29
LAPORAN HASIL SURVEY PERENCANAAN SISTEM DI MA WAHID HASYIM SLEMAN, YOGYAKARTA Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Sistem Kependidikan Islam Dosen Pengampu : Drs. H. Jamroh Latief, M.Si Disusun Oleh : Ali Murfi 114700 82 Dewi Fatonah 11470083 Nikuwati 11470072 Emha Mutjtaba A 11470073 Jurusan Kependidikan Islam

Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

LAPORAN HASIL SURVEY PERENCANAAN SISTEM DI MA WAHID

HASYIM SLEMAN, YOGYAKARTA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan

Sistem Kependidikan Islam

Dosen Pengampu : Drs. H. Jamroh Latief, M.Si

Disusun Oleh :

Ali Murfi 11470082

Dewi Fatonah 11470083

Nikuwati 11470072

Emha Mutjtaba A 11470073

Jurusan Kependidikan Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap

Page 2: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

dan nikmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan

judul “Ketauladanan sebagai Metode Pendidikan Islam”.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sedalam - dalamnya kepada :

1) Bapak. Drs. H. Jamroh Latief, M.Si Selaku Dosen pengampu mata Perencanaan Sistem

Kependidikan Islam, yang telah dengan sabar memberi pengarahan dalam penyusunan

karya tulis ini.

2) Seluruh teman – teman jurusan Kependidikan Islam kelas A, yang telah bersedia untuk

bekerja sama dalam penyusunan karya tulis ini.

Terlepas dari segala kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Yogyakarta, 20 Mei 2013

1

Page 3: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu yang lain.

Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi

arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian suatu kerja akan berantakan

dan tidak terarah jika tidak ada perencaan yang matang, perencaan yang matang dan

disusun dengan baik akan memberi pengaruh terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan

ini makin menguatkan alasan akan posisi stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga

dalam perencanaan merupakan proses yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam

usahanya untuk mengarahkan segala kegiatan untuk meraih tujuan.1

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami perencanaan menentukan

berhasil tidaknya suatu program, program yang tidak melalui perencanaan yang baik

cenderung gagal. Dalam arti kegiatan sekecil dan sebesar apapun jika tanpa ada

perencanaan kemungkinan besar berpeluang untuk gagal.

Hal tersebut juga berlaku dalam sebuah lembaga, seperti lembaga pendidikan,

lebih khusus lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan yang tidak mempunyai

perencanaan yang baik akan mengalami kegagalan. Hal ini tentunya makin memperjelas

posisi perencanaan dalam sebuah lembaga.

Untuk memperlancar jalannya sebuah lembaga diperlukan perencanaan, dengan

perencanaan akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar

menurut tujuan lembaga itu sendiri. Artinya perencanaan memberi arah bagi

ketercapaian tujuan sebuah system, karena pada dasarnya system akan berjalan dengan

baik jika ada perencanaan yang matang. Perencanaan dianggap matang dan baik jika

memenuhi persyaratan dan unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri.

1 Asnawir, Manajemen Pendidikan, (Padang: IAIN IB Press, 2006), hlm 6

2

Page 4: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang dan berdasarkan petunjuk untuk

memperoleh informasi yang termuat dalam surat pengantar, maka penulis dalam hal ini

akan merumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Apa Visi, Misi dan Tujuan MA Wahid Hasyim ?

2. Apa perencanaan program untuk mencapai Visi, Misi dan Tujuan tersebut?

3. Bagaimana model pengelolaan system untk meningkatkan kualitas di MA Wahid

Hasyim ?

4. Apa langkah-langkah untuk yang di lakukan MA Wahid Hasyim untuk

mengembangkan madrasahnya ?

5. Apa kendala-kendala yang dihadapi upayanya dalam mengembangkan

madrasahnya ?

3. TUJUAN SURVEY

Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui, memahami dan

mengidentifikasi Visi, Misi, Tujuan, Perencanaan Program, Model Pengelolaan,

Langkah-langkah Pengembangan, Hambatan-hambatan yang dihadapi serta segala hal

yang ada di MA Wahid Hasyim Sleman, Yogyakarta.

