29
PRBOM | 11 RBM | 14 PMM | 16 MSD | 17 KEUANGAN | 20 Laporan Tahunan | 2011

Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Tahunan 2011 Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang

Citation preview

Page 1: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

PRBOM | 11

RBM | 14

PMM | 16

MSD | 17

KEUANGAN | 20

LaporanTahunan

| 2011

Page 2: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

Mgr. J. Pujasumarta

UskUp AgUng semArAng

Konstitusi GereJa dalaM dunia (gaudium et spes), artikel 1: “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid kristus juga”. sejak dulu, gereja menyadari keberadaan dirinya di tengah-tengah dunia dan menjadi bagian dari setiap gerak dinamika peradaban manusia. Lebih jauh lagi, sudah menjadi tugas perutusan gereja untuk menjadi terang dalam kegelapan, menjadi sumber pengharapan dalam kesedihan dan keputusasaan, dan menjadi kasih dalam penderitaan manusia.

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang memiliki berbagai cara nyata untuk terlibat dalam setiap usaha untuk membangun relasi yang baik dengan Allah, alam semesta, dirinya sendiri, dan dengan sesamanya manusia. Empat pilar relasi tersebut terekspresikan dalam berbagai gerakan, kelompok basis, lembaga, dan organisasi yang bermunculan di wilayah KAS.

KARINAKAS menjadi salah satu tangan Gereja KAS dalam mempertahankan martabat manusia dengan memberdayakan kaum lemah, miskin, tersingkir, dan difabel melalui tindakan nyata. Pengalaman selama lima tahun sejak didirikan tentunya membawa pengalaman tersendiri. Sudah selayaknya jika KARINAKAS tidak berhenti dengan rasa puas atas capaian-capaiannya. Masih banyak hal yang perlu dilakukan baik secara internal maupun eksternal.

Semakin berkembang peradaban, semakin besarlah tantangan untuk mewujudkan manusia yang bermartabat. Dengan demikian, tugas KARINAKAS tidak lagi semakin mudah. Harapannya, lembaga ini menjadi aktor perubahan yang juga dapat menjadi nyala api yang mengundang rasa kepedulian banyak orang untuk terlibat dalam setiap gerak kemanusiaan.

Semoga Allah membimbing kita, meneguhkan karya baik kita, serta menganugerahkan kegem-biraan kepada siapa saja yang berkehendak baik terlibat dalam pelayanan kemanusiaan.

Page 3: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

3 | kA

rIn

Ak

As 2

011

oleh KehendaK tuhan, karitas Indonesia keuskupan Agung semarang (kArInAkAs) dibentuk ketika terjadi gempa dahsyat yang meluluhlantakan Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah pada 2006. sejak saat itu, kArInAkAs, bekerjasama dengan berbagai pihak telah bekerja dengan sekuat tenaga memberikan pelayanan yang berdasar pada kemanusiaan dan terinspirasi oleh iman. Dengan terus menerus memperbaiki diri dan memperkuat organisasi, kArInAkAs bekerja di wilayah keuskupan Agung semarang yang terdiri dari propinsi DIY dan sebagian propinsi Jawa Tengah.

Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang, KARINAKAS menjadi tangan Gereja bagi mereka yang lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Menjadi Wajah Sosial Gereja adalah mandat yang terus menerus dihidupi dan dilaksanakan tanpa dibatasi oleh sekat agama, suku, etnis, dan kepentingan politis. Justru dengan membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang berkehendak baik, mandat tersebut dapat diwujudkan dengan lebih nyata.

Kerjasama dengan lembaga-lembaga gerejawi lainnya juga menjadi bagian dari gerak KARINAKAS. Paroki menjadi rekan kerja yang pertama kali dilibatkan dalam setiap pelaksanaan program. Selain berbagi pengalaman, kolaborasi yang baik dengan paroki membuat berbagai rencana dapat diwujudkan dengan efektif dan efisien.

Sepanjang 2011, tercatat area pelayanan KARINAKAS makin luas dan makin intens. Dari tiga program besar yang dilaksanakan (PRBOM, RBM, PMM), area dampingan makin luas mencapai delapan kabupaten. Capaian-capaian signifikan tiap program menunjukkan bahwa proses yang diawali sejak dulu memiliki arah yang benar, sesuai dengan visi-misi lembaga.

KarinaKas 2011

Page 4: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

4

Dew

an p

eng

uru

s k

Ar

InA

kA

s |

PERiStiwA GEMPA Yogyakarta 2006 merupakan peristiwa yang memedihkan hati kita semua. namun, dibalik kejadian yang menimbulkan kesedihan, kehilangan, dan keputusasaan manusiawi itu, terbitlah secercah harapan untuk mengambil tindakan demi mempertahankan martabat kemanusiaan mereka yang tengah menderita.

KARINAKAS yang dibentuk pada masa darurat bencana, tidak terasa sudah berusia lebih dari lima tahun. Lima tahun pertama dalam kehidupan manusia adalah masa untuk membangun pondasi hidupnya dengan pengetahuan dan relasi yang baik dengan segala sesuatu di sekitarnya. Demikian juga KARINAKAS. Dengan berbagai macam usaha untuk mengenali dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya, KARINAKAS bertumbuh menjadi organisasi yang berusaha untuk secara efektif dan efisien melakukan tugas-tugasnya. Dengan berbagai programnya, KARINAKAS mengembangkan dirinya selaku bagian dari Gereja yang melayani kaum lemah, miskin, tersingkir, dan difabel tanpa terikat oleh batas agama, suku, etnis, dan kepentingan.

Tentunya sudah banyak cerita yang terjadi. Cerita sukses, keberhasilan, kebanggaan, memang layak disyukuri. Namun, patut disadari juga bahwa tidak jarang KARINAKAS harus jatuh bangun dalam menjalani mandatnya. Dengan evaluasi dan refleksi bersama, diyakini bahwa masih banyak hal yang perlu dikerjakan untuk membuat lembaga ini makin mumpuni dalam menjadi Wajah Sosial Gereja.Sebagai bagian dari Gereja, tantangan KARINAKAS masih terbentang. Masih banyak paroki yang belum begitu mengerti, mengenal, dan terlibat dengan gerak kemanusiaan yang digalangi oleh KARINAKAS. Tantangan ini dapat dilihat pula sebagai sebuah kesempatan untuk memperluas wilayah pelayanan dengan membangun jejaring yang baik dengan pihak lain, terutama paroki. Laporan tahunan ini disiapkan supaya semakin banyak pihak mengenal dan mengerti KARINAKAS dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya. Selain untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kepada khalayak, informasi yang disajikan di buku ini, harapannya, dapat menumbuhkan minat semakin banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan dengan berbagai cara.

B. Saryanto, prDewan pengurus kArInAkAs

Page 5: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

5 | meretas pelayan

an Tan

pa B

atas

tAhUN 2011 merupakan tahun istimewa karena angka 20 dan 11 melahirkan banyak interpretasi dan imajinasi, ekspektasi bagi banyak orang. Teman saya memilih menikahkan anak putri tunggalnya pada tanggal 10 bulan 10 tahun 20 plus 11. Dengan pesta “besar” untuk klas kecamatan, ia mengundang semua kenalan, sahabat, tetangga untuk bersyukur bersama. Bahkan, secara terbuka ia menyatakan TIDAk menerImA sUmBAngAn seperti lazimnya orang hajatan. Diawali misa kudus di kapel pribadi yang dijadikan kapel Wilayah, keluarga bersyukur; temanten saling memberikan sakramen diiringi music; gamelan dan acara semarak tamu berbagai agama. Harapannya: Tematen baru dikaruniai anak 10 dan umur perkawinan satu abad.

