87
LAPORAN TUTORIAL Skenario B Blok 5 Tutor : dr. Ella Kelompok 4: Rani Iswara (04111401001) M. Albie (04111401011) Chynta Rahma Vanvie (04111401014) Eliya (04111401031) Nuriasani Yukendri (04111401035) Nini Irmadoly (04111401036) Natasha Permata Andini (04111401038) Sharanjit Kaut Autar Singh (04111401090) Sivananthini J Sivakumar (04111401091) Jaskeran Kaur Dhaliwal A Singh (04111401092) Kirubhashini Ellanggoven (041114010100) PENDIDIKAN DOKTER UMUM 1

Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

LAPORAN TUTORIAL

Skenario B Blok 5

Tutor : dr. Ella

Kelompok 4:

Rani Iswara (04111401001)

M. Albie (04111401011)

Chynta Rahma Vanvie (04111401014)

Eliya (04111401031)

Nuriasani Yukendri (04111401035)

Nini Irmadoly (04111401036)

Natasha Permata Andini (04111401038)

Sharanjit Kaut Autar Singh (04111401090)

Sivananthini J Sivakumar (04111401091)

Jaskeran Kaur Dhaliwal A Singh (04111401092)

Kirubhashini Ellanggoven (041114010100)

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2011

1

Page 2: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas ridho dan karunia-Nya laporan

tutorial Skenario B Blok 5 ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian

dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pihak sangat

kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial ini akan menjadi lebih baik.

Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Ella selaku tutor kelompok yang telah

membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu tersusunnya laporan

tutorial ini. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, 9 Desember 2011

Tim Penyusun

2

Page 3: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

DAFTAR ISI

Judul……………………………………………………………………………………………...

.

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………

Daftar Isi …...…………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….

A. Data Tutorial …………………………………………………………………………….

B. Scenario Kasus ………………………………………………………………………….

C. Paparan .…………………………………………………………………………………

I. Klarifikasi Istilah ……………………………………………………………….

II. Identifikasi Masalah ……………………………………………………………

III. Analisis Masalah ……………………………………………………………….

IV. Kerangka konsep ……………………………………………………………….

V. Learning Objective……………………………………………………………...

1. Osteoporosis ………………….. ………………………………………

2. Sakit pinggang …………………………………………………………

3. Anatomi Columna Vetebralis Lumbo Sacral …...……………….

4. Siklus menstruasi…………………………….…………………………

5. Menopause ……………………………………………………………

6. Histologi Jaringan Tulang Kompakta dan Spongiosa ...................

7. Histologi Jaringan Tulang ……………………………………….

8. Pembentukan Tulang dan Densitas Tulang

9.

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………

1

2

3

4

4

5

5

5

7

7

9

11

30

31

31

14

17

19

19

3

Page 4: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Blok Keterampilan Belajar, Komunikasi, dan Dasar Ilmiah adalah blok pertama pada

semester 1 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran

untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis

memaparkan kasus yang diberikan mengenai Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi

suatu perusahaan swasta berkembang. Ibu ini mengeluh sering sakit pinggang bawah

menahun sejak 3 tahun yang lalu, nyeri semakin terasa sejak satu tahun belakangan.

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelaj

aran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

skenario ini.

4

Page 5: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Data Tutorial

Tutorial Skenario B Blok 5

Tutor : dr. Ella

Moderator : M. Albie

Sekretaris : Chynta rahma Vanvie

Notulen : Nuria Yukendri

Waktu : Senin, 5 Desember 2011

Rabu, 7 Desember 2011

Peraturan tutorial :

1. Alat komunikasi dinonaktifkan atau di-silent.

2. Semua anggota tutorial harus aktif mengeluarkan pendapat

dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu dan setelah

dipersilahkan oleh moderator.

3. Tidak diperkenankan kepada anggota tutorial untuk

meninggalkan ruangan selama  proses tutorial berlangsung

kecuali apabila ingin ke kamar kecil.

B. Skenario Kasus

Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi suatu perusahaan swasta berkembang,

datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk konsultasi kesehatan. Ibu ini mengeluh sering

sakit pinggang bawah menahun sejak 3 tahun yang lalu, nyeri semakin terasa sejak satu

tahun belakangan. Nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh mobilitas, berkurang

atau hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat.

5

Page 6: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Ibu ini tidak pernah mengalami trauma di daerah pinggang, tidak menderita

penyakit tertentu, kurang aktivitas fisik, tidak sedang mengkonsumsi obat dalam jangka

lama.

Ny. OSTE sejak satu tahun tidak lagi mengalami haid.

Pernah melakukan pemeriksaan densitas tulang gratis yang diadakan oleh perusahaan

obat tertentu dan hasilnya dinyatakan bahwa massa tulangnya mengalami penurunan,

dia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen yang mengandung glucosaminoglican,

mengkonsumsi vit D dan vit C dosis tinggi dan banyak minum susu calcium tinggi dan

makanan dengan kandungan protein cukup.

Pada pemeriksaan fisik didapat :

Tinggi badan 158 cm, berat badan 51 kg, punggung skoliosis ringan

Pemeriksaan labor sederhana didapat :

Darah rutin dalam batas normal

Urin rutin dalam batas normal

Kimia darah : Ca, alkalium phosphate, asam urat normal

Kadar progesterone rendah

Pemeriksaan rongent : tulang belakan Lumbosacral ; densitas tulang menurun

homogeny ringan, cortical menipis ringan, tidak ada crush fractures

Kata kunci : nyeri menahun tidak dipengaruhi mobilitas fisik, massa tulang,

menopause

6

Page 7: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

C. Paparan

I. Klarifikasi Istilah

Mobilitas : Kemampuan untuk bergerak.

Nyeri : Sakit pada satu bagian tubuh.

Trauma : Keadaan jiwa/tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari

tekanan jiwa/cedera jasmani: luka berat.

Haid : Keadaan fisiologik dan siklik berupa pengeluaran sekret yang

terdiri dari darah dan jaringan mukosa dari uterus nongravid

melalui vagina.

Skoliosis : Pelengkungan vertebral ke arah lateral tubuh.

Densitas tulang : Kerapatan/ kepadatan tulang.

Glucosaminoglican : Rantai panjang polisakarida yang tidak bercabang dan terdiri

dari beberapa unit disakarida; komponen penyusun jaringan ikat.

Vitamin C : Satu jenis vitamin yang larut dalam air dan dikenal dengan

nama  kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.

Vitamin D : Salah satu dari senyawa larut lemak yang mempunyai aktifitas

artirakhitis.

Alkalium phosphate : Enzim hidrolase yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan

gugus fosfat dari berbagai jenis molekul, termasuk nukleotida,

protein, dan alkaloid.

Asam urat : Senyawa yang sukar larut air yang merupakan hasil akhir

metabolisme purin.

Progestron : Hormon progestasional utama yang dilepaskan oleh korpus

luteum, korteks adrenal, dan plasenta; hormone ini berfungsi

mempersiapkan uterus menjadi tempat penerima dan

perkembangan sel telur yang telah dibuahi dengan memicu

7

Page 8: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

transformasi endometrium dari stadium proliferatif menjadi

stadium sekretorik

Crush fracture : Patah atau retak pada tulang.

Tulang belakang lumbosacral : Tulang belakang di daerah pinggang dan sacrum.

Cortical : Lapisan luar suatu organ atau stuktur lain, sebagaimana

dibedakan dari subtansi internalnya.

Menopause : Masa berhentinya menstruasi.

Suplemen : Suplemen adalah makanan kesehatan yang berfungsi sebagai

penambah atau penunjang kesehatan tubuh.

Kalsium : Unsure kimia, nomor atom 20. Garam kalsium fosfat

membentuk subtansi padat dank eras pada gigi dan tulang. Ion

kalsium 2+ terlibat dalam berbagai proses fisiologik.

8

Page 9: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

II. Identifikasi Masalah

N

O

KENYATAAN KESESUAIAN KONSEN

1 Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi

suatu perusahaan swasta berkembang,

datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk

konsultasi kesehatan.

SESUAI

HARAPAN

-

2 Ny. OSTE mengeluh sering sakit pinggang

bawah menahun sejak 3 tahun yang lalu,

nyeri semakin terasa sejak satu tahun

belakangan.

TIDAK SESUAI

HARAPAN

VVV

3 Nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh

mobilitas, berkurang atau hilang dengan

sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat,

Ny. OSTE juga tidak pernah mengalami

trauma di daerah pinggang, tidak menderita

penyakit tertentu, kurang aktivitas fisik,

tidak sedang mengkonsumsi obat dalam

jangka lama.

TIDAK SESUAI

HARAPAN

V

4 Ny. OSTE sejak satu tahun tidak lagi

mengalami haid.

SESUAI

HARAPAN

5 Pemeriksaan densitas tulang menyatakan

bahwa massa tulang Ny. OSTE mengalami

penurunan

TIDAK SESUAI

HARAPAN

VV

6 Dia dianjurkan untuk mengkonsumsi

suplemen yang mengandung

glucosaminoglican, mengkonsumsi vit D

dan vit C dosis tinggi dan banyak minum

TIDAK SESUAI

HARAPAN

V

9

Page 10: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

susu calcium tinggi dan makanan dengan

kandungan protein cukup.

7 Pada pemeriksaan fisik didapat : Tinggi

badan 158 cm, berat badan 51 kg, punggung

skoliosis ringan

TIDAK SESUAI

HARAPAN

VV

8 Hasil pemeriksaan labor Ny. Oste adalah

darah rutin dalam batas normal, urin rutin

dalam batas normal, kimia darah: Ca,

alkalium phosphatase, asam urat normal,

dan kadar progesterone rendah.

TIDAK SESUAI

HARAPAN

VV

9 Pemeriksaan rongent : tulang belakang

Lumbosacral ; densitas tulang menurun

homogen ringan, cortical menipis ringan,

tidak ada crush fractures.

TIDAK SESUAI

HARAPAN

VV

10

Page 11: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

III. Analisis Masalah

1. Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi suatu perusahaan swasta berkembang,

datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk konsultasi kesehatan.

2. Ny. OSTE mengeluh sering sakit pinggang bawah menahun sejak 3 tahun yang lalu,

nyeri semakin terasa sejak satu tahun belakangan.

a. Bagaimana stuktur anatomi pinggang ?

Pinggang termasuk kedalam tulang columna vetebralis. Columna vetebralis terdiri atas 33

vetebrae, yaitu 7 vetebra cervicalis, 12 vetebra thoracicus, 5 vetebra lumbalis, 5 vetebra

sacralis (yang bersatu membentuk os.sacrum), dan 4 vetebra coccygis (tiga yang dibawah

umumnya bersatu). Pinggang sendiri, termasuk kedalam vertebra lumbalis.

