28
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG- KACANGAN TEMPE Oleh : Nama : Astria Pangesti Rahayu NRP : 123020239 No.Meja : 3 Kelompok : I Tanggal Praktikum : 30 Maret 2015 Asisten : Kartini Hartantie

Laporan Tempe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ghvd

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGANTEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGANTEMPE

Oleh :Nama : Astria Pangesti RahayuNRP : 123020239No.Meja : 3Kelompok : ITanggal Praktikum : 30 Maret 2015Asisten : Kartini Hartantie

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGANPROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG2015I PENDAHULUANBab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.1.1 Latar BelakangTempe merupakan produk bioteknologi tradisional yang dihasilkan melalui teknik fermentasi sederhanaRhizopus spatau disebut juga jamur tempe. Banyak bahan dasar yang dapat digunakan dalam pembuatan tempe, seperti kacang kedelai, kacang hijau dan lain sebagaiya. Proses pembuatan tempe dimulai dengan proses menumbuhan spora jamur tempe, yaitu Rhizopus sp I pada biji kacang. Dalam pertumbuhannya Rhizopus sp membentuk benang-benang yang disebut benang hifa. Benang hifa ini membentuk suatu tekstur padat, yang kemudian disebut tempe. Kualitas tempe yang baik juga ditentukan oleh kadar protein dalam kacang, kemurnian starter tempe yang digunakan dalam fermentasi, cara pembuatan dan cara penyimpanan (Zulfiany, 2013).Pengolahan kedelai menjadi tempe dapat memberikan nilai lebih. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi produksi enzim fitase oleh Rhizopus oligosporus. Enzim fitase ini berfungsi memecah fitat yang merugikan, yaitu mengikat beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secaraoptimal dalam tubuh.Kedelai yang merupakan bahan dasar tempe mengandung protein 35%bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, singkong, kacang hijau, daging, ikan segar,dan telur, kedelai punya kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamaikadar protein susu skim kering

1.2 Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan ini adalah untuk mendiversifikasi produk olahan kedelai, meningkatkan nilai ekonomis, dan untuk mengamati cara pembuatan tempe.

1.3 Prinsip PercobaanPrinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan proses pemanasan kedelai dengan cara perebusan dan pengukusan kemudian dilanjutkan oleh proses fermentasi ragi tempe atau Rhizopus Oligosporus.II BAHAN, ALAT DAN METODA PERCOBAANBab ini akan menguraikan mengenai : (1)Bahan Percobaan yang Digunakan, (2) Alat Percobaan yang Digunakan, dan (3) Metoda Percobaan.2.1 Bahan-bahan yang DigunakanBahan-bahan yang digunakan untuk percobaan ini adalah kedelai, air, tepung tapioka, dan ragi.2.2 Alat-alat yang DigunakanAlat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah baskom, panci, nampan, kukusan, dan siller.2.3 Metoda Percobaan

PerendamanPerebusan

Kacang Kedelai

PenyangraianPenirisanPengukusan

Gambar 1. Proses Pembuatan TempeTempe

PengemasanPenyimpananPencampuran

vTepung tapioka, kedelai, ragiAir bersihTempePlastikTepung tapiokaUap airUap airUap airAir kotor + KulitAirPenirisanPencampuranPengemasanPenyangraian t= 10 menitPenyimpanan, t=24 jamPengukusan t= 15 menitPerebusan T = 30CPerndamanPerebusan T = 30CKacang Kedelai

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tempe

III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASANBab ini akan membahas mengenai : (1) Hasil Percobaan Penepungan dan Pengeringan, (2) Pembahasan.3.1 Hasil PercobaanTabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan TempeNoKeteranganHasil Pengamatan

1Nama ProdukTempe

2Basis200 gram

3Bahan UtamaKacang kedelai

4Bahan TambahanRagi dan Tepung Tapioka

5Berat Produk134 gram

6% Produk67,1 %

7Organoleptika. Warnab. Rasac. Aromad.Teksture. KenampakanCoklat-Bau busukLembekTidak menarik