KARINAKAS mencatat tahun 2011 sebagai tahun ke 5 berkarya bagi sesama. Jika PSE merupakan instrument pelayanan bagi umat Katolik, KARINAKAS menjadi tangan Gereja yang menyatu dengan derita dan duka semua warga masyarakat tanpa batas dalam wilayah Keuskupan Agung Semarang (KAS). Duka dan derita masyarakat adalah duka dan derita Gereja. KARINAKAS adalah alat Gereja KAS untuk menyatakan keberpihakan tersebut. Erupsi Merapi yang baru saja kita lewati menjadi salah satu bukti karya KARINAKAS untuk masyarakat umum tanpa batas. KARINAKAS melayani hampir sepertiga dari sekitar 400.000 penyintas yang mencari lokasi aman. KARINAKAS bersyukur boleh membantu keselamatan sesama tanpa pamrih tanpa perhitungan dengan semangat netralitas, humanitas dan impartialitas. Upaya berjuang bagi penyintas Merapi terus kami lakukan hingga saat ini dalam bentuk yang sesuai dengan harapan masyarakat sendiri. Dengan dukungan dana dari KAS, kami mengembangkan pelayanan pertanian, livelihood dan bantuan untuk anak sekolah warga masyarakat penyintas. Kami juga bersyukur karena Caritas Jerman (DCV), Caritas Italia, Caritas Belanda (CORDAID) dan Caritas Inggris (CAFOD), KARINA-KWI terus mendukung upaya dan karya KARINAKAS dengan penuh kesetiakawanan.

Dua tahun ini telah menjadi pengalaman berharga karena KARINAKAS juga meretas kerjasama dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY dan Jawa Tengah, disamping kerjasama dengan berbagai organisasi lintas agama, lintas lintas batas. Upaya lintas batas ini menjadi arena untuk saling belajar, mengembangkan kesetiakawanan, mempererat persahabatan sekaligus sebagai tanda agar berkembang persahabatan lintas batas diseluruh Indonesia demi terwujudnya Indonesia Baru berdasar budaya kasih, saling membantu lewat upaya apapun yang mungkin untuk melayani sesama yang menderita. KARINAKAS menyadari, kita telah merasakan kasih Allah yang gratis tanpa batas maka sewajarnya kita menyebarkan kasih persaudaraan sejati yang gratis dengan siapapun di sekitar kita.

Meretas Pelayanan Tanpa Batas

Methodius KusumahadiDIrekTUr

Page 6: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

6

mer

etas

pel

ayan

an T

anp

a B

atas

|

Tahun 2011 adalah tahun terakhir bantuan institusi dari DCV untuk KARINAKAS. Bantuan DCV untuk program CBR dan DRR akan dirancang ulang agar lebih effektif dan effisien. KARINAKAS sangat percaya, penyelenggaraan Allah akan selalu menyertai, lewat upaya-upaya baru kegiatan fundraising yang digalang dua tahun terakhir. Dua tahun ini telah terjadi pengalaman berharga, bahwa penyerahan diri yang total kepada karya sesame akan mendatangkan daya yang sekaligus dapat mengerakkan organisasi. Uang bukan tujuan, tujuan yang ikhlas akan membiayai dirinya sendiri. Kepasrahan pada daya yang mahatinggi akan mendatangkan daya organisasi. Kata-kata itu bukan slogan tetapi pengalaman riil pribadi.

Tahun 2012, Direktur sekarang akan mengakhiri tugas eksekutif agar generasi baru tumbuh demi kelangsungan organisasi dan pelayanan yang lebih baik. Selama dua tahun KARINAKAS berupaya menjadi lebih professional siap menghadapi tantangan jaman. Ada 4 fokus perbaikan: 1. Motivasi Staff; 2. Mekanisme Kerja; 3. Penguatan Kesinambungan Institusi, khususnya Fundraising, 4. Membangun Budaya baru Institusi. Selama 2010 empat bidang tadi jadi fokus perbaikan utama. Sementara 2011 lebih terfokus mempersiapkan kepemimpinan masa depan.

Hasil dari seluruh karya dua tahun dapat dilihat dari beberapa indikator sbb: Terjadinya perubahan dari motivasi proyek kearah motivasi program, diikuti rendahnya turn over staff dan bertambahnya jumlah staff. Salah satu perubahan utama adalah dibuatnya secara partisipatif sistem penggajian yang berbasis kinerja. Upaya penilaian staff secara periodic sampai pada perumusan rencana kinerja dan evaluasi kinerja dalam pertemuan semester dan Evaperca (Evaluasi Perencanaan Tahunan). Staff dibiasakan mempertanggungjawabkan kinerja dalam pertemuan triwulan dan diteruskan dengan menyepakati perbaikan yang diperlukan. Waktu kerja staff menjadi lebih berorientasi kinerja bukan

jam kerja. Motivasi staff lebih dibimbing kearah: Reviewing-Planning- Doing- Reviewing – adjusting dalam proses yang disebut ITERATIVE.

Ada banyak mekanisme kerja institusi yang dicek dan dirumuskan secara baru: Ada pembagian tugas dan tanggungjawab untuk Staff Operational- Manajer- Direktur- Board- Uskup, masing-masing dengan cakupan tugasnya. Ada kode etik, termasuk Statuta Anti Korupsi, yang ditandatangani setiap staff. Dibangun kebiasaan peninjauan ulang program setiap tiga bulan yang dilengkapi dengan perbaikan dan perencanaan tahunan. Ada rekreasi dua tahunan. Ada HAJAR, atau hari Belajar selama sehari setiap bulan sebagai arena sharing dan pembelajaran semua staff. Dalam ranah kesinambungan institusi, setiap staff mendapat minimal dua kali setahun mengikuti peningkatan kapasitas sesuai kebutuhan dan tuntutan pekerjaan. Ada peninjauan ulang deskripsi kerja dan struktur operasional organisasi setiap dua tahun demi kesiapan dalam menghadapi perubahan. Setiap staff lapangan memiliki tenggat waktu untuk perencanaan dan laporan pendampingan masyarakat. Rapat staff, Rapat Mingguan Manajemen dan Rapat Unit dilakukan secara periodik. Misa bulanan sebagai salah satu kesempatan menimba kekuatan adikodrati dilaksanakan tiap Jumat pertama dalam bulan.

Dalam rangka kesinambungan organisasi ada berbagai upaya penggalangan dana seperti: pengenalan KARINAKAS ke semua paroki, ada leaflet dan alat visualisasi lembaga yang lebih bervariasi, ada kotak donasi Cring-Cring, Mengisi bulan Agustus sebagai bulan Ajaran Sosial Gereja yang diikuti dengan pameran dan penggalangan dana, ada merchandise yang dijual (kaos, tas, mug, T-Shirt dll), ada Direct Mail ke donor terpilih, ada rencana event besar sepeda gembira, Breakfast dengan Bapak Uskup, juga sedang dijajagi donasi lewat SMS, disamping terus mengembangkan ide dan proposal2 baru. Guna mengembangkan

Page 7: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

7 | meretas pelayan

an Tan

pa B

atas

kebiasaan dan budaya organisasi telah dirintis kebiasaan2 baru baik terkait manajemen maupun kebiasaan pergaulan.

Semua yang telah dimulai di atas tidak banyak memberikan kontribusinya jika tidak diteruskan dan dikembangkan menjadi habitus baru.

Sebagai penutup penting untuk menyebut hasil menonjol yang terjadi di tingkat masyarakat: tumbuhnya Koperasi Warga sebagai basis pendidikan ekonomi dan social, ada Perda dan perbub tentang Difabilitas di Klaten dan akan ke Bantul, ada rintisan pendekatan CBR baru di Sukoharjo dengan hasil2 nyata di lapangan, perbaikan struktur pendekatan CBR dan DRR, ada rintisan daerah baru agar pendekatan yang innovatip dapat dijalankan. Itulah contoh beberapa saja. Untuk semua itu pantaslah berterima kasih kepada semua staff KARINAKAS di semua sektor sebab tanpa mereka karya utama tak pernah akan muncul dihadapan kita. Semoga upaya kita subur berkat syukur kita.

Selamat Tahun baru dan Mohon Maaf atas semua kelalaian di Tahun yang telah lewat.

