45
LAPORAN TOKSISITAS I. TUJUAN : A. Toksisitas Amfetamin 1. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasiefek dan toksisitas amfetamin. 2. Melihat pengaruh lingkungan terhadap toksisitas amfetamin 3. Memahami bahaya penggunaan amfetamin dan obat sejenis B. Toksisitas Sianida 4. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya manifestasi keracunansianida dan gejala-gejala keracunan sianida. 5. Mengerti mekanisme kerja antidotum untuk sianida6. 6. Agar mahasiswa terampil menangani kasus CN dengan memilihkan antidoteyang tepat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. TOKSISITAS AMFETAMIN

Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

LAPORAN

TOKSISITAS

I. TUJUAN :

A. Toksisitas Amfetamin

1. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari

manifestasiefek dan toksisitas amfetamin.

2. Melihat pengaruh lingkungan terhadap toksisitas amfetamin

3. Memahami bahaya penggunaan amfetamin dan obat sejenis

B. Toksisitas Sianida

4. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya manifestasi

keracunansianida dan gejala-gejala keracunan sianida. 

5. Mengerti mekanisme kerja antidotum untuk sianida6. 

6. Agar mahasiswa terampil menangani kasus CN dengan memilihkan

antidoteyang tepat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TOKSISITAS AMFETAMIN

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain

yaitu semua subtansi yang digunakan, dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan

produk sampingan yang masuk ke lingkungan dan punyakemampuan untuk

menimbulkan pengaruh negative bagi manusia. Keracunan dapat ditimbulkan oleh zat

kimia ( zat industri, obat, kosmetik, BTM), insektisida,tumbuhan ( jamur), dan hewan

(bisa ular/lebah).

Bentuk toksisitas :

a. Toksisitas fisika : dermatitis, kulit kering, kulit pecah, iritasi, demam dll.

Yang disebabkan oleh radiasi

Page 2: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

b. Toksisitas kimia : disebabkan oleh asam kuat, logam merkuri, dll.

c. Toksisitas fisiologis : yang mempengaruhi ensim dalam metabolisme.

Semua zat adalah racun yang tegantung dari dosis dan lama kontak.

Zat bersifat racun yang berada dalam tubuh belum tentu bersifat racun karena

sangattergantung dari kadar zat tersebut dalam tubuh. Konsentrasi zat yang

kontak dalam waktu lamam dan tidak menimbulkan efek toksik disebut ambang

batas.

Keracunan akut terjadi segera disebabkan logam, insektisida, obat dll.

Keracunan kronis terjadi dalam waktu lama dan terjadi penimbunan dalam

tubuh. Keracunan kronis dapat menyebabkan kanker,mutagenic, kerusakan

organ,dll.

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut system

saraf pusat (SSP) stimulant. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat

secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa

bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putihkristal kecil. Senyawa ini

memiliki nama kimia α- methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah

digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity

disorder (ADHD), dan narkolepsi.

Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan

jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin)

dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulant

diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa

lelah,meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan

menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek

tersebut menjadi berlebihan. Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan

kokain, tetapi amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan

kokain (waktu paruh amfetamin 10– 15 jam) dan durasi yang memberikan

efek euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan kokain.

Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “ reserve

powers ” yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh

Page 3: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

amfetamin melemah, tubuh memberikan “signal  ” bahwa tubuh membutuhkan

senyawa -senyawa itu lagi.

Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases

and  Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan

oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang

menyebabkan ketergantungan psikologis).

Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup

melalui tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS,SS,

ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya.

Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda yaitu dextroamphetamine

murni and pure levoamphetamine dan levoamphetamine murni. Since

dextroamphetamine ismore potent than levoamphetamine pure .Karena

dextroamphetamine lebih kuat dari pada levoamphetamine, dextroamphetamine juga

lebih kuat dari pada campuran amfetamin. Amfetamin dapat membuat seseorang

merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat

seseorang merasa lebih percaya diri.Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan

beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obat . Obat-obat

yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah: Amfetamin, Metamfetamin dan

Metilendioksimetamfetamin (MDMA,ecstasy atau Adam).

Amfetamin bisa disalah gunakan selama bertahun-tahun atau digunakan

sewaktu-waktu.Bisa terjadi ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis. Dulu

ketergantungan terhadap amfetamin timbul jika obat ini diresepkan

untuk menurunkan berat badan, tetapi sekarang penyalahgunaan amfetamin terjadi

karena penyaluran obat yang ilegal.Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk

keperluan medis dan beberapa lainnya dibuat dan digunakan secara ilegal. Di AS,

yang paling banyak disalahgunakan adalah metamfetamin. Penyalahgunaan MDMA

sebelumnya tersebar luas di Eropa, dan sekarang telah mencapai AS. Setelah menelan

obat ini, pemakai seringkali pergi ke disko untuk  triping. MDMA mempengaruhi

penyerapan ulang serotonin (salah satu penghantar saraf tubuh)di otak dan diduga

menjadi racun bagi sistim saraf.

Page 4: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

GEJALA AMFETAMIN

Amfetamin meningkatkan kesiagaan (mengurangi kelelahan), menambah daya

konsentrasi, menurunkan nafsu makan dan memperkuat penampilan fisik.Obat ini

menimbulkan perasaan nyaman atau Euphoria (perasaan senang yang

berlebihan).Beberapa pecandu amfetamin adalah penderita depresi dan mereka

menggunakan efek  peningkat-suasana hati dari amfetamin untuk mengurangi

depresinya sementara waktu. Pada atlet pelari, amfetamin bisa memperbaiki

penampilan fisik, perbedaan sepersekian detik bisa menentukan siapa yang menjadi

juara.Para pengemudi truk jarak jauh menggunakan amfetamin supaya mereka tetap

terjaga.Selain merangsang otak, amfetamin juga meningkatkan tekanan darah dan

denyut jantung. Pernah terjadi serangan jantung yang berakibat fatal, bahkan pada

atlet muda yang sehat.Tekanan darah bisa sedemikian tinggi sehingga pembuluh

darah di otak bisa pecah,menyebabkan stroke dan kemungkinan menyebabkan

kelumpuhan dan kematian.Kematian lebih mungkin terjadi jika MDMA digunakan

dalam ruangan hangat dengan ventilasi yang kurang, pemakai sangat aktif secara fisik

(misalnya menari dengan cepat)- pemakai berkeringat banyak dan tidak minum

sejumlah cairan yang cukup untuk menggantikan hilangnya cairan.Orang yang

memiliki kebiasaan menggunakan amfetamin beberapa kali sehari, dengan segera

akan mengalami toleransi. Jumlah yang digunakan pada akhirnya akan meningkat

sampai beberapa ratus kali dosisawal.Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu

menjadi psikostik, karena amfetamin dapatmenyebabkan kecemasan hebat, Paranoia

dan gangguan pengertian terhadap kenyataanhidup.Reaksi psikotik meliputi

halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar benda yang sebenarnya tidak ada)

dan merasa sangat berkuasa.Efek tersebut bisa terjadi pada siapa saja, tetapi yang

lebih rentan adalah pengguna dengan kelainan psikiatrik (misalnya skizofrenia).

