12
LATAR BELAKANG PEMASALAHAN RESETELMEN PENDUDUK* (Suatu Pengantar diskusi) Oleh: Murasa SarkaniPutra (Survey Agro Ekonomi) CIRI LINGKUNGAN PISIK Indonesia, seperbi halnya wilayah lain yang terletak di zona khatulistiwa, mempunyai daerah hutan tropik basah yang cukup luas. Daerah ini biasanya diselingi oleh dataran dataran tinggi pada beberapa tempat ataupun oleh pengaruh-pengaruh darlpada peninggian-pening- gian tersebui terhadap- pemindahan massa udara tropik, dan dikuasai il"h fuktor-faktor iklim yang khas tropis. Cirinya yaitu temperatur udara yang tinggi, biasanya kelembaban tinggi, dan banyak turun hujan yang cona-ong terbagi bagi selumh tahun. selain itu 'sebagian bujannya tesar sekali, menurut Mohr dun Van Baren (1954) kira-kira 40 kati lebih deras daripad a h ujan lebat di daeratr beriklim sedang. Temperatur udarJ yang tinggi sepanjang tatrun mempunyai pengaruh yang tidak menguntungt<an uagi pemeliharaan kesuburan tanah, yakni p"rri.rupun air yang banyak dan oksidasi humus yang lebih-cepat iurilua^u di daerah-sedang. Kesemuanya itu membuktikan bahwa di daerah khatulistiwa erosi mudah timbul dan kesuburan tanah cepat sekali mundur, jika penggunaan tanah tidak dikendalikan dan diselenggarakan dengan wajar. Kebanyakan dari tanatrnya adalah latosol-"a]nat tud, Lngat banyak terkikis, PH rendah, sedikit macam-macam benda organik. Dalam tanah itu sedikit hara tumbuh-tumbuhan vang teiseaia. Zat hara itu harus ditangkap'oleh tanaman yang sedang tumbuh kalau zat itu menjadi tersedia dan terikat oleh siklus hayati; t atau tidak demikian maka akan tercuci hilang dengan cepat. Berserakan diantara latosol itu terdapat.daerah-daerah uuifi necl aengan tanah-aluviat lebih muda dan bersifat hidromorfik. Bentukan formasi hutan banyak dipengaruhi oleh macam formasi hujan dan type iklim serta perbedaan keadaan tanah. Misalnya, pada Kertas kerja dibacakan pada Lokakarya Persiapan Survey Perencanaan Resetelmen Penduduk di Jakarta, 14-15 Juni 1974 l0

LATAR BELAKANG PEMASALAHAN PENDUDUK* CIRI …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LATAR BELAKANG PEMASALAHANRESETELMEN PENDUDUK*

(Suatu Pengantar diskusi)

Oleh:Murasa SarkaniPutra

(Survey Agro Ekonomi)

CIRI LINGKUNGAN PISIK

Indonesia, seperbi halnya wilayah lain yang terletak di zona

khatulistiwa, mempunyai daerah hutan tropik basah yang cukup luas.

Daerah ini biasanya diselingi oleh dataran dataran tinggi pada beberapa

tempat ataupun oleh pengaruh-pengaruh darlpada peninggian-pening-

gian tersebui terhadap- pemindahan massa udara tropik, dan dikuasai

il"h fuktor-faktor iklim yang khas tropis. Cirinya yaitu temperatur

udara yang tinggi, biasanya kelembaban tinggi, dan banyak turun hujan

yang cona-ong terbagi bagi selumh tahun. selain itu 'sebagian

bujannya

tesar sekali, menurut Mohr dun Van Baren (1954) kira-kira 40 kati

lebih deras daripad a h ujan lebat di daeratr beriklim sedang.

Temperatur udarJ yang tinggi sepanjang tatrun mempunyai pengaruh

yang tidak menguntungt<an uagi pemeliharaan kesuburan tanah, yakni

p"rri.rupun air yang banyak dan oksidasi humus yang lebih-cepat

iurilua^u di daerah-sedang. Kesemuanya itu membuktikan bahwa didaerah khatulistiwa erosi mudah timbul dan kesuburan tanah cepat

sekali mundur, jika penggunaan tanah tidak dikendalikan dan

diselenggarakan dengan wajar. Kebanyakan dari tanatrnya adalah

latosol-"a]nat tud, Lngat banyak terkikis, PH rendah, sedikit

macam-macam benda organik. Dalam tanah itu sedikit hara

tumbuh-tumbuhan vang teiseaia. Zat hara itu harus ditangkap'oleh

tanaman yang sedang tumbuh kalau zat itu menjadi tersedia dan terikat

oleh siklus hayati; t atau tidak demikian maka akan tercuci hilang

dengan cepat. Berserakan diantara latosol itu terdapat.daerah-daerah

uuifi necl aengan tanah-aluviat lebih muda dan bersifat hidromorfik.

