26
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM BIOPROSES PEMBUATAN CUKA DARI AIR KELAPA OLEH : IRNANDA PRATIWI 03023130042 KELOMPOK : 1. VERSIA NOLAVIA 03023130011 2. FAIZAH SURYANI 03023130022 3. ANWAR HIDAYAT 03023130032 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES

Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM BIOPROSES

PEMBUATAN CUKA DARI AIR KELAPA

OLEH :

IRNANDA PRATIWI 03023130042

KELOMPOK :

1. VERSIA NOLAVIA 03023130011

2. FAIZAH SURYANI 03023130022

3. ANWAR HIDAYAT 03023130032

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Page 2: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2005

Page 3: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

I. NAMA PERCOBAAN : Pembuatan Asam Cuka

II. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Dapat Mengetahui Cara Pembuatan Asam Cuka

2. Dapat Mengetahui Proses Fermentasi Yang Terjadi Pada Asam Cuka

III. DASAR TEORI

Buah kelapa sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang

diantaranya yaitu air kelapanya itu sendiri. Umumnya air kelapa muda sering

digunakan sebagai minuman ringan. Tetapi air kelapa tua juga digunakan

sebagai bahan pembuatan asam cuka, selain itu air kelapa yang sudah tua

dapat mempengaruhi keasaman tanah sehingga mengurangi kesuburan tanah.

Buah kelapa terdiri dari 4 bagian yaitu :

1. sabut (eksokarp dan mesokarp) = 35%

2. tempurung (endokarp) = 12%

3. daging buah (endosperm)= 28%

4. air buah (ketaren) = 25%

Proses fermentasi sangat penting dalam pembuatan asam cuka karena

dapat memecah senyawa yang terdapat dalam air kelapa menjadi senyawa asam

cuka yang diinginkan. Bahan makanan yang difermentasikan biasanya

menghasilkan suatu produk baru yang mudah dicerna atau diproses, memiliki

aroma yang baik dan rasanya lebih enak. Dalam proses fermentasi ini dilakukan

oleh suatu jenis miroba tertentu yang menghasilkan atau mempunyai enzim

yang berperan dalam proses tersebut. Proses fermentasi terbagi menjadi dua

yaitu :

Page 4: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

a) fermentasi alkoholis yaitu fermentasi ynag menghasilkan alkohol sebagai

produk utama

b) fermentasi non alkoholis yaitu fermentasi yang tidak menghasilkan

alkohol sebagai produk

Pada umumnya air kelapa yang sering dikonsumsi dalam keadaan segar

adalah air kelapa muda. Hal ini disebabkan karena air kelapa tua mempunyai

komposisi kimia yang berbeda dengan air kelapa muda sehingga akan

mempengaruhi cita rasanya sendiri.

Komposisi kimia air kelapa :

Komponen Air kelapa muda (%) Air kelapa tua (%)

Air 95,01 91,23

Protein 0,13 0,29

Lemak 0,12 0,15

Karbohidrat 4,11 7,27

Abu 0,63 1,06

Selain itu komposisi mineral yang terkandung dalam air kelapa :

Unsur Berat / 100 mg

Kalium 312

Natrium 105

Kalsium 29

Magnesium 30

Besi 0,1

Fosfor 37

Tembaga 0,04

Page 5: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

Blok diagram pembuatan asam cuka dari air kelapa

Dipertahankan selama 5 menit setelah mendidih

( + ragi roti)

C6H12O6 + sacharomyces sp 2 C2H5OH + H2O

2 C2H5OH + acetobacter aceti CH3COOH + H2O

Air kelapa

Penyaringan

Penambahan gula

Didinginkan

Dimasak

Fermentasi I

Fermentasi II

Panen

Pemasaran

Page 6: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

GULA

Gula sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai

pemanis, tapi didalam industri pangan biasanya digunakan istilah sukrosa

untuk menyatakan gula yang diperoleh dari tebu atau bit.

