Upload
yunitaparer
View
41
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Aluminium merupakan logam yang cukup ringan, mengkilap, keras tetapi mudah ditempa dan direnggangkan, sehingga dapat diubah sesuai dengan rancangan.Tidak mengherankan jika logam ini dipakai secara luas dalam masyarakat modern sebagai konstruksi bangunan dan kendaraan.Dan yang paling penting adalah bahwa aluminium tidak beracun, sehingga banyak dipakai sebagai perabot dapur dan kemasan makanan.Logam aluminiumyang paling banyak terkandung dalam kulit bumi. Aluminium menempati urutan ketiga sebagai unsur penyusun kulit bumi terbanyak sesudah oksigen dan silikon.Aluminium sangat reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam berupa unsur bebas, melainkan dalam wujud senyawaan.Logam aluminium bersifat lebih reaktif jika dibandingkan dengan seng.Logam aluminium mudah bereaksi dengan oksigen, larut dalam asam encer dan melepaskan hidrogen. Reaksi logam aluminium dengan oksigen akan menghasilkan oksida dan setiap permukaan logam aluminium akan dilapisi oleh Al2O3 yang sangat tipis, namun bersifat stabil, sangat keras, dan tidak berpori. Akibatnya logam ini akan tertutup rapat, sehingga reaksi oksida selanjutnya tidak akan terjadi.
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN 1ANODASI ALUMINIUM
NAMA : YUNITA PARE ROMBENIM : H311 12 012KELOMPOK/ REGU : III ( TIGA)/ III (TIGA)HARI / TANGGAL PERC. : SELASA / 4 MARET 2014ASISTEN : RISKAL HERMAWAN
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aluminium merupakan logam yang cukup ringan, mengkilap, keras tetapi
mudah ditempa dan direnggangkan, sehingga dapat diubah sesuai dengan rancangan.
Tidak mengherankan jika logam ini dipakai secara luas dalam masyarakat modern
sebagai konstruksi bangunan dan kendaraan. Dan yang paling penting adalah bahwa
aluminium tidak beracun, sehingga banyak dipakai sebagai perabot dapur dan
kemasan makanan. Logam aluminium yang paling banyak terkandung dalam kulit
bumi. Aluminium menempati urutan ketiga sebagai unsur penyusun kulit bumi
terbanyak sesudah oksigen dan silikon. Aluminium sangat reaktif, sehingga tidak
ditemukan di alam berupa unsur bebas, melainkan dalam wujud senyawaan.
Logam aluminium bersifat lebih reaktif jika dibandingkan dengan seng.
Logam aluminium mudah bereaksi dengan oksigen, larut dalam asam encer dan
melepaskan hidrogen. Reaksi logam aluminium dengan oksigen akan menghasilkan
oksida dan setiap permukaan logam aluminium akan dilapisi oleh Al2O3 yang sangat
tipis, namun bersifat stabil, sangat keras, dan tidak berpori. Akibatnya logam ini akan
tertutup rapat, sehingga reaksi oksida selanjutnya tidak akan terjadi.
Ketebalan lapisan oksida dari aluminium dapat dibuat menjadi tebal melalui
proses anodasi, sehingga dapat diperoleh logam aluminium yang tahan terhadap
proses disebut oksidasi sehingga tahan dalam melindungi suatu lapisan dibawahnya
terhadap proses oksidasi yang berlangsung selanjutnya. Untuk mengetahui cara
mempertebal lapisan oksidasi dari aluminium yaitu dengan cara pengecatan,
melumuri dengan oli, pelapisan dengan zink.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kemungkinan
peningkatan tebal lapisan oksida logam aluminium melalui proses anodasi dan
pewarnaan.
1.2.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Menghitung berat logam aluminium sebelum dan sesudah proses anodasi.
2. Menghitung rendamen logam aluminium hasil anodasi.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan penebalah logam aluminium
dianodasi melalui proses elektrokimia dengan cairan elektrolit asam sulfat.