4. MANFAAT SURVEY

Terdapat beberapa manfaat dari laporan ini khusunya bagi penulis sendiri maupun

pembaca, yaitu sebagai berikut :

a. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengetahui, memahami dan

mengidentifikasi Visi, Misi, Tujuan, Perencanaan Program, Model Pengelolaan,

Langkah-langkah Pengembangan, Hambatan-hambatan yang dihadapi serta segala

hal yang ada di MA Wahid Hasyim Sleman, Yogyakarta.

b. Memberikan kesempatan kepada penulis untu lebih mengenal calon lembaga

sekolah/madarah yang akan diterjuni/dikelola maupun untuk mengenal calon peserta

didik.

c. Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbisa dan lebih baik.

3

Page 5: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca untuk :

a. Lebih mendekatkan kepada pembaca khusunya para orang tua untuk mengetahui,

memahami dan mengidentifikasi bagaimana kualitas lembaga sekolah/madrasah yang

sesuai dengan keinginan para orang tua yang pada giliranya akan membawa pilihan

yang tepat bagi anaknya dalam melanjutkan sekolah.

b. Mengetahui masalah yang sudah terjadi maupun yang akan dihadpi oleh sebuah

lembaga sekolah/madrasah.

c. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian yang dihadapi oleh sekolah/madrasah.

5. METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teknik dokumen dan wawancara.

6. WAKTU DAN TEMPAT

Penulis melakukan beberapa kali kunjungan ke MA Wahid Hasyim di Jl. KH. Wahid

Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 4333191,

yakni pada tanggal 06 Mei dan 13 Mei 2013.

4

Page 6: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

BAB II

HASIL OBSERVASI

A. PROFIL MADRASAH

1. Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim

2. Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim Gaten Condongcatur

Depok Sleman Yogyakarta 55283 Telp. (0274)

4333191

3. Nama Yayasan : Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim

4. Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 3 Gaten Condongcatur

Depok Sleman Yogyakarta 5528 Telp. (0274) 484284

5. NSM : 312340408022

6. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi “A”

7. Tahun Didirikan : 02 Februari 1968

8. Tahun Beroperasi : 02 Februari 1968

9. Status Tanah : Milik Yayasan

9.1. Surat Kepemilikan Tanah : Sertifikat (Tanda Bukti Tanah Wakaf)

9.2. Luas Tanah : 1194 m2

10. Status Bangunan : Milik Yayasan

10.1. Surat Ijin Bangunan : -

10.2. Luas Bangunan : 297 m2

B. VISI, MISI DAN TUJUAN MADRASAH

Visi : Terbentuknya madrasah Aliyah Wahid Hasyim sebagai lembaga

pendidikan agama Islam terunggul dan populis di wilayah DIY,

populis, tingginya tingkat spiritualitas, penguasaan IPTEK, berjiwa

mandiri, dan berdaya saing.

Misi :

a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang menuju pada

kualitas pendidikan.

b. Menyelenggarakan pendidikan keagamaan baik kajian keilmuwan

maupun amaliyah keseharian.

5

Page 7: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

c. Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan sebagai bekal

kemandirian siswa di masa yang akan datang.

Tujuan :

a. Menyiapkan siswa didik yang berkemampuan unggul dalam hal

bahasa dan keilmuan.

b. Membekali siswa didik dengan kemampuan yang berbasis

kepesantrenan.

c. Menjadikan siswa didik berkepribadian unggul dan berakhlakul

karimah.

d. Membekali siswa didik dalam kemampuan al-Qur’an.

D. KURIKULUM MA WAHID HASYIM

Adapun kurikulum yang digunakan oleh MA Wahid Hasyim yaitu:

1. Kurikulum Diknas

2. Kurikulum Pesantren

3. Kurikulum Depag

Dalam implikasi kurikulum tersebut dilakukan secara fullday

dari pagi sampai malam mulai pukul 07.00-21.00 WIB. Adapun

materi yang diberikan yaitu berupa materi umum dan agama,

seperti IPA, IPS, B.Inggris, Matematika dan materi umum yang

lainnya. Adapun materi agama yang diberikan yaitu seperti kajian

kitab kuning, ilmu nahwu, shorof dan lain-lainnya yang berhubungan

dengan ilmu agama. Selain materi tersebut diberikan juga materi

tambahan seperti Qira’atul Kutub dan les bahasa baik bahasa Inggris

maupun bahasa Arab.