EFEK AMFETAMIN

Efek yang ditimbulkan Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan

daya kerja dan untuk menginduksi perasaan euforik. Amphetamine merupakan zat

yang adiktif.

Page 5: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Gejala Intoksikasi (keracunan) Sindroma intoksikasi amfetamin serupa

dengan intoksikasi kokain, yaitu Takikardia Dilatasi pupil Peninggian atau penurunan

tekanan darah Berkeringat atau menggigil Mual dan muntah, Penurunan berat badan

Agitasi atau retardasi psikomotor. kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada,

aritmia jantung konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma gejala putus obat

kecemasan gemetar mood disforik letargi fatigue mimpi yang menakutkan nyeri

kepala berkeringat banyak kram otot dan lambung rasa lapar yang tidak pernah

kenyang

Halusinogen disebut sebagai psikodelik atau psikotomimetik, karena

disamping menyebabkan halusinasi juga menyebabkan hilangnya kontak dengan

realitas dan suatu perluasan serta peninggian kesadaran.Ketergantungan halusinogen

Pemakaian jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat adiksi fisik, namun demikian

adiksi psikologis dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini disebabkan karena

pengalaman menggunakan LSD berbeda-beda dan karena tidak terdapat euforia

seperti yang dibayangkan.

Gejala Intoksikasi Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam

pertimbangan, dsb) Perubahan persepsi (depersonalisasi, ilusi, direalisasi,

halusinasi,dsb ) Dilatasi pupil Takikardia BerkeringatPalpitasi Pandangan kabur

Tremor Inkoordinasi PHENCYCLIDINE (PCP). Phencyclidien adalah golongan

arylcyclohexylamine yang paling sering disalahgunakan. PCP dikembangkan dan

diklasifokasikan sebagai anestetik disosiatif; tetapi penggunaannya sebagai anestetik

pada manusia disertai dengan disorientasi, agitasi,

delirium dan halusinai yang tidak menyenangkan saat terbangun.

Karena alasan tersebut PCP tidak lagi digunakan sebagai anestetik pada

manusia. Dibeberapa negara digunakan sebagai anestetik dalam kedokteran hewan.

Nama populer dari PCP adalah : Angel dust,crystal, peace, supergrass (jika dibubuhi

padarokokganja), hog, rocket fuel, dan horsetranquilizer.Efek yang ditimbulkan dan

Gejala Klinis Efek PCP adalah mirip dengan efek halusinogen seperti lysergic acid

diethylamide (LSD); tetapi karena farmakologi yang berbeda dan adanya efek klinis

yang berbeda diklasifikasikan sebagai kategori obat yang berbeda.

Page 6: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Ketergantungan secara fisik jarang ditemui, tetapi ketergantungan

secara psikologis sering dialami oleh pengguna PCP. Orang yang baru saja

menggunakan PCP seringkali menampilkan gejala yaitu Menjadi tidak komunikatif,

tampak pelupa dan fantasi yang aktif tempo yang cepat Euforia badan yang hangat

rasa geli dan sensasi melayang penuh kedamaian perasaan depersonalisasi isolasi dan

menjauhkan diri dari orang lain halusinasi visual dan auditoris gangguan persepsi

tempat dan waktu perubahan citra tubuh yang mencolok konfusi dan disorganisasi

pikiran kecemasan menjadi simpatik, bersosialisasi dan suka bicara pada suatu saat

dan bersikap bermusuhan pada waktu lainnya hipertensi, nistigamus dan hipertermia

melakukan gerakan memutar kepala,menghentak, menyeringai kekakuan otot muntah

berulang bicara dan menyanyi berulang lekas marah, paranoid suka berkelahi dan

menyerang secara irasional bunuhdiri atau membunuh delirium gangguan psikotik

gangguan mood gangguan kecemasan

SEDATIF, HIPNOTIK ATAU ANSIOLITIK

Sedatif adalah obat yang menurunkan ketegangan subyektif dan menginduksi

ketenangan mental. Istilah "sedatif" sesungguhnya adalah sama dengan dengan istilah

"ansiolitik", yaitu obat yangmenurunkan kecemasan. Hipnotik adalah obat yang

menginduksi tidur. Jika sedatif dan ansiolitik diberikan dalam dosis tinggi, obat

tersebut dapat menginduksi tidur seperti yang disebabkan oleh hipnotik. Sebaliknya

jika hipnotik diberikan dalam dosis rendah ,obat dapat menginduksi sedasi pada siang

hari seperti yang disebabkan oleh sedatif atau ansiolitik.

Di dalam literatur lama, sedatif, ansiolitik dan hipnotik

dikelompokkan bersama sama sebagai tranquilizer minor.Jenis obatobatan yang

tergolong kelompok sedatifhipnotik atau ansiolitik adalah 5 benzodiazepin, seperti :

Diazapam (Valium) Barbiturat contoh secobarbital (Seconal)Qualone (Quaalude)

Mepobramate (Equanil) Dana glutethimide (Doriden).Obat obatan ini sebenarnya

diresepkan sebagai antipireptik, pelemas otot, anestetik, danadjuvan anestetik. Semua

obat didalam kelas ini dan alkohol memiliki toleransi silangdan efeknya adalah

Page 7: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

adiktif. Ketergantungan fisik dan psikologis berkembang terhadap semua obat-obatan

ini, dan semuanya disertai gejala putus obat.

