Upload
fegx17
View
591
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LEISHMANIASIS
Genus leishmania, tersebar luas di alarn, mempunyai sejumlah spesies yang
secara morfologis hampir identik. Oleh karena itu, diferensiasi didasarkan pada
sejumlah kriteria epidemiologi dan biokimia.ciri khas perkembangan promastigot
pada vektor lalat pasir spesifik dan vektor pejamu reservoir, dan faktor epidemiologi
lain. Gambaran klinis yang disebabkan oleh penyakit ini merupakan ciri khas
pembeda sejak dulu, tetapi banyak pengecualian yang dikenal saat ini. Leishmania
visera terjadi akibat infeksi oleh anggota kompleks Leishmania donovani, yang terdiri
dari berbagai spesies atau subspesies. Bentuk Leishmania di Eropa, Asia, dan Afrika
dibawa oleh lalat pasir dari genus Lutzomyia. Leishmania di Amerika dibawa oleh
lalat pasir dari genus Phlebotomus. Berbagai leishmania ini menyebabkan sejumlah
ciri khas klinis dan epidemiologi yang untuk mempermudah, digabung dalam tiga
kelompok klinis:
1. Leishmaniasis visceral (kala-azar)
2. Leishmaniasis cutaneus (Oriental sore, Baghdad boil, nyeri kulit basah, nyeri
kulit kering, ulkus chiclero, uta, dan nama-nama lain)
3. Leishmaniasis mucocutaneus atau nasooral (espundia)
Namun, beberapa spesies dapat rnenimbulkan beberapa sindrom penyakit (misal
leishmaniasis visera dari salah satu agen leishmaniasis kutan atau leishinaniasis kutan
dari agen leishmanis visera). Demikian pula, keadaan klinis yang sama dapat
disebabkan oleh agen yang berbeda.
2.1 Definisi
Leismaniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari
sejumlah spesies protozoa dalam genus Leishmania. Ada empat sindroma
klinis yang utama: leishmaniasis viseral (kala azar), leishmaniasis kutaneus,
leishmaniasis mukokutaneus (espundia), dan leismaniasis kutaneus difusa.
Yang paling sering terjadi, parasit ini ditularkan dari reservoir hewan ke
pejamu (hospes) manusia lewat gigitan lalat flebotomus.
2.2 Etiologi
Spesies Leishmania yang berbeda-beda akan terlihat sama dan
umumnya dibedakan berdasarkan karakteristik klinis serta geografik.
Penentuan spesies secara modern yang berdasarkan pola isoenzim, antibodi
monoklonal, hibridisasi DNA, analisis fragmen endonuklease restriksi DNA,
dan kariotipe kromosomal terus dilakukan untuk menentukan spesies baru,
khususnya di dunia baru, dan untuk memperlihatkan kapasitas spesies yang
berbeda-beda dalam menimbulkan sindroma klinis yang serupa.
Pada lalat flebotomus (sandfly) dan dalam media kultur, Leishmania
terdapat sebagai promastigot berbentuk kumparan dan bergerak (ukurannya
1,5-4,0 μm kali 14-20 μm) dengan flagelum anterior yang tunggal. Pada
inokulasi ke dalam tubuh pejamu mamalia, mikroorganisme tersebut
memasuki sel fagosit mononuklear, kehilangan flagelanya, dan
memperbanyak diri sebagai amastigot intraseluler yang kecil (ukurannya 2 x 5
μm), berbentuk oval serta obligat (badan Leishman-Donovan).
2.3 Epidemiologi
Leishmaniasis merupakan infeksi zoonosis yang melibatkan hewan
pengerat atau rodensia, kaninus, dan berbagai mamalia hutan dari setiap benua
yang dihuni, kecuali benua Australia. Penyakit tersebut menyebar ketika lalat
betina dari genus Phlebotomus (dunia lama) atau Lutzomyia (dunia baru)
mengisap amastigot ketika lalat tersebut mengisap darah dari mamalia yang
terinfeksi. Bentuk amastigot ini akan mengalami transformasi menjadi
promastigot di dalam usus serangga tersebut, bermigrasi ke kelenjar salivarius
dan berkumpul pada kulit pejamu yang baru ketika insekta tersebut mengisap
darah pejamu. Lalat flebotomus berkembang biak pada iklim yang panas dan
lembab, yang secara tipikal ditemukan pada terowongan tempat tinggal hewan
pengerat, bukit-bukit yang menjadi sarang rayap, dan tumbuhan yang
membusuk. Manusia dapat terjangkit penyakit ini kalau mereka masuk ke
dalam siklus silvatik ini. Ditemukannya infeksi pada anjing peliharaan
menunjukkan reservoir leishmaniasis yang penting di daerah perkotaan.
