Upload
amalia-nurul-ulum
View
28
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan p3
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF
PRAKTIKUM PERCOBAAN III
JudulKasus :FarmakoterapiPadaMigrain
Oleh :
Golongan: I D
Hari / Tanggal Praktikum :Rabu/ 8 Mei 2013
NamaMahasiswa :
Solikin (105010547)
Tri Mulyati (105010548)
Siti Mutmainah (105010549)
Amalia Nurul Ulum (105010550)
DosenJagaPraktikum :Susi susilowati.,M.Si, Apt
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2013
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOTERPI SISTEM SARAF
P III
MIGRAIN
I. Dasar Teori
MIGRAIN
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala dengan
serangan nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut,
intensitas nyerinya sedang samapai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai
mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
Migren merupakan ganguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri
kepala yang episodic (berulang-ulang) dengan intensitas, frekuensi dan lamanya yang
berbeda-beda. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai anoreksia, mual
dan muntah. Migren juga merupakan suatu kelainan yang multikompleks dan memerlukan
penelitian dan analisa yang cermat. Gejala-gejala pada beberapa penderita kadang-kadang
sukar sekali untuk dikontrol, tetapi dengan pendekatan yang sistematik dan teliti, banyak
penderitanya yang dapat ditolong.Jadi yang perlu diperhatikan pada pasien adalah
memperhatikan gejala serangan migren yang kemudian disusul dengan memperbaiki fungsi
pasien dengan mengoptimalkan self care dan penggunaan obat lain.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Etiologi migren adalah sebagai berikut :
(1) perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi esterogen dan progesteron pada fase
luteal siklus menstruasi
(2) makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah, natrium nitrat),
vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan
(MSG)
(3) stress (79,7%)
(4) rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan(38,1%) dan bau yang
menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan
(5) faktor fisik seperti aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitas seksual) dan perubahan pola
tidur
(6) perubahan lingkungan (53,2%)
(7) alkohol (37,8%)
(8) merokok (35,7%).
Faktor risiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga, wanita, dan usia muda.
EPIDEMIOLOGI
Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75 % diantaranya
adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 –
40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun.
KLASIFIKASI MIGREN
Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa aura, dan migren
kronik (transformed). Migren dengan aura adalah migren dengan satu atau lebih aura
reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang
otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur – angsur lebih dari 4 menit, aura
tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas
waktu tidak mencapai 60 menit. Migren tanpa aura adalah migren tanpa disertai aura klasik,
biasanya bilateral dan terkena pada periorbital. Migren kronik adalah migren episodik yang
tampilan klinisnya dapat berubah berbulan- bulan sampai bertahun- tahun dan berkembang
menjadi sindrom nyeri kepala kronik dengan nyeri setiap hari.
PATOGENESIS
Belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren. Dari penyelidikan yang sudah
ada, diduga sebagai ganguan neurologis, perubahan sensitivitas system saraf dan aktivasi
system trigeminal vaskular .
1. Gangguan neurologis
Setiap orang mempunyai ambang migren yang berbeda-beda, sesuai dengan reaksi
neurovaskular terhadap perubahan mendadak dalam lingkungan. Dengan tingkat kerentanan
yang berbeda-beda maka akan ada sebuah ketergantungan keseimbangan antara eksitasi dan
inhibisi pada berbagai tingkat saraf.
2. Perubahan sensitivitas sistem saraf
Proyeksi difus locus ceruleus ke korteks sereri dapat mengalami terjadinya oligmia
kortikal dan mungkin pula terjadinya spreading depresision.
3. Aktivasi trigeminal vaskular
Mekanisme migren berwujud sebagai refeks trigeminal vaskular yang tidak stabil
dengan cacat segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen
secara berlebihan yang kemudian akan terjadi dorongan pada kortibular yang berlebihan.
Dengan adanya rangsangan aferen pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri
berdenyut.Kemungkinan lain terntang patogenesis migren didasarkan atas inflamasi
neurogenik di dalam jaringan intrakanal. Terdapat beberapa hal yang dapat memperberat
keluhan migren. Berikut ini adalah jenis keadaan yang dapat memperberat keluhan migren,
diantaranya adalah :
1. Stress, diburu waktu, marah atau adanya konflik
2. Bau asap atau uap, asap rokok, perubahan udara dan cahaya yang menyilaukan
3. Menstruarsi, pil KB, pengobatan hormon estrogen
4. Kurang tidur atau terlalu lama tidur
5. Lapar dan minuman keras
6. Latihan fisik yang teralu banyak
7. Pemakaian obat-obatan tertentu
PREVALENSI
Prevalensi migren beranekaragam bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Migren dapat tejadi mulai dari kanak-kanak sampai dewasa.dari penelitian dengan
mengunakan titik terang diungkapkan migren lebih sering ditemui pada wanita
daibandingkan pria yaitu 2:12.Wanita hamil pun tidak luput dari serangan migren yang
biasanya menyeang pada trimester I kehamilan. Migren biasanya jarang terjadi seteah usia 40
tahun. Resiko mengalami migren semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat
keluarga penderita migren.