Zat Adiktif lain Beberapa jenis zat adiktif lain :

1. INHALANSIA

Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh

sebab itu banyak dijtemukan digunakan olehkalangan sosial ekonomi rendah. Contoh

spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis,cairan pemantik api, lem, semen karet,

cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu,cairan koreksi mesin tik (tipEx), perekat

kayu, bahan pembakar aerosol, pengencer cat.Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam

paruparu dengan menggunakan suatu tabung.

Gambaran Klinis Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi

danmenyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang

yangmenyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa

ketakutan,ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh.

Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan

kecepatan bicara, dan ataksia) .

Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas,labilitas emosi

dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi,kalaupun ada

muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat,mual, muntah,

takikardia, dan kadangkadang disertai waham dan halusinasi. Efek yangmerugikan

Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karenadepresi

pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan ataucedera.

Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakanhati dan

ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen.

2. KAFEIN

Kafein, paling sering ditemukan dalam bentuk kopi dan teh, adalah zat

psikoaktif yang palingluas digunakan. Kafein dapat bertindak sebagai pendorong

yang positif, namun dapatmenimbulkan ketergantungan psikologis.

Page 8: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

PENGOBATAN

Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin secara

tiba-tiba dihentikan penggunannya. Pengguna akan menjadi lelah atau mengantuk,

yang bisa berlangsung selama 2-3 harisetelah penggunaan obat dihentikan.Beberapa

pengguna sangat cemas dan gelisah.Pengguna yang juga menderita depresi bisa

menjadi lebih depresi jika obat ini berhentidigunakan.Mereka menjadi cenderung

ingin bunuh diri, tetapi selama beberapa hari mereka mengalami kekurangan tenaga

untuk melakukan usaha bunuh diri. Karena itu pengguna menahun perlu dirawat di

rumah sakit selama timbulnya gejala putus obat.Pada pengguna yang mengalami

delusi dan halusinasi bisa diberikan obat anti-psikosa(misalnya klorpromazin), yang

akan memberikan efek menenangkan dan mengurangi ketegangan.Tetapi obat anti-

psikosa bisa sangat menurunkan tekanan darah.Biasanya lingkungan yang tenang dan

mendukung bisa membantu pemulihan pengguna amfetamin.

 

B. TOKSISITAS SIANIDA

Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau dan

tak  berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen khlorida (CNCl) atau

berbentuk kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau potasium sianida (KCN).

Hidrogen sianida merupakan gas yang mudah dihasilkan dengan mencampur asam

dengan garam sianidadan sering digunakan dalam pembakaran plastik, wool, dan

produk natural dan sintetik  lainnya.

Keracunan hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian, dan pemaparan

secara sengaja dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi alat untuk

melakukan pembunuhan ataupun bunuh diri. Akibat racun sianida tergantung pada

jumlah paparan dan cara masuk tubuh,lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini

menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh

adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat,

gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat.

Paparan dalam jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak

Page 9: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga

korban meninggal.

Dosis lethal (LD 50) dari komponen ini adalah sekitar 2 mg/Kg, dengan

menelan 50-75 mg dari garam cyanida ini dapat menyebabkan sulit bernafas dalam

waktu beberapa menit. Hallogen cyanida adalah gas yang mengiritasi dan dapat

menyebabkan oedema paru-paru, air mata kelur terus dan hipersalivasi. Kebanyakan

plastik dan serat acrylic dapat mengeluarkan gas cyanida bila dibakar.Gas tersebut

dapat terhisap melalui pernfasan terabsorpsi melalui kulit dan dapat menyebabkan

terjadinya kematian.

Sumber lain dari keracunan cyanida ialah dengan memakan/termakan

cyanogenik glycosida yang terdapat dalam biji dari buaha-buahan tertentu.

Amygdalin, adalah salah satu senyawa cyanogenik glykosida yang terdapat dalam biji

buah apel, peach, plum, apricot, cherry dan biji almond, dimana amygdalin

dihidrolisa menjadi hidrogen cyanida.

Mekanisme toksisitas sianida

Sianida menjadi toksik bila berikatan dengan trivalen ferric (Fe+++). Tubuh

yang mempunyai lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh cyanida.

Yang paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari dari sistem enzim cytochrom

oksidaseyang terdiri dari cytochrome a3 komplek dan sistem transport elektron.

Bilamana cyanida mengikat enzim komplek tersebut, transport elektron akan

terhambat yaitutransport elektron dari cytochrom a3 ke molekul oksigen di blok.

Sebagai akibatnya akan menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan mengikut

racun PO2.Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan

kekuranganoksigen dari semua kofaktor dalam cytochrom dalam siklus respirasi.

Sebagai akibat tidak terbentuknya kembali ATP selama proses itu masih

bergantung pada cytochromoksidase yang merupakan tahap akhir dari proses

phoporilasi oksidatif.Selama siklus metabolisme masih bergantung pada sistem

transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen sehingga menyebabkan

penurunan respirasi serobik darisel. Hal tersebut menyebabkan histotoksik seluler

Page 10: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlahoksigen yang mencapai jaringan normal tetapi sel

tidak mampu menggunakannya. Hal ini berbeda dengan keracunan CO dimana

terjadinya jarinngan hipoksia karenakekurangan jumlah oksigen yang masuk. Jadi

kesimpulannya adalah penderita keracunancyanida disebabkan oleh ketidak mampuan

jaringan menggunakan oksigen tersebut.

Mekanisme Aktivitas Antidotum Rhodanese

Na2S2O3 + CN- --> SCN- + Na2SO3Rute u t ama de toks i f i ka s i s i an ida da l am tubuh ada l ah