Pemanis lain yang digunakan dalam industri pangan termasuk :

1. madu yaitu suatu produk yang diproduksi dari lebah madu yang berasal

dari tanaman

2. sirup glukosa yang dibuat melalui hidrolisis pati

3. glukosa kristal

4. fruktosa

5. maltosa yang terdapat dalam sirup glukosa

6. gula invert yang dibuat melalui hidrolisa dari sukrosa

7. sorbitol

8. manitol

9. laktosa yang terdapat dalam susu

10. gliserin

11. pemanis buatan diantaranya sakarin dan gula siklamat

Gula banyak digunakan dalam pengawetan khususnya buah-buahan dan

sayur-sayuran dan juga dapat digunakan sebagai bumbu pada produk-produk

daging. Penggunaannya ditujukan untuk pembuatan bahan pangan setengah

kering, produk yang dilapisi oleh gula dan sirup untuk produk-produk dalam

kaleng.

Sukrosa, glukosa, madu dan gula invert dapat dipakai dalam berbagai

teknik pengawetan bahan pangan. Daya larut yang tinggi dari gula, kemampuan

mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (ERH) dan mengikat air adalah

sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan bahan pangan.

Walaupun gula sendiri mampu memberi stabilitas mikroorganisme pada

suatu produk makanan, jika diberikan pada konsentrasi yang cukup (di atas 70%

Page 7: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

padatan terlarut), biasanya gula dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik

pengawetan bahan makanan.

Kadar gula yang tinggi bersama kadar asam yang tinggi (pH rendah),

perlakuan dengan teknik paesteurisasi, penyimpanan pada suhu yang rendah

pengurangan kadar air dan bahan-bahan pengawet kimia seperti asam benzoat

yang merupakan teknik-teknik yang perlu diketahui dalam pengawetan bahan

makanan.

Meskipun rasa manis adalah ciri gula yang sangat terkenal penggunaannya

sangat penting dan luas dalam industri pengawetan makanan dan juga

tergantung dari sifat lain.

Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam jumlah atau

konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air

yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan

aktivitas air (aw) dari bahan makanan berkurang.

Walaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aktivitas air bukan

merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan pertumbuhan berbagai

mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang

berbeda-beda tetapi mempunyai nilai aw yang sama menunjukan ketahanan yang

berbeda-beda pula terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Monosakarida lebih efektif dalam menurunkan nilai aw dibanding dengan

disakarida atau polisakarida pada konsentrasi yang sama. Sukrosa umumnya

digunakan pada pengawetan bahan pangan seperti selai.

Produk-produk pangan berkadar gula tinggi biasanya dapat rusak oleh

jamur atau kapang yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak

oleh panas misalnya dalam proses sterilisasi atau pasteurisasi.

Page 8: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

RAGI :

Pembuatan ragi banyak menggunakan ubi kayu, roti dan nasi.

Contoh pembuatan ragi tempe dari roti, dengan menggunakan :

Bahan-bahan :

Roti

Ubi kayu

Tempe

Alat yang digunakan :

Erlenmeyer

Pinset

Pisau

Parutan

Petridish

Prosedur pembuatan ragi roti :

1. Mula-mula alat yang akan dipakai disterilkan terlebih dahulu.

2. Roti dicubit-cubit dengan pinset, masukan ke dalam autoclaf, lalu diberi

jamur tempe yang cara pengambilannya menggunakan pinset yang sudah

disterilkan.

3. Autoclaf ditutup lalu disimpan ditempat yang aman

4. Setelah 24 jam kemudian jamur-jamur tempenya dibuang.

Prosedur pembuatan ragi dari ubi kayu :

Ubi kayu yang dikukus tanpa pati

1. Mula-mula ubi kayu dikupas dan dicuci sampai bersih

2. Ubi kayu yang sudah dicuci diparut dengan menggunakan alat yang

bersih pula.

3. Ubi yang sudah diparut diperas untuk menghilangkan patinya lalu

dibagi dua bagian.

4. Satu bagian dari hasil 3 dimasukkan ke dalam autoclaf lalu dikukus

selama ± 10 menit.

Page 9: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

5. Hasilnya setelah dingin diberi jamur tempe yang diambil dengan

menggunakan pinset yang sudah disterilkan.