Page 8: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

8

Cap

aian

kam

i | Capaian Kami

pada 2010, kArInAkAs telah melaksanakan program yang memberdayakan kehidupan mereka yang kecil, Lemah, Tersingkir, da Difabel di wilayah keuskupan Agung semarang. melalui tiga program, kArInAkAs secara aktif mengambil bagian dalam memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.

A. progrAm pengUrAngAn rIsIko BenCAnA

B. progrAm reHABILITAsI BersUmBerDAYA mAsYArAkAT

C. progrAm pengemBAngAn mAsYArAkAT mAnDIrI

D. monITorIng DAn evALUAsI

e. JeJArIng

f. penIngkATkAn kInerJA

Page 9: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

9 | Cap

aian k

ami

A. PROGRAM PENGURANGAN RiSiKO BENCANAProgram PRB telah mengembangkan kapasitas masyarakat. Komunitas dampingan telah memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi risiko bencana dan mengambil langkah nyata untuk menguranginya. Dida-nai oleh Caritas Germany (DCV), program ini juga memperkuat jejaring KARINAKAS dengan pihak-pihak yang melaksanakan program yang sama.

Tahun ini, beberapa anggota Caritas Internationalis (CAFOD, DCV, Caritas Italy, Cordaid) membantu KARINAKAS dalam melaksanakan pro gram Rehabilitasi Erupsi Merapi. Program ini akan membantu 2745 KK atau sekitar 8806 orang di tiga desa, kecamatan Kemalang, Kabu paten Klaten, Jawa Tengah.

B. PROGRAM REhABiLitASi BERSUMBERDAyA MASyARAKAt Program ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup para difa-bel. Ada lima sektor yang ditangani langsung melalui program ini, yaitu kesehatan, mata pencaharian, pendidikan, inklusi sosial, dan pemberdayaan. Para difabel difasilitasi modal awal, pelatihan akti vi tas ekonomi, dan dihubungkan dengan lembaga keuangan untuk me-na ikkan pendapatan mereka. Beberapa difabel dibantu dalam men-dapatkan akses layanan kesehatan dari pemerintah serta didukung untuk mendapatkan pekerjaan yang pantas.

Program ini telah berhasil mendorong pemerintah daerah untuk mem buat perda yang memberi difabel kesempatan yang lebih luas un tuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.

C. PROGRAM PENGEMBANGAN MASyARAKAt MANDiRiAda dua sektor dalam program ini, yaitu pendidikan dan pengem-bangan ekonomi. KARINAKAS memberikan dukungan bagi 20 anak dan 61 keluarga yang kesulitan dalam menyediakan biaya pendi-dik an. Program beasiswa ini dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu: me nye di a kan biaya pendidikan, memberikan gaduh kambing, dan bantuan peralatan sekolah.

Untuk memelihara dan mengembangkan semangat belajar anak da-lam menyelesaikan pendidikan dasarnya, staff KARINAKAS men ja lan-kan program pendampingan belajar seminggu sekali ke wilayah dam-ping an. Kegiatannya adalah membantu anak-anak menyelesaikan pe ker ja an rumah dari sekolah dan memberikan aktivitas yang me-rang sang kreativitas.

KARINAKAS juga sedang mendampingi 840 keluarga (28 Kelompok tani) yang terkena dampak erupsi Merapi untuk meningkatkan kapasitas keluarga dalam aktivitas ekonomi.

D. MONitORiNG AND EvALUASiUntuk mencapai program sesuai dengan rencana secara efektif dan e fi sien, KARINAKAS mengembangkan cara-cara monitoring dan me-lak sanakan evaluasi secara rutin. Sudah ada staff khusus yang ber tu-gas memastikan terlaksananya evaluasi dan monitoring.

E. JEJARiNGKARINAKAS yakin bahwa dibutuhkan sinergi yang baik dengan pa ra pemangku kepentingan demi tercapainya tujuan organisasi. Mem ba-ngun dan memperkokoh jaringan, termasuk dengan paroki adalah ke wa jiban. KARINAKAS memiliki beberapa kesepakatan dengan be-be ra pa organisasi untuk melaksanakan program. Organisasi yang menjadi rekan kerja antara lain adalah: Paroki, Handicap Inter-na ti onal, UCP (United Cerebral Palsy), Nahdlatul Ulama DIY, PMI, Muhammadiyah, dll.

f. PENiNGKAtAN KiNERJAKARINAKAS berencana untuk memiliki kantor sendiri. Tujuannya, un-tuk lebih meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan program. Caritas Ger many (DCV) berkomitmen untuk membantu mewujudkan rencaa ini. Langkah nyata yang sudah dilakukan adalah mengusahakan IMB dari kantor setempat.

Page 10: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

10

Cap

aian

kam

i |

No Program

2009 2010 2011

Jumlah Desa / paroki

Penerima Manfaat

Jumlah Desa / paroki

Penerima Manfaat

Jumlah/ paroki

Penerima Manfaat

1 rBm 7 Desa 98 orang 15 Desa 207 orang 12 Desa 355 orang

2 prB

2a CmDrr1 desa di 1

paroki

2381 Jiwa /

560 kk

2 desa di 2

paroki

1002 jiwa /

328 kk

3 desa di 3

paroki

3703 jiwa /

1184 kk

2b Tanggap Darurat 16 paroki 45.881 Jiwa 7 paroki79.067 jiwa

19.063 kk

3 pengembangan masyarakat mandiri

3a Beasiswa 2 desa 25 anak 2 desa 21 anak 2 desa 20 anak

3b gaduh kambing 1 paroki 8 kk 1 paroki 41 kk 1 paroki 61 kk

3c

Bantuan

peralatan

sekolah

1 desa 57 anak 1 desa 47 anak

3c pertanian 1 desa di 1

paroki1 kelpk tani 7 paroki 28 klpk tani

3dpendampingan

belajar1 desa 57 anak 1 desa 57 anak 4 desa 125 anak

TABeL : progrAm DAn AkTIvITAs kArInAkAs

Page 11: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

| Jud

ul kead

aan d

kk

11

progrAm pengUrAngAn rIsIko BenCAnA oLeH mAsYArAkAT | PRBoM

BeLAJAr DArI penerapan program management komunitas – pengurangan risiko Bencana (prB) di wi layah sumber (magelang), Joho (kab. sragen), dan kembanggede (kab. Bantul), kArInAkAs melihat pen-ting nya pelaksanaan program yang sama di wilayah lain. program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk me ngem-bangkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi kebencanaan. Dengan pendekatan langsung ke masyarakat, program prB berupaya mengubah peri-la ku masyarakat, memperkuat kapasitas masyarakat, dan mengurangi kerentanan individual, keluarga, dan masya rakat dalam menghadapi bencana. sepanjang tahun 2011, sudah ada tiga wilayah yang didampingi dan telah me lak sanakan kajian partisipatoris risiko Bencana, yaitu: desa nglambur (kab. kulonprogo), desa serut (kab. gunungkidul), dan Desa pacing (kab. klaten).

Page 12: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

12

pr

Bo

m |

Capaian terpenting program PRB adalah dibentuknya Kelompok Siaga Bencana di masyarakat yang terlibat secara penuh dalam program PRB. KSB telah dikuatkan dan dilengkapi dengan pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan program PRB dalam konteks local. Sebagai agen perubahan, mereka menguatkan masyarakatnya untuk meningkatkan kesadaran akan bencana alam, kapasitas masyarakat, dan kerentanannya. KSB juga memperluas lingkup kerjanya dengan menjadi kelompok persiapan bencana dan tanggap darurat yang mampu dipercaya, tidak hanya di tingkat dusun, namun juga di tingkat desa. Masyarakat bersama KSB bersama-sama menentukan tindakan nyata untuk mengurangi risiko bencana sejak dini sekaligus memonitor dan mengevaluasi setiap kegiatannya.