Ciri-ciri vertebra lumbalis tipikal :

1. Corpus besar dan membentuk ginjal

2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang

3. Lamina tebal

4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga

5. Processus transversus pajang dan langsing

11

Page 12: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah

kebelakang

b. Apakah ada kaitan antar umur Ny. OSTE dengan keluhan yang dialaminya?

Ada, Ny. OSTE yang berumur 48 tahun sedang mengalami pembentukan tulang

maksimal. Hal ini dikarenakan ketika umur seseorang telah menginjak 45 tahun ke

atas pembentukan tulang maksimal terjadi, dan terdapat pula faktor penghambat

pembentukan tulang tersebut salah satunya ialah menopause. Pada masa

pramenopause hormone esterogen berkurang sehingga meningkatkan aktifitas

osteoklas dan menyebabkan tulang terkikis serta cepat rapuh.

c. Bagaimana patofisiologi terjadinya sakit pinggang?

Pada kasus ini, nyeri pinggang yang dialami Ny. OSTE disebabkan oleh

perenggan tulang pada Lumbosacral diakibatkan tidak adanya lagi cadangan matriks

organic yang membantu dalam pembentukan tulang. Sehingga nyeri yang dialami Ny.

OSTE tidak menjalar, hanya di daerah tulang yang mengalami perenggangan.

Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang

yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan.

Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung,

yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah

tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara

bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang

hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang, yang

menyebabkan ketegangan otot dan sakit.

d. Bagaimana stuktur histologis di bagian ekstrimitas bawah (pinggang) ?

Struktur penting yang membentuk pinggang antara lain : tulang belakang

(vertebra), sendi tulang belakang, ligamentum yang mengikat tulang belakang, serat

saraf, otot, organ dalam perut dan pelvis serta kulit yang menutupi daerah pinggang.  

12

Page 13: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Tulang belakang diciptakan sedemikian rupa sehingga mampu bergerak

sesuai kehendak sembari melindungi serat saraf yang ada di dalamnya.

Dibagian belakang setiap tulang, terbentuk tonjolan khusus yang

disebut prosesus spinosus yang salah satu fungsinya adalah melindungi

serat saraf yang lewat di depannya.

Diskus atau piringan sendi adalah bagian atas dan bawah dari tulang

belakang yang menghubungkan antara satu tulang dengan tulang yang lain.

Selain memudahkan pergerakan, diskus ini juga berfungsi untuk

meminimalisasi tekanan yang terjadi pada rongga serat saraf.

Ligamentum adalah jaringan ikat yang sangat kuat guna memegang tulang

belakang agar tidak terlepas satu dengan yang lainnya.

Serat saraf yang lewat melalui tulang belakang berfungsi untuk

menghantarkan rasangan sensoris maupun motoris ke organ yang ada di

bawahnya.

e. Bagaimana stuktur histologis tulang ?

Unsur yang membentuk tulang adalah mineral sekitar (65%), matriks(35%) sel sel

osteoblas, osteoklas, osteosit dan air. Matriks tulang korteks dan trabekula tersusun

atas matriks organik dan anorganik. Komponen anorganik merupakan 65% dari

seluruh masa tulang sedangkan, komponen organik sekitar 20%  dan 

air 10%. Kolagen tulang merupakan komponen organik terbesar yang membentuk

dan memungkinkan tulang menahan regangan sedangkan anorganik atau mineral

berfungsi menahan beban tekanan.

Jaringan tulang merupakan jaringan penghubung, seperti jaringan penghubung

lainnya, tulang terdiri dari sel-sel yang mempunyai fungsi tertentu, dan matriks yang

terdiri dari serat protein dan sustansi dasar. Komposisi tulang adalah dua pertiga dari

berat tulang adalah kalsium fosfat. Interaksi antara kalsium fosfat dan kalsium

hidroksida akan menghasilkan kristal hidroksiapatit yang dapat berikatan dengan

garam-garam Ca, seperti kalsium karbonat, ion Na, K dan F. Hampir sepertiga dari

tulang adalah serabut kolagen sedangkan osteosit dan sel tulang lainnya hanya 2% dari

masa tulang.

13

Page 14: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang yaitu:

1. Osteosit, (Osteocytus), Sel tulang dewasa

Osteosit adalah bentuk matur osteoblas dan merupakan sel utama tulang. Sel

ini juga lebih kecil daripada osteoblas. Seperti kondrosit pada tulang rawan,

osteosit terperangkap dalam matriks tulang yang diproduksi oleh osteoblas.

Osteosit berada dekat dengan pembuluh darah. Berbeda dengan tulang rawan,

hanya terdapat satu osteosit dalam daripada tulang rawan, nutrient dan

metabolit tidak dapat bebas berdifusi menuju osteosit. Karena itu, tulang

sangat vascular dan memiliki system saluran khusus atau kanal halus yang

disebut kanalikuli (canaliculi), yang bermuara ke dalam osteon.

2. Osteoblas, (oseoblastus), Sel berbentuk kubus.

Ostoblas terdapat pada permukaan tulang. Osteoblas menyintesis,

menyekresi, dan mengendapkan osteoid (osteoideum), komponen organic

matriks tulang baru. Osteoid adalah matriks tulang yang tidak terklasifikasi

dan tidak mengandung mineral, namun tidak lama setelah diendapkan,

osteoid segera mengalami mineralisasi dan menjadi tulang.

3. Osteoklas,( Osteoclastus), Sel berukuran besar.

Osteoklas adalah sel multinukleus besar yang terdapat di sepanjang

permukaan tulang tempat terjadinya resorpsi, remodeling, dan perbaikan

tulang. Sel ini tidak terbentuk turunan sel osteoprogenitor. Osteoklas berasal

dari penyatuan sel-sel progenitor hemopoietik atau darah yang termasuk

turunan sel makrofag mononuklearis-monosit di sumsum tulan. Fungsi utama

osteoklas adalah resorpsi tulang selama remodeling (pembaruan atau

restrukturisasi). Osteoklas sering terdapat di dalam lekuk dangkal pada

matriks tulang yang disebut lacuna Howship. Enzim- enzim lisosom yang

dikeluarkan oleh osteoklas mengikis cekungan ini.

4. Osteoprogenitor

14

Page 15: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Sel osteoprogenit adalah sel induk pluripoten tidak berdiferensiasi yang

berasal dari jaringan ikat mesenkim. Sel-sel ini teratek di lapisan dalam

jaringan ikat periosteum dan di lapisan endosteum dalam melapisi rongga

sumsum, osteon (system Havers), dan kanalis perforans (canalis perforans)

tulang. Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah nutrisi tulang dan

memberikan suplai bagi osteoblas baru untuk pertumbuhan, remodeling, dan

perbaikan tulang. Selam pembentukan tulang, sel osteoprogenitor

berploriferasi dengan mitosis dan berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang

kemudian menyekresi serat kolagen dan matriks tulang.

Tulang merupakan bentuk khusus jaringan ikat dan terdiri dari sel, serat, dan

matriks ekstraselular. Karena pengendapan mineral dalam matriks, tulang mengalami

klasifikasi. Akibatnya, tulang menjadi keras dan dapat menahan baban labih besar

dibandingkan dengan tulang rawan, berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan

memberikan tempat perlekatan bagi otot dan organ.

Pemeriksaan tulang pada potongan melintang memperlihatkan dua jenis tulang,

tulang kompak (textus osseus compactus) dan tulang spongiosa/ kanselosa (textus

osseus spongiosus). Pada tulang panjang, bagian silindris luar adalah tulang kompak

padat. Permukaan dalam tulang kompak di dekat rongga sumsum (cavitas medullaris)

adalah tulang spongiosa (kanselosa). Tulang kanselosa mengandung banyak daerah

yang saling berhubungan dan tidak padat, namun kedua jenis tulang memiliki

gambaran mikroskopik serupa.

Matriks tulang terdiri dari sel hidup dan material ekstraselular. Karena matriks

tulang mengalami kalsifikasi atau mineralisasi, matriks tulang jauh lebih keras

daripada tulang rawan. Nutrien dan metabolit tidak mudah berdifusi melalui matriks

terkalsifikasi, oleh karena itu, matriks tulang sangat vascular. Matriks tulang

mengandung komponen organic dan inorganic. Komponen organic memungkinkan

tulang untuk menahan tegangan, sedangkan komponen mineral menahan tekanan.

Komponen organic utama matriks tulang adalah serat kolagen tipe I, yang

terutama mengandung protein. Komponen organic lain adalah glikosaminoglikan

sulfat dan asam hialuronat yang membentuk agregat proteoglikan besar. Glikoprotein

15

Page 16: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

osteokalsin dan osteopotin berkaitan erat dengan Kristal kalsium selama mineralisasi

tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein berikatan erat dengan Kristal kalsium

selama mineralisasi tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein, mengikat osteoblas

pada matriks ekstraseluler melalui intergrin protein membrane plasma.

Komponen inorganic matriks tulang terdiri dari mineral kalsium dan fosfat dalam

bentuk Kristal hidroksiapatit (cyrstallum hydroxyapatiti). Ikatan serat kolagen kasar

dengan Kristal hidroksiapatit menyebabkan tulang menjadi keras, tahan lama, dan

kuat. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan hormon seperti hormone

paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid ikut

mempertahankan kadar normal mineral dalam darah.

Histologi tulang kompak (potongan transversal)

1. Lamela sirkumferensial dalam             7. Lamela sirkumferensial luar

2. Kanalikuli                                          8. Lamela

3. Osteon (sistem havers)                       9. Lakuna

  a. Kanalis (havers) sentralis               10. Osteon (sistem havers)

   b. Lamela                                           11. Linia cementalis

   c. Lakuna                                           12. Lamela interstisialis

4. Linia cementalis

16

Page 17: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

5. Lamela interstisialis

6. Kanal (volkmann) perforans

Pada tulang kompak, serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tulang yang

tipis disebut lamella (lamella ossea) yang saling sejajar di bagian tepi tulang, atau

tersusun konsentris mengelilingi suatu pembuluh darah. Di tulang panjang, lamella

sirkumferensial luar (lamella circumferentialis externa) terlatak di dalam periosteum.

Lamela sirkumferensial dalam ( lamella circumferentialis interna) mengelilingi rongga

sumsum tulang. Lamela konsntrik (lamella osteoni) mengelilingi saluran-saluran

dengan pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar yang disebut osteon (system

Havers). Ruang di osteon yang mengandung pembuluh darah dan saraf adalah kanalis

sentralis (havers). Sebagian besar tulang kompak terdiri dari osteon (osteonum).

Lacuna dengan osteosit dan terhubung melalui kanalikuli ditemukan di antara lamella

pada etiap osteon.

Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga

tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang

spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Kanal Havers tulang

spongiosa terlihat jauh lebih besar dan mengandung lebih sedikit lamela.

Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan

lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang kedalam trabekula. Lebih dari

90 % protein dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I.

