Upload
dwi-indah-puspita-ii
View
105
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini, banyak barang logam dibuat, dibentuk, dicetak dan ditempa
menjadi wujud yang dikehendaki. Segala cara dilakukan agar barang-barang dari
logam misalnya cincin yang terbuat dari perak atau aluminium dapat dilapisi oleh
emas. Salah satu proses yang dilakukan untuk membuat cincin tersebut yaitu dengan
teknik anodasi atau dalam masyarakat lebih dikenal dengan istilah teknik
penyepuhan logam.
Anodasi merupakan suatu proses elektrolisis dengan suatu logam dijadikan
anoda dalam elektrolit yang sesuai dan bila dialiri arus listrik maka permukaan logam
trersebut akan diubah menjadi oksidanya. Logam yang sering digunakan dalam
proses anodasi ini adalah logam aluminium dimana reaksinya terhadap oksigen akan
menghasilkan oksida dan setiap permukaannya akan dilapisi dengan suatu oksida
Al2O3 yang sangat tipis, bersifat keras, stabil dan tidak berpori. Oleh karena itu,
lapisan oksida aluminium dapat berperan sebagai bahan yang dapat melindungi
permukaan logam yang berada di bawah logam aluminium. Logam aluminium yang
dilapisi dengan oksidanya dapat mencegah pengkaratan. Ketahanan maksimum
terhadap pengkaratan berada pada selang pH 4,5 sampai 8,5. Kebanyakan aluminium
yang digunakan secara komersial diberi perlakuan sedemikian rupa agar dapat
terlapis dengan oksida.
Untuk lebih mengetahui dan mempelajari proses penyepuhan atau pelapisan
logam aluminium oleh oksidanya, maka dilakukan percobaan perhitungan berat
logam aluminium setelah proses anodasi.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kemungkinan
peningkatan ketebalan lapisan oksida logam aluminium melalui reaksi oksidasi.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung berat logam aluminium sebelum dan setelah anodasi serta mengetahui
perubahan warna yang terjadi sebelum dan setelah anodasi.
2. Menghitung rendamen logam aluminium setelah proses anodasi.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah logam aluminium dianodasi melalui proses
elektrokimia dengan cairan elektrolit asam sulfat, pewarnaan hasil anodasi didapat
melalui pencelupan logam dalam campuran besi (III) klorida (FeCl3) dan amonium
oksalat kemudian dicelupkan ke dalam air mendidih.
1.5 Manfaat Percobaan
Bermanfaat untuk pemurnian logam, penyepuhan dan perlindungan logam
terhadap oksidasi lebih lanjut dan memperbaiki penampilan logam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi lebih sering
digunakan dalam analisa titrimetrik daripada reaksi-reaksi asam-basa, pembentukan
kompleks ataupun pengendapan. Ion-ion dari berbagai unsur hadir dalam wujud
oksidasi yang berbeda-beda, mengakibatkan timbulnya begitu banyak kemungkinan
reaksi-reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Oksidasi adalah kehilangan satu atau lebih
elektron yang dialami oleh suatu atom, molekul atau ion, sementara reduksi adalah
perolehan elektron. Tidak ada elektron bebas dalam sistem kimiawi yang biasa dan
kehilangan elektron yang dialami oleh suatu spesies kimiawi selalu disertai oleh
perolehan elektron pada bagian yang lainnya. Istilah reaksi transfer elektron
terkadang digunakan untuk reaksi-reaksi redoks (Underwood, 1999).
Hukum Faraday ditemukan oleh seorang kimiawan pada awal abad ke 19
melalui eksperimen elektrolisis yang mulanya menggunakan arus listrik. Titik
mulanya eksperimen ini adalah mengisolasi sebagian besar logam alkali dan alkali
yang dilakukan Humphry Davy. Asisten Davy, Michael Faraday melanjutkannya
dengan mempelajari aspek-aspek kuantitatif dari elektrolisis. Tahun 1830, Faraday
telah mengumpulkan semua data kemudian menyimpulkannya dengan dua hukum:
1. Massa zat yang dibebaskan pada endapan atau pada elektroda sebanding dengan
muatan listrik yang melewati elektrolit.
2. Massa zat sebanding dengan massa molar zat yang disesuaikan dengan jumlah
elektron yang dibutuhkan untuk proses oksidasi atau reduksi.
Muatan pada 1 mol elektron adalah 1 Faraday. F = 96485 C/mol. Ketika arus
dilewatkan melalui larutan CuSO4, Cu2+ berkurang di katoda dan air teroksidasi pada
anoda (Rosenberg dan Epstein, 2000).