6

Page 8: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

E. MODEL PENGELOLAAN SISTEM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

MADRASAH

Model pengelolaan system dalam MA Wahid Hasyim menggunakan

system terbuka, karena di dalam proses kegiatanya memperoleh

masukan atau hubungan secara dinamis dengan system yang lain di

luar lingkungan sistemnya.

Adapun hal-hal/ kegitan-kegiatan terperincinya adalah sebagai berikut :

Program yang telah direncanakan dalam proses pencapaian visi misi

yang telah dijelaskan dimuka yaitu:

1. Study Banding siswa ke Prambanan, Benteng, dan Jurnalistik

2. Pengembangan potensi staff pengajar dan siswa

3. PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru)

PPDB yang telah diprogramkan oleh MA Wahid Hasyim setiap

menjelang tahun ajaran baru sangat membantu dalam pemasukan

siswa siswi. Apalagi sejak terakreditasi A, siswa siswi yang menimba

ilmu di MA Wahid Hasyim bertambah dan meningkat.

Adapun managemen pengelolaan yang diterapkan di MA Wahid

Hasyim adalah bersifat independen. Akan tetapi walaupun

independen masih tetap diawasi oleh pihak yayasan. Jika terdapat

kendala-kendala, maka para staf akan berkonsultasi dengan pihak

yayasan guna untuk menemukan penyelesaian dari masalah

tersebut.

F. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN MADRASAH

Langkah strategis yang ditempuh untuk melakukan pengembangan MA Wahid

Hasyim adalah sebagai berikut :

1. Membangun Mindset Secara Kolektif

7

Page 9: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Mindset yang perlu dibangun maksutnya adalah menanamkan keyakinan dan

tekad bersama kepada seluruh warga madrasah. Mereka digerakkan untuk

memperjuangkan keunggulan institusi, dengan cara mengimplementasikan visi,

misi, tradisi, orientasi dan mimpi-mimpinya ke depan selalu disosialisasikan oleh

pimpinan di semua tingkatan melalui berbagai bentuk publikasi, baik secara lisan,

tulisan dan bahkan media lainnya secara terus menerus ke seluruh warga

madrasah atau sekolah.

Mindset secara kolektif tersebut menjadi modal sosial (social capital) bagi

pengembangan kultur akademik di madrasah ke depan. Madrasah membutuhkan

lingkungan akademik yang handal dan tekad bersama. Inspirasi dan semangat

inilah yang harus dibangun dan dikembangkan untuk meningkatkan mutu

akademik dan institusinya.

2. Menciptakan Inovasi secara Terus Menerus

Inovasi merupakan usaha dan kerja nyata untuk mencari dan membuat hal baru

demi meraih kemajuan dan keunggulan bagi lembaga pendidikan itu sendiri.

Inovasi ini didasarkan pada kebutuhan idealita dan realita agar lembaga madrasah

dan sekolah Islam itu terus maju dan berkembang.

Inovasi tiada henti harus terus menerus digerakkan untuk memacu kualitas dan

daya saing yang tinggi. Inovasi tidak saja diperlukan untuk selalu

menyempurnakan kondisi madrasah, tetapi juga penting untuk membangun

keutuhan (holistika) tujuan pendidikan madrasah. Usaha dan kerja nyata itu

ditempuh secara serentak, menyeluruh dan padu di antara beberapa elemen yang

ada di madrasah dan sekolah Islam.

Bentuk inovasi itu misalnya, perbaikan atau penambahan sarana fisik, akademik,

tenaga guru dan karyawan, perekrutan siswa dan seluruh aspek yang ada. Inovasi

lainnya misalnya menciptakan kultur madrasah berbasis bilingual, mentradisikan

hafalan al-qur’an, menggerakkan pusat seni dan olah raga, dan seterusnya. Modal

seperti inilah yang harus dituangkan dalam visi dan orientasi madrasah dan

sekolah Islam unggul itu.