Peran penting KSB tidak akan berarti tanpa dukungan dari pemerintah setempat. Masyarakat dan KSB memiliki keterbatasan sumber daya untuk menjalankan program PRB. Maka dari itu, pemerintah setempat selayaknya turut bertanggung jawab dalam mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan yang ada untuk mendukung terlaksananya kegiatan warga. Untuk mencapai tujuannya, KSB bekerjasama dengan semua pihak dari berbagai latar belakang, terutama yang memiliki perhatian dalam pengurangan risiko bencana. KARINAKAS juga menguatkan institusi parokial dan non-parokial supaya dapat terlibat dalam rencana aksi masyarakat. Dukungan dari berbagai pihak tidak hanya mendukung warga, namun juga memperkuat kapasitas institusi atau organisasi. Lebih jauh lagi, masyarakat sekarang menyadari bahwa bencana dapat saja terjadi kapan saja, dimana saja, dan pada siapa saja. Maka, bencana adalah urusan setiap orang.

REhABiLitASi ERUPSi MERAPi 2011Erupsi Merapi pada Oktober 2010 adalah bencana nasional yang melanda banyak sektor di lima kabupaten. KARINAKAS menjalankan beberapa proyek untuk membantu para penyintas, mengatur berbagai jenis bantuan dari individu maupun organisasi. Caritas Internationalis Member Organizations (CIMOs) mendukung KARINAKAS dengan bantuan dana dan barang.

Setelah masa darurat selesai, KARINAKAS melaksanakan program rehabilitasi bagi mereka yang tinggal di area terdampak bencana. Program ini dimaksudkan untuk memperkuat dan mendampingi masyarakat terdampak dengan pertanian organik dan beasiswa pendidikan. Untuk melaksanakannya, KARINAKAS bekerjasama dengan 7 paroki, yaitu: Sumber, Salam (Kab. Magelang), Somohitan, Pakem, Babadan (Kab. Sleman), Kalasan (yang masuk di wilayah Kab. Klaten), dan Boyolali (Kab. Boyolali). Sebanyak 21 kelompok tani dan 189 siswa (SD hingga SMU) didampingi dalam program ini.

Program ini mengajak masyarakat untuk mandiri dalam mengelola pertanian organik, terutama setelah erupsi Merapi. Pendampingan di sektor pertanian ini dimaksudkan untuk mewujudkan keselarasan terhadap lingkungan dan tidak menciptakan kerentanan baru pada risiko kehilangan dan kerusakan alam. Lebih jauh lagi, masyarakat disiapkan untuk berhadapan dengan erupsi Merapi di masa depan dan bencana lainnya dengan menggunakan kekuatan dan mensiasati kelemahan wilayah mereka. Program ini juga membuka kesempatan bagi anak-anak di leren gunung Merapi untuk melanjutkan pendidikan mereka dengan dukungan beasiswa. Dengan demikian, tidak hanya mengembangkan aspek ekonomi, aspek pendidikan dan sosial pun mendapat perhatian.

Page 13: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

13 | pr

Bo

m

setelah masa darurat selesai, KarinaKas

melaksanakan program rehabilitasi bagi mereka

yang tinggal di area terdampak bencana.

Page 14: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

14

rB

m |

RBM KARiNAKAS merupakan program yang pelaksanaannya di tiga kabupaten, yaitu: Bantul, klaten, dan sukoharjo. program ini dilaksanakan dengan membangun jejaring yang baik dengan para pemangku kepentingan di masyarakat dampingan untuk memberdayakan difabel yang ada di komunitas.

Program ini dilaksanakan secara langsung mengenai para difabel atau keluarga mereka, atau melalui masyarakat luas dengan menumbuhkan kesadaran publik, pembuatan kebijakan, dan rencana aksi masyarakat yang bertujuan memberdayakan difabel dan memberi manfaat bagi masyarkat umum.

Di Klaten, Bantul, dan Sukoharjo, sasaran program adalah semua jenis difabilitas di 12 desa sambil terus melanjutkan pemberdayaan para difabel SCI (sebagian besar korban gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 2006). Program ini memfasilitasi masyarakat desa dalam membentuk kelompok mandiri bagi difabel dan anggota keluarganya dengan dukungan dari Dewan RBM setempat atau relawan desa (anggota dewan/relawan terdiri dari para difabel atau keluarganya, kader kesehatan, dan petugas kelurahan). Kelompok mandiri dan dewan RBM setempat melakukan kajian untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan nyata untuk mengatasi berbagai halangan dalam pemberdayaan difabel. Dari hasil assessment dikenali bahwa sektor mata pencaharian menjadi persoalan utama. Maka dari itu, sebagian besar dari rencana aksi terkait dengan pemberdayaan di aspek mata pencarian. Di tahun 2011, kontribusi yang warga masyarakat dan pemerintah keluarahan di sektor livelihood cukup signifikan. Di desa Nguter, kab. Sukoharjo, perangkat desa yang menyediakan tanah kas desa seluas 3000m2 untuk digunakan oleh para difabel sebagai lahan pertanian. Sebuah toko kecil di pasar desa juga didonasikan oleh desa untuk meningkatkan pendapatan para difabel.

progrAm reHABILITAsI BersUmBerDAYA

mAsYArAkAT | RBM

Page 15: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

15 | rB

m

Melalui pemberdayaan di sektor mata pencarian, program RBM juga memfasilitasi tiga koperasi difabel di tiga kabupaten yang dikelola secara professional oleh para difabel dan anggota keluarganya. Ketiga koperasi tersebut sudah beranggotakan 150 orang yang secara aktif menggunakan fasilitas simpan pinjam di koperasi.

Warga desa dan relawan memberikan kontribusi dengan terlibat dalam deteksi dan intervensi dini difabilitas dan memberikan pendidikan non formal bagi anak-anak tentang difabilitas. Jika di Klaten dan Bantul, sektor pendidikan berhasil membentuk 7 kelompok baca sejak tahun lalu, tim RBM Sukoharjo membantu warga untuk membentuk dua kelompok Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Program RBM KARINAKAS melakukan aktivitas advokasi di tingkat kabupaten. Di Klaten, advokasi dilakukan dengan mengajak Dewan RBM Klaten untuk mendorong pemerintah daerah menentukan kebijakan yang memihak difabel. Hasilnya, Pemda Klaten secara resmi telah mengundangkan PERDA untuk kesetaraan, kemandirian dan kesejahteraan difabel. Selanjutnya, advokasi akan dilakukan untuk mendorong terbitnya peraturan Bupati (PERBUP) sebagai alat operasional Perda. Di Bantul, tim RBM bersama aktor lainnya, berhasil mendorong pemerintah daerah untuk melibatkan difabel dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembentukan Dewan RBM yang sebelumnya hanya berisi perangkat pemerintah. Tahun 2011, bekerjasama dengan PSHD (Pusat Studi HAM dan Demokrasi) Universitas Atma Jaya, KARINAKAS mendorong supaya terbit peraturan Bupati terkait dengan difabilitas. Harapanya, Perbup tersebut dapat ditandatangani Bupati Bantul pada 2012.

Program CBR akan terus dilakukan di tiga kabupaten tersebut sepanjang 2012. Sementara itu, akan dilakukan kajian untuk melihat kemungkinan dilaksanakan-nya program yang sama di wilayah lain.

evaluasi kursi roda

kadian HvC dusun III, desa Talun.

Page 16: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

16

pp

m |

PROGRAM iNi memberi perhatian pada peningkatan pendapatan rumah tangga dan pendidikan bagi yang miskin. Area yang didampingi adalah dusun Dawung (kab. Wonosari), desa selopamioro (kab. Bantul), dan paroki somohitan (kab. sleman). Sektor pendidikan dilakukan dengan memberikan pendampingan belajar bagi 40-70 anak sekolah dasar di dusun Dawung setiap Rabu sore. Tim Pendampingan Masyarakat Mandiri bersama para relawan membantu anak-anak tersebut mengulang lagi pelajaran sekolah. Anak-anak dikelompokan sesuai dengan tingkat pendidikan. Relawan dan tim berusaha untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi anak di sekolah, terutama dalam memahami pelajaran di sekolah. KARINAKAS juga membantu biaya pendidikan 20 anak. Kegiatan ini didukung oleh lembaga One Body One Spirit – Korea (OBOS KOREA), Stichting Micara, dan beberapa donator individual.