Elektrolisis merupakan proses yang penting dalam industri. Dengan jalan
seperti ini dapat dihasilkan berbagai macam produk. Sebagai contoh, logam-logam
alkali, aluminium, klor, hidrogen peroksida dan natrium hidroksida diproduksi secara
komersial denagn menggunakan teknik elektrolisis (Bird, 1993).
Ada beberapa hal yang membuat reaksi elektrolisi menjadi rumit. Pertama,
diharapkan bahwa untuk mengatasi potensial reaksi reduksi yang negatif (yang
menyebabkan reaksi sel nonspontan) diperlukan potensial dengan jumlah besar yang
sama tetapi tandanya berlawanan. Jadi sebagai contoh, bila Esel untuk reaksi reduksi
adalah –x volt, maka diharapkan suber listrik bertegangan +x volt (atau sedikit lebih
besar) sudah cukup untuk membuat reaksi berlangsung, tetapi dalam kenyataannya
hal di atas tidak selalu terjadi. Sering kali potensial yang diperlukan untuk memulai
reaksi jauh lebih besar daripada yang diramalkan secara teoritis. Perbedaan antara
potensial sebenarnya yang diperlukan untuk memulai reaksi elektrolisis dengan
potensial teoritis, dengan nama over potensial. Hal kedua yang membuat reaksi
elektrolisis menjadi rumit adalah sulit untuk menduga reaksi apa yang terjadi pada
proses elektrolisis tidak selalu merupakan kebalikan dari reaksi sel elektrokimia yang
spontan. Sering kali reaksi suatu larutan dengan pelarut air, akan mengakibatkan
molekul air atau ion lain yang terdapat dalam larutan teroksidasi atau tereduksi.
Reaksi sebenarnya yang akan terjadi pada proses elektrolisis akan bergantung pada
nilai relatif potensial standar zat-zat yang terlibat dalam reaksi (Bird, 1993).
Nama aluminium diturunkan dari kata alum yang menunjuk pada senyawa
garam rangkap KAl(SO4)2.12H2O. Kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang
artinya garam pahit. Oleh Humphry Davy, logam dari garam rangkap ini diusulkan
dengan nama alumium dan kemudian berubah menjadi aluminium yang menjadi
popular di seluruh dunia. Aluminium dengan konfigurasi elektronik [10Ne] 3s2 3p1
mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan
terhadap korosi udara, karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen udara
menghasilkan oksidanya Al2O3 yang merupakan lapisan nonpori dan membungkus
permukaan logam tersebut sehingga tidak terjadi reaksi lanjut (Sugiyarto dan
Suyanti, 2010).
Untuk menaikkan daya tahan terhadap korosi, logam aluminium “dianodasi”
artinya permukaan logam aluminium sengaja dilapisi dengan aluminium oksida
secara elektrolisis. Aluminium yang dianodasi ini mempunyai ketebalan 0,01 mm
dan lapisan oksida setebal ini mampu menyerap zat warna sehingga permukaan
logam dapat diwarnai. Proses anodasi ini, logam aluminium dipasang sebagai anoda,
grafit sebagi katoda dan larutan asam sulfat sebagai elektrolit (Sugiyarto dan Suyanti,
2010).
Tujuan elektrolisis biasanya dirancang khusus untuk proses tertentu, seperti
untuk menghasilkan bahan kimia dan logam yang sulit didapat. Sebelum pembuatan
dikenal proses elektrolisis, logam aluminium sangat langka dan sulit didapatkan dan
sangat berharga bahkan seperti perak. Tetapi setelah dikenal elektrolisis, sekarang
aluminium mudah untuk didapatkan dan tersedia secara luas. Serta permintaan
terhadap aluminium sangat tinggi karena sifatnya yang tahan korosi (Grotheer,
2006).
Tabel 1. Sifat-sifat aluminium
Sifat-sifat Aluminium
Nomor atom
Jari-jari atom (logam)
Jari-jari ion (M3+)
Elektronegativitas
13
143
50
1,6
Energi ionisasi, kJ/mol
Potensial elektroda (Eo), V
Titik lebur, oC
Titik leleh, oC
Kerapatan, g/cm3 pada suhu 20 oC
Kekuatan
Konduktivitas listrik
577,6
-1,676
-660,37
2467
2,698
2,75
597,7
(Petrucci dan Harwood, 1985).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu detergen, lempeng
logam aluminium, tissue roll, akuades, FeCl3, (NH4)2C2O4 dan asam sulfat 3 M.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalan percobaan ini yaitu gelas kimia 50 mL dan
250 mL, gelas ukur 50 mL, penjepit alligator, pinset, voltmeter 12 volt, stopwatch,
batang pengaduk, pipet tetes dan gunting.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Proses Anodasi Aluminium
Lempeng Al digunting dan dilekukkan menyerupai silinder sesuai dengan
ukuran gelas kimia 50 mL, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 mL.
