Upload
muhammad-iqbal
View
75
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
68
BAB 4
HASIL SIMULASI PROSES PENGUMPANAN MATERIAL PADA
PENGGILINGAN AWAL DAN ANALISISNYA
4.1 Pembahasan Hasil Penelitian
4.1.1 Tampilan Software
Software simulasi ini menampilkan 3 form tampilan yaitu:
a. Form simulasi
Gambar 4.1 Tampilan awal
70
c. Form aktual setting motor
Gambar 4.3 Tampilan Setting Motor
4.1.2 Cara Kerja Software
Mula-mula nilai SM,LSF dan AM dimasukkan sesuai dengan target kualitas
semen. Ketiga parameter ini merupakan penentu sifat semen. Penjelasan
tentang ketiga parameter tersebut telah dibahas di bab 2. Lalu diatur nilai Fe2O3
yang dijadikan acuan untuk mendapatkan perbandingannya dengan ketiga
campuran yang lain. Kemudian juga diatur nilai set point, dimana nilai set
point ini adalah banyaknya semen yang ingin dihasilkan setiap jamnya. Hal
yang sama juga dilakukan untuk konversi nilai rpm ke bentuk ton/jam (catatan:
nilai konversi ini sebenarnya berbeda-beda untuk setiap bagian material. Hal
ini tergantung dari bin masing-masing material. Dalam hal ini diasumsikan
71
sama untuk setiap material). Berikutnya diatur nilai-nilai yang ada di kiri
tengah, dimana matriks 4x4 ini merupakan penentu komposisi kandungan CaO,
SiO2, Al2O3 dan Fe2O3 pada masing-masing material. Kemudian diatur
settingan motor untuk Limestone, silica, shale dan iron ore sesuai dengan
persamaan keadaan ruang masing-masing material (state space). Hal yang sama
juga dilakukan pada Tegangan input masing-masing material.
Kemudian saat di klik button “start simulation” maka tampilan layar akan
seperti gambar 4.1 diatas.
Saat program dijalankan, proses akan dimulai dengan perhitungan
perbandingan nilai Fe2O3 dengan ketiga campuran lainnya dengan melibatkan
nilai SM,LSF dan AM. Setelah Perbandingan ketiga nilai tersebut didapatkan,
maka keempat nilai perbandingan tersebut di total dan kemudian di proses
dengan perhitungan untuk mendapatkan persentase kandungan masing-masing
campuran. Setelah persentase masing-masing campuran didapatkan maka
diperoleh kuantitas masing-masing material yang diproses dari persentase
masing-masing campuran dengan setting point yang telah dimasukkan. Nilai
kuantitas masing-masing material ini hanya bersifat sebagai informasi bagi
operator. Nilai yang kemudian diproses untuk menghasilkan setting point
masing-masing material adalah persentase masing-masing campuran. Caranya
yaitu dengan mengkalikan antara invers matriks 4x4 yang nilai-nilainya berasal
dari laboratorium dengan persentase masing-masing campuran. Hal ini
disebabkan karena matriks 4x4 tersebut digunakan sebenarnya untuk
mendapatkan nilai persentase masing-masing campuran. Jadi untuk
mendapatkan persentase masing-masing material dengan matriks yang sama,
72
maka terlebih dahulu harus diinverskan nilai matriksnya kemudian dapat
dikalikan dengan persentase masing-masing campuran. Untuk nilai komposisi
matriks 4x4 dapat dimasukkan dengan mengklik tombol komposisi material.
Tampilannya dapat dilihat pada gambar 4.2. Setelah mendapatkan persentase
masing-masing campuran, maka nilainya ditotal. Kemudian melalui
perhitungan antara persentase campuran dengan total dan kemudian dikalikan
dengan setting point yang telah dimasukkan, maka didapatkan kuantitas
masing-masing material.
Kemudian kuantitas masing-masing material yang jatuh tersebut dianggap
sebagai debit masing-masing material yang jatuh dari masing-masing bin,
dengan persepsi bahwa nilai-nilai ini merupakan debit keluaran setting point
(yang diharapkan). Kemudian debit keluaran setting point masing-masing
material ini dikonversikan ke bentuk putaran motor (rpm) yang dihasilkan
dengan konversi antara rpm dan ton/jam yang diatur sebelumnya.