Bentukan formasi hutan banyak dipengaruhi oleh macam formasi

hujan dan type iklim serta perbedaan keadaan tanah. Misalnya, pada

Kertas kerja dibacakan pada Lokakarya Persiapan Survey PerencanaanResetelmen Penduduk di Jakarta, 14-15 Juni 1974

l0

formasi hutan hujan tanah rendah sedikitnya dapat dibedakantype-type hutan huj.an Shorea, Eusideroxylon, Daryobalinops, Agathis,Dipterocarpaceae.

PENDUDUK DAN PERTANIAN. TRADISIONIL'"TEBANG.BAKAR"

Pada umumnya daerah sernacam yang diutarakan dbtas sedikitq"idydlhll. Di pedalaman Kalimantan

-misalnya, kerapatan pen-

duduk berkisar tiga sampai enarn omng per kilometer persegi.Pelusahaan'ngrusatraan yani dapat dikenal serasai tr.*lrru' kegiatanusaha tani, sebagaimana istilatr itu lazim dipakai, lada umumnya tidakada. Penduduknya biasanya diatur dalam- keluarga besar dan sistimkesukuan. (rlustrasi- penduduk Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur,dan salinan abstrak desertasi Herbert Lincoln whittier, diserbakansecara terpisah dari kertas ini).

Pertanian tradisionil berdasarkan ,'tebang-bahar! atau cara rotasitanah hingga kini masih dilakukan oleh penduduh Oi.daerah daerahdengan ciri-ciri tersebut diatas. cara mencari nafhah lewat usahapertanian semaeam itu disebut,'b erlad,ang p in'dah', atau,,p erladan gan,,sebagai_ _sinonim dad "shifting cultiinfion".Berhubuig herapatanpenduduk yang jarang maka hanyalah sebagian kecil dari seluruhwilaydh yang ditanami:pada wtiap sie,tu maw. Kesuburan tanahnyadengan cepat menurun oleh pengolahan dan bertatrun-tatrun "rumputbelukar" diperlukan untuk memperbaiki kembali produktivitaskesuburannya.Persiapan tanam dengan cara menebang pohai dan beluhar dianggapmerugihan apabila dilihat dari arti ehonomi dari jenis pohon d,an biraigperdagangan lainnya yang hini leku dipomran. catapembakaran rumputbelukarpun sedikit banyak menghambat permudaan alam daritumbuhan yang berada didaerah perladangan itu. Dibanding dengantebang pilih mekanis yang dilakukan oleh Femegang Hdk pengusahaanHutan maka ciua berladang seperti itu rnengakibatkan kerusakan hutanlebih kentara 1) dan permudaan alam yang lambat. .-RESETELMEN

. . Berhubung tata cara bermasyarakat peladang menyulitkan

1) Keterangan lisan, Tojib Lradiwijaya, Menteri pertanian RI, dalam pertemuanpembahasan Bancangan Repelita II di Institut pertanian Bogor, langgal 3oJanuari 7974.

ll

jangkauan administrasi pemerintahan, dan caxa pemanfaatan faktorproduksi tidak memenuhi prinsip kelestarian sumber alam, makaPemerintah menaru.h perhatian khusus yang diwujudkan dalam progmmresetelmen penduduk dengan maksud untuk menciptakan pembangun-an wilayah secara terintegrasi dengan sasaran (i) tertib dalam tatapemerintahan; (ii) tertib dalam pemanfaatan tumber alam, dan (iii)terciptanya sarana yang kokoh bagi aspek pertahanan dan keamanan,ya.ng bedujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Resetelmen, secara umum dapat dirumuskan sebagai usaha dilamrangka pembangunan nasional atau regionaf untula memungl?inl?ansehelompok manusia yang meninggalkan tempat semula meniadimasyarakat baru tersendiri ditempat yang diperuntultkan bagi usaha itu.Secara tehnis, dirumuskan sebagai us'aha dengan ajakan persuasif untukmemindahkan sekelompok manusia ke tempat baru di dalam suatuwilayah tertentu, dalam hal ini propinsi, dengan tujuan untukmeningkatkan kemampuan dalam caxa-cara pencaharian nafkah yang

sekaligus menjaga kelestarian sumber sumber alam'di tempat lamamaupun di tempat baru.

usaha untuk mengalihkan cara berladang pindah kepada pertanian

menetap dengan tujuan mencegah lebih lanjut kerusakan sumber alam'

terselenggarukurrnyu rehabilitasi tanah bekas perladangan dan pening-

katan iLat hidup masyarakat, berarti harus pula mempelajari

masyarakat sebagai penjeimaan dari"corak hubungan or4ng-orang di

data-m dan antar kelompoknya. Ini berarti penelaahan secara

mendalam atas prakteh berladang dari suatu masyarakat' baik

pengamatan lingkungtm pisik di daerah perladangan maupun tata cara

p"rriUiuyuu' dan penghasilan serta penjuatan hasil ladangnya. Sejauh

mana praktek ladang itu bermanfaat bagi keluarganya dan dalam hal

upu r4u usahanya itu mengganggu proses kelestarian sumber alam'

