45
KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil’alamin puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala dan shalawat serta salam kami persembahkan kepada nabi Muhammad SAW karena atas rahmat dan hidayah Allah kami telah dapat menyelesikan makalah yang berjudul “EKONOMI ISLAM” ini, serta ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam pada perkuliahan semester genap ini dan kami juga mengharapkan makalah ini dapat dijadikan pengantar bagi mahasiswa yang ingin mempelajari Ekonomi lebih mendalam khususnya tentang Ekonomi islam. Didalam proses penyusunan makalah ini terdapat beberapa kesulitan yang kami hadapi yang pada akhirnya dengan usaha dan permohonan kami kepada tuhan, satu persatu masalah yang kami hadapi dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis dalam pengetahuan tentang pokok bahasan yang dipaparkan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi 1

Lembaga Ekonomi Islam

  • Upload
    -

  • View
    50

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eksyar

Citation preview

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’alamin puja dan puji syukur kami panjatkan ke

hadirat Allah Subhanahuwata’ala dan shalawat serta salam kami persembahkan

kepada nabi Muhammad SAW karena atas rahmat dan hidayah Allah kami telah

dapat menyelesikan makalah yang berjudul “EKONOMI ISLAM” ini, serta ucapan

terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam

proses penyusunan makalah ini. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk

memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam pada perkuliahan semester genap

ini dan kami juga mengharapkan makalah ini dapat dijadikan pengantar bagi

mahasiswa yang ingin mempelajari Ekonomi lebih mendalam khususnya tentang

Ekonomi islam.

Didalam proses penyusunan makalah ini terdapat beberapa kesulitan yang

kami hadapi yang pada akhirnya dengan usaha dan permohonan kami kepada tuhan,

satu persatu masalah yang kami hadapi dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan yang ada dalam

makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis dalam pengetahuan

tentang pokok bahasan yang dipaparkan dalam makalah ini, oleh karena itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan materi

yang dibahas dalam makalah ini, semoga keterbatasan makalah ini tidak menjadi

halangan pembaca dalam memahami makalah ini.

Ciputat, 1 April 2014

Pemakalah

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I.............................................................................................................................3

PENDAHULUAN.........................................................................................................3

A. Latar belakang....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...............................................................................................4

C. Tujuan penulisan.................................................................................................4

D. Manfaat Penulisan..............................................................................................4

BAB II...........................................................................................................................5

PEMBAHASAN............................................................................................................5

A. Definisi Ekonomi Islam......................................................................................5

B. Ajaran Islam Tentang Ekonomi..........................................................................6

a. Konsep Dasar Ekonomi Islam........................................................................6

b. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam.......................................................................7

C. Lembaga – Lembaga Ekonomi Islam (syariah)..................................................9

a. Pengertian lembaga ekonomi islam (syariah).................................................9

b. Lembaga ekonomi islam.................................................................................9

D. Perbankan Islam / Perbankan Syariah..............................................................18

E. Kekuatan Ekonomi Umat Islam.......................................................................23

F. Islam dan Etos kerja.........................................................................................26

BAB III........................................................................................................................29

PENUTUP...................................................................................................................29

A. KESIMPULAN................................................................................................29

B. SARAN.............................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................29

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu, telah

disediakan oleh Allah SWT, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang beragam tersebut, tidak mungkin dapat

diproduksi sendiri oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus

bekerja sama dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan, tentunya harus didukung oleh

suasana yang tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan

kehidupan di dalam masyarakat tercapai.1

Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat diperlukan aturan-

aturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu dengan kepentingan

masyarakat. Langkah perubahan perekonomian umat Islam, khususnya di Indonesia

harus dimulai dengan pemahaman bahwa kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam

merupakan tuntutan kehidupan yang berdimensi ibadah. Hal ini tercantum dalam QS.

Al–A’raf: 10, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian

di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu sumber penghidupan.

Amat sedikitlah kamu bersyukur”. Selain itu disebutkan juga dalam (QS. Al-Mulk:

15, QS. AnNaba’: 11 dan QS. Jumu’ah :10).