Di paroki Somohitan, KARINAKAS melaksanakan program gaduh kambing. Beberapa kelompok tani dipinjami beberapa ekor kambing. Mereka akan memelihara kambing hingga beranak. Setelah itu, kambing yang dipinjamkan akan digulirkan ke kelompok lain. Awalnya hanya 16 ekor kambing yang dipinjamkan. Sekarang, sudah berkembang hingga 84 ekor lebih. Metode peningkatan pendapatan keluarga ini cukup familiar dan relevan dengan kearifan lokal.

PrograM PengeMBangan

MasyaraKaT Mandiri | PMM

awalnya hanya 16 ekor kambing yang dipinjamkan. sekarang, sudah berkembang hingga 84 ekor lebih. Metode peningkatan pendapatan keluarga ini cukup familiar dan relevan dengan kearifan lokal.

Page 17: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

| Jud

ul kead

aan d

kk

17

mAnAJemen sUmBer DAYA

Selama tahun 2010 sampai dengan 2011 tampak beberapa kegiatan administrasi dilakukan dibawah kendali Sekretariat, seperti contohnya adalah recruitment staff, kegiatan bersama KARINAKAS dan perubahan gaji dan tunjangan, yang dahulu dilakukan oleh masing-masing Program di lapangan. Salah satu keberhasilan dari koordinasi dibawah Office Manager ditunjukkan apada saat masa Emergency Respon Erupsi Merapi, dimana seluruh staff dan relawan dapat berkontribusi dalam kesiagaan pada masa emergency. Pada bulan Januari 2011, KARINAKAS melakukan peninjauan kembali pada gaji seluruh staff KARINAKAS dengan system Remunerasi. Penerapan system ini dimaksudkan agar adanya system penggajian sehingga selisih gaji antara Direktur dan tim support tidak terlalu jauh. Sejauh ini, semua staff dapat menerima perubahan atas gaji dan tunjangan yang mereka terima saat ini.

Pada bulan Februari 2011, disahkannya satu dokumen kode etik KARINAKAS dimana dokumen ini menunjukkan bagaimana seorang staff KARINAKAS bekerja. Dengan adanya kode etik ini, setiap staff dapat bertingkah lakku sesuai dengan kode etik dan akan selalu membawa nama baik lembaga dalam kegiatan sehari-hari. Kode etik ini kemudian baru dialih bahasakan pada bulan November dengan bantuan Richard Kempt (volunteer asing dari ABV).

Pada bulan Maret 2011, penerimaan gaji semua staff KARINAKAS dilakukan melalui jasa salah satu bank sehingga mempermudah kontrol Keuangan dan Office Manager.

Page 18: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

Jud

ul k

ead

aan

dkk

|

18

Pada Agustus 2011, KARINAKAS mendapatkan kesem-patan untuk belajar bersama dengan Volunteer asing dari Australian Bisnis Volunteer selama hamper 6 ming-gu. Kegiatan bersama dengan volunteer asing, Richard Kempt, lebih pada membuatan proposal untuk kegiatan KARINAKAS ke depan. Demikian, Richard Kempt juga ba nyak memberikan masukan dari bidang administrasi atau dokumentasi kelembagaan KARINAKAS sendiri. Ma suk kan yang baik dari Richard Kempt adalah setiap do ku men resmi dari lembaga, lebih baik kalau dibuat dalam dua bahasa sehingga donor dapat langsung me-ma hami karakter KARINAKAS sebalum bekerja sama dari dokumen yang tersedia.

Pada bulan Oktober, dibuat 1 draft surat pernyataan an ti korupsi yang akan ditandatangani oleh seluruh staff KARINAKAS tanpa kecuali. Surat pernyataan anti ko rup si ini bertujuan mendukung kinerja pemerintah da lam memberantas korupsi yang semakin marak di Indonesia. Surat anti korusi ini tidak hanya menunjuk ko rup si pada masalah keuanan saja melainkan korupsi da lam bentuk lain seperti waktu, tenaga, nama baik lem baga dan lain sebagainya.

Dalam masa tahun 2011 ini, disepakati bersama me nge-nai hari libur dan cuti bersama seluruh staff KARINAKAS serta agenda kegiatan KARINAKAS dalam wak tu satu tahun kedepan. Agend ini menjadi sangat penting ba gi seuruh staff dalam menata ritme kerja dikantor mau-pun di lapangan. Dengan adanya aenda besar ini, selu-ruh staff KARINAKAS dapat mengikuti kegiatan dan per te muan KARINAKAS tanpa kecuali.

Dalam masa tahun 2011, terjadi beberapa perubahan posisi staff KARINAKAS dalam semua program. 3 staff KARINAKAS dengan posisi yang berbeda mengun dur-kan diri. Sampai dengan bulan November, baru 2 posisi yang telah mendapatkan staff pengganti. Sedangkan un tuk 1 posisi staff komunikasi, masih dalam proses rekruitmen.

Selama 2011, KARINAKAS telah mengirimkan beberapa staff nya untuk mengikuti beberapa pelatihan atau work shop atau menghadiri undangan dari berbagai pihak.

Page 19: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

| Jud

ul kead

aan d

kk

19 wAKtU tRAiNiNG /wORKShOP/SEMiNAR PENyELENGGARA tANGGAL PELAKSANAAN DURASi

february

Workshop penggunaan Data survey Aspek

kehidupan rumah Tangga Indonesia (sAkerTI)Lembaga survey meter 16 pebruari 2011 1 hari

pertemuan Direktur kArInA keuskupan se

Indonesiakarina kWI 23-25 pebruari 2011 2 hari

April Hajar (sAkerTI) kArInAkAs 1-Apr-11 1 hari

may

Hajar(sAkerTI) kArInAkAs 6 mei 2011 1 hari

pembuatan modul sATUnAmA 2 mei - 2 Juli 2011 2 bulan

pembuatan kursi roda Adaptif (advance) untuk

anak berkebutuhan khususUCp 18-31 mei 2011 10 hari

membangun karakter anak melalui pendidikan

lingkunganDeD 21 mei 2011 1 hari

Agustus

Diskusi pendidikan (membangun karekter Anak

melalui pembelajaran sastra : membangun

karakter melalui pendidikan sekolah)

DeD 25 Agustus 2012 1 hari

september Training of facilitator sATUnAmA 12-16 september 2011 5 hari

oktober

Leadership ppm Jakarta 24 oktober - 7 Desember 2011 18 bulan

Diskusi pemdidikan : Qou vadis, rsBI? DeD 27 oktober 2011 1 hari

Workshop Hr Day “Be A greater Hr” personal growth Center 8 oktober 2011 1 hari

Hajar “Development& Cloud Computing” karinakas 7 oktober 2011 1 hari

november

forum pembelajaran Drr dan er karina kWI 21-25 november 2011 5 hari

fasilitasi Caritas keuskupan sibolga, nias Cks 17-23 november 201 6 hari

Training untuk Tunaganda pprBm Bhakti Luhur malang1 november - 22 Desember

20111 bulan

daftar Kegiatan Pelatihan/ Workshop/ seminar dan lain sebagainya

Page 20: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

20

Lap

ora

n k

euan

gan

|

Laporan Keuangan 2011 | ringkas

BaGian KeuanGan kArInAkAs adalah sebagai support system yang artinya mendukung seluruh

kebutuhan aktivitas operasional dan program kArInAkAs. Dukungan tersebut diwujudkan dalam

bentuk tata kelola keuangan yang baik dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

sampai dengan pengendalian keuangan. selain itu, juga dilaksanakan audit untuk program-program

kArInAkAs baik oleh kantor Akuntan publik nasional maupun Internasional. Transparansi

keuangan ditempuh dengan penyebaran informasi melalui berbagai cara yang dimiliki (website,

bulletin, laporan tahunan).

Pada 28 Maret 2011, lembaga ini diaudit oleh auditor eksternal (Hadori Sugiarto Adi & Rekan) untuk program

Emergency Response Merapi Eruption (EA 19/2010 Indonesia Mount Merapi Eruption KARINAKAS).