PATOFISIOLOGI
Pacuan migrain disebabkan karena reflex vaspspasme (kontraksi vaskuler) dari berbagai
arteri kepala termasuk arteri pensuplai darah otak. Hal tersebut dapat menyebabkan
vasokonstriksi arteri intraserebral. Jika pembuluh darah menyempit,maka suplai oksigen
menurun sehingga terjadi iskemia pada bagian otak. Hal ini mengakibatkan munculnya gejala
prodormal.Selain itu sebagai kompensasi dari reflex vasospasme dari berbagai arteri kepala
adalah aktivasi syaraf trigeminal yang merupakan jalur vasodilatasi. Aktivasi syaraf
trigeminal menyebabkan pelepasan senyawa peptide,antara lain substance P,prostaglandin
(menyebabkan inflamasi neurogenik) dan neurokinin A. Senyawa-senyawa tersebut dapat
menyebabkan pembuluh darah intrakanial mengalami dilatasi /inflamasi neurogenik. Ketika
darah melalui pembuluh darah intrakanial mengalami dilatasi/inflamasi neurogenik. Ketika
darah melalui pembuluh darah yang terdilatasi dan terinflamasi tersebut,syaraf-syaraf
disekitarnya menstramisikan impuls ke otak sehingga terasa nyeri.
Patogenesis migrain mungkin disebabkan oleh ketidak seimbangan aktivitas sel syaraf
(neuron) yang mengandung serotonin (5-hidroksitriptamin atau 5-HT) dan atau jalur
noradrenergic di inti (nuclei) batang otak yang mengatur pembuluh darah otak dan persepsi
nyeri. Ketidak seimbangan ini dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah intracranial
serta kativasi system trigeminovaskuler. 5-HT merupakan mediator migrain yang penting.
Obta antimigrain akut seperti alkaloid ergot dan turunan triptan merupakan agonis dari
subtype reseptor 5-HT ,vaskuler dan neuronal,sehingga menyebabkan vasokonstriksi dan
hambatan pelepasan neuropeptida vasoaktif dan transmisi sinyal nyeri. Obat profilaksis
migraine menstabilkan neurotransmisi serotonin dan meningkatkan ambang batas nyeri
dengan cara antagonism atau mengurangi kerja reseptor 5-HT atau dengan cara mengatur
pembuangan (discharge) serotonin neuronal.
Pada umumnya migren diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Migren dengan aura
Dengan aura (gejala neurologik), tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bentuk serangan gejala
neurologik berasal dari kors serebri dan batang otak. Manifestasi nyeri kepala biasanya tidak
lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit. Nyeri kepala biasa disertai mual dengan atau
tanpa fotofobia yang lansung menyusul pada gejala aura.
2. Migren tanpa aura
Migren ini tanpa aura. Sakit kepalanya hampir sama dengan migren dengan aura tetapi lebih
banyak ketidak jelasan penyebabnya dan banyak menggabungkan ketegangan sakit kepala.
Nyerinya dapat digambarkan dan diprediksi dengan denyutan-denyutan pada salah satu
bagian sisi kepala Berdenyut-denyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat disertai mual,
fotofobia dan fonofobia. Bersifa kronis dengan manifestasi nyeri kepala 4-72 jam.
Dari penjumlahan tipe migren di atas ditemukan beberapa varian migren yang berbeda yaitu :
1. Asephalic migren, tipe migren dengan aura tanpa disertai sakit kepala yang berikutnya.
2. Basilar migren, migren aura dengan dysarthria, vertigo, diplopia dan penurunan
kesadaran disertai dengan mati rasa pada kedua sisi.
3. Migrenkronis, migren tanpa aura dengan sakita paling sedkitnya setengah hari.
4. Hemiplegic migren, familial dan terjadi pada sesuatu yang irregular kasus dengan
kemungkinan aura dari hemiplegia
5. Status migrainosus, serangan miraine lebih dari 72 jam.
6. Childhood periodic symptoms, disertai paroxysmal vertigo, nyeri perut yang teratur dan
muntah.
Beberapa pengalaman migren disebabkan pula oleh adanya komplikasi, salah satunya adalah
infrak migren, serangan migrennya sama tetapi deficit neurologiknya tetap ada setelah tiga
minggu dan pemeriksaan CT Scan menunjukkan hipodensitas.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain :
Nyeri kepala : bersifat unilateral (pada salah satu sisi), bentuknya berdenyut
menandakan adanya rangsangan aferean pada pembuluh darah.
Mual : mual adalah gejala yang paling sering dikemukakan oleh penderita,
menunjukkan adanya ekstravasasi protein.
Aura : aura yang timbul biasanya berupa gangguan penglihatan (fotofobia atau
fonofobia), bunyi atau bebauan tertentu, menandakan adanya proyeksi difus locus
ceruleus ke korteks serebri, adanya gejala produksi monocular pada retina dan
produksi bilateral yang tidak normal.
Vertigo : pusing, karena gerakan otot yang tidak terkontrol,menandakan adanya gejala
neurologic yang berasal dari korteks serebri dan batang otak.
Rasa lemas waktu berdiri : disebabkan oleh turunnya tekanan darah waktu berdiri
(postural hypotension).
Kontraksi otot-otot : disekitar dahi, pipi, leher, dan bahu, menandakan adanya
ganguan mekanisme internal tubuh yang disebut jam biologis (biological clock).
PEMERIKSAAN
Gejala migren yang timbul perlu diuji dengan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dan kemungkinan lain yang menyebabkan sakit
kepala. Pemeriksaan lanjutan tersebut adalah :
1. MRI atau CT Scan, yang dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor dan perdarahan
otak.
2. Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau perdarahan otak.
