5
Mata Kuliah : Laboratorium Epidemiologi SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN KEGIATAN PEMANTAUAN JENTIK RUTIN (PJR) DI KELURAHAN SUKOREJO GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN 2013 Pendahuluan Situasi penyakit DBD di Kota Semarang pada tahun 2007 merupakan fenomena terbesar kejadiannya selama 13 tahun terakhir, dengan jumlah penderita mencapai 2924 kasus. Tahun 2008 situasinya bahkan semakin buruk dimana kasus DBD yang terjadi sebanyak 3868 kasus. Surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan penyakit menular, tidak terkecuali pada kegiatan pengendalian dan penanggulangan penyakit DBD. Surveilans adalah kegiatan yang bersifat terus menerus dan sistematik dalam pengumpulan data, pengolahan, analisis, interpretasi dan diseminasi kepada pihak terkait, untuk melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasi. masalah kesehatan yang ada. Oleh karena itu hasil kegiatan surveilans sangat dibutuhkan dalam menunjang aspek manajerial program penyakit DBD, dimana berperan dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi dari program kesehatan yang ada.

Laporan Surv.sukorejo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

epidemiologi

Citation preview

Page 1: Laporan Surv.sukorejo

Mata Kuliah : Laboratorium Epidemiologi

SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN KEGIATAN PEMANTAUAN JENTIK RUTIN (PJR) DI KELURAHAN

SUKOREJO GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN 2013

Pendahuluan

Situasi penyakit DBD di Kota Semarang pada tahun 2007 merupakan

fenomena terbesar kejadiannya selama 13 tahun terakhir, dengan jumlah penderita

mencapai 2924 kasus. Tahun 2008 situasinya bahkan semakin buruk dimana

kasus DBD yang terjadi sebanyak 3868 kasus.

Surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting

dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan penyakit menular, tidak

terkecuali pada kegiatan pengendalian dan penanggulangan penyakit DBD.

Surveilans adalah kegiatan yang bersifat terus menerus dan sistematik dalam

pengumpulan data, pengolahan, analisis, interpretasi dan diseminasi kepada pihak

terkait, untuk melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasi. masalah kesehatan

yang ada. Oleh karena itu hasil kegiatan surveilans sangat dibutuhkan dalam

menunjang aspek manajerial program penyakit DBD, dimana berperan dalam

proses perencanaan, monitoring dan evaluasi dari program kesehatan yang ada.

METODE

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan surveilans

epidemiologi DBD dengan cara observasi data dan wawancara, populasinya

adalah semua rumah yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Sekaran.

Observasi tersebut dengan melihat keberadaan jentik nyamuk di tempat-tempat

penampungan air dan barang-barang lain yang sekiranya dapat menampung air.

Tempat atau kontainer-kontainer tersebut adalah:

a. Bak mandi

b. Tempayan

c. Pecahan botol

Page 2: Laporan Surv.sukorejo

d. Barang bekas

e. Kulkas/dispenser

f. Tandon air

g. Vas bunga

h. Pot bunga

i. Lain-lain

Jumlah tempat penampungan baik yang terdapat jentik maupun tidak ditulis pada

kolom checklist yang telah disediakan.Observasi ini dilakukan setiap minggu

sekali selama enam minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Situasi Wilayah Kelurahan Sukorejo Dan

Kejadian Kasus DBD

Kota Semarang merupakan daerah endemis penyakit DBD. Pencapaian

jumlah kasus tertinggi selama 13 terakhir terjadi pada tahun 2007, dimana terjadi

2924 kasus dengan IR = 19,6 dan CFR = 1,1%. Pada tahun 2008 kasus DBD di

kota Semarang mengalami peningkatan yaitu sebanyak 5249 kasus. Data bulan

Maret 2009) jumlah kasus DBD sebanyak 1277 kasus dengan CFR = 1%.

Peningkatan jumlah kasus seiring dengan peningkatan jumlah kelurahan endemis

DBD di Kota Semarang dari tahun ke tahun. Kelurahan Sukorejo merupakan

sebuah kelurahan di kecamatan Gunungpati dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Sampangan

Sebelah selatan : Kelurahan Sekaran

Sebelah timur : Kelurahan Tinjomoyo

Sebelah barat : Kelurahan Sadeng

Sumber air bersih yang digunakan warga kelurahan Sukorejo ini ada 3

jenis, yaitu mata air, sumur gali, dan PAM. Mata air sejumlah 3 unit dimanfaatkan

oleh 751 KK, sumur gali sebanyak 987 unit dimanfaatkan oleh 1042 KK, dan

PAM sejumlah 971 unit dimanfaatkan oleh 991 KK.

Page 3: Laporan Surv.sukorejo

B. Hasil Kegiatan Surveilans

Data Angka Bebas Jentik (%) Tiap Minggu

RWMinggu Ke-

1 2 3 4 5 61 63,889 51,9 70,71 77 57,42 67,5 65 78,35 75 74,413 74,038 62,5 51,93 56,25 784 73,333 75 63 73 75,635 59,036 79,2 77,04 74,08 74,286 25,532 25,75 44 32,87 36,77 46,25 58,4 67,25 72,50 72,878 31,111 72,1 70,25 68,33 66,59 46,667 43 83,33 36,66 4310 44,262 55 47,6711 78,261 66,7 90 91,6712 80 82 90,75

Jumlah 57,49 64,69 70,19 62,85 67,40

Data kasus DBD

RWMinggu Ke-

1 2 3 4 5 61 - - - - -2 >2 - - - -3 - - - - -4 2 - - - -5 >2 - - - -6 - - - - -7 - - - - -8 - - - - -9 - - - - -10 - - - - -11 - - - - -12 - - - - -

Analisis

Berdasarkan data yang diperoleh dari pemantauan selama enam

minggu didapat keterangan bahwa angka bebas jentik (ABJ) paling tinggi

adalah pada RW XI. Sedangkan angka bebas jentik (ABJ) paling rendah

Page 4: Laporan Surv.sukorejo

adalah pada RW VI. Meskipun demikian, kejadian DBD tercatat pada RW

II (>2 kasus), RW IV (2 kasus), dan RW V (>2 kasus).

Untuk hasil angka bebas jentik (ABJ) tingkat kelurahan paling

tinggi terdapat pada minggu ke-4, dan paling rendah pada minggu ke-2.

Hal ini dapat disebabkan karena masyarakat menjadi lebih ikut berperan

aktif dalam pemberantasan jentik nyamuk setelah mendapatkan beberapa

penyuluhan dari tim pemantau.