22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris) (Vaughan & Asbury, 2013). Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum di dunia, penyakit ini bervariasi dari ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebabnya umumnya eksogen, namun dapat endogen (Vaughan & Asbury, 2013). Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia, alergi toksik dan mulluscum contagiosum. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang berlebih nyata pada pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak yang membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing dan adenopati preaurikular (Shidarta Ilyas, 2009). Pengobatan pada konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsunng kurang dari 14 hari. Penggunaan obat antibakteri yang tersedia biasanya dapat menyembuhkan dalam beberapa hari. Pada konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae 1

Lapsus Konjungtivitis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris) (Vaughan & Asbury, 2013).Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum di dunia, penyakit ini bervariasi dari ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebabnya umumnya eksogen, namun dapat endogen (Vaughan & Asbury, 2013).Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia, alergi toksik dan mulluscum contagiosum. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang berlebih nyata pada pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak yang membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing dan adenopati preaurikular (Shidarta Ilyas, 2009).Pengobatan pada konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsunng kurang dari 14 hari. Penggunaan obat antibakteri yang tersedia biasanya dapat menyembuhkan dalam beberapa hari. Pada konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis dapat menimbulkan komplikasi yang berat (Vaughan & Asbury, 2013).

1. 2 Tujuan Untuk mengetahui bagaimana cara menegakkan diagnosa konjungtivitis bakteri dan penatalaksanaannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus (Vaughan & Asbury, 2013).

Konjungtiva terbagi atas 3 yaitu :1. Konjungtiva palpebral melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat kerat ke tarsus.2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera dibawahnya.3. Fornix tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi (Shidarta Ilyas, 2009).

Secara histologis konjungtiva terbagi atas:1. Lapisan epitel konjungtiva. Terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresikan mukus.2. Stroma konjungtiva.Dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip dengan kelenjar lakrimal terletak didalam stroma. Kelenjar Krause berada di forniks atas, sisanya terdapat di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak ditepi atas tarsus (Vaughan & Asbury, 2013).

Pendarahan, Limfatik dan Persarafan:Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri ciliaris anterior dan arteri palpebralis. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun didalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung dengan pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit (Vaughan & Asbury, 2013).

Gambar 1. Konjungtiva (Sobota, 2007)

2.2 Konjungtivitis Definisi Merupakan proses peradangan konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata (Shidarta Ilyas, 2009)Etiologi 1. Bakteri2. Klamidia3. Virus4. Rickettsial5. Jamur 6. Parasit7. Imunologik (reaksi alergi)8. Kimiawi/iritatif9. Idiopatik10. Manifestasi penyakit sistemik11. Sekunder terhadap dakriosistisis/kanakulitis.

GejalaGejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing yaitu sensasi tergores atau panas , sensasi penuh disekitar mata, gatal dan fotofobia. Adanya rasa sakit dan sensasi adanya benda asing mengesankan terkenanya kornea. Tanda-tanda 1. HiperemiaTanda klinis konjungtivitis akut yang paling mencolok. Kemerahan semakin jelasdi forniks dan semakin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh pembuluh konjungtiva posterior. (Dilatasi perilimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea atau struktur yang lebih dalam). 2. Epiphora (berair mata)Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal, atau karena gatal. 3. Sekret (discharge)Merupakan suatu ciri dari semua jenis konjungtivitis akut. Eksudatnya berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika.

4. PseudoptosisAdalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus Muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.5. Hipertrofi papilaMerupakan suatu reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Eksudat radang mengumpul diantara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva.6. KemosisKemosis konjungtiva sangat mengesankan konjungtivitis alergika dan dapat timbul pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenoviral.7. FolikelMerupakan suatu hiperplasia limfoid lokal di dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai pusat germinal. Secara klinis dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avaskular. Pada pemeriksaan slit lamp, tampak pembuluh-pembuluh kecil yang muncul pada batas folikel dan mengitarinya. Ditemukan disebagian besar kasus konjungtivitis virus, konjungtivitis klamidia, parasitik dan konjungtivitis toksik.8. Membrana. pseudomembranMerupakan koagulasi dari eksudat yang menempel pada epitel konjungtiva yang terinflamasi. Bila diangkat epitel tetap utuh. Merupakan akibat dari konjungtivitis adenovirus yang berat, konjungtivitis gonococcus dan sindrom Steven-Johnson.b. membranKoagulasi dari eksudat telah menginfiltrasi bagian superfisial dari epitel konjungtiva. Jika diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.9. Konjungtivitis ligneosaBentuk istimewa konjungtivitis membranosa rekuren. Keadaan ini bilateral, terjadi pada anak-anak terutama anak perempuan. Dapat ditemukan manifestasi sistemik lain seperti nasofaringitis dan vulvuvaginitis.

10.GranulomaGranuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering berupa khalazion.11.PhlyctenulaMerupakan reaksi hipersensitifitas lambat terhadap antigen mikroba seperti antigen stafilokokus atau mikobakterial.12.Limfadenopati preaurikulerMerupakan tanda penting pada konjungtivitis. Pada konjungtivitis herpes simpleks primer, keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis inklusi dan trakoma.Tabel 1. Gambaran Klinis Konjungtivitis TandaBakterialViralAlergik

Injeksi KonjungtivaMencolokSedangRingan-Sedang

Kemosis+++/-++

Hemoragik++-

Sekret Purulen/MukopurulenSerosa Mukoid

Pseudomembran+/-(Strep,C. Diph)+/--

Papil+/--+

Folikel-+-

Nodul Preaurikuler+++-

Panus--- (kec. Vernal)

Konjungtivitis BakterialTanda dan GejalaTerdapat iritasi dan kemerahan bilateral, eksudat purulen dengan palpebra sering lengket saat bangun tidur, dan kadang terdapat edema palpebra. Infeksi biasanya dimulai pada satu tangan dan menular ke sebelah oleh tangan. 1. Konjungtivitis bakterial hiperakut (dan subakut)- Konjungtivitis purulenDisebabkan N. Gonorrhoeae, M. kochii, dan N. meningitidis. Ditandai banyak eksudat purulen. Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksa dan diobati. Bila ditunda, terjadi kerusakan kornea, gangguan penglihatan, atau konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk N. gonorrhe, menimbulkan sepsis atau meningitis (Vaughan & Asbury, 2013). Konjungtiva mukopurulen akutDitandai dengan hiperemia konjungtiva akut dan sekret mukopurulen berjumlah sedang. Paling sering disebabkan Streptococcus pneumoniae pada iklim sedan dan Haemophilus aegyptius pada iklim tropis. Dapat disertai perdarahan subkonjungtiva. Konjungtivitis subakutH Influenzae, ditandai eksudat berair tipis atau berawan. terkadang juga dapat disebabkan oleh Escherichia coli. 2. Konjungtivitis bakterial menahunTerjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis dan dakkriosistitis menahun, biasanya unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertai blefaritis bakterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Konjungtivitis ini dapat disebabkan oleh Coryne bacterium diphtheriae dan Streptococcus pyogenes walaupun jarang. LaboratoriumPada kebanyakan kasus, organisma dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan giemsa atau gram. Pemeriksaan ini menunjukan adanya banyak neutrofil polimorfonuklear. Studi sensitivitas antibiotik juga baik untuk dilakukan.KomplikasiBlefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokok, kecuali pasien yang sangat muda. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi.TerapiBergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil lab, dapat diberikan terapi antimikrobial topikal spektrum luas (polymyxin-trimethroprim). Konjungtivitis purulen yang pulasan Gramnya menunjukan diplokokus gram- negatif, sugestif neisseria, harus segera diberikan terapi topikal dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberikan dosis tunggal per intramuskular. Jika kornea terkena dibutuhkan ceftriaxone parenteral, 1-2 g perhari selama 5 hari. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, sakus konjungtiva harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret. Untuk mencegah penularan, perlu diperhatikan higiene perorangan.PrognosisHampir selalu sembuh sendiri. Bila tidak diobati, infeksi berlangsung 10-14 hari. Jika diobati dengan baik, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan gonokok (bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak didapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