Pewarnaan logam hasil anodasi melalui pencelupan logam ke dalam campuran FeCl3
dan amonium oksalat, kemudian dicelupkan ke dalam air mendidih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nama aluminium diturunkan dari kata alum yang menunjuk pada senyawa
garam rangkap KAl(SO4)2.12H2O. Kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang
artinya garam pahit. Oleh Humprey Davy, logam dari garam rangkap ini diusulkan
dengan nama alumium dan kemudian berubah menjadi aluminum dengan konfigurasi
elektron (10Ne) 3s23p1 (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
Aluminium adalah salah satu unsur golongan IIIA yang merupakan unsur
logam yang berwarna putih perak mengkilat (Sunardi, 2006). Aluminium logam
yang dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-abu, dan melebur pada 659 oC. Bila
terkena udara objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaanya. Aluminium
adalah trivalen dalam senyawa-senyawanya (Svehla, 1985). Logam Aluminium
merupakan logam yang sangat elektropositif dan di udara aluminium akan
terlindungi oleh lapisan transparan dari aluminium oksida yang menghambat
perkaratan, sehingga aluminium merupakan logam yang tahan karat (Sunardi, 2006).
Salah satu langkah anodasi aluminium pada suhu kamar adalah Penelitian ini
bertujuan untuk membuat nano pori-pori pada aluminium pada suhu kamar; teknik
anodization satu langkah yang digunakan dalam pekerjaan ini pada dasarnya adalah
teknik yang normal yang tidak memerlukan etsa off oksida penghalang awal
terbentuk selama proses anodization. Suhu (yaitu 0 0C, 2 0C, 7 0C, 10 0C dan 200C).
Pembentukan aluminium dilakukan dengan bantuan suhu yang dikendalikan telah
dilaporkan untuk membentuk nano pori-pori (Araoyinbo dkk, 2009).
Pembentukan nano pada aluminium pada suhu 300 0C-380 0C dilakukan
dengan menggunakan penganodasi, di mana lapisan oksida yang terbentuk tidak
diperlu dilaporkan, 20% elektrolit asid fosforik yang digunakan, mempunyai
kepekatan tinggi daripada kepekatan penganodasi lazim sebanyak 5% hingga 10%
pada sel 60 volt. Elektroda platinum digunakan sebagai elektroda katoda dimana
substrat aluminium sebagai elekroda anoda dan yang paling utama adalah
menyesuaikan dengan arus sel elektrokimia untuk jumlah yang diperlukan, suhu
awal sesuai dengan pembentukan nano pada suhu kamar. Hasil yang diperoleh
menunjukkan pembentukan nano pada suhu kamar mencapai diameter antara
80-120 nm (Araoyinbo dkk, 2009).
Salah satu proses pencetakan logam dengan menggunakan aluminium adalah
Die soldering merupakan salah satu cacat proses pengecoran logam dimana cairan
logam melekat pada permukaan baja cetakan. Proses ini merupakan hasil reaksi antar
muka antara aluminium cair dengan permukaan cetakan. Aluminium dengan
kandungan silikon 7% dan 11% serta baja cetakan SDK 61 merupakan hal yang
umum digunakan sebagai cairan logam dan material cetakan pada proses pengecoran
tekan (die casting) paduan aluminium ( Suharno dkk, 2007).
Logam aluminium tahan terhadap korosi udara karena reaksi antara logam
aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya, Al2O3, yang merupakan
lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam tersebut hingga tidak terjadi
reaksi lanjut. Lapisan dengan ketebalan 10-410-6 mm sudah cukup mencegah
terjadinya kontak lanjut permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi
karena ion oksigen mempunyai jari-jari ionik ~ 124 pm, tidak jauh berbeda dari jari-
jari metalik atom aluminium (143 pm). Akibatnya kemasan permukaan hampir tidak
berubah, karena jari-jari ion aluminium (~68 m) tepat menempati rongga-rongga
struktur permukaan oksida sebagaimana dilukiskan gambar di bawah ini
(Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron
atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,
keadaan oksidanya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi
adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Definisi
oksidasi ini juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat,
lelehan maupun gas. Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya
suatu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Suatu zat
pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.
Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat
padat, lelehan maupun gas (Svehla, 1985).