Dengan penjepit alligator, aluminium yang berbentuk silinder dihubungkan dengan
kawat.
Keping aluminium lain digunting dengan ukuran yang hampir sama sebanyak
3 keping, dicuci dengan detergen dan dibilas dengan akuades sampai bersih, lalu
untuk memegang keping ini sebaiknya digunakan pinset. Kemudian keping
aluminium dikeringkan, dan ditimbang. Dengan penjepit alligator, keping aluminium
bersih dihubungkan dengan kawat lain. Keping ini diletakkan persis di tengah
silinder aluminium di dalam gelas kimia, sedemikian rupa sehingga tidak
bersentuhan dengan silinder.
Keping bertindak sebagai anoda, sedangkan silinder berperan sebagai katoda.
Selanjutnya, dengan hati-hati, dituangkan larutan 3 M asam sulfat ke dalam gelas
kimia sampai sebagian besar keping aluminium tercelup. Permukaan larutan asam
diusahakan tidak menyentuh penjepit alligator. Untuk mencegah pemercikan,
sebaiknya ditambahkan sedikit detergen.
Kedua kawat dihubungkan ke sumber arus DC 6 volt. Setelah lima menit,
sumber arus dinaikkan menjadi 12 volt. Jika pada proses elektrolisis ini terbentuk
gelembung-gelembung gas, berarti percobaan berlangsung dengan baik.
Mendapatkan perbandingan hasil, sebaiknya dilakukan variasi waktu anodasi,
2,5 menit, 5 menit dan 7,5 menit. Kemudian hasilnya dibandingkan satu sama lain.
3.2.2 Proses Pewarnaan
Larutan pewarna disiapkan dengan melarutkan besi (III) klorida dan
ammonium oksalat dalam 200 mL akuades. Larutan ini dipanaskan sampai mendidih,
dan dicelupkan keping aluminium hasil anodasi ke dalam larutan pewarna selama
beberapa menit (sesuai dengan waktu anodasi masing-masing keping). Pembentukan
warna dapat diamati dengan seksama. Untuk tahap ini perlu diperhatikan perubahan
yang terjadi. Setelah itu, keping aluminium dicelupkan ke dalam air mendidih selama
10 menit. Selanjutnya masing-masing keping Al ditimbang kembali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Dalam percobaan ini terdapat tiga keping logam aluminium yang dianodasi,
hasilnya sebagai berikut :
Tabel 1. Berat keeping logam aluinium sebelum dan setelah anodasi
NoBerat Keping Logam Aluminium
Sebelum Anodasi (g) Sesudah anodasi (g)
1 0,40 0,40
2 0,30 0,30
3 0,30 0,30
Tabel 2. Hasil anodasi dengan variasi waktu
Waktu anodasi (menit) Hasil anodasi
2,5 ++
5 +++
7,5 +
4.1 Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi dalam proses anodasi logam aluminium adalah
sebagai berikut :
Setengah reaksi :
Anoda : Al Al3+ + 3e- x 2
Katoda : 2H+ + 2e- H2 x 3
Anoda : 2Al 2Al3+ + 6e-
Katoda : 6H+ + 6e- 3H2
2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2
Reaksi lengkap :
4Al + 3H2SO4 Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2
4Al + 3H2SO4 + 3H2O Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2
4.3 Pembahasan
Anodasi merupakan suatu proses elektrolisis dengan suatu logam dijadikan
anoda dalam elektrolit yang sesuai dan bila dialiri arus listrik maka permukaan logam
trersebut akan diubah menjadi oksidanya. Logam yang sering digunakan dalam
proses anodasi ini adalah logam aluminium dimana reaksinya terhadap oksigen akan
menghasilkan oksida dan setiap permukaannya akan dilapisi dengan suatu oksida
Al2O3 yang sangat tipis, bersifat keras, stabil dan tidak berpori. Oleh karena itu,
lapisan oksida aluminium dapat berperan sebagai bahan yang dapat melindungi
permukaan logam yang berada di bawah logam aluminium.