MEDIKAMENTOSA
Yang digunakan untuk menghentikan serangan migren, meliputi :
1. Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang merupakan
obat lini pertama untuk mengurangi gejala migren.
2. Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan serangan
migrain akut secara cepat. Triptan juga digunakan untk mencegah migrain haid.
3. Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati migrain.
4. Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan
dikloralfenazon.
5. Analgesic, mengandung butalbital yang sering memuaskan pada terapi
6. Opioid analgesics, pada umumnya lapang perantaranya memberikan hasil yang
mengecewakan
7. Corticosteroids unsur yang membutuhkan waktu singkat untuk mengurangi tingkat
nyeri migren
8. Isometheptene, tidak dapat digunakan pada vasoconstrictor.
KOMPLIKASI
Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh
penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
PREVENTIV TERAPI
Terapi pencegahan migren digunakan untuk pencegahan migren diantaranya :
1. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi pada migrain akut paling efektif jika diberikan pada saat awal
serangan migrain. Obat-obat NSAID seperti aspirn,ibuprofen dan paracetamol yang murah
dan banyak tersedia sebagai obat bebas merupakan pilihan yang baik untuk pengobatan lini
pertama.
Obat golongan agonis reseptor 5-HT (triptan) direkomendasikan untuk digunakan
pada migrain yang lebih berat dan tidak berespon terhadap NSAID. Namun triptan
dikontraindikasikan bagi pasien dengan penyakit jantung iskemik,miokardial infark,spasme
koroner dan hipertensi yang tidak terkontrol. Senyawa ergotamin lenih baik daripada placebo
dalam mengatasi migrain akut,tetapi kurang efektif dalam mengurangi jika dibandingkan
denga triptan,NSAID,atau opat. Selain itu, ergotamine dapat menimbulkan efek samping
seperti mual,muntah,sakit perut dan kram otot.
Terapi migrain akut harus dibatasi hanya untuk 2 hari/minggu untuk mencegah
penyalahgunaan obat atau efek rebound (sakit kepala justru muncul kembali).
Pencegahan farmakologi, diantaranya :
a. Beta bloker, misalnya propanolol
b. Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan pembuluh
(konstriksi) darah
c. Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif
untuk mencegah timbulnya migrain.
d. Antikonvulsan
2. Pencegahan non-farmakologi, diantaranya
a. Terapi relaksasi
b. Terapi tingkah laku
c. Tekhnik biofeedback
d. Homeopathy
e. Acupuncture
f. Reflexology
g. Pijat
h. Pergantian temperature
ALOGARITMA
Uraian Kasus
Penyelesaian kasus menggunakan metode SOAP
A. Uraian kasus
Perempuan, 25th datang dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan sejak tadi
pagi.Pasien juga merasa mual namun tidak sampai muntah. Nyeri kepala berdenyut,tidak
berputar.Pasien sering merasa silau bila melihat cahaya.Pasien sering mengalami nyeri kepala
seperti ini apabila sedang menstruasi dan juga terjadi bila terlalu lama di depan komputer.
Menurut pasien bila terjadi serangan,nyeri kepala tersebut memiliki NPS 6-7. Riwayat
tekanan darah tinggi disangkal.Saudara perempuan pasien mempunyai riwayat penyakit
dengan gejala yang sama. Berdasarkan anamnesa Dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosis
dengan migrain akut.
Pertanyaan:
• Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini?
• Informasi apa yang harus diberikan mengenai penggunaan obatnya?
B. Penyelesaian kasus metode SOAP
a. Subyektif
Nama -
Usia 25 th
Jenis Kelamin Perempuan
Keluhan Nyeri kepala sebelah kanan, merasa mual
namun tidak sampai muntah, Nyeri kepala
berdenyut,tidak berputar, merasa silau bila
melihat cahaya, sering mengalami nyeri
kepala seperti ini apabila sedang menstruasi
dan juga terjadi bila terlalu lama di depan
komputer.
Riwayat penyakit -
Riwayat keluarga memiliki riwayat penyakit yang sama dengan
saudara perempuannya.
b. Obyektif
Memiliki Numeric Pain Scale 6-7
Arti dari skala intensitas nyeri :
0 = tidak ada rasa sakit (nyeri)
1-6 = nyeri ringan - sedang
7-10 = nyeri sedang - berat
c. Assesment
Pasien mengalami Migrain Akut (tanpa aura).
Dengan gejala yang mendukung sbb :Nyeri kepala berdenyut,tidak
berputar, merasa silau bila melihat cahaya.
d. Plan
Tujuan terapi:
Mengatasi serangan secara cepat dan konsistent
Mencegah terulangnya serangan
Mengembalikan fungsi normal pasien
1. Target dan sasaran terapi:
Mengurangi Frekuensi migrain dan keparahan (pada jangka panjang)
Pencegahan kekambuhan atau preventif.
Menurunkan nilai ambang NPS
Mengurangi peningkatan penggunaan obat sakit kepala
2. Terapi
A. Terapi non farmakologi:
Menempelkan Es dikepala beristirahat atau tidur sejenak di tempat yang
tenang
Melakukan relaksasi
Melakukan biofeedback
Olahraga, seperti yoga
B. Terapi farmakologi
Fase Akut:
1. Sumatriptan =Sekali minum 50 mg diulangi 2 jam jika perlu.
2. metoklopramid = 3- 4 x sehari 5 – 10 mg bila mual
Fase Kronis:
Primadol yang berisi :
Paracetamol 500mg
Metoklopramid HCl 5mg
Dosis : dewasa : 3- 4 x sehari 1- 2 kaplet.