Menaikkan daya tahan terhadap korosi logam aluminium dapat dianodasi
artinya permukaan logam aluminium sengaja dilapisi dengan aluminium oksida
secara elektrolisis. Aluminium yang dianodasi ini mempunyai ketebalan lapisan
~0,01 mm dan lapisan oksida setebal ini mampu menyerap zat warna sehingga
permukaan logam dapat diwarnai. Pada proses anodasi ini, logam aluminium
dipasang sebagai elektrolit anoda, rafit sebagai katoda dalam larutan asam sulfat
sebagai elektrolit. Logam aluminium berwarna putih, mengkilat dan mempunyai
titik leleh lebih tinggi yaitu sekitar 660 0C. Penghantar konduktor panas dan
konduktor listrik yang baik (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
Manfaat yang istimewa bagi logam aluminium adalah afinitasnya
(daya gabung) yang sangat kuat dengan oksigen. Logam aluminium bersifat
amfoterik, yang dapat bereaksi dengan asam kuat membebaskan gas hidrogen,
(Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
Endapan basa Al(OH)3 yang telah dipisahkan, selanjutnyta dikeringkan dan
dipanaskan pada temperatur tinggi, kira-kira 1200 0C, untuk melepaskan molekul air
dari basanya hingga diperoleh oksidanya. Oksida ini kemudian di proses dalam tahap
kedua yaitu elektrolisis. Aluminium oksida dengan muatan ion yang tinggi
mempunyai energi kisi yang tinggi pula, sehingga mengakibatkan titik lelehnya juga
sangat tinggi. Untuk keperluan elektrolisis diperlukan titik leleh yang lebih rendah,
dan ini dapat dilakukan dengan melarutkan Al2O3 ke dalam elektrolit ke dalam
kriolit. Titik leleh campuran ini jauh lebih rendah, sehingga proses ini dapat
dioperasikan pada temperatur 950 0C. Dalam proses ini dicapai rangkaian anode
karbon yang dipasang secara pararel dan katoda karbon yang dipasang sebagai
pelapis bak sel (Sugiarto dan Suyanti, 2010).
Oksigen yang dihasilkan pada proses dengan temperatur tinggi ini dapat
bereaksi dengan anoda dan karbon, menghasilakn gas CO2 dan CO, sehingga lama
kelamaan anoda karbon semakin berkurang dan harus diganti yang baru secara
periodik. Lelehan logam aluminium hasil-hasil elektrolisis ini mengumpul pada
bagian dasar bak sel, sehingga mudah dikeluarkan dan yang baru dapat ditambahkan
(Sugianto dan Suyanti, 2010).
Data potensial redoks Al3+ jauh lebih mudah berkurang dibandingkan kation
tripositif lainnya dalam larutan air. Ini muncul sebagian dari hidrasi yang lebih
banyak energi negatif dan lebih kecil, tetapi faktor kontribusi yang penting adalah
peningkatan energi ionisasi antara Aluminium dan Galium (Sharpe, 1992).
Serbuk aluminium terbakar dalam api menghasilkan debu awan aluminium
oksida, karena logam aluminium bersifat amfoterik yang beraksi dengan dengan
asam kuat membebaskan gas hidrogen, dan dengan basa kuat membentuk aluminat
dan gas hidrogen (Sugiarto dan Suyanti, 2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan H2SO4 3 M,
serbuk FeCl3, serbuk (NH4)2C2O4, plat aluminium, tissue roll, sabun, amplas dan
akuades
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 50 mL, 250
mL, pemanas listrik, batang pengaduk, sendok tanduk, power supply DC, penjepit
alligator, gunting, pinset, dan neraca analitik.
3.3 Prosedur Percobaan
Lempengan aluminium digunting dan dilekukkan menyerupai silinder sesuai
ukuran gelas kimia 50 mL. Dijepit dengan kawat penjepit aligator. Diambil 6 buah
keping logam aluminium lain yang berukuran kira-kira 1,5 x 3 cm dibersihkan atau
digosok dengan amplas, dicuci dengan sabun untuk menghilangkan lapisan lemak
yang mungkin melekat pada logam dan dibilas dengan akuades. Direndam
masing-masing keping di dalam air mendidih dan diangkat dengan menggunakan
pinset. Keping-keping tersebut ditimbang dan dicatat bobotnya. Dihubungkan
dengan kawat penjepit aligator. Keping diletakkan persis ditengah silinder
aluminium di dalam gelas kimia, sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan
silinder. Dituangkan 30 mL larutan asam sulfat ( H2SO4 ) 3 M ke dalam gelas
kimia sampai sebagian besar keping aluminium tercelup. Keping I dihubungkan ke
sumber arus selama 5 menit. Keping II dihubungkan ke sumber arus selama 10
menit. Keping III dihubungkan dengan sumber arus untuk 15 menit.
