Click here to load reader
Upload
yulasnawati
View
239
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rupture Perineum
2.1.1 Pengertian
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang
terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis
serta diafragma pelvis. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat
bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan.
Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir
semua primipara (Wiknjosastro, 2002). Robekan dapat terjadi bersamaan dengan
atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina (Mochtar, 2005).
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus
diperhatikan yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber
perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus
(ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir
yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena.
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Klasifikasi Rupture perineum
Jenis robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut:
a. Derajat satu : Robekan ini hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian
depan, kulit perineum.
b. Derajat dua : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,
kulit perineum dan otot perineum.
c. Derajat tiga : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum, otot-otot perineum dan sfingterani eksterna.
d. Derajat empat : Robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingterani
yang meluas sampai ke mukosa rectum (Soepardiman, 2006).
2.1.3 Tanda-tanda dan gejala robekan jalan lahir
Tanda dan gejala robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan
b. Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir
c. Uterus tidak berkontraksi dengan baik
d. Plasenta tidak normal
Gejala yang sering terjadi adalah:
a. Pucat
b. Lemah
c. Pasien dalam keadaan menggigil (Mochtar, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Penyebab Robekan Jalan Lahir
Yang dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir adalah Partus
presipitatus.
a. Kepala janin besar
b. Presentasi defleksi (dahi, muka).
c. Primipara
d. Letak sungsang.
e. Pimpinan persalinan yang salah.
f. Pada obstetri dan embriotomi : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, dan
embriotomi (Mochtar, 2005).
Terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak
kelahiran dan berat badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya,
riwayat persalinan. ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi
(Wiknjosastro, 2000). Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada
pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Bidan diharapkan
melaksanakan pertolongan persalinan di tengah masyarakat melalui bidan polindes,
sehingga peranan dukun makin berkurang. Bidan dengan pengetahuan medisnya
dapat mengetahui hamil dengan risiko tinggi dan mengarahkan pertolongan pada
kehamilan dengan risiko rendah yang mempunyai komplikasi ringan sehingga
dapat menurunkan angka kematian ibu maupun perinatal. Dengan demikian
komplikasi robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan semakin
berkurang (Manuaba, 1998).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Risiko Robekan Jalan Lahir
Risiko yang ditimbulkan karena robekan jalan lahir adalah perdarahan yang
dapat menjalar ke segmen bawah uterus (Mochtar, 2005). Risiko lain yang dapat
terjadi karena robekan jalan lahir dan perdarahan yang hebat adalah ibu tidak
berdaya, lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat badan turun.
Keluarnya bayi melalui jalan lahir umumnya menyebabkan robekan pada
vagina dan perineum. Meski tidak tertutup kemungkinan robekan itu memang
sengaja dilakukan untuk memperlebar jalan lahir. Petugas kesehatan atau dokter akan
segera menjahit robekan tersebut dengan tujuan untuk menghentikan perdarahan
sekaligus penyembuhan. Penjahitan juga bertujuan merapikan kembali vagina ibu
menyerupai bentuk semula (Sutikno, 2006).
2.1.6 Tindakan Yang Dilakukan
Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :
a. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma
terhadap uretra saat penjahitan robekan jalan lahir.
b. Memperbaiki robekan jalan lahir.
c. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira
selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu
atau lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan.
d. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan makanan
dan minuman pada ibu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Penanganan Robekan Jalan Lahir
Penanganan robekan jalan lahir adalah
a. Untuk mencegah luka yang robek dan pinggir luka yang tidak rata dan kurang
bersih pada beberapa keadaan dilakukan episotomi.
b. Bila dijumpai robekan perineum dilakukan penjahitan luka dengan baik lapis
demi lapis, dengan memperhatikan jangan ada robekan yang terbuka ke arah
vagina yang biasanya dapat dimasuki oleh bekuan darah yang akan
menyebabkan luka lama sembuh.
c. Dengan memberikan antibiotik yang cukup (Mochtar, 2005)
Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan
dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik. Dengan
memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi
pemberian anestesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm dari puncak
luka. Jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai bawah laserasi.
Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Ikat benang
dengan membuat simpul dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan 1,5 cm.
melakukan pemeriksaan ulang pada vagina dan jari paling kecil ke dalam anus
untuk mengetahui terabanya jahitan pada rectum karena bisa menyebabkan fistula
dan bahkan infeksi (Depkes, 2004).