mengubahnya men j ad i tiosianat oleh rhodanese, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukansumber sulfan sulfur, tetapi penyedia endogen substansi ini terbatas.Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravenasu l fu r hanya akan masuk ke mi tokondr i a s eca r a pe r l ahan . Na t r i um t i o su l f a t merupakan komponen kedua dari antidot sianida. Antidot ini diberikan sebanyak5 0 m l d a l a m 2 5 % l a r u t a n . T i d a k a d a e f e k s a m p i n g y a n g d i t i m b u l k a n o l e h tiosulfat. Namun tiosianat memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyerip e r u t , m u a l , k e m e r a h a n , d a n d i s f u n g s i p a d a S S P . D o s i s u n t u k a n a k - a n a k didasarkan pada berat badan.Pemberian natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB intraperitoneal menyebabkanpembentukan methemoglobin dengan cara mengembangkan perubahan besi f e ro da l am hemog lob in men j ad i be s i f e r i . Na t r i um n i t r i t akan mengoks ida s i s ebag i an hemog lob in (me themog lob in ) , s eh ingga da l am a l i r an da r ah akan terdapat ion ferri, yang oleh ion sianida akan diikat menjadi sian methemoglobin.Ini akan menyebabkan enzim pernafasan yang terblok (reaksi kompetitif) akanbergenerasi lagi (sifat terbalikkan).Reaksinya adalah sebagai berikutSianida + Hemoglobin (Fe ++ )nitritmetheboglobin ( Fe +++ )SianmethemoglobinHasil terapi dengan pemberian natrium nitrit secara teoritis akan menurunkan level methemoglobin sebanyak 20 – 30%.Meskipun demikian gejala efek toksik pada beberapa kelompok hewan uji padapenelitian ini banyak yang tidak teramati, bisa disebabkan oleh karena cepatnyaterjadi kematian hewan uji tanpa melewati/memperlihatkan tanda-tanda gejalake racunan s i an ida , a t aupun pada bebe rapa ke lompok mas ih be r t ahan h iduph ingga wak tu pengama tan s e l e sa i ( 24 j am) . Dengan adanya hewan u j i yang kembali ke keadaan normal (hilangnya gejala efek toksik) maka dapat dikatakanbahwa kombinas i na t r i um t i o su l f a t dos i s 22 .960 mg /KgBB dan na t r i um n i t r i t 6 2 . 4 6 0 m g / K g B B m e r u p a k a n p i l i h a n a n t i d o t y a n g b a i k d a l a m m e n a n g a n i keracunan sianida dosis 26 mg/KgBB secara peroral. Hal ini

Page 11: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

sesuai sifatnya di mana saat kadar racun sianida habis, reseptor kembali, artinya apabila sianidad o s i s 2 6 m g / K g B B d a l a m t u b u h s u d a h m e n u r u n b a h k a n s u d a h h a b i s , m a k a r e s e p t o r y a n g m u l a n y a b e r i k a t a n d e n g a n s i a n i d a a k a n k e m b a l i k e r e s e p t o r semula dan berfungsi seperti semula. Efek toksik juga cepat kembali normal, dimana sianida dosis 26 mg/KgBB peroral sangat cepat menimbulkan efek toksik,n a m u n s e c a r a c e p a t n o r m a l k e m b a l i a t a u s a n g a t c e p a t p e r g i d a r i r e s e p t o r sasaran dengan adanya kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB secara intraperitoneal.

Gejala klinis

Sianida menyebabkan keracunan yang sangat cepat dan dapat menyebabkan

kematian dalam waktu beberapa menit. Terjadinya gejala keracunan cyanida

bergantung pada jenis cyanidanya. Gas hidrogen cyanida adalah paling beracun dan

gejalanya timbul dalam beberapa detik dan kematian terjadi dalam beberapa menit.

Bila garam cyanide termakan, gejalanya tidak cepat terlihat, karena bahan kimia

tersebut diabsorpsi secara lambat. Derajat keparahan bergantung pada jumlah/dosis

yang masuk kedalam tubuh.

Gejala yang terlihat pada keracunan sedang adalah sebatas pada kelemahan

penderita,sakit kepala, mual dan muntah. Gejala tersebut terjadi dengan cepat dan

terlihat tidak spesifik. Pada umumnya hipoksia seluler yang disebabkan oleh

keracunan cyanida dapat menyebabkan kematian sel, tetapi kekurangan oksigen pada

sel tertentu pada aortik dankarotik adalah penyebab utama dari kematian sel tersebut.

Page 12: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Hal ini menyebabkan gejala piperpnea, yang diikuti dengan dyspnea. Terjadinya

nausea dan vomitus mungkin disebabkan karena iritasi pada mukosa gastro-intestinal

oleh garan cyanida tersebut. Begitu konsentrasi cyanida dalam darah meningkat, laju

respirasi menjadi lambat(menurun) dan terjadi sesak nafas, tetapi cyanosis biasanya

tidak ditemukan. Konsentrasi cyanida dalam darah meningkat, kekurangan oksigen

pada otak terjadi dan timbul kejang-kejang hipoksia dan kemudian diikuti dengan

kematian karena nafas terhenti.

 

Pengobatan Sianida

Pada kejadian keracunan akut sulit dapat ditolong. Pengobatan terutama

ditujukan untuk menurunkan jumlah cyanida yang terikat dalam jaringan. Antidotum

yang dapat digunakan yaitu : Natrium TiosulfatBerupa hablur besar, tidak berwarna,

atau serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara

kering pada suhu lebih dari33°C.

Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut

dalam air dan tidak larut dalam etanol.Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang

mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme

sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa

nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian

dengan hewan uji menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila

dikombinasikan dengan hidroksokobalamin.

Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi

tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti 37 beta-

merkapto piruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukan

sumber sulfan sulfur,tetapi penyedia substansi ini tebatas. Keracunan sianida

merupakan proses mitokondrialdan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ka

mitokondria secara perlahan. Natrium tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus

keparahan ringan sampai sedang, sebaiknya diberikan bersama antidot lain dalam

kasus keracunan parah. Ini jugamerupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi

sianida tidak terjadi, misalnya padakasus penghirupan asap rokok.

Page 13: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsic nontoksik tetapi produk

detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada

pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12.5 g i.v. biasanya

diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas. Natrium tiosulfat merupakan

komponen kedua dari antidot sianida. Antidot inidiberikan sebanyak 50 ml dalam 25

% larutan. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan oleh tiosulfat, namun tiosianat

memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan dan

disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada berat badan. 

