31
BAB I LAPORAN KASUS I.1. Identitas Pasien Nama : Ny. T Agama : Islam Tanggal Lahir : 1 Desember 1937 Umur : 70 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Buruh Harian Lepas Status : Cerai Meninggal Pendidikan : SD Tgl Pemeriksaan : Selasa, 25 November 2014 No. RM : 069570-2014 I.2. Anamnesis Teknik Anamnesis : Autoanamnesis dan Aloanamnesis Keluhan Utama Penglihatan kabur. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh penglihatannya kabur yang semakin diasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut dan mengganggu aktivitas sehari- hari. Keluhan nyeri (-), mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-), mata terasa berpasir (-) Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi : Tidak diketahui 1

lapsus katarak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus

Citation preview

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1. Identitas Pasien

Nama: Ny. T

Agama: Islam

Tanggal Lahir: 1 Desember 1937

Umur: 70 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Pekerjaan: Buruh Harian Lepas

Status: Cerai Meninggal

Pendidikan: SD

Tgl Pemeriksaan: Selasa, 25 November 2014

No. RM: 069570-2014

I.2. Anamnesis

Teknik Anamnesis: Autoanamnesis dan Aloanamnesis

Keluhan Utama

Penglihatan kabur.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh penglihatannya kabur yang semakin diasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan nyeri (-), mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-), mata terasa berpasir (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi : Tidak diketahui

Diabetes Melitus: Tidak diketahui

Trauma Mata: -

Operasi Mata: -

Riwayat Alergi

Disangkal

Riwayat Penggunaan Obat

Untuk keluhan mata sekarang belum pernah diobati dan sedang tidak meminum obat-obatan rutin.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Tidak ada dari keluarga pasien yang mengeluhkan gejala yang sama dengan pasien.

I.3. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran: Compos Mentis

Keadaan Umum: Sakit ringan

Tanda Vital: TD : 160/100 mmHg

Status Oftalmologi

I.3.1. Inspeksi

No

Pemeriksaan

OD

OS

1

Visus

10 cm

LP : baik

WP : baik

3/60

LP : baik

WP : baik

2

Pergerakan bola mata

Gerakan bola mata bebas di segala arah

Gerakan bola mata bebas di segala arah

3

Supercilia

Normal

Normal

4

Cilia

Trikiasis (-)

Trikiasis (-)

5

Palpebra Superior

Hiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)

Hiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)

6

Palpebra Inferior

Hiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)

Hiperemis (-), edeme (-), ektropion (-), entropion (-), ptosis (-)

7

Kojungtiva :

-Injeksi Konjuntiva

-Injeksi siliar

-Pertumbuhan fibrovaskular

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

8

Aparatus Lakrimalis

Sumbatan (-)

Sumbatan (-)

8

Kornea :

-Kejernihan

-Infiltrat

-Sikatrik

Jernih

(-)

(-)

Jernih

(-)

(-)

8

Camera Okuli Anterior

Jernih, kedalaman cukup, hifema (-)

Jernih, kedalaman cukup, hifema (-)

9

Iris

Reguler, Coklat, Kripte (+), Sinekia (-)

Reguler, Coklat, Kripte (+), Sinekia (-)

10

Pupil

Bulat, 3mm, RC (+)

Bulat, 3mm, RC (+)

11

Lensa

Keruh seluruh lensa, Iris Shadow (-)

Jernih,

Iris Shadow (-)

I.3.2. Tonometri

OD: 6/5.5

OS: 7/5.5

ODOS

I.4. Resume

Ny. T, 70 tahun. Pasien mengeluh penglihatannya kabur yang semakin dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan nyeri (-), mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-), mata terasa berpasir (-). Riwayat Hipertensi dan DM tidak diketahui paisen. Hasil pemeriksaan :

Pemeriksaan

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Visus

10 cm

LP : baik

WP : baik

3/60

LP : baik

WP : baik

Lensa

Keruh (putih) seluruh lensa,

Iris Shadow (-)

Jernih,

Iris Shadow (-)

I.5. Diagnosis

Katarak senilis stadium matur pada oculi dextra

I.6. Usulan Pemeriksaan

Funduskopi

Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, HbsAg

I.7. Penatalaksanaan

Operasi

a) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)

b) Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK)

c) Fakoemulsifikasi

d) Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Pasca Operasi

a) Tetes mata antibiotik

b) Antibiotik sistemik (oral) dan analgetik

Edukasi

a) Mengganti perban 1 kali sehari pada pagi hari

b) Jangan kena air dan tidak menggosok mata selama 1 minggu

c) Memberi obat tetes sesuai petunjuk dokter

d) Penyakit pasien

I.8. Prognosis

a) Quo ad vitam: dubia

b) Quo ad sanationam: bonam

c) Quo ad functionam: bonam

d) Quo ad cosmeticam: bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mata Normal

II. 1. Anatomi dan Fisiologi Mata1,2,3

Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari koroid, korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal sebagai retina. Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.

