Upload
salma-isnaini
View
201
Download
34
Embed Size (px)
DESCRIPTION
123
Citation preview
PENENTUAN KADAR AIR TOTAL PADA CONTOH
YANG TELAH DI PREPARASI
I. Tujuan Percobaan
- Mengetahui kadar air total yang terkandung dalam batubara
- Melakukan analisis menggunakan alat dengan baik dan benar
II. Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang digunakan
- Neraca analitik
- Oven pengering
- Pan/Loyang pengering
- Top loading balance
- Cawan + penutup
- Desikator
Bahan yang digunakan
- Batubara
III. Gambar Alat (terlampir)
IV. Langkah Kerja
Preparasi dan penentuan kadar air bebas
a) Menimbang seluruh contoh batubara yang di terima didalam loyang
pengering yang telah diketahui beratnya.
b) Mengeringkan contoh dalam oven pengering pada suhu maksimum
40ºC sampai berat tetap, perbedaan 0,1 % setiap jamnya (%
kehilangan berat = L).
c) Menghancurkan contoh sampai lolos ayakan no 8 (8 Mesh), campur
sampai merata
d) Keringkan kembali contoh seperti diatas sampai berat tetap
e) Melakukan pembagian contoh dengan mekanikal divider(riffle) sesuai
table 1 pada IK preparasi contoh
f) Menghitung kadar air bebas (% kehilangan berat)
g) Menggerus contoh hingga diperoleh contoh ayakan 60 mesh.
Penentuan Kadar Air Sisa
Sampel berukuran 60 mesh dan 200 mesh dilakukan penentuan kadar air
sisa segera setelah preparasi untuk menghindari perubahan kadar air dan
oksidasi, terutama terhadap batubara peringkat rendah yang mudah
teroksidasi.
a) Memanaskan cawan kosong pada kondisi dimana sampel akan
dikeringkan, mendinginkan cawan beserta tutup dalam desikator
selama 15-30 menit
b) Menimbang 1 gr sampel, menuangkan dalam cawan, menutup dan
menimbang sampai berat konstan (± 0,1 gr)
c) Menempatkan cawan tanpa tutup dalam oven yang telah
dipanaskan pada suhu 107 ± 3C, menutup oven, memanaskan
selama 1 jam, membuka oven, cawan diusahakan dengan tutup
segera cawan didinginkan dalam desikator
d) Menimbang segera setelah pencapaian suhu ruang
V. Dasar teori
Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan
sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan terubah karena adanya
proses tekanan dan panas. Bentuk awal dari hasil penimbunan dan pemadatan ini adalah
berupa gambut yang setelah mengalami tekanan dan pemanasan akan berubah berturut-
turut menjadi lignit, sub-bituminus, bituminus atau antrasit tergantung dari besarnya
tekanan dan pemanasan yang dialaminya.
Pada dasarnya batubara memiliki tiga komponen yaitu batubara murni, zat mineral dan
lengas total. Pada perlakuan panas yang diberikan kepada batubara maka akan terjadi
penguraian terhadap batubara, cara ini biasa ditunjukkan pada saat memberi perlakuan
panas terhadap batubara, cara ini disebut analisis proksimat. Dalam pengungkapan
kualitas batubara, analisis atau pengujian terhadap kualitas batubara didasarkan pada
keadaan “As Received (ar), Air Dried Base (adb), Dry Base (db), Dry Ash Free (daf),
atau Dry Mineral Matter Free (dmmf)”.
Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari
batubara apabila dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang
menggambarkan ikatan serta asal mula air tersebut di dalam batubara.
Ada dua bentuk/wujud moisture pada batubara yakni air yang terdapat di dalam batubara
dalam bentuk H2O dan air hasil penguraian zat organik yang ada dalam batubara karena
adanya oksidasi terhadap batubara tersebut.
Air yang terdapat dalam batubara dalam bentuk H2O dibagi dalam 3 bentuk yakni :
1. Inherent moisture ialah air yang secara fisik terikat di dalam rongga-rongga kapiler
serta pori2 batubara yang relatif kecil, serta mempunyai tekan uap air yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat pada permukaan batubara.
2. Adherent moisture ialah air yang terdapat permukaan batubaraatau di dalam pori2
batubara yang relatif besar. Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruangan.