Pada percobaan ini kita akan menghitung kemungkinan peningkatan
ketebalan oksida logam melalui proses anodasi. Logam yang digunakan dalam
percobaan ini adalah aluminium.
Pertama-tama lempeng aluminium digunting dan dilekukkan menyerupai
silinder sesuai ukuran gelas kimia 50 mL diamplas dimana selanjutnya akan
bertindak sebagai katoda. Dengan penjepit alligator silinder lempeng aluminium
dihubungkan dengan kawat dan dihubungkan dengan adaptor sebagai sumber arus.
Kemudian gelas kimia 50 mL tersebut diisi dengan asam sulfat 3 M berfungsi
sebagai larutan elektrolit dimana nantinya asam sulfat akan mengalami reaksi
reduksi, selain itu penggunaan asam sulfat bertujuan untuk memepercepat proses
korosi, karena seperti yang kita ketahui bahwa logam akan mengalami proses korosi
yang lebih cepat dalam suasana asam.
Selanjutnya lempeng aluminium digunting dengan ukuran sekitar 1,5 x 3 cm
sebanyak 3 keping dan dinamakan sebagai logam I, logam II dan logam III,
kemudian diamplas, dicuci dan dibersihkan dengan akuades kemudian dengan air
panas, air panas berfungsi agar pori-pori pada aluminium terbuka sehingga pencucian
aluminium betul-betul bersih karena sampai masuk ke dalam pori-pori logam.
Setelah dicuci dengan air panas selanjutnya dicuci dengan detergen, detergen
bertujuan untuk menghilangkan lapisan lemak yang mungkin melekat dipermukaan
logam aluminium. Jadi pencucian aluminium betul-betul bersih karena selain
mencuci pada permukaan logam juga dilakukan pencucian sampai ke dalam
pori-porinya.
Setelah dilakukan pencucian pada aluminium, agar tidak kotor dan
betul-betul bersih, ketiga lempeng aluminium dipegang dengan menggunakan pinset
yang bersih dan masing-masing ditimbang menggunakan neraca digital. Keping
aluminium bersih dihubungkan dengan kawat lain menggunakan penjepit alligator.
Keping ini diletakkan persis ditengah silinder aluminium di dalam
gelas kimia 50 mL, diatur sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan
silinder dan diusahakan agar keping aluminium tercelup setengahnya agar dapat juga
diamati mana yang mengalami dan yang tidak mengalami proses korosi akibat
perendaman dengan asam sulfat dan jangan sampai penjepit alligator tersentuh
dengan larutan asam sulfat karena apabila tersentuh larutan asam sulfat maka
penjepit tersebut bisa mengalami proses korosi. Kawat dihubungkan ke adaptor 6
volt. Untuk mengamati variasi waktu anodasi dilakukan pada waktu 2,5 menit, 5
menit dan 7,5 menit. Pada saat dikeluarkan dari larutan asam sulfat logam aluminium
mengalami pemudaran warna dan semakin pudar dengan bertambahnya waktu
elektrolisis. Perbedaan warna tersebut menunjukkan adanya lapisan oksida pada
logam aluminium yang mengandung sedikit ion sulfat dari larutan asam sulfat.
Lapisan oksida ini memiliki pori-pori yang jaraknya teratur. Dengan pori-pori yang
teratur ini maka lapisan oksida sangat mungkin menyerap partikel berwarna sehingga
logam aluminium yang nantinya akan mengalami proses pewarnaan dapat diwarnai
dengan berbagai ragam warna yang diinginkan.
Setelah dilakukan elektrolisis pada setiap keping logam, selanjutnya
dilakukan pewarnaan pada tiap-tiap keping, yaitu dengan mencelupkan kepingan
logam ke dalam larutan pewarna yang dibuat dengan melarutkan FeCl3 dan amonium
oksalat dalam air yang kemudian dididihkan, kepingan dimasukkan ke dalam larutan
pewarna selama beberapa menit. Setelah selesai keping aluminium dicelupkan ke
dalam air mendidih selama beberapa menit. Tujuannya dicelupkan pada air mendidih
dimana merupakan proses yang terakhir karena dengan pencelupan logam pada air
mendidih dan pemanasan ini mengakibatkan beberapa oksida akan mengalami
hidrasi dan mengembang dan dengan sendirinya akan menutupi pori-pori yang ada.