Rupture perineum derajat empat atau robekan yang lengkap memerlukan
langkah-langkah yang teliti. Apeks robekan dalam mukosa, rectum harus
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan dan tepi mukosa rectum dibalikkan ke dalam lumen usus dengan
jahitan berulang. Jahitan ini diperkuat lagi dengan jahitan terputus sekeliling fasia
endopelvis. Ujung robekan sfingterani cenderung mengalami retraksi ke lateral
dan posterior. Setelah diidentifikasi dan dijepit dengan forcep, ujung robekan
didekatkan dengan dua atau tiga jahitan (Ben, 1998).
2.1.8 Pengobatan Robekan Jalan Lahir
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah dengan
memberikan uterotonika setelah lahirnya plasenta, obat ini tidak boleh diberikan
sebelum bayi lahir. Manfaat dari pemberian obat ini adalah untuk mengurangi
terjadinya perdarahan pada kala III dan mempercepat lahirnya plasenta.
Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya bersamaan dengan
perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Mencegah kontaminasi dengan rectum
b. Menangani dengan lembut jaringan luka
c. Membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau (Saifuddin, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Komplikasi
Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum tidak segera
diatas, yaitu :
a. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam
waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat
selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan
darah yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta
memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot (Depkes,
2006).
b. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada
vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka
air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung
kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi
iskemia (Depkes, 2006).
c. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena
adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa
nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.
Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa
iskiorektalis. Biasanya karena trauma perineum tetapi bisa juga dengan varikositas
Universitas Sumatera Utara
vulva yang timbul bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri. Kesalahan yang
menyebabkan diagnosis tidak diketahui dan memungkinkan banyak darah yang
hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya pembengkakan biru yang tegang pada
salah satu sisi introitus di daerah rupture perineum ( Martius, 1997).
d. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada
kala nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam
tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan meningkatnya suhu tubuh
melebihi 380
Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari
perineum, vagina, serviks dan robekan uterus (rupture uteri). Penanganan yang
dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan melakukan evaluasi terhadap sumber
dan jumlah perdarahan. Jenis robekan perineum adalah mulai dari tingkatan ringan
sampai dengan robekan yang terjadi pada seluruh perineum yaitu mulai dari derajat
satu sampai dengan derajat empat. Rupture perineum dapat diketahui dari tanda dan
gejala yang muncul serta penyebab terjadinya. Dengan diketahuinya tanda dan gejala
terjadinya rupture perineum, maka tindakan dan penanganan selanjutnya dapat
dilakukan.
C, tanpa menghitung pireksia nifas. Setiap wanita yang mengalami
pireksia nifas harus diperhatikan, diisolasi, dan dilakukan inspeksi pada traktus
gentitalis untuk mencari laserasi, robekan atau luka episiotomi (Liwellyin,
2001).
Universitas Sumatera Utara
Kaitan yang ditemukan dalam penulisan ini adalah penyebab terjadinya
rupture perineum, hal-hal yang dapat dilakukan serta tanda dan gejala yang terlihat
serta upaya lanjutan yang berkaitan dengan penanganannya.
2.2 Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( Manuaba, 1998).
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap (Saifuddin, 2001).
Menurut Mochtar (1998), adapun faktor-faktor persalinan adalah :
a. Jalan lahir (passage)
b. Janin ( passenger)
c. Tenaga atau kekuatan (power)
d. Psikis wanita
e. Penolong persalinan.
Tahap pertama persalinan adalah ketika serviks terbuka penuh untuk
membiarkan kepala bayi lewat, sebelum terbuka serviks tebal, agak keras menjadi
tipis dan lembut dengan perlahan ditarik oleh kontraksi otot-otot uterus. Jika
kemajuan persalinan berjalan lambat perubahan posisi dan pergerakan seringkali
membantu mempercepat proses persalinan dan mengurangi rasa nyeri (Manuaba,
1998).
Universitas Sumatera Utara
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). kala dua
persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala tiga dan kala empat persalinan disebut juga kala uri
atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga dan kala empat persalinan merupakan
kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) serta kala dua (kala pengeluaran bayi).
Dari uraian diatas terlihat bahwa faktor-faktor terkait dengan persalinan
mencakup mulai dari jalan lahir, janin, tenaga dan kekuatan, psikis wanita dan
penolong persalinan.
2.3 Faktor-faktor terjadinya Rupture Perineum
Terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu sendiri (yang
mencakup paritas, jarak kelahiran dan beat badan lahir), riwayat persalinan yang
mencakup ekstraksi cunam, ekstraksi vakum dan episiotomi.
2.3.1 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seseorang ibu baik hidup
maupun mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian rupture perineum.
Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami robekan perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini
dikarenakan karena jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi
sehingga otot-otot perineum belum meregang (Wiknjosastro, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Jarak kelahiran
Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang
dengan kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong
risiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran
2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu
juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu mengalami
robekan perineum derajat tiga atau empat, sehingga proses pemulihan belum
sempurna dan robekan perineum dapat terjadi (Depkes, 2004).
2.3.3 Berat badan bayi
Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya rupture perineum
yaitu pada berat badan janin diatas 3500 gram, karena risiko trauma partus
melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu.
Perkiraan berat janin tergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi
dokter atau bidan. Pada masa kehamilan, hendaknya terlebih dahulu mengukur
tafsiran beran badan janin (Chalik, 2001).
Dari uraian diatas terlihat bahwa faktor ibu dalam hal paritas memiliki
kaitan dengan terjadinya rupture perineum. Ibu dengan paritas satu atau ibu
primipara mengalami resiko yang lebih tinggi. Jarak kelahiran kurang dari dua
tahun juga termasuk dalam kategori risiko tinggi karena dapat menimbulkan
komplikasi dalam persalinan. Dalam kaitannya dengan terjadinya rupture perineum,
maka berat badan bayi yang berisiko adalah berat badan bayi diatas 3500 gram.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan mencakup episiotomi, ekstraksi cunam dan ekstraksi
vakum. Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya rupture perineum.
a. Episiotomi
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum
(Wiknjosastro, 2000). Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan
yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas
adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Pertimbangan untuk melakukan episiotomi
harus mengacu kepada pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai
dengan kondisi yang dihadapi (Handaya, 2005). Tujuan episiotomi adalah
menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak
perlu.
b Indikasi
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun
pihak janin.
1. Indikasi janin
a. Sewaktu melahirkan janin prematur.
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada
kepala janin.
Universitas Sumatera Utara
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan ekstraksi
cunam, ekstraksi vakum dan janin besar.
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan
terjadi robekan perineum, misalnya pada primipara, persalinan sungsang,
persalinan dengan ekstraksi cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
(Wiknjosastro, 2000).
Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena para
penolong persalinan percaya bahwa dengan melakukan episiotomi akan mencegah
penyulit dan infeksi, serta lukanya akan sembuh dengan baik daripada robekan
spontan, tetapi belum ada bukti yang mendukung hal tersebut
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :
a. Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma.
b. Sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dengan
laserasi derajat tiga atau empat yang terjadi tanpa episiotomi.
c. Meningkatnya nyeri pasca persalinan.
d. Meningkatnya risiko infeksi (JNPK-KR, 2002).
c. Jenis Episiotomi
Berdasarkan lokasi sayatan episiotomi terdiri dari :
a. Episiotomi medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura lurus ke bawah tetapi tidak
sampai mengenai serabut sfingterani.
Universitas Sumatera Utara
b. Episiotomi mediolateralis
Sayatan ini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju arah
belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan kearah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.
3. Episiotomi lateralis
Sayatan ini dilakukan kearah lateral mulai dari angka 3 atau 9 sesuai dengan
arah jarum jam.
d Ekstraksi Vakum
Ektraksi vakum merupakan suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin
dilahirkan dengan ektsraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum yang
dipasang dikepalanya (Soepardiman, 2005). Pada ekstraksi vakum, keadaan
fisiologis yang diharapkan adalah terbentuknya caput suksadenum pada kepala
janin sebagai kompensasi akibat penghisapan atau tekanan negatif.
Alat ekstraktor vakum terdiri dari beberapa bagian :
a. Pompa atau mesin penghisap dengan tekanan negatif
b. Botol atau tabung udara dilengkapi dengan manometer untuk membuat dan
mengatur tekanan negatif.
c. Pipa atau selang penghubung antara mesin/botol dengan mangkuk ekstraktor
vakum.
d. Rantai atau gagang penarik terpasang pada mangkukl ekstraktor vakum.
e. Mangkuk ekstraktor vakum yang terpasang pada kepala bayi
(Soepardiman, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian tersebut terlihat bahwa riwayat persalinan memiliki kaitan
dengan terjadinya rupture perineum. Episiotomi merupakan tindakan insisi pada
perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput
darah, jaringan selaput darah jaringan pada septum rsektovaginal, otot-otot dan
fasial perineum dan kulit sebelah dalam perineum. Namun demikian, tindakan
episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang terjadi lebih hebat. Ekstraksi vakum
merupakan suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum yang dipasang di
kepalanya.
Universitas Sumatera Utara