Natrium Nitrit (NaNO3¿menyebabkan methemoglobin dengan sianida

membentuk substansi nontoksik sianmethemoglobin. Methemoglobin tidak

mempunyai afinitas lebih tinggi pada sianida dari pada sitokrom oksidase, tetapi lebih

potensial menyebabkan methemoglobin dari pada sitokrom oksidase. Efek samping

dari penggunaan nitrit meliputi pembentukan formasi methemoglobin, vasodilatasi,

hipotensi, dan takikardi. Mencegah pembentukkan formasi yang cepat, monitoring

tekanan darah, dan pemberian dosis yang tepat akan mengurangiterjadinya efek

samping. Ketika dilakukan terapi dengan nitrit, lihat konsentrasi hemoglobin. Tetapi

jangan menunda terapi ketika menunggu hasil pengukuran kadar hemoglobin.Sodium

nitrit injeksi dan amil nitrit dalam bentuk ampul untuk inhalasi merupakan komponen

dari antidot sianida. Kegunaan nitrit sebagai antidota sianida bekerja dalam dua cara,

yaitu : nitrit mengoksidasi hemoglobin, yang kemudian akan mengikat sianida bebas,

dan cara yang kedua yaitu meningkatkan detoksifikasi sianidaendothelial dengan

menghasilkan vasodilasi. Inhalasi dari satu ampul amil nitrit menghasilkan tingkat

methemoglobin sekitar 5%. Pemberian dosis tunggal nitrit secara intravena dapat

menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 20-30%.

Page 14: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

III. BAHAN & ALAT

a. Bahan

- Amfetamin

- NaCl fisiologis

- NaNO2 0,2 %

- NaCN

- Na2S2O3

b. Alat

- Timbangan

- Stopwatch

- Alat suntik

IV. PROSEDUR KERJA

a. Toksisitas Amfetamin

1. Timbang dan tandai hewan untuk tiap kelompok 

2. Hitung VAO untuk masing-masing hewan. untuk kelompok 1 dan

menggunakan amfetamin dengan konsentrasi 10 mg/kg BB sedangkan

kelompok 2 dan 4 menggunakan amfetamin dengan konsentrasi 20 mg/kg

BB.

3. Setelah disuntikkan, amati dan catat waktu terjadinya manifestasi efek

amfetamin pada hewan percobaan.

4. Bahas hasil percobaan saudara dan ambil suatu kesimpulan.

b. Toksisitas Sianida

1. Timbang dan tandai hewan untuk tiap kelompok 

2. Hitung VAO untuk masing-masing hewan

3. Selanjutnya lakukan hal seperti tercantum pada table

4. Amati gejala yang timbul,catat waktu timbulnya gejala tersebut

5. Tabelkan hasil, bahas dan ambil kesimpulan

Page 15: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Kel. Mencit 1 Mencit2

1. NaNO2 0,2 % 20 mg/kgBB

sc,lalu berikan secara NaCN 0,2

% 20 mg/kgbb oral.

NaCL Fis 0,2 ml/20gbb sc,lalu

berikan NaCN 20mg/kgbb oral

2. NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb oral. NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb sc

3. NaNO2 0,2 % 20mg/kgbb sc, lalu

berikan NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb

oral dan Na2S2O3 0,2%

20mg/kgbb ip

NaCN 0,2 % 20mg/kgbb sc dan

NaCL fis 0,2 ml/20gbb ip

4. NaNO2 0,2 % 20mg/kgbb oral,

lalu berikan NaCN0,2 % 20

mg/kgbb sc dan Na2S2O2 0,2%

20mg/kgbb ip

NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb oral dan

Na2S2O3 0,2 % 20mg/kgbb ip

5. control kontrol

Page 16: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

b.Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan uji toksisitas sianida dan amfetamin

dengan menggunakan dua ekor tikus. Obat yang diberikan berupa NaCN yang

disuntikkan secara subcutan dan Na2S2O3 yang disuntikkan secara ip, dan NaNO3

yang diberikan secara oral.

Pada praktikum farmakologi kali ini kami melakukan percobaan uji

antidote yang mana pada praktikum kali ini kami menggunakan NaCN sebagai zat

penyebab toksik dan menggunakan antidotum Na thiosulfat. Percobaan terapi

antidotum metode tidak khas Na Thiosulfat bertujuan agar mahasiswa mampu

memahami strategi terapi antidotum spesifik berdasarkan contoh kemampuan dari

natrium thiosulfat dalam menawarkan racun sianida.

Hewan uji yang digunakan adalah tikus sehat jantan atau betina umur

dewasa .Berdasarkan kondisi yang hampir seragam tersebut maka diharapkan hasil

percobaan dapat sesuai dengan teori yang ada, karena variable-variabel yang

mempengaruhi hasil sudah dikendalikan dari awal.

Sebelum digunakan untuk pengujian, hewan uji harus dipuasakan terlebih

dahuli minimal 18 jam dengan tetap di beri minum secukupnya.Hal ini tersebut

dilakukan dengan harapan agar efek yang di timbulkan oleh racun sianida dan

antidotumnya menjadi lebih optimal dan tidak di pengaruhi oleh factor makanan.

Pada percobaan ini ,tikus yang disuntik sediaan NaCN secara subkutan

dan sesaat kemudian tikus mengalami sesak nafas.Efek utama yang dihasilkan oleh

sianida adalah mempengaruhi pernapasan, di manaoksigen dalam darah terikat oleh

senyawa sianida dan terganggunya sistem pernapasan, badan mencit terasa lemas,

kejang, ekor  pucat, diam ditempat, letih nafas perut, gemetaran, biru, mulut kering

dan kejang.

Racun sianida yang terpejan dalam tubuh dapat breaksi dengan komponen

besi dalam enzim sitokrom oksidase mitokondria, sehingga enzim tersebut menjadi

Page 17: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

tidak aktif (dengan pembantukan kompleks antara ion sianida dengan besi bervalensi

tiga, akan memblok kerja enzim sitokrom mitokondria, sehingga oksigen darah tidak

dapat lagi diambil oleh sel), padahal system enzim tersebut sangat di perlukan dalam

berlangsungnya metabolisme aerob.

Karena itu wujud/gejala keracunan yang timbul oleh keracunan sianida

berturut-turut adalah: sianosis,kejang, gagal nafas, koma, dan berakhir  pada

kematian. Gejala sianosis dapat terlihat dari membirunya pembuluh darah di

ekor tikus. Gejala kejang dapat diamati dari gerakan tikus yang menggosokkan

perutnya kebawah dengan kaki belakang ditarik kebelakang atau jika tikus merasa

sangat kekurangan O2, maka gejala yang terlihat adalah mencit melompat-lompat

atau hiperaktif. Karena kekurangan O2 dalam tubuh maka gejala selanjutnya adalah

gagal nafas(ambilan nafas yang sangat cepat), dan koma.