PERLUNYA SUATU SURVEY-

Adanya suatu survey dimaksudkan untuk menggambarkan pola

hubungan antara manusia dan"aspirasinya dengan sumber alam yang

harus dikendalikannya. Bentuk hubungan itu bisa digambarkan dalam

,.rut, ,"rr"ana kerja yang memproyeksikan tahap kegiatan masing-

masingbidangyu''gput.'tterkaitdenganprogmmresetelmen.Karenaitu trijuan Survey- i"r"rr"urruutt Resetelmen Penduduk yang perlu

dirumuskan adalah :

t2

(a) Menyusun tata perencanaan resetelmen penduduk melaluipengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian laporan yang' mencakup masalah pendayagunaan tenaga kerja, produktivitastanah untuk pelbagai cabang usaha \tani termasuk tanamanperdagangan, petemakan dan perikanan darat, serba harga-harga,jaringan perdagangan dan pusat pasaran.

(b) Menentukan kriteria yang tepat tentang pelaksanaan resetelmenpenduduk di tempat lama dan baru.

(c) Merumuskan alternatip sistim dan metoda resetelmen penduduk.

Berhubung ruang lingkup survey mencakup aspek pertanian,ekonomi, sosial-budaya, sosial-antropologi, tata-pemerintahan sertaaspek pertahanan keamanan, maka kegunaannya baik yang bersifatumum maupun khusus masing-masing daerah adalah untuk pengarahanpada pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan program resetpj-men penduduk.

Dalam diskusi ini terundang para akhli dari UeiUagai disiplin yangdari padanya diharapkan sempat mengisi kerangka rencana surveysecara lebih tajam'sehingga kita tak ragu 'ketika berada dilapangandan tidak bingung ketika menulis laporan.

BAHAN BACAAN

Direktorat Reboisasi dan Rehabiltasi, Direktorat Jendral Kehutanan.Penjajagan Reboisasi Nasional di Indonesia. Penerbitan No.gTahun 797 I ; \27 haJaman.

Mohr dan Van Baren dalam Lubis D.A. Peranan Tanaman MakananTernak Dalam Rangka Penghijauan"Rimba Indonesia Tahu4 XI (1, 2, 3,4): 39 - 52

Max F. Millikan dan David Happgood. Tiada Pahen Yang Gampang,Dilemma Pertanian di Negara-Negara Terbelakang Diterjemahkan oleh: Sitanala Arsjad, Edi Guharja dan Soetarmi Tjitrasoma;diperiksa.dan disempumakan oleh Sajogyo.Penerbitan Kinta, L97 2.

Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur. Buku LaporanLokakarya Resettlement Penduduk, 19T8.

13

Lampiran 1.

Propinsi

1. Bengkulu2. Kalimantan Ba-

rat .

3. Kalimantan Te-ngah

4. Kalimantan Se-

latan

5. Kalirnantan Ti-mur

6.Riau

7. Sumatera Ba'rat. .'

8. Sumatera Uta., r:"

ra. r' :

i'L'

9. Sularuesi Tenggara

Lokasi

1. Bengkulu. 2. Sanggau

3. Sintang

4. Tampak. 5. Kumpai Bdtu

6. Lemiring?. oitrin

8. Tapin9. Kotabaru

l0-.Sembuah, TepianbuahIdo, Long Noran,-LongSegar, Mara

11. Lutan Baru12. Ritan Baru13. Long Beluah14. Sekatdr Biji15. Long Kejeak

t-6. Kempar1?. Indragiri Hilir

18i Mentawai

19. Labuhan Batu )

, 20. Asahan

21.. finanggea

200200

250

t4

JumlbhKepala Keluarga

100100100100

200200

510

385367118394175

200300300

400

350.