Tepat indikasi
Nama Obat indikasi Mekanisme aksi keterangan
Fase Akut
sumatriptan Nyeri sedang - berat Agonis selektif dari reseptor 5-HT1B dan 5-HT1D dengan mekanisme sebagai berikut :1. Vasokonstriksi dari pembuluh
darah intrakanial melalui stimulasi pada reseptor 5-HT1B
vascular,2. Inhibisi pelepasan neuropeptida
yang bersifat vasoaktif dari saraf trigeminalperivaskular melalui stimulasi reseptor 5-HT1Dpresinaps, dan
3. Hambatan penghantaran sinyal nyeri di dalam batang otak melalui stimulasi reseptor 5-HT1D .
(Dipiro et al, 2005)
Tepat indikasi
metoklopramid Mual muntah Meningkatkan tonus sfingter esofagus, membantu pengosongan lambung,
Tepat indikasi
Profilaksis ( Paracetamol dan Metoklopramid )
Paracetamol nyeri ringan - sedang menekan produksi prostaglandin di
dalam otak dan dapat berfungsi
menangani rasa nyeri atau sakit.
Tepat Indikasi
Tepat obat
Nama Obat Alasan dipilih Keterangan
Fase Akut
sumatriptan 1. Merupakan obat lini pertama untuk mengatasi
serangan migraine.
2. Sumatriptan memiliki efek samping yang lebih
Tepat Obat
kecil bila dibandingkan dengan ergotamine.
3. Sumatriptan direkomendasikan untuk digunakan
pada migrain sedang sampai yang lebih berat.
metoklopramid 1. Penggunaannya direkomendasikan sebagai terapi
adjuvan untuk menanggulangi mual dan muntah yang
menyertai sakit kepala migrain (Dipiro et al, 2005).
2. Metoklopramide juga berguna untuk membalikkan
gastroparesis dan meningkatkan penyerapan dari
saluran pencernaan selama serangan yang parah
(Dipiro et al, 2005)
Tepat Obat
Profilaksis ( Paracetamol dan Metoklopramid )
Paracetamol Untuk migraine/sakit kepala, demam, nyeri otot atau
sendi (ISO ed 43 :22)
Tepat Obat
Tepat dosis
Nama Obat Rekomendasi Dosis Dosis yang diberikan
Keterangan
Fase Akut
Sumatriptan 25, 50 atau 100 mg pada saat terjadi migren, dapat diulang setelah 2 jam jika perlu.Dosis maksimum 200 mg/hari
Sekali minum 50 mg diulangi 2 jam jika perlu
Tepat Dosis
metoklopramid 3- 4 x sehari 5 – 10 mg Jika timbul mual dan muntah 1 tablet 10 mg sebelum makan
Tepat Dosis
Profilaksis ( Paracetamol dan Metoklopramid )
Paracetamol 3- 4 x sehari 5 – 10 mg Jika timbul mual dan muntah 1 tablet 10 mg sebelum makan
Tepat dosis
Tepat pasien
Nama Obat Kontra indikasi Keterangan
Fase Akut
sumatriptan Gangguan jantung dan hipertensi
Tepat Pasien
metoklopramid Obstruksi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan ; 3-4 hari setelah operasi gastrointestinal, feokromositoma; epileptik, gejala ekstrapiramidal dari tipe Parkinson, menyusui
Tepat Pasien
Profilaksis ( Paracetamol dan Metoklopramid )
Paracetamol Hati-hati pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal
Tepat pasien
Waspada efek samping obat interaksi obat
Nama Obat ESO Interaksi obat
Fase Akut
Sumatriptan Mengantuk, perasaan panas dileher dan dada
-
metoklopramid sedasi -
Profilaksis ( Paracetamol dan Metoklopramid )
Paracetamol Tidak di anjurkan pada wanita hamil trimester pertama
-
Ketersediaan dan terjangkaunya obat
Nama Obat Ketersediaan Keterangan
Fase akut
Sumatriptan (triptagic) Rp. 70000; (100mg x1 x2) Tersedia
Metoklopramid Hcl 5 mg (primperan )
Rp 8000,- ( 100tb ) Tersedia dan Terjangkau
Profilaksis ( Paracetamol dan Metoklopramid )
Primadol ( paracetamol dan Metoklopramid )
Rp 800 / kaplet Tersedia dan terjangkau
KIE
• Menjelaskan kepada pasien bahwa migren merupakan penyakit yang rentan
mengalami kekambuhan
• Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari faktor – faktor pencetus migraine
seperti : sebaiknya tidur di tempat yang gelap, istirahat cukup, manajemen emosi dan
stress, mengurangi konsumsi makanan awetan terutama yang mengandung MSG.
• Memberikan keterangan kepada pasien bahwa migren dapat terjadi akibat gangguan
hormonal terutama pasien pada usia produktif, hormone yang berperan adalah hor,on
esterogen, hal ini biasanya terjadi seperti ketika menjelang menstruasi.
• Memberi anjuran untuk membuat buku harian catatan migren yang dialami pasien.
• Terapi profilaksis (pencegahann ) diberikan 1 – 2 hari sebelum haid datang yaitu:
PrimadolKomposisi : pct 500ml, metoklopramide HCl 5 mg (mims hal.
