64
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK V DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 Tutor : dr. Rini Nindela Hana Yuniko 04011281320025 Chyntia Tiara Putri 04011181320047 Citta A Putri 04011181320027 Safitri Muhlisa 04011381320029 Satria Putra W 04011381320077 Dwi Nopianti 04011181320101 Reinecke Ribka Halim 04011281320031 Elisabeth Gerda Sitompul 04011181320011 Nina Vella Rizky 04011181320051 Rahma Putri Utami 04011181320103 Nilam Siti Rahmah 04011181320083 Naurah Nazhifah 04011381320011 PENDIDIKAN DOKTER UMUM

Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

BLOK V

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

Tutor : dr. Rini Nindela

Hana Yuniko 04011281320025

Chyntia Tiara Putri 04011181320047

Citta A Putri 04011181320027

Safitri Muhlisa 04011381320029

Satria Putra W 04011381320077

Dwi Nopianti 04011181320101

Reinecke Ribka Halim 04011281320031

Elisabeth Gerda Sitompul 04011181320011

Nina Vella Rizky 04011181320051

Rahma Putri Utami 04011181320103

Nilam Siti Rahmah 04011181320083

Naurah Nazhifah 04011381320011

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

Page 2: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas tutorial

skenario A blok V ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan laporan tugas tutorial ini terutama ibu dr. Rini Nindela selaku tutor.

Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan

sangat bermanfaat untuk perbaikan di kemudian hari.

Palembang, Desember 2013

Penyusun

2

Page 3: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI

I. Skenario A Blok V.................................................................................................................4

II. Klarifikasi Istilah ..................................................................................................................4

III. Identifikasi Masalah..............................................................................................................5

IV. Analisis Masalah...................................................................................................................5

V. Keterkaitan antarmasalah ...................................................................................................16

VI. Learning Issues...................................................................................................................17

VII. Sintesis...............................................................................................................................18

- Kerangka konsep....................................................................................................................

- Diabetes Melitus.................................................................................................................19

-Anatomi syaraf ekstremitas inferior....................................................................................21

- Rangka tungkai bawah........................................................................................................25

- Otot tungkai bawah.............................................................................................................35

- Hipestesi .............................................................................................................................41

- Footdrop..............................................................................................................................42

- Nyeri...................................................................................................................................44

VIII. Kesimpulan…………………..\…………………………………………...……………..45

Daftar Pustaka...........................................................................................................................46

3

Page 4: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

I. SKENARIO A BLOK V

Seorang pria, bernama pak Heri, berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama lebih dari 10 tahun. Atas anjuran temannya yang menyatakan bahwa meditasi dapat menyembuhkan penyakitnya, maka ia melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah berlangsung beberapa bulan. Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau menyilangkan tungkai bawah sambil berkonsentrasi penuh.

Tiga hari yang lalu pak Heri ke dokter dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali tersandung terutama di permukaan jalan yang tidak rata/berkerikil.Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati rasa dan nyeri disebelah sisi luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan.

Pada pemeriksaan fisik di tungkai bawah Ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi, Steppage gamit (berjalan dengan menyeret kaki kanan) positif, Sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi, Gangguan hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral.

Menurut dokter ia menderita footdrop karena kelumpuhan n. Peronealis communis dan Diabetes Melitus tipe 2

II. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Meditasi :Terpekun, renungan, diam memikirkan sesuatu dalam-dalam

2. Footdrop :Terkulainya kaki akibat lesi, nervous peroneal atau tibia yang

mengakibatkan paralisis otot otot anterior tungkai bawah

3. Kencing Manis :Penyakit yang menyebabkan air kencing yag diproduksi

bercampur dengan zat gula

4. Nyeri :Berasa sakit terasa ditusuk tusuk jarum atau seperti dijepit pada

bagian tubuh

5. Dorsiflexi :Menekuk atau flexi kearah aspek ekstensor anggota gerak seperti

pada tangan dan kaki

6. Crus Posterolateral :Bagian tungkai kaki yang terletak disamping dan kearah aspek

posterior

7. Tungkai Bawah :Bagian kaki dari lutut ke bawah

8. DM tipe 2 :Penyakit ini disebabkan oleh insulin yang terhalang sehingga

4

Page 5: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

tidak dapat melakukan fungsinya dengan benar, biasanya

menyerang usia 40 tahun ke atas

9. Hipestesi :Kepekaan yang menurun abnormal terutama terhadap sentuhan

10. N.Peronealis Communis : Percabangan dari n. ischiadicus

III. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Pak Heri berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama lebih dari 10 tahun. (vvvvv)2. Pak Heri melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah berlangsung beberapa bulan.

Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau menyilangkan tungkai bawah. (vvvv)3. Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati rasa dan nyeri disebelah sisi luar

tungkai kanan dan punggung kaki kanan.(vvv)4. Tiga hari yang lalu pak Heri ke dokter dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali

tersandung terutama di permukaan jalan yang tidak rata/berkerikil (vv)5. Pada pemeriksaan fisik di tungkai bawah : (v)

Ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi Steppage gamit (berjalan dengan menyeret kaki kanan) positif Sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi Gangguan hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral

IV. ANALISIS MASALAH

1. Pak Heri berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama lebih dari 10 tahun.

a. Apa penyebab Diabetes Melitus ?

Pada usia lanjut diabetes militus disebakan oleh resistensi insulin. Timbulnya resistensi

insulin pada lansia dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu perubahan komposisi tubuh, massa

otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga

terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola

makan lebih banyak makan karbohidrat akibat berkurangnya jumlah gigi sehingga perubahan

neurohormonal dan dehidroepiandosteron (DHEAS plasma) sehingga terjadi penurunan

ambilan glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan aksi insulin.

b. Apa gejala dari penyakit Diabetes Melitus?Gejala penyakit Diabetae Melitus Tipe II yaitu peningkatan prevalensi buang air (poliuri) rasa lapar (polifagia), rasa haus polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan yang tidak ada penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun

c. Apa komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus?

Terbagi menjadi dua yaitu Komplikasi Akut dan Komplikasi Kronik

5

Page 6: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Komplikasi akut

Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD)

dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah

sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien

biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa

ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.

Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi

penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri

harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan

terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling sering

golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan

setelah minum obat atau menyuntik insulin.

Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa lapar,

pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar,

dapat segera diberikan minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien

tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk

penanganan dan pemantauan selanjutnya.

Komplikasi kronik

Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan

kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami

kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.

Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:

Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan

serangan jantung mendadak

Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka

iskemik pada kaki

Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke

6

Page 7: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah

retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh

darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum.

nefropati diabetikum merupakan gangguan pada selaput penyaring darah pada ginjal.kadar

gula yang tinggi menyebabkan kerusakan pada selaput penyaring tersebut.

d. Apa tipe tipe penyakit Diabetes Melitus?

- Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes melitus

berdasarkan perawatan dan simtoma:[

1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam

pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes

melitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak

termasuk pada penggolongan ini.

2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai

dengan sindrom resistansi insulin

3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan

gestational diabetes mellitus, GDM.

dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:

4. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.

5. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak

cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon

dari luar tubuh.

6. Not insulin requiring diabetes.

e. Siapa saja yang berpeluang terjadinya penyakit Diabetes Melitus?

Yang berpeluang menderita DM ipe 2 adalah seseorang dengan rentang usia 30 tahun atau

lebih.dalam hal ini faktor resiko penyebab DM tipe 2 adalah genetik,lingkungan,obesitas,

pola hidupnyang tidaksehat,dll.

f. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit Diabetes Melitus?

Pada Diabetes Melitus Tipe II, terdapat 2 keadaan yang berperan yaitu resistensi insulin dan

disfungsi sel β pancreas. Resistensi insulin adalah keadaan di mana insulin tidak dapat

7

Page 8: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan sel

terhadap efek insulin menyebabkan sel β pancreas menyekresi insulin dalam kuantitas yang

lebih besar untuk memperthankan homeostasis gloukosa darah sehingga terjadi

hiperinsuliemia kompensatoir unut mempertahankan keadaan euglikemia. Pada fase tertentu

dari perjalanan penyakit DM tipe II, kadar glukosa darah mulai meningkat walaupun

dikompensasi dengan hiperinsulinemia; disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak

bebas dalam darah. Keadaan glukostasis dan lipotoksisitas akibat kekurangna insulin

relative (walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel β

pancreas mengalami disfungsi dan terjadila gangguan metabolism glukosa berupa Glukosa

Puasa Terganggu, Gangguan Toleransi Glukosa dan akhirnya DM tipe II.

2. Pak Heri melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah berlangsung beberapa bulan. Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau menyilangkan tungkai bawah.

a. Bagaimana struktur anatomi ekstremitas inferior pada saat duduk bersila ?

Daerah gluteal dan paha akan tertekan, pada saat duduk bersila, posisi kaki akan melakukan plantarflexi

b. Apa hubungan duduk bersila dengan Diabetes Melitus?

Duduk bersila dapat menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. Penyempitan pada

pembuluh darah menyebabkan peredaran aliran darah pada elstermitas inferior terganggu.