-

10. Sulawesi Se-latan

11. Sulawesi Te-ngah

12. Sulawesi Uta-ra

22. Sadang (D.A.S.)23. Jeneberang (D.A.S.)

24. Palopo

25. Gorontalo

300300

300

2.000

,7.949Jumlah

Sumber : Direktorat Jendral Kehutanan, Departemen pertanian R.I. 1gz4

Lampiran 2

TURUNAN PENDUDUKKABUPATEN KUTAI*)

Penduduk daerah Kutai terdiri dari berbagai suku dan tersebardalafn kelompok2 kecil didaerah yang begitu luas, kecuali di-kota*koiadan dekat kota terdapat pemusatan penduduk dalam jurnlah besar.Didaerah bagian pantainya penduduknya terdiri dari suku Bugis yangmenempati daerah2 strategis ,dan subur untuk penangkapan ikan danpertanian. Sedangkan disepanjang sungai mulai kota Tenggarongpenduduknya adalah suku Melayu, Vffig didaerah ini disebutkan sukuKutai dengan masing-masing dialeknya.' Dibagian pedalaman dandi-udik2 sungai Mahakam serta anak2 sungainya berdiam pendudukdengan suku induknya suku Dayak ( suku pedalaman). Tapi di-daerah2danau terdapat perkampungan2 suku Banjar, terutama di-danau2 besarseperti Jampang, Semayang dan Melintang sebagai penangkap ikan.

*) Di turun dari: Pengantar Ke Kalimantah Timur Zamrud Nusantara. yayasanLestari Pres Bagian Penerbitan Pengantar Ke Kalimantan TimurZamrud Nusantara hal.94 - 9b Edisi tahun 1928.

l5

Tentang suku Dayak mereka terbagi lagi dalam kelompok2 sukukecil, yang tak. kurang dari 9 suku2 kecil dengan masing2 bahasa dan

adat istiadat yang agak berlainan. Suku2 kecil ini masih tevbagi2lagidalam kelompok2 yang memiliki diatek bahasa sendiri2' Sembilansuku2 Dayak ini ialah:L. Suku Kenyah, yang mendiami daerah udik sungai Mahakam dan

anak2 sungai Mahakam seperti Belayan dan Kelinjau' SukuKenyah ini masih terbagi dalam kelompok2 Kenyah Umak Timai(Tabang), Kenyah Umak Tukung, Kenyah Umak Jalan, KenyahUmak Tau, Kenyah Umak Bakung dan lain2, yang dibedakan olehasal kelompok dan perkampungan mereka. Dan mereka ini masihbisa digolongkan sebagai suku yang mempunyai sifat nomaden

(suka ber-pindah2 tempat). Tapi suku Kenyah tergolong pulasebagai suku yang agak maju, rajin dan ulet dalam bekeda sertamemiliki sifat2 dinamis, cuma sayangnya sifat yang senang

mengembara dari satu tempat kelain tempat masih belum dapatmereka lenyapkan.

2. Suku Bahau, mendiami daerah udik sungai Mahakam terutamadidaerah Kecamatan Long Iram, Long Bagun, dan Long Pahangei.Mereka termasuk suku yang sudah maju dan telah membuatperkampungan secara menetap.

3. Suku Modang, Vmg juga terdapat didaerah Kecamatan Long lram,Long Bagun, Long Pahangei, dan diudik sungai Kelinjau

(Kecamatan Muara Ancalong dan Muara Wahau) sama halnyadengan suku Bahau, bahkan mereka memiliki hasil2 kebudayaandan kesenian yang cukup tinggi.

4. Suku Tunjung dan Benuiq, selain terdapat dipedalaman sungaiMahakam secara menyebar juga beberapa kelompok .diantara

mereka berdiam dekat pemusatan kota. Tapi jumlah mereka palingbesar terdapat di daerah2 Kecamatan Barong Tongkok, Melak,Muar4 Pahu, Damai, Muara Lawa dan Tanjung Isuy. Dari suku inimasih terdapat zuku BENTIAN yang berdiam didaerah BentianBesar, agak memencil diudik anak sungai Kedang Pahu.

5. SLIKU PENIHING, terpusat di Kecamatan Long Apari (Kecamatanpaling ujung disungai Mahakam) dan jumlah mereka tak banyak,paling2 sekitar 2.000 jiwa. Meskipun mereka agak terpencil,mereka tidak suka berpindah-pindah dan dalam petadaba4 takterlalu terbelakang

t6

LI

uerteq,Bped u"{Jod"l "?l{ Iq pr{ uep .{e{ug n{ns r.rep Bru"+rual

'eduueFuel ueurfe.ra4 gsuq ueFuap eFnt leua{rq rur qeraup >lnpnpuad

rael wnlaq uerl.rodepp Eue,{ eurna .,r, *,*r.r llrr{filtJtLn|"t ttTrjrHLT-#

seua'3r1 996 rudures ?"?Bcrol qeured 1elny qeJa"p qunla$p Lre>lrul"[prw Fuor$peJ? €I?cas s"tua uBsqesn8uad edu Treure.r n+>IeA{ eped ualqeq'{e>{as ue.,{eurn1 efugsell 'Funlnpuaui ueFuap rBJnJ s?wa ueuecued