8Gambar Produk

(Sumber: Kelompok I, Meja 3, 2015)3.2 PembahasanBerdasarkan hasil percobaan pembuatan tempe dengan basis 200 gram didapatkan hasil 67,1 %. Hasil organoleptic menunjukan warna tempe coklat, memiliki aroma busuk, tekstur lembek, dan kenampakannya tidak menarik.Proses pembuatan tempe ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Berikut tahapan proses pembuatan tempe :1. Pencucian kedelaiProses pencucian kedelai ini bertujuan untuk membersihkan kedelai. Selain dicuci kedelai juga direndam. Perendaman ini untuk menyeleksi kotora n kerikil dan juga kedelai yang rusak atau tidak layak.biasanya kedelai yang rusak akan mengambang. Setelah itu bilas hingga kedelai benar-benar bersih. Proses pencucian ini merupakan bagian yang cukup penting karena jika kedelai tidak bersih maka tempe yang dihasilkan tidak tahan lama.2.PerebusanLangkah selanjutnya adalah perebusan kedelai yang sudah kita cuci bersih. Perebusan kedelai menggunakan panci, jika untuk skala besar bisa menggunakan panci besar atau drum . Air yang digunakan untuk merebus kedelai ini usahakan menggunakan air sumur atau air mineral, bukan air PDAM. Karena air PDAM seringkali mengendung kaporit. Kandungan kaporit yang terkandung dalam air bisa menghambat proses permentsi. Rebus kedelai hingga matang atau empuk biasanya memkan waktu 3-4 jam.3.Pemisahan Kulit Kedelai/PenggilasanStelah direbus hingga matang kedelai diangkat dan didinginkan.kemudin rendam dalam air bersih selama 6 -12 jam untuk memudahkan pengelupasan kulit kedelai. Pengelupasan kulit kedelai ini bisa dengan cara diremas remas dengan tangan atau untuk sekala besar biasanya diinjak injak dengan kaki didalam keranjang bambu supaya kulit terkelupas dan kedelai terpecah. Kemudian cuci dengan ari mengalir supaya kulit dan bijinya terpisah4.Perebusan kembaliProses yang selanjutnya yaitu kedelai yang sudahtak berkulit dan terpecah direbus kembali untuk menghilangkan bau, kotoran dan bakteri yang mungkin masuk selama proses pemisahan kulit atau penggilasan agar proses permentasi berjalan baik. Perebusan kedua ini tidak perlu cukup lama cukup hingga air mendidih karena pada dasarnya kedelai sudah matang pada perebusan pertama. Sebenarnya proses perebusan kedua ini bisa digantikan dengan hanya menyiramkan air panas mendidih pada kedelai tadi. Namun untuk memastikan tidak adanya bakteri lebih baik direbus saja. Setelah airnya cukup dingin kedelai diangkat dan ditiriskan kemudian simpan kedelai secara tipis dan merata diatas tampah atau tempat yang disediakan.5.PeragianInilah bagian yang paling penting dan paling menentukan berhasil tidaknya kita dalam membuat tempe. Pada proses peragian ini merupakan proses fermentasi kedelai menjadi tempe. Peragian dilakkan jika kedelai sudah mulai mengeringan dalam kondisi hangat. Jika terlalu panas ragi tidak akan bekerja dan jika terlalu dingin ragi bekerja tidak maksimal. Ragi yang dibutuhkan untuk membuat tempe ini kira-kira 2% dari jumlah kedelai yang dimasak. Tapi hal ini juga tergantung pada suhu udara. Sebagai contoh jika suhu udara normal untuk 100 kg kedelai dibutuhkan 7 sendok makan ragi, namun jika suhu udara dingin perlu lebih banyak. Peragian ini dilakukan dengan menaburkan ragi secara merata, kemudian kedelai diaduk-aduk hingga ragi bener-benar merata.6.PembungkusanTahap selanjutnya adalah pembungkusan kedelai yang sudah diberi ragi. Pembungkusan bisa dengan media dau pisa atau plastik dan lain lain. Untuk pembungkusan dalam plastik atau daun maka perlu dikasih lubang udara supaya kapang ragi mendapatkan udara selama fermetasi.7.PemeramanLangkah selanjutnya adalah pemeraman yaitu penyimpanan kedelai yang sudah dibungkus dalam suhu kamar atau suhu udara yang hangat agar proses fermentasi berjalan efektif. Proses ini membutuhkaan waktu sekitar sehari semalam atau 24 jam. Setelah proses pemeraman tahap akhir adalah tempe yang sudah diperam diangin anginkan atau diberi udara bebas. Setelah diangin anginkan maka tempe siap diolah ataupu dipasarkan (Holikul, 2014).Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe yaitu :a. Kacang kedelai : Sebagai bahan dasar dalam pembuatan tempeb. Ragi: Ragi tempe adalah bahan campuran yang berperan penting dalam proses fermentasi. Fungsi mempercepat fermentasi kedelai menjadi tempe.c. Tepung Tapioka: Sebagai sparing agent , yaitu sebagai media pertumbuhan ragi yang dapat menghasilkan miselium yang dapat merekatkan antar kedelai.Mekanisme pembentukan tempe melalui dua tahapan sebagai berikut:1. Perkecambahan sporaPerkecambahan Rhizopus oligosporus berlangsung melalui dua tahapan yang amat jelas, yaitu pembengkakan dan penonjolan keluar tabung kecambah. Kondisi optimal perkecambahan adalah suhu 420 C dan pH 4,0. Beberapa senyawa karbohidrat tertentu diperlukan agar awal pembengkakan spora ini dapat terjadi. Pembengkakan tersebut diikuti dengan penonjolan keluar tabung kecambahnya, bila tersedia sumber-sumber karbon dan nitrogen dari luar. Senyawa-senyawa yang dapat menjadi pendorong terbaik agar terjadi proses perkecambahan adalah asam amino prolin dan alanin, dan senyawa gula glukosa annosa dan xilosa.2. Proses miselia menembus jaringan biji kedelaiProses fermentasi hifa jamur tempe dengan menembus biji kedelai yang keras itu dan tumbuh dengan mengambil makanan dari biji kedelai. Karena penetrasi dinding sel biji tidak rusak meskipun sisi selnya dirombak dan diambil. Rentang kedalaman penetrasi miselia kedalam biji melalui sisi luar kepiting biji yang cembung, dan hanya pada permukaan saja dengan sedikit penetrasi miselia, menerobos kedalam lapisan sel melalui sela-sela dibawahnya. Konsep tersebut didukung adanya gambar foto mikrograf dari beberapa tahapan terganggunya sel biji kedelai oleh miselia tidak lebih dari 2 lapisan sel. Sedangkan perubahan kimiawi seterusnya dalam biji terjadi oleh aktifitas enzim ekstraseluler yang diproduksi / dilepas ujung miselia (Anonim, 2012).Hal-hal yang berpengaruh terhadap pembuatan tempe :Penggunaan bahan baku dan campuran sangat menentukan kadar protein, lemak, karbohidrat, dan serat yang terkandung pada tempe. Semakin banyak bahan campuran yang ditambahkan semakin rendah kadar proteinnya - Cara pemasakan ( perebusan / pengukusan ) mempengaruhi kehilangan protein selama proses pembuatannya. Semakin lama pengukusan semakin banyak protein yang hilang. Antara pengukusan dan perebusan tidak jauh berbeda dalam kehilangan proteinnya. Dengan car pengukusan akan lebih cepat keringdibandingkan dengan perebusan. - Inokulum yang digunakan sangat mempengaruhi rasa. Hal ini karena pengaruh strain kapang dalam inokulum yang berbeda-beda satu sama lain. - Kenampakan tempe putih / agak kuning dipengaruhi oleh jenis kedelai, bahan campuran, inokulum, dan juga selama proses pembuatannya juga meliputi cara perendaman, pengupasan kulit, pemasakan, inokulasi, pengukusan, serta inkubasi (Harli, 2004).Berdasarkan tahapan tahapan dan hasil tempe yang diperoleh, maka dapt diketahui faktor-faktor penentu keberhasilan pembuatan tempe yaitu oksigen (diperlukan untuk pertumbuhan kapang yang aerob), suhu (kapang tempe tumbuh pada suhu 25-300C atau suhu kamar), jenis ragi (berpengaruh terhadap pembentukkan rasa, aroma, dan flavor tempe yang dihasilkan).