Terapi antidotum spesifik yang dilakukan adalah dengan pemberian

Na2S2O3 (Natrium tiosulfat) secara intra peritoneal agar efek penghambatan racun

dapat dicapai dengan cepat. Sianida yang terpejan didalam tubuh dapat bereaksi

dengan komponen besi dalam enzim sitokrom oksidase mitokondria.

Hasil reaksi oksidasi tersebut adalah pigmen berwarna coklat kehijauan

sampai hitam yang disebut methehemoglobin.Ion Feri Sianida dalam

methehemoglobin akan berikatan dengan sianida dalam plasma membentuk sian-

methemoglobinyang menyebabkan ikatan sianida dalam sitokromoksidase terputus

sehingga enzim pernafasan yang semua terblok tersebut menjadi tere-generasi

kembali.Dimana Na nitrit lebih berperan dalam pembebasan hemoglobin pada fase

absorbsi. Dan Na thiosulfat berperan dalam pembebasan hemoglobin pada fase

distribusi.

Dimana fasedistribusi di tandai pada saat mencit tersebut kejang dan fase

absorbsi di tandai pada saat tikus tersebut sudah mengalami sianosis yaitu pada saat

tikus tersebut berwarna biru karena sudah banyaknya darah yang sudah terikat

dengan sianida.

Page 18: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Dari hasil pengamatan pada tabel diperoleh bahwa pada pada pemberian

antidotum Na Thiosulfat di peroleh hasil bahawa pada pemberian antidotum Na

Thiosulfat tikus adalah terlambat hal ini menunjukkan bahwa Na Thiosulfat tidak

dapat dapat menolong keracunan dalam fase distribusi karena untuk menentukan

perbedaan antara sianosis dan kejang sangat tipis sekali, sehingga sianida yang

diperkirakan sudah menyebar keseluruh tubuh mencit . Sedangkan apabila di berikan

Na Thiosufat maka Nathiosulfat akan tidak dapat membebasakan darah dari

keterikatannya pada sianida sehingga mencit kekurangan oksigen dan mati.

Adapun kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan pengambilan data tersebut

kurang baik antara lain: kesalahan pada saat penyuntikan secara peritonial

kemungkinan kesalahan yang mungkin terjadi adalah penyuntikan secara peritonial

yanag salah. Suntikan tersebut tidak masuk dalam rongga perut tapi masuk secara

subkutan sehingga antidotum tersebut pun menjadi kurang berarti.kesalahan lain yang

mengakibatakan data menjadi kurang baik adalah kesalahan pada saat pemberian

antidotum tersebut, karena perbedaan antara sianosis dan kejang sangat tipis sehingga

kemungkinan kesalahan pemberian sehingga pada pemberian Na Nitrit tersebut

menjadi tidak berarti karena sianida sudah masuk dalam tahap distribusi.

Kesalahan pencatatan waktu juga mungkin terjadi karena perbedaan tiap

gejala efek toksik sangan tipis sehingga pencatata waktu yang kurang tepat juga dapat

mengakibatkan data yang di dapat menjadi kurang baik. Mekanisme kerja dari racun

sianida yaitu menghambat oksidasi glukosa dalamsel dengan membentuk kompleks

stabil dengan sitokrom oksidase.

Pengaruh lain yangdisebabkanoleh keracunan sianida adalah muntah dan

mengganggu penglihatan. Pemberian antidota Na2S2O3 0,2% dapat menghubungkan

kembali proses respirasi sel yang telah terputus akibat pengaruh dari senyawa sianida.

Pemberian anti-dota yang terlambat dapat menyebabkan kematian pada

tikus.Senyawa sianida dapat hilang oleh proses pemanasan. Sianida dapat dikurangi

toksisitasnya agar tidak membahayakan kesehatan, yaitu dengan mengikat asam

amino yang mengandung unsur S, seperti metionin dan sistein yang terdapat pada

protein.

Page 19: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Didalam tubuh, sianida langsung dinetralkan oleh sulphur (S) sehingga

terbentuk iontiosianat (CNS). Namun pembentukan CNS ini akan mempengaruhi

penyerapan iodium oleh kelenjar tiroid.Sianida merupakan garam yang bersifat racun

keras. Sianida jika diberikan kedalam tubuh maka akan membentuk ion kompleks

dengan ion Ferri yang menyebabkan gagalnya pernafasan sel dan akan menimbulkan

kematian.Toksisitas sianida disebabkan karena kemampuannya untuk

membentuk kompleks dengan ion feri dari sitokrom oksidase.dalam keadaan normal

enzim sitorom oksidase berfungsi dalam sirkulasi oksigen dalam darah dan jaringan.

Bila kerja enzim tersebut terganggu , maka pertukaran oksigen dengan

karbondioksida dari darah kejaringan terganggu sehingga kadar karbondioksida

dalam jaringan meningkat dan mengakibatkan jaringan kekurangan oksigen ( yang

berfungsi untuk faal tubuh).Metahemoglobin adalah hormone yang berkemampuan

untuk mengikat sianida sehingga sianida bebas sitokrom oksidase sehingga

membentuk sianmethemoglobin yang berwarna kemerahan. Kemampuan tergantung

pada afinitasnya dimana aktivitas methemoglobin lebih tinggi untuk mengikat sianida

dibandingkan sitokrom oksidase sehingga methemoglobin dapat memecah ikatan-

ikatan sianida sitokrom oksidase dan membentuk ikatan sianida methemoglobin.

Pada praktikum ini obat yang dapat membentuk methemoglobin atau

sebagaian antidotum adalah Na2S203 dan tujuan dari perlakuan ini adalah untuk

menghasilkan konsentrasi methemoglobin yang tinggi dengan pemberian nitrit. dan

methemoglobin berkompetisi dengan sitokrom oksidase untuk berikatan dengan

sianida.detoksikasi yang sebenarnya dicapai dengan pemberian tiosulfat yang

dibawah pengaruh enzim rhodonase bereaksi dengan sianida membentuk tiosulfat

(CSN),senyawa yang relative tidak toksik dan segera dieksresikan dalam urin.

Page 20: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

V. KESIMPULAN

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain

yaitu semua subtansi yang digunakan, dibuat, atau hasil dari suatu formulasi

dan produk sampingan yang masuk ke lingkungan dan punyakemampuan

untuk menimbulkan pengaruh negative bagi manusia.