BAB IIILAPORAN KASUS1. IDENTITAS PENDERITANama : Nn. AMJenis kelamin : Perempuan Umur : 8 tahun 9 bulanAlamat : RT/RW 06/02, Desa Karang Jengkol, Kecamatan Kutasari, PurbalinggaPekerjaan : PelajarNo. RM : 247587Tanggal Pemeriksaan : 10 Juli 2013

2. ANAMNESAPasien datang ke poliklinik mata pada Rabu tanggal 10 Juli 2013 dengan keluhan mata merah pada mata kanan sejak 3 hari yang lalu, 1 minggu sebelumnya pasien mengeluh terdapat pegal dan rasa tidak enak pada mata kanan. Selain mata merah pasien mengaku sejak 3 hari yang lalu terdapat rasa sakit pada mata kanan, berair dan keluar kotoran berwarna putih. Pasien mengaku keluhan ini dirasakan terus menerus, semakin hari mata kanannya bertambah merah. Pasien mengaku tidak terdapat demam dan tidak terdapat gatal. Pasien mengaku tidak ada keluhan penurunan tajam penglihatan. Untuk memperingankan keluhan dengan cara tidur, pasien belum pernah mengalami keluhan ini sebelumnya. Pasien tidak ada riwayat alergi makanan dan obat-obatan. Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan tidak ada yang mempunyai keluhan yang sama. Riwayat pengobatan pada pasien tidak pernah diberikan obat sebelumnya. Sosial ekonomi dan lingkungan, sering lupa mencuci tangan setelah melakukan aktifitas.3. STATUS PRESEN Keadaan umum baik Kesadaran umum compos mentis

OD OS

1.0 Visus1.0

Tidak dilakukanVisus dengan kacamata sendiriTidak dilakukan

Tidak dilakukanVisus koreksiTidak dilakukan

Bergerak ke segala arah Bola mataBergerak ke segala arah

Inspeksi :Trikiasis-,diskriasis- madarosis- SiliaInspeksi :Trikiasis-,diskriasis- madarosis-

Inspeksi :Ptosis-, edem-, hiperemis-, entropian -, ekstropion - Palpebra superiorInspeksi:Ptosis-, edem-, hiperemis-, entropian -, ekstropion -

Edem- hiperemis -, tidak ada massa. Palpebra inferiorEdem- hiperemis -, tidak ada massa.

Hiperemis +, papil -, folikel -

Hiperemis+, terdapat sekret berwarna putih +, papil -, folikel -Konjungtiva palpebra superior

Konjungtiva palpebra InferiorHiperemis -, papil -, folikel -

Hiperemis-, papil-, folikel-

Inspeksi:Injeksi konj+, inj, silier- Konjungtiva bulbiInspeksi:Injeksi konj-, inj, silier-

Inspeksi :Putih, ikterik- skleraInspeksi :Putih, ikterik-

Jernih, edem -, Hiperemis -KorneaJernih, edem -, Hiperemis -

DalamBilik mata depanDalam

Coklat, kripta rapat, nodulIrisCoklat, kripta rapat, nodul-

Bulat, sentral, reguler diameter 3mm, refleks direct +, refleks indirect +PupilBulat, sentral, reguler, diameter 3mm, refleks direct +, refleks indirect +

JernihLensaJernih

Tidak dilakukan Refleks fundusTidak dilakukan

Tidak dinilai Korpus vitreusTidak dinilai

Normal, palpasi Tekanan intra okuliNormal, palpasi

Tidak dilakukan Canalis lakrimalisTidak dilakukan

4. RINGKASANKeluhan utama : Adanya mata merah sejak 3 tiga hari yang lalu, terdapat sekret yang berwarna putih pada mata, terdapat injeksi konjungtiva, dan terdapat lakrimasi pda mata kanan. RPD : Belum pernah menderita penyakit ini RPO : Belum pernah diberikan terapi untuk menghilangkan keluhan RPK : tidak ada yang memiliki keluhan yang sama5. DIAGNOSIS DIFERENSIALKonjungtivitis Virus6. DIAGNOSIS KERJAOculi Dextra Konjungtivitis Bakteri