Reservoir binatang tidak pernah dijumpai pada bentuk penyakit kala azar di
kawasan Afrika Timur bagian tengah dan India. Diperkirakan di seluruh dunia
terdapat lebih dari 12 juta penduduk yang terinfeksi oleh Leishmania.
Peta persebaran leishmaniasis
2.4 Patogenesis
Promastigot yang terdapat di kulit masuk ke dalam kumpulan darah
yang kecil sewaktu diisap oleh lalat pasir. Hasil sekresi dari kelenjar ludah
lalat akan memacu vasodilatasi dan infektivitas, sebagian melalui peptida
yang akan menginaktifkan makrofag pejamu. Komplemen diaktifkan melalui
jalur klasikal atau altenatif, tergantung pada spesies dan diendapkan pada
molekul membran luar yang utama dari promatigot-suatu protease
glikoprotein dengan berat molekul 63 kDa (gp63) dan lipofosfoglikan (LPG).
Lipofosfoglikan dan gp63 baik secara langsung maupun melalui ikatan
dengan C3B atau C3bi menempatkan organisme pada makrofag melalui
reseptor komplemen CR3 dan CR1. Promastigot berubah menjadi amastigot
di dalam fagolisosom dan bereplikasi melalui binary fission. Amastigot
akhirnya akan menghancurkan sel dan menginvasi makrofag yang berdekatan.
Perjalanan penyakit berikutnya ditentukan oleh imunitas seluler
pejamu demikian pula oleh spesies parasit. Pada leishmaniasis kutaneus,
didapatkan infiltrasi limfosit yang nyata, yang berkaitan dengan pengurangan
jumlah parasit, pembentukkan reaksi uji kulit lambat (leishmanin atau
Montenegro), dan sering menyembuh secara spontan. Pada penyakit
mukokutaneus, penyembuhan menyeluruh atau sebagian dari lesi primer dapat
diikuti oleh metastasis lesi mukokutaneus pada waktu yang lebih lama. Pada
leishmaniasis kutaneus difusa tidak ditemukan adanya infiltrasi oleh limfosit
atau pengurangan jumlah parasit, reaksi leishmanian tetap negatif dan lesi
pada kulit menjadi kronik, progresif, dan diseminata. Penderita membentuk
anergi yang selektif terhadap antigen Leishmania. Pada leishmaniasis visceral
makrofag di seluruh tubuh, mungkin disebabkan besarnya resistensi L.
Donovani terhadap akitivitas pembunuhan spontan yang didapatkan pada
serum yang normal.
Penyembuhan leishmaniasis visceral telah dihubungkan dengan
kemampuan limfosit T yang tersensitisasi dari penderita untuk melepaskan
sitokin yang diaktifkan oleh makrofag, terutama interferon-y (IFN-y).
Pengaktifan makrofag akan menyebabkan perangsangan nitrat oksida sintetase
dan pembentukan nitrat oksida, yang merupakan zat racun bagi amastigot
intraseluler. Penyembuhan diperkirakan terjadi dengan pembentukan imunitas
terhadap strain yang telah terinfeksi. Kegagalan penyembuhan dikaitkan tidak
saja dengan tidak adanya pembentukan IFN-y tetapi juga oleh pelepasan
sitokin yang telah dinonaktifkan oleh makrofag, seperti interleukin 4 dan 10
dan pengubahan pertumbuhan faktor beta, sebagai respons terhadap antigen
leishmania. Antibodi mencapai kadar yang tinggi pada penyakit diseminata
tetapi antibodi tidak bersifat protektif terhadap organisme intraseluler. Pada
leishmaniasis mukosa, IFN-y juga dibentuk, tetapi sitokin deaktivasi yang
dibentuk secara bersamaan akan mengarah kepada ketidakmampuan untuk
melenyapkan parasit secara menyeluruh dan mengarah kepada peradangan
yang terus menerus, sehingga ikut menyebabkan terjadinya penghancuran
jaringan yang berat.