Gambar struktur tulang spongiosa dan trabekula.

17

Page 18: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Struktur histology tulang seperti sarang lebah, tetapi jika terjadi Osteoporosis, maka

ruang antar sarang menjadi renggang. Keadaan tersebut mencerminkan kehilangan

densitas tulang dan kekuatannya.

 

f. Mengapa sakit yang dirasakan semakin terasa semenjak satu tahun belakangan ?

Sakit yang dirasakan Ny. OSTE semakin menjadi semenjak satu tahun belakangan

dikarenakan nyeri yang diakibatkan perenggan tulang diperparah dengan menopause

yang dialami Ny. OSTE satu tahun belakangan. Karena kadar esterogen menurun

sehingga aktifitas osteoklast dalam tulang meningkat sehingga pengikisan tulang dari

luar lebih cepat dibandingkan pembentukan matriks tulang dari dalam.

3. Nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh mobilitas, berkurang atau hilang dengan

sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat, Ny. OSTE juga tidak pernah mengalami

trauma di daerah pinggang, tidak menderita penyakit tertentu, kurang aktivitas fisik,

tidak sedang mengkonsumsi obat dalam jangka lama.

a. Apa pengaruh aktifitas fisik dengan nyeri pinggang?

Ny. OSTE diketahui kurang memiliki aktifitas fisik, dan nyeri pinggang itu sendiri

biasa terjadi pada tubuh manusia dipicu oleh kondisi under use atau kurang gerak.

Kurang gerak dapat memicu kekakuan otot sehingga saat tubuh dikondisikan untuk

mengangkat benda berat atau banyak bergerak, timbulah rasa nyeri tersenyeri tersebut.

b. Mengapa nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh mobilitas, berkurang atau

hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat?

18

Page 19: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Karena nyeri disebabkan oleh perubahan struktur jaringan tulang yang tidak

mengganggu sistem persarafan. Bila yang mengalami gangguan pada fungsi

persarafan, misalnya demyelinisasi saraf atau saraf mengalami kompresi, maka akan

timbul rasa nyeri yang menjalar di sepanjang daerah yang dipersarafi oleh saraf yang

mengalami gangguan tersebut. Nyeri dapat hilang sendiri dengan merelaksasikan

kembali otot-otot yang tegang, sehingga rasa nyeri dapat berkurang.

c. Apakah ada hubungan antara trauma di pinggang dengan rasa nyeri seperti yang

dialami ny. OSTE?

Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami

kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka. Trauma termis menimbulkan nyeri

karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas dan dingin. Trauma

kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat. Trauma elektrik dapat

menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa

nyeri sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang

dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan

pengaruhnya terhadap fisik. Adanya trauma maupun crush fracture dapat

menyebabkan penekanan saraf yang ada pada bagian lumbosakral sehingga

menimbulkan rasa nyeri.

d. Apakah ada hubungan antara konsumsi obat jangka panjang dengan rasa nyeri

seperti yang dialami ny. OSTE?

Beberapa zat yang dikandung dalam obat, seperti tiroid, dapat merangsang

osteoblast untuk proses remodeling. Obat – obatan golongan corticosteroid seperti

dekstaminason dan repnison. Obat jenis ini dapat menyebabkan kerapuhan pada

tulang sehingga mengakibatkan nyeri pada tulang. Hal ini terjadi karena obat jenis

corticosteroid dapat mengakibatkan berkurangnya penyerapan kalsium pada usus

sehingga mengakibatkan berkurangnya deposit kalsium pada tulang. Rasa nyeri

akibat mengkonsumsi obat ini paling sering timbul pada bagian lumbosakral sebab

bagian tersebutlah yang menyokong sebagian besar beban tubuh kita dalam berbagai

posisi tubuh (aktivitas).

19

Page 20: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

4. Ny. OSTE sejak satu tahun tidak lagi mengalami haid.

a. Bagaimana keterkaitan menopause dengan nyeri pinggang yang dialami Ny. OSTE

?

Pada saat menopause hormone progesterone dan esterogen menurun. Hal ini

disebabkan karena menghilangnya fungsi ovarium pada tubuh. Sehingga bila

esterogen turun dapat menghambat hormone paratiroid untuk mengabsorbsi kalsium

dan fosfat dalam darah. Sehingga pembentukan tulang semakin terhambat sementara

aktifitas osteoklas kian meningkat. Hal tersebut memicu terjadinya pengikisan tulang

pada pinggang, dan menyebabkan perengganggan sehingga timbul rasa nyeri pada

pinggang Ny. OSTE.

Hormon estrogen berperan penting dalam pengaturan dasar remodeling tulang dan

terapeutik pada wanita. Penurunan estrogen dapat menurunkan produksi matriks

osteoid, peningkatan pembentukan tulang trabekular, dan memacu proses resorpsi

tulang dan peningkatan turnover tulang.Hormon glukokortikoid juga dapat

menyebabkan peningkatan sensitivitas osteoclast terhadap efek resorbsi tulang dari

konsentrasi PTH yang beredar di sirkulasi. Reseptor estrogen yang berada di dalam

sitosol, yaitu reseptor estrogen α (ERα), dan ER β diekspresikan terbanyak pada

jaringan epitel dan mesenkim termasuk osteoblast. Stimulasi reseptor estrogen pada

osteoblast akan mengaktivasi aktivitas anabolik osteoblast dan menurunkan

mengaktivasi osteoclast dan menghalangi aktivitas resorbsi tulang. Reseptor estrogen

tidak hanya dapat mengikat estrogen, tetapi dapat juga mengikat modulator

reseptorestrogen selektif (SERMs), yang mengaktivasi reseptor estrogen pada tulang.

Hormon estrogen juga berperan dalam pengaturan prostaglandin. Prostaglandin E2

(PGE2) merupakan stimulator yang kuat terhadap proses resorpsi tuang dan

pembentukan osteoclast.

Pengikisan tulang oleh osteoclast yang terlalu cepat dan pembentukan matriks

tulang baru dari dalam yang tidak bisa mengimbangi pengikisan tulang dari luar akan

membuat tulang menjadi rapuh. Hal ini bisa menyebabkan osteoporosis yang disertai

gejala seperti sakit pinggang (daerah lumbosakral). Jika sudah parah, maka bisa

mengakibatkan fraktur yang bisa menekan saraf dan menyebabkan nyeri yang

menjalar di sepanjang columna vertebra, terutama di pinggang bahkan nyeri sampai

ke paha.

20

Page 21: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

b. Apa saja perubahan yang terjadi pada periode peri, menopause dan pasca

menopause pada wanita ?

Pada wanita menopause, produksi hormon progesteron dan esterogen menjadi

sangat rendah.Bahkan ada saat dimana ovarium berhenti mensekresikan hormon

estrogen dan progesteron. Hal inil akan menimbulkan perubahan fisiologis pada

tubuh wanita. Menopause sendiri terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama

menopausal transition atau lebih sering disebut perimenopause. Tahap ini

berlangsung beberapa tahun sebelum menstruasi terakhir, kemudian tahap ini

berakhir setahun setelah menstruasi terakhir. Setelah itu, wanita akan mengalami

masa postmenopause dan berlangsung hingga akhir hayat.

klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa

senium, yang bukan merupakan suatu keadaan patologik, melainkan suatu

masa peralihan yang normal. Masa ini berlangsung sebelum dan beberapa

tahun sesudah menopause. Masa premenopause, menopause dan pasca

menopause dikenal sebagai masa klimakterium. Klimakterium dapat dikatakan

mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira 6-7 tahun

sesudah menopause. Pada wanita dalam masa ini, terjadi juga keluhan-keluhan

yang disebut sindroma klimakterik. Keluhan-keluhan ini dapat bersifat psikis

seperti mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat kurang dan susah

tidur. Gangguan neurovegetatif dapat berupa hot flashes, keringat banyak, rasa

kedinginan, sakit kepala, dll.

Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir yang

disebabkan menurunnya fungsi ovarium. Diagnosa dibuat setelah terdapat

amenorea (tidak haid) sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat

didahului oleh siklus yang lebih panjang dengan perdarahan yang berkurang.

Umumnya batas terendah terjadinya menopause adalah umur 44 tahun.

Menopause dapat terjadi secara artificial karena operasi atau radiasi yang

umumnya menimbulkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan dengan

menopause alamiah.

Masa Senile

21

Page 22: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Pada masa ini telah tercapai keseimbangan hormonal yan baru sehingga tidak

ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis. Yang mencolok pada masa ini

adaah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses

menjadi tua. Dalam masa ini pula osteoporosis terjadi pada wanita dengan

intensitas yang berbeda. Walaupun sebab-sebabnya belum jelas betul, namun

berkurangnya hormon steroid dan berkurangnya aktivitas osteoblast memegang

peranan dalam hal ini. Ganggguan-gangguan lain yang dapat timbul antara lain

vagina menjadi kering sehingga timbul rasa nyeri pada waktu bersetubuh, nyeri

pada waktu berkemih dan terasa ingin terus buang air kecil.

5. Pemeriksaan densitas tulang menyatakan bahwa massa tulang Ny. OSTE mengalami

penurunan.

a. Apa keterkaitan antara penurunan densitas tulang dengan menopause ?

Peningkatan densitas tulang dimulai pada masa pubertas, pada usia 10 tahun ke

atas hingga awal 20 tahun, setelah usia 30 tahun massa tulang berkurang 0.5%-1%

pertahun, kemudian pada masa menopause turun 1% - 2% pertahun berlangsung

hingga 5-10 tahun. Penurunan densitas tulang meningkat pada masa menopause hal

ini dikarenakan meningkatnya aktifitas osteoklas sehingga terjadi pengikisan pada

tulang dan menyebabkan massa tulang menurun.

b. Apa faktor yang menyebabkan penurunan densitas tulang?

Penurunan kepadatan tulang pada wanita pascamenopause terjadi karena indung

telur mengalami penurunan dalam produksi hormon estrogen. Penurunan produksi

hormon estrogen akan diikuti dengan meningkatnya kalsium yang terbuang dari

tubuh seorang wanita. Hal ini secara berangsur akan menyebabkan penurunan

kepadatan tulang atau terjadi pengurangan dalam massa jaringan tulang per unit

volum, sehingga tulang menjadi tipis, lebih rapuh dan mengandung sedikit kalsium

atau tulang semakin keropos. Proses pengeroposan tulang ini disebut osteoporosis.

Penurunan kepadatan tulang dengan risiko osteoporosis pada wanita meningkat

secara nyata di usia 50 tahun yaitu sekitar usia menopause. Penurunan kepadatan

tulang pada wanita pascamenopause selain disebabkan karena menurunnya kadar

22

Page 23: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

estrogen, juga dapat disebabkan oleh faktor lain yang ikut mempengaruhi kepadatan

tulang yaitu aktivitas fisik, asupan kalsium, asupan vitamin D, asupan fluorida, dan

asupan kalium. Begitu pula pengaruh paritas, lamanya menyusui, kebiasaan

merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein, serta asupan fosfor (pospat), berat

badan kurang dan asupan protein juga dianggap sebagai faktor yang dapat

menyebabkan osteoporosis.

c. Apa dampak penurunan densitas tulang bagi tubuh?