Kegagalan yang terjadi pada percobaan ini adalah karena : Kadar air yang masih tinggi ( bahan belum kering benar, tetapi sudah diberi ragi ) Pengadukan ragi yang kurang rata Kapang tempe tidak aktif / mati, karena dipegang pegang terus. Pengaturan suhu, kelembaban, dan ventilasi kurang baik.Pada dasarnya hampir seluruh tahapan dari pembuatan tempe merupakan titik kritis yang harus diperhatikan, sebab kesemuanya menjadi penentu hasil akhir tempe nantinya. Tahapan-tahapan tersebut berperan masing-masing untuk memperoleh hasil fermentasi yang baik pada tempe. Beberapa titik/tahapan dalam pembuatan tempe yang harus diperhatikan (titik kritis yang dapat menentukan hasil akhir tempe) antara lain adalah: Perendaman atau pre fermentasiSelama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air biji naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65 %. Proses perendaman memberi kesempatan pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan pH dalam biji menjadi sekitar 4,5 5,3. Penurunan biji kedelai tidak menghambat pertumbuhan jamur tempe, tetapi dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan yang bersifat pembusuk. Penemuan ini menunjukkan bahwa perendaman dan pencucian sangat penting untuk menghilangkan komponen yang merugikan dalam pembuatan tempe. Proses hidrasi terjadi selama perendaman dan perebusan biji. Makin tinggi suhu yang dipergunakan makin cepat proses hidrasinya, tetapi bila perendaman dilakukan pada suhu tinggi menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri sehingga tidak terbentuk asam. Proses PerebusanProses pemanasan atau perebusan biji setelah perendaman bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor, membantu membebaskan senyawa-senyawa dalam biji yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur (Hidayat, dkk. 2006). Penirisan dan PenggilinganTahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji, mengeringkan permukaan biji dan menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan jamur, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menstimulasi pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan, sehingga menyebabkan pembusukan. Penginokulasian/peragian dan PembungkusanDiperlukan keseimbangan takaran bahan dasar yakni kedelai dengan takaran ragi. Selain itu, Kapang memerlukan oksigen yang cukup untuk memacu pertumbuhannya, apabila kadar oksigen kurang pertumbuhan kapang pada substrat lambat. Uap air yang berlebihan akan menghambat difusi oksigen ke dalam kedelai sehingga dapat menghambat pertumbuhan kapang. Untuk itu pada saat pembungkusan sebaiknya aliran udara diatur agar tidak terlalu kedap, yaitu dengan memberi lubang apabila dibungkus dengan plastik.Perubahan-perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah berkurangnya kandungan oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung sampai fermentasi 72 jam. Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami peningkatan dan peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al., 1967). Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula selama fermentasi kecuali vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin (Shurtleff dan Aoyagi).Berdasarkan hasil pengamatan pembuatan tempe, tempe yang dibuat mengalami kegagalan sehingga tempe tidak sesuai dengan syarat mutu SNI. Warna tempe coklat dan beraroma busuk.