2.5 Uji Laboratorium Diagnostik
1. Spesimen
Aspirat kelenjar getah bening, kerokan, dan biopsy dari tepi lesi, bukan
bagian tengah, penting pada leismaniasis kutan aspirat kelenjar getah
bening, darah, dan fungsi limpa, hati, atau sumsum tulang penting pada
kala azar. Sekret purulen tidak mempunyai arti diagnosis meskipun
kerokan hidung mungkin bermanfaat. Teknik enzymelinked
immunoserbent assay (ELISA) yang menggunakan antigen 7kDa telah
dipelajari sebagai alat cepat dan akurat yang digunakan di lapangan untuk
mendeteksi leishmaniasis visceral.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Apusan dan potongan yang diwarnai Giemsa dapat memperlihatkan
amastigot, terutama pada bahan yang diambil dari kala-azar dan dari
bawah tepi ulkus kutan.
3. Biakan
Medium NNN adalah medium yang paling sering digunakan. Biakan agar
darah kelinci difasik, medium Tobie, pada suhu sekitar 26-28 oC, sangat
cocok. Biakan darah memuaskan untuk L donovani dan L braziliensis.
Aspirat kelenjar getah bening cocok untuk semua bentuk , dan aspirat
jaringan, bahan biopsy, kerokan, atau biopsy kecil dari tepi ulkus berguna
untuk bentuk kutan dan sering juga untuk kala-azar. Namun, hanya
promastigot yang dapat bertumbuh bila tidak ada sel yang hidup.
4. Serologi
Uji gel-formol (aldehid) dari Napier adalah uji nonspesifik yang
mendeteksi peningkatan kadar globulin serum pada kala-azar. Uji IHA
(antibodi hemaglutinasi tidak langsung) atau uji IFA (antibodi fluoresen
tidak langsung) mungkin berguna, tetapi keduanya tidak memiliki
sensitivitas yang cukup dan dapat bereaksi silang dengan T cruzi. Uji Elisa
menjanjikan, deperti yang telah disebutkan, dan reaksi rantai polymerase
(PCR), terutama bila digabung dengan Southern immunoblotting,
menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Kedua uji tersebut
mencegah kebutuhan metode diagnostic yang invasive, seperti fungsi
sumsum tulang atau limpa, keduanya merupakan prosedur yang
menyakitkan dan membahayakan. Uji kulit (uji Montenegro) penting
secara epidemiologi dalam menunjukkan riwayat pajanan terhadap
leshmania apa pun.
2.6 Leishmaniasis Visceral (Kala Azar)
Leismania donovani (kala azar) adalah penyakit yang disebabkan oleh
protozoa dalam darah4).Penyakit kala azar ditemukan terutama di daerah pedesaan
miskin timur Afrika (Sudan, Ethiopia, Kenya, Uganda), Asia Selatan (India,
Bangladesh, Nepal), dan Amerika Latin (Brazil)4). Menyerang anak-anak dan
orang dewasa muda (10 hingga 25 tahun) laki-laki lebih sering terkena
dibandingkan perempuan. Kala azar merupakan penyakit yang bersifat endemik
pada anjing dan beberapa jenis karnivora yang buas di banyak daerah dan lebih
resisten terhadap terapi dengan senyawa antimonium daripada bentuk kala azar
yang ditemukan di bagian dunia lainnya.
Penyakit kala azar mediteranean atau infantilis terutama dijumpai di daerah
mediteranean, Cina, dan Amerika Latin. Penyakit ini menyerang anak-anak yang
berusia di bawah 4 tahun, tetapi orang dewasa, khususnya wisatawan ke daerah
endemik, tidak luput dari penyakit tersebut. Anjing, serigala, dan rubah berperan
sebagai reservoir. Tikus pernah ditemukan sebagai reservoir yang potensial di
Italia. Strain yang menjadi penyebab terjadinya kala azar Mediteranean dan
Amerika kadang-kadang disebut masing-masing sebagai L.infantum dan
L.chagasi.
2.6.1 Manifestasi
Masa inkubasi umumnya sekitar 3 bulan (3 minggu hingga l8 bulan). Lesi
kutaneus yang primer (leishmanioma) tidak lazim dijumpai di Afrika.Awitan
penyakit bisa berangsur-angsur atau mendadak; awitan yang mendadak ini lebih
sering terjadi pada individu yang berasal dari daerah nonendemik. Kegagalan
tumbuh-kembang sering ditemukan diantara bayi dan anak-anak yang terinfeksi.