Dampak penurunan densitas tulang adalah memiliki resiko tinggi terkena

osteoporosis dan fracture, serta kesulitan melakukan aktivitas (keterbatasan gerak

karena rasa nyeri).

d. Apa keterkaitan penurunan densitas tulang dengan sakit pinggang?

Salah satu tempat yang sering mengalami penurunan densitas tulang ialah

pinggang. penurunan massa tulang menyebabkan , tulang menjadi rapuh serta

memiliki kesulitan dalam menopang tubuh saat melakukan aktivitas yang dilakukan,

sedangkan tulang lumbosakral (daerah pinggang)

6. Dia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen yang mengandung glucosaminoglican,

mengkonsumsi vit D dan vit C dosis tinggi dan banyak minum susu calcium tinggi dan

makanan dengan kandungan protein cukup.

a. Mengapa Ny.Oste dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen yang mengandung

glucosaminoglican?

Kondroitin yang lebih dikenal dengan nama Kondroitin sulfat adalah

glikosaminoglikan (GAG) tersulfatisasi yang tersusun atas rantai gula bercabang (N-

asetilgalaktosamin dan asam glukuronat). Ia biasanya ditemukan menempel pada

protein sebagai bagian dari senyawa proteoglikan. Rantai kondrotin dapat memiliki

lebih dari 100 gula individual yang dapat tersulfatisasi di setiap bagian variabel.

Kondroitin sulfat merupakan komponen struktural penting penyusun jaringan

kartilago dan berperan dalam meningkatkan ketahanannya terhadap tekanan.

Bersama dengan glukosamin, kondroitin sulfat digunakan secara luas sebagai

suplemen makanan untuk mencegah osteoartritis

23

Page 24: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Fungsi

Fungsi dari kondroitin sangat tergantung pada sifat proteoglikan yang

ditempelinya. Fungsi dari senyawa ini dapat dibedakan secara struktural atau

regulatoral. walaupun demikian, tidak tertutup kemungkikan bahwa beberapa

proteoglikan dapat memiliki kedua fungsi tersebut sekaligus.

Struktural

Kondroitin sulfat merupakan komponen mayor dari matriks ekstraselular dan

penting dalam mempertahankan kesatuan dari jaringan. Fungsi ini merupakan

karakteristik khusus dari proteoglikan agregat besar seperti aggrekan, versikan,

brevikan, dan neurokan. Sebagai bagian aggrekan, kondroitin sulfat adalah komponen

mayor penyusun kartilago. Kondrotin sulfat yang bermuatan dapat menimbulkan gaya

elektrostatik yang mampu meningkatkan tahanan kartilago terhadap tekanan.

Kekurangan kondroitin sulfat dari jaringan kartilago merupakan penyebab mayor dari

osteoartritis.

Regulasi

Di dalam matriks ektraseluler, kondroitin sulfat dapat berinteraksi dengan protein

karena muatan negatifnya. Interaksi ini penting untuk meregulasi jalur lalulintas

aktivitas seluler. Di dalam jaringan saraf, kondroitin sulfat meregulasi pertumbuhan

dan perkembangan sistem saraf dan respons sistem saraf terhadap cedera.

Penggunaan Medis

Kondroitin merupakan bahan yang umumnya dapat ditemukan di dalam suplemen

makanan. Ia juga biasa digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi osteoartritis

dan juga diterima sebagai obat gejala aksi-lambat untuk penyakit serupa di Europa dan

negara lain.

Farmakologi

Dosis oral dari kondroitin untuk digunakan di dalam uji klinis manusia adalah

800–1,200 mg per hari. Kebanyakan kondroitin dibuat dari jaringan kartilago sapi dan

babi (trakea sapi dan telinga serta hidung babi). Beberapa sumber lain seperti kartilago

24

Page 25: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

hiu, ikan dan unggas juga digunakan. Dikarenakan kondroitin bukanlah substansi yang

seragam dan secara alami muncul dalam berbagai variasi dan bentuk, komposisi pasti

dari setiap suplemen dapat berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan-

perusahaan pembuat suplemen membuat produknya dengan memenuhi Proses

Manufaktor yang Baik (Good Manufacturing Process/GMP) untuk makanan manusia,

bukan dengan standar pembuatan bagi industri farmasi sehingga produk yang

dihasilkan juga tidak memenuhi standar farmasi. Belum ada efek yang signifikan dari

overdosis kondroitin untuk pemakaian jangka panjang.. European League Against

Rheumatism (EULAR) mengonfirmasi kondrotin sulfat sebagai salah satu obat

teraman untuk mengatasi osteoartritis.

Sumber Kondroitin

Saat ini, belum ada sumber alami yang signifikan bagi kondroitin sulfat

mengingat banyaknya variasi bentuknya. Sumber kondroitin yang signifikan dapat

diperoleh dari suplemen makanan.

7. Pada pemeriksaan fisik didapat : Tinggi badan 158 cm, berat badan 51 kg, punggung

skoliosis ringan

a. Bagaimana BMI (Body Mass Index) Ny. Oste?

Tinggi badan Ny. Oste : 158 cm = 1,58 m

Berat badan Ny. Oste : 50 kg

Berat badan (kg)

BMI= ------------------------------------------

Kuadrat tinggi badan (m)

51 kg

BMI= ----------------------------------

(1,58)2

BMI= 20,429

Berdasarkan hasil perhitungan BMI, Ny. Oste termasuk kategori normal.

25

Page 26: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

b. Apa keterkaitan skoliosis ringan dengan sakit pinggang yang dirasakan?

Pada manula, perubahan degenerasi tulang belakang mungkin mengakibatkan

arthritis pada tulang belakang, dan mungkin menyebabkan nyeri. Pada beberapa

kasus, tulang taji dapat menekan saraf sekitar atau bahkan saraf tulang belakang,

menyebabkan nyeri, kekebalan atau kelemahan tangan dan kaki.

c. Apa saja jenis-jenis skoliosis?

Skoliosis dapat dogolongkan antara lain berdasarkan penyakit yang mendasarinya,

umur, besar kurva dan sebagainya, tetapi secara umum skoliosis dibedakan menjadi

dua, yaitu :

1. Skoliosis Postural. Kelainan bersipat sekunder atau sebagai kompensasi

terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang.

2. Skoliosis Struktural. Kelainan yang langsung terjadi pada tulang belakang.

Skoliosis Struktural dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori utama, yaitu :

Kongenital, Degeneratif, Neuromuskular, dan Idiopatik.

Skoliosis kongenital

Kelainan sudah ada sejak lahir.

Skoliosis didapat

Kelainan tidak ada sejak lahir, tetapi berkembang pada masa

berikutnya.

Skoliosis idiopatik

Jenis ini lebih umum biasanya berkembang pada masa remaja.

Skoliosis fungsional

Kelainan ini berkaitan dengan postural atau nonstruktural dan

berkembang dari pengaruh postur yang temporer (sementara) mudah

diperbaiki.

Skoliosis struktural

Perubahan pada struktur tulang belakang karena sebab yang bervariasi.

Skoliosis paralitik

Kelainan jenis ini berkembang menyertai penyakit neurologis seperti

poliomielitis.

26

Page 27: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

8. Pemeriksaan labor sederhana didapat : Kadar progesterone rendah

a. Bagaimana fisiologi hormone progesterone dalam tubuh?

Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian

diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.

Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada

endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan

yang optimal jika terjadi implantasi. hormon ini merupakan pengembangan

estrogen dan kompetitor androgen.

Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita, yaitu:

1. Mengatur siklus haid.

2. Mengembangkan jaringan payudara.

3. Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.

4. Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.

b. Apa dampak kadar progesterone yang rendah dalam tubuh?

Perempuan dengan kadar progesteron rendah yang tidak diobati memiliki risiko

lebih tinggi terhadap beberapa bentuk kanker, osteoporosis, tumor fibroid, tekanan

darah tinggi, penyakit jantung dan stroke yang berhubungan dengan tekanan darah

tinggi.

Infertilitas juga merupakan efek samping dari progesteron rendah. Wanita dengan

kadar progesteron rendah berpotensi mengalami ketidaksuburan selama bertahun-

tahun dan keguguran.

Kadar progesteron yang rendah dapat mempercepat proses penuaan. Kekurangan

progesteron akan menyebabkan disfungsi tiroid, kerontokan rambut, penipisan kulit,

dan kerutan pada kulit yang terkait dengan hilangnya hidrasi. Gejala lainnya

termasuk ketidakmampuan menangani stres dan peningkatan nyeri tubuh serta rasa

sakit karena kadar progesteron yang rendah menyebabkan kerusakan selubung

myelin yang melindungi sel-sel saraf.

27

Page 28: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

c. Apa keterkaitan hormone progesterone dengan nyeri pinggang?

Dalam kasus ini terjadi penurunan jumlah progesterone dalam tubuh Ny. OSTE,

diketahui bahwa hormone progesterone merupakan pengembangan dari hormone

esterogen dan competitor androgen, sehingga hal ini mengindikasikan bahwa kadar

esterogen dalam tubuh juga berkurang. Esterogen sendiri dapat meningkatkan

aktifitas osteoklas dalam tubuh. Pengikisan tulang oleh osteoclast yang terlalu cepat

dan pembentukan matriks tulang baru dari dalam yang tidak bisa mengimbangi

pengikisan tulang dari luar akan membuat tulang menjadi rapuh. Hal ini bisa

menyebabkan osteoporosis yang disertai gejala seperti sakit pinggang (daerah

lumbosakral) Ny. OSTE.

9. Pemeriksaan rongent : tulang belakan Lumbosacral ; densitas tulang menurun

homogeny ringan, cortical menipis ringan, tidak ada crush fractures

a. Bagaimana keterkaitan hasil rongent dengan nyeri pinggang Ny. OSTE?

Kepadatan (densitas) tulang berkurang secara perlahan dan korteks tulang

mengalami penipisan, Jika kepadatan tulang terus berkurang dapat menyebabkan

tulang menjadi kolaps atau hancur, tetapi dalam hasil rongent Ny. OSTE diketahui

belum adanya crush fracture yang terjadi. Tetapi nyeri tersebut diakibatkan mulai

adanya perenggangan pada lumbosacral Ny. OSTE, sehingga menyebabkan tulang

menjadi lemah untuk menopang tubuh dan nyeri pada daerah pinggang.