Kemudian proses akan beralih ke nilai-nilai persamaan keadaan ruang sistem
motor yang kita atur pada masing-masing motor. Tampilannya dapat dilihat
pada gambar 4.3. Nilai-nilai persamaan ruang tersebut kemudian di
konversikan ke fungsi waktu dengan menggunakan teori runge kutta orde 4.
Proses konversi dengan metode runge kutta ini dilakukan setiap waktu (terus
menerus sesuai dengan nilai interval waktu yang kita atur pada kolom interval
waktu).
Setelah nilai putaran motor aktualnya didapatkan, maka seharusnya nilai
tersebut harus dibandingkan dengan nilai setting pointnya. Hal ini dilakukan
dengan prinsip PID controller. Dimana fungsi PID controller ini yaitu untuk
73
mengurangi nilai error antara setting point(nilai yang diinginkan) dengan actual
point (kenyataan dilapangan) dengan cara menghasilkan suatu manipulasi
sinyal. Dimana diharapkan nilai kecepatan motor yang dihasilkan oleh sistem
nantinya sama atau mendekati nilai setting pointnya/yang diinginkan. Setelah
didapatkan nilai aktual yang mendekati nilai setting pointnya melalui
kompensasi sinyal, maka berikutnya akan dikonversikan kembali ke bentuk
ton/jam dengan variabel yang telah dimasukkan. Sebagai catatan, nilai
tegangan masukan dapat diubah-ubah walaupun saat proses berjalan.
Kemudian setelah didapatkan nilai aktualnya, maka dapat diketahui kapasitas
material pada masing-masing bin. Hal ini dilakukan dengan integral hasil
pengurangan kapasitas material yang masuk dengan kapasitas material yang
keluar. Namun integral tidak dapat dimasukkan ke dalam proses pemograman.
Untuk itu di dalam proses pemograman ini, dilakukan konversi numerik lagi
dengan menggunakan metode runge kutta kembali. Nilai ini juga bersifat real
time mengikuti jatuhnya material yang masuk dan material yang keluar pada
masing-masing bin. Material yang masuk pada tiap bin tidak berlangsung
secara terus menerus. Material hanya akan ditumpahkan ke dalam bin jika nilai
material di dalam bin itu sendiri telah mencapai nilai tertentu yang dianggap
sebagai standar nilai terendah untuk suatu bin. Misalnya dalam program ini
proses pengisian bin hanya dilakukan saat material 100 ton atau dibawahnya.
Setelah mencapai batas maksimumnya, pada program ini 200 ton/jam, maka
proses pengisian ini berhenti. Begitu juga pada saat kapasitas material pada bin
terus menurun sampai 100 ton/jam kembali, maka material akan kembali diisi.
74
4.1.3 Tampilan Grafik dan analisa grafik
Actual Point , Set Point dan Volt Motor Limestone
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1 191 381 571 761 951 1141 1331 1521 1711 1901
Second
Volt
Actual PointVoltSet Point
Gambar 4.4 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Limestone
Persamaan keadaan ruang yang digunakan pada sistem motor limestone adalah:
eaLmmLmmLm
−
+
−−
=•
5,475,6
.155,6210
ωω
Dengan menggunakan persamaan keadaan ruang diatas pada motor limestone,
maka motor akan mencapai kecepatan yang diinginkan sekitar 72 detik (sumbu
x pada grafik adalah 1/10 detik). Agar nilai kecepatan actual motor hasil
perhitungan terhadap persamaan keadaan ruang diatas dapat mencapai nilai
yang diinginkan maka harus dimanipulasi. Hasil manipulasi nya dimasukkan
ke tegangan input ea, nilai tegangan input positif sekitar 0,05. Dari grafik
diatas dapat dilihat kalau nilai ea stabil pada saat yang bersamaan dengan
stabilnya kecepatan motor aktual hasil hitungan dengan kecepatan motor yang
diinginkan. Pada grafik juga dapat dilihat kalau tegangan input lebih tinggi
75
daripada kedua nilai lainnya. Hal ini diakibatkan oleh persamaan keadaan
ruang yang dipakai pada sistem.