6. Setelah dibiarkan selama 24 jam jamur tempenya dibuang.

Ubi kayu yang dikukus dengan patinya (tanpa diperas terlebih dahulu).

Dimana prosedur pembuatannya sama dengan proses pada ubi yang di

atas, hanya saja ubi disini dilakukan penjamurannya dengan menggunakan

pati.

IV. METODELOGI

Alat :

1. Panci

2. Kompor

3. Saringan

4. Pisau

5. Pengaduk

6. Baskom

Bahan :

1. Air kelapa

2. Gula merah

3. Ragi roti

Prosedur Percobaan :

Air kelapa dimasukan dalam panci sebanyak 3 lt ditambah gula 0,24 kg

dan diaduk. Setelah larut disaring dari kotoran, dipanaskan, dipertahankan

selama 5 menit. Setelah mendidih larutan diberi ragi roti 1 sendok the lalu

dipindahkan kedalam wadah tertutup dengan kain saring.

Setelah fermentasi berjalan lebih kurang satu minggu untuk setiap liter

larutan, ditambahkan 1,5 liter bibit cuka, kemudian difermentasikan selama 1

minggu.

Page 10: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

V. HASIL PENGAMATAN

Air kelapa sebanyak 400 ml yang telah dicampur dengan 80 g gula merah

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan gabus. Masukkan ke dalam

autoklaf selama 15 menit. Kemudian keluarkan dari autoklaf. Setelah dingin,

ditambahkan dengan 1 sendok teh ragi roti. Diamkan selama 2 hari. Setelah 2

hari, ditambahkan 50 ml Acetobacter Aceti, kemudian difermentasikan lagi

selama 1 minggu.

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini kita akan mengamati peristiwa fermentasi yang

digunakan untuk membuat asam cuka. Ragi roti kita gunakan agar proses

fermentasi dapat terjadi. Pada percobaan ini kita melakukan pengawetan secara

biologis. Proses pengawetan secara biologis misalnya dengan peragian.

Peragian (Fermentasi) merupakan proses perubahan karbohidrat menjadi

alkohol. Zat-zat yang bekerja pada proses ini ialah enzim yang dibuat oleh sel-sel

ragi. Lamanya proses peragian tergantung dari bahan yang akan diragikan.

Enzim yang terdapat dalam makanan dapat berasal dari bahan

mentahnya atau mikroorganisme yang terdapat pada makanan tersebut. Bahan

makanan seperti daging, ikan, susu, buah-buahan dan biji-bijian mengandung

enzim tertentu secara normal ikut aktif bekerja di dalam bahan tersebut. Enzim

dapat menyebabkan perubahan dalam bahan pangan. Perubahan itu dapat

menguntungkan ini dapat dikembangkan semaksimal mungkin, tetapi yang

merugikan harus dicegah. Perubahan yang terjadi dapat berupa rasa, warna,

bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya.

Air kelapa yang tidak diolah akan cepat rusak dan basi karena aktivitas

mikroba. Untuk mengurangi atau memperlambat proses kerusakan air kelapa serta

agar mempunyai nilai ekonomis yang tinggi air kelapa tua dapat dimanfaatkan

dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum. Produk hasil fermentasi air kelapa

dengan bantuan mikroba ini salah satunya adalah asam cuka. Asam cuka adalah

produk yang berupa agar-agar/gelatin. Hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan

bakteri Acetobacter xylinum. Bahan yang digunakan adalah air kelapa tua, karena

Page 11: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

komposisinya berbeda dengan air kelapa muda sehingga dapat mempengaruhi cita

rasanya.

Pembuatan asam cuka ini menggunakan gula merah yang berfungsi

sebagai sumber makanan (substrat) bagi bakteri, asam cuka sebagai bahan yang

memberikan suasana yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan ZA

adalah sebagai sumber respirasi (pernafasan) nitrogen bagi bakteri, akan tetapi ZA

ini juga dapat diganti dengan CO(NH2)2 atau pupuk urea yang memiliki fungsi

yang sama dengan ZA. Sedangkan starter adalah sebagai biang bakteri untuk

membentuk air kelapa menjadi asam cuka atau senagai biokatalisator yang

berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi biokimia.