Kegiatan ekonomi Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, namun juga

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana. Islam

sangat menekankan bahwa kegiatan ekonomi manusia merupakan salah satu

perwujudan dari pertanggungjawaban manusia sebagai khalifah di bumi agar

keseimbangan dalam kehidupan dapat terus terjaga. Dalam konteks ajaran Islam,

ekonomi Islam atau yang juga dikenal dengan ekonomi Syariah merupakan nilai-nilai

1 Abdullah Abd al-Husain al-tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, Terjemahan,(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hlm.14

3

sistem ekonomi yang dibangun berdasarkan ajaran Islam2 sebagaimana Muhammad

bin Abdullah al-Arabi mendefinisikan: “Ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-

prinsip umum tentang ekonomi yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah, dan

pondasi ekonomi yang dibangun diatas dasar pokok-pokok tersebut dengan

mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu”.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Apa sumber-sumber ajaran ekonomi islam ?

2. Apa saja badan-badan ekonomi yang terlibat dalam kegiatan dan

perkembangan ekonomi islam ?

C. Tujuan penulisan1. Mahasiswa Memahami Sumber-Sumber Ajaran Ekonomi Islam.

2. Mngetahui sejauh mana perkembangan ekonomi islam

3. Mengetahui apa saja badan-badan ekonomi yang terlibat dalam perkembangan

ekonomi islam

D. Manfaat PenulisanHasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,

khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

mata kuliah Pengantar study islam.

2 Siddiqi, Muhammad Nejatullah. Kegiatan ekonomi dalam Islam. (Jakarta: Bumi aksara:1991)

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ekonomi Islam

Ekonomi islam adalah kumpulan dari dasar-dasar umum ekonomi yang

diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah serta dari tatanan ekonomi yang

dibagung dari dasar-dasar tersebut, sesuai dengan macam bi’ah (lingkungan) dan

setiap zaman.

Pada definisi tersebut dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem

ekonomi islam,yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Hukum-hukum yang diambil

dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak

dapat berubah kapanpun dan dimana saja), tetapi pada praktiknya untuk hal-hal dan

situasi serta kondisi tertentu bisa saja berlaku luwes atau murunah dan ada pula yang

mengalami perubahan.3

Menurut beberapa ahli pengertian ekonomi islam adalah sebagai berikut:

a. M. Akram Kan

Ilmu ekonomi islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan

hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam

atas dasar berkerjasama dan pertisipasi.

b. Muhammad Abdul Mannan

Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-

masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.

c. M.Umer Chapra

Ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi

kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas

yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa

3 Ahmad izzan, Referensi Ekonomi Islam,(Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA,2006),hlm.32

5

memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang

berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

d. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy

Ilmu ekonomi islam adalah respon pemikir muslim terhadap tantangan

ekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh Al-

Qur’an dan Sunnah, akal (ijtihad) dan pengalaman.

e. Kursyid Ahmad

Ilmu ekonomi islam adalah sebah sistematis untuk memahami masalah-

masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif

islam4

B. Ajaran Islam Tentang Ekonomi

a. Konsep Dasar Ekonomi IslamKonsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah. Tauhid di

bidang ekonomi adalah menempatkan Allah sebagai Sang Maha Pemilik yang

selalu hadir dalam tiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan

menempatkan Allah sebagai satu-satunya Pemilik maka otomatis manusia

akan ditempatkan sebagai pemilik “hak guna pakai” yang bersifat sementara

terhadap harta yang dimilikinya.

Dengan demikian realitas realitas kepemilikan mutlak oleh manusia

tidak dibenarkan dalam islam, sebab hal ini berarti mengingkari tauhid; atau

istilah lainnya melakukan syirik-Pengaturan, dan orangnya disebut musyrik

atau musyrik-Pengaturan. Padahal syirik itu merupakan dosa yang paling

besar. Dalam Al-Qur’an disebut “Inna syirka la-dzulmun ‘adsim”

(sesungguhnya syirik itu merupakan dosa yang paling besar).

Islam memang mengakui hak setiap individu sebagai pemilik atas apa

yang diperolehnya melalui berkerja dalam pengertian yang seluas-luasnya,

dan manusia berhak untuk mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas

4 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,2006), hlm.15-17

6

yang telah ditentukan dalam hukum islam. Persyaratan-persyaratan dan batas-

batas hak milik dalam islam sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, yaitu

dengan sistem keadilan dan sesuai dengan hak-hak semua pihak yang terlibat

didalamnya.