Actual Point, Set Point dan Volt Motor Shale
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
1 194 387 580 773 966 1159 1352 1545 1738 1931
Second
Volt
Actual PointVoltSet Point
Gambar 4.5 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Shale
Persamaan keadaan ruang yang digunakan pada sistem motor shale adalah:
eaShmShmSh
−−
+
−−
=•
17362,9
.2910610
ωω
Dengan menggunakan persamaan keadaan ruang diatas pada motor shale, maka
motor akan mencapai kecepatan yang diinginkan sekitar 72,7 detik (sumbu x
pada grafik adalah 1/10 detik). Agar nilai kecepatan actual motor hasil
perhitungan terhadap persamaan keadaan ruang diatas dapat mencapai nilai
yang diinginkan maka harus dimanipulasi. Manipulasi ini dilakukan dengan
menggunakan PID controller. Hasil manipulasi nya dimasukkan ke tegangan
input ea bagi motor shale. Dari grafik diatas nilai tegangan input ea terlihat
76
berjalan seimbang dengan actual point, akibatnya grafik tegangan input dan
kecepatan aktualnya berhimpitan sehingga hanya terlihat salah satunya. Hal ini
diakibatkan oleh persamaan keadaan ruang yang dipakai pada sistem.
Actual Point, Set Point dan Volt Motor Silica
-0.1
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
1 220 439 658 877 1096 1315 1534 1753 1972
Second
Volt Actual Point
VoltSet Point
Gambar 4.6 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Silica
Persamaan keadaan ruang yang digunakan pada sistem motor Silica adalah:
eaSimSimSi
−
+
−−
=•
40020
.2510010
ωω
Dengan menggunakan persamaan keadaan ruang seperti diatas maka kecepatan
motor actual akan seimbang dengan kecepatan setting pointnya saat detik ke
63,5. Untuk mencapai nilai setting point ini, maka dilakukan manipulasi sinyal
juga seperti kedua jenis motor material diatas. Nilai manipulasi ini akan
menggantikan nilai tegangan masukan pada perhitungan. Akibatnya nilai
77
tegangan masukannya juga bersifat dinamis dan memiliki titik steady state.
Sehingga terlihat perubahan pada nilai tegangan input motor silica. Kebetulan
dengan system yang digunakan pada motor silica ini, perubahan nilai tegangan
inputnya bernilai sama dengan kecepatan motor actual hasil manipulasinya,
sehingga pada grafik garis antara tegangan input dan kecepatan motor
aktualnya berhimpit.
Actual Point, Set Point dan Volt Motor Iron Ore
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
1 206 411 616 821 1026 1231 1436 1641 1846Second
Volt Actual Point
VoltSet Point
Gambar 4.7 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Iron Ore
Bentuk persamaan keadaan ruang yang digunakan pada motor iron ore adalah:
eaSimSimSi
−
+
−−
=•
40020
.2510010
ωω
Pada grafik hubungan antara kecepatan motor aktual, kecepatan motor set point dan
tegangan input iron ore kali ini terlihat hubungan yang cukup jauh antara tegangan
inputnya dan kecepatan motor aktual yang telah dimanipulasi. Hal ini diakibatkan
78
selain karena system yang digunakan, juga karena nilai kompesator untuk
menghasilkan nilai manipulasi sinyal tegangan masukannya juga. Begitu juga untuk
waktu yang diperlukan untuk mencapai nilai stabil untuk kecepatan aktual motor
hasil manipulasinya terhadap kecepatan setting point motornya. Hal ini salah satunya
diakibatkan karena nilai debit keluaran setting point iron ore sendiri sangat kecil.
Dalam simulasi ini dapat dilihat kalau semakin besar nilai debit keluaran setting
point, maka semakin besar juga nilai kecepatan motor setting pointnya. Kecepatan
motor aktual yang dimanipulasi untuk mengejar nilai setting pointnya juga semakin
cepat kalau nilai kecepatan motor setting pointnya semakin besar. Namun hal ini
juga sekali lagi dipengaruhi oleh nilai kompensator PID nya masing-masing.