Hal ini mengakibatkan terjadinya angiopathy yang dapat menyebabkan neuropathy. Pada

penderita Diabetes Mellitus, duduk bersila dapat memperparah gangguan yang terjadi pada

jaringan saraf yang mengalami gangguan nyeri akibat DM. Selain itu duduk bersila dapat

menyebabkan tejadinya trauma pada saraf n. ischiadicus, n. peronealis profundus, n, tibia

yang akan mengakibatkan otot tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pergelangan

kaki tidak dapat melakukan dorsofleksi.

c. Apa dampak meditasi selama berjam jam pada struktur ekstremitas inferior?

Neuropati Diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes dengan gejala rasa kebas

atau baal pada kaki atau tungkai yang dapat menyebabkan kesemutan dan kram pada kaki.

Keluhan ini disebabkan adanya kerusakan pada sistem saraf perifer karena kadar gula darah

yang tidak terkontrol. Penyakit dan infeksi yang menyebabkan peradangan pembuluh darah

(disebut vasculitis) memicu pembentukan jaringan parut di pembuluh darah, mengganggu

sirkulasi dan menyebabkan kesemutan dan kram pada otot-otot ekstremitas bawah.

8

Page 9: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Selain itu,bermeditasi berjam-jam juga dapat mengakibatkan saraf (N.fibularis komunis)

dan pembuluh darah yang berada pada sisi lateral terjepit karena adanya kompresi dari gaya

duduk bersila pada saat meditasi.

d. Apa fungsi meditasi terhadap penderita Diabetes Melitus?

Diabetes melitus terjadi karena gangguan fungsi endokrin pankreas. Pada penderita diabetes

melitus terjadi keadaan di mana insulin tak berfungsi optimal, karena kualitas dan

kuantitasnya tak memadai. Penyebabnya, reseptor insulin tak memadai atau ada faktor

hormon yang melawan efek insulin, yaitu counter regulatory hormone (CRH), pada keadaan

tertentu bisa juga karena penurunan produksi insulin tubuh. Padahal insulin diperlukan

tubuh untuk menjaga kadar gula darah. Penderita diabetes harus mampu mengendalikan

kadar gula darah menjadi normal atau mendekati normal agar tak terhindar dari komplikasi

kronis.

Dalam penelitian, penanganan penderita diabetes dilakukan secara holistik

dengan pendekatan bio-psiko-spirit-sosiobudaya. Di samping diberi obat, menjalani

pengaturan diet dan olahraga, penderita diberi terapi tambahan berupa meditasi relaksasi

spiritual.Meditasi relaksasi membantu penderita mencapai homeostasis, yaitu suatu

keseimbangan dalam tubuh-di mana regulasi tubuh, yaitu sistem saraf otonom, endokrin dan

daya tahan tubuh, berfungsi maksimal-sehingga tercapai penyembuhan oleh diri sendiri.

3. Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati rasa dan nyeri disebelah sisi luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan.

a. Apa saja persyarafan yang terdapat disebelah luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan?

Sistem saraf tungkai bawah

1. Nervus Peroneus Communis

Nervus ini merupakan cabang dari segmen bawah (L4, L5, dan S1, S1).

Nervus ini merupakan cabang maupun componen dari nervus ischiadicus sampai

sejauh bagian atas ruang poplitea. Dari sini, serabut saraf ini memulai perjalanan yang

bebas turun disepanjang garis posterior muscle bíceps femoralis, lalu menyilang

9

Page 10: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

diagonal pada dorsum sendi lutut menuju bagian luar atas tungkai dekat dengan caput

fibula dan berjalan terus ke bawah diantara m. peroneus longus dan tulang tibia.

2. Nervus Tibialis

Nervus tibialis dibentuk oleh seluruh 5 bagian anterior plexus sacralis yaitu L4-

5, S1-3. nervus tibialis adalah cabang terminal dari n. ischiadicus yang lebih besar pada

sepertiga bawah pada bagian belakang. Nervus ini naik melalui fossa poplitea dan

berjalan di sebelah dalam m. gastrocnemius dan m. soleus. Ia terletak pada permukaan

posterior m. tibialis posterior, dan bagian lebih bawah dari tungkai bawah., pada

permukaan posterior tibia. Saraf ini menyerupai perjalanan arteri berjalan di belakang

malleolus medialis, diantara tendo m. fleksor digitorum longus dan m. flexor hallucis

longus. Saraf ini ditutupi oleh retinaculum flexorum dan bercabang menjadi n.

plantaris medialis dan laterales.

3. Nervus Peroneus Profundus

Nervus ini berjalan di lateral capitulum fibulae menembus septum

intermusculare anterius kemudian membelok ke medial distal kemudian berjalan

diantara m. tibialis anterior dengan m. extensor digitorum longus dan brevis, serta m.

extensor hallucis menuju spatium introsum pertama. Cabang-cabangnya antara lain : 1)

ramus musculares, mensarafi m. tibialis anterior, m. extensor digitorum longus, dan m.

hallucis, 2) ramus articularis, mensarafi sendi talocrularis, 3) nervus digitalis dorsalis

pedis medialis menuju jari pertama dan kedua.

4. Nervus Peroneus Superficialis

Nervus ini berjalan ke distal ditutupi oleh m. Peroneus longus, mula-mula

di sebelah lateral anteriornya musculusperoneus brevis yang akhirnya menembus facia

cruralis pada pertengahan tungkai bawah dan di sini pecah menjadi dua bagian nervus

cutaneus dorsalis pedis intermedius cabang baru kemudian untuk berjalan di luar facia

pada dorsum pedis menuju basis keempat pada nervus cutaneus dorsalis pedis medialis

berjalan drastis diantara facia cruris ke medial menuju dorsum pedis yang akhirnya

bercabang menjadi dua yaitu medial dan lateral.

10

Page 11: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

11

Page 12: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

b. Apa yang menyebabkan mati rasa pada kasus pak Heri?

Mati rasa adalah keadaan di mana berkurangnya kepekaan kulit atau kepekaan terhadap

sensasi khusus. Mati rasa yang dirasakaan pak Heri disebabkan adanya cedera atau bad

injury pada saraf sensorik perifer pusat karena terjepitnya saraf dan vaskular sehingga

menyebabkan nutrisi dan oksigen terhambat dihantarkan pada saat meditasi sehingga kaki

tertekuk lama. Ditambah dengan keadaan pak Heri yang menderita Diabetes Melitus tipe 2

selama 10 tahun sehingga sudah banyak saraf yang mulai rusak dan gangguan pada vaskular

darah akibat hiperglikemia.

c. Bagaimana hubungan mati rasa dan nyeri terhadap penyakit Diabetes Melitus?

Pada penderita diabetes peningkatan gula darah dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan mengurangi suplai darah ke sel khususnya pembuluh darah yag menyuplai saraf, sehingga menyebabkan kerusakan saraf yang akan menybabkan mati rasa pada kaki. Neuropati diabetes terkait dengan :

Gangguan toleransi glukosa (GTG) , yaitu tahap respons abnormal terhadap uji toleransi glukosa oral 2 jam setiap individu menunjukkan hasil >= 140 tetapi kurang dari 200 mg/dl-

12

Page 13: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Neuropati, terutama neuropati serat halus yang menimbulkan nyeri . Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab 1/3 dari semua nyeri neuropati (NN). Hampir 50% penderita DM yang telah mengidap DM selama lebih dari 25 tahun akan mengalami nyeri neuropati (NN). Gejala yang sering terjadi yaitu menyerupai lesi pada ganglion radiks posterior. Disini dijumpai hipestesia perifer dengan disertai hilangnya sensasi getar. Rasa nyeri tidak selalu dijumpai, kadang-kadang dijumpai artropati tanpa rasa nyeri dan ulkus pada kaki. Dapat terjadi gangguan otonom seperti diare, hipotensi postural, gangguan sekresi keringat dan impotensi.

Hiperglikemia pada DM dapat menimbulkan lesi serabut saraf afferen, yang selanjutnya akan menyebabkan kelainan struktural dan hipereksitabilitas, disamping penurunan nilai ambang terhadap nyeri.

Kelainan struktural dan hipereksitabilitas dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge yang spontan maupun evoked, yang akan menyebabkan sesitisasi sentral. Sensitisasi sentral, bersama-sama dengan ectopic discharge dan hipereksitabilitas akan menyebabkan nyeri spontan ataupun nyeri evoked.

d. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri pada kaki pak Heri ?

Nyeri yang di alami Pak Heri merupakan nyeri permukaan yang disebabkan oleh adanya

kompresi jaringan otot, saraf, dan vaskularisasi pada regio ekstremitas inferior, khusnya

pada bagian ischiagial (tungkai). Mekanisme nyeri yang terjadi bermula pada bagian otot

pangkal dan paha (tungkai atas) dan dilanjutkan dengan referred pain (pola nyeri alih)

menuju ke bagian kaki (tungkai bawah). Dengan riwayat Diabetes Melitus Tipe-2

4. Tiga hari yang lalu pak Heri ke dokter dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali tersandung terutama di permukaan jalan yang tidak rata/berkerikil

a. Apa hubungan kaki tersandung dengan keluhan mati rasa dan nyeri ?