Demam, yang khas tipe nokturnal dan kadang-kadang tipe kuotidian-ganda
(double-quoridian) hampir selalu terjadi dan disertai dengan takikardia tanpa
tanda toksemia. Diare dan batuk sering terdapat. Splenomegali tanpa nyeri tekan
menjadi semakin nyata pada bulan ketiga. Hati membesar tanpa terlihat dengan
jelas. Sirosis dan hipertensi portal teradi pada sekitar 10 persen pasien.
Limfadenopati menyertai sebagian kasus kala azar Afrika. Bentuk infeksi yang
asimtomatik dan subklinis lama sering ditemukan di daerah endemik malnutrisi
merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit yang berkembang sempurna.
Penyakit kala azar yang fulminan pernah dilaporkan pada pasien sindroma
penyakit imunodefisisensi (AIDS).
Pansitopenia merupakan ciri khas.Anemia yang terjadi bersifat
multifaktorial hemolisis autoimun, splenomegali, dan kehilangan darah lewat
traktus gastrointestinal semuanya turut menyebabkan anemia. Keadaan yang
disebutkan terakhir akan timbul kembali dengan adanya trombositopenia.
Agranulositosis, syankrum oris, dan superinfeksi mempersulit kasus yang tidak
diobati. Infiltrasi leishmania yang luas pada traktus gastrointestinal dapat
menimbulkan malabsorpsi. Hipoalbuminemia dan hipergammaglobulinemia
poliklonal (IgG serta IgM) merupakan gambaran yang konstan. Kompleks imun
yang beredar sering ditemukan. Glomerulonefritis kompleks imun dan nefritis
interstisialis pernah dilaporkan. Edema, kakeksia, dan hiperpigmentasi (kala azar
berarti "demam hitam") merupakan manifestasi lanjut. Tanpa pengobatan,
kematian terjadi dalam tempo 3 hingga 20 bulan pada 90 hingga 95 persen pasien
dewasa dan 75-85% pasien anak-anak, yang biasanya akibat superinfeksi atau
perdarahan gastrointestinal.
Setelah pengobatan yang berhasil, 3-10% kasus akan mengalami
leishmaniasis dermal pasca-kala azar (PKDL, post-kala azar dernal
leishmaniasis) yang ditandai oleh spektrum lesi yang berkisar dari makula
depigmentasi hingga nodulus mirip veruka di daerah muka serta permukaan
ekstensor tungkai. Leishmaniasis dermal pasca-kala azar segera terlihat setelah
gejalanya mereda pada kasus Afrika dan secara khas akan menghilang sesudah
beberapa minggu kemudian. Pada penyakit kala azar India, leishmaniasis dermal
pasca-kala azar muncul sesudah periode laten selama 1-2 tahun dan dapat
berlangsung selama bertahun-tahun hingga terjadi reservoir manusia yang
persisten. Varian klinis L.chagasi yang menyebabkan lesi kutaneus papuler tanpa
kelainan mengenai visera terdapat di Honduras.
2.6.2 Diagnosis
Fungsi dan biopsi sumsum tulang memperlihatkan hasil yang positif
pada lebih dari 85% kasus. Afrika, fungsi limpa (95%) terbukti cukup aman
dan dilakukan secara seri untuk menilai respons pasien tehadap terapi. Namun
demikian, umumnya fungsi lien atau hati (75%) tidak dianjurkan karena
terjadinya perdarahan. Fungsi atau biopsi kelenjar limfe yang membesar akan
memperlihatkan parasit pada 60% kasus. Lesi kulit yang dicurigai harus
dibioisi pula. Tes aglutinasi langsung akan memberikan hasil yang positif
pada awal penyakit. Tes kulit leishmania menjadi positif 6-8 minggu setelah
kesembuhan. Sebab demam lainnya di daerah tropis yang mencakup penyakit
malaria, bruselosis, tuberkulosis, tifoid, dan abses hati dapat dibedakan
dengan pengujian yang tepat. Leishmaniasis dermal pasca-kala azar harus
dibedakan dengan penyakit kusta, sifilis dan frambusia.
