Lembaga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lembaga

Citation preview

B. Lembaga-lembaga Perlindungan HAM di Indonesia dan Peranannya 1. Komnas HAMKomnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia. Komnas HAM untuk pertama kalinya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993, atas rekomendasi Lokakarya I Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri RI dengan sponsor dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berdasarkan pasal 75 UU No. 39 tahun 1999 tujuan dari pembentukan Komnas HAM adalah :1) Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia2) Meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bisang kehidupan.Dalam melaksanakan tugasnya Komnas HAM dipimpin oleh seorang ketua yang dibantu oleh 2 orang wakil ketua. Anggota Komnas HAM terdiri dari 35 orang dengan masa jabatan 5 tahun dan setelah berakhir dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan lagi. Anggota Komnas HAM dipilih oleh DPR berdasarkan usulan dari Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden selaku Kepala Negara. Selain itu Komnas HAM mempunyai subkomisi-subkomisi. Subkomisi adalah kelengkapan Komnas HAM yang bertugas melaksanakan fungsi Komnas HAM. Subkomisi tersebut adalah:1) Subkomisi Hak Sipil dan Politik2) Subkomisi Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya3) Subkomisi Perlindungan Kelompok KhususPeranan Komnas HAM dalam penegakkan HAM antara lain sebagai berikut:1) sebagai salah satu lembaga penggerak dalam menjalankan perlindungan HAM2) sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan kajian tentang HAM3) sebagai salah satu lembaga yang turut serta secara aktif dalam menegakkan HAM4) sebagai salah satu lembaga yang bergerak sebagai media (perantara) bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan HA

2. Pengadilan HAMPengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU No. 26 tahun 2000, adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat yang meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana diatur dalam pasal 7, 8, dan 9 UU No. 26 tahun 2000. Berdasarkan peraturan tersebut pelanggaran HAM yang berat meliputi:1) Kejahatan GenosidaAdalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara: a. membunuh anggota kelompok,b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok, c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagian, d. melaksanakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.2) Kejahatan terhadap kemanusiaanAdalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahui bahwa serangan tersebut secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran, perkosaan, penganiayaan, penghilangan orang secara paksa/penculikan, kejahatan apartheid.Tugas dan wewenang Pengadilan HAM adalah:1) Memutus perkara pelanggaran HAM berat2) Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara RI oleh WNI3) Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutuskan pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur dibawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.Sanksi bagi pelanggar HAM:1) Kejahatan Genosida, dipidana dengan pidana:a. pidana mati, ataub. pidana penjara seumur hidup,c. pidana paling lama 25 tahund. pidana paling singkat 10 tahun 2) Kejahatan terhadap kemanusiaana. Kejahatan pembunuhan, pemusnahan, pengusiran perampasan kebebasan atau kejahatan apartheid dapat dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup, penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahunb. Kejahatan perbudakan dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun atau paling singkat 5 tahunc. Kejahatan penyiksaan dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun atau paling singkat 5 tahund. Kejahatan perkosaan, penganiayaan atau penculikan dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 tahun dan paling singkat 10 tahun.3. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)UU RI No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewuhjudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegak hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.Tugas pokok Kepolisian Negara Republik adalah1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat2) menegakkn hukum3) memberikan pengayoman dan pelayanan pada masyarakat4) membina ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi HAM4. Lembaga Bantuan HukumLembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah lembaga independen yang memberi bantuan dan pelayanan hukum kepada masyarakat. Lembaga ini bersifat pengabdian dan profesional. LBH mempunyai peran antara lain:1) sebagai relawan membantu kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan hukum2) sebagai pembela dalam menegakkan keadilan dan kebenaran3) sebagai pembela dan melindungi HAM4) sebagai penyuluhdan penyebar informasi di bidang hukum dan HAM5. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan TinggiTridaharma perguruan tinggi terdiri dari 3 macam pengabdian perguruan tinggi; yaitu; pengembangan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pengabdian pada masyarakat perguruan tinggi yang mempunyai fakultas hukum membentuk biro konsultasi dan Bantuan Hukum. Biro ini antara lain berperan sebagai:1) kantor, pusat kegiatan untuk memberikan layanan kepada semua pihak yang ingin berkonsultasi dan meminta bantuan di bidang hukum dan HAM2) Pelaksana program tridharma perguruan tinggi di bidang hukum dan HAMC. Membantu pelaksanaan sosialisasi hukum dan hak asasi manusia.Diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak, terutama dari kalangan aparat Negara maupun penegak hokum. Heterogenitas masyarakat mensyaratkan kebijakan yang benar-benar arif untuk mengajak para warga masyarakat berpengetahuan dan berkesadaran tinggi menjunjung hokum dan hak asasi manusia.Media masa, media cetak maupun media elektronik mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya sosialisasi hokum dan penegakan hak asasi manusia. Pemuatan berita atas suatu peristiwa dalam masyarakat yang tampaknya sekilas berupa penyampaian informasi, apabila kurang berimbang dapat berakibat lain yang tentu positif bagi sosialisasi pengetahuan dan aturan hukum, contoh : penayangan gambar dalam berita kurang dilengkapi dengan informasi yang berasal dari pihak pemilik lahan dari rumah yang disusun secara lengkap, kapan diberi peringatan, berapa kali, dan serbagainya, pemilik tanah yang sah secara hukum memiliki hak asasi manusia yang juga perlu dilindungi. Sebaliknya, suatu kasus melibatkan orang yang sedang menjabat di pemerintahan. Informasi lebih banyak disiarkan dengan kecenderungan menguntungkan pejabat atau penguasa tertentu. Ini pun merupakan ketidak seimbangan informasi kalau memang ada pihak-pihak yang mungkin merasa dirugikan.Pesatnya perkembangan media masa baik media cetak maupun elektronik memungkinkan sosialisasi hokum dan penegakan hak asasi manusia semakin cepat dan efektif.Sosialisasi HAM dimaksudkan untuk menyebarluaskan nilai-nilai HAM dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan HAM bagi masyarakat pada umumnya dan aparatur pemerintah pada khususnya. Dengan pemahaman dan kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat ikut membantu menyelesaikan permasalahan HAM yamg terjadi dilingkunganya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM pada Pasal 100 s/d 103 dinyatakan bahwa setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyrakat atau lembaga kemasyarakatan lainya berhak partisipasi dalam perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM.D. Wujud partisipasi warga Negara dalam pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.Sebagai warga Negara, kita dapat berpartisipasi dalam pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM antara lain dengan cara sebagai berikut :1) Memengaruhi pengambil kebijakan dalam pembuatan perundang-undangan yang melindungi HAM. Masyarakat diharapkan dapat membantu terwujudnya peraturan yang menghormati dan melindungi HAM.2) Membantu mensosialisasikan berbagai peraturan HAM. Dengan membantu mensosialisasikan UU nomor 22 tahun 2002 dan UU nomor 23 tahun 2004, merupakan partisipasi yang besar demi kemajuan penghormatan HAM di masyarakat.3) Kepedulian dan kepekaan krisis dalam menyampaikan pendapat atas peristiwa pelanggaran HAM.4) Mengutamakan komunikasi yang sehat dalam penyelesaian masalah pelanggaran HAM.5) Menyelesaikan kasus pelanggaran HAM sesuai dengan hokum yang berlaku sesuai dengan prioritas.6) Mengutamakan kepentingan masyarakat dan kesatuan nasional dalam penyelasaian masalah pelanggaran HAM.