Sesaat setelah perendaman kepingan logam ditimbang lagi dan ternyata
beratnya bertambah. Penambahan berat itu berasal dari lapisan oksida yang terbentuk
pada permukaan logam. Namun, pada pewarnaan keping logam didapatkan hasil
yang tidak maksimal yaitu tidak terbentuknya warna yang sempurna pada permukaan
kepingan. Hal ini dapat disebabkan oleh konsentrasi asam sulfat yang digunakan
menjadi berkurang dan proses rendaman ke dalam larutan berwarna yang agak lama
selain itu kualitas logam aluminium yang digunakan mungkin sudah tidak bagus lagi.
Dari hasil pengamatan akan ditentukan perbedaan berat keping logam
aluminium sebelum dan sesudah proses anodasi. Dimana pada ketiga keping logam
setelah mengalami proses anodasi tidak terjadi kenaikan berat. Seharusnya, ada
kenaikan berat yang terjadi karena adanya penambahan ketebalan pada lapisan
oksida aluminium setelah anodasi. Namun, hal ini tidak terjadi disebabkan oleh
beberapa kemungkinan, diantaranya saat elektrolisis, keeping aluminium tidak
tercelup baik di dalam larutan elektrolitnya sehingga anodasi terjadi tidak maksimal.
Selain itu, mungkin saja terjadi kesalahan pada saat penimbangan logam aluminium
dimana neraca yang digunakan adalah neraca lengan yang relatif kurang teliti
dibandingkan dengan neraca analitik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bobot sebelum anodasi keping I adalah 0,40 g, keping II adalah 0,30 g dan
keping III adalah 0,30 g. Sedangkan setelah anodasi berat keping I, II, dan III
tetap.
2. Persentase rendamen keping I, II dan III adalah 0%.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Untuk laboratorium agar dapat menyediakan pereaksi dan bahan yang lebih
baik, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam hasil percobaan.
Selain itu, sebaiknya alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik agar
kesalahan dalam praktikum dapat diminimalisir.
5.2.2 Saran untuk Praktikum
Untuk praktikum, mohon diperhatikan agar alat-alat laboratorium diperiksa
terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses percobaan. Selain itu sebaiknya bahan
yang digunakan dalam percobaan ditambah.
DAFTAR PUSTAKA
Alkire, R., Grotheer, M., Varjian, R., 2006, The Electrochemical Society Interface, Industrial Electrolysis and Electrochemical Engineering (online), (http://www.electrochem.org/dl/interface/spr/spr06/spr06_p52-54.pdf, diakses pada tanggal 20 September 2012 pukul 03:49 WITA), 1-3.
Bird, T., 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas, Gramedia, Jakarta.
Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1999, Analisa Kimia Kuantitatif diterjemahkan oleh Dr. Ir. Iis Sopyan, M.Eng, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, R. H., dan Harwood, W. S., 1985, General Chemistry Principles and Modern Aplications Sixth Edition. MacMillan Publisihing Company, New York.
Rosenberg, J. L., dan Epstein, L. M., 2000, College Chemistry Based on Schaum’s Outline of College Chemistry, The McGraw-Hill Companies, New York.
LAPORAN PRAKTIKUM
ANODASI ALUMINIUM
NAMA : ARNIATI LABANNI’NIM : H311 10 006KELOMPOK : III (TIGA)HARI, TANGGAL PERCOBAAN : SENIN, 17 SEPTEMBER 2012ASISTEN : NURFIKA RAMDANI
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
Lampiran
Bagan I
Lempeng Al Keping Al (1,5 x 3 cm)
- digunting dan dilekukkan
menyerupai silinder gelas
kimia 50 mL
- dihubungkan dengan kawat
penjepit alligator
- diamplas dan dibersihkan
- dicuci dengan sabun dan
dibilas dengan akuades
- digunakan pinset
memegang keping
- ditimbang bobotnya
- dihubungkan dengan kawat
lain menggunakan kawat
alligator
Kawat lainKawat
- dituangkan larutan asam sulfat 3 M
(diusahakan permukaan larutan asam tidak
menyentuh penjepit alligator)
- dihubungkan ke sumber arus DC 6 volt
- setelah 2,5 menit sumber arus
diganti/dinaikkan menjadi 12 volt
Gelembung-gelembung gas
percobaan berlangsung baik
Larutan pewarna 1 g FeCl3 + 2
gr amonium oksalat
Data
Bagan II
- dipanaskan sampai mendidih
- dicelupkan keping Al hasil anodasi ke dalam larutan sesuai lama
anodasi
- diamati
- keping Al dicelupkan ke dalam air mendidih selama 10 menit
- ditimbang bobotnya
- dicatat perubahan yang terjadi
- dilakukan variasi waktu anodasi yaitu 5 menit dan 7,5 menit
- dibandingkan hasilnya