Secara singkat, dinyatakan bahwa KARINAKAS sebagai pengelola dana bantuan dari lembaga Caritas

Internationalis adalah lembaga yang akuntabel dan transparan.

Dalam hubungannya dengan Keuskupan Agung Semarang, bagian Keuangan KARINAKAS berkoordinasi dengan bagian keuangan KAS terkait dengan pelaporan

keuangan dan perpajakan. Dengan demikain, pihak pengelola keuangan Keuskupan selalu mengetahui

dinamika keuangan KARINAKAS.

Hingga saat ini, KARINAKAS berusaha untuk mengajak semakin banyak umat KAS terlibat dalam gerakan

kemanusiaan. Salah satu bentuk keterlibatan adalah membantu dengan menyediakan dana melalui kaleng donasi untuk KARINAKAS. Memang, kontribusi donor

lokal masih belum signifikan bagi pembiayaan program. Namun demikian, keterlibatan tidak dinilai berdasar jumlah karena lebih penting adalah bela rasa umat.

Donasi Donor Internasional 4,010,367,194.40 79.47%Donasi Keuskupan Agung Semarang 92,625,000.00 1.84%Donasi Lokal 509,484,991.00 10.10%Pemasukan Lain 202,832,368.92 4.02%Bunga Bank 231,081,014.95 4.58%

TOTAL PENERIMAAN 5,046,390,569.27 100%

PENERiMAAN KARiNAKAS

79.47%

1.84%

10.10%

4.02%

4.58%

grafik prosentase penerimaan

Page 21: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

21 | Lapo

ran k

euan

gan

89.58%

10.42%

44.97%

3.33%

27.16%

9.61%0.07%

2.60%

0.88%

5.00%

5.42%

0.88% 0.007%

biaya operasional

Biaya Operasional Kantor 291,441,506.73 Biaya Gaji dan Honor Karyawan 316,365,873.50

biaya program

Biaya Pengembangan Lembaga 51,255,276.00 Biaya Penggalangan Dana 4,223,500.00 Biaya Tanggap Darurat 2,623,710,503.76 Biaya Program Pasca Tanggap Darurat 194,489,352.00 Biaya Program RBM 1,584,880,962.96 Biaya Program PRBOM 560,622,474.00 Biaya Program Pendampingan Sosial 4,250,000.00 Biaya Program PMM 151,774,926.00 Biaya Persiapan Pembangunan Gedung 51,371,380.00

surplus / Defisit (787,995,185.68)TOTAL PENGELUARAN 5,834,385,754.95

PENGELUARAN KARiNAKAS

5.00%5.42%

0.88%0.07%

44.97%3.33%

27.16%9.61%0.07%2.60%0.88%

100%

grafik prosentase

pengeluaran

grafik perbandingan

Biaya operasional & Biaya program

Page 22: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

22

Cer

ita

kam

i |

SUtRiSNO (27) akrab dipanggil Trimex, lahir di klaten. Trimex sudah mencoba menjadi salesman sejak usia yang

tergolong muda. Alat - alat peraga untuk Tk dijualnya ke Jakarta. kehidupan yang dijalaninya normal seperti anak

muda kebanyakan, mencari nafkah untuk menghidupi diri sendiri. namun, siapa sangka kehidupan harus berubah

seratus delapan puluh derajad. gempa DIY mei 2006, membuatnya harus berada di kursi roda sepanjang hidup.

Trimex tidak pernah mempunyai gambaran sebagai penyandang spinal Cord Injury (sCI) atau cedera tulang

belakang, perasaan sedih dan tidak ada harapan terus menjadi mimpi buruk.

Di tengah perjuangannya membangun kepercayaan diri untuk mene-ri ma kenyataan, banyak orang memandang sebelah mata terhadap ke ter batasannya. Kisah asmara saya selalu ditolak oleh orang tua yang tidak menginginkan anaknya berpacaran dengan seseorang yang berbeda. “Saya dipandang tidak mampu untuk mencari nafkah.” Ka dang kala orang lain juga membuatnya tersinggung dengan membe ri nya uang receh saat berdagang. Barang dagangan Trimex sering kali di parkir di luar saat sedang menawarkan produknya. “Saya kem ba likan uang yang mereka beri. Perasaan saya sedih dan ter sing gung, kenapa banyak orang menyepelekan difabel. Jangan dipan dang difabel hanya bisa minta-minta. Banyak difabel sukses dan ter ma suk saya sedang berusaha menjadi pedagang.”

Suatu ketika, KARINAKAS mengadakan pendataan di RS.Ortopedi Prof. DR. R Soeharso Solo. Awalnya Trimex belum mau bergabung, perasaan minder menyelimuti benaknya. Selama lima bulan pertama menjadi penyandang SCI atau warga difabel, Trimex belum bisa

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Mandi, buang air besar, makan, minum masih dilayani dan dibantu oleh neneknya. Kateter juga masih digunakan untuk buang air kecil. Selama dua tahun Trimex sama sekali tidak produktif. Tahun 2008, pertama kali dia belajar untuk mengendarai motor aksesibel milik KARINAKAS. Lalu timbul motivasi, jika dia bisa mempunyai motor aksesibel sendiri pastinya akan membantunya untuk beraktifitas dan mencari penghasilan sendiri.

Dalam membangun karirnya sebagai salesman, Trimex pun mengalami kendala yang menghalangi usahanya. Banyak tempat saat dia akan mempromosikan produk harus melewati tempat-tempat yang tidak aksesibel. Misalnya saja harus melewati pagar besar di perkantoran, kursi rodanya terhambat untuk melewatinya. Kadang kala satpam yang berjaga mengusirnya. “Saya pernah membohongi satpam, saya ingin diperlakukan seperti tamu yang lain. Saya mengaku suruhan orang untuk mengantarkan sejumlah uang. Hal itu saya lakukan untuk kebaikan satpam juga, supaya menghargai tamu dan juga punya sopan santun kepada orang lain.” Kata Trimex sambil tertawa. Saat ini, Trimex belajar membuat proposal penawarkan ke perusahaan-perusahaan atas permintaan agar mempunyai konsumen tetap dan dilakukan secara profesional.

Trimex berusaha untuk bangkit, berbagai usaha dilakoninya mulai dari buka toko kelontong, dan buka sewa Play Station. Namun usaha tersebut bangkrut dan tidak sesuai dengan keinginannya. Memutuskan untuk berdagang alat rumah tangga dijalani dengan modal 100 ribu rupiah, hanya sedikit barang yang dijual. Sapu dan sulak adalah yang dijual pertama kali bersama temannya yang menganggur dan mempunyai kendaraan sendiri. Lambat laun Trimek menjadi bergantung dengan temannya. Timbul keinginan dia mempunyai motor aksesibel yang dimodifikasi oleh bengkel ‘Bangkit’ sebagai sarana untuk keliling menawarkan dagangan.

Trimex

Page 23: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

23 | Cerita k

ami

Setelah motor aksesibel miliknya selesai digarap, Trimek mulai termotivasi mengambil barang di distributor yang menawarkan harga alat-alat rumah tangga murah. Dengan modal pinjaman dari ‘Koperasi Karya Bakti Difabel’, Trimek mulai mengembangkan strategi pemasarannya. Membuat kartu nama, melobby toko-toko, perusahaan, hingga sekolah-sekolah di wilayah Sukoharjo dan Klaten. Omset penjualan yang cenderung naik membuatnya menjadi rebutan para distributor dan produk yang dijual kini mulai beragam. Usaha dibawah nama DWI KARYA akan dikembangkannya dan impiannya adalah menjadi salesman sukses.

“Saya mampu bersaing dengan pedagang lain. Kadang harga saya miringkan sedikit dan mengambil keuntungan sedikit terlebih dahulu. Kejujuran adalah hal yang utama dalam berdagang. Kalau kualitas produk kurang bagus saya jujur mengatakannya dan merekomendasikan produk dengan kualitas diatasnya. Kepercayaan menjadi modal utama saya.” Kata Trimek percaya diri.