Diamati sampai timbul gelembung gas H2. Sementara itu, disiapkan larutan pewarna
dengan mencampurkan larutan FeCl3 dan larutan ammonium oksalat dengan
akuades 200 mL ke dalam gelas kimia. Larutan tersebut dipanaskan hingga mendidih
di atas penangas. Keping aluminium I hasil anodasi dimasukkan ke dalam larutan
pewarna selama 5 menit dan untuk keping aluminium II selama 10 menit serta untuk
keping aluminium III selama 15 menit. Setelah itu, keping I, II, dan III dimasukkan
ke dalam air mendidih selama 10 menit. Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian
masing-masing keping ditimbang dan dicatat beratnya dan dihitung rendamennya.
3.4 Rangkaian Alat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
1.1.1 Tabel Hasil Penimbangan
Keping AlBerat Sebelum
Anodasi (g)Berat Setelah Anodasi (g)
Berat Lapisan Oksida (g)
Berat Rendamen
(%)IIIIII
0,520,580,51
0,530,590,55
0,00360,0002 0,0448
1,36260,03785,6516
1.1.2 Tabel Hasil Anodasi Dengan Variasi Waktu
Keterangan:
+ : Warna kuning pudar
++ : Warna kuning muda
+++ : Warna kuning tua
1.2 Pembahasan
Anodasi merupakan suatu teknik untuk meningkatkan tebal pelapisan oksida
yang berguna untuk melindungi logam khususnya aluminium. Percobaan anodasi
aluminium merupakan suatu proses elektrolisis dimana energi listrik diubah menjadi
energi kimia. Percobaan anodasi dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik anodasi
pada keping aluminium dan pewarnaan pada logam-logam yang dianodasi. Dalam
percobaan ini akan dibuktikan kemungkinan peningkatan tebal lapisan oksida logam
melalui proses anodasi.
Waktu Anodasi (menit)
Hasil Anodasi
5 Kurang (+)10 Cukup (++)15 Sangat (+++)
Pada percobaan anodasi aluminium, lempeng aluminium dibersihkan sebelum
digunakan. Kemudian, lempeng aluminium digunting dan dilekukkan menyerupai
silinder lalu diletakkan ke dalam gelas kimia 50 mL. Setelah itu, silinder aluminium
dihubungkan dengan kabel listrik melalui penjepit aligator. Silinder aluminium ini
bertindak sebagai katoda sehingga akan terjadi reduksi pada silinder tersebut. Agar
reaksi berjalan spontan, maka diperlukan energi dari luar berupa energi listrik.
Silinder aluminium dihubungkan dengan kutub negatif. Warna hasil penimbangan
aluminium sebelum anodasi berwarna perak.
Keping aluminium lain yang bertindak sebagai anoda, dibersihkan kemudian
dibilas dengan sabun cair. Pembilasan dengan sabun cair bertujuan untuk
menghilangkan lapisan lemak yang mungkin terdapat pada permukaan aluminium
yang dapat mengganggu bahkan menghambat proses anodasi nantinya. Hal seperti
ini tidak perlu dilakukan pada silinder aluminium yang bertindak sebagai katoda
karena yang akan mengalami anodasi atau penebalan lapisan oksida hanya
aluminium yang bertindak sebagai anoda. Dengan kata lain, hanya aluminium yang
bertindak sebagai anoda yang harus diperhatikan kesterilannya karena aluminium
inilah yang nantinya akan ditimbang secara teliti sebelum dan sesudah anodasi.
Setelah dibilas dengan sabun cair, dilanjutkan dengan pembilasan dengan
menggunakan akuades. Pembilasan dengan akuades bertujuan untuk membawa sisa
sabun cair yang melekat pada permukaan aluminium meninggalkan permukaan
aluminium tersebut, kemudian masing-masing keping ditimbang untuk mengetahui
mengetahiu berat kepingan sebelum dianodasi.