3. Memanfaatkan Teknologi Informasi

8

Page 10: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Pendidikan madrasah jangan sampai tertinggal di bidang teknologi informasinya.

Dengan pemanfaat IT tersebut para siswa dapat belajar lebih intensif, disamping

melalui sistem reguler dan kurikuler. IT dimanfaatkan sebagai sumber belajar

yang mudah dan berjangkauan luas, tanpa hambatan waktu dan tempat.

Adapun langkah-langkah terperincinya adalah sebagai berikut :

1. AHA (Abdul Hadi Award)

2. Adanya penerbitan majalah anak-anak

3. Study banding ke SMA Angkasa Magelang

4. Kerja sama dengan PPL Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta setiap tahunnya

5. Adanya Ekskul

6. Mengikuti lomba-lomba Drumband, Tekwondo, Karya Tulis

dan Puspornas Nasional

7. Profesionalisme SDM guru

AHA termasuk acara perlombaan di bidang seni dan bahasa

khususnya seni bernafas Islamserta Bahasa Arab dan Bahasa

Inggris yang berlangsung pada 28 April 2013. AHA juga termasuk

salah satu program yang baru dilaksanakan tahun ini yang

bertujuan untuk mengembangkan madrasah. Selain itu, AHA

(Abdul Hadi Award) juga bertujuan untuk mengenang dan acara

Haulnya KH Abdul Hadi Asy-Syafi’I pengasuh sekaligus pendiri

Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim. AHA termasuk acara

perlombaan di bidang seni dan bahasa khususnya seni bernafas

Islamserta Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang berlangsung

pada 28 April 2013.

G. KENDALA-KENDALA DALAM PENGEMBANGAN

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan MA Wahid

Hayim adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pendanaan yang mendukung proses belajar mengajar

9

Page 11: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

2. Penunggakan pembayaran SPP siswa

3. Kurangnya sarana prasarana

4. Kurangnya lokasi kelas dalam proses belajar mengajar

5. Kurangnya kaderisasi staf pengajar yang tetap

6. Staf pengajar yang terlalu cepat keluar dari mengajar dan mencari

pengganti pengajar yang sulit

Berkenaan dengan sarana dan prasarana, MA Wahid Hasyim sangat

kekurangan lokasi proses belajar mengajar. Kemudian berbicara

masalah solusi dari masalah tersebut yaitu dengan ditambahnya

gedung MA dan asrama MA Wahid Hasyim yang terletak terpisah dari

MA pusat. Akan tetapi walaupun demikian, masih tetap satu yayasan.

10

Page 12: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

BAB III

PEMBAHASAN

A. TEORI PERENCANAAN

1. Teori Radikal

Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk

melakukan perencanaan sndiri, dengan maksud agar dapat cepat mengubah

keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan. Pandangan para penganut teori

ini adalah tidak ada lembaga pendidikan atau organisasi pendidikan lokal yang

persis sama satu dengan yang lain. Oleh sebaba itu kalau perencanaan tidak

dilakukan oleh lembaga atau organisasi lokal itu sendiri, maka ia

merupakanperencanaan yang naif. Hanya perencanaan yanga bersifat

desentralisasidengan partisipasi maksimum dari pemerintah pusat/ manajer

tertinggilah yang dapat dipandang perencanaa yang benar.

Dengan partisipasi mkasimum individu-individu lembaga pendidikan/ organisasi

pendidikan lokal dimaksudkan untuk mempercepat perkembangan personalia agar

mampu menangani lembaganya sendiri terutama dalam perencanaan. Partisipasi

disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama antarpersonalia. Dengan kata

lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri menengani

lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri menangani

pendidikannya.

2. Teori Advocacy

Teori ini menekankan hal-hal yang bersifat umum ataujamak. Perbedaan-perbedaan

lembaga, perbedaan-perbedaan lingkungan, dan perbedaan-perbedaan daerah tidak

begitu dihiraukan. Dasar perencaan tidak bertitik tolk dari pengamatan secara

empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis, dan bernilai (advocacy=

mempertahankan dengan argumentasi).

Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umun secara nasional. Karena ia

meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan

terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kerja sama umum.