IV KESIMPULAN DAN SARANBab ini akan membahas mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.4.1 KesimpulanBerdasarkan hasil percobaan pembuatan tempe dengan basis 200 gram didapatkan hasil 67,1 %. Hasil organoleptic menunjukan warna tempe coklat, memiliki aroma busuk, tekstur lembek, dan kenampakannya tidak menarik.4.2 SaranPada percobaan ini diperlukan tingkat kebersihan yang tinggi, memperhatikan jenis ragi yang digunakan, dan kebersihan peralatan sehingga tidak ada kontaminan.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2012. Peran Jamur. (http://rikavert.blogspot.com/2012/12/peran-jamur-rhizopus-oligosporus-dalam_8728.html) Diakses : 3 April 2015Harli, Muhammad. 2004. Intisari Kado Tempe Buat Mama. PT. Gramedia: Jakarta Holikul. 2014. Cara Sederhana Membuat Tempe. (http://holikulanwar.blogspot.com/2014/10/cara-sederhana-membuat-tempe.html) Diakses : 3 April 2015Murata, et al. 1967. Studies on The Nutritional Value Of Tempeh. In J.Food Sci, 32:580. Nur hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi

SYARAT MUTU TEMPE

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Basis : 200 gramKacang Kedelai: 95,24 %: = x 200 gram = 190,48 gramRagi: 0,95 %: = x 200 gram = 1,9 gramTapioka: 3,81 %: = x 200 gram = 7,62 gram

Berat Produk: 134 gram

% Produk: = x 100 % = 67,1 %