Hubungan kaki tersandung dengan mati rasa dan nyeri yaitu karena cedera nervus proneus

communis akibat kaki bersila lama yang mengakibatkan footdrop. Karena terjadinya

footdrop tubuh mengalami kompensasi daerah genue sehingga terjadinya stappage gate

yang membuat tubuh menjadi tidak seimbang sehingga pak Heri mudah tersandung.

b. Apa akibat sering tersandung terhadap struktur anatomi pak Heri ?

Karena sering terjatuh, maka struktur tulang akan mengalami trauma yang bisa berakibat pada perubahan letak syaraf

5. Pada pemeriksaan fisik di tungkai bawah : Ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi Steppage gamit (berjalan dengan menyeret kaki kanan) positif Sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi Gangguan hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral

a. Apa saja struktur anatomi daerah arus posterolateral?13

Page 14: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Struktur anatomi posterolateral terdiri dari tulang tibia dan fibula yang membentuk

persendian pada ujung distal dan proksimalnya.

b. Apa penyebab ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi?

Karena terganggunya kerja n. Peroneus profundus yg mengakibatkan disfungsi nya otot m. Ekstensor hallucis longus yg berinsertio di phalanx distal Ibu jari

c. Apa penyebab steppage gait?

Steppage gait atau nama lainnya foot drop gait terjadi karena adanya gangguan pada nervus proneus profundus yang berperan dalam menggerakkan otot-otot anterior tungkai bawah ( m. Tibialis anterior, m. Ekstensorum digitorum longus, m. Ekstensorum hallucis longus, dan m. Peroneus tertius ) yang menyebabkan pergelangan kaki tidak dapat melakukan ekstensi (dorsofleksi), sehingga ketika berjalan kaki selalu terseret oleh lantai atau tanah akibat pergelangan kaki yang hanya mampu membentuk posisi plantarfleksi (jatuh atau mendekati tanah) yang dibentuk oleh otot-otot lateral tungkai bawah ( m. Proneus longus dan m. Proneus brevis ) yang dipersyarafi oleh nervus proneus superficialis.

d. Apa penyebab sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi?

Karena ada kelumpuhan pada n. Peronealis communis yang mempengaruhi daerah pergelangan kaki ke bawah

e. Apa penyebab gangguan hipestesi pada daerah crus posterolateral?

Daerah crus posterolateral terletak pada tungkai bawah bagian dorsal lateral. Pada saat pak

Heri melakukan meditasi dengan posisi bersila maka, akan terjadi penekanan saraf pada

daerah gluteal, femur, dan crus posterolateral. Yang mengakibatkan cedera pada saraf

sensorik dan aliran darah yang lambat akibat kaki ditekuk terlalu lama, mengakibatkan saraf

tidak berfungsi, membuat pak Heri mengalami hipestesi pada daerah crus posterolateral.

f. Bagaimana struktur anatomi kaki dalam mekanisme berjalan ?6. Menurut dokter ia menderita footdrop karena kelumpuhan n. peronealis

communis dan Diabetes Melitus tipe 2a. Bagaimana Diabetes Melitus tipe 2 dan kelumpuhan n.peronealis communis dapat

menyebabkan footdrop?

Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering ditemukan pada pasien

diabetes melitus. Neuropati diabetik adalah gangguan metabolisme syaraf sebagai akibat

dari hiperglikemia kronis (Smeltzer et al, 2008). Angka kejadian neuropati ini meningkat

14

Page 15: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

bersamaan dengan lamanya menderita penyakit Diabetes Melitus dan bertambahnya usia

penderita. Ada tiga tipe neuropati yaitu neuropati sensorik, neuropati motorik dan neuropati

otonom. Kondisi pada neuropati sensorik yang terjadi adalah kerusakan saraf sensoris

pertama kali mengenai serabut akson yang paling panjang, yang menyebabkan distribusi

stocking dan gloves. Kerusakan pada serabut saraf tipe A akan menyebabkan kelainan

propiseptif, sensasi pada sentuhan ringan, tekanan, vibrasi dan persarafan motorik pada

otot. Secara klinis akan timbul gejala seperti kejang dan kelemahan otot kaki. Serabut saraf

tipe C berperan dalam

analisis sensari nyeri dan suhu. Kerusakan pada saraf ini akan menyebabkan kehilangan

sensasi protektif. Ambang nyeri akan meningkat dan menyebabkan trauma berulang pada

kaki. Neuropati perifer dapat dideteksi dengan hilagnya sensasi terhadap 10 g nylon

monofilament

pada 2-3 tempat pada kaki. Selain dengan 10 g nylon 35 monofilament , dapat juga

menggunakan biothesiometer dan Tunning Fork untuk mengukur getaran (Singh et al,

2005).

Neuropati motorik terjadi karena demyelinisasi serabut saraf dan kerusakan motor end

plate. Serabut saraf motorik bagian distal yang paling sering terkena dan menimbulkan

atropi dan otot-otot intrinsik kaki. Atropi dari otot intraosseus menyebabkan kolaps dari

arcus kaki.Metatarsal-phalangeal joint kehilangan stabilitas saat melangkah. Hal ini

menyebabkan gangguan distribusi tekanan kaki saat melangkah dan dapat menyebabkan

kallus pada bagian-bagian kaki dengan tekanan terbesar. Jaringan di bawah kallus akan

mengalami iskemia dan nekrosis yang selanjutnya akan menyebabkan ulkus. Neuropati

motorik menyebabkan kelainan anatomi kaki berupa claw toe, hammer toe,dan lesi

pada nervus peroneus lateral yang menyebabkan foot drop

b. Otot otot apa saja yang dipengharui oleh n. Peronealis communis?

Nervus peronalis communis yang merupakan cabang terminal dari nervus ischiadicus yang lebih kecil yang nantinya setelah berjalan posterior terhadap caput fibulae, melengkung lateral di sekeliling collum, menembus musculus peroneus longus, akan bercabang menjadi 2 cabang terminal, yaitu nervus proneus profundus dan nervus proneus superficialis, yang nantinya masing-masing akan mempersyarafi otot-otot anterior dan lateral tungkai bawah .

nervus proneus profundus :

1. Musculus Tibialis Anterior(Origo di separuh atas facies lateralis tibia dan membrana interossea serta insertio di os cuneiforme mediale dan basis os metatarsal I)

2. Musculus Extensor Digitorum longus

15

Page 16: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

(Origo di 2/3 bagian atas facies anterior fibula dan membrana interossea serta insertio di ekspansi ekstensor keempat jari kaki yang lateral)

3. Musculus Extensor hallucis longus(Origo di Paruh tengah facies anterior fibula dan membrana interossea serta insertio di Basis Phalanges distal ibu jari)

4. Musculus peroneus Tertius(Origo di 1/3 bagian bawah facies anterior fibula dan membrana interossea serta insertio di sisi medial aspek dorsalis basis os metatarsal V)

5. Musculus Extensor Digitorum Brevis(Origo di Calcaneum dan Insertio di empat tendo ke phalanx proximal ibu jari kaki dan tendo extensor panjang jari kaki II, III, dan IV)

Nervus proneus superficialis :

1. Musculus Peroneus Longus(Origo di 2/3 bagian atas facies lateralis fibula serta Insertio di os cuneiforme mediale dan basis os metatarsal I)

2. Musculus Peroneus Brevis

(Origo di 2/3 bagian bawah facies lateralis fibula serta Insertio di Tuberculum yang terdapat

pada basis os metatarsal V)

V. KETERKAITAN MASALAH

(anjuran teman)

16

Mati rasa

DM tipe 2

Perubahan ekstremitas inferior

Sering tersandung

Kelumpuhan n.peronealis communis

Footdrop Meditasi

Nyeri

Page 17: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

VI. LEARNING ISSUES

Pokok

Bahasan

What I

know

What I don’t know What I have to

prove

How I will

learn

Diabetes

melitus dan

Diabetes

melitus tipe 2

Anatomi syaraf

ekstremitas

inferior

Otot tungkai

bawah

Rangka dan

sendi tungkai

bawah

Hipestesi pada

crus

posterolateral

Steppage gait

Footdrop

Nyeri pada

ekstremitas

inferior

17

Page 18: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

VII. SINTESIS

KERANGKA KONSEP

18

Hipestesi daerah crus posterolateral

Gangguan saraf sensorik

Pak Heri 50 tahun Meditasi bersila

Nyeri pada sisi luar tungkai kanan dan punggung kanan

Kaki sering tersandung

Steppage gait

NeuropatyAngiopaty

menyerang Vaskular

Diabetes Melitus tipe 2

Kompresi pembuluh darah dan syaraf

Gangguan saraf n.ischiadicus, n.preoneal communis, dan n.

Peroneal communis profundus

Gangguan kerja otot ekstremitas inferior

Posisi plantar flexi (Footdrop)

Page 19: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

DIABETES MILITUS

Diabetes Militus

Diabetes militus adalah sekelompok gangguan metabolik kronik, ditandai oleh hiperglikemia yang

berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat lemak, portein yang disebabkan oleh defek

sekresi insulin, sensitivitas insulin atau keduanya dan mengakibatkan terjadinya komplikasi kronis

termasuk mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati.