Contohnya, si-A bercocok tanam dengan sistem pengairan tadah hujan.

Ia mmebeli bibit tanaman seharga Rp. 200.000. Ia pun kemudian membajak

tanah dan menanam bibit tanaman itu. Setelah 2,5 bulan ia memetik hasil

panenan. Karena curah hujan bagu dan udara mendukung, ia memperoleh

panenan yang baik senilai Rp. 2.000.000. berapa rupiahkah sebenarnya hasil

usaha si-A?

Orang serakah akan mengatakan Rp. 1.800.000 (Rp. 2.000.000 – Rp.

200.000). Tapi manusia beriman akan memperhitungkan faktor alam, yakni

curah hujan yang bagus dan udara yang mendukung. Sekiranya curah hujan

dan udara yang tidak mendukung apa hasil panen akan sama? Pasti beda.

Mungkin hasil panenannya hanya Rp. 1.000.000. dengan memperbandingkan

faktor alam dalam contoh kasus ini, nalar manusia yag sehat akan mengatakan

betapa besar anugrah Allah dalam setiap rizki dan harta yang kita peroleh. Di

sinilah letak logisnya bahwa dari setiap hasil usaha dan harta itu ada hak Allah

yang diperuntukan bagi manusia yang berhak menerimanya.5

b. Prinsip-prinsip Ekonomi IslamDengan memahami konsep dasar dari ekonomi islam sendiri maka munculah

adanya Prinsip-prinsip ekonomi islam. Prinsip-prinsip secara garis besar dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia, sehingga

pemnfaatannya haruslah bisa dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Implikasinhya adalah manusia harus menggunakanya dalam kegiatan

yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.5http://jurnal.upi.edu/file/ 05_Ekonomi_Syariah,_Perbankan_Islam_dan_Manajemen_Pendidikan_Islam_di_Era_Global-Fansuri_Munawar1.pdf (akses 25 maret 2014)

7

2. Kepemilikan pribadi diakui dalaam batas-batas tertentu yang

berhubungan dengan kepentingan masyarakat dan tidak mengakui

pendapatan yang diperoleh secaara tidak sah.

3. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi islam(QS

4:29). Islam mendorong manusia untuk berkerja dan berjuang untuk

mendapatkan materi/harta dengan berbagai cara,asalakan mengiki=uti

aturan yang telah ditetapkan. Hal ini dijamin oleh Allah bahwa Allah

telah menetakan rizki setiap makhluk yang diciptakannya.

4. Kepemilikan kekeyaan tidak bolehhanyadimiliki oleh segelintir orang-

orang kaya, dan harus berperan sebagai kapital produktifyang akan

meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya

dialokasikan i=untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini disadari oleh

sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai hak

yang sama atas air, padang rumput, dan api.

6. Seorang muslim harus tunduk pada Allah dan hari pertanggungjawaban di

akhirat (QS 2:281). Kondisi ini akan mendorong seorang muslim

menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan maisir, gharar,

dan berusaha dengan cara yang batil, melampaui batas, dan sebagainya.

7. Zakat harus dibayarakan atas kekayaan yang telah memenuhi batas

(nisab). Zakat ini merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya

yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.

Menurut pendapat ulama, zakat dikenakan 2,5% untuk semua kekayaan

yang tidak produktif, termasuk didalamnya uang kas, deposito, emas,

perak, da permata, dan 10% dari pendapatan bersih investasi.

8. Islam melarang riba dalm segala bentuknya.6

6 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm. 2-3

8

C. Lembaga – Lembaga Ekonomi Islam (syariah)

a. Pengertian lembaga ekonomi islam (syariah)Lembaga ekonomi islam merupakan salah satu instrument yang digunakan

untuk mengatur aturan – aturan ekonomi islam. Sebagai bagian dari sistem

ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial.