116)1 box (100 kaplet) : Rp 80.000,-; @Rp 800/kaplet 3x sehari 1 tab bila perlu.
Monitoring keberhasilan terapi
• Monitoring efektivitas dari obat tersebut
• Monitoring terhadap adanya efek samping
• Apabila penggunaan obat ini tidak menimbulkan keberhasilan terapi maka dapat
digunakan obat generasi kedua seperti Naratriptan atau golongan lain seperti golongan
senyawa Ergotamin.
PEMBAHASAN
1. Penegakan Diagnosis
Migrain adalah gangguan sakit kepala primer yang bersifat berat dan kambuhan
(recurrent) terkadang mempengaruhi fungsi normal tubuh. Migrain dibagi menjadi 2 jenis
utama yaitu : migraine tanpa aura dan migraine dengan aura.
Kasus yang kami peroleh menunjukkan bahwa pasien menderita migren akut (tanpa
aura ). Migrain tanpa aura adalah sindrom klinis yang ditandai dengan sakit kepala berupa
tanda yang spesifik dan gejala yang terkait.Migraine terjadi akibat adanya pacuan bisa jadi
karena reflex vasospasme (kontraksi vaskuler) yang ada di dalam arteri kepala termasuk arteri
pensuplai darah otak.Hal tersebut menyebabkan vasokonstriksi arteri intraserebral, jika
pembuluh darahnya menyempit maka suplai oksigen menurun sehingga terjadi iskemi pada
otak hal inilah yang menyebabkan munculnya gejala prodormal (gejala ikutan/peringatan).
Reflex vasospasme menyebabkan aktivasi saraf trigeminal. Aktivasi saraf tersebut
menyebabkan pelepasan peptide antara lain substance P, prostaglandine, dan neurokinin A.
senyawa-senyawa tersebut menyebabkan pembuluh darah intrakraial mengalami inflamasi
neurogenik ketika darah melalui pembuluh darah yang terinflamasi, syaraf disekitarnya akan
mentransmisikan implus keotak sehingga kompensasinya timbul rasa nyeri. Migraine terjadi
akibat ketidak seimbangan aktivitas sel saraf yang mengandung
serotonin.Ketidakseimbangan ini menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah intrakaranial
serta aktivasi sistem trigeminovaskuler.
Dikatakan migraine akut karena serangannya terjadi secara tiba-tiba. Kriteria
diagnostik migraine tanpa aura antara lain :
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati).
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
1. nausea dan atau muntah
2. fotofobia dan fonofobia.
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Dari kriteria diatas memenuhi diagnose yang tepat pada kasus ini yaitu pasien mengalamimual namun tidak sampai muntah. Nyeri kepala berdenyut,tidak berputar. Factor-faktor yang memicu migraine diantaranya :
a. Cahaya yang menyilaukanb. Coklat
c. Kafeind. Alcohole. MSGf. Makanan yang mengandung tiramineg. Ketinggianh. Suara keras/bisingi. Asap rokokj. Kurang tidurk. Kelelahanl. Menstruasi dan perubahan hormone
Nyeri kepala migren dipicu oleh turunnya kadar 17-ß estradiol plasma saat akan haid. Serangan migren berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan konstan, sebaliknya minggu pertama postpartum, 40% pasien mengalami serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol
m. Aktivitas berlebihann. Stress
Faktor pemicu dari kasus ini pasien sering merasa silau jika melihat cahaya, nyeri
timbul disaat menstruasi dan bila terlalu lama di depan komputer. Nyeri akibat rangsangan
cahaya disebut photophobia. Secara umum photophobia bukanlah suatu penyakit tetapi gejala
dari berbagai kondisi seperti infeksi dan peradangan. Gejala yang satu ini dapat juga diartikan
sebagai sensitivitas yang berlebihan terhadap paparan cahaya seperti sinar matahari, lampu
blitz dan tempat-tempat yang sangat terang. Bahkan bagi sebagian orang, cahaya yang sangat
sedikit pun bisa mengakibatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada mata.Stimulus yang
berlebihan pada sel-sel fotokonseptor di retina yang kemudian dihantarkan pada saraf optik
dapat menimbulkan reflek keengganan untuk menerima cahaya sehingga menyebabkan rasa
sakit pada mata bahkan ada yang sampai mengalami migrain.
Semua penyebab nyeri kepala ini menyebabkan terjadinya sentral di nosiseptor
meninggeal dan neuron trigeminale, sehingga muncul persepsi nyeri kepala. Pemberian
rangsang pada struktur peka nyeri yang terletak di tentorium serebelli maupun diatasnya,
akan timbul rasa nyeri menjalar pada daerah di depan batas garis vertical yang ditarik dari
kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak kepala (frontotemporal dan parietal anterior).
Rasa nyeri ini ditransmisi oleh nervus trigeminus. Sedangkankan rangsangan terhadap
struktur peka nyeri di bawah tentorium serebeli, yaitu pada fossa kranii posterior, radiks
servikalis bagian atas dengan cabang-cabang saraf perifernya akan akan menimbulkan nyeri
di daerah belakang garis tersebut (oksipital, sub oksipital, servikal bagian atas).