Air kelapa dimasukkan ke dalam panci sebanyak 400 ml + gula merah

80 g diaduk. Setelah larut, disaring dari kotoran, dipanaskan dan dipertahankan

selama 5 menit. Setelah mendidih larutan diberi ragi roti sebanyak 1 sendok teh

lalu dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan gabus. Setelah

fermentasi berjalan 2 hari ditambah 50 ml bibit cuka, kemudian difermentasikan

selama 1 minggu.

Hal yang paling penting dalam proses fermentasi adalah sterilisasi. Bila

salah satunya tidak steril, maka fermentasi tidak akan berhasil. Erlenmeyer

setelah dikeluarkan dari autoklaf dalam keadaan panas ditutup dengan kertas

koran, hal ini untuk menjaga kebersihan agar tidak ada mikroorganisme lain yang

dapat masuk dan memberikan oksigen yang cukup dari luar melalui pori-pori

kertas.

Substrat yang baik untuk fermentasi adalah substrat yang mengandung

komponen yang dibutuhkan seperti sumber C, N, vitamin dan mineral dalam

jumlah yang cukup. Substrat ini dimasak terlebih dahulu dengan air

(perbandingan 1 : 1).

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Asam cuka adalah produk berupa agar-agar atau gel hasil fermentasi

dari air kelapa dengan bantuan baktei Acetobacter xylinum.

Page 12: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

2. Gula merah yang digunakan pada praktikum kali ini berfungsi senbagai

sumber makanan (substrat) bagi bakteri.

3. Asam cuka sebagai bahan yang memberikan suasana asam yang cocok

bagi pertumbuhan bakteri.

4. ZA digunakan sebagai sumber respirasi (pernafasan) Nitrogen bagi

bakteri. ZA ini dapat diganti dengan pupuk urea atau CO(NH2)2.

5. Starter sebagai biang bakteri untuk membentuk air kelapa menjadi asam

cuka atau sebagai biokatalisatoruntuk mempercepat terjadinya reaksi

biokimia.

Saran

1. Sebaiknya erlenmeyer setelah dikeluarkan dari autoklaf dalam keadaan

panas ditutup dengan kertas koran, hal ini untuk menjaga kebersihan

agar tidak ada mikroorganisme lain yang dapat masuk dan memberikan

oksigen yang cukup dari luar melalui pori-pori kertas.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Wrighty, Barbara E, “Fermentation”, Encyclopedia Americana Vol. 11,

Retina Foundation, Boston.

Needham, Joseph, chemistry of life: Eight Lectures on The History of

Biochemistry”, Cambridge Univercity, Cambridge, 1970.

Lund, Patricia, “Citric Acid Cycle”, Oxford Univercity, Oxford.

Winarno, F.G.; S. Fardiaz; A. Rahman, “Perkembangan Ilmu teknologi

pangan”. Bogor: Fakultas Mekanisme dan Teknologi Hasil Pertanian -

Institut Pertanian Bogor, 1974. 57 hal.

Hatta Dahlan dan Ratna Djuita “Penuntun parktikum Mikrobiologi “.2004.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Teknik Unsri.

Page 13: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

GAMBAR ALAT

PISAU

55 6

Timbangan Elektronik

Bahan yang telah ditimbang

SPATULA

StoplesGELAS UKUR

Page 14: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

VI. Hasil PengamatanLarutan berrwarna coklat, dan setelah satu minggu berbusa. Kemudian kita tambahkan 1,5 liter bibit cuka untuk setiap satu liter larrutan. Setelah penambahan bibit cuka dalam larutan, maka lita lakukan proses fermentasi selama satu minggu.

VII. PembahasanAsam asetat, atau dalam masyarakat lebih dikenal dengan asam cuka merupakan salah satu jenis asam yang termasuk dalam golongan asam lemah.Asam cuka bisa dibuat dengan beberapa macam bahan baku, baik itu menggunakan bahan baku alami ataupun dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Pada percobaan yang kita lakukan ini, kita memilih kelapa sebagai bahan bakunya. Kelapa yang kita pilih pun bukan sembarang kelapa, melainkan kelapa yang sudah cukup tua. Hal ini dikarenakan : 1. Harga kelapa tua lebih murah jika dibandingkan kelapa muda2. Kelapa tua memiliki kandungan gizi lebih banyak bila dibandingkan kelapa

muda.