Perencanaan yang memakai tepri ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ badan

pusat.

11

Page 13: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

3. Teori Transactive

Teori ini menekankan harkat individu, menjunjung tinggi kepentingan pribadi.

Keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai individu diteliti satu per satu

sebelum perencanan dimulai. Kontak empat mata dilakukan berkali-kali, komunikasi

antar pribadi diadakan. Demikianlah ide-ide dievolusikan secara perlahan-lahan

kepada orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pendidikan terutama

dikalangan personalia lembaga pendidikan.

Teori ini juga menekankan sifat perencanan yang desentralisasi, suatu desentralisasi

yang transactive yaitu berkembang diri individu ke individu secara keseluruhan. Ini

berarti penganutnya juga menekankan pengembnagn individu dalam kemampuan

mengadakan perencanaan. Perencanaan yang dilakukan oleh personalia lembaga

pendidikan itu sendiri menunjukan perkembangan lembaga lebih maju, berarti

terkandung pula didalamnya ada usaha-usaha mengembangkan organisasi

pendidikan dari dalam.

4. Teori Synoptic

Teori ini adalah teori yang palaing komprehensif. Sebab itu didalam kepustakaan

sering disebut system planning, rational system approach, atau rational

comprehensive planning. Teori ini sudah memakai model berfikir sistem dalam

perencanaan. Obyek yang direncanakan dipandang sebagai suatu kesatuan yang

bulat, dengan tujuan yang satu yang disebut misi. Obyek atau tujuan ini lalau

diuraikan menjadi bagian-bagian dengan memakai model analisa sistem sehingga

sistem menampakan strukturnya. Dengan menstruktur sistem sampai kepada

komponen-komponennya, maka pekerjaan perencanaan menjadi lebih mudah. Sebab

ia menghadapi tugas-tugas yang sudah spesifik.

Proses perencanan synoptic memakai langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengenalan problem dan lingkungan.

b. Mengestimasi ruang lingkup problem dan lingkungan.

c. Mengklasifikasikan kemungkinan penyelesaian.

d. Menginvestigasi problem dan lingkungan

e. Memprediksi alternatif

f. Mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian yang spesifik.

12

Page 14: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Langkah a-c merupakan bagian pertama yang disebut analisis sistem. Langkah d-e

merupakan bagian kedua yang disebut penjelasan masalah. Dan langkah f

merupakan bagian ketiga yang sering disebut implementasi, penilaian, dan review.

5. Teori Incremental

Teori incremental dalam perencanan berpegang kepada kemampuan lembaga dan

performan para personalianya. Teori ini berhati-hati sekali terhadap ruang lingkup

objek yang akan ditanganinya. Obyek yang ditangani selalu diukur atau

dibandingkan dengan kemampuan lembaga dan performan personalia, kalau cocok

dalam arti dapat dikerjakan dengan perkiraan hasil yang memadai maka barulah

direncanakan.

Atas dasar pertimbangan tersebut diatas, maka perencaan tidakdibuat jangka panjang

sebab disamping sukar meramal dalam waktu yang panjang juga sukar menentukan

kemampuan lembaga dan performan personalianya. Jadi perencanan ini menekankan

perencanaan dalam jangka pendek saja. Perencanan untuk masa beberapa tahun

dilakukan dengan menambahkan perencanaan-perencanaan pendek yang sudah

lampau. Inilah artinya increment.

Perencanan ini juga menekankan sifat desentralisasi. Ia selalu berusaha mengadakan

kontak hubungan dengan lingkungan atau masyarakat. Artinya si perencana dalam

merencanakan obyek tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbngakan

faktor-faktor lingkungan. Ada kerja sama yamng akrab antara lembaga pendidikan

dengan lingkunagan dalam merencanakan sesuatu. Hal ini mengingatkan kita kepada

perencanan dengan pendekatan sistem. Memang teori ini juga sudah memakai

pendekatan sistem, hanya dipakai dalamwaktu yang terbatas, yaitu jangka pendek.

Karena jangka pendek lebih riil dan lebih mudah diwujudkan dari pada jangka

panjang.

