Upload
vohuong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK INDONESIA (PMRI)
NAMA : BAMBANG RIYANTO
N I M : 20082012001MATA KULIAH : PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
INDONESIA ( PMRI )
DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Zulkardi, M.I.Kom, M.Sc.
Prof. Dr. Marteen Dolk
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2008 / 2009
1
I. PENDAHULUAN
Mata pelajaran matematika masih dirasakan sulit oleh murid karena kebanyakan
matematika diajarkan dengan materi dan metode yang tidak menarik bagi murid dimana
guru menerangkan dan murid mencatat atau murid tidak dilibatkan dalam proses
pembelajaran, hal ini akan berimplikasi terhadap rendahnya prestasi murid dalam mata
pelajaran matematika (Zulkardi, 2003)
Salah satu inovasi terbaru dalam pembelajaran matematika adalah RME (Realistic
Mathematics Education) atau PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia).
Seperti yang dikemukakan oleh Hadi (2003) bahwa Pendidikan matematika di tanah air
saat ini sedang mengalami perubahan paradigma. Terdapat kesadaran yang kuat, terutama
di kalangan pengambil kebijakan, untuk memperbaharui pendidikan matematika.
Tujuannya adalah agar pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa dan dapat
memberikan bekal kompetensi yang memadai baik untuk studi lanjut maupun untuk
memasuki dunia kerja
RME adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ atau
pernah dialami murid, menekankan keterampilan proses ‘doing mathematics’ berdiskusi
dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat
menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’ ) dan
pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara
individu maupun kelompok (Zulkardi, 2003)
Tiga Prinsip RME
RME dikembangkan oleh peneliti di Belanda menggunakan tiga prinsip RME
yaitu (de Lange, 1987; Gravimeijer, 1994; Freudenthal, 1991 dalam Zulkardi, 2003):
1. Guided reinvention and didactical phenomenology
Karena matematika dalam belajar RME adalah sebagai aktivitas manusia maka
guided reinvention dapat diartikan bahwa murid hendaknya dalam belajar
matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama
saat matematika ditemukan. Pronsip ini dapat diinspirasikan dengan menggunakan
prosedur secara informal. Upaya ini akan tercapai jika pengajaran dilakukan
2
menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep
matematika dan nyata terhadap murid.
2. Progressive mathematization
Situasi yang berisikan fenomena yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam
pengajaran matematikaharuslah berangkat dari keadaan nyata terhadap m urid
sebelum mencapai tingkatan matematika secara formal. Dalam hal ini dua macam
matematisasi haruslah dijadikan dasar untuk berangkat dari tingkat belajar
matematika secara real ke tingkat belajar matematika secara formal.
3. Self-developed models
Peran Self-developed models merupakan jembatan bagi murid dari situasi real ke
situasi konkret atau dari informal matematika ke formal matematika. Artinya murid
membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model suatu
situasi yang dekat dengan alam murid. Dengan generalisasi dan formalisasi model
tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of akan bergeser
menjadi model-for masalah sejenis. Sehingga pada akhirnya akan menjadi model
dalam formal matematika.
Karakteristik RME
RME mempunyai lima karakteristik (de Lange, 1987, 1996; Traffers, 1991; Gravimeijer,
1994 dalam Zulkardi, 2003) :
1. Menggunakan masalah kontekstual (masalah kontekstual sebagai aplikasi dan
sebagai titik tolak darimana matematika yang diinginkan dapat muncul)
2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal ( perhatian diarahkan
pada pengembangan model, skema dan simbolisasi dari pada hanya mentransfer
rumus atau matematika formal secara langsung)
3. Menggunakan Kontrubusi Murid ( kontribusi yang besar pada proses belajar
mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari
metode informal mereka kearah yang lebih formal atau standar)
4. Intraktivitas (negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi sesama
murid dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana
strategi informal murid digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal)
3
5. terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya ( pendekatan holistik, menunjukkan
bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan
keterintegrasian harus dieksploitasi dalam pemecahan masalah).
Dalam proses pembelajaran dengan RME, guru harus memperhatikan tiga prinsip
dan lima karakteristik RME di atas.