79
4.2 Penyajian Data Penelitian
Tabel 4.1 Raw Mix Design
Raw Mix Design tipe I Bahan LS SI Sh Fe Dust Oksida
Raw meal pure
Ash content
clk. Design
RCO3 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 Fe2O3 1,08 2,00 3,48 68,60 3,47 3,57 8,80 3,64 CaO 85,95 0,00 3,07 5,02 73,63 65,70 0,00 64,74 SiO2 7,38 89,30 60,50 7,50 13,75 20,60 5,05 21,03 Al2O3 2,44 6,10 20,20 6,10 5,48 5,35 36,40 5,80 MgO 0,43 0,00 0,42 4,69 0,58 0,53 1,44 0,54 LoI 41,61 1,60 9,70 5,90 38,27 35,80 perubahan 0,60
H2O 10,37 5,60 8,00 4,20 0,00 parameter 0,80 LSF 342,87 0,00 1,50 9,10 151,01 99,10 94,90 SM 2,10 11,00 2,60 0,10 1,54 2,31 2,23 IM 2,26 3,10 5,80 0,10 1,58 1,50 1,59
Total 97,28 97,40 87,70 91,90 96,91 95,74 26,50 Perubahan 57,70 bahan 9,20
Perbandingan pemakaian ash terhadap klinker 98,55 1,45 16,80 Mix dry 83,25 4,45 10,20 2,10 100,00 11,10 Mix wet 83,77 4,25 10,00 1,98 100,00 100 –LoI 58,39 98,40 90,30 94,10 Wgt Ignt 48,61 4,38 9,21 1,98 64,18
% Wg. Lgn 75,74 6,82 14,36 3,08 100,00 Total wet 92,88 4,71 11,09 2,19 111,00
80
4.3 Pengolahan terhadap data yang terkumpul
4.3.1 Analisa hubungan antar komposisi
Pada simulasi ini terdapat beberapa variable input seperti LSF, AM dan SM.
Jika dilakukan percobaan dengan mengubah salah satu nilai ini, maka terdapat
perubahan-perubahan terhadap nilai-nilai tertentu yang akan dilampirkan
berikut.
4.3.1.1 Pengaruh LSF pada CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
Perbandingan LSF terhadap C, S, A dan Fe
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
LSFCaOSiO3Al2O3Fe2O3
Gambar 4.8 Perbandingan LSF terhadap CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
Dari grafik perubahan LSF diatas terlihat bahwa perubahan LSF berbanding
lurus dengan perubahan pada grafik CaO. Sedangkan dengan ketiga grafik
campuran lainnya berbanding terbalik. Ini memperlihatkan bahwa parameter
LSF ini merupakan penentu kualitas berdasarkan banyaknya kandungan CaO
pada campuran semen.
81
Tabel 4.2 Perbandingan LSF terhadap CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
LSF CaO SiO3 Al2O3 Fe2O3 0.8 65.57247 24.02646 6.240639 4.160426
0.81 65.80253 23.8659 6.198936 4.1326240.82 66.02954 23.70748 6.157787 4.1051910.83 66.25355 23.55115 6.117181 4.078120.84 66.47463 23.39686 6.077106 4.0514040.85 66.69283 23.24458 6.037554 4.0250360.86 66.90821 23.09427 5.998512 3.9990080.87 67.12082 22.9459 5.959973 3.9733150.88 67.33071 22.79941 5.921925 3.947950.89 67.53794 22.65479 5.884361 3.922907
0.9 67.74256 22.51199 5.847269 3.898180.91 67.94462 22.37097 5.810643 3.8737620.92 68.14416 22.23172 5.774472 3.8496480.93 68.34123 22.09418 5.738749 3.8258330.94 68.53588 21.95834 5.703465 3.802310.95 68.72815 21.82416 5.668613 3.7790750.96 68.91809 21.69161 5.634184 3.7561220.97 69.10573 21.56066 5.60017 3.7334470.98 69.29112 21.43128 5.566565 3.711043
4.3.1.2 Pengaruh SM pada CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
Tabel 4.3 Perbandingan SM terhadap CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
AM CaO SiO3 Al2O3 Fe2O3 1.5 69.49249 21.29074 5.530062 3.6867081.6 69.54862 21.25156 5.661422 3.5383891.7 69.60041 21.21542 5.782622 3.4015421.8 69.64835 21.18197 5.894796 3.2748871.9 69.69284 21.15092 5.998917 3.1573252 69.73425 21.12202 6.095821 3.04791
2.1 69.77289 21.09506 6.186233 2.9458252.2 69.80902 21.06984 6.270786 2.8503572.3 69.84288 21.04621 6.35003 2.7608832.4 69.87468 21.02402 6.424451 2.6768542.5 69.9046 21.00313 6.494475 2.59779
82
Perbandingan SM terhadap C, S, A dan Fe
01020304050607080
1 2 3 4 5
SMCaOSiO3Al2O3Fe2O3
Gambar 4.9 Perbandingan SM terhadap CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
Pada grafik perubahan SM terlihat bahwa perubahan nilai SM berbanding
lurus dengan CaO dan SiO2 dan berbanding terbalik dengan perubahan grafik
kedua campuran yang lain. Hal ini disebabkan karena parameter SM ini
melihat kualitas campuran semen berdasarkan banyaknya kandungan CaO dan
SiO2. Namun pengaruhnya lebih banyak pada SiO2. Sedangkan pada CaO
pengaruh berbanding lurusnya kecil sekali. Hal ini menunjukkan bahwa SM
lebih ditujukan pada banyaknya kandungan SiO2.