Gambar 1. Anatomi mata

a. Konjungtiva

Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi). Perdarahan konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.

b. Sklera

Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang disebut sebagai episklera.

c. Kornea

Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan 0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1, 38 .

d. Uvea

Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.

e. Iris

Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak bersambungan dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior mata. Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil. Iris juga merupakan bagian yang memberi warna pada mata. Dalam axis penglihatan, iris berfungsi mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan mengatur besar pupil menggunakan otot sfingter dan dilator pupil.

f. Pupil

Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)

g. Corpus siliaris

Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus

h. Lensa

Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan. Memiliki tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris. Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan memfokuskan cahaya ke retina.

i. Retina

Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.

j. Nervus Optikus

Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks visual untuk dikenali bayangannya

II. 2. Anatomi dan Histologi Lensa1,3,4,

Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan 3,5 mm 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.

Gambar 2. Histologi lensa

Struktur lensa dapat diurai menjadi :

1. Kapsul lensa

Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).

2. Epitel anterior

Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.

3. Serat lensa

Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.

4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)

Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.

II. 3. Fisiologi Lensa2,3

1. Transparansi lensa

Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar sel.

2. Akomodasi lensa

Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akubat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada nukelus.

Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

II.4.Katarak1,3,5,6,7

1. Definisi

Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.

2. Epidemiologi

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun keatas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.

3. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.

Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.

Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.

4. Patofisiologi

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

5. Klasifikasi

Morfologi

Maturitas

Onset

Kapsular

Insipien

Kongenital

Subkapsular

Intumesen

Infantile

Kortikal

Immatur

Juvenile

Supranuklear

Matur

Presenile

Nuklear

Hipermatur

Senile

Polar

Morgagni

II.5. Katarak Senilis

1. Definisi dan Epidimiologi

Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara lain:

1.Herediter

2.Radiasi sinar UV

3.Faktor makanan

4.Krisis dehidrasional

5.Merokok

2. Patofisiologi

Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin dan adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.

Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

Gambar. Tipe Katarak.

1.Katarak senilis kortikal

Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein.

Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:

Katarak insipient

Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).

Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dengan keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serta lensa.

Katarak imatur

Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.

Katarak matur

Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.

Katarak hipermatur

Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.

Katarak Morgagni

Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.

2.Katarak senilis nuklear

Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi.

Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Penurunan visus

2. Silau

3. Perubahan miopik

4. Diplopia monocular

5. Halo bewarna

6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya

2. Pemeriksaan iluminasi oblik

3. Shadow test

4. Oftalmoskopi direk

5. Pemeriksaan sit lamp

Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

4. Diagnosa

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.

5. Tatalaksana

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang empat prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi serta SICS.

Gambar. Evolution of Cataract Surgery.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Sebelum tersedianya instrumen mikro yang lebih modern dan IOLs yang lebih baik, ICCE adalah metode yang dipilih untuk menghilangkan katarak yang melibatkan ekstraksi seluruh lensa, termasuk kapsul posterior. Teknik ini dapat dilakukan dengan peralatan yang kurang canggih dan di daerah-daerah di mana mikroskop operasi dan sistem irigasi belum tersedia sehingga dapat dilakukan di daerah-daerah terpencil di mana peralatan yang lebih canggih belum tersedia.

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama

Namun, sejumlah kelemahan dan komplikasi pasca operasi dapat terjadi pada ICCE. Semakin besar sayatan limbal, sering 160 -180 , yang terkait dengan risiko berikut: penyembuhan tertunda, rehabilitasi visual yang tertunda, kebocoran luka pasca operasi. Edema kornea adalah komplikasi intraoperatif dan segera pasca operasi umum.

ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada anak-anak dan orang dewasa muda dengan katarak dan kasus dengan trauma kapsul pecah, miopia tinggi, sindrom Marfan, katarak morgagnian, dan penyajian vitreous di ruang anteriorpada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan penghapusan inti lensa melalui sebuah lubang di kapsul anterior dengan menyisakan kapsul posterioryang utuh. ECCE memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan ICCE, yang sebagian besar berhubungan dengan kapsul posterior yang utuh, sebagai berikut:

Sayatan kecil diperlukan ECCE sehingga diharapkan dapat mengurangi trauma pada endotel kornea

Komplikasi jangka pendek dan jangka panjang dari adesi vitreous ke kornea, iris, dan sayatan diminimalkan atau dihilangkan.