Page 15: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

3. Kandungan fosfor pada kelapa tua jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan kelapa muda.

4. Kelapa tua lebih banyak mengandung air kelapa bila dibandingkan kelapa muda. Hal ini dikarenakan pada kelapa muda memiliki daging buah yang lebih tebal.

Pembuaatan asam cuka dari air kelapa yang kita lakukan ini menggunakan gula merah sebagai bahan campuran. Gula merah berfungsi sebagai nutrisi bagi ragi. Senyawa glukosa yang terdapat dalam gula merah akan diubah menjadi etanol ( alcohol ) oleh Saccharomyces Sp. Sebenarnya, kita bisa saja mengganti gula merah merah dengan gula putih. Hal ini dikarenakan pada gula merah dan gula putih sama-sama mengandung Glukosa. Pemilihan gula merah didasarkan pada pertimbangan bahwa untuk skla praktikum, gula merah dipandang lebih ekonomis ( lebih murah ) bila dibandingkan gula putih. Sebaliknya, dunia industri lebih memilih menggunakan gula putih, dengan alasan : Gula putih tidak merubah warna produk, sehingga produk yang dihasilkan

akan tetap menarik. Rasa gula putih biasaanya lebih manis jika dibandingkan gula merah. Gula putih lebih sedikit meninggalkan ampas jika dibandingkan gula

merah.Hal ini dikarenakan gula putih lebih mudah larut daripada gula merah.Proses pembuatan asam cuka dari air kelapa juga menggunakan ragi. Bahkan ragi dipandang memiliki perananan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan proses pembuatan asam cuka dari air kelapa merupakan salah satu proses fermentasi. Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana secara anaerob.Dalam pembuatan asam cuka dari aur kelapa, kita melakukan dua kali fermentasi : Fermentasi pertama adalah pengubahan senyawa glukosa dengan bantuan ragi

Sacharomyces Sp menjadi ethanol ( alcohol ), CO2, dan energi (ATP). Fermentasi kedua adalah pengubahan senyawa ethanol dengan bantuan ragi

Acetobacter aceti menghasilkan asam asetat, H2O.

Pada proses pembuatan asam cuka dari air kelapa yang kita lakukan, ada beberapa hal penting yang perlu kita catat : Larutan air kelapa dalam botol yang telah ditambahkan gula merah berwarna

coklat. Setelah satu minggu, akan berbusa. Kemudian ditambahkan bibit cuka 1,5 ltr

untuk tiap 1 ltr air kelapa Kemudian dilakukan fermentasi.

VIII. Kesimpulan

1. Asam cuka bias dibuat dengan bahan-bahan alami ataupun bahan-bahan kimia. Dalam percobaan ini kita menggunakan air kelapa.

2. Dalam percobaan ini, kita lebih memilih menggunakan gula merah daripada gula putih. Jenis gula tidak mempengaruhi proses fermentasi. Hal ini disebabkan baik gula merah maupun gula putih semuanya mengandung glukosa . Glukosa berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroba/ragi.

Page 16: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

3. proses pembuatan asam cuka dari air kelapa yang kita lakukan ini termasuk proses fermentasi, bahkan dalam percobaan ini kita menggunakan dua jenis ragi karena kita mengalami dua kali fermentasi.

4. Proses fermentasi biasanya memakan waktu yang cukup lama. Dalam percobaan ini memakan waktu kurang lebih 2 minggu

Page 17: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

TUGAS KHUSUS

Asam laktat adalah suatu senyawa yang terbentuk pada susu yang

masam oleh hasil bakteri asam susu. Asam laktat merupakan asam yang optimis

aktif. Asam laktat banyak dipergunakan dalam industri ,seperti industri kulit dan

bahan pelumas untuk resin.

Senyawa bersifat pengawet yang berasal dari bakteri penghasil asam

laktat. Di bidang mikrobiologi , zat demikian dikenal dengan bakteriosin.