NaCN dengan dosis 0,2 %( untuk mencit ) sudah mampu menimbulkan

efek toksik terhadap hewan uji tikus. Gejala- gejala keracunan sianida yang

teramati pada hewan uji mencit berturut-turutyaitu: sianosis, kejang, gagal

nafas, dan mati. Tanda awal dari keracunan sianida adalah hiperpnea

sementara, nyeri kepala,dispnea,kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi

dan gelisah, berkeringat banyak, warnakulit kemerahan, tubuh terasa lemah

dan vertigo juga dapat muncul

 

Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma

dandilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat

pernafa-san,gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik

bagi mereka yang keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan

apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.

Bentuk toksisitas :

a. Toksisitas fisika : dermatitis, kulit kering, kulit pecah, iritasi, demam dll.

Yang disebabkan oleh radiasi

b. Toksisitas kimia : disebabkan oleh asam kuat, logam merkuri, dll.

c. Toksisitas fisiologis : yang mempengaruhi ensim dalam metabolisme.

Antidotum yang dapat digunakan yaitu : Natrium TiosulfatBerupa hablur

besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara

lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari33°C.

Natrium Nitrit (NaNO3¿menyebabkan methemoglobin dengan sianida

membentuk substansi nontoksik sianmethemoglobin

Page 21: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Kegunaan nitrit sebagai antidota sianida bekerja dalam dua cara, yaitu : nitrit

mengoksidasi hemoglobin, yang kemudian akan mengikat sianida bebas, dan

cara yang kedua yaitu meningkatkan detoksifikasi sianidaendothelial dengan

menghasilkan vasodilasi. Inhalasi dari satu ampul amil nitrit menghasilkan

tingkat methemoglobin sekitar 5%. Pemberian dosis tunggal nitrit secara

intravena dapat menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 20-30%.

Page 22: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

VI. Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi amfetamin

Jawaban :

Sistem saraf utama yang dipengaruhi oleh amfetamin sebagian besar terlibat

dalam sirkuit otak. Selain itu, neurotransmiter yang terlibat dalam jalur

berbagai hal penting di otak tampaknya menjadi target utama dari amfetamin.

Salah satu neurotransmiter tersebut adalah dopamin, sebuah pembawa pesan

kimia sangat aktif dalam mesolimbic dan mesocortical jalur imbalan. Tidak

mengherankan, anatomi komponen jalur tersebut-termasuk striatum, yang

nucleus accumbens, dan ventral striatum telah ditemukan untuk menjadi situs

utama dari tindakan amfetamin. Fakta bahwa amfetamin mempengaruhi

aktivitas neurotransmitter khusus di daerah terlibat dalam memberikan

wawasan tentang konsekuensi perilaku obat, seperti timbulnya stereotip

euforia. Amphetamine telah ditemukan memiliki beberapa analog

endogen,yaitu molekul struktur serupa yang ditemukan secara alami di otak. l-

Fenilalanin dan β - phenethylamine adalah dua contoh, yang terbentuk dalam

sistem saraf perifer serta dalam otak itu sendiri. Molekul-molekul ini berpikir

untuk memodulasi tingkat kegembiraan dan kewaspadaan, antara lain negara

afektif terkait.

2. Factor- factor apa saja yang mempengaruhi toksisitas amfetamin

Jawaban :

Konsentrasi Obat : Umumnya kecepatan biotransformasi obat

bertambah bila konsentrasi obat meninggi. Hal ini berlaku sampai titik

dimana konsentrasi menjadi sedemikian tinggi sehingga seluruh

molekul enzim yang melakukan metabolisme berikatan terus menerus

dengan obat dan tercapai kecepatan biotransformasi yang konstan.

Fungsi Hati: Pada gangguan fungsi hati, metabolsime dapat

berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, sehingga efek obat menjadi

lebih lemah atau lebih kuat dari yang diharapkan

Page 23: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Usia: Pada bayi baru lahir (neonatus) belum semua enzim hati

terbentuk, maka reaksi metabolisme obat lebih lambat (terutama

pembentukan glukoronida antara lain untuk reaksi konjugasi dengan

kloramfenikol, sulfonamida, diazepam, barbital, asetosal, petidin).

Untuk menghindari keracunan maka pemakaian obat-obat ini untuk

bayi sebaiknya dihindari, atau dikurangi dosisnya.Pada orang usia

lanjut banyak proses fisiologis telah mengalami kemunduran antara

lain fungsi ginjal, enzim-enzim hati, jumlah albumin serum berkurang.

Hal ini menyebabkan terhambatnya biotrnasformasi obat yang

seringkali berakibat akumulasi atau keracunan.

Genetik: Ada orang orang yang tidak memiliki faktor genetika tertentu

misalnya enzim untuk asetilasi sulfonamida atau INH, akibatnya

metabolisme obat-obat inilambat sekali.

Pemakaian Obat lain: Banyak obat, terutama yang bersifat lipofil (larut

lemak) dapat menstimulir pembentukan dan aktivitas enzim-enzim

hati. Hal ini disebut induksi enzim. Sebaliknya dikenal pula obat yang

menghambat atau menginaktifkan enzim hati disebut inhibisi enzim. 

3. jelaskan efek apa yang terlihat pada mencit setelah pemberian amfetamin

dan bagaimana gejala keracunan pada amfetamin

Jawaban :

Meningkatkan suhu tubuh, Kerusakan sistem kardiovaskular,

Paranoia,Meningkatkan denyut jantung, Meningkatkan tekanan darah,

Menjadi hiperaktif,Mengurangi rasa kantuk, Tremor, Menurunkan nafsu

makan, Euforia, Mulut kering,Dilatasi pupil, Mual, Sakit kepala, Perubahan

perilaku seksual4.