83
4.3.1.3 Pengaruh AM pada CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
Tabel 4.4 Perbandingan AM terhadap CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
SM CaO SiO3 Al2O3 Fe2O3 2.2 69.33268 21.08378 5.750123 3.8334152.3 69.47847 21.27258 5.549369 3.6995792.4 69.61442 21.44864 5.36216 3.5747742.5 69.74151 21.61321 5.18717 3.4581142.6 69.86055 21.76738 5.023241 3.348827
Perbandingan AM terhadap C, S, A dan Fe
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
AMCaOSiO3Al2O3Fe2O3
Gambar 4.10 Perbandingan AM terhadap CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
Pada grafik perubahan AM diatas terlihat bahwa yang berbanding lurus
dengan perubahan nilai AM adalah perubahan grafik campuran CaO dan
grafik campuran Al2O3. Sedangkan dengan kedua grafik campuran lainnya
berbanding terbalik. Walaupun berbanding lurus dengan grafik campuran CaO
dan grafik campuran Al2O3, akan tetapi perubahan yang lebih tajam terjadi
84
pada grafik campuran Al2O3. Hal ini hampir sama dengan grafik perubahan
SM. Jadi terlihat bahwa perubahan CaO yang berbanding lurus dengan grafik
perubahan AM tersebut tipis sekali.
4.3.1.4 Pengaruh LSF pada limestone, shale,silica, dan Iron Ore
Perbandingan LSF terhadap Limestone, Shale, Silica dan Iron Ore
01020304050607080
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
LSFLimestoneShaleSilicaIron Ore
Gambar 4.11 Perbandingan LSF terhadap limestone, shale,silica, dan Iron Ore
Pada grafik diatas terlihat bahwa pengaruh LSF hanya berbanding lurus
dengan Limestone. Sedangkan pada ketiga material yang lain malah
berbanding terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa pada material Limestone
terkandung banyak campuran CaO, karena grafik perubahan LSF hanya
85
berbanding lurus dengan campuran CaO. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada
material limestone terkandung sebagian besar(hampir keseluruhan) campuran
CaO.