→ Berdasarkan teori yang telah di paparkan di atas

yang kami turunkan dari literature, kemudian

berdasarkan dari hasil survey (wawancara dengan Ibu

Nurchasanah), maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa

teori yang digunakan oleh MA Wahid Hasyim adalah “

Teori Transactive”. Maksud dari teori Transactive itu

sendiri yaitu suatu teori yang bersifat desentralisasi

13

Page 15: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

yang mengembangkan potensial individu dan institusi

SDM pendidik serta melakukan identifikasi kebutuhan.

B. PENDEKATAN PERENCANAAN

1. Pendekatan Kebutuhan Sosial (Social Demand Approach)

Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan

Kebutuhan Sosial ini lebih menekankan pada pemerataan

kesempatan atau kuantitatif dibandingkan dengan aspek

kualitatif. Pendekatan kebutuhan sosial ini adalah pendekatan

tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyedsiakan

lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan-tekanan

untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian

kesempatankepada pemenuhan keinginan-keinginan murid dan

oarng tuanya secara bebas. Dalam model kebutuhan sosial ini,

tugas perencana pendidikan adalah harus menganalisa kebutuhan

pada masa yang akan datang dengan menganalisa :

a. Pertumbuhan penduduk

b. Partisipasi dalam pendidikan

c. Arus murid

d. Keinginan masyarakat

2. Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan (Man Power

Approach)

Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan

Kebutuhan Ketenagakerjaan mengutamakan kepada keterkaitan

lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja

pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan

dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu

14

Page 16: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga

tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.

Tekanan dalam pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan ini

adalah relevansi program pendidikan didalam berbagai sektor

pembangunan dilihatdari pemenuhan ketenagaan. Pendekatan

Kebutuhan Ketenagakerjaan ini bertujuan mengarahkan kegiatan-

kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan

nasional akan tenaga kerja, sehingga diharapkan dapat

memberikan keyakinan penyediaan fasilitas dan pengarahan arus

murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga

kerja.

3. Pendekatan Efisiensi Biaya (Rate of Return Approach)

Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan

Efisiensi Biaya ini bersifat ekonomi, karena memiliki pandangan

pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu

keuntungan dari infestasi tersebut harus dapat diperhitungkan

bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi.

Pendekatan Efisiensi Biaya merupakan penentuan besarnya

investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil,

keuntungan atau evektifitas yang akan diperoleh.

Pendekatan Efisiensi Biaya mempunyai implikasi sesuai dengan

prinsip ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyi nilai

ekonomi tinggi menempati urutan atau prioritas penting, karena

pendekatan untung rugi mempunyi keterkaitan dengan

pendekatan ketenagaan.

4. Pendekatan Sistem Terpadu (Integrated System Approach)

Pendekatan sistem merupakan suatu kerangka ilmu pengetahuan

yang dapat memadukan berbagai pendekatan yang sifatnya

15

Page 17: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

parsial menjadi suatu pendekatan yang bersifat menyeluruh dan

terpadu.

Didasarkan pada asumsi tersebut, dapat dikemukakan bahwa

pendekatan sistem dapat berfungsi sebagai kerangka yang

memadukan ketiga pendekatan perencanaan sistem pendidikan

yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Dari hasil kajian teoretik

dapat disimpulkan bahwa pendekatan sistem merupakan cara

berfikir berdasarkan konsep sistem atau teori umum sistem.

Sebagai suatu metode, pendekatan sistem memiliki tiga

karakteristik, yaitu sistemik, analitik, dan sistematik. Sistemik

dalam arti permasalahan dilihat dari konteks keseluruhan; analitik

dalam arti setiap permasalahan dianalisis sebab dan akibatnya

dikaitkan dengan berbagai masalah yang ada, baik di dalam

maupun di luar sistem; sistematik dalam arti cara kerjanya

beraturan atau runtut. Hal ini dapat dilihat dari proses

kegiatannya, yaitu perumusan masalah, penelitian, peilaian,

penelaahan, pemeriksaan, dan pelaksanaan.