Nyeri ini ditransmisi oleh nervus IX, X, dan saraf spinal C1, C2, C3. Kadang-kadang
radiks servikalis bagian atas dapat menjalar nyeri ke frontal dan mata ipsilateral melalui
reflex trigeminoservikal. Reflex ini dapat dibuktikan dengan cara pemberian stimulasi pada
nervus supraorbital dan direkam dengan pemasangan electrode pada saat otot
sternokleidomastoideus. Input eksteroseptif dan nosiseptif reflex trigeminoservikal
ditransmisikan melalui rute polisinaptik, termasuk nucleus spinal trigeminal lalu mencapai
morneuron servikal. Hal ini menunjukkan adanya hubungan erat antara int-inti trigeminus
dengan radiks dorsalis segmen servikal atas sehingga menunjukkan bahwa nyeri didaerah
leher dapat di rasakan atau diteruskan kea rah kepala atau sebaliknya. Reflex ini juga
menunjukkan adanya keterlibatan batang otak yaitu dengan munculnya rasa nyeri kepala,
nausea dan muntah.
Selain faktor – faktor pemicu di atas, diketahui bahwa ternyata riwayat migraine pada
keluarga juga berperan sebagai factor resiko terjadinya migraine. Pada kasus ini diketahui
bahwa saudara perempuan pasien juga mengalami hal yang sama. Hasil studi mengatakan
bahwa hampir 70% riwayat migrain diperoleh dari keluarga.Sebagian besar menyerang
wanita. Serangan umumnya muncul pada usia remaja sampai dewasa muda kemudian
cenderung berkurang pada usia 50 – 60 tahun.
Tatalaksana terapi migrain bertujuan mengatasi serangan dengan cepat dan mencegah
terulangnya serangan, mengembalikan fungsi normal pasien, dan meminimalkan penggunaan
obat.strategi terapi kasus ini di lakukan pada serangan akut dan terapi pencegahan
kekambuhan. Terapi yang dapat dilakukan yaitu menggunakan terapi non- Farmakologi dan
terapi Farmakologi :
2. Terapi non – farmakologi
Kompres menggunakan es merupakan salah satu upaya terapi non –
farmakologi. Hal ini terjadi karena proses vasodilatasi dimana terjadinya nyeri salah
satunya akibat pembuluh darah otak yang mengalami vasokonstriksi ( penyempitan ),
sehingga terapi dengan es ini dapat mengurangi nyeri kepala yang terjadi.
Perlu adanya managemen pencegahan terjadinya migraine yaitu dengan
memulai identifikasi serta menghindari factor pemicu yang memprovokasi serangan
migrain. Seperti yang tertera dalam kasus dapat terlihat bahwa factor pemicu migraine
tersebut diantaranya: factor pencetus dari lingkungan ( cahaya yang menyilaukan),
factor pencetus dari perilaku – fisiologis ( kelelahan seperti mengguanakan computer
terlalu lama dan menstruasi) selain itu kelelahan juga dapat diakibatkan karena kurang
tidur, kurang makan, serta stress.
Terapi pencegahan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menyarankan
kepada pasien untuk membuat buku catatan sakit kepala yang berisi terjadinya
migren beserta frekuensinya hal ini bermanfaat sebagai parameter tingkat
kesembuhan dari hasil terapi menggunakan obat, atau dapat digunakan sebagai acuan
terapi pencegahan timbulnya migren. Sebagai contoh pada kasus ini pasien sering
mengalami nyeri menjelang menstruasi, apabila pasien rutin mencatat kejadian nyeri
ini maka menjelang menstruasi dating pasien dapat mealkukan pencegahan dengan
obat maupun non obat ( mengurangi aktivitas, menjaga asupan makanan, sebisa
mungkin menekan timbulnya stress ). Catatan ini juga dapat digunakan sebagai acuan
dalam menilai kepatuhan pasien selama menjalani terapi.
3. Terapi Farmakologi
Obat yang tepat untuk kasus ini adalah obat golongan triptan, kami memilih
sumatriptan.Sumtriptan dipilih karena indikasinya mengatasi migraine sedang sampai
berat. Data yang mendukung assessment tersebut adalah hasil pemeriksaan NPS
( Numeric Pain Scale ) menunjukkan nilai 6 – 7 .
Skala tersebut menunjukkan bahwa skala 0 – 5 merupakan nilai ringan sampai
sedang, dikatakan ringan apabila nilainya 1 – 3, sedangkan sedangnilainya 4 – 6, dan
7 – 10 sudah termasuk kategori berat.
Pemilihan triptan juga didukung dari table algoritma terapi di atas bahwa triptan
digunakan pada kasus migraine sedang – berat.Sumatriptan merupakan agonis selektif dari
reseptor 5-HT1B dan 5-HT1D dengan mekanisme :
Vasokonstriksi dari pembuluh darah intrakanial melalui stimulasi pada reseptor 5-
HT1B vascular,
Inhibisi pelepasan neuropeptida yang bersifat vasoaktif dari saraf
trigeminalperivaskular melalui stimulasi reseptor 5-HT1D presinaps, dan
Hambatan penghantaran sinyal nyeri di dalam batang otak melalui stimulasi reseptor
5-HT1D .
Sumatriptan memiliki efek samping yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
ergotamine.Terapi dengan inhibitor selektif re-uptake serotonin (SSRI) harus dipantau secara
hati-hatikarena laporan adanya sindrom serotonin pada pasien yang diobati
sumatriptan.Penggunaan yang sering dari triptans telah dikaitkan denganberkembangnya
“medication-overuse headache”.