Diabetes Militus tipe 2

Seiring dengan proses penuaan, semakin banyak lansia yang bersiko terhadap terjadinya DM,

sehingga sekarang dikenal istilah prediabetes. Prediabetes merupakan kondisi tingginya gula darah

puasa (gula darah puasa 100-125 mg/dl.) atau gangguan toleransi glukosa (kadar gula darah 140-199

mg/dl., 2 jam setelah pembebanan 75 g glukosa). Modifikasi gaya hidup mencakup menjaga pola

makan yang baik, olahraga dan penurunan berat badan dapat memperlambat perkembangan prediabetes

menjadi DM. Bila kadar gula darah mencapai > 200 mg/dL., maka pasien ini masuk dalam kelas

Diabetes Militus. Gangguan metabolisme karbohidrat pada lansia meliputi tiga hal yaitu resistensi

insulin, hilangnya pelepasan insulin fase pertama sehingga lonjakan awal insulin postprandial tidak

terjadi pada lansia dengan DM, peningaktan kadar glukosa postprandial dengan kadar gula glukosa

puasa normal.

Diantara ketiga gangguan tersebut, yang paling berperan adalah resistensi insulin. Hal ini

ditunjukkan dengan kadar insulin plasma yang cukup tinggi pada 2 jam setelah pembebanan glukosa 75

gram dengan kadar glukosa yang tinggi pula.

Timbulnya resistensi insulin pada lansia dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu perubahan

komposisi tubuh, massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik

sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola

makan lebih banyak makan karbohidrat akibat berkurangnya jumlah gigi sehingga perubahan

neurohormonal dan dehidroepiandosteron (DHEAS plasma) sehingga terjadi penurunan ambilan

glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan aksi insulin.

Terapi Diabetes Militus tipe 2 dibagi 2 tingkatan, yaitu :

1. Tingkat 1

19

dikenal istilah prediabetes. Prediabetes merupakan kondisitingginya gula darah puasa (gula darah puasa 100-125mg/

Page 20: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Interversi awal yang dilakukan adalah kombinasi modifikasi gaya hidup dan pemberian

metformin. Modifikasi gaya hidup pada lansia penderita DM meliputi menjaga pola makan yang baik,

olahraga dan penurunan berat badan.

Metformin dianjurkan sebagai terapi obat inti pertama untuk semua pasien DM tipe 2 kecuali

pada mereka yang punya kontradikasi terhadap metformin misalnya antara lain gangguan fungsi ginjal,

gangguan fungsi hati, gangguan jantung kongestif, asidosis metabolik, dehidrasi, hipoksia dan

pengguna alkohol. Namun, karena kreatinin serum tidak menggambarkan keadaan fungsi ginjal yang

sebenarnya pada usia sangat lanjut, maka metformin sama sekali tidak dianjurkan pada lansia > 80

tahun. Metformin bermanfaat terhadap sistem kardiovaskulardan mempunyai risiko yang kecil

terjadinya hipoglikemia.

2. Tingkat 2

Obat- obatan pada terapi tingkat 2 belum banyak dibuktikan secara klinis seperti yang

digunakan pada terapi tingakt 1, sehingga penggunaannya masih terbatas, termasuk pada lansia. Obat-

obat tersebut antara lain

Tiazolidindion

Tiazolidindion merupakan kelompok obat yang dapat memperbaiki kontrol gula darah dengan

meningkatkan kepekaan jaringan perifer terhadap insulin. Pada berbagai studi klinis didapatkan bahwa

kontrol gula darah dengan rosiglitazon lebih lama dibandingkan dengan metformin.

Tidak seperti obat DM lainnya, tiazolidindon memperbaiki berbagai marker fungsi sel beta

pankreas antara lain ditunjukan dengan meningkatnya sekresi insulin selama 6 bulan. Namun, efek ini

hanya sementara, setelah 6 bulan terapi dengan tiazolidindon terjadi penurunan fungsi sel beta

pankreas.

20

Page 21: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

ANATOMI DAN SARAF EKSTREMITAS INFERIOR

1) Sistem saraf tungkai atas

Sistem persarafan tungkai atas berasal dari plexus lumbalis dan sacralis. Pada otot-otot

sekitar tungkai atas di sarafi oleh beberapa saraf yaitu:

a) Nervus Femoralis

Nervus femoralis merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis. Nervus ini,

berasal dari 3 bagian posterior plexus, yang asalnya dari nervus lumbalis kedua, ketiga, dan

keempat. Nervus ini, muncul dari tepi lateral m. psoas tepat di atas ligamentum pouparti dan

berjalan turun di bawah ligamentum ini, untuk memasuki trigonum femoralis pada sisi lateral

arteri femoralis. Pada trigonum tersebut, nervus femoralis membagi diri menjadi cabang-cabang

terminalis. Cabang-cabang motorik di atas ligamentum inguinalis mempersarafi m. sartorius, m.

pectineus, dan m. quadriceps femoris. Cabang-cabang sensorik mencakup cabang cabang

cutaneus femoralis anterior yang menuju permukaan anterior dan medial paha serta nervus

saphenous yang menuju sisi medial tungkai dan kaki.

b) Nervus Obturatorius

Nervus obturatorius berasal dari plexus lumbalis (L2, L3, L4), dan muncul pada tepian

m. psoas di dalam abdomen. Nervus ini berjalan ke depan dan ke bawah pada dinding lateral

pelvis untuk mencapai bagian atas foramen obturatorius, dan pada bagian ini pecah menjadi

divisi anterior dan posterior. Divisi anterior memberi cabang-cabang muscular pada m. gracillis,

m. adduktor brevis, dan m. adduktor longus.

c) Nervus Gluteus Superior dan Inferior

Nervus gluteus superior (L5, S1, dan S2) adalah pelaku nervus sacralis yang berjalan di

atas m. piriformis melalui foramen ischiadicus mayor ke dalam otot- otot pantat, dimana serabut

saraf ini, menyuplai m. gluteus medius, gluteus minimus, serta m. tensor facia latae.

Nervus gluteus inferior (L5, S1, dan S2) adalah cabang dari plexus sacralis yang berjalan

dibawah m. piriformis melalui foramen ischiadicus magnus ke gluteus maksimus.

d) Nervus Ischiadicus21

Page 22: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Nervus ischiadicus merupakan serabut saraf yang terbesar di dalam tubuh. Nervus

ischiadicus adalah cabang dari plexus sacralis (L4, L5, S1, S2, dan S3), saraf ini meninggalkan

regio glutealis dengan berjalan ke bawah melewati foramen ischiadicus mayor dan turun antara

throcantor mayor dan turun diantara throcantor mayor os. Fémur dan tuberositas ischiadica,

sewaktu turun sampai pertengahan paha saraf ini pada bagian posteriornya ditutupi oleh tepian

m. bíceps femoris dan m. semimembranosus yang berdekatan. Ia terletak pada aspek posterior m.

adduktor magnus dan pada sepertiga bagian bawah paha. Nervus ischiadicus berakhir dan

bercabang menjadi dua percabangan, yaitu n. tibialis dan n. peroneus communis pada daerah

poplitea. Cabang-cabangnya pada paha mempersarafi m. Hamstring (meliputi m.

semimembranosus, m. semitendinosus, dan m. bíceps femoris).

2) Sistem saraf tungkai bawah

a) Nervus Peroneus Communis

Nervus ini merupakan cabang dari segmen bawah (L4, L5, dan S1, S1). Nervus ini

merupakan cabang maupun componen dari nervus ischiadicus sampai sejauh bagian atas ruang

poplitea. Dari sini, serabut saraf ini memulai perjalanan yang bebas turun disepanjang garis

posterior muscle bíceps femoralis, lalu menyilang diagonal pada dorsum sendi lutut menuju

bagian luar atas tungkai dekat dengan caput fibula dan berjalan terus ke bawah diantara m.

peroneus longus dan tulang tibia.

b) Nervus Tibialis

Nervus tibialis dibentuk oleh seluruh 5 bagian anterior plexus sacralis yaitu L4-5, S1-3.

nervus tibialis adalah cabang terminal dari n. ischiadicus yang lebih besar pada sepertiga bawah

pada bagian belakang. Nervus ini naik melalui fossa poplitea dan berjalan di sebelah dalam m.

gastrocnemius dan m. soleus. Ia terletak pada permukaan posterior m. tibialis posterior, dan

bagian lebih bawah dari tungkai bawah., pada permukaan posterior tibia. Saraf ini menyerupai

perjalanan arteri berjalan di belakang malleolus medialis, diantara tendo m. fleksor digitorum

longus dan m. flexor hallucis longus. Saraf ini ditutupi oleh retinaculum flexorum dan bercabang

menjadi n. plantaris medialis dan laterales.

c) Nervus Peroneus Profundus

22

Page 23: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Nervus ini berjalan di lateral capitulum fibulae menembus septum intermusculare

anterius kemudian membelok ke medial distal kemudian berjalan diantara m. tibialis anterior

dengan m. extensor digitorum longus dan brevis, serta m. extensor hallucis menuju spatium

introsum pertama. Cabang-cabangnya antara lain : 1) ramus musculares, mensarafi m. tibialis

anterior, m. extensor digitorum longus, dan m. hallucis, 2) ramus articularis, mensarafi sendi

talocrularis, 3) nervus digitalis dorsalis pedis medialis menuju jari pertama dan kedua.

d) Nervus Peroneus Superficialis

Nervus ini berjalan ke distal ditutupi oleh m. Peroneus longus, mula-mula di sebelah

lateral anteriornya musculusperoneus brevis yang akhirnya menembus facia cruralis pada

pertengahan tungkai bawah dan di sini pecah menjadi dua bagian nervus cutaneus dorsalis pedis

intermedius cabang baru kemudian untuk berjalan di luar facia pada dorsum pedis menuju basis

keempat pada nervus cutaneus dorsalis pedis medialis berjalan drastis diantara facia cruris ke

medial menuju dorsum pedis yang akhirnya bercabang menjadi dua yaitu medial dan lateral.