Cortical tulang merupakan bagian luar tulang yang keras dan padat. Tulang

normal terdiri dari komposis yang kompak dan padat, berbentuk bulat dan batang

padat serat terdapat jaringan berongga yang diisi oleh sumsum tulang. Tulang ini

merupakan jaringan yang terus berubah secara konstan. Jaringan yang tua akan di

hancurkan ataub di absorpsi oleh osteoklas tulang baru akan di bentuk oleh osteoblas.

Faktor usia, hormonal, stress, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan kerja

hormon yang berperan dalam proses remodeling terganggu. Hal ini menyebabkan

ketidak seimbangan antara proses pembentukan dan perombakan tulang. Densitas

lumbosakral akan menurun apabila proses pembentukan lebih sedikit dibanding

proses perombakan tulang.

28

Page 29: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari

punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika

disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan

menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika

beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan

yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan

ketegangan otot dan sakit.

29

Page 30: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Osteoporosis

Kurang aktivitas

Skoliosis

Kurang paparan sinar matahari

Pembentukan vitamin D (perubahan provitamin D menjadi Vitamin D) tidak optimal

Penyerapan Kalsium di tulang tidak optimal

Massa tulang menurun

Menopause

Perubahan Hormon (Hormon esterogen menurun)

Aktivitas Osteoclast meningkat

Densitas tulang menurun

Nyeri pada pinggang

IV. Kerangka Konsep

30

Page 31: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

V. Learning Objective

a. Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang ditandai dengan pengurangan

densitas tulang yang membuat tulang menjadi rapuh dan mudah fraktur. Osteoporosis

dikenal sebagai silent disease karena gejala dan nyeri tidak muncul sampai terjadi

fraktur. Tanpa usaha pencegahan atau pengobatan, Osteoporosis dapat

berkembang/memburuk tanpa adanya rasa nyeri sampai patah tulang terjadi,

terutama pada hip , vertebra, dan pergelangan tangan. Pada fraktur paggul masih ada

pergerakan minimal dan kemudian pasien biasanya mulai bergantung pada suatu alat

penyokong berdiri. Sedangkan pada fraktur vertebra menyebabkan pengurangan

tinggi badan, postur bungkuk dan nyeri kronis.

Hilangnya sejumlah massa tulang akibat bertambahnya umur merupakan keadaan

fisiologik, keadaan ini disebut osteopenia. Osteoporosis merupakan osteopenia yang

telah melewati ambang batas untuk terjadi fraktur (fracture threshold). Karakteristik

Osteoporosis berupa menurunnya densitas tulang dengan jumlah jaringan tulang

yang mengisi tulang berkurang, tetapi struktur tulang sendiri masih normal.

Normalnya struktur tulang sepeerti sarang Lebah, tetapi jika terjadi Osteoporosis,

maka ruang antar sarang menjadi renggang. Keadaan tersebut mencerminkan

kehilangan densitas tulang dan kekuatannya. Bagian Cortex tulang juga menipis,

yang lebih lanjut lagi menyebabkan kelemahan tulang. Singkatnya Osteoporosis

diartikan sebagai tulang porosis. Kehilangan trabekula pada Osteoporosis akibat

penipisan trabekula atau putusnya trabekula sehingga trabekula tersebut tidak dapat

menyatu kembali menyebabkan kekuatan tulang menurun. Trabekula yang tipis

masih dapat diperbaiki dengan mengurangi resorbsi tulang, tetapi trabekula yang

putus biasanya tidak akan pulih kembali (bersifat irreversible, sangat sulit dibentuk

kembali). Dengan bertambahnya usia, maka jumlah trabekula yang putus akan

semakin banyak, disamping itu formasi dan resorbsi terganggu sehingga perbaikan

tulang terganggu. Selain itu semakin tua usia, terjadi perubahan pada matriks tulang

termasuk penurunan kualitas collagen yang ditandai oleh penipisan kulit dan

fragilitas pembuluh darah.  Jumlah trabekula sangat penting dalam pembentukan

31

Page 32: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

kekuatan tulang dibandingkan dengan ketebalan trabekula. Maka terapi pada

Osteoporosis, ditujukan untuk  memperbaiki jumlah trabekula dibandingkan

mempertahankan ketebalan trabekula.  Faktor lain yang mempengaruhi kekuatan

tulang adalah retakan mikro (microdamage, microcracks) yang jumlahnya semakin

banyak dengan bertambahnya usia. Diduga  retakan mikro ini berhubungan dengan

pembebanan yang repetitif yang dimulai dari tingkat collagen termasuk putusnya

agregat collagen-mineral maupun rusaknya serabut-serabut collagentersebut. 

Penyebab Osteoporosis

Osteoporosis pascamenopause

Terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang

membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala

timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul

lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-

3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah

menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam

waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.

Osteoporosis senilis

Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan

dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang

(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa

keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada

orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

Osteoporosis sekunder

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder

yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa

disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,

paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat,

antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang

berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik

32

Page 33: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini

terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi

hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab

yang jelas dari rapuhnya tulang.

Faktor risiko yang tidak dapat diubah :

Jenis kelamin

Kemungkinan terkena Osteoporosis akan lebih tinggi pada seorang

perempuan. Perempuan mengalami kehilangan jaringan tulang dan  densitas

tulang lebih cepat dari pria karena perubahan yang terjadi pada mereka pada

saat menopause

Umur

Semakin tua umur seseorang maka akan bertambah besar terkena risikonya.

Tulang menjadi semakin tipis dan lemah seiring dengan bertambahnya usia.

Ukuran kerangka tubuh

Tulang yang kecil dan tipis pada wanita memiliki risiko yang lebih besar.

Riwayat keluarga

Fraktur dapat disebabkan karena faktor hereditas. Seseorang yang

keluarganya memiliki riwayat fraktur, sering memiliki kecenderungan

densitas tulang yang rendah sebagai risiko terkena fraktur.

Faktor risiko yang dapat diubah :

Sex hormon

Periode menstruasi abnormal (amenorrhea), kadar estrogen rendah

(menopause), kadar testosteron rendah pada pria, keadaan itu semua dapat

menyebabkan Osteoporosis

Anorexia nervosa

Ditandai dengan irrasional berat badan terhadap tinggi badan. Kelainan cara

makan ini meningkatlan risiko Osteoporosis

Asupan Calcium dan vitamin D.

Obat-obatan

33

Page 34: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Pemakaian jangka panjang glucocorticoid dan beberapa golongan

anticonvulsan dapat memicu kehilangan densitas tulang  dan fraktur

Pola gaya hidup

Merokok cigarette

Cigarette buruk untuk tulang sama buruknya seperti terhadap jantung dan

paru-paru

b. Sakit Pinggang

Faktor-Faktor Penyebab Sakit Pinggang

Faktor Umur

Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.

Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami

oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini

jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin

berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering

dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan

pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai

pada dekade kelima.1 Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama

semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.

Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan

nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis

kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri

pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya

pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga

dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon

estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

Faktor Indeks Massa Tubuh

34

Page 35: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

1. Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya

nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat

badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri

pinggang.

2. Tinggi Badan

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai

lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat

beban tubuh.

3. Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat

beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam

penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada

pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul

beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25

kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.3

Aktivitas / Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering

tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi

kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat

beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,

misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi

punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang

seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi

berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke

muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang

spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur

yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri

35

Page 36: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,

seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain

sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa

aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1

jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton

lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak

tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula

meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.

Pencegahan

Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun

masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu:

Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan

dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan

vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita

setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium.

Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia

produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia 1200

mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari

yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-

kacangan.

Paparan sinar matahari

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D

yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.

Berjemurlah dibawahsinar matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu.

Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari

sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D

yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.

Melakukan olahraga dengan beban

Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat

berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.

36

Page 37: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga.

Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting.

Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan,

kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting adalah melakukannya

dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita

osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis.

c. Anatomi Columna Vetebralis Lumbo Sacral

Columna vetebralis terdiri atas 33 vetebrae, yaitu 7 vetebra cervicalis, 12 vetebra

thoracicus, 5 vetebra lumbalis, 5 vetebra sacralis (yang bersatu membentuk os.sacrum),

dan 4 vetebra coccygis (tiga yang dibawah umumnya bersatu). Stuktur columna ini

flexible, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi

dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Discus intervertebralis

membentuk kira-kira seperempat panjang columna.

37

Page 38: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Ciri-ciri vertebra lumbalis tipikal :

1. Corpus besar dan membentuk ginjal

2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang

3. Lamina tebal

4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga

5. Processus transversus pajang dan langsing

6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan

mengarah kebelakang

7. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial

dan facies articularis processus articularis inferior menghadap ke

lateral.

Vertebrae Lumbal

Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan

menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan

fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

Pada bagian depan dan sampingnya, terdapat sejumlah foramina kecil untuk suplai

arteri dan drainase vena. Pada bagian dorsal tampak sejumlah foramina yang lebih

besar dan satu atau lebih orificium yang besar untuk vena basivertebral. Corpus

vertebrae berbentuk seperti ginjal dan berukuran besar, terdiri dari tulang korteks

38

Page 39: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

yang padat mengelilingi tulang medular yang berlubang-lubang (honeycomb-like).

Permukaan bagian atas dan bawahnya disebut dengan endplate. End plates menebal

di bagian tengah dan dilapisi oleh lempeng tulang kartilago. Bagian tepi end plate

juga menebal untuk membentuk batas tegas, berasal dari epiphyseal plate yang

berfusi dengan corpus vertebrae pada usia 15 tahun.

Ukuran tulang vertebrae lumbal semakin bertambah dari L1 hingga L5 seiring dengan

adanya peningkatan beban yang harus disokong. Pada bagian depan dan sampingnya,

terdapat sejumlah foramina kecil untuk suplai arteri dan drainase vena. Pada bagian

dorsal tampak sejumlah foramina yang lebih besar dan satu atau lebih orificium yang

besar untuk vena basivertebral. Corpus vertebrae berbentuk seperti ginjal dan berukuran

besar, terdiri dari tulang korteks yang padat mengelilingi tulang medular yang berlubang-

lubang (honeycomb-like). Permukaan bagian atas dan bawahnya disebut dengan

endplate. End plates menebal di bagian tengah dan dilapisi oleh lempeng tulang kartilago.

Bagian tepi end plate juga menebal untuk membentuk batas tegas, berasal dari epiphyseal

plate yang berfusi dengan corpus vertebrae pada usia 15 tahun.

Lengkung vertebrae merupakan struktur yang berbentuk menyerupai tapal kuda, terdiri

dari lamina dan pedikel. Dari lengkung ini tampak tujuh tonjolan processus, sepasang

prosesus superior dan inferior, prosesus spinosus dan sepasang prosesus tranversus.

Pedikel berukuran pendek dan melekat pada setengah bagian atas tulang vertebrae lumbal.