Dosis optimal sumatriptan adalah 50-100 mg, dalam kasus ini pasien dianjurkan untuk
menggunakan sumatriptan dengan dosis 50 mg, bila gejala tidak berkurang dapat diulangi
setelah 2 jam, dosis tidak boleh melebihi 200 mg/hari. Sumatriptan hanya digunakan ketika
terjadi serangan migrain akut. Untuk pasien yang cocok menggunakan terapi dengan
simatriptan biasanya akan mengalami sakit krpala kambuhan dalam 24jam, biasanya dosis
kedua yang diberikan akan efektif. Namun, pemberian dosis oral atau subkutan secara rutin
tidak akan meningkatkan laju efek awal obat atau mencegah sakit kepala.
Sebetulnya obat generasi kedua lebih baik dibandingkan dengan sumatriptan.Obat lini
kedua tersebut adalah Naratriptan.Naratriptan terbukti bioavalibilitas dan waktu paruhnya
lebih baik daripada Sumatriptan, tetapi ketersediaannya masih sulit didapatkan.
Respon klinik penggunaan sumatriptan tergantung pada masing – masing individu
pasien.Respon tersebut tidak dapat diprediksi, dan jikalau terapi dengan sumatriptan gagal
maka dapat dilakukan penggantian terapi menggunakan obat generasi kedua yaitu
naratriptan.Apabila terapi berhasil perlu dilakukan pemantauan dan penyesuaian dosis hingga
pasien.
Tetapi efek samping tersebut tidak selalu timbul pada setiap individu, dan pada kasus ini
penggunaan triptan hanya untuk menangani serangan akut saja, setelah itu yang digunakan
adalah terapi profilaksisnya.
4. Terapi Profilaksis
Terapi profilaksis disarankan kepada pasien karena frekuensi serangan
migrainnya terjadi lebih dari 2 x seminggu dan pasien berkeinginan untuk mengurangi
frekuensi serangan akut tersebut
Terapi profilaksis( pencegahan )menggunakan primadol yang berisi
Paracetamol dan Metoklopramid.
Parasetamol bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.parasetamol
mampu mengurangi bentuk teroksidasienzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambat
terbentuknya senyawa penyebab inflamasi. Sebagaimana diketahui bahwa enzim
siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2,
suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat
enzim siklooksigenase (COX-3) yang berada di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh.
Metoklopramid bekerja dengan cara memblok reseptor dopamine dan memblok
reseptor serotonin di chemoreseptor trigger zone di system saraf pusat, meningkatkan respon
jaringan di saluran pencernaan atas terhadap asetilkolin sehingga meningkatkan motilitas dan
kecepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi pancreas, bilier atau lambung,
meningkatkan tonus spingter esophagus bagian bawah.
Berdasarkan uraian kasus diketahui bahwa pasien kadang kala merasakan mual ketika
terjadi serangan migrain. Oleh karena itu, metoklopramid direkomendasikan sebagai terapi
adjuvan untuk menanggulangi mual dan muntah yang menyertai sakit kepala
migrain.Metoklopramid juga berguna untuk membalikkan gastroparesis dan meningkatkan
penyerapan dari saluran pencernaan selama serangan yang parah (Dipiro et al, 2005).
Dosis metoklopramid yang dianjurkan untuk pasien adalah 1 tablet (10 mg) sebelum
makan dan jika terjadi gejala mual dan muntah.
Terapi profilaksis digunakan 1 – 2 hari sebelum dan sampai pasien mengalami
haid.Oleh karena itu pencatatan frekuensi nyeri amatlah penting untuk menunjang terapi ini.
5. Evaluasi Hasil Pengobatan
Pasien harus dipantau terhadap frekuensi, intensitas, dan lamanya migrain serta untuk
perubahan apapun pada pola serangan migrain. Keberhasilan terapi dapat dinilai dengan
mengukur nilai NPS-nya.Terapi profilaksis harus dipantau secara ketat terhadap
kemungkinan timbulnya efek samping serta kepatuhan pasien.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa SOAP diketahui pasien mengalami migren sedang (migren tanpa
aura)yang ditandai dengan nyeri kepala berdenyut dan tidak berputar biasanya terjadi
menjelang menstruasi, sialu terkena cahaya dan kelelahan. Dan setiap serangan
disertaimual.
2. Tujuan terapi dalam kasus ini adalah
a) Fase akut : mengobati serangan migrain dengan cepat dan konsisten, mencegah
kekambuhan, mengembalikan kemampuan pasien secara normal,
meminimalkan penggunaan obat-obatan dan pasien mampu mengatasi sakit
kepala secara efektif tanpa harus mengunjungi dokter atau bagian gawat darurat
rumah sakit, mengoptimalkan perawatan diri sendiri, menghemat biaya secara
menyeluruh, serta menekan sesedikit mungkin efek samping obat.
b) Jangka panjang : mengurangi frekuensi migrain, keparahan, dan cacat;
mengurangi ketergantungan terhadap farmakoterapi akut yang ditoleransi
dengan buruk, tidak efektif, atau tidak diinginkan; meningkatkan kualitas
hidup; mencegah sakit kepala; menghindari meningkatnya penggunaan obat
sakit kepala; mengedukasi dan mendorong pasien untuk mengelola penyakit
mereka; mengurangi sakit kepala yang dihubungkan dengan penderitaan dan
gejala psikologis.
3. Terapi non farmakologi yang diterapkan pada pasien meliputi :
Menghindari faktor pemicu baik yang berasal dari makanan,
lingkungan, perilaku-fisiologis maupun obat-obatan.