Tabel 4.5 Perbandingan LSF terhadap Limestone, Shale , Silica & Iron Ore
LSF Limestone Shale Silica Iron Ore 0.8 71.56836 17.31303 7.590045 3.528558
0.81 71.84779 17.11444 7.5392 3.4985650.82 72.12363 16.9184 7.489008 3.4689560.83 72.39596 16.72486 7.439456 3.4397250.84 72.66484 16.53377 7.390531 3.4108640.85 72.93033 16.34508 7.342222 3.3823660.86 73.1925 16.15875 7.294517 3.3542250.87 73.45142 15.97474 7.247406 3.3264340.88 73.70713 15.793 7.200876 3.2989850.89 73.95971 15.6135 7.154917 3.271874
0.9 74.2092 15.43618 7.109519 3.2450940.91 74.45567 15.26102 7.064672 3.2186380.92 74.69917 15.08796 7.020366 3.1925010.93 74.93975 14.91698 6.97659 3.1666780.94 75.17746 14.74804 6.933336 3.1411620.95 75.41236 14.5811 6.890594 3.1159480.96 75.6445 14.41612 6.848355 3.0910310.97 75.87391 14.25307 6.80661 3.0664060.98 76.10066 14.09192 6.765352 3.042067
4.3.1.5 Pengaruh SM pada limestone, shale,silica, dan Iron Ore
Tabel 4.6 Perbandingan SM terhadap Limestone, Shale , Silica & Iron Ore
SM Limestone Shale Silica Iron Ore 2.2 75.99133 15.24991 5.576493 3.1822692.3 76.3158 14.03393 6.620002 3.0302612.4 76.61923 12.89684 7.595819 2.8881142.5 76.90359 11.83118 8.510326 2.7548982.6 77.17063 10.83045 9.369122 2.629797
86
Perbandingan SM terhadap Limestone, Shale, Silica dan Iron Ore
0102030405060708090
1 2 3 4 5
SMLimestoneShaleSilicaIron Ore
Gambar 4.12 Perbandingan SM terhadap limestone, shale,silica, dan Iron Ore
Pada grafik perubahan SM terhadap keempat material, terlihat bahwa grafik
material yang berbanding lurus dengan grafik perubahan SM adalah grafik
material limestone dan silica. Sedangkan dengan kedua material yang lain
berbanding terbalik. Perhatikan, pada grafik perubahan nilai SM ini terlihat
bahwa perubahan kandungan material limestone yang berbanding lurus
tersebut sangat tipis. Hal ini sama dengan grafik perubahan campuran CaO.
Sedangkan pada grafik perubahan material silica, perubahan yang dihasilkan
lebih menonjol. Dari kedua perubahan ini dapat disimpulkan bahwa
perubahan nilai limestone disini hanya mengikuti perubahan nilai CaO,
dimana perubahannya sangat kecil. Sedangkan pada silica lebih menonjol
87
karena mengikuti perubahan SiO2. Jadi dapat disimpulkan bahwa didalam
material silica sebagian besar mengandung campuran SiO2.
4.3.1.6 Pengaruh AM pada limestone, shale,silica, dan Iron Ore
Perbandingan AM terhadap Limestone, Shale, Silica dan Iron Ore
0102030405060708090
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
AMLimestoneShaleSilicaIron Ore
Gambar 4.13 Perbandingan AM terhadap limestone, shale,silica, dan Iron Ore
Tabel 4.7 Perbandingan AM terhadap Limestone, Shale , Silica & Iron Ore
AM Limestone Shale Silica Iron Ore 1.5 76.34706 13.91681 6.720518 3.0156191.6 76.34094 14.77724 6.100922 2.7808991.7 76.3353 15.5701 5.529983 2.5646111.8 76.33009 16.30306 5.002185 2.3646671.9 76.32526 16.98264 4.512818 2.17928
2 76.32077 17.61448 4.05783 2.0069182.1 76.31658 18.20344 3.633723 1.8462552.2 76.31267 18.75374 3.237455 1.6961372.3 76.309 19.26906 2.866372 1.5555612.4 76.30557 19.75264 2.518148 1.4236442.5 76.30233 20.20732 2.190733 1.29961
88
Pada grafik perubahan nilai AM terlihat bahwa grafik material yang
berbanding lurus hanya pada grafik perubahan shale. Sedangkan pada ketiga
material yang lain berbanding terbalik. Perhatikan lagi pada grafik perubahan
AM sebelumnya terhadap keempat campuran. Grafik perubahan campuran
yang berbanding lurus dengan grafik perubahan AM hanya grafik CaO dan
Al2O3. Namun yang lebih dominan berubah adalah grafik campuran Al2O3.
Oleh karena grafik material yang berubah hanya grafik shale (clay/tanah liat)
maka dapat disimpulkan bahwa didalam shale terdapat banyak campuran
Al2O3 dan sedikit CaO
Jika dilakukan perubahan terhadap nilai LSF misalnya dinaikkan, maka
perubahan yang terjadi adalah kenaikan terhadap nilai CaO. Sedangkan untuk
ketiga campuran lain yaitu SiO2,Al2O3, dan Fe2O3 mengalami penurunan.