4.  Bila terjadi keracunan, obat apa yang daapat digunakan untuk mengatasinya?

Jelaskan

Jawaban :

Page 24: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

Antidotum yaitu zat yang memiliki daya kerja bertentangan dengan

racun,dapat mengubah sifat kimia racun, atau mencegah absorbsi racun. Jenis

antidotum yangdigunakan pada keracunan :

a.Keracunan insektisida (alkali fosfat), asetilkolin, muskarin :

atropine,reaktivator kolinesteras (pralidoksin, obidoksin). 

b.Keracunan sianida : 4 dimetilaminofenol HCl (4-DMAP) dan natrium

tiosulfat.

c.Keracunan methanol dengan etanol.

d.Keracunan methenoglobin : tionin.

e.Keracunan besi : deferoksamin

f.Keracunan As,Au, Bi, Hg, Ni, Sb : dimerkaprol(BAL =british anti lewisit).

g.Keracunan glikosida jantung : antitoksin digitalis.

h.Keracunan Au,Cd,Mn,Pb,Zn : kalsium trinatrium pentetat.

5. Jelaskan mekanisme kerja mengapa dengan jalan memperbanyak ekskresi

gejala racunamfetamin dapat dihilangkan

Jawaban :

Ginjal merupakan organ yang penting untuk ekskresi obat. Obat diekskresikan

dalam struktur tidak berubah atau sebbagai metabolit melalui ginjal dalam

urine. Obat yang diekskresikan bersama feses berasal dari :

1.Obat yang tidak diabsorbsi dari penggunaan obat melalui oral.

2.Obat yang diekskresikan melalui empedu dan tidak direabsorbsi dari

usus.Obat dapat diekskresikan melalui paru-paru, air ludah, keringat atattu

dalam air susu. Obat dalam badan akan mengalami metabolisme dan ekskresi.

Maka dalam penggunaan obat pada pasien perlu diperhatikan keadaan pasien

yang fungsi hati atauginjalnya tidak normal. Perlu diketahui apakah obat yang

diberikan dapat dimetabolismekan atau tidak, rute ekskresinya dan

sebagainya.Pengeluaran obat daritubuh melalui organ ekskresi dalam bentuk

metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi suatu

obat dan atau metabolitnya menyebabkan penurunankonsentrasi zat berkhasiat

Page 25: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi bergantung pada sifatfisikokimia (bobot

molekul, harga pKa, kelarutan, tekanan gas) senyawa yangdiekskresi, melalui

1.ginjal (dengan urin)

2.empedu dan usus (dengan feses) atau,

3.paru-paru (dengan udara ekspirasi)Ekskresi melalui kulit dan turunannya

tidak begitu penting. Sebaliknya pada ibu yangmenyusui, eliminasi obat dan

metabolitnya dalam ASI dapat menyebabkan intoksikasiyang membahayakan

bayi

6.  Obat apa yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala kardiovaskular

yang disebabkan amfetamin 

7. Apakah semua obat-obat lain yang segolongan dengan asetanilida secara

kimia dan farmakologi mempunyai toksisitas sama dengan asetanilida dalam

dosis yang setara

8.  Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja CN dalam menimbulkan gejala

keracunan dan kaitannya dengan obat-obatan yang digunakan untuk

mengatasi keracunan pada percobaan ini.

Jawaban: :

Sianida menjadi toksik bila berikatan dengan trivalen ferric (Fe+++).Tubuh

yang mempunyai lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif

olehcyanida. Yang paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari dari

sistem enzimcytochrom oksidase yang terdiri dari cytochrom a-a3 komplek

dan sistem transportelektron. Bilamana cyanida mengikat enzim komplek

tersebut, transport elektron akanterhambat yaitu transport elektron dari

cytochrom a3 ke molekul oksigen di blok.Sebagai akibatnya akan

menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan mengikut racunPO2.Sianida

dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan

kekuranganoksigen dari semua kofaktor dalam cytochrom dalam siklus

respirasi. Sebagai akibattidak terbentuknya kembali ATP selama proses itu

masih bergantung pada cytochromoksidase yang merupakan tahap akhir dari

proses phoporilasi oksidatif.Selama siklusmetabolisme masih bergantung

Page 26: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

pada sistem transport elektron, sel tidak mampumenggunakan oksigen

sehingga menyebabkan penurunan respirasi serobik dari sel. Haltersebut

menyebabkan histotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlah

oksigenyang mencapai jaringan normal tetapi sel tidak mampu

menggunakannya. Hal ini berbeda dengan keracunan CO dimana terjadinya

jarinngan hipoksia karena kekurangan jumlah oksigen yang masuk. Jadi

kesimpulannya adalah penderita keracunan cyanidadisebabkan oleh ketidak

mampuan jaringan menggunakan oksigen tersebut.

9. Apakah perbedaan rute pemberina racun dan obat berpengaruh pada efek

toksin CN yang diamati? Jelaskan

Jawaban:

Intravena (IV) : suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteralyan

sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak

ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh

karena itumenghindari metabolism first pass oleh hati. Rute ini memberikan

suatu efek yangcepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam

sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-

obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau

pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat

memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksiyang tidak

diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke

Page 27: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus

dikontrol denganhati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk obat-

obat yang disuntikkansecara intra-arteri.

10.  Sebutkan sumber-sumber racun sianida dalam kehidupan sehari-hari

Jawaban :

Sumber racun sianida berasal dari Ketela Pohon Bagian dalam

umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan

simpan meskipunditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai

dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknyaasam sianidayang

bersifat meracun bagi manusia.Umbiketela pohon merupakansumber

energiyang kaya karbohidrat namun sangat miskinprotein.Sumber protein

yang bagus justru terdapat padadaunsingkong karena mengandungasam

aminometionina.

11. Dalam praktek apakah ada pendekatan untuk mencegah keracunan seperti

yang saudarakerjakan. Jelaskan

Jawaban: Antidota adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi

peracunan, atau dengan kata lain antidotum ialah penawar racun. Dalam arti

sempit, antidotum adalah senyawa yang mengurangi atau menghilangkan

toksisitas senyawa yang diabsorpsi.Sementara keracunan adalah masuknya zat

yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai dengan macam,

dosis, dan cara pemberiannya

Page 28: Laporan Toksisitas Amfe n Sianida

DAFTAR PUSTAKA

Mardjono, Mahar.(2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta, Gaya Baru.

Neal,M.J, 2006. At a Glance FARMAKOLOGI MEDIS Edisi kelima. :

Jakarta :Erlangga

Tim Penyusun. 2012. Penuntun Farmakologi dan Toksikologi III. Fakultas farmasi UMI: Makassar.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 1978. Obat-Obat Penting Khasiat Dan Penggunaanya. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Tjay,s Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting, Edisi V. PT. Elex

Media Komputindo. Jakarta