Meski pada awalnya banyak toko, sekolah, dan perusahaan yang menolak produk dagangannya, Trimex mempunyai keyakinan. “Diantara kata ‘tidak, tidak dan tidak’ akan ada satu kaya ‘ya’ saat kita menawarkan sesuatu.” Katanya mengungkapkan pengalaman berdagang.

Peran masyarakat pada difabel sangat penting untuk memberikan pengaruh yang baik pada difabel. Trimex mempunyai seorang teman yang bekerja sebagai polisi. Temannya banyak memotivasinya supaya dia bangkit dan memperlakukannya seperti biasa saja. “Teman saya sering mengenalkan saya pada cewek-cewek, agar saya tidak minder. Dari situ saya berfikir, bahwa ketika orang lain ingin menerima keberadaan saya sebagai difabel, tentunya saya harus membuka diri pada orang lain untuk bersahabat dengan mereka. Tidak perlu merasa rendah diri, justru dengan bergaul akan memberi banyak inspirasi.” Kata Trimex bangga.

“Saya ingin difabel lainnya bisa sukses. Tentunya saya harus mampu membutikannya terlebih dahulu, sehingga mereka dapat melihat kalau difabel pun mempunyai kesempatan untuk sukses seperti orang lain.” Trimex mengakhiri kisahnya.

Page 24: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

24

Cer

ita

kam

i |

Desa Pacing,Menuju Komunitas Mandiri

Desa Pacing, Kecamatan Wedi, Kab. Klaten pa da 27 Mei 2006 luluh lantak dilanda gempa. Ti dak lebih dari 5 rumah yang masih berdiri dan dapat ditinggali. Semuanya, rata dengan ta nah. Warga desa bersama dengan berbagai pi-hak yang membantu, berjuang lagi menuju ke hi dupan yang normal.

Pengalaman di masa darurat bencana mem buat warga desa terbuka pada setiap orang yang membawa niat baik untuk memberi peng e tahuan dan meningkatkan pe ngetahuan. Ketika KARINAKAS berencana untuk me-lak sanakan pro gram Pengurangan Risiko Bencana Oleh Ma sya rakat (PRBOM) di wilayah tersebut, res pon positif sudah bermunculan sejak awal per ke nal an dengan para perangkat desa.

“Setelah gempa dulu pernah diajari tentang Ke lom pok Siaga Bencana oleh sebuah lembaga. Sa yang nya, dulu ma-sih belum mengerti benar. Ja di, kelompok ini kurang be-gi tu aktif, “ kata Kuncoro, ketua Kelompok Siaga Bencana Songga Bebaya (KSB SB) desa Pacing.

Setelah introduksi di akhir 2010, KARINAKAS ber sa ma para pengurus dan relawan KSB SB berdinamika mela ku-kan kajian-kajian keben ca na an untuk membangun kesa-

daran warga. Tahap-tahap metode PRB pun dilaksanakan tan pa kesulitan berarti. Bahkan, rencana aksi war ga di-bu at hingga akhir 2012 meskipun pro gram PRBOM KARINAKAS di wilayah tersebut ber akhir pada awal ta-hun 2012.

“Kalau pembangunan fisik kami sudah men da pat kan nya dulu. Sekarang, yang lebih pen ting adalah pembangunan karakter dan peri la ku warga. Itu jauh lebih bermanfaat. Dan KARINAKAS memberikan itu,” kata Joko Pitoyo, Ca rik Desa Pacing. Lebih jauh lagi, pemerintah de sa berharap nantinya KSB ini, jika tetap les tari keberadaannya, akan didukung dengan Ang garan Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Ketika simulasi menghadapai situasi darurat ben cana dilakukan, keterlibatan warga pun cu kup mengagumkan. Meski hanya satu RW yang dilibatkan secara langsung, warga dari RW lain pun berdatangan dan berpartisipasi da lam kegiatan tersebut.

“Dulu saya tidak tahu HT itu apa dan ba gai mana menggu-na kannya. Sekarang, pa ling ti dak pernah pegang dan tahu cara meng gu na kan nya,” kata Bambang, warga yang se ka ligus men jadi Kaur Pemerintahan Desa Pacing.

“dulu saya tidaK tahu HT itu apa dan bagaimana menggunakannya. sekarang, paling tidak pernah pegang dan tahu cara menggunakannya.

(Bambang, 36 th, warga pacing)”

Page 25: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

25 | Cerita k

ami

Di AKhiR MASA LiBUR LEBARAN, anak-anak bercerita tetang kegiatan yang mereka lakukan selama liburan dalam gambar dan tulisan. Ada yang bercerita tentang permainan yang mereka lakukan selama liburan bersama teman-temannya, ada yang bercerita tentang kunjungan mereka ke rumah kakek, ada pula yang bercerita tentang tempat-tempat yang mereka kunjungi selama liburan.

Sekolah Rebo

Anisa (kelas 1)liburan. main masak-masakan

Ardian (kelas 4). Bermain Caturpada hari selasa saya di rumah menonton TV sampai jam 9. Tiba-tiba teman saya datang namanya Poniman. Teman saya tadi mengajak saya bermain catur lalu saya mengambil caturnya. Temansaya menunggu di luar, lalu saya keluar membawa papan catur. Permainannya sangat seri sekali, tidak ada yang menang hasilnya imbang atau seri. Esok harinya lagi saya juga main catur.

Miya. Belajar bersama ayahWaktu itu hari Senin, kebetulan saya libur. pagi-pagi sya bertanya kepada ayah, kata saya, “ayah, ayah pergi tidak?” Lalu ayah menjawab, “tidak, memangnya ada apa, kok kebetulan tanya pada ayah?” jawab ayah. “Tolong yah, tolong ajari aku belajar” kata saya. Lalu ayah menjawab, “oh…boleh” “horeee’ kata saya. “ayo yah ke kamarku”. lama kelamaan tugasnya selesai. Saya dan ayah belajar bahasa Indonesia. Lalu ibu memanggil, katanya, ‘Ayo segera kita makan” Saya menjawab, “baik bu..sebentar lagi”. lalu saya dan ayah menuju ke meja makan. Sekian.

Vinta. kulon progo Siang hari aku diajak oleh ayah ke Kulon Progo. Aku mengunjungi rumah teman ayah. Sebelum berangkat ayah menghampiri teman ayah. Di perjalanan aku melihat pemandangan yang indah. Aku berangkat jam 1 sesampainya di sana jam 3. Disana aku melihat pemandangan yang sangat indah dan rasa lelahpun hilang. Sesudah beberapa jam aku di sana, akupun pulang. Sampai di rumah jam 7.

Page 26: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

26

Cer

ita

kam

i |

Beberapa waktu setelah lulus kuliah Aku mendapat panggilan kerja dari sebuah BUMN yang bergiat dalam bidang perkebunan. Aku dinyatakan lolos untuk bekerja di sebuah instansi yang menjanjikan. Namun panggilan hidupku berkata lain. Rentetan peristiwa dan refleksi hidup telah menarikku ke sebuah panggilan, mendampingi para difabel.

Aku tidak mengira gempa Yogyakarta pada pertengahan 2006 berdampak begitu hebat. Saat itu saya masih di Semarang. Ketika peristiwa itu terjadi dan seisi rumah tampak panik saya berteriak,”Paling Merapi, nggak papa. Paling hanya level 3!” Sesaat setelah gempa reda, sebuah pesan singkat dikirimkan oleh sepupuku yang berada di Muntilan ”Bukan Merapi, tapi dari Selatan dan sepertinya cukup besar” Aku langsung menyambar remote TV, berharap mendapatkan informasi yang cukup tentang peristiwa yang baru saja terjadi.

Aku hampir tak percaya dengan yang kusaksikan. Bangunan hancur. Ratusan orang dievakuasi. Korban meninggal diperkirakan ribuan. Informasi seperti itu terus diulang oleh reporter pada stasiun TV manapun. Aku dihadapkan pilihan antara tetap berada disini, berdoa sambil mengumpulkan donasi untuk disumbangkan dan mempersiapkan upacara pernikahanku yang kurang 2 bulan lagi, atau berangkat ke lokasi bencana serta membantu langsung para penyintas.

