekhnologi juga dapat menambah variasi sasaran belajar yang
dilakukan, misalnya pemutaran video, film, gambar, buku, alat-alat peraga,
pameran, kompuer, dan sebagainya.
KEPUSTAKAAN
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djaali, H. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
https://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/21/peranan-guru-dalam-belajar-mengajar/
(diakses pada tanggal 16 September 2017)
http://fajriyahmy.blogspot.co.id/2011/11/prinsip2-pembelajaran-ipa.html (diakses pada
tanggal 16 September 2017)