Upload
rara-muuztmuuztmuccu
View
508
Download
72
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN TUTORIAL MODUL I“NYERI SENDI”
BLOK MUSKULOSKELETAL
DISUSUN OLEH :
Nama : Mei Andani Listiani
Stambuk : 11 777 048 Kelompok : 4 (empat)
Pembimbing : dr. Ahmad Nizami
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATANUNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU2012
BAB IPENDAHULUAN
1.1 SKENARIOSeorang perempuan umur 58 tahun, Ibu Rumah Tangga, dibawa ke poliklinik dengan keluhan nyeri kedua lutut yang dialami sejak 3 bulan terakhir ini, terutama saat berjalan, sulit berdiri dari posisi jongkok. Kaku pagi hari (+), berlangsung sekitar 10-15 menit. Bengkak kedua lutut, namun tidak ada tanda-tanda kemerahan. Nyeri pada jari-jari tangan (+), tidak bersifat simetris. Penderita juga menderita kencing manis dan berobat teratur di Poliklinik Endokrin, berat badan 65 kg dengan tinggi badan 162 cm.
1.2 KATA KUNCI Perempuan 58 tahun Ibu rumah tangga Nyeri kedua lutut sejak 3 bulan, terutama saat berjalan. Sulit berdiri dari posisi jongkok Kaku pada pagi hari yang berlangsung sekitar 10-15 menit Bengkak pada kedua lutut Tidak ada tanda-tanda kemerahan Nyeri pada jari-jari tangan (+) Tidak bersifat simetris ( asimetris ) Menderita kencing manis dan berobat teratur di poliklinik endokrin Berat badan 65 kg Tinggi badan 162 cm
1.3 PERTANYAAN1. Jelaskan anatomi sendi lutut, tangan serta persendian yang terkait dengan
skenario !2. Jelaskan mekanisme terjadinya nyeri !3. Apa yang dimaksud dengan nyeri ?4. Mengapa sering terjadi kaku pada pagi hari ?5. Apakah ada hubungan antara kencing manis, status gizi, dan umur
berdasarkan skenario ?6. Jelaskan mekanisme terjadinya bengkak pada kedua lutut!7. Mengapa pada tangan tidak simetris tetapi pada lutut simetris ?8. Mengapa pasien tersebut sulit berdiri dari posisi jongkok ?9. Jelaskan deferensial diagnosis dari skenario !
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 OSTEOARTRITIS
DEFENISI
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling
sering terkena OA.(1)(3)(4)
2.2. Epidemiologi
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai
15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh
nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan sendi yang
terkena. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya kronik-progresif,
OA mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik negara maju
maupun negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjud usia
di Indonesia menderita cacat karena OA. Di amerika, penggunaan OAINS
menelurkan sekitar 100.000 pasien tukak lambung dengan 10.000-15.000
kematian setiap tahun.(1)
2.3 ETIOPATOGENESIS
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan
OA sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan local pada sendi. OA sekunder adalah OA
yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolic,
pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu
lama. Jejas mekanis dan kimiawi pada synovial sendi yang terjadi
multifaktorial antara lain karena factor umur, stress mekanis atau penggunaan
sendi yang berlebihan, defek anatomik. Jejas mekanis dan kimiawi ini
merupakan factor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal
dan produk degradasi kartilago didalam cairan synovial sendi yang
mengakibatkan terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat
melakukan perbaikan sendri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan
memproduksi matrix baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh factor
pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan
membentuk komunikasi antar sel. Factor pertumbuhan yang berperan adalah
insulin-like growth B (IGF-1), growth hormone, transforming growth factor β
(TGF- β) dan coloni stimulating factor (CSFs). Factor pertumbuhan IGF-1
memegang peranan penting dalam proses perbaikan rawan sendi.
Factor TGF- β mempunyai multiple pada matriks kartilago yang merangsang
sintesis kalogen dan proteoglikan serta menekan stromelisin, yaitu enzim
yang mendegradasi proteoglikan, meningkat produksi Prostaglandin E2 dan
melawan efek inhibisi sistesis prostaglandin E2 dan IL-1.
Pada rawan sendi pasein OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan
terjadinya trombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah subkondral yang
menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut.
lni mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan
interleukin yang menimbulkan bone angian lewat subkhondral yang diketahui
mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit
penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dilepasnya mediator kimiawi
seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi,peregangan
tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja
yang berlebihan. Sakit sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang
menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta
kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena
proses remodelling pada trabekula dan subkondral.
Peran makrofag didalam cairan sendijuga penting yaitu, apabila dirangsang
oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan
memproduksi sitokin activator plasminogen (PA) yang disebut katabolin.
Sitokin tersebut adalah lL-1, IL-6, TNF alfa dan Beta dan lFN. Sitokin-sitokin
ini akan merangsang kondrosit melalui reseptor permukaan spesifik untuk
produksi CSFs yang akan mempengaruhi Monosit dan PA untuk degradasi
rawan sendi secara langsung.
lL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi, yaitu meningkatkan
sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendiyaitu stromelisin dan
kolagenosa, menghambat proses sintesis dan perbaikan normal kondrosit.
Faktor pertumbuhan dan sitokin tampaknya mempunayi pengaruh yang
berlawanan selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang
degradasi komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan
merangsang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA lebih rendah dibandingkan
individu normal pada umuryang sama.
Selain itu juga Tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan
degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki letak strategis,
yaitu di ujung-uiung tulang untuk melaksanakan 2 fungsi : (1) menjamin
gerakan yang hampir tanpa gesekan di dalam sendi, berkat adanya cairan
sinovium; dan (2) disendi sebagai penerima beban, menebarkan beban ke
seluruh permukaan sendi sedemikian sehingga tulang di bawahnya dapat
menerima benturan dan berat tanap mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini
mengharuskan tulang rawan elastis dan memiliki daya regang yang tinggi.