(ursnru eped efuelrrru/v\ rune{ etue+rua+ 4u,{eq rulns {npnpuad

uu{+nqa$p Iq qerdeprp uduurntun Eue,{ ,ue;uel *;#Jjlt##; uu8uap eduurel ueun8ueq ueg€q ue>lpseq8uatu e?Jas ulp n{a1I.rep Z{opq uep'(u1p nr{uq rrep q"wru de+e ) derrs lenquaur rl.redasueun8ueq uBqeq uulenqtuad ue4efre8uau e8n[ u>1a]atu .rur ueuelnqaqSueprqrp n+r urcras 'nz{u>1 ue8ueqauad u",r*lera.' r'ruuJ-r'ruuroqs>Ialaru 1F8uq nferl e8.req ueepea{ uelqaqa{ uep ,,deq_rrfueq., erej e{e4etg :epur+ rrr\62[ t,ortiL.l uucpsd{ ulrlrqeqa>I uBp {.oe{_Illu3q.,ue{lnqasrp Stref puorsrpeJ+ p.r?cas rupunq nzte>1 ue8ueqauad ue{q€ u?{qaloqrpn+{81'a eped ne+€ rursnw eped rpadeg .uuepua{ r1n>lrFuaur Bgnturtutursnur r+runuatu urcIas rul uerreq?Jued eleru ueq .u.rtuur?l u€Fqumsuermqecuad eleu ure8er ureceurJaq r{11rruaru 1u?ny guraep >lnpnpuad'4oqod uerreqeauad eleur rcFeqas uuuerp.red .rep .rer,repad- urulag

VAVN HVUSVO T NVIUVHVCNgd VJVIAI

'edunlua1 B{araw uednprq8uad de.re? ue4lalFur8uaur Eurduresrp'ueleqesaq uep ueryptpuad Eueprqrp eum+nJo+ uueurquad nlepuaq8uau8ue,t rur ueurepped ru{ns rmp I4pra+ ez{nlnpnpuad,uaso.rd 0g rldurequ€{€+B{rp ludep rB+nX r{"raep qrunlas 4npnpuad asequaso.rd ur"teq

'ue.{epg rc8uns Ip {1pnSuqed uulerrrecax qenqas ,Fueqe;, u?+ewecex 1p 11ca{ uefueliquru1ep ledeprq rur u{aratu IB+ny q"Jauprq .JnurJ, u"lu€rurlexrpraeprp Surseraq. nqng reFeqas ue{rse{rJll€r\{}ilp ,NVNnd nyns

E uer n4 eru dur4 F ue,r I y yn " "o **I #lg

t"i" i]S":"i:T*T$:l tFe1 ledepra? qrseu .uedy Buol Ip 1uI uelndag ru1ns uwlas

'qepuar >1eFe Suef ueqeperad de.re1 ue8uap [ca{ Zn{ns ueludn.raurSuef rledy Buol Tuelegrecax rp ledupraq eFn! ,1qy6ndgs

n11ns

.L

'9

,II

I

qo1 Xeqeperad urupp u€p Lfepr'pcuad.rq 4e8e e>1a.raru rmcil:i'>1uz{ueq {B+ B>lalaur qepunl uetrue+etu"cay) f.iedy Fuol ueleuru

'nqed Fuepey reEur::u€r+uag qsJaeprp urerp:aq Bue-irur n>lns rreq 'fns1 Sunluel uup'{elatr{ '>1o43uo1 Suoreg ueterFuqed B1oraru qeFunf rdel -e:.o:1

em+uerp >iodtuola>1 ederaqacrc8uns ueureppadrp ledepral

-u

ueedupnqa>1 ZIISBq r{rlruiatu E{iedupq eures (neqe6 EJenJ! r

nufurlay p8uns )ilpnlp r-rei'ruur1 3uo1 ue?eurpoax rfeJa€prp

+Bnqruatu qeia? u"p nieu qup'ta8ueqe4 Fuol uep 'un5eg F::o-€tue?rua? rrrc{eqelf rcFurs q::t

ledep runlaq r{rserrr tedula: u:BlFueuas Sued IeJIS e^iuluejesepas ehalaq tu€Izp lain uEp 'jlulnd 8uo1oEra1 qeiuax ni{tr !

uap?ruou 1e;rs reiundu:au ;rTIISBTU rur e{aJalu uec 'E{a.Iaur rqalo u€{epaqrp Sue.i'6i:re1 uer !qeduay 'uelef {Etu^l qa-i:ag -l

IBUTI;, >leurn qe.{uay 6rloiulola:n{ns 'nelurlay u€p ueje;aguep tue:l"qetr11 r-e8uns y-rpn LT-,.{ar

usFquros 'ul4puas "sEqeq

{3T€Ge17fieq-ta? qrs€ru rur FraI e:iluep €setlsq gFurseru ue8uap ;raa:nqns 6>lodurolo>l uretep Fet Fec

nuJetua>lrp reluud Fueluedas re8uns Suert >1eEe

p48uep ue{n>1eleru

tersendiri' Bagr beberapa penduduk didaerah pedalaman, kadang2dalam waktu tiga bulan set<ati -"r"t u pergi memasuki gua2 batu untukmencari sarang burung yang dijual dengan t *gu yu.rg ""k;; tinggi.Bahkan penduduk suku nayat< -uriir-il"-iliki suatu kebiasaan mencarigeliga pada binatang2 perburuan tertentu-seperti naoat, Jan beberapajenis monyet yang cumi terdapat iriJuf oidaerah ini.