Tes serologis telah dikembangkan untuk menggantikan metode
parasitologi untuk diagnosis visceral leishmaniasis di lapangan. Uji aglutinasi
pertama kali langsung dideskripsikan oleh Allain dan Kagan dan diadaptasi
oleh El Harits.Pengujian semiquantitative dan menggunakan microplates
dengan sumur berbentuk V yang meningkatkan pengenceran serum pasien
atau darah dicampur dengan promastigot membunuh trematoda Leishmania
donovani. Jika antibodi protozoa keluar, maka aglutinasi dapat dilihat dengan
mata telanjang. Tes telah divalidasi di beberapa daerah endemik dan
digunakan untuk diagnosis visceral leishmaniasis di negara-negara seperti
Sudan.Baru-baru ini tes serologis dikembangkan terhadap antigen rekombinan
berasal dari pengulangan asam amino pada chagasi 39 Leishmania (rK39).
Hal ini terbukti akurat bila digunakan sebagai enzim linked immunosorbent
assay 3-5 dan kemudian dikembangkan dalam format dipstick sederhana.
Darah pasien ditambahkan ke strip dan bermigrasi terhadap antigen tetap
rK39.Penambahan reagen mengungkapkan adanya antibodi spesifik pada
garis antigen rK39,hasilnya dapat dilihat dalam waktu 20 menit4).
Dipstick rK39
2.6.3 Terapi
Transfusi dan pengobatan terhadap superinfeksi yang mempersulit keadaan
harus melengkapi terapi yang spesifik.Antimonials pentavalent adalah obat
yang paling banyak digunakan untuk visceral leishmaniasis sangat efektif dan
relatif nontoksik.pengobatan membutuhkan suntikan intramuskular atau
intravena selama 30 hari4). Natrium antimonium glukonat (pentosram 100 mg
Sb5+ per ml) disuntikkan intravena atau intramuskuler dengan dosis harian
yang tunggal sebesar 20 mg/kgBB selama 28 hari. Meglumin antimoniat
(Glucantime; 85 mg Sb5+ per mililiter) juga dapat digunakan. Terapi harus
diulangi dengan menggunakan 20 mg/kgBB selama 40 hingga 60 hari untuk
pasien yang kambuh kembali atau yang responsnya tidak lengkap.
Pemantauan elektrokardiografi secara periodik dianjurkan jika diberikan
terapi yang berlangsung lama, Penambahan alopurinol oral (20 hingga 30
mg/kgBB per hari dengan dosis terbagi tiga) ternyata cukup efektif.
Pengobatan penyakit yang awal dengan terapi yang tidak sempurna tetap
menjadi faktor risiko utama untuk timbulnya eksaserbasi dengan
mikroorganisme yang resisten obat. Kasus semacam ini harus diobati dengan
penyuntikan intravena amfoterisin B (0,5 hingga 1 mg/kgBB setiap dua hari
sekali) atau pentamidin (3 hingga 4 mg/kgBB tiga kali per minggu selama 5
sampai 25 minggu yang tergantung pada responsnya). Tindakan splenektomi
yang merupakan terapi tambahan pernah berhasil baik pada sebagian kasus
kala azar yang resisten obat. Mortalitas tetap sebesar 15-25 persen pada kasus
yang lanjut, meskipun angka kesembuhan akan melebihi 90 persen jika terapi
diberikan secara dini. Tindak lanjut (follow-up) yang dilakukan 3 dan 12
bulan kemudian dianjurkan untuk mendeteksi kemungkinan kambuh.
Leishmaniasis dermal pasca-kala azar harus diobati dengan cara yang sama
seperti pada keadaan sakit yang awal. Preparat rekombinan interferon-γ
manusia terbukti memberikan harapan yang menggembirakan sebagai terapi
tambahan bersama preparat antimonium pentavalen pada kasus yang
pengobatan sebelumnya mengalami kegagalan atau pada pasien yang
menderita penyakit kala azar yang serius.
2.6.4 Pencegahan
Tindakan preventif mencakup penanganan dini kasus manusia,
pembasmian anjing yang terinfeksi dan penggunaan DDT untuk membunuh
lalat flebotomus. Penggunaan kelambu halus yang sudah dilapisi permetrin.
Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah intervensi yang paling banyak
digunakan untuk mengendalikan sandfly yang endophilic5)
Rumah dengan penyemprotan lambdacyhalothrin piretroid
mengurangi leishmaniasis kulit di Kabul sebesar 60% dan mengurangi risiko
leishmaniasis kulit di Andes Peru sebesar 54% 5).