3. Air kristal ialah air yang terikat secara kimia pada mineral-mineral dalam batubara.
Bentuk ini menguap pada suhu yang cukup tinggi, tergantung dari jenis mineral yang
mengikatnya, penguapan pada umumnya mulai terjadi pada suhu diatas 450 derajat
celcius. Beberapa badan standarisasi international membuat metode untuk penetapan air
kristal ini, namun jarang orang mempergunakannya, amerika menetapkan bahwa air
kristal yang terdapat di dalam batubara ialah 8% dari kadar abu batubara, sedangkan
negara-negara eropa menetapkan sebesar 9% dari kadar abu batubara.
PENGERTIAN MOISTURE PADA BATUBARA
Air total contoh batubara adalah jumlah air bebas dan air sisa dari contoh
batubara tersebut.
Air bebas adalah air yang dibebaskan pada contoh yang dikeringkan dalan
suhu kamar
Air sisa adalah contoh air yang masih terkandung dalam contoh yang telah
dikeringkan pada suhu kamar.
Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori
batubara baik besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama
pemanasan.Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan
sampai pada suhu 105 – 110 derajat celcius.
Berdasarkan pengertian diatas, serta melihat kembali kepada bentuk2 air yang terdapat di
dalam batubara, maka hanya air dalam bentuk inherent dan bentuk adherent sajalah yang
dapat dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan 2 bentuk lainnya, yaitu air
kristal mineral dan air hasil penguaraian zat organik karena oksidasi, tidak termasuk
sebagai air batubara.
ISTILAH YANG DIPAKAI
Berdasarkan bentuk-bentuk air yang dianggap sebagai air batubara, kemudian
muncullah bermacam istilah yang dipergunakan, istilah-istilah tersebut antara lain :
Kondisi 1 : Inherent moisture (moisture holding capacity : bed moisture, equilibrium
moisture) dan Adherent moisture (surface moisture, free moisture).
Kondisi 2 : Total moisture terdiri dari 2 yakni Free moisture (air dry loss, extraneous
moisture) dan Residual moisture.
Kondisi 3 : Free moisture dan moisture (air dried moisture, moisture in the analysis
sample)
selain istilah-istilah tersebut masih banyak istilah lainnya yang dipergunakan orang,
seperti natural moisture, internal moisture, critical moisture, chemically combined
moisture, as received moisture dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN ISTILAH
Kondisi 1
1. Inherent moisture
Inherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga
kapiler dan pori-pori batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang secara
teori dinyatakan bahwa kondisi tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 100%
serta suhu 30 derajat celcius.Karena sulitnya mengsimulasi kondisi batubara di
kedalaman aslinya, maka badan-badan standarisasi menetapkan kondisi pendekatan untuk
dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.Standar internasional,
British, Australia dan Amerika menetapkan bahwa kondisi pendekatan tersebut ialah
kondisi dengan tingkat kelembapan 96 – 97 % dengan suhu 30 derajat celcius. sedangkan
standar jepang menetapkan kondisi tersebut pada tingkat kelembapan 67 % dengan suhu
30 derajat celcius. sehingga hasil yang diperoleh dengan standar jepang selalu lebih kecil
dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan standar lainnya.
Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu batubara dapat dipergunakan
sebagai tolok ukur tinggi rendahnya tingkat rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai
inherent moisture suatu batubara, semakin rendah tingkat rank batubara tersebut.
Bed moisture ialah istilah lain inherent moisture yang banyak dipakai, sedangkan
moisture holding capacity (MHC) ialah istilah yang dipakai oleh international standard
(ISO), British Standard (BS) dan Australia Standard (AS), sedangkan American Standard
(ASTM) mempergunakan istilah Equipment moisture, Moisture Holding Capacity dan
equilibrium moisture ialah istilah yang dipergunakan untuk nama pengujian.
2. Adherent moisture
Adherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan
batubara dan pori-pori batubara yang relatif besar.Surface moisture ialah istilah yang
dipergunakan oleh international standard (ISO),BS,AS sedangkan ASTM
mempergunakan istilah free moisture.Nilai adherent moisture diperoleh dari pengurangan
nilai total moisture oleh nilai inherent moisture (Adherent moisture = total moisture –
inherent moisture).
Keberadaan adherent moisture pada batubara dimungkinkan terjadi dalam beberapa
situasi, antara lain :
1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada waktu penambangan maupun pada kondisi
asalnya di dalam tanah.
2. Taburan air hujan pada tumpukan batubara
3. sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara setelah proses pencucian.