Sedangkan pengaruhnya untuk keempat material yaitu limestone juga
mengalami kenaikan dan ketiga material lain yaitu shale, silica dan Iron ore
mengalami penurunan.
LSF ≈ CaO ≈ Limestone
Jika dilakukan perubahan terhadap nilai AM, dimisalkan nilai AM diturunkan,
maka efek terhadap keempat campuran adalah nilai CaO dan Al2O3 juga turun.
Sedangkan kedua nilai lainnya yaitu SiO2 dan Fe2O3 mengalami kenaikan.
Sedangkan untuk keempat material yang lain, pengaruhnya adalah limestone
mengalami kenaikan,begitu juga untuk silica dan iron ore. Sedangkan untuk
shale mengalami penurunan.
AM ≈ CaO & Al2O3 ≈ Shale
89
Jika perubahan dilakukan pada nilai SM, misalnya jika diturunkan,maka
pengaruhnya terhadap terhadap keempat campuran adalah CaO dan SiO2 juga
mengalami penurunan. Sedangkan untuk kedua campuran yang lain mengalami
kenaikan. Untuk keempat material yang lain, yang mengalami penurunan adalah
Limestone dan silica. Sedangkan untuk shale dan iron ore malah mengalami
kenaikan.
SM ≈ CaO & SiO2 ≈ Limestone & Silica
Untuk lebih jelasnya akan disertakan tabel keterkaitan antara LSF, AM dan SM
terhadap keempat campuran dan keempat material
Tabel 4.8 Perbandingan Pengaruh LSF, SM, AM
CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3 Limestone Shale Silica Iron Ore LSF Lurus terbalik Terbalik terbalik lurus terbalik terbalik terbalik SM Lurus lurus Terbalik terbalik lurus terbalik lurus terbalik AM Terbalik terbalik Lurus terbalik terbalik Lurus terbalik terbalik
4.3.2 Analisa Komposisi Material
Aliran keempat material baik set point maupun aktual point telah di bahas pada
bab 3. Namun terdapat sedikit perbedaan antara simulasi pada software dengan
perhitungan yang telah di bahas. Perbedaan tersebut terletak pada kapasitas bin.
Secara teoritis kapasitas bin berikutnya ditentukan oleh kapasitas bin saat ini
yang dijumlahkan dengan interval waktu yang dikalikan dengan selisih antara
kapasitas input material yang masuk ke dalam bin dan kapasitas output material
yang keluar dari bin. Namun jika set point outputnya lebih besar dari pada
kapasitas input aktual dari bin, maka akibatnya kapasitas output aktual material
90
yang nilainya telah di manipulasi mengikuti nilai set point juga akan melebihi
input aktual material ke dalam bin. Dalam perhitungan nilai ini seharusnya
bernilai minus. Namun dalam simulasi ini material yang nilai output nya
melebihi nilai kapasitas inputnya maka kapasitas bin nya akan bernilai nol dan
input akan terlihat selalu on. Hal ini berarti bahwa input yang masuk selalu
keluar kembali tanpa tersisa di bin. Akibatnya hasil produksi semen tidak akan
sesuai dengan target produksi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu perlu di
perhatikan bahwa kapasitas input material tidak boleh lebih kecil daripada
kapasitas material yang keluar dari bin.
Dari hasil simulasi didapat nilai ideal untuk setiap output yang ditampilkan
dalam bentuk angka dalam software simulasi. Tetapi jika dibandingkan dengan
data dari lapangan terdapat perbedaan nilai akhir, yang nantinya disebut sebagai
error. Perbedaan hasil tidak menunjukkan bahwa hasil simulasi salah, melainkan
terdapat faktor lingkungan, faktor human error atau faktor machine error yang
membuat adanya perbedaan antara hasil simulasi dengan data lapangan. Ini
dapat ditampilkan dalam tabel berikut
Tabel 4.9 Perbandingan error
Limestone Silica Shale Iron Ore Raw Mill Pure % Wg. Lgn 76.347 6.72 13.9168 3.0156 100 % Wg. Lgn 75,74 6,82 14,36 3,08 100