Dihutan daerah ini yang terhitung paling luas di Karimantan .ril*selain terdapat kayu yang berbagai jJnis, terdapat p,ra hasil2 lainnyaseperti rotan dan damar yang juia berbagai jenis sebagai sumber matapencaharian rakyat, tapi sayang Lur"rru k"uduu' rr*gi r." aua macambahan produksi ini sangat rendah dewasa ini rakyat il;r ada animountuk mengrsahakannya. Begitu pula dengan pun"*iu., t ,lrt berbagaijenis reptiel- Kalau'kita bicar"a t""iune iu"rah Kutai, kita berbicara tentang sebuah daerah yang paling kaya d"engan kekayaan alam yang masihYruuf belum digali.. oaeran i"i ;;"g*dung berbagai ragam kekavaanalam dan mempunyai masa d-enan v*? q1r5,^;"pi,av""J r?r.ii dibidangparrsan daerah ini

,pada t3frun igt-zttgzi i;i;ilrUliirii, +r.ooohektar dengan hasif diperr.itutu" -sO.ooo

ton gabah, karena terjadikerusakan hampir qOZ" dari t*rru-un padi rakyat, akibatnyapada tahun rg73 - ]g7a yang utunJutung daerah ini paring sedikitmemerlukan beras 17'000 ton. Tapi karau dibandi'gkan dengan hasiltanaman lainnya vang diangg"p r"uigi'ilantuan bahari -ur.*u' rakyat,maka kekuatiran at an r."tur";g* ah- jumlah yang terlampau besaritu tidak perlu ada. Jqr'r*r varrH' Lerretrl

Lampiran 3

TURUNAN

BOOK REVIT& BTBLI

ABSl

Social Organization and symbcAn Ethnographic Study of r

(Borneo) 1)

Herbert Lincoln Whittier (Ph

The Kenyah Dayak of B

burn agriculturalists with cognin over 100 multi-longhouse vKenyah Dayak are subdividedto Leach, the class stratificatreaches its fullest expression a

modern ethnography of the Kstratification and its effects inworks is two fold: 1) to prori,Subgroup, the Lepo Tau; andto examine the social organipeople through one of their s{

The field research on wlout in East Kalimantan, IndonrTWo Communities of Lepo Tz1) Long Nawang, a multi-lorKayan) and, 2) Mara Satu,

1)

Some of the abstracts priInternational, University IvIicr,Positive micrifilms of the dissrxerographic copy may be purto Frank J. Shulman, of theEditor with copies of the abstl

Diturun dari: BORNEO RES1973 halaman 72 - 74.

*)

l8

6l

'vL -.zL u€ul?l€q tr6T'rcqwaldag Z'oN'9 'lo^ 'NIJS"I.IOS HCUVSSSU OSNUOS :lrep unrnllo

's?J€rlsqe aq1;o sardoc qll/r\ rollpgoql papr^ord s"q oqrr 'uuFtqc;ry ;o flrsraalun aql Jo 'uetulnqg 'f {uerd otpalqapur fylea.ri sl ggg aqJ, '0I$Sn .ro; peseqcrnd aq ,{eru ,{doc clqderFo.raxB pue ?$Sn roJ paurelqo aq d€ru palou suorleuasslp oql Jo sLulIJIrJIru o^Illsod

'v'S'n '90I87 ueFlqctry'.roqry uuy 'stulqorctlq dltsrarrtu6l 'leuolleurolulslcurlsqv uollepassrq ruorJ ar€ oroq palulrd qc€rlsqe aql Jo awos