Setelah itu, dengan menggunakan pinset, lempeng aluminium direndam ke
dalam akuades panas. Perendaman ini bertujuan untuk melarutkan sisa lemak, sabun,
atau zat-zat lain yang mungkin masih terdapat pada permukaan aluminium. Perlu
diketahui bahwa kelarutan zat akan meningkat dengan pemanasan. Selain itu,
pemanasan bertujuan pula untuk menutup pori-pori yang mungkin masih terdapat
pada permukaan aluminium akibat proses pengamplasan atau penyebab lain sehingga
pada saat elektrolisis, ion sulfat tidak akan masuk pada bagian ini yaitu ke lapisan
oksida yang telah ada sebelumnya. Adapun penggunaan pinset di sini bertujuan
untuk menjaga kesterilan bahan atau dengan kata lain agar didapatkan keping
aluminium yang bersih dan tidak terkontaminasi dengan kotoran-kotoran lainnya dan
juga saat ditimbang agar didapat bobot keping yang murni. Setelah itu, dengan
menggunakan pinset pula, keping aluminium bersih dihubungkan dengan kabel
melalui penjepit aligator yang satunya. Kemudian, keping ini diletakkan persis di
tengah silinder aluminium di dalam gelas kimia sedemikian rupa sehingga tidak
bersentuhan dengan silinder. Hal ini dilakukan untuk menghindari silinder ikut
teranodasi.
Dengan hati-hati, dituangkan larutan asam sulfat 3 M ke dalam gelas kimia 50
mL sampai sebagian besar keping aluminium tercelup. Permukaan asam sulfat tidak
boleh mengenai penjepit aligator untuk mencegah logam pada penjepit aligator ikut
bereaksi yakni teroksidasi di bagian anoda. Jika logam pada penjepit aligator itu
adalah suatu logam yang memiliki potensial oksidasi lebih besar daripada air dan
bukan aluminium, maka akan mengalami peristiwa korosi hingga mengeroposkan
penjepit aligator tersebut.
Dialirkan arus DC12 V ke dalam sistem tersebut sehingga terjadi elektrolisis
dan terbentuk gelembung-gelembung gas. Peristiwa ini disebabkan pada peristiwa
elektrolisis tersebut dibebaskan sejumlah gas H2 pada katoda. Setelah dialiri arus
listrik, pada anoda logam Al akan mengalami oksidasi dari Al menjadi Al3+
sedangkan pada katoda terjadi reduksi ion H+ dari asam sulfat. Setelah 5 menit
kemudian, arus litrik dinaikkan menjadi 12 volt. Pada percobaan ini, terjadi
gelembung-gelembung pada kepingan aluminium yang menunjukkan bahwa proses
elektrolisis berjalan dengan baik. Percobaan dilakukan terhadap 2 kepingan logam
aluminium dengan lama anodasi masing-masing 5 menit dan 10 menit.
Hasil ketiga perlakuan tersebut dengan masingmasing waktu perlakuan 5
menit, 10 menit dan 15 menit, terdapat gelembung pada masing kepingan, dan yang
lebih banyak terdapat gelembung adalah kepingan III, dengan waktu 15 menit.
Ketiga kepingan logam tersebut kemudian dianodasi .
Setelah itu, lempeng aluminium dicelupkan ke dalam pewarna yang terbuat
dari 1 gram besi(III) klorida, 1 gram amonium oksalat, dan 200 mL akuades lalu
direndam dalam akuades panas sehingga lempeng aluminium berubah warna menjadi
kuning. Hal ini karena pewarna tersebut memasuki pori-pori. Pemanasan dilakukan
setelah pewarnaan untuk mencegah pengotoran lebih lanjut karena beberapa oksida
akan mengalami hidrasi, kemudian mengembang, dan dengan sendirinya akan
menutupi pori-pori yang ada.
Setelah proses elektrolisis dan pewarnaan dilakukan, lempeng aluminium
ditimbang kembali. Setelah anodasi larutan menjadi berwarna kuning karena
pewarna menempati pori-pori yang terdapat pada lapisan oksida hasil anodasi.
Warna yang terbentuk pada permukaan aluminium setelah dilakukan proses
pewarnaan adalah warna kuning muda. Warna yang dihasilkan semakin terang
seiring dengan bertambahnya waktu. Warna kuning muda tersebut berasal dari
larutan FeCl3 yang berwarna kuning. Kemudian keping aluminium dikeringkan
dengan menggunakan tissue dan ditimbang pada neraca analitik dengan berat yang
diperoleh sesudah anodasi untuk keping I=0,53 gram,keping II=0,599 gram, keping
III=0,55 gram.