Lamina adalah struktur datar yang lebar, terletak di bagian medial processus spinosus.

Processus spinosus sendiri merupakan suatu struktur datar, lebar, dan menonjol ke arah

belakang lamina. Processus transversus menonjol ke lateral dan sedikit ke arah posterior

dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi

sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamen-ligamen yang menempel kepadanya. Processus

articular tampak menonjol dari lamina. Permukaan processus articular superior berbentuk

konkaf dan menghadap kearah medial dan sedikit posterior. Processus articular inferior

menonjol ke arah lateral dan sedikit anterior dan permukaannya berbentuk konveks.

Tulang punggung sacral (vertebrae sacral)

Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak

memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.

Tulang punggung coccygeal

39

Page 40: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Terdapat 4 tulang (Co1-Co4) yang saling bergabung dan tanpa celah.

d. Siklus Menstruasi

Siklus endometrium terdiri dari 4 fase :

1. Fase menstruasi atau deskuamasi

Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan

perdarahan. Stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah,

potongan potongan endometrium dan lendir dari cervik. Darah tidak membeku

karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan

potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen

tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah dalam darah

haid.

2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara

berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang

tumbuh dari sel sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal

endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan

berlangsung ± 4 hari.

4. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi

40

Page 41: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini

berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi

dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu :

a. Fase proliferasi dini

Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9.

Fase ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya

regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan

lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas

fase proliferasi; sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan

masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat

perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk

kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel

selnya berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolan

anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif

sedikit.

b. Fase proliferasi akhir

Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat

dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak

mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma

bertumbuh aktif dan padat

e. Menopause

Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang

biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus

menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon Estrogen yang dihasilkan

Ovarium (indung telur ). Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila siklus

menstruasinya telah berhenti selama ± 12 bulan. Berhentinya haid tersebut akan membawa

dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis.

Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon-

hormon dari otak dan sel telur. Pra menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause

dan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah menopause. Sedangkan ooporopause adalah

41

Page 42: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

terhentinya fungsi ovarium , berarti terhentinya produksi estrogen, estron yang terjadi pada

usia 55 – 56 tahun.

Pada proses menopause terjadi penurunan fungsi indung telur dalam menghasilkan sel

telur dan hormon -hormon reproduksi. Padahal hormon – hormon reproduksi itu berguna

pula untuk proses dalam tubuh seorang wanita, sehingga pada saat itu terjadi penurunan

fungsi pula pada beberapa organ tertentu. Menopause dimulai dengan masa perimenopause

yaitu suatu masa dimana terjadi tidak teraturnya siklus haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40

tahun. Haid menjadi lebih sedikit atau siklusnya menjadi lebih panjang, lebih pendek atau

tidak beraturan sama sekalu. Kadang- kadang disertai timbulnya nyeri haid.

Setelah terjadi penurunan fungsi ovarium dimana hormon progesterone sudah sangat

berkurang, sementara masih ada sedikit hormon esterogen seringkali menyebabkan

ketidakseimbangan hormonal. Terjadi pendarahan haid yang tidak sesuai siklus haid

sebelumnya. Hal ini diawali dengan ketidakmampuan ovarium untuk berespon terhadap

gonadotropin dan penurunan produksi estrogen, progesteron dan androstenedione oleh

ovarium. Bahkan pada masa perimenopause sebagai awal menopause, wanita mempunyai

tingkat estradiol yang rendah, tingkat FSH yang tinggi. Wanita pada kelompok umur ini

sering menampakkan gejala anovulasi atau oligo-ovulasi. Walaupun ovulasi terjadi, kualitas

ovum menurun sejalan dengan bertambahnya umur wanita tersebut.

Hal ini akan tampak pada penurunan fertilitas dan peningkatan insiden abnormalitas

kromosom pada embrio jika fertilisasi tetap terjadi. Selanjutnya penurunan produksi

progesteron akan memberikan gambaran pemendekan siklus menstruasi dan perdarahan yang

tidak teratur. Pada beberapa wanita yang gemuk dapat terjadi esterogen relatif berlebih

(unopposed esterogen) yang dapat menyebabkan penebalan dinding endometrium disebut

hiperplasia endometrium. Haid menjadi banyak dan berkepanjangan. Pada masa sebelum

menopause ini dapat terjadi, keluhan klimakterik berupa gangguan vasomotor seperti :

gejolak panas (hot flushes), sakit kepala, cepat lelah, kurang tenaga, obstipasi, jantung

berdebar – debar, gangguan libido, kesemutan, berkunang – kunang. Kekurangan esterogen

dapat diketahui melalui pemeriksaan darah, dimana diperiksa kadar hormon esterogen dan

hormon gonadotropin dalam darah.

Esterogen sangat berperan pada metabolisme penting beberapa organ diantaranya kulit,

tulang, sistem jantung dan pembuluh darah, otak, saluran kencing dan tentu saja organ

42

Page 43: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

seksual. Kekurangan esterogen pada masa menopause dapat menyebabkan gangguan pada

beberapa organ seperti :

Pada otak, karena esterogen yang menurun terjadi penurunan aliran darah ke

otak, sehingga metabolisme otak berkurang. Pada gangguan yang berat dapat

terjadi gangguan tidur, takut dan gelisah seperti gangguan depresi. Tak jarang

karena gangguan aliran darah tersebut terjadi Alzhmeir atau kepikunan. Selain

gangguan vasomotor dapat pula terjadi gangguan psikis seperti gangguan

perilaku, suasana hati serta fungsi kognitif. Wanita menjadi cepat marah,

tersinggung dan cepat lupa. Pada organ seksual dan saluran kemih : kurangnya

esterogen menurunkan aliran darah ke organ – organ seksual terlebih dahulu.

Selaput lendir vagina menjadi kering sehingga menyebabkan sakit pada waktu

senggama, kulit vagina menjadi tipis sehingga mudah terinfeksi. Terasa panas

atau gatal, dan mudah sekali terjadi keputihan karena peradangan.

Pada saluran kencing, kekurangan esterogen menyebabkan kandung kemih

sering kena infeksi. Menyebabkan nyeri perut bawah, selalu ingin segera

kencing secara tiba – tiba dan sampai tidak menahan kenicng atau bahkan

mengompol.

Pada payudara, hormon esterogen dan progesterone membentuk payudara,

sehingga kekurangan kedua hormon ini menyebabkan kisutnya payudara.

Kelenjar yang mengecil terkadang menyebabkan pembentukan seperti kista,

atau dapat terjadi perubahan baik sifat jinak atau ganas. Periksalah payudara

secara teratur dengan tehnik SARARI (perikSa payudaRA sendiRI) atau dengan

USG payudara. Bila dicurigai adanya keganasan dapat ditambah dengan

pemeriksaan mamografi.

Pada tulang, esterogen membantu pembentukan tulang yang secara alamiah

tubuh. Tubuh menjadi lebih pendek dan lama kelamaan menjadi bongkok.

Sebelum hal itu terjadi biasanya timbul rasa nyeri pada pergerakan ekstremitas;

kaki dan terutama tangan. Wanita menjadi lebih sulit bergerak atau beraktifitas

normal. Seringkali terjadi jatuh tiba – tiba dan fraktur /patah tulang. Hal ini

disebut osteoporosis. Sebelum terjadi fraktur, kita dapat mencegah osteoporosis

dengan cukup berolah raga seawktu muda dan diteruskan sampai lansia (lanjut

usia). Konsumsi kalsium yang cukup dan bila perlu menambah hormon

esterogen yang sangat kurang untuk memperbaiki metabolisme tulang.

43

Page 44: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

f. Histologi Jaringan Tulang Kompakta dan Spongiosa

Unsur yang membentuk tulang adalah mineral sekitar (65%), matriks(35%) sel sel

osteoblas, osteoklas, osteosit dan air. Matriks tulang korteks dan trabekula tersusun

atas matriks organik dan anorganik. Komponen anorganik merupakan 65% dari

seluruh masa tulang sedangkan, komponen organik sekitar 20%  dan 

air 10%. Kolagen tulang merupakan komponen organik terbesar yang membentuk

dan memungkinkan tulang menahan regangan sedangkan anorganik atau mineral

berfungsi menahan beban tekanan.

Jaringan tulang merupakan jaringan penghubung, seperti jaringan penghubung

lainnya, tulang terdiri dari sel-sel yang mempunyai fungsi tertentu, dan matriks yang

terdiri dari serat protein dan sustansi dasar. Komposisi tulang adalah dua pertiga dari

berat tulang adalah kalsium fosfat. Interaksi antara kalsium fosfat dan kalsium

hidroksida akan menghasilkan kristal hidroksiapatit yang dapat berikatan dengan

garam-garam Ca, seperti kalsium karbonat, ion Na, K dan F. Hampir sepertiga dari

tulang adalah serabut kolagen sedangkan osteosit dan sel tulang lainnya hanya 2%

dari masa tulang.

Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang yaitu:

1. Osteosit, (Osteocytus), Sel tulang dewasa

Osteosit adalah bentuk matur osteoblas dan merupakan sel utama tulang. Sel

ini juga lebih kecil daripada osteoblas. Seperti kondrosit pada tulang rawan,

osteosit terperangkap dalam matriks tulang yang diproduksi oleh osteoblas.

Osteosit berada dekat dengan pembuluh darah. Berbeda dengan tulang rawan,

hanya terdapat satu osteosit dalam daripada tulang rawan, nutrient dan

metabolit tidak dapat bebas berdifusi menuju osteosit. Karena itu, tulang

sangat vascular dan memiliki system saluran khusus atau kanal halus yang

disebut kanalikuli (canaliculi), yang bermuara ke dalam osteon.

2. Osteoblas, (oseoblastus), Sel berbentuk kubus.

Ostoblas terdapat pada permukaan tulang. Osteoblas menyintesis, enyekresi,

dan mengendapkan osteoid (osteoideum), komponen organic matriks tulang

44

Page 45: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

baru. Osteoid adalah matriks tulang yang tidak terkalsifikasi dan tidak

mengandung mineral,namun tidak lama setelah diendapkan, osteoid segera

mengalami mineralisasi dan menjadi tulang.

3. Osteoklas,( Osteoclastus), Sel berukuran besar.

Osteoklas adalah sel multinukleus besar yang terdapat di sepanjang

permukaan tulang tempat terjadinya resorpsi, remodeling, dan perbaikan

tulang. Sel ini tidak terbentuk turunan sel osteoprogenitor. Osteoklas berasal

dari penyatuan sel-sel progenitor hemopoietik atau darah yang termasuk

turunan sel makrofag mononuklearis-monosit di sumsum tulan. Fungsi utama

osteoklas adalah resorpsi tulang selama remodeling (pembaruan atau

restrukturisasi). Osteoklas sering terdapat di dalam lekuk dangkal pada

matriks tulang yang disebut lacuna Howship. Enzim- enzim lisosom yang

dikeluarkan oleh osteoklas mengikis cekungan ini.