7. TERAPIMedikamentosa :Obat tetes mata Polygran 3 kali 2 tetes sehari. (Theodorus, 2002)Non Medikamentosa :Edukasi : Cara meneteskan obat tetes mata Untuk selalu mencuci tangan sebelum memberikan obat, sesudah memberikan obat dan mencuci tangan setelah memegang barang-barang. Untuk mencegah penularan.8. PROGNOSIS ODOSQuo ad visam: ad bonam ad bonamQuo ad sanam: ad bonam ad bonamQuo ad vitam: ad bonamQuo ad cosmeticam : ad bonam9. USULAN/RENCANADilakukan pemeriksaan laboratorium berupa kerokan konjungtiva dengan pulasan Gram dan Giemsa.

BAB IVANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pasien didiagnosis Oculi Dextra Konjungtivitis Bakteri1. Anamnesisa. Keluhan utama:Adanya mata merah sejak 3 tiga hari yang lalu, terdapat sekret yang berwarna putih pada mata, terdapat injeksi konjungtiva, dan terdapat lakrimasi pada mata kanan Pada pasien ditemukan mata sebelah kanan berwarna merah, terdapat injeksi konjungtiva, sekret yang berwarna putih dan terdapatnya lakrimasi, kecurigaan terdapatnya infeksi yang mengenai konjungtiva tersebut. b. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien mengaku keluhan ini dirasakan terus menerus, semakin hari mata kanannya bertambah merah. Pasien mengaku tidak terdapat demam dan tidak terdapat gatal. Pasien mengaku tidak ada keluhan penurunan tajam penglihatan.Keluhan yang dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin bertambah merah, hal ini menunjukkan kecurigaan terdapatnya infeksi bakteri pada konjungtiva.Tidak terdapat demam hal ini dapat menunjukkan bahwa kemungkinan bukan disebabkan oleh virus karena pada virus sebelumnya akan terdapat flu like syndrom dan biasanya disertai dengan meningkatnya suhu tubuh.Pasien mengaku tidak mengalami penurunan tajam penglihatan, hal ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan visus dasar didapatkan visus ODS dapat mencapai 1.0. hal tersebut dapat memberikan informasi bahwa tidak terdapatnya kerusakan pada media refraksi akibat terdapatnya infeksi ini.c. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya Penyakit primer.a. Riwayat Penyakit Keluarga:Pasien mengaku tidak terdapat keluhan yang sama di keluarganya Hal ini menunjukkan tidak adanya faktor resiko menularan dalam keluarga.

b. Riwayat Pengobatan:Pasien menyangkal pernah diobati sebelumnya c. Riwayat Kebiasaan: Sering lupa mencuci tangan setelah melakukan aktifitas merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.

2. PemeriksaanOculus dextra bagian Konjungtiva palpebra inferior dan konjungtiva bulbi: terdapat hiperemis pada konjungtiva palpebra inferior, didapatkan sekret yang berwarna putih, terdapat lakrimasi dan pada konjungtiva bulbi didapatkan adanya injeksi konjungtiva.

BAB VPenutupPada pasien ini dengan diagnosis konjungtivitis bakteri oculi dextra, diberikan terapi Obat tetes mata Polygran 3 kali 2 tetes sehari.

DAFTAR PUSTAKA1. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas Sp.M, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta2. Voughan dan Asbury, 2009 , Opthalmology Umum Edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.3. R. Putz dan R Pabst, 2007, Sobota Jilid 1 Edisi 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta4. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Penerbit Buku : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta5. Dr.Theodorus, 2002, Penuntun Praktis Peresepan Obat, Penerbit Buku : EGC : Jakarta

12