Menempelkan es di kepala dan beristirahat atau tidur sejenak (di ruang
yang agak gelap dan tenang).
Perubahan perilaku seperti terapi relaksasi, biofeedback (sering
dikombinasi dengan terapi relaksasi), terapi kognitif, tidur teratur, olah
raga, dan membatasi konsumsi kafein.
4. Terapi farmakologi
Fase akut
Sumatriptan : 50 mg saat awal, dapat diulang setelah 2 jam jika
perlu (dosis maksimum 200 mg/ hari)
Metoklopramid : jika mual dan muntah 1 tablet 10 mg sebelum
makan
Profilaksis
Primadol : Paracetamol
Metoklopramide
Pertanyaan ft.syaraf p3
1. (yulis) . kenapa anda bisa menyimpulkan NPS 6-7 dikatagorikan sebagai nyeri
sedang – berat?
jwb
Dilihat pada tabel diatas dikatakan bahwa nilai skala 0 = tidak ada rasa sakit
(nyeri), 1-5 = nyeri ringan - sedang , dan 6-10 = nyeri sedang – berat . Sedangkan
pasien tersebut memiliki NPS 6-7 , sehingga dikatakan dalam katagori nyeri sedang
sampai berat.
2. (via) , alasan anda menggunakan sumatriptan sebagai lini pertama itu apa di lihat dari
efektifitasnya ?
Jwb.
Sumatriptan dipilih sebagai lini pertama karena memiliki mekanisme kerja
berdasarkan penurunan pelepasan neuropeptida peradangan (subtansi – P ) yang
berdampak penghambatan reaksi radang dari selaput otak luar , sehingga sakit kepala
atau migrain dapat diatasi , dan sumatriptan sangat ampuh menghentikan serangan
nyeri hebat .
3. (ovi), cara menempelkan menggunakan es di kepala itu apakah dapat berefek, dan
kalau berefek bagaimana mekanisme kerja es tersebut dapat menurun kan panas/
nyeri!
jwb:
kompres menggunakan es batu dikepala atau bisa juga dengan menggunakan
handuk yang direndam ke dalam air es (dingin) dikepala. Kompres menggunakan es
dapat membantu dalam pembengkakan karena trauma atau mengontrol pendarahan.
Selain itu kompres dingin juga berguna untuk menurunkan aktivitas ujung syaraf pada
otot dan mengurangi nyeri. Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain dingin / es maka
suhu tubuh akan turun mendekati normal.
4. (Fauzan), mengapa digunakan obat primadol dan sumatriptan ?
jwb:
Primadol digunakan sebagai terapi profilaksis (pencegahan ) diberikan 1 – 2
hari sebelum haid dating.Sedangakan sumatriptan digunakan untuk terapi
farmakologinya karena sumatriptan sangat ampuh menghentikan serangan nyeri
hebat .
5. ( Tegar ) mengapa anda memberikan obat golongan triptan badahal efek samping nya
menimbulkan pusing !
jwb:
Efek samping pusing disini bukan berarti pusing ( mingrain ) yang sebenarnya
pusing dapat di asumsikan tiap individual berbeda-bedda . misal pusing (dizziness )
karena kebinggungan tetapi tidak disertai nyeri.
6. ( ali amron) kaitan nya sakit kepala sama penglihatan itu apa , mekanismenya gmn
kenapa bisa timbul sakit kepala?
Jwb:
Nyeri akibat rangsangan cahaya disebut photophobia.Secara umum
photophobia bukanlah suatu penyakit tetapi gejala dari berbagai kondisi seperti infeksi
dan peradangan. Gejala yang satu ini dapat juga diartikan sebagai sensitivitas yang
berlebihan terhadap paparan cahaya seperti sinar matahari, lampu blitz dan tempat-
tempat yang sangat terang. Bahkan bagi sebagian orang, cahaya yang sangat sedikit
pun bisa mengakibatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada mata.Stimulus yang
berlebihan pada sel-sel fotokonseptor di retina yang kemudian dihantarkan pada saraf
optik dapat menimbulkan reflek keengganan untuk menerima cahaya sehingga
menyebabkan rasa sakit pada mata bahkan ada yang sampai mengalami migrain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,”Diagnosis dan tatalaksana kegawatdaruratan Migren”, http://neuro-ugm.com/index.php?option=com_content&task=view&id=35&Itemid=1.html.7
November 2007.
Brust, J.C.M.,”Current Diagnosis ang Treanment Neurology”,New York:Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2007, ch 8, hlm. 64-69.
Dipiro, Joseph T. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, SixthEdition. The
McGraw-Hill Companies, Inc:United States of America.
Headache Classification Commite of the International Headache Society., “Classification and diagnostic criteria for headache disorder, cranial neuralgias and pain”, Cephalgia, Agustus,
1988, Suppl 7:1-96 .
Ikawati, Zullies. 2011. Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Bursa Ilmu :
Yogyakarta.
Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi : Dasar dan Klinik Edisi 1. Salemba Medika :
Jakarta.
Liporace, Joyce,”Neurology”, United Kingdom:Elsevier Mosby, 2006, ch 3-12, hlm. 17-135.
M. D. A. Schuurmans, et al. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pmcentrez&artid=1479536,10 Juni 2005.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
EfekSampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Valenty, K,”Acute treatment of migren. Breaking the paradigm of monotheraphy”, http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pmcentrez&artid=341456,4 April
2004.