23

Page 24: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Rangka Tungkai bawah24

Page 25: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Struktur di daerah ini meliputi 26 tulang, 33 sendi di

kaki, pergelangan kaki, dan tungkai bawah, bersama dengan otot-otot intrinsik dan

ekstrinsik. Otot kaki intrinsik superfisial terdiri atas otot extensor digitorum brevis,

extensor hallucis brevis, abductor hallucis, flexor digitorum brevis, dan abductor digiti

minimi. Otot-otot ini secara umum menjalarkan nyeri di sepanjang otot dengan derajat

penyebaran lokal di kaki. Tekanan dalam diterapkan untuk menghilangkan trigger point

(pencetus nyeri). Es dan peregangan diberikan dalam posisi yang nyaman. Pasien juga

dapat melakukan pemijatan sendiri dengan bantuan bola tenis yang diinjak, kemudian

digerakkan dalam gerakan maju mundur.

Otot Tibialis Anterior menjalarkan nyeri ke sisi anteromedial ankle dan dorsal

serta medial ibu jari. Trigger point dihilangkan dengan palpasi trigger point di

perbatasan proksimal dan sepertiga tengah ekstremitas anterior, dekat dengan

tuberositas tibia. Es dan peregangan diterapkan pada kaki dalam posisi plantar flexi dan

es disapukan dari ujung lutut ke arah kaki. Pemijatan jaringan secara mendalam

(deep-tissue massage) dapat merangang fleksibilitas dan meningkatkan ROM.

Mobilisasi sendi digunakan untuk mengurangi nyeri dan bengkak atau meningkatkan

ROM di berbagai sendi pada ankle. Jarvinen dan Lehto (1993) meneliti bahwa

mobilisasi awal lebih baik daripada imoilisasi pada penanganan cedera gastrocnemius.

a. Sistem Tulang

Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain : os femur, os tibia, os fibula, dan os patella.

Os Femur

Tulang femur merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan acetabulum dan ke

bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proximal, diaphysis, dan epiphysis

distalis.

Epiphysis merupakan sepasang bulatan yang disebut condilus lateralis dan medialis. Di bagian

proximal tonjolan tersebut terdapat bulatan kecil yang disebut epycondilus lateralis dan medialis.

Di lihat dari depan, terdapat dataran sendi–sendi yang melebar ke lateral yang disebit facies

patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan di lihat dari belakang, diantara condylus

femoralis lateralis dan condylus lateralis medialis terdapat cekungan disebut fossa intercondyloidea

yang bagian proximalnya terdapat garis yang disebut linea intercondyloidea. Sedangkan epiphysis

25

Page 26: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

proximal membentuk bulatan 2/3 bagian bagian bola tersebut disebut caput femoralis yang mempunyai

facies articulair untuk bersendi dengan acetabulum.

Diaphysis merupakan bagian yang panjang yang disebut corpus. Penampang melintang

merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Diaphysis mempunyai 3 dataran yaitu facies

medialis, facies lateralis, dan fasies anterior (Susilowati, 2002).

2) Os Tibia

Termasuk tulang panjang yang terdiri atas 3 bagian yang terdiri dari : epiphysis proximal,

diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximal terdiri dari 2 bulatan yang disebut condylus

medialis dan condylus lateralis. Di sebelah atasnya terdapat dataran sendi yang di sebut facies

articularis superior dan tepi atas epycondilus ini melingkar disebut margo infraglenoidalis. Diaphysis

pada penopang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Ada 3 sisi yaitu margo anterior,

margo medialis dan crista interozea di sebelah lateral. Sedangkan ke arah medial epiphysis distalis

menonjol di sebut malleolus medialis. Malleolus medialis memiliki 3 dataran sendi yaitu facies

articularis malleolaris (vertical), facies articularis inferior (horizontal), incisura fibularis

(cekung) (Susilowati, 2002).

3) Os Fibula

Merupakan tulang berbentuk kecil dan langsing yang terletak di sebelah tulang tibia bagian

luar. Tulang ini terdiri dari 3 bagian yaitu : epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis.

Epiphysis proximal membulat disebut capitulum fibula yang ke proximal meruncing menjadi apex

capitulum fibula. Pada capitulum terdapat dua dataran yang di sebut facies articularis capituli fibula

untuk bersendi dengan tibia. Diaphysis mempunyai 4 crista yaitu crista lateralis, crista medialis, crista

anterior, dan crista posterior. Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebut malleolus lateralis.

Hubungan antara tulang – tulang di atas membentuk suatu sendi yaitu tulang fémur dan patella

di sebut articulatio patello femoralis, hubungan antara tulang tibia dengan fémur disebut articulatio

tibiofemoralis, hubungan antara tulang tibia dengan fibula disebut articulatio tibiofibularis yang secara

keseluruhan dapat dikatakan sebagai articulatio knee/knee joint atau sendi lutut (Susilowati,

2002).

4) Os Patella

Tulang patella merupakan tulang berbentuk segitiga dengan basis menghadap ke proximal dan

apex ke arah distal. Dataran muka berbentuk konvek dan dataran belakang mempunyai dataran sendi

yaitu facies articularis lateralis yang lebar dan facies articularis medialis yang sempit (Susilowati,

2002).

26

Page 27: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

13

12

11

1

10

9

8

764

5

2

3

Gambar 1.1

Tulang pembentuk sendi lutut (Carola, 1990)

Keterangan Gambar 1.2 :

1. Trochanter major

2. Fossa trochanterica

3. Collum femoris

4. Fovea capitis femoris

5. Caput femoris

6. Collum femoris

7. Linea intertrochanterica

8. Trochanter minor

9. Corpus femoris

10. Tuberculum adductorium

11. Apicondylus medialis

12. Facies patellaris

13. Epicondylus lateralis

27

Page 28: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

12

34

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Gambar 1.2

Tulang Femur tampak dari depan (Sobotta, 2006)

Keterangan Gambar 1.2 :

14. Trochanter major

15. Fossa trochanterica

16. Collum femoris

17. Fovea capitis femoris

18. Caput femoris

19. Collum femoris

20. Linea intertrochanterica

21. Trochanter minor28

Page 29: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

14

1

23

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

151617

18

1920

21

22. Corpus femoris

23. Tuberculum adductorium

24. Apicondylus medialis

25. Facies patellaris

26. Epicondylus lateralis

Gambar 1.3

Tulang Femur tampak dari belakang (Sobotta, 2006)

Keterangan Gambar 2.3

1. Fovea capitis femoris

2. Caput femoris

3. Trochanter major

4. Tuberculum quadratum

5. Crista intertrochanterica

6. Trochanter tertius

7. Tuberositas glutea

8. Labium laterale

9. Labium mediale

10. Linea supracondylaris lateralis

11. Linea supracondylaris medialis

12. Facies poplitea

29

Page 30: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

1

2

3

4

5

13. Epicondylus lateralis

14. Condylus lateralis

15. Fossa intercondylaris

16. Linea intercondylaris

17. Condylus medialis

18. Tuberculum adductorium

Gambar 1.4

Tulang Tibia dan Fibula tampak dari belakang (Sobotta, 2006)

Keterangan Gambar 1.4 :

1. Caput fibulae

2. Corpus fibulae

3. Sulcus maleollaris

4. Corpus tibiae

5. Linea musculusolei

30

Page 31: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

1

2

Keterangan gambar 1.5 :

1. Basis patellae

2. Apex Patellae

b. Anthrologi

Hubungan antara tulang – tulang pada sendi lutut membentuk 3 persendian yaitu :

(1) articulatio patello femorale di bentuk oleh tulang patella dan fémur, (2) articulatio

tibiofemorale di bentuk oleh tulang tibia dan femur, (3) articulatio tibiofibulare dibentuk

oleh tulang tibia dan fibula.

c. Sistem Capsule Ligamenter

Pada sendi lutut sistem capsule ligamenter berfungsi sebagai stabilisator sendi –

sendi . pada umumnya gerakan sendi lutut sangat ditentukan oleh bentuk permukaan sendi

dan kekuatan dari ligamentumnya. Adapun ligamen yang memperkuat sendi lutut adalah :

1) Ligamentum Cruciatum Anterior

Berjalan dari depan eminentia intercondyloidea tibia ke permukaan medial

condylus lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan

bergesernya tibia ke depan.

2) Ligamentum Cruciatum Posterior

Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femur menuju ke fossa

intercondyloidea tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke belakang.

3) Ligamentum Collateral Lateral

31

Page 32: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Berjalan dari epycondilus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan

gerakan varus ke samping luar.

4) Ligamentum Collateral Medial

Berjalan ke epycondilus medialis ke permukaan medial tibia yang berfungsi

menahan gerakan valgus.