Pada implementasi pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (RME)
penulis beracuan pada tiga prinsip dan lima karakteristik RME. Pada implementasi ini
penulis mengambil pokok bahasan bangun datar, yaitu luas belah ketupat dan layang-
layang. Dalam proses pembelajaran ini juga penulis mengambil konteks luas
persegipanjang, karena konteks ini relevan dengan konsep luas belah ketupat dan luas
layang-layang, seperti yang dikemukakan oleh Zulkardi (2003) bahwa bahwa konteks
yang relevan dengan konsep berarti soal betul-betul memiliki konteks yang relevan
dengan konsep matematika yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran ini
konteks luas persegipanjang sangat relevan dengan konsep luas belah ketupat dan layang-
layang.
Pada proses pembelajaran ini siswa akan menemukan sendiri rumus untuk
menentukan luas bangun datar belah ketupat dan layang-layang, seperti yang
dikemukakan oleh Gravemeijer (1997 dalam Hadi, 2003) bahwa Dalam PMR, proses
belajar mempunyai peranan penting. Rute belajar (learning route) dimana siswa mampu
menemukan sendiri konsep dan ide matematika, harus dipetakan. Sebagai
konsekuensinya, guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses
belajar mereka. Pada pembelajaran ini penulis memilih materi luas layang-layang dan
belah ketupat. Menurut Turmudi (2009) bahwa tujuan pembelajaran pada materi luas
belah ketupat adalah siswa dapat menemukan rumus luas belah ketupat jika diketahui
panjang diagonal-diagonalnya menggunakan pendekatan persegipanjang, sedangkan
tujuan pembelajaran pada materi luas layang-layang adalah siswa mengenal layang-
layang dan dapat menentukan luas layang-layang dengan pendekatan persegipanjang.
Sehingga penulis tertarik untuk menerapkan materi ini.
4
II. PEMBAHASAN
Implementasi pembelajaran RME ini, dilakukan :
Tempat : SD Negeri 14 Kayuagung
Hari / Tanggal : Sabtu, 18 April 2009
Kelas : V (lima)
Pokok Bahasan : Bangun Datar
Subpokok Bahasan : luas belah ketupat dan layang-layang
Pada proses pembelajaran ini, siswa dibagi dalam kelompok, yaitu terdiri dari 5
kelompok, yang masing-masing terdiri dari 6 anggota, yang anggotanya terdiri dari siswa
yang memiliki kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah (heterogen), hal ini
dimaksudkan agar siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi dapat menularkan
kepada siswa yang kemampuan matematikanya rendah.
Perangkat Pembelajaran yang digunakan pada proses pembelajaran ini adalah :
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( R P P )
3. Lembar Aktivitas Siswa ( L A S)
4. Kertas Karton dan Millimeter Block (kertas millimeter block tersebut ditempel
dengan kertas karton), sebagai alat bantu siswa untuk menemukan luas sebuah
belah ketupat dan layang-layang dengan menggunakan pendekatan
persegipanjang.
5. Gunting, sebagai alat untuk memotong kertas karton atau millimeter block,
sehingga siswa dapat menemukan sendiri luas belah ketupat dan layang-layang
dengan alat bantu.
Proses Pembelajaran
Pendahuluan
Pada proses pembelajaran ini, pertama penulis mempersilahkan siswa untuk
duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian penulis membagikan LAS
dan kertas millimeter block serta gunting. Guru memberikan pengarahan tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada proses pembelajaran ini.
5
Kegiatan inti :
Siswa berdiskusi, berkolaborasi dan berargumentasi dalam kelompok masing-masing,
sementara guru memperhatikan, mengamati dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan untuk melakukankegiatan yang diminta, pada proses pembelajaran ini ada dua
kegiatan siswa, yaitu :
1. Menentukan luas belah ketupat dengan alat bantu kertas millimeter block, dimana
konteks yang dipakai adalah luas persegipanjang (siswa sudah mempelajari luas
persegipangang).
2. Menentukan luas layang-layang dengan alat bantu kertas mllimeter block, dengan
kontekstual yang dipakai adalah luas persegipanjang.
Dalam proses pembelajaran ini, terlihat siswa sangat antusias berdiskusi dalam
kelompoknya masing-masing.