E. DASAR HUKUM PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (BAB XA, Pasal 28 A s/d J, Perubahan ke-2 Undang-Undang Dasar republik Indonesia 1945);2. TAP MPR Republik Indonesia Nomor : II/MPR/1993 tentang GBHN;3. TAP MPR Republik Indonesia Nomor : XVII/MPR1998 tentang Hak Asasi Manusia;4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia;5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM) yang telah diperbaharui dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2003 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia (RANHAM);6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 181 tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan;7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 126 tahun 1998 tentang menghentikan penggunaan istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam semua perumusan dan penyelenggaraan, perencanaan program ataupun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan;8. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, tanggal 10 Desember 1945;9. Deklarasi dan Program Aksi Wina tahun 1993.

F. Ratifikasi Instrumen NasionalBangsa Indonesia memiliki ideologi nasional Pancasila sangat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Penghargaan itu diwujudkan dengan mengakui dan menghormati berbagai piagam dan dokumen HAM. Deklarasi HAM se-Dunia merupakan dokumen hak asasi manusia internasional yang paling penting yang berisi panduan atau standar tingkah laku bagi seluruh Negara. Dalam artikel 1, deklarasi tersebut menyatakan seluruh manusia terlahir bebas dan sama derajatnya. Mereka dihargai dengan suatu alasan dan kesadaran dan juga harus memandang serta memperlakukan orang lain dalam semangat persaudaraan. Walaupun belum setiap Negara didunia meratifikasi Deklarasi HAM se-Dunia itu dalam tata hukum nasionalnya, namun secara moral setiap bangsa dan Negara di dunia ,seharusnya mendukung dan merealisasikan gagasan dan konsep luhur penghargaan hak asasi manusia tersebut. konvensi internasional tentang perlindungan HAM juga diikuti dan menjadi perhatian penting pemerintah Indonesia.Hal ini menjadi salah satu bukti komitmen pemerintah Indonesia yang peduli dengan perlindungan HAM sebagai salah satu usaha untuk ikut melaksanakan ketertiban dan perdamaian dunia. Beberapa konvensi internasional yang telah diratifikasi, yaitu mengenai konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan international Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Women (CEDAW) yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi Rasial.1965 (international Convention on the Elimination of 11 Forms of Racial Discrimination, 1965) adanya ratifikasi CEDAW ini. Membuat Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan penyesuaian berbagai peraturan perundang undangan nasional yang terkait dengan konvensi internasional tersebut dan mempunyai komitmen untuk melaksanakan kewajiban melaporkan pelaksanaan dalam rangka menghapuskan segala bentuk diskriminasi terutama yang terkait dengan diskriminasi terhadap perempuan.Konsekuensi dari ratifikasi bagi Indonesia adalah:1. Kewajiban negara Indonesia sebagai Negara Pihak untuk memajukan, melindungi, dan memenuhi hak-hak asasi sebagaimana tersebut dalam instrumen terkait, kecuali jika dilakukan reservasi (pensyaratan) atau deklarasi (pernyataan) khusus pada pasal-pasal tertentu.2. Dimasukkannya instrumen internasional terkait ke dalam hukum nasional maka bisa digunakan dalam proses litigasi.3. Melakukan pelaporan secara berkala (periodic report) sebagai bagian dari State Self-Reporting Mechanism yang disyaratkan oleh instrumen-instrumen internasional tersebut.1