4. Osteoprogenitor

Sel osteoprogenit adalah sel induk pluripoten tidak berdiferensiasi yang

berasal dari jaringan ikat mesenkim. Sel-sel ini teratek di lapisan dalam

jaringan ikat periosteum dan di lapisan endosteum dalam melapisi rongga

sumsum, osteon (system Havers), dan kanalis perforans (canalis perforans)

tulang. Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah nutrisi tulang dan

memberikan suplai bagi osteoblas baru untuk pertumbuhan, remodeling, dan

perbaikan tulang. Selama pembentukan tulang, sel osteoprogenitor

berploriferasi dengan mitosis dan berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang

kemudian menyekresi serat kolagen dan matriks tulang.

Tulang merupakan bentuk khusus jaringan ikat dan terdiri dari sel, serat, dan

matriks ekstraselular. Karena pengendapan mineral dalam matriks, tulang mengalami

klasifikasi. Akibatnya, tulang menjadi keras dan dapat menahan baban labih besar

dibandingkan dengan tulang rawan, berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku,

dan memberikan tempat perlekatan bagi otot dan organ.

45

Page 46: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Pemeriksaan tulang pada potongan melintang memperlihatkan dua jenis tulang,

tulang kompak (textus osseus compactus) dan tulang spongiosa/ kanselosa (textus

osseus spongiosus). Pada tulang panjang, bagian silindris luar adalah tulang kompak

padat. Permukaan dalam tulang kompak di dekat rongga sumsum (cavitas

medullaris) adalah tulang spongiosa (kanselosa). Tulang kanselosa mengandung

banyak daerah yang saling berhubungan dan tidak padat, namun kedua jenis tulang

memiliki gambaran mikroskopik serupa.

Matriks tulang terdiri dari sel hidup dan material ekstraselular. Karena matriks

tulang mengalami kalsifikasi atau mineralisasi, matriks tulang jauh lebih keras

daripada tulang rawan. Nutrien dan metabolit tidak mudah berdifusi melalui matriks

terkalsifikasi, oleh karena itu, matriks tulang sangat vascular. Matriks tulang

mengandung komponen organic dan inorganic. Komponen organic memungkinkan

tulang untuk menahan tegangan, sedangkan komponen mineral menahan tekanan.

Komponen organic utama matriks tulang adalah serat kolagen tipe I, yang

terutama mengandung protein. Komponen organic lain adalah glikosaminoglikan

sulfat dan asam hialuronat yang membentuk agregat proteoglikan besar. Glikoprotein

osteokalsin dan osteopotin berkaitan erat dengan Kristal kalsium selama mineralisasi

tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein berikatan erat dengan Kristal kalsium

selama mineralisasi tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein, mengikat osteoblas

pada matriks ekstraseluler melalui intergrin protein membrane plasma.

Komponen inorganic matriks tulang terdiri dari mineral kalsium dan fosfat dalam

bentuk Kristal hidroksiapatit (cyrstallum hydroxyapatiti). Ikatan serat kolagen kasar

dengan Kristal hidroksiapatit menyebabkan tulang menjadi keras, tahan lama, dan

kuat. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan hormon seperti hormone

paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid ikut

mempertahankan kadar normal mineral dalam darah.

Histologi tulang kompak (potongan transversal)

46

Page 47: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

1. Lamela sirkumferensial dalam             7. Lamela sirkumferensial luar

2. Kanalikuli                                          8. Lamela

3. Osteon (sistem havers)                       9. Lakuna

  a. Kanalis (havers) sentralis               10. Osteon (sistem havers)

   b. Lamela                                           11. Linia cementalis

   c. Lakuna                                           12. Lamela interstisialis

4. Linia cementalis

5. Lamela interstisialis

6. Kanal (volkmann) perforans

Pada tulang kompak, serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tulang yang

tipis disebut lamella (lamella ossea) yang saling sejajar di bagian tepi tulang, atau

tersusun konsentris mengelilingi suatu pembuluh darah. Di tulang panjang, lamella

sirkumferensial luar (lamella circumferentialis externa) terlatak di dalam periosteum.

Lamela sirkumferensial dalam ( lamella circumferentialis interna) mengelilingi

rongga sumsum tulang. Lamela konsntrik (lamella osteoni) mengelilingi saluran-

saluran dengan pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar yang disebut osteon

(system Havers). Ruang di osteon yang mengandung pembuluh darah dan saraf

adalah kanalis sentralis (havers). Sebagian besar tulang kompak terdiri dari osteon

47

Page 48: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

(osteonum). Lacuna dengan osteosit dan terhubung melalui kanalikuli ditemukan di

antara lamella pada etiap osteon.

Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga

tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang

spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Kanal Havers

tulang spongiosa terlihat jauh lebih besar dan mengandung lebih sedikit lamela.

Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan

lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang kedalam trabekula. Lebih dari

90 % protein dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I.

Gambar struktur tulang spongiosa dan trabekula.

g. Histologi Jaringan Ikat Tulang

Komponen jaringan ikat terdiri atas sel dan matriks ekstra seluler. Ekstra seluler

tersebut teridi atas substansi dasar dan serabut jaringan ikat. Sel jaringan ikat

merupakan komponen penting pada beberapa jenis jaringan ikat, sedangkan serabut

jaringan ikat juga merupakan komponen penting pada tipe jaringan ikat yang lainnya.

Walaupun demikian, ketiga komponen jaringan ikat memegang peran penting di

dalam jaringan ikat.

Jaringan ikat berfungsi sebagai penunjang dan pengikat, media untuk pertukaran,

pertahanan tubuh, dan penyimpan lemak. Fungsi sebagai penunjang karena jaringan

ikat dapat membentuk kapsula yang membungkus organ yang sekaligus menunjang

48

Page 49: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

fungsi organ tersebut. Jaringan ikat juga berperan sebagai media pertukaran hasil

metabolik dalam jaringan dan zat nutrisi serta oksigen di dalam darah dan pada

beberapa sel dalam tubuh. Fungsi pertahanan dan proteksi diperan kan oleh beberapa

sel jaringan ikat seperti sel fagositik, sel immunokompeten, dan sel penghasil

substansi khusus dalam tubuh.

Pada setiap jaringan ikat terdapat 3 unsur utama, yaitu

1. Sel jaringan ikat

Sel jaringan ikat dibagi dalam dua kategori yaitu sel yang tetap (fixed cells)

dan sel kelana (transien cells atau wandering cells). Yang termasuk ke dalam

sel tetap adalah : Fibroblas, Perisit, sel lemak, sel mast, dan makrofag

2. Substansi dasar

Substansi dasar ini membentuk matriks. Substansi intersel memberi kekuatan

dan penyokong bagi jaringan dan berfungsi sebagai medium untuk

perembesan cairan jaringan.

3. Serabut jaringan ikat

Dalam jaringan ikat terdapat 3 jenis serabut, yakni serabut kolagen, serabut

elastin, dan serabut retikuler

Serabut kolagen

Terdapat pada semua jenis jaringan ikat. Terdiri atas protein kolagen.

Pada keadaan segar berwarna putih. Diameternya berkisar antara 1-12

mikron. Beberapa serabut bergabung menjadi berkas serabut yang lebih

besar. Dalam keadaan segar bersifat lunak, dan sangat kuat. Susunan

serabut kolagen bergelombang, karenannya bersifat lentur.

Dari 20 jenis tersebut, ada 6 tipe kolagen yang yang paling utama dan

secara genetik berbeda. Keenam tipe kolagen tersebut adalah :

Tipe I : tipe kolegen yang paling banyak ditenukan. Terdapat pada

jaringan ikat dewasa, tulang, gigi dan sementum

49

Page 50: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Tipe II : kolagen tipe ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan

unsur utama penyusun matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan

pada kartilago hyalin dan elastik

Tipe III : Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa

jenis jaringan ikat. Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada

jaringan retikuler

Tipe IV : terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan

diperkirakan merupakan hasil sel-sel yang langsung berhubungan

engan lamina tersebut

Tipe V : terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen

tipe I

Tipe VI : terdapat pada basal lamina

Serabut Elastin

Serabut elastin terlihat sebagai pita pipih atau benang silindris panjang

dan sangat elastis. Terdapat pada organ yang memerlukan daya

elastisitas, yaitu daun telinga, pita suara, trakea, ligamentum nukhe, kulit

dan pembuluh arteri.

Serabut Retikuler

Serat retikuler adalah serat kolagen yang sangat halus tersusun

membentuk suatu kerangkan penyokong seperti jala atau retikulum.

50

Page 51: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Serabut retikuler terdiri atas fibril kolagen (kolagen tipe III) yang dibalut

oleh proteoglikan dan glikoprotein. Akan tampak bila dicat dengan

garam perak. Bentuknya lembut dan membentuk jalinan. Ditemukan

pada kapiler, serabut otot, serabut saraf, jaringan lemak dan hepatosit.

h. Pembentukan Tulang dan Densitas Tulang

Calcium,  Phosphor,  Vitamin D

Calcium memegang dua peranan fisiologik penting dalam tubuh. Di dalam tulang,

garam-garam calcium berperan menjaga integritas stuktur kerangka. Di dalam cairan

ekstraselular dan sitosol, ion calcium sangat berperan dalam berbagai proses

biokimia tubuh. Kedua kompartemen tersebut selalu berada dalam keadaan

seimbang, bila dalam keadaan tidak seimbang maka tubuh akan melakukan usaha

agar keadannya seimbang. Reabsorpsi calcium terutama di tubulus proksimal.

Pengaturan eksresi calcium urine, terutama terjadi di tubulus distal. Kadar calcium

dalam darah diatur oleh dua hormon penting, yaitu PTH dan 1,25 (OH)2 Vitamin D.

Tubuh orang dewasa mengandung sekitar 600mg fosfor. Sekitar 85% berada

dalam bentuk kristal di dalam tulang, dan 15% berada di dalam cairan ekstraselular.

Ginjal memegang peranan penting pada homeostasis fosfor dalam serum.

Secara biologik, hasil kali Ca x P selalu konstan. Sehingga peningkatan kadar

fosfat serum akan diikuti penurunan calcium serum, dan keadaan ini akan

merangsang peningkatan produksi PTH sehingga terjadi eksresi fosfat mealui urin

dan kadar fosfat serum kembali menjadi normal, demikian juga dengan kadar

calcium serum. Pada gagal ginjal kronik terjadi hipofosfatemia yang menahun,

sehingga timbul hipertiroidisme sekunder akibat kadar calcium serum yang rendah. 