Setelah berdiskusi dalam kelompoknya, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya dan yang lainnya menanggapinya. Dari diskusi ini terlihat bahwa adanya
perbedaan jawaban siswa, sehingga sesuai dengan karakteristik RME bahwa
pembelajaran harus menggunakan kontribusi siswa.
Kegiatan I :
Tujuan Pembelajaran Kegiatan I : Siswa dapat menemukan rumus luas belah ketupat, jika
dikatahui panjang diagonal-diagonalnya menggunakan pendekatan persegipanjang.
6
Siswa diminta untuk menggambarkan belah ketupat pada
kertas millimeter block yang telah tersedia dengan
panjang diagonal sesuai dengan kelompok masing-masing.
(Kelompok I : mengambil d1 = 8cm dan d2 =4 cm
kelompok II : mengambil d1= 6cm dan d2 = 6 cm,
kelompok III : mengambil d1 = 8 cm dan d2 = 4 cm,
kelompok IV : mengambil d1 = 8 cm dan d2 = 6 cm,
kelompok V : mengambil d1 = 8 cm dan d2 = 4 cm)
Kemudian siswa diminta menggunting belah ketupat
tersebut, kemudian setelah digunting, siswa
mengkonstruksnya sehingga membentuk persegipanjang,
dengan demikian siswa dapat menentukan luasnya.
Kelompok I, menggunting diagonal-diagonalnya sehingga didapat empat buah segitiga
siku-siku yang kongruen, kemudian dikonstruksi oleh mereka sehingga membentuk
persegipanjang dengan panjang 4cm dan lebar 4 cm sehingga mereka mendapatkan luas
persegipanjang adalah p x l, dengan demikian didapatnya bahwa luas belah ketupat
adalah 4 x 4 = 16 cm2, seperti pada gambar berikut ini
Kelompok II, menggunting diagonal-diagonal, sehingga didapat empat buah segitiga
siku-siku yang kongruen, kemudian dikonstruksi oleh mereka sehingga didapat persegi
panjang dengan panjang 6cm dan lebar 3cm. Sehingga mereka mendapatkan luas belah
7
d1
d2
A
B
C
D
4cm
4cm
ketupat adalah 6 x 3 cm2 =18 cm2, hal ini mereka dapatkan melalui konstruksi mereka
seperti pada gambar berikut ini :
Kelompok III, menggunting diagonal-diagonalnya sehingga didapat empat buah segitiga
siku-siku yang kongruen. Kemudian siswa mengkonstruksinya sehingga terbentuk
persegipanjang yang memiliki panjang 4 cm dan lebar 4 cm (hampir sama dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok I) sehingga mereka mendapatkan luas belah
ketupat tersebut adalah 4 x 4 cm2 = 16 cm2. seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Kelompok IV, menggunting diagonal-diagonalnya sehingga didapat empat buah segitiga
siku-siku yang kongruen, kemudian siswa mengkonstruksinya sehingga membentuk
persegipanjang dengan ukuran panjang 8cm dan lebar 3 cm, dengan demikian mereka
mendapatkan luas belah ketupat tersebut adalah sama dengan luas persegipanjang
tersebut yaitu 3 x 8 cm2 = 24 cm2. seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini :
8
6cm
6cm
3cm
3cm
4cm
4cm
Kelompok V, dengan menggunting diagonal-diagonalnya, sehingga didapat empat buah
segitiga siku-siku yang kongruen, kemudian mereka mengkonstruksinya sehingga
mendapatkan persegipanjang dengan ukuran panjang 8 cm dan lebar 2 cm, dengan
demikian mereka mendapatkan luas belah ketupat tersebut adalah 8 x 2 cm2 = 16 cm2.
seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Dari hasil diskusi kelompok siswa tersebut, terlihat bahwa siswa memiliki jawaban yang
berbeda, hal ini sesuai dengan karakteristik RME bahwa menggunakan konstribusi murid.
Dengan demikian dalam proses pembelajaran ini, siswa benar-benar aktif, tidak diberikan
rumus secara langsung untuk menghitung luas belah ketupat.
Kegiatan II
Tujuan Pembelajaran Kegiatan II : Siswa dapat mengenal layang-layang dan dapat
menentukan luas layang-layang dengan pendekatan persegipanjang.
9
8 cm
3 cm
8 cm
2 cm
Siswa diminta untuk menggambarkan layang-layang
pada kertas millimeter block yang tersedia, dengan
ukuran sesuai dengan kelompok masing-masing.