5) Ligamentum Popliteum Obliqum

Berasal dari lateralis femur menuju insertio otot semimembranosus, melekat

pada fascia musculus popliteum yang berfungsi sebagai penguat dari starum fibrosum

ligamentum transversum genu. Membentang pada permukaan anterior meniscus

medialis dan lateralis (Platzer, 1983).

d. Sistem Capsule Sendi

Kapsul sendi terdiri dari 2 lapisan yaitu : (1) stratum fibrosum, yang merupakan

lapisan luar yang bersifat sebagai penutup/selubung. Berada di sebelah proksimal melekat

pada femur, tepat proksimal terhadap batas – batas articular kedua condylus dan pada fossa

intercondylaris di sebelah belakang. Di sebelah distal melekat pada batas articular tibia. (2)

Stratum synovial, merupakan lapisan dalam yang memproduksi cairan synovial untuk

melicinkan sendi lutut. Kapsul sendi termasuk jaringan fibrosis yang avaskular sehingga

jika cedera sulit untuk proses penyembuhannya. Stratum synovial melipat balik dari bagian

posterior sendi ke ligamentum cruciatum anterior dan posterior, sehingga menutupi corpus

adiposuminfra patellare (Moore and Agur, 1995).

e. Jaringan Lunak

1) Meniscus

Meniscus sendi lutut adalah meniscus medialis dan lateralis. Meniscus medialis

lebih banyak hubungannya dengan tibia dari pada meniscus lateralis. Fungsi dari

meniscus adalah : (1) penyebaran pembebanan, (2), peredam kejut, (3) mempermudah

32

Page 33: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

gerakan rotasi, (4) mengurangi gerakan, dan (5) stabilisator setiap ada penekanan akan

diserap oleh meniscus sendi lalu diteruskan ke sebuah sendi (Moore and Agur, 1995).

2) Bursa

Merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan,

gerakan, berdinding tipis, dan dibatasi oleh membrane synovial. Bursa pada sendi yang

berguna sebagai absorbser yaitu bursa supra patellaris, pra patellaris, dan bursa infra

patellaris superficial dan profundus. Gangguan sendi lutut ditentukan oleh bentuk

permukaan sendi dan kekuatan otot serta ligamen (Moore and Agur, 1995).

Gambar 1.5

Ligamen lutut pandangan anterior (Sobotta ,2006)

Keterangan gambar 1.5:

1. Ligamentum cruciatum posterior

2. Ligamentum cruciatum anterior

3. Ligamentum transvertum genus

4. Ligamentum capitis fibulae

5. Meniscus lateralis

33

Page 34: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Gambar 1.6

Ligamen pada sendi lutut dilihat dari depan (Sobotta, 2006)

Keterangan gambar 1.6

1. Ligamentum popliteum obliqum

2. Ligamentum collateral tibiae

3. Ligamentum collateral fibulare

4. Ligamentum popliteum arcuatum

34

Page 35: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Musculus Extrimitas Inferior

Tabel 1.1 Otot penggerak sendi lutut (Snell, 1993)

No Nama otot Origo Insertio Innervasi Fungsi

Bagian anterior

1 m. rectus

femoris

SIAI superior

asetabulum

patella n. femoris L

2-4

Extensi

sendi lutut

2 m. vastus

lateralis

Dataran lateral

dan anterior

trochanto mayor

femoris labium

lateral linia

aspera

Lateral os

patella

n. femoris L

2-4

Extensi

sendi lutut

3 m. vastus

medialis

Labium medialis

linea aspera

Setengah

bagian atas

os.

n. femoris L

2-4

Extensi

sendi lutut

4 m. vastus

intermedialis

Dataran anterior

corpus femoris

Tuberositas

tibia

n. femoris L

2-4

Extensi

sendi lutut

35

Page 36: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Bagian

posterior

5 m. bicep

femoris

Tuber

ischiadicum

Fibula

bagian

lateral dan

caput

brevis, pada

labium

laterale

linea aspera

n. peroneus

communis

Condilus

laterale

tibia

Exorotasi

sendi lutut

6 m. semi

tendinosus

Tuber

ischiadicum

Condylus

medialis

tibia

n. tibialis Flexi dan

endorotasi

sendi lutut

7 m. semi

membranosus

Tuber

ischiadicum

Condylus

medialis

tibia

n. tibialis Flexi dan

endorotasi

sendi lutut

8 m.

gastrocnemius

Caput medial

pada condylus

medialis femoris

Posterior

calcaneus

n. tibialis S

1-2

Flexi

sendi lutut

Bagian medial

9 m. sartorius SIAS Tuberositas

tibia

n. femoralis

L 2-4

Flexi

external

rotator

sendi lutut

36

Page 37: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

10 m. gracilis Ramus inferior

os pubis dan os

ischcii

Tuberositas

tibia

dibelajang

tendon m.

sartorius

n. femoralis

L 2-4

Flexi

internal

rotator

sendi lutut

Bagian lateral

11 m. tensor

fecialatae

SIAI dan

fasialatae

Tracus illio

tibialis

m. gluteus

superior

cabang n.

femoralis L

4-5 L 1-2

Flexor

abductor,

internal

rotasi

OTOT-OTOT PANGKAL PAHA37

Page 38: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Ventral

Otot-otot paha dan pangkal paha memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam menegakkan

tubuh dari posisi terlentang, mempertahankan tubuh dari posisi tegak, dan menciptakan gaya

berjalan normal. Otot-otot ventral pangkal paha terdiri atas Musculus Iliopsoas yang berfungsi

sebagai fleksor terpenting pangkal paha. Di bagian lateral paha, Musculus Tensor Faciae Latae

berfungsi sebagai pita perenggang melalui insersinya di Tractus Iliotibiais dan melindungi Femur

dari fraktur dengan cara mengurangi stres pelengkungan. Bersama Musculus Sartorius, Musculus

Tensor Faciae Latae memfleksi Articulatio Coxae. Karena inervasinya, Musculus Tensor Faciae

Latae juga dimasukkan ke dalam kelompok otot-otot pangkal pagha dorsolateral.

Musculus Quadriceps Femoralis yang memiliki empat Caput adalah satu-satunya ekstensor

Articulatio Genus dan otot yang penting untuk menegakkan tubuh dari posisi jongkok. Musculus

Rectus Femoris menjangkau dua sendi dan juga memfleksi pangkal paha.

Terletak di sisi medial, otot-otot kelompok adduktor ( Musculi Adductores) merupakan

adduktor terpenting bagi paha dan menstabilkan panggul sewaktu berdiri dan berjalan.

- Musculus Iliopsoas

Terdiri atas dua otot berlainan yang berorigo di Columna Vertebralis bagian lumbal (Musculus

Psoas) dan Fossa Iliaca (Musculus Iliacus). Di bagian inferior Ligamen Inguinale, hanya sedikit

bagian otot-otot tersebut yang berjalan ke lokasi insertio bersama di Trochanter minus.

- Musculus Sartorius

Dibungkus oleh bagian Fascia lata dan berjalan menyilang sisi anterior paha untuk berinsersi di

sisi medial Tibia, posterior dari sumbu transversa lutut. Sehingga, otot ini memfleksi pangkal

paha dan lutut.

Setelah Musculus Sartorius di angkat, terlihat tempat masuk Canalis Adductorius, yang dibatasi

di bagian dorsalnya oleh Musculuc Adductor Longus. Di anteriornya, kanal tersebut ditutupi oleh

Septum Intermusculare Adductorium yang menghubungkan Fasciae Musculus Vastus Medialis,

Musculi Adductores Longus, dan Magnus. Keempat caput Musculus Quadriceps Femoralis

(Musculus Rectus Femoralis, Musculi Vasti Lateralis, Medialis, dan Intermedius) terletak di

lateral Canalis Adductorius.

- Kelompok Adduktor ( di bagian medial)

Di medial, otot-otot kelompok adduktor terletak slaing bertumpuk satu sama lain dalam beberapa

lapis, dari otot-otot ini hanya Musculus Pectineus, Musculus Adductor Longus, dan Musculus

38

Page 39: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Gracilis yang terihat. Keempat caput Musculus Quadriceps Femoralis (Musculus Rectus

Femoralis, Musculi Vasti Lateralis, Medialis, dan Intermedius) terletak di distal dan lateral

Musculus Sartorius. Gabungan keekmpat tendo tersebut bersatu dan menjadikan Patella sebagai

Os Sesamoid sebelum tendon tersebut berlanjut sebagai Ligamen Patellae ke Tuberositas Tibiae.

Setelah Fascia Lata, Musculi Sartorius, Rectur Femoris, dan Adductor Longus di angkat, serta

Musculi Iliopsoas diangkat sebagian di area Articulatio Coxae. Musculi Rectus Femoris dan

bagian Musculi Adductor Longus dilipat ke arah superior. Setelah Musculi Rectus Femoralis

diangkat, terlihat Musculus Vastus Intermedius yang merupakan bagian Musculus Quadriceps

Femoralis. Reseksi Musculus Sartorius dan Musculus Adductor Longus menampakkan otot-otot

adduktor profundus, yakni Musculus Adductor Brevis dan bagian-bagian dari Musculus Adductor

Magnus.