Vitamin D diproduksi oleh kulit melalui paparan sinar matahari, kemudian

mengalami 2 kali hiroksilasi oleh hepar dan ginjal, menjadi vitamin D aktif, yaitu

1,25 (OH)2 Vitamin D. Pada orang kuilt berwarna dan orang tua, produksi vitamin D

oleh kulit berkurang karena melanin merupakan penekan sinar matahari yang sangat

baik, sehingga fotosintesis vitamin D berkurang.

51

Page 52: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Fungsi utama vitamin D adalah menjaga homeostasis kalsium dengan cara

meningkatkan absorpsi calcium di usus dan mobilisasi calcium dan tulang pada

keadaan asupan calcium yang inadekuat. Pada proses mineralisasi tulang, 1,25

(OH)2 Vitamin D berperan menjaga kosentrasi Ca dan P dalam cairan ekstraselular,

sehingga deposisi calcium hidoksiapetit pada matriks tulang akan berlangsung baik. 

Parathyroid Hormone (PTH)

Pada tulang PTH merangsang pelepasan calcium dan phosphat, sedangkan di

ginjal PTH merangsang reabsorpsi calcium dan menghambat reabsorpsi phosphat.

Sel utama kelejar PTH sangat sensitif terhadap keadaan kadar ion calcium dalam

serum. Peran PTH pada reabsorpsi calcium di tubulus distal, resorpsi tulang dan

peningkatan resorpsi calcium di usus melalui peningkatan kadar 1,25 (OH)2 Vitamin

D, sangat penting untuk menjaga stabilitas calcium serum. Selain itu peningkatan

PTH menyebabkan fosfat yang diserap dari usus dan dimobilisasi dari tulang akan

diekskresi oleh ginjal. Hasil akhir aksi PTH adalah peningkatan kadar calcium serum

dan penurunan fosfor serum. 

PTH merangsang resorpsi tulang secara tidak langsung. PTH memiliki efek yang

merasang dan menghambat terhadap formasi tulang. Regulator terpenting dari

sistesis dan sekresi PTH adalah kadar calcium plasma, bila calcium meningkat akan

meningkatkan produksi dan sekresi PTH dan sebaliknya. Selain itu, 1,25

(OH)2 Vitamin D juga menghambat sekresi PTH dan proliferasi sel PTH. Kadar

fosfat plasma akan merangsang sekresi PTH. Pada keadaan hypocalcemia akut, PTH

akan disekresikan dalam waktu beberapa detik sampai menit untuk mengatasi

keadaan. 

Calcitonin

Calcitonin (CT) adalah suatu peptida 32 asam amino yang dihasilkan oleh sel C

kelenjar Thyroid dan berfungsi menghambat resorpsi tulang oleh osteoclast dan

meningkatkan ekskresi calcium renal. Sekresinya secara akut diatur oleh kadar

calcium serum, dan secara kronik dipengaruhi umur dan jenis kelamin. Kadar CT

pada bayi tinggi, rendah pada orang tua. Pada wanita kadar CT lebih rendah

dibanding dengan laki-laki.

52

Page 53: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Efek biologik utama sebagai penghambat osteoclast. Kerja CT berlawanan dengan

PTH. Dalam beberapa menit setelah pemberian, efek tersebut sudah mulai bekerja

sehungga aktifitas resorpsi tulang berhenti. Selain itu calcitonin memiliki efek

menghambat osteosit dan merangsang osteoblast. Efek lainnya sebagai analgetik

kuat. 

Hormon Lain

Estrogen, bekerja menstimulasi absorpsi calcium dan memproteksi tulang dari

efek PTH. Adrenal corticosteroids menyebabkan osteoporois karena meningkatkan

resorpsi tulang, menghambat formasi tulang, mengurangi penyerapan calcium di usus

dan meningkatkan ekskresi calcium, juga mengurangi sintesis collagen. Thyroxine

meningkatkan formasi dan resorpsi tulang, tetapi pada keadaan lebih lanjut,

hyperthyroid berhubungan erat dengan tingginya bone turnover dan Osteoporosis. 

Hubungan Umur dengan Perubahan Pada Tulang

Bertambahnya usia, remodeling endikortikal dan intrakortikal akan meningkat,

sehingga kehilangan tulang terutama pada tulang kortikal dan meningkatkan risiko

fraktur tulang kortikal,misalnya pada fraktur femur proksimal. 

Fase-fase perubahan tulang dipengaruhi oleh proses hormonal dan proses-proses

lokal yang terjadi dalam tulang sendiri. Tulang mengalami “remodeling” terus

menerus dalam pertumbuhannya.  Proses ini terjadi di dalam massa tulang yang

dikenal sebagai “bone remodelling units”.  Tulang secara umum terdiri dari zat

organik dan anorganik.  Zat organik sebanyak 30 % terdiri dari matriks kolagen dan

kolagen nonglikoprotein, fosfoprotein, fosfolipid dan mukopolisakarida yang

bersama-sama membentuk osteoid yang terdiri dari kurang lebih 95 % dari total

volume, sedangkan 5 % dari organik terdiri dari sel-sel osteoblas.

Siklus “remodeling” dimulai oleh osteoklas, timbul pada permukaan tulang yang

sebelumnya inaktif dan mengabsorpsi jaringan tulang dengan melepaskan asam dan

enzim-enzim proteolitik, mengakibatkan terbentuknya rongga mikroskopik (lakuna

howship). Osteoklas menghilang dan sel-sel pembentuk tulang (osteoblas),

mengadakan migrasi ke daerah ini dan mengganti kekurangan dengan matriks

53

Page 54: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

organik yang telah mengalami mineralisasi.  Sebagian osteoblas menjadi bagian dari

matriks dan dikenal sebagai osteosit, sedangkan sisa-sisanya berangsur-angsur

berubah bentuk, menjadi sel pembatas.  Tulang yang baru terbentuk masih terus

mengalami mineralisasi.  Untuk satu proses “remodeling” sempurna melalui waktu 4

– 6 bulan.

Pada masa pertumbuhan proses “remodeling” berlangsung cepat dan tulang yang

terbentuk lebih besar dari tulang yang hilang.  Proses “remodeling” berlangsung

lebih cepat pada tulang trabekular bila dibandingkan dengan tulang kortikal.  Pada

seorang dewasa muda yang tidak tumbuh lagi jumlah matriks yang hilang seimbang

dengan jumlah matriks yang terbentuk.  Walaupun mekanisme hilangnya tulang yang

tepat belum diketahui, osteoporosis terjadi karena terdapat gangguan proses

“remodeling” sehingga resorpsi jaringan tulang melebihi pembentukannya, sehingga

secara keseluruhan terjadi kehilangan tulang.

i. Hubungan menopause dengan osteoporosis

Pada usia 40 sampai 50 tahun, siklus seksual wanita biasanya menjadi tidak

teratur, dan ovulasi sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa

tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon

kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai

menopause.

Penyebab menopause adalah matinya (burning out) ovarium. Sepanjang

kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi

folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi.

Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primordial yang akan

dirangsang oleh FSH dan LH, produksi esterogen dari ovarium berkurang sewaktu

jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun di bawah

nilai kritis, estrogen tidak lagi dapat menghambat produksi gonadotropin FSH dan

LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah

menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang

tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi

nol.

54

Page 55: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Pada saat menopause, seorang wanita harus menyesuaikan kembali kehidupannya

dari kehidupan yang secara fisiologis dirangsang oleh produksi estrogen dan

progesteron menjadi kehidupan yang kosong tanpa hormon-hormon tersebut.

Hilangnya estrogen seringkali menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis yang

bermakna pada fungsi tubuh, termasuk penurunan kekuatan dan kalsifikasi tulang di

seluruh tubuh.

Faktor hormon berperan penting dalam timbulnya osteoporosis, terutama pada

perempuan pascamenopause. Munculnya menopause diikuti oleh penurunan pesat

massa tulang. Penelitian awal mengenai estrogen pada tulang berfokus pada

pengendalian sitokin yang mempengaruhi resorpsi tulang dan pembentukan tulang

baru. Penurunan kadar estrogen menyebabkan peningkatan produksi interleukin 1

(IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan faktor nekrosis tumor (TNF) oleh monosit dan

elemen sumsum tulang lainnya. Sitokinin ini meningkatkan penyerapan tulang

terutama dengan meningkatnya jumlah prekursor osteoklas di sumsum tulang.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa estrogen memengaruhi diferensiasi osteoklas

melalui jalur reseptor RANK. Estrogen merangsang pembentukan OPG sehingga

menghambat pembentukan osteoklas, estrogen juga menumpulkan responsivitas

prekursor osteoklas terhadap ligan RANK, peningkatan kadar IL-1 dan TNF

(ditemukan pada defisiensi estrogen) meranngsang pembentukan osteoklas. Bukti

mengisyaratkan bahwa defisiensi estrogen, serta proses penuaan normal, juga dapat

menyebabkan penurunan aktivitas osteoblastik sehingga pembentukan tulang baru

juga menurun. Oleh karena itu, berkurangnya tulang pada defisiensi estrogen dapat

disebabkan oleh kombinasi peningkatan resorpsi tulang dan penurunan pembentukan

tulang.

j. Pengaruh hormon terhadap absorbsi dan reabsorbsi kalsium

Tulang adalah struktur dinamis yang sacara terus-menerus diperbarui atau

mengalami remodeling sebagai respons atas kebutuhan mineral tubuh, stres mekanik,

penipisan tulang akibat penuaan atau penyakit, atau penyembuhan fraktur. Kalsium

dan fosfat disimpan di dalam matriks tulang atau dibebaskan ke dalam darah untuk

mempertahankan kadar yang sesuai. Pemeliharaan kadar normal kalsium darah

penting bagi kehidupan karena kalsium berguna untuk kontraksi otot, pembekuan

darah, permeabilitas membran sel, transmisi impuls saraf, dan fungsi lain.

55

Page 56: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Berbagai hormon mengatur pelepasan kalsium ke dalam darah dan

pengendapannya di tulang. Jika kadar kalsium turun di bawah normal, hormon

paratiroid, dilepaskan oleh kelenjar paratiroid, merangsang osteoklas untuk

meresorpsi matriks tulang. Efek ini menyebabkan pembebasan lebih banyak kalsium

ke dalam darah. Jika kadar kalsium di atas normal, suatu hormon yang disebut

kalsitonin, dikeluarkan olah sel parafolikel di kelenjar tiroid, menghambat aktivitas

osteoklas dan menurunkan resorpsi tulang.

56

Page 57: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ny. OSTE, 48 tahun, seorang pegawai administratif mengalami osteoporosis yang

menimbulkan nyeri pinggang sejak 3 tahun lalu karena kurangnya aktivitas, paparan

sinar matahari dan semakin parah sejak 1 tahun terakhir dikarena ia memasuki masa

menopause.

57

Page 58: Laporan Tutorial Skenario B Blok 5

Daftar Pustaka

Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta : EGC

Guyton, C dan Jhon E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC

Prince, A Sylvia dan Lorraine M Willson. 2005. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC

58