(Kelompok I, megambil d1 = 2 cm, d2 = 8 cm,
kelompok II, mengambil d1 = 6 cm dan d2 = 6 cm
kelompok III, mengambil, d1= 4 cm dan d2 = 6 cm
kelompok IV, mengambil d1 = 6 cm dan d2 = 7 cm
kelompok V, mengambil d1 = 6 cm dan d2 = 7cm
Kelompok I, dengan menggunting diagonal-diagonalnya sehingga didapat dua pasang
segitiga siku-siku yang kongruen, kemudian siswa mengkonstruksinya dengan
membentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 8cm dan lebar 1 cm sehingga mereka
menyimpulkan luas layang tersebut adalah 8 cm2. serpti terlihat pada gambar berikut ini :
Kelompok II, dengan menggunting diagonal-diagonal layang-layang sehingga didapat
dua pasang segitiga siku-siku yang kongruen, kemudian siswa mengkonstruksinya
sehingga terbentuk persegipanjang dengan panjang 6 cm dan lebar 3 cm, dengan
demikian siswa dalam kelompok tersebut menyimpulkan bahwa luas layang-layang
tersebut adalah 6 x 3 cm2 = 18 cm2. Seperti terlihat pada gambar berkut ini :
10
d2
d1
8 cm
1 cm
Kelompok III, dengan menggunting diagonal-diagonal layang-layang didapat dua
pasang segitiga siku-siku yang kongruen, kemudian siswa mengkonstruksinya sehingga
terbentuk persegipanjang dengan panjang 6 cm dan lebar 2 cm, dengan demikian siswa
dalam kelompok tersebut menyimpulkan luas layang-layang tersebut adalah 6 x 2 cm2 =
12 cm2. seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Kelompok IV, dengan menggunting diagonal-diagonal layang-layang sehingga didapat
dua pasang segitiga siku-siku yang kongruen, kemudian siswa mengkonstruksinya
sampai terbentuk persegipanjang, dan pada kelompok IV ini, siswa dalam kelompok ini
mendapatkan persegipanjang dengan panjang 7 cm dan lebar 3 cm, sehingga mereka
menyimpulkan bahwa luas layang-layang tersebut adalah 7 x 3 cm2 = 21 cm2. seperti
terlihat pada gambar berikut ini :
11
6 cm
3 cm
6 cm
2 cm
Kelompok V, dengan menggunting diagonal-diagonal layang-layang sehingga didapat
dua pasang segitiga siku-siku yang kongruen, kemudian siswa mengkonstruksinya
sampai terbentuk persegipanjang, dan pada kelompok V ini, siswa dalam kelompok ini
mendapatkan persegipanjang dengan panjang 7 cm dan lebar 3 cm, sehingga mereka
menyimpulkan bahwa luas layang-layang tersebut adalah 7 x 3 cm2 = 21 cm2. seperti
terlihat pada gambar berikut ini :
Setelah proses diskusi, kolaborasi dalam kelompoknya, kemudian perwakilan dari
kelompok (dalam hal ini kelompok I) mempresentasikan hasil diskusi dalam
kelompoknya, kemudian siswa kelompok lain menanggapi dari presentasi kelompok I.
12
7 cm
3 cm
Kegiatan Penutup
Siswa menarik kesimpulan dengan dibimbing oleh guru, kemudian guru meminta siswa
untuk membuat tanggapan / respons siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Analisis Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan lima karakteristik
RME, yaitu :
1. Pada proses pembelajaran menggunakan masalah kontekstual, dalam hal ini
konteks yang dipakai yaitu persegipanjang dan alat bantu kertas millimeter block,
yang sudah dikenal oleh siswa. Sehingga siswa lebih mudah memahami, dan
terjangkau oleh siswa karena siswa sudah mengenal luas persegipanjang serta
siswa juga dapat mengkontruksi layang-layang dan belah ketupat menjadi persegi
panjang dengan cara ia sendiri, dengan demikian siswa tidak langsung diberikan
rumus untuk menentukan luas belah ketupat dan laying-layang.