4. Air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada tumpukan batubara.
Keberadaan adherent moisture ini dapat dikurangi jumlahnya dengan proses
penirisan (drainage), centrifuge, pengeringan di udara terbuka, pengeringan dengan
pemanasan.Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan batubara,
maka semakin luas permukaan suatu batubara, semakin besar pula jumlah surface
moisture-nya, ini berarti bahwa semakin halus suatu batubara, semakin besar pula surface
moisture-nya.
Pada batubara yang halus, keberadaan surface moisture-nya sangat kuat, karena
adanya ikatan antara moisture pada permukaan partikel-partikelnya, yang disebut dengan
“bridging” sehingga sulit sekali untuk dikurangi, dan apabila mencapai jumlah yang
cukup besar terlebih lagi kalau mengandung mineral cukup besar pula, maka akan
menimbulkan masalah yang serius pada penanganan batubara tersebut (coal handling),
oleh karena itulah pada waktu pembelian batubara selalu diperiksa jumlah partikel
halusnya.
Kondisi 2
1.Total Moisture
ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk inherent dan
adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as sampled) atau
pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima (as received).
Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan niali free moisture dengan
nilai residual moisture dengan rumus.
% TM = % FM + % RM x (1 – % FM/100)
Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan
total moisture metode dua tahap (two state determination).
a. Free Moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila contoh batubara yang baru
diterima atau yang baru diambil, dikeringkan dalam ruangan terbuka pada kondisi
tertentu sampai didapat berat konstannya.
Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua penimbangan terakhir
dicapai perbedaan berat < 0,1%/jam.
Free moisture istilah yang dipakai ISO, BS dan AS sedangkan ASTM mempergunakan
istilah air dry loss (ADL) . Pada ASTM dikenal juga istilah free moisture akan tetapi
istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda dengan istilah free moisture yang
dipergunakan oleh ISO, BS, AS.
b. Residual Moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang sudah
kering (setelah free moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada suhu 105 –
110 derajat celcius, proses pengerjaan untuk mendapatkan nilai residual moisture
merupakan tahap kedua dari penetapan total moisture (metode dua tahap).
Kondisi 3
1. Free Moisture (informatif) ialah istilah yang dipergunakan untuk mengambarkan
persen jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang dikeringkan pada kondisi
ruangan (suhu dan kelembapan ruangan) yang kadang2 dibantu dengan hembusan kipas
angin. Pengeringan tidak perlu dilakukan sampai dicapai berat konstan. Pengeringan
justru harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh metode standar. Hal ini dilakukan
agar pengeringan tidak terlalu berlebihan karena akan terjadi oksidasi terhadap batubara
tersebut sehingga mengurangi nilai calorific value.
Air dry loss ialah istilah yang dipergunakan dalam ASTM . Nilai free moisture ini
sifatnya hanya informatif dan nilainya dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya
tidak selalu harus sama.
2. Air dried moisture, ISO, BS dan AS mempergunakan ukuran partikel -212 um,
sedangkan ASTM mempergunakan partkel ukuran -250 um. Air dried moisture ialah air
yang menguap dari contoh yang halus apabila dipanaskan pada suhu 105 – 110 derajat
celcius dan penetapannya merupakan bagian dari analisis proximate, istilah lain yang
banyak dipergunakan ialah moisture in the analysis sample atau moisture saja. Nilai
moisture ini hanya dipergunakan untuk menghitung hasil-hasil analisis lainnya, yang ada
hubungannya dengan moisture ke dalam basis yang diinginkan. Hal ini perlu dilakukan
apabila kita akan memperbandingkan dua hasil analisis dari contoh yang sama atau
diperlukan juga untuk pengklasifikasian batubara tersebut.