- Musculus Tensor Faciae Latae ( di bagian lateral)

Di bagian paling lateral, Musculus Tensor Fasciae Latae berinsersi di Tractus Iliotibialis. Insertio

bersama Musculi Sartorius, Gracilis, dan Semitendinosus inferior di Condylus Medialis Tibiae

sering dikenal dengan nama “Pes Anserinus Superficialis”.

Dorsal

Otot-otot dorsal (ischicura, hamstring) disisi posterior paha berorigo di Tuber Ischiadicum dan

berinsertio di kedua tulang tungkai bawah. Otot-otot ini menjangkau di dua sendi dan memfasilitasi

ekstensi Articulatio Coxae serta menjadi fleksor terkuat bagi Articulatio Genus. Selain itu, Musculus

Biceps Femoralis berperan sebagai rotator lateral kedua sendi, sementara Musculus Semitendinosus

dan Musculus Semitemembranosus berperan sebagai rotator medial. Otot-otot dorsal pangkal paha

dikelompokkan ke dalam kelompok dorsolateral dan pelvitrokanterik.

- Kelompok Dorsolateral

Terdiri atas Musculus Glutei Maximus, Medius, dan Minimus. Menurut inervasinya, Musculus

Tensor Fasciae Latae juga bisa dimasukkan ke dalam kelompok ini. Musculus Glutei Maximus

merupakan rotator lateral dan ekstensor yang terpenting bagi pinggul, contohnya otot ini

diperlukan ketika naik tangga. Sebaliknya, otot –otot gluteal kecil (Musculi Glutei Medius, dan

Minimus) merupakan abduktor dan rotator medial paha yang terpenting. Kerjanya menstabilkan

pangkal paha pada saat berdiri dan berjalan serta mencegah jatuhnya perlvis ke sisi kontralateral

ketika berdiri dengan satu kaki.

39

Page 40: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Setelah memotong Musculus Glutei Maximus dan Medius, terlihat Musculus Glutei Minimus.

Musculi Glutei Medius dan Minimus dinamakan otot-otot gluteus kecil. Kedua otot tersebut

berfungsi dalam abduksi pangkal paha dan stabilisasi panggul selama berdiri dengan satu kaki.

Di sisi dorsal paha terdapat otot hamstring yang terentang dari Tuber Ischiadicum hingga ke

tulang-tulang tungkai bawah. Di medial terdapat Musculus Semitendinosus dan di bawahnya

terdapat Musculus Semimembranosus. Di lateralnya terdapat Musculus Biceps Femoralis.

- Kelompok Pelvitrokanterik

Yaitu Musculi Piriformis, Musculi Obturatorii Internus dan Eksternus, Musculus Gemelli

Superior dan Inferior, dan Musculi Quadratus Femoris, seluruhnya merupakan rotator lateral.

ICHIALGIA (TUNGKAI)

Tungkai memiliki tiga kelompok otot. Untuk memahami fungsi-fungsi otot itu, posisi dalam

hubungannya dengan sumbu gerak di Articulatio talocruralis dan kaki penting diketahui. Semua otot

yang berjalan di anterior sumbu transverse Articulatio Talocrucalis dinamakan Ekstensor

(Dorsifleksor), semua otot yang terletak pada dorsal sumbu ini merupakan Fleksor (Plantarfleksor)

kaki. Semua oto beserta tendo yang berjalan di medial dari sumbu oblik Articulatio

Talocalcaneonavicularis berperan sebagai supinator dan untuk mengangkat tepi medial kaki. Otot

beserta tendo di lateral sumbu ini berfungsi untuk mengangkat tepi lateral kaki sehingga menghasilkan

pronasi.

Ventral

Otot-otot ventral tungkai berperan sebagai ekstensor. Otot-otot ini mengekstensi Articulatio

Talocrucalis dan Articulatio Talocalcaneonavicularis, dan bersama dengan sendi-sendi kaki lainnya,

terutama menunjang pronasi. Musculus Tibialis Anterior merupakan ekstensor yang penting,

sementara Musculus Ekstensor Digitorium Longus dan Musculus Ekstensor Hallucis Longus juga

mengekstensi jari kaki.

Lateral

otot-otot lateral (fibular) tungkai terdiri atas Musculi Fibularis Longus Et Brevis. Otot-otot ini

merupakan pronator yang terpenting dan berfungsi sebagai plantarfleksor di Articulatio talocruralis

karena tendonya terletak di belakang sumbu fleksi-ekstensi.

Dorsal

40

Page 41: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

Di dorsalnya terletak otot-otot fleksor sejati (plantarfleksor) yang bisa dibagi menjadi kelompok

superfisial dan profundus. Musculus Triceps Surae merupakan bagian dari otot-otot dorsal

superfisial dan terdiri dari Musculus Gastrocnemius yang memiliki uda caput dan Musculus Soleus

di bawahnya, Musculus Triceps Surae merupakan fleksor terkuat dan supinator utama bagi kaki.

Musculus plantaris tidak terlalu berperan. Otot-otot dorsal profundus sangat setara dengan otot-otot

ekstensor di sisi ventral. Musculus Tibialis Posterior merupakan fleksor dan supinator yang kuat.

Musculus Fleksor Digitorium Longus dan Musculus Hallucis Longus memfleksi sendi-sendi

phalanx. Musculus Popliteus memiliki peran khusus yaitu: menstabilkan Articulatio Genus. Di atas

Malleolus Medialis, tendo Musculus Flexor digitorium menyilang tendo Musculus Tibialis Posterior

(Chiasma Cruris) dan di telapak kaki, tendo tersebut menyilang tendo Musculus Flexor Hallucis

Longus (Chiasma Plantare).

HipestesiHypoesthesia adalah jenis disfungsi sensorik ditandai oleh tidak adanya atau penurunan sensasi .

Kadang-kadang disertai dengan kerusakan saraf , ini kehilangan sensasi dapat terjadi di bagian

manapun dari tubuh , biasanya setelah cedera , operasi medis atau penyakit seperti diabetes . Hal serupa

juga terjadi dengan orang-orang yang memiliki cacat fisik .

Penderita hypoesthesia tidak merasakan rangsangan , baik termal , mekanik atau listrik , mereka juga

tidak sensitif terhadap getaran . Lebih dari sekedar kondisi fisik , hypoesthesia juga dapat menjadi salah

satu psikologis di mana hilangnya rasa sebagian terkait dengan persepsi seseorang tentang perasaan dan

rasa sakit . Kondisi , yang sering disertai dengan kehilangan kekuatan , mungkin atau mungkin tidak

permanen .

Bagi mereka yang mempertahankan beberapa sensasi dengan hypoesthesia , ada berbagai intensitas

perasaan fisik dan rasa sakit. Seorang pasien mungkin dapat mengalami beberapa jenis rangsangan tapi

benar-benar mati rasa dengan jenis lain . Sebagai contoh , beberapa orang yang kehilangan perasaan

bisa merasakan dingin tetapi tidak kehangatan .

Mereka dengan diabetes memiliki risiko tinggi tertular hypoesthesia karena diabetes terkait dengan

gangguan saraf perifer . Beberapa studi menunjukkan bahwa hampir 60 persen pasien yang memiliki

diabetes dan hypoesthesia memiliki gangguan saraf yang dikenal sebagai polineuropati simetris distal

( DSP ) , yang ditandai dengan mati rasa atau kesemutan di lengan, tangan , kaki , dan kaki . Selain dari

anggota badan , penderita diabetes juga dapat mengembangkan hypoesthesia kornea , yang

mempengaruhi mata . Seringkali , hilangnya sensasi mendahului polineuropati yang sebenarnya pada

penderita diabetes dan dipandang sebagai peringatan bahwa kerusakan saraf sudah dekat .

41

Page 42: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

FOOTDROP

Foot drop adalah sebuah nama sederhana untuk masalah kompleks yang berpotensi. Foot drop dapat

dikaitkan dengan berbagai kondisi seperti dorsiflexor cedera, cedera saraf perifer, stroke, neuropati,

toksisitas obat, atau diabetes.

Drop food adalah kelumpuhan pada kaki akibat saraf peroneus profundus. Kaki jadi seperti kaki ayam

yang sedang melangkah, yaitu kaki tidak bisa menapak tanah dengan rata. Kaki juga tidak punya

kekuatan untuk melangkah. Jadinya, untuk melangkah pun kaki seakan-akan diseret sebab memang

tidak mungkin untuk melangkah secara normal. Gangguan ini sering terjadi akibat seseorang sering

duduk dengan menyilangkan kaki atau bisa juga karena sering cukup lama bersila. (Ade. Tabloid Nyata

hal 42 minggu III Juli 2007)

Foot drop (juga dikenal sebagai drop food) mengacu pada kekacauan yang melibatkan orang, AOS otot

pergelangan kaki dan kaki. Seseorang dengan kaki drop memiliki kontrol terbatas atas gerakan kaki

yang terkena bencana. Kurangnya kontrol atas otot-otot di pergelangan kaki dan kaki hasil di berubah

huyung. Biasanya orang dengan kaki drop akan berjalan dengan langkah tinggi yang berlebihan,

sehingga yang terkena menampar kaki di atas tanah. Hal ini sering disebut sebagai Footdrop Galt.