Berangkatlah aku ke Klaten. Informasi yang berhasil digali mengatakan bahwa Jogja sudah banyak yang membantu. Pemerintah, LSM, dan Organisasi lainnya kabarnya seolah berkompertisi untuk memberikan

pelayanan. Dalam perjalanan menuju Klaten, aku kembali bertanya dalam hati, ”Kenapa aku berangkat?” Aku hanya ingin memastikan kalau dorongan ini bukan sekedar mengikuti tren kerelawanan, atau sekedar mencari angel yang bagus untuk berpose di depan kamera, tapi karena sebuah alasan yang matang. Tidak satupun jawaban yang muncul selain rasa keprihatinan dan semangat keterlibatan untuk membantu sesama.

Beberapa bulan setelah peristiwa gempa, saat para penyintas telah kembali pulang kerumahnya yang baru, mereka yang hanya bisa terbaring lemas tanpa rasa itu kini tengah berada dalam kemelut batin yang mendalam. Mereka yang selamat dari bencana gempa namun mengalami cidera sumsum tulang belakang (SCI; Spinal Cord Injury) mengalami hari-hari yang berat. Secara umum mereka mengalami kelumpuhan tubuh bagian bawah. Paraplegia, begitu dunia medis menyebutnya. Secara garis besar, mereka mengalami kerusakan di sepanjang tulang belakang sehingga merusak jaringan saraf pada medulla spinalis. Kerusakan saraf inilah yang menyebabkan kehilangan secara permanen fungsi dan sensasi pada tubuh bagian bawah. Tidak hanya itu. Permasalahan sekunderpun mulai bermunculan, seperti luka tekan, kehilangan kontrol dalam melakukan buang air besar atau kecil, penurunan fungsi organ dalam, dan berbagai masalah lain. Kerusakan itu sebagai akibat tubuh mereka tertimbun reruntuhan saat bencana gempa terjadi.

Menjadi ”cacat” bukan pilihan mereka. Menjalani sisa hidup di atas kursi roda atau alat bantu lainnya sama sekali juga bukan kehendak mereka. Harta yang hilang bisa dicari. Rumah yang rusak akan

Belarasa, menembus Batas

Page 27: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

27 | Cerita k

ami

mendapat ganti. Bagi yang meninggal, biarlah mereka tenang di alam sana. Tetapi hidup dengan ”keterbatasan” itu lebih menyakitkan. Sebut saja Pak Mitro, yang kini hanya bisa terbaring sambil menatapi kedua kakinya yang mati rasa, sementara kebutuhan hidup dan kebutuhan pendidikan dua puteranya terus berjalan. Ibu Yuni, seorang istri terancam ditinggal suaminya karena sudah tidak mampu berhubungan seksual akibat ke “cacat” annya. Atau Eva, mahasiswa semester akhir yang tidak bisa meneruskan kuliahnya karena sekarang duduk di kursi roda. Hal inilah yang membuat aku kembali menentukan pilihan atas situasi yang terjadi.

Setelah melangsungkan upacara pernikahan, aku bergabung dengan KARINAKAS yang bergerak dalam bidang rehabilitasi untuk korban bencana alam gempa bumi yang mengalami cidera sumsung tulang belakang di Bantul. Meski tidak bisa berangkat atas nama pribadi seperti waktu dulu, tetapi uang juga bukan menjadi aktor penting dibalik keterlibatan ini. Melanjutkan rasa keprihatinan dan semangat belarasa bagi penyintas merupakan hal utama yang mendasari keteribatan ini.

Kalaupun ukurannya materi dan sustainabilitas pekerjaan, aku bisa saja menerima panggilan untuk bekerja di sebuah BUMN sebagaimana sudah kusinggung di atas. Tetapi dorongan ini begitu kuat, semacam sebuah ”pilihan hidup” dimana aku harus rela blusukan dan kepanasan demi mendampingi para penyandang cacat korban gempa bumi.

Senyum tulus merekalah yang menguatkan aku untuk terus barada pada pilihan ini, yakni berkarya sebagai pekerja sosial yang menghidupiku dan aku hidupi.

Menjadi ”cacat” bukan pilihan mereka. Menjalani

sisa hidup di atas kursi roda atau alat bantu lainnya sama sekali juga bukan

kehendak mereka. Harta yang hilang bisa dicari.

rumah yang rusak akan mendapat ganti.

Angga Yanuar - Difabel poliostaf kArInAkAs, program rBm Bantul

Page 28: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS

28

mis

i - v

isi |

viSi

Hadirnya roh kepedulian Demi martabat manusia

visi KARiNAKAS adalah bagian tak terpisahkan dari ensiklik paus Benediktus XvI. ensiklik pertama dalam masa kepausan Benediktus XvI adalah Deus Caritas est (Allah adalah kasih). Dalam ensiklik tersebut ditekankan bahwa pelayanan karitatif merupakan kerasulan sosio-pastoral. kerasulan sosio-pastoral berarti mengembangkan karya pelayanan yang menyentuh empat hubungan, yakni dengan Tuhan, dengan sesama, dengan diri sendiri dan dengan semesta alam. Dalam keempat dimensi tersebut kasih menjadi kekuatan pokok sebab kasih berlandaskan pada iman. salah satu wujud nyata kasih adalah roh kepedulian yang berkembang dan menjadi daya gerak bagi setiap orang untuk membangun kehidupan yang semakin baik.

Kehidupan akan semakin baik apabila martabat pribadi setiap orang dihormati dan dibela juga bilamana situasi kemanusiaan berada dalam ancaman baik oleh perilaku manusia maupun bencana. Menghormati dan membela martabat pribadi manusia berarti menghadirkan roh kepedulian sehingga setiap orang mau dan mampu bekerjasama dengan tulus. Roh kepedulian menjadi daya dorong dan daya ubah bagi setiap orang untuk memperbaiki cara melayani secara lebih cermat apa yang menjadi kebutuhan pokok mereka yang dilayani, khususnya yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. KARINAKAS mengembangkan pelayanan kemanusiaan untuk menghadirkan roh kepedulian di masyarakat. Roh kepedulian mengatasi batas-batas agama, suku, ras dan golongan.

Roh kepedulian menumbuhkan kesetiakawanan. Roh kepedulian membangkitkan belarasa. Roh kepedulian menggerakkan orang untuk menjadi teman seperjalanan dan seperjuangan. KARINAKAS adalah lembaga pelayanan kemanusiaan yang dibentuk sejak setelah terjadinya gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya pada tahun 2006. Berdasarkan Surat Keputusan Uskup tgl. 12 Juni 2006 KARINAKAS menjadi lembaga pelayanan kemanusiaan di tingkat Keuskupan. Kehadiran KARINAKAS mendapat dukungan positif KARINA KWI dan dari keluarga besar Caritas Internationalis yang berpusat di Roma yang memiliki anggota sebanyak 162 tersebar di seluruh dunia.

Misi KARiNAKAS adalah: 1. Membangun gerakan dan semangat belarasa yang mampu menegakkan keadilan, kedamaian, dan keutuhan ciptaan; 2. Mengembangkan pelayanan yang terpadu untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat; 3. Membangun jejaring dengan karya-karya paroki, kategorial, keuskupan dan lembaga terkait di tingkat nasional dan internasional; 4. Menggalang sumber daya demi pelayanan kepada sesama

Nilai KARiNAKAS adalah: 1. Keadilan; 2. Solidaritas; 3. Perdamaian

Prinsip KARiNAKAS adalah: 1. Bertanggungjawab dan kredibel; 2. Cepat tanggap; 3. Non diskriminatif; 4. Vokasional/amanah/ahli dan beretika; 5. Keterbukaan; 6. Rasa memiliki dan menjadi bagian dari KARINAKAS; 7. Partisipasi dan adaptif; 8. Team work; 9. Subsidiaritas; 10. Saling mencerdaskan

| Misi - Visi

Page 29: Laporan Tahunan 2011 KARINAKAS