Setelah pewarnaan, keping dicelupkan pada air mendidih agar lapisan Al2O3
mengalami hidrasi menjadi Al2O3.nH2O. Di mana, lapisan Al2O3.nH2O ini akan
menutupi seluruh pori-pori lapisan. Alangkah baiknya diingat kembali sifat Al2O3
yang dapat menyerap air sehingga mengembang karena adanya bagian kosong pada
Al2O3 ini. Perlu diketahui pula, salah satu penggunaan Al2O3 adalah sebagai bahan
zeolit dalam bentuk aluminosilikat yang dapat mengikat molekul air dalam jumlah
yang besar.
Semakin lamanya waktu anodasi, maka semakin besar penambahan lapisan
oksidanya. Hal ini dapat diamati dengan pembentukan gelembung-gelembung gas H2
pada saat anodasi berlangsung. Adapun masalah selisih bobot, hal ini disebabkan
oleh faktor lain seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Intinya, anodasi pada
lempeng Al tetap terjadi menghasilkan Al3+. Pada percobaan ini berat yang
diperoleh juga semakin meningkat dengan bertambahnya waktu. Setelah dilakukan
penimbangan, didapatkan berat aluminium setelah dianodasi untuk logam I sampai
III, beratnya berturut-turut yaitu 0,53 gram, 0,59 gram, dan 0,55 gram. Selisih berat
awal masing-masing keping berturut-turut yaitu 0,01 gram, 0,01 gram dan 0,04 gram.
Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan berat rendamen untuk logam I
yaitu 1,3626 %, logam II yaitu 0,0378 %, dan logam III berat rendamennya sebesar
5,6516 %.
1.3 Reaksi
Reaksi elektrolisis yang terjadi pada elektroda dapat dituliskan :
Setengah reaksi :
Anoda : Al Al3+ + 3e- x2
Katoda : 2H+ + 2e- H2 x3
Anoda : 2Al 2Al3+ + 6e-
Katoda : 6H+ + 6e- 3H2
2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2
Reaksi lengkap :
2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2
4Al(s) + 3H2SO4 Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2
4Al(s) + 3H2SO4 + 3H2O Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu berat
keping aluminium I sebelum dan setelah anodasi adalah 0,3964 gram dan 0,4000 g,
pada keping aluminium II berat sebelum dan setelah anodasi adalah 0,4000 g dan
0,4002 g sedangkan pada keping aluminium III berat sebelum dan setelah anodasi
adalah 0,3500 g dan 0,3948 g. Warna setelah anodasi ialah kuning.
Adapun untuk berat rendamen yang diperoleh yaitu untuk keping aluminium
I adalah 1,3626 %, untuk keping aluminium II adalah 0,0378 %, dan untuk keping
aluminium III adalah 5,6516 %
5.2 Saran
5.2.1Untuk laboratorium
Bahan dan peralatannya dilengkapi dan diperbaharui, kalau perlu
distandardisasi ulang demi kelancaran praktikum terutama penyediaan bahan-bahan
praktikum seperti larutan-larutan yang sudah habis dan tidak layak pakai.
5.2.2 Untuk Percobaan
Sebaiknya kita menggunakan bahan yang masih dalam keadaan baik agar
tidak mempengaruhi hasil pratikum dan bahan yang masih kurang sebaiknya
dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Araoyinbo, O.A., Fauzi, A.N.M., Sreekantan, S., Aziz, A., 2009, One-Step Of Aluminium At Room Temperatur, Sains Malaysiana, 38(4):521-524,(http://Journal-Aluminium.com), Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2014 Pukul 20.00 WITA.
Sharpe, G.A., 1992, Inorganic Chemistry, Longman Scientific and Technical, New York
Sugiyarto, K. H., dan Suyanti, R.D., 2010, Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Suharno, B., Nurhayati, O.N., Arifin, B., Harjanto, S., 2007, Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Reaksi Antar Muka Paduan Aluminium 7%-Si dan Aluminium 11%-Si Dengan Baja Cekatan Skd 61, Makara Teknologi, 11(2):85-91, (http://jurnal-anodasialuminium), Diakses Pada Tanggal 6 Maret 2014 Pukul 17.45 WITA.
Svehla, G., 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 4 Maret 2014
Asisten Praktikan
(Riskal Hermawan) (Yunita Pare Rombe)