Kedua ciri ini dihasilkan oleh dua komponen utama tulang rawan : suatu tipe
khusus kolagen ( tipe ll) dan proteoglikan, dan keduanya dikeluarkan oleh
kondrosit.
Mungkin pengaruh yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis.
meskipun osteoarthritis bukan suatu proses wearand-tear ( aus karena sering
digunakan ) tidak diragukan lagi bahwa stres mekanis pada sendi beryeran
penting dalam pembentukannya.
Faktor genetik juga berperan dalam kerentantan terhadap osteoarthritis,
terutama pada kasus yang mengenai tangan danpanggul. Gen atau gen-gen
spesifik yang bertanggung jawab untuk ini belum teridentifikasi meskipun pada
sebagian kasus diperikirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11.
2.4. Kelainan disekitar rawan sendi
Kelainan disekitar rawan sendi tergantung pada sendi yang terkena, tetapi
prinsipnya adalah adanya tanda-tanda inflamasi sendi, perubahan fungsi dan
struktur rawan sendi seperti persambungan sendi yang tidak normal, gangguan
fleksibilitas, pembesaran tulang serta gangguan fleksi dan ekstensi, terjadinya
instabilitas sendi, timbulnya krepitasi baik pada gerakan aktif maupun pasif.
2.5. Peran NO (Nitric Oxide) pada kerusakan kartilago
NO merupakan gas yang diproduksi oleh berbagai sel tubuh dan mempunyai
peran sentral pada pertahanan tubuh dan imunitas. Produksi NO dirangasang
oleh nitric oxide synthase (NOS), dimana teradapat 3 isoform NOS :
Constitutively expressed NO$
Endothelial cNOS
lnducible NOS .
Efek NO terhadap kondrosit meliputi :
lnhibisi produksi kolagen dan proteoglikan
Aktivasimetaloproteinase
Meningkatkan kepekaan trauma oksidan lain(H202)
Menurunkan ekspresi lL-1 reseptor antiagonis
lnhibisipolimerisasiaktin dan sinyal lL-1 integrin
Apoptosis
2.6.Etiologi osteoarthritis
Dengan melihat faktor-faktor risiko ini, maka sebenarnya semua OA individu
dapat dipandang sebagai
faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata
Faktor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tak normal pada sendi-
sendi tertentu.
Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah factor risiko umu yang
Penting
Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya oA semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. OA hampir tak pernah ada pada anak-anak, jarang pada
umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan oA banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita,
tetapi diatas 50 tahun frekuengi oA lebih banyak pada wanita daripada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.
Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
perbedaan di antara masing-rnasing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan asia dariPada kaukasia.
Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari
seorang wanita dengan OA pada sendi'sendi interfalang distal (nodus
heberden) terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyait 3 kali lebih sering,
daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut.
Kegemukan dan Penyakit metabolic
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga
dengan OA sendi lain. Oleh karena itu di samping factor mekanis yang
berperan, diduga terdapat faktor lain yang berperan pada timbulnya kaitan
tersebut.
Cedera Sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendiyang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan risiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi
dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko
OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya
OA masih. menjadi pertentangan. Aktivitas tertentu dapat menjadi
predisposisi OA cedera traumatik ( misalnya robeknya meniscus,
ketidakstabilanligamen ) yang dapat mengenaisendi.
Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit perthes dan
dislokasi kongenital paha ) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada
usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya
OA paha pada laki-lakidan ras tertentu.
Faktor-Faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya
OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan
pelari ( yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat ) dan kaitan
negatif antara osteoporosis dan OA.
Faktor-faktor untuk timbulnya keluhan
Faktor-faktor lain yang diduga meningkatkan timbulnya keluhan ialah
hipertensi, merokok, kulit putih, dan psikologis yang tak baik.
2.7. Sendi-sendi yang terkena
Adanya predileksi OA pada sendi-sendi tertentu (carpometacarpal 1,
metatarsophalangeal 1, sendi apofiseal, tulang belakang, lutut dan paha)
adalah nyata sekali. Sebagai perbandingan, OA siku, pergelangan tangan,
glenohumeral atau pergelangan kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada
orang tua.
REFERENSI
1. Martin JA, Buckwalter JA. Aging, articular cartilage chondrocyte senescence and osteoarthritis. Biogerontology 2002;3:257-64.
2. Felson DT, Anderson JJ, Naimark A, Walker AM, Meenan RF. Obesity and knee osteoarthritis. The Framingham Study. Ann.Inetrn Med 1998; 109: 18-24
3. Felson DT. Epidemiology of hip and knee osteoarthritis. Epidemiologic Reviews 1988;10:1-28.
4. Ruddy S, Harris ED, Sledge CB, Kent NN. Kelly’s Textbook of Rheumatology, 6th Ed., Philadelphia. WB Saunders, 2001;pp. 1410.
5. Wright V. Post-traumatic osteoarthritis – a medico-legal minefield. British Journal of Rheumatology 1990;29:474-8.
6. Das SK, Ramakrishnan S. Osteoarthritis. In: Manual of Rheumatology (editors) Pispati PK, Borges NE, Nadkar MY, and edition Indian Rheumatology Association, The National Book Depot, Mumbai, India, 2002.pp.240-259.
7. Spector TD, Hart DJ, Byrne J, et al. Definition of osteoarthritis of the knee for epidemiological studies. Annals of the Rheumatic Diseases 1993;52:790-4.
8. Lane NE, Nevitt MC. Osteoarthritis and bone mass. Journal of Rheumatology 1994;21:1393-6.
9. Bonomo I.Osteoarthritis. The management. In : Rheumatology, 1982; 7 : 64-9