2. Menggunakan model atau jembatan sebagai dengan instrumen vertikal, dalam
proses pembelajaran ini siswa diarahkan mengembangkan model layang-layang
dan belah ketupat dengan cara menggunting layang-layang dan belah ketupat
tersebut dan kemudian mengkonstruksinya sehingga menjadi persegi panjang
dengan cara siswa sendiri, dengan demikian siswa dapat menemukan sendiri luas
layang-layang dan belah ketupat tersebut.
3. Menggunakan kontribusi siswa, dalam hal ini siswa berkontribusi terhadap
temannya dalam kelompok, yaitu mereka mengemukakan pendapatnya, siswa
13
mengkonstruksi layang-layang dan belah ketupat sehingga menjadi
persegipanjang dengan cara mereka sendiri, yaitu setiap kelompok
mengkonstruksinya dengan cara yang berbeda, serta adanya diskusi kelas, yaitu
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Interaktivitas, dalam hal ini siswa aktif dalam proses pembelajaran dan terjadi
interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, selain itu ada diskusi dalam
kelompok, dalam hal ini siswa aktif dalam proses pembelajaran dan terjadi
interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, selain itu ada diskusi dalam
kelompok.
14
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lain, dalam hal ini pembelajaran
berhubungan dengan luas persegipanjang, berhubungan juga dengan bangun-
bangun datar lainnya seperti segitiga.
Selain itu juga, proses pembelajaran ini juga memenuhi tiga prinsip RME, yaitu:
1. Guided reinvention and didactical phenomenology
Dalam proses pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan untuk mengalami
sendiri proses menentukan luas laying-layang dan belah ketupat, dan proses
pembelajaran ini juga menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena dan
nyata bagi siswa, dalam hal ini siswa mengkonstruksi hasil guntingan layang-
layang dan belah ketupat sehingga menjadi persegipanjang dengan cara siswa
sendiri.
2. Progressive mathematization
Dalam proses pembelajaran ini berangkat dari keadaan nyata, yaitu disediakan
kertas millimeter block, kemudian siswa membuat laying-layang dan belah
ketupat, kemudian mengguntingnya dan mengkonstruksinya menjadi
persegipanjang yang dekat dengan kehidupan anak.
3. Self-developed model
Dalam hal ini siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah, yaitu
bagaimana mengkonstruksi layang-layang dan belah ketupat menjadi
persegipanjang kemudian menentukan luasnya.
Respons siswa setelah proses pembelajaran :
Siswa senang belajar matematika karena belajar matematikanya bagus dan belajar
seperti ini siswa lebih mudah memahami matematika.
15
III. PENUTUP
III. 1 SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulakan :
1. Proses pembelajaran menentukan luas layang-layang dan belah ketupat sudah
sesuai dengan lima karakteristik dan tiga prinsip RME
2. Respons siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan adalah siswa sangat
senang terhadap proses pembelajaran yang dilakukan
III. 2 SARAN
Dari pembahasan di atas, disarankan:
Agar guru matematika pada umumnya dan guru matematika kelas 5 SD khususnya untuk
menerapkan pembelajaran RME untuk pokok bahasan Luas Belah Ketupat dan layang-
layang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Sutarto. 2003. PMR : Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih Bermakna Bagi Siswa. (makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika : ‘Perubahan Paradigma dari Paradigma Mengajar menjadi Paradigma Belajar,’ di Universitas Sanata Darma, Yogyakarta : 27-28 Maret 2003). (online) http://www.pmri.or.id/paper/index.php?main=1 (diakses 28 April 2009)
Hadi, Sutarto. 2003. Paradigma Baru Pendidikan Matematika. ( makalah disajikan pada pertemuan Forum Komunikasi Sekolah Inovasi Kalimantan Selatan, di Rantau kabupaten Tapin, 30 April 2003). (online) http://www.pmri.or.id/paper/index.php?main=3 (diakses 28 April 2003)
Turmudi. 2009. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Leuser Cita Pustaka
Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). (makalah : paper disampaikan pada Semiloka Nasional 20-21 Agustus 2003 di Palembang.
Zulkardi ; Ilma, Ratu. 2003. Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika. (online) http://www.pmri.or.id/paper/i dalam hal ini siswa aktif dalam proses pembelajaran dan terjadi interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, selain itu ada diskusi dalam kelompok, ndex.php?main=2 (diakses 28 April 2009)
17