Penempatan anatomi yang lebih baik dari IOL dapat dicapai dengan kapsul posterior utuh.

Kapsul posterior yang utuh juga dapat memberikan penghalang yang membatasi pertukaran beberapa molekul antara aquous dan vitreous, dan mengurangi kejadian CME (cystoid macular edema ), ablasi retina, dan edema kornea.

Mencegah bakteri dan mikroorganisme lainnya secara tidak sengaja, selama operasi masuk ke rongga vitreous posterior dan menyebabkan endophthalmitis.

Implantasi IOL, perbaikan luka lebih mudah

Syarat utama untuk implantasi IOL pada ECCE adalah keutuhan zonula. Dengan demikian, ketika dukungan zonula tidak cukup ECCE, ICCE atau pars plana lensectomy harus dipertimbangkan

3. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi ebih modern dari 2 teknik (ECIC dan ECEC), keuntungan fakoemulsifikasi yaitu sayatan kecil, meminimalkan komplikasi yang timbul dari penutupan luka yang tidak benar, dan penyembuhan luka lebih cepat dan rehabilitasi visual lebih cepat. Selain itu, memberikan perlindungan terhadap tekanan vitreous positif dan perdarahan choroidal selama operasi. Namun, diperlukan mesin dan instrumen yang lebih canggih yang untuk melakukan fakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

Gambar. Phacoemulsification.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Teknik ini merupakan bagian dari EKEK dengan irisan yang lebih kecil sehingga hampir tidak perlu dijahit. Keuntungan metode ini adalah penyembuhan lebih cepat dan resiko astigmatisme minimal.12

Gambar. SICS

BAB III

ANALISA KASUS

Identifikasi Masalah

III.1. SUBJEKTIF (S)

Ny. T, 70 tahun. Pasien mengeluh kedua matanya tidak dapat melihat. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut serta mengganggu kegiatan sehari-hari, lama-kelamaan pasien tidak dapat melihat lagi. Keluhan nyeri (-), mata merah (-), mata kotor (-), sakit kepala (-), air mata berlebih (-). Riwayat Hipertensi tidak tahu, DM tidak tahu.

Pasien Ny.T dengan usia 70 tahun berarti katarak yang terjadi pada usia lanjut, sehingga jenis katarak tersebut adalah katarak senilis. Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis.

Pasien mengeluhkan penglihatannya kabur yang semakin dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya penglihatan kabur seperti berkabut dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal tersebut dapat terjadi karena lensa mengalami kekeruhan seperti putih susu yang menggangu penglihatan sehingga cahaya tidak dapat diteruskan ke retina sehingga penglihatan menurun bahkan tidak dapat melihat jelas.

III.2. OBJEKTIF (O)

Pemeriksaan fisik mata

Pemeriksaan

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Lensa

Keruh (putih) seluruh lensa,

Iris Shadow (-)

Jernih,

Iris Shadow (-)

Camera Okuli Anterior

Jernih, kedalaman cukup, hifema (-)

Jernih, kedalaman cukup, hifema (-)

Hasil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa stadium dari katarak adalah stadium matur.

Pemeriksaan Visus

Pemeriksaan

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Visus

10 cm

LP : baik

WP : baik

3/60

LP : baik

WP : baik

Hasil visus 10cm berarti pasien ini hanya dapat melihat pada jarak 10 cm pada mata kanan dan pada mata kiri hasil visus 3/60 berati orang normal dapat melihat hitungan jari pada jarak 60m tetapi pasien ini hanya dapat melihat hitungan jari tangan pada jarak 3m. Light projection baik dan penglihatan warna baik pada mata kanan dan kiri.

Pemeriksaan slitlamp dan funduskopi juga penting dilakukan untuk mengetahui apakah kekeruhan telah mengenai seluruh lensa atau tidak. Sebelum melakukan funduskopi, di beri tetes mata Midriacyl agar pupil menjadi midriasis sehingga keadaan lensa dapat terlihat jelas, tetapi tekanan bola mata pasien harus normal sebelum diberi tetes mata Midriacyl sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata terlebih dahulu dengan menggunakan Tonometer.

III.3. ASSESMENT (A)

Diagnosis : Katarak senilis stadium matur pada oculi dextra. Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun, dengan stadium matur karena kekeruhan terdapat pada seluruh bagian lensa.

III.4. PLANNING (P)

Penatalaksanaan yang akan diberikan pada pasien ini adalah pembedahan dengan metode Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). EKEK merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan, serta memberikan sokongan untuk implantasi IOL.

9