Tabel.Susunan unsur gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen, dan antrasit
Karbon Volatile Matter Calorivic Value Moisture
Gambut
Lignit
Subbitumen
Bitumen
60%
60-71%
71-77%
77-87%
> 53%
53-49%
49-42%
42-29%
16,8 MJ/kg
23,0 MJ/kg
29,3 MJ/kg
36,3 MJ/kg
> 75% insitu
35% insitu
25-10% insitu
8% insitu
( Muchjidin, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, 2006)
VI. Data Pengamatan
Ukuran
Batubara
Massa Cawan
+ Tutup (gr)
Massa Sampel
(gr)
Massa Cawan
+ Tutup +
Sampel (gr)
Massa setelah 1
jam pemanasan
60 Mesh 26,74 1 27,74 27,62
200 Mesh 26,40 1 27,40 27,34
VII. Perhitungan
Penentuan Kadar Air Sisa (Residual Moisture)
Batubara 60 mesh
Dik : w = 1 gr
Penyelesaian :
H (Berat sampel setelah pemanasan) = (27,62 -26,74)gr
= 0,88 gr
RM = (W−HW )X 100 %
= ( 1−0,881 )X 100 %
= 12 %
Batubara 200 mesh
Dik : w = 1 gr
Penyelesaian :
H (Berat sampel setelah pemanasan) = (27,34 -26,40)gr
= 0,94 gr
RM = (W−HW )X 100 %
= ( 1−0,941 )X 100 %
= 6 %
VIII. Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan pada penentuan kadar air total ini
kami hanya melakukan percobaan penentuan kadar air sisanya saja dikarenakan
batubara yang digunakan sebagai sampel tidak langsung diambil dari tempat
batubara ditambang, sampel ini telah beberapa hari di udara terbuka sehingga air
pada permukaannya telah mengering.Penentuan kadar air total atau free moisture
itu merupakan analisis proksimat.Selain untuk mengetahui kadar air pada
batubara juga untuk mengetahui peringkat batubara yang digunakan.
Sebelum sampel dimasukkan, terlebih dahulu cawan dipasankan dan
didingikan pada desikator selama 30 menit ini dimaksudkan agar cawan dalam
kondisi kering.
Pada penentuan kadar air sisa ini kami menggunakan sampel batubara
ukuran 60 mesh dan 200 mesh yang dipanaskan pada suhu 107ºC selama 1 jam
dalam oven pengering dan didinginkan.Kehilangan berat dari tiap ukuran sampel
batubara yang telah dihitung didapat pada sampel 60 mesh 0,88 gr dan pada
sampel 200 mesh 0,94, perbedaan ini didapat karena perbedaan berat cawan yang
digunakan.
Dari masing-masing ukuran batubara dapat diketahui kadar air sisanya.
Yaitu pada batubara ukuran 60 mesh kadar air sisanya sebesar 12 % dan pada
batubara ukuran 200 mesh kadar air sisanya sebesar 6 %.Dari hasil ini diketahui
bahwa sampel batubara yang kami gunakan termasuk dalam batubara
subbituminus.Semakin tingginya kadar air yang terkandung pada batubara akan
menurunkan kualitasnya dan juga nilai jualnya.
IX. Kesimpulan
Preparasi sample bertujuan untuk menyediakan suatu sample yang jumlahnya
sedikit, yang mewakili sample asalnya.
Semakin tinggi peringkat suatu batubara semakin kecil porositas batubara
tersebut atau semakin padat batubara tersebut. Dengan demikian akan semakin
kecil juga moisture yang dapat diserap atau ditampung dalam pori batubara
tersebut. Hal ini menyebabkan semakin kecil kandungan moisturenya
khususnya inherent moisturenya.
Dari hasil ini diketahui bahwa sampel batubara yang kami gunakan termasuk
dalam batubara subbituminus.
Kadar air sisa yang didapat adalah :
Ukuran 60 mesh 12 %
Ukuran 200 mesh 6 %
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet penuntun praktikum analisa batubara.2015.Penentuan kadar air total
pada contoh yang telah dipreparasi.Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang
http://rismayantianalisabatubara.blogspot.co.id/2012/02/laporan-analisa-
batubara-di-ptjembayan.html ( Diakses pada tanggal 5 oktober 2015)
https://idhamds.wordpress.com/2008/09/15/moisture-batubara-bagian-1/
( Diakses pada tanggal 5 oktober 2015)
Laporan Tetap Analisis Batubara
Penentuan Kadar Air Total
Pada Contoh Yang Telah dipreparasi
Disusun Oleh:
Kelompok 2 , Kelas 3EGB :
1. M.Anjas Abdul K (061440410796)
2. M.Marco Sayputra (061440410801)
3. Ridho Anugerah (061440410806)
4. Dhea Isra Atmika K (061440410792)
5. Puspita Anggraini (061440410804)
6. Salma Isnaini (061440410809)
7. Nyimas Jannatu Adnin ( 061440411738)
Dosen pembimbing :
Ir.Irawan Rusnadi,M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2015/2016