Fuol uro4 s+rrer8rru'Jo flrunwuroc e 'n1eg u.re141 (Z 'pue (uefeyody aq1) Jorra?ur aq? uI e8€ml asnoq8uol-r+Fur B 'Fuemu111 3uo1 (1:qcreasal oq+ ul pa^lolut a.ra.ta. qeduey neJ odal go ser?runruuoC o/$J'116T 'aunp q8n.o.rql0/,6T '.{etr41 uro.r; Ersauopul 'uelueurrpy lseg ur +noparrrec sBlr paseq fu uorlelrasslp qq? qDIq^{ uo qcre€sal plalJ aq,l'JarrJec fqeq ro ',Dq aLlI Suorlnlrpur IRrJos 4aq+ Jo auo qFnorql aldoadasaq+ Jo uor?ecrJr+BrF leroos pu" uollezrueF.ro lercos oq+ aunuexa o?'puno.r3>1ceq se fqde.6ouq+a aql q?p\ (Z pue Ine; odal eq+ (dno$qnsqufuay auoJo r{4a{s crqde.iFouqla ue oprlord o1(1 :pIoJ oltl fl s{ror!\slq? Jo asod.rnd aq;, 'uot1e?rueF.ro lercos ur slcaJJa s+r pue uor+BJrJr?eJ+suq1 aroldxa o+ qcrqr\ q1rru, saldoad qefuay aql Jo ,tqder8ouqla urapourou sr aJaql '(gl:OqOt) quduay aql Fuoure uorssardxa ?sollnJ Er saqcearsdnor8 oarrJog ztueu Euoure uaou{ uor+€JrJr?eJp sselJ aq1 'qeea1 o1Furp.roccy 'sdnorFqns pauau ,tpo; olur popl^pqns are >lerteg qeztuay00'0? ra^o aq;'oauJog IBJluaO ur sa8egrn asnoqFuol-r?Inu 00I JaAo rna^rl oqa uorlezrue8ro l€rJos Jo srrrJoJ crluuBoc qlr.rl s+sllurnlpcrrFu urnqpue qsels are (oaurog) rnur;, ue+uururley yo >1efeq qefuay aq6

( SL6l {ryua,uup a1q7g unSlqrl^l 'e'qd) hlglttfuI ulorur.l uaqraH

u'?ue..,ltey +seg Jo qufeg qez(uay agt Jo dpnts "tuo"r[:J;ilt:? :uorler?ualaJJlq Ispos yo sloqufs pue uorlezrueF.r6 1ercos

(* SISVUISflV(r',l,rrdvucoITgIg r

SJCVU J,S gV'SI\gIA g U X O Og

NYNINUNJg ue.ndruel

-arh.ih-s--

(r

(*

.resaq nedtuel.ral Bue.{ qe1unf u'1ez(qe.r u€uel1etu ueqeq uenluecgseq ue8uap uu48rnpueqlp rletrlpllpes SurJud rur qeraep Furlrrefuleqr4e ,1e,t4er

Iped ueuIpefia+ €uare>l ,qeqe8 uot 00C000'17 qrqal Fuern{ Iul g:6IFueprqrp ;1e{as Fue,tes rAnr:Fqueederlaq ure8er re8eqraq Bunpuqlsuu; 8ue,r{ ruuJe uee-ie1a:1 u6'rueJ EJscrqJeq ?lp{,IBln}l qErsEp

re8eq.raq Jr[n{ uerJuJuad ueEuapourrue epe Suern>1 1ed4e-r IuI eerueoeru enp" a{ u8mq urepea:1 IB+"rrr Jaquns rcBeqas nual re3equ{uurc1 ZIIsEq epd ledepral .sfr

Jnu4I ueluerurpx jp seni E:rrzd.rul qera€prp

ederaqaq uup .qepeq rgadas rtrurlecuatu useserqa{ n+ens r)tlrrtller

'f8ur1 dnrlnc Bue,{ e8req ue{n?un nleq 6un8 r4nseruaur lBlad68uepe4'ueureppad qeJa€plp

E--

Nawang living a short distance from the coastal town and adminishativecenter of Tandjungselor. Most of the data were gathered fromparticipant-observation and from unstructured interviews. Additionaldata are from village conouses and from extensive genealogies.

The baby carrier (ba') which is prepared for every child inKenyah society, in some cases carries a large symbor complex attachedto it which demonstrates and validates the status of the individualcarried theie in. It also lends a spiritual protection to newborn infantsin a dangerous period when soul loss'is viewed as a primary reason forinfant mortality. The symbols which are combined on the baby carrierare too numerous and valuable to be the property of any one indiviclualand are borrowed from kinsmen. Thus the creation of each new ba'creates a network of exchange relations between kinsmen, most notablywomen, which adds to the unity of the village and especially to that i:fthe upper class in Kenyah society. In most areas of life the elaboratesymbol complex of the. christian missionaries, ydt in the context of theba' t'he symbols remain in use. By examining inu sociar history of theLepo Tau and then exploring some aspects of their culture and scicialorganization, we can posit some of the reasons for the elaboration ofthe ba 'among the Lepo Tau.