Foot drop dapat didefinisikan sebagai suatu kelemahan signifikan pergelangan kaki dan kaki

Dorsofleksi. Kaki dan pergelangan kaki dorsiflexors termasuk tibialis anterior, halusis ekstensor

longus, dan ekstensor digitorum longus. Otot-otot ini membantu tubuh pastinya kaki selama fase

ayunan dan kontrol plantar fleksi tumit kaki pada mogok. Kelemahan dalam kelompok ini hasil otot

dalam equinovarus cacat. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai steppage gaya berjalan, karena pasien

cenderung untuk berjalan dengan fleksi yang berlebihan pinggul dan lutut untuk mencegah jari-jari kaki

dari penangkapan di tanah selama fase ayunan. Selama gaya berjalan, gaya menyerang tumit melebihi

berat badan, dan arah vektor reaksi tanah lewat di belakang pergelangan kaki dan lutut pusat.

Hal ini menyebabkan plantar kaki untuk flex dan, jika tidak terkendali, untuk menampar tanah.

Biasanya, eksentrik memanjang tibialis anterior, yang mengontrol plantar fleksi, menyerap kejutan

tumit mogok. Foot drop dapat menghasilkan jika ada cedera pada dorsiflexors atau untuk setiap titik di

sepanjang jalur saraf yang memasok mereka. (James W Pritchett, MD, e-medicine)

Foot drop dicirikan oleh steppage gaya berjalan (gait dropfoot). Ketika orang dengan berjalan kaki

drop, menampar kaki ke lantai. Menyeimbangkan kaki untuk menjatuhkan, pasien harus menaikkan

paha berlebihan, sedemikian rupa sehingga tampak seolah-olah pasien berjalan di atas.

PENYEBAB DROP FOOD

Drop food (kelemahan di pergelangan kaki Dorsofleksi) Akan tetapi bukan merupakan penyakit tetapi

42

Page 43: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

lebih mirip gejala dari masalah mendasar (dapat neurologis, anatomis otot atau masalah). Mungkin

bersifat sementara atau permanen, tergantung pada penyebab itu. Penyebab paling umum untuk drop

sindrom kaki adalah cedera ra pada saraf peroneal di bagian atas betis belakang lutut. Penyebab utama

lainnya drop food juga termasuk multiple sclerosis, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit

Parkinson, penyakit Lou Gehrig, dan distrofi otot.

Kehilangan kendali dalam diri seseorang, AOS kaki dan pergelangan kaki yang mengakibatkan

penurunan seringkali disebabkan oleh cedera pada seseorang, peroneal AOS saraf, yang membentang

di sepanjang bagian luar seseorang, AOS kaki antara bagian bawah lutut ke bawah melalui kaki ke jari

kaki. The peroneal saraf dapat mengalami kerusakan oleh fraktur ke kaki atau cedera lain ke skiatik

saraf, syaraf utama di kaki.

Karakteristik

Footdrop dicirikan dengan steppage gait. Saat berjalan, penderita akan menyeret jempol mereka

di tanah atau membengkokkan lutut mereka untuk mengangkat kaki agar lebih tinggi sehingga dapat

menghindari berjalan sambil menyeret kaki. Selain cara tersebut, biasanya penderita akan berjalan

menjinjit dengan kaki yang normal seperti berjalan saat menaiki tangga.

Diagnosis

Diagnosa biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisik secara rutin. Orang dengan footdrop

akan mengalami kesulitan berjalan dengan tumit mereka. Tes yang dilakukan biasanya sangat

sederhana, yaitu dengan meminta pasien untuk melakukan dorsiflexi pada pergelangan kaki.

Patofisiologi

Penyebab dari footdrop hampir sama dengan penyebab lesi pada saraf. Footdrop biasanya

terjadi karena adanya kelainan pada bagian saraf, jarang karena penyakit otot atau nonfungsional.

Sumber dari kelainan saraf tersebut dapat terjadi pada bagian saraf pusat (tulang belakang atau otak)

atau pada saraf tepi (saraf yang menghubungkan tulang belakang sampai ke otot atau reseptor sensoris).

Footdrop jarang terjadi akibat penyakit yang menyerang otot atau tulang yang menyusun kaki bagian

bawah. Anterior tibialis adalah otot yangn terdapat pada kaki yang dipersarafi oleh n.peroneal yang

merupakan cabang dari n.sciatis (ischiadicus). Saraf inilah yang berhubungan langsung dengan

penyebab footdrop.

Kemungkinan penyebab lesi yang mengakibatkan footdrop adalah :

1. Penyakit neuromuscular

2. N. peroneal

3. N. Sciatic

43

Page 44: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

4. Lumbosacral plexus

5. L5 nerve root

6. Cauda equina syndrome

7. Tulang belakang

8. Otak

9. Genetik

Apabila L5 nerve roor terlibat, maka penyebab yang paling umum adalah herniated disc. Penyebab lain

dari footdrop adalah diabetes karena menyebabkan peripheral neuropathy, trauma, motor neuron

disease (MND), reaksi terhadap obat-obatan tertentu dan alkohol.

NYERI Extremitas Inferior

Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan. Meski tidak menyenangkan, nyeri bermanfaat

bagi pertahanan tubuh kita karena menjadi tanda adanya kerusakan jaringan. Sensasi nyeri akan

memotivasi individu untuk mencari pertolongan atau berupaya mengatasi nyeri dan sekaligus

mengatasi kerusakan jaringan. Reseptor nyeri adalah reseptor yang tidak pernah beradaptasi. Nyeri

akan tetap dirasakan bila kerusakan jaringan tetap berlangsung.

Reseptor nyeri secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu nyeri permukaan san nyeri viscera

(nyeri organ dalam). Nyeri permukaan adalah nyeri yang terjadi akibat kerusakan jaringan perifer

seperti kulit, otot dan sendi. Lokasi nyeri juga tidak disertai perubahan otonom. Nyeri viscera terjadi

karena kerusakan organ-organ dalam seperti jantung intestinal dan gaster. Berbeda dengan nyeri

permukaan, nyeri viscera bersifat menjalar dan sulit dilokalisir. Nyeri viscera disertai stimulasi otonom

simpatis sperti rasa nusea (mual) dan hiperhidrosis (berkeringat). Umumnya nyeri viscera disebabkan

oleh hiposia jaringan, misal nyeri dada pada penyakit jantung koroner. Kadang-kadang sensasi nyeri

akan dirasa seperti rasa penuh, pegal, atau seperti ditindih benda berat.

44

Page 45: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

VIII KESIMPULAN

Pak heri 50 th menderita Diabetes Mellitus tipe 2 melakukan meditasi dg duduk bersila

menyebabkan trauma pada pembuluh darah dan syaraf akibat kompresi yg terlalu lama,

sehingga terganggunya kerja otot anterior tungkai bawah yg dipersyarafi oleh nervus

peroneus profundus yang mengakibatkan pergelangan dan Ibu jari kaki tidak dapat

membentuk gerakan dorsoflexi, hinga pada akhirnya kaki Pak heri selalu terseret ketika

berjalan (steppage gait) akibat pergelangan kaki yg hanya bisa membentuk plantarflexi oleh

nervus peroneus superfisial.

Adanya DM tipe 2 menyebabkan terjadinya makroangiopati yg menyerang pembuluh darah,

sehingga terjadi neuropati dan akhirnya menyerang syaraf motorik dan sensorik pada daerah

crus inferior dan memberi dampak lebih berat pada foot drop, serta rasa nyeri dan akhirnya

terjadi mati rasa (hipestesi) pada daerah lateral kaki Pak heri.

45

Page 46: Laporan Tutorial Skenario Ana-histo

IX. DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Kumar. 2012. Buku Ajar Patologi Vol.2 Ed.7. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia A.;Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Vol.2 Ed.6. Jakarta : EGC.

Snell, Richard S. , MD, PhD. 2012. Anatomi Klinis Berasarkan Sistem. Jakarta : EGC.

Netter, Frank H.,MD. 2013. Atlas Anatomi Manusia Ed.5. Singapore : Elsevier Saunders.

Paulsen, F.; Waschke, J. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan Sistem

Muskuloskeletal Jilid 1. Jakarta : EGC.

Dorland, Nemwan W. A. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.28. Jakarta : EGC.

La, Syukri Ranti. 2011. “Topografi Bab III - Ekstremitas Inferior”. (online). Dalam

http://skydrugz.blogspot.com/2011/09/topografi-bab-iii-ekstremitas-inferior.html

diakses pada 10 Desember 2013

Paulsen, F. & J. Waschke. 2010. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1 Anatomi Umum dan Sistem

Muskuloskeletal Edisi 23. EGC: Jakarta

Snell, Richard S. 2010. Clinical Anatomy By Systems. Lippincott William & Wilkins: London (Dalam

CD-ROM)

Kwek, Kosasi (2013). Diabetes : Bukan Penyakit Keturunan, Hapuskan Seribu Mitos yang Menyengsarakan Indonesia. Indonesia, diambil tanggal 11 Desember 2013 (m.kompasiana.com/post/read/528193/1/diabetes-bukan-penyakit-keturunan-hapuskan-seribu-mitos-yang-menyengsarakan-indonesia)

Snell, S, Richard. 2012. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG

Snell, Richard. (2002). Anatomi Klinik untuk mahasiswa Kedokteran Edisi 6.EGC.

46