Bakteriosin merupakan bahan pengawet makanan tidak beracun, mudah terurai,

dan tidak membahayakan bagi mikroba usus. Bakteri asam laktat penghasil

bakteriosin sebagai bibit starter unggul dan biopreservatif pada makanan.,

bertujuan untuk mengisolasi dan menyeleksi bakteri asam laktat pernghasil

bakteriosin, mengarakterisasi senyawa aktifnya , dan menguji senyawaan terpilih

sebagai bahan pengawet makanan yang anti bakteri pathogen.

Bakteri asam laktat penghasil senyawa bakteriosin dari isolate terpilih

diuji lanjut untuk mengetahui pertumbuhannya dalam berbagai media dan suhu.

Senyawa bakteriosinnya diambil dan dimurnikan. Kemudian bakteriosin

diujicobakan terhadap bakteri pathogen secara in vitro serta dibandingkan dengan

daya kerjanya terhadap bakteriosin yang beredar di pasaran yaitu nisin.

Bakteri asam laktat terpilih penghasil bakteriosin dari mukosa usus halus

sapi. Bakteri tersebut ialah Lactobacillus amylovorus US 121. Mereka

berkembang pesat pada media yang mengandung glukosa 1 persen dan ekstrak

khamir 0,5 persen.

Setelah melewati berbagai uji ,senyawa aktif dari isolate tersebut

diidentifikasi sebagai amolisin 121. Sedangkan untuk meningkatkan kandungan

amolisin 121 per satuan volume sampai dengan empat kali, dilakukan presipitasi

dengan menggunakan ammonium sulfat. Senyawa ini mampu menghambat

pertumbuhan bakteri pathogen Listeria monocytogenes.

Dari hasil kalibrasi antara amolisin 121 dengan Nisin terhadap beberapa

bakteri indikator menunjukkan, kandungan amolisisn 121 kasar setara dengan

5000 IU Nisisn, sedangkan ,supernatant bebas sel setara dengan 1250 IU Nisin.

Page 18: Laporan Tetap Asam Cuka Air Kelapa

Amilosin 121 cenderung mempunyai efek sinergisme terhadap Nisin.

Pemberian amilosin sebagai bahan pengawet dapat menekan pertumbuhan bakteri

pembusuk pada daging segar , sehingga daging masih dalam keadaan baik dalam

lemari pendingin sampai dengan hari ke 15.

Hal yang sama ditunjukkan pula oleh Nisin. Demikian pula hasil yang

sama ditunjukkan pada daging segar yang diinokulasi dengan bakteri

pathogen ,L.monocytogenes dan Staphylococcus aureus. Amilosin 121 ,Nisin dan

gabungan amilosin 121 serta Nisin dengan konsentrasi masing-masing 320

AU/ml, 620 IU/ml, dan 160 AU/ml dan 312,3 IU/ml, mempunyai efektivitas yang

sama pada daging segar yang diinokulasikan dengan bakteri

pathogen ,L.monocytogenes dan Staphylococcus aureus.

Sementara itu , amilosin 320 AU/ml yang dimasukkan ke susu

mempunyai efektivitas lebih besar untuk menekan pertumbuhan sel

L.monocytogenes dibandingkan dengan Staphylococcus aureus selama 120 jam

pada suhu 100o C. Demikian pula, susu tersebut mengandung gabungan antara

amilosin 121 dan Nisin dengan konsentrasi masing-masing 160 AU dan 312,35

IU/ml, maka bahan pengawet tersebut dapat menekan jumlah sel Staphylococcus

aureus sampai 30 persen.

Amilosin 121 dapat digunakan sebagai pengawet susu pasteurisasi

karena efektivitasnya meningkat akibat proses pasteurisasi. Keefektifitasan

amilosin 121 maningkat sampai 12 hari pada suhu 100o C. Dalam penelitian

tersebut dibuktikan pula bahwa L. amylovorus US 121 tidak menimbulkan angka

kesakitan. Hal ini menunjukkan ,bakteri penghasil amilosin ini nonpatogen.

Disamping itu , L. amylovorus US 121 bertindak sebagai agen probiotik karena

dapat memperbaiki konversi ayam pedaging.