The social and migration history of the Lepo Tau shows theycame to hold a unique position among other Kenyah groups in the ApoKayan. First the followers of the Lepo Timai Kenyatr, the Lepo Taulater, through a series of alliances with the Uma Djalan, the UmaTukung, and the Uma Kulit Kenyah, rose to,become a powerful groupin the interior. t'his position was further validated by- the surtan ofKutei at the mouth of the Mahakam River, and then by the Dutch whoeventually established a military installation in the largest Lepo Tauvillage, Long Nawang. The Lepo Tau and their leaders (paran) th:usbecame the most powerful group in the Apo Kayan. The greater thesocial power, the greater the number of power symbols necessary toprotect souls in transitional stag,,:s (e.g. birth and death) as weil asto demonstrate and validate status. starting in the early 1940's thechristian church exerted its influence, and as a result of the church andother factors, in 1970, we find over ninety per cent of the populationof the Apo Kayan, adherents of Christianity. Christianity demandedabandoning most of the symbol complex used by the Lepo Tau todepict status, for these symbols are also bound into the religious system

20

of the Kenyah peoples. Thethe qualitarian nature ofachievement which has alxsymbols of power and statusymbols were gone from eve

and on the caskets of uppesupported that these examptradii;ional symbols on the b

protection of the soul at traran indication, validation and3) the continued usage of tlsocial unity through the n

exchange.

i

II

aa

'aFueqcxe

loqru,ts ,Dq u\ paalo^ur uatusu{ Jo >lJo/r4.?au aq1 q8no.rql dlrun J?rJosJo rrlroJ e saprlord ,Dq arl+ uo sloqur.ds esaql yo aFesn penurluoc aq1 (g+Bq+ pue 'uorlrsod prJos Jo uor+"J+suouap pue uor?eprlsl 'uorlecrpur rluse 'luepodtur oJour (Z pue'spor.rad l"uor+Isuerl +B Inos aq+ Jo uorlcalo.rdaq1 rcJ paau Sutnutluo) n (I ol pappr y .Dq aq? uo sloqurz{s teuolllpe4Jo uorl€Joqela ua^o prle suor+uo?ar Jo saldurexa asaq? +eq+ palroddnspuu paz$aqloddq sr ?J 'slunpl^Ipul ssuJc raddn Jo sla{sec oq+ uo prrB

,Dq ar4+ uo paurelual faqq 1nq 'aFesn depdrana uro.rg: auo8 a.raru, qtlqur'rts

lsotu 'l{pnls zttu yo aurq aq? le 'OL6T uI 'sn+B+s puu .ranod go qOqur{szt.relrpa.raq aq+ uo toaJJa arulu8au e peq osp seq qclqlll +uauoAarqceqFnorql ,{lrpqour pazsuqdure pue ue{u Jo arnluu uerrelrpnb aq+possal+s al"q +uaruuralo8 pcol pue rlcJnr{c aq;, 'saldoad qer{uey aq+ Jo

uralsfs snor8gar aq1 o1u] punoqo? nB;, odal aq1 .{q pasn xalrpapueurap flruerpl.rq3 -,etueguorlepdod eql Jo luac rad .{1arpu? qrrnr{c aq? Jo +lnsar e s3 pueq? s,076I {1xsa aq1 rn Fmgers's [o1'A se (qleep pue qqrrq .3.a

o1 .dressaceu sloqu{s raarod 3oaqq .ra1ea.r8 aq;, .uu,{uy od1' arsnql (untod) srapeal 4eql puene;, odal lsa8rel aq? q uogenoq^ qc1'n0 aq+ ,tq uaql pue .raa

Jo u?+lns aql ,(q pa??prle^ raqdno.rF lng.rea.tod s oruoffiq o? ascBurfl aq? 'ue1efq eurg ar1l q$ne;, odal aq1 ,qeduay

5eurlI o{ody aq1 ur sdnor8 qef,uay raqlofaql su,oqs ne;, odal aq1 go d

Jo uor?"Joq"I3 aq? roJ suosBar aferJgs pue ernllnc naql go slcadaq+ Jo ,{.ro1srq Frcos aql Ernlrruraq+ Jo +xa+uoc aql q 1a.t taueucalProq"Ia ag+ aJn Jo sEarE lsolujq ?Eq? o1 f,lprcadsa pue a8e6,r a,t1qe1ou qsour'uerusun{ uaas+aq I

.Dq l^.Alu qcse Jo uo4?arc aryt slpnpl,\pq auo ,tue 1o d3.ladord arrar.Lrec {qeq aq1 uo pawqrnoJ anroJ uosBal r{.reur-ud e sB pajaatA sls?uuJur woqaou o1 uorleaqord pIEnpI^Ipq ar{+ Jo sn?P?s aw sa?paqce?+" xalduroc loqurf,s a8rel eu-r pfqc r{.rela .ro3: paredard sr

'sar8opeuaE a^Fualxa uIBUoI+Ippv'sl!r,or^ra+w parnpn-sruoq: pa.raqleF oJarla B+sp aqla^r+?J+srurlups puB u^ro+ ls]sBor a