→ Berdasarkan pendekatan yang telah di paparkan di atas

yang kami turunkan dari literature, kemudian berdasarkan

dari hasil survey (wawancara dengan Ibu Nurchasanah),

maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan yang

digunakan oleh MA Wahid Hasyim adalah “Man Power

Approuch” Maksud dari “MAN Power Approuch” adalah

perencanaan pendidikan yang harus membuat perkiraan

jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

setiap kegiatan pembangunan. Tujuan dari pada MPA yaitu

untuk mengarahkan kegiatan pendidikan dalam memenuhi

kebutuhan tenaga kerja.

Alasan MA Wahid Hasyim menggunakan pendekatan Man

Power Approuch adalah :

1. MA Wahid Hasyim lebih mementingkan proses

profesionalisme dan SDM Pendidik

16

Page 18: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

2. Desentralisasi pendidikan

3. Desain kurikulum yang diorientasikan pada kebutuhan

sector pembangunan

C. JENIS PERENCANAAN

Ada beberapa jenis perencanaan menurut waktu, sifat, sector

regional, jangkauan, wewenang pembuat, obyeknya dan jenjang.

Akan tetapi penulis ingin membahas hanya menurut jangkauan

karena ada hubungan yang signifikan dengan hasil survey. Adapun

cakupan dari perencanaan menurut jangkauan adalah sebagai

berikut :

1. Perencanaan Makro

Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang

akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada

tingkat nasional. Rencana pembangunan nasional dewasa ini meliputi rencana dalam

bidang ekonomi dan sosial. Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang

harus dicapai negara (khususnya dalam bidang peningkatan SDM) adalah

pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik

secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus

menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang

terampil sesuai dengan bidangnya dan memiliki jiwa pancasila.

2. Perencanaan Meso

Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang

akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada

tingkat nasional. Rencana pembangunan nasional dewasa ini meliputi rencana dalam

bidang ekonomi dan sosial. Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang

harus dicapai negara (khususnya dalam bidang peningkatan SDM) adalah

pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik

secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus

menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang

terampil sesuai dengan bidangnya dan memiliki jiwa pancasila.

17

Page 19: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

3. Perencanaan Mikro

Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instituisional dan

merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat messo khususnya dari lembaga

mendapatkan perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah

ditetapkan dalam perencanaan makro ataupun messo.

→ Berdasarkan jenis perencanaan yang telah di paparkan di

atas yang kami turunkan dari literature, kemudian

berdasarkan dari hasil survey (wawancara dengan Ibu

Nurchasanah), maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa

jenis perencanaan yang digunakan oleh MA Wahid Hasyim

adalah ” Perencanaan Mikro” karena perencanaan ini pada tingkat

instituisional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat messo

khususnya dari lembaga mendapatkan perhatian, namun tidak boleh

bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro

ataupun messo.

BAB IV

KESIMPULAN

18

Page 20: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

Berdasarkan teori perencanaan, pendekatan perencanaan, dan jenis

perencanaan yang telah dipaparkan (Bab III Pembahasan) yang kami

turunkan dari literature, kemudian berdasarkan dari survey (wawancara

dengan Ibu Nurchasanah dan Dokumen), maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa MA Wahid Hasyim menggunakan Teori Transactive,

yaitu suatu teori yang bersifat desentralisasi yang mengembangkan

potensial individu dan institusi SDM pendidik serta melakukan identifikasi

kebutuhan. Sedangkan pendekatan yang di pakai adalah “MAN Power

Approuch” yaitu perencanaan pendidikan yang harus membuat perkiraan

jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan

pembangunan. Dan jenis perencanaan yang digunakan adalah ”

Perencanaan Mikro” karena perencanaan ini pada tingkat instituisional dan merupakan

penjabaran dari perencanaan tingkat messo khususnya dari lembaga mendapatkan perhatian,

namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro

ataupun messo.

19

Page 21: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

DAFTAR RUJUKAN

Asnawir. 2006. Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN IB Press.

Latief, Jamroh. 2013. Hand Out Perkuliahan: Perencanaan Sistem

Kependidikan Islam. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sunarya, Endang. 2000. Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan

Berdasarkan Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

20

Page 22: Laporan Survey Perencanaan Sistem Kependidikan Islam di MA WAHID HASYIM, Yogyakarta

21