Oleh karenanya, keberadaanya harus dipandang dalam konteks keseluruhan

keberadaan masyarakat, serta nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat

yang bersangkutan7

b. Lembaga ekonomi islam sebagai berikut :

A. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut undang undang ( UU ) perbanka No. 7 tahun 1992, BPR

adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk

deposito berjangka tabungan dan atau BPR. Pada UU perbankan NO.10 tahun

1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksana

kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

Pengaturan pelaksanaan BPR yang menggunakan prinsip syariah

tertuang pada surat direksi Bank Indosnesia No. 32/36/KEP/ tentang Bank

Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 12 mei 1999. Dalam

hal ini pada teknisnya BPR syariah beroprasi layaknya BPR konvensional

namun menggunakan prinsip syariah.

Usaha – Usaha BPR Syariah

UU BPR Syariah Kemudian dipertegas dalam kegiatan oprasional BPR

Syariah dalam pasal 27 SIK DIR. BI 32/36/1999, Sebagai berikut :

a) Menghimpun dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan yang

meliputi :

Tabungan berdasrkan prinsip wadiah dan mudharabah

Deposito berjangka berdasrkan prinsip mudharabah

7 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah” diakses pada 25 maret 2014 pukul 05.30 dari http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html

9

Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah

b)Melakukan penyaluran dana melalui :

Transaksi Jual beli melalui prinsip mudharabah, istishna, salam, ijarah,

dan jual beli lainya.

Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah,

dan bagi hasil lainya.

Pembiayaan lain berdasrkan prinsip rahn dan qardh

c) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPR Syariah sepanjang

disetujui oleh dewan Syariah Nasioanl8

B. Bank Syariah

Istilah bank tanpa bunga sebenarnya dapat memberikan konotasi yang

berbeda dari esensi Bank Syariah. Istilah tanpa bunga sering diasosiasikan

dengan tanpa biaya ( No Interest ) yang sebenarnya tidak tepat. Oleh karena

itu sebaiknya kita pakai saja istilah Bank bagi hasil yang juga dipakai Bank

Indonesia atau tepatnya Bank Syariah.9 Bank syariah merupakan sebuah

lembaga keuangan yang berdasarkan hukum Islam yang adalah merupakan

sebuah lembaga baru yang amat penting danm strategis peranannya dalam

mengatur perekonomian dan mensejahterakan umat Islam.10

Cara oprasi Bank Syariah ini hakikatnya sama dengan Bank

Konvensional biasa, yang berbeda hanya dalam masalah bunga dan praktek

lainya yang menurut syariat islam tidak dibenarkan. Bank syariah memang

tidak menggunakan konsep bunga seperti bank konvensional lainnya. Namun

bukan berarti bank syariah tidak mengenakan beban kepada mereka yang

menikmati jasanya. Beban tetap ada namun konsep dan cara perhitunganya

tidak seperti perhitungan bunga dalam bank konvensional . untuk menjawab

8 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah” diakses pada 25 maret 2014 pukul 04:56 dari http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html 9 Sofyan Syafari Harapan , Jakarta, 1997, ( hal 94-95)10 Asary nur ‘’ Lembaga – Lembaga perekonomian dalam Islam” diakses pada 25 maret 2014 http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=344

10

ini kita harus mengenal beberapa produk utama Bank Syariah yang akan kita

jelaskan dibawah ini

a. Produk Bank Syariah

Produk perbankan syariah secara umum dikelompokan menjadi 3 bagian,

yaitu :

1. Penyaluran Dana

Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan kepemilikan

barang. Keuntungan bank disebutkan di depan dan termasuk harga

dari harga yang dijual. Terdapat tiga jenis jual beli dalam

pembiayaan modal kerja dan investasi dalam bank syariah, yaitu:

Ba’i Al Murabahah : Jual beli dengan harga asalditambah

keuntugan yang disepakati antara pihak bank dengan

nasabah, dalam hal ini bank menyebutkan harga barang

kepada nasabah yang kemudian bank memberikan laba

dalam jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan.

Ba’i Assalam : Dalam jual beli ini nasabah sebagai pembeli

dan pemesan memberikan uangnya di tempat akad sesuai

dengan harga barang yang dipesan dan sifat barang telah

disebutkan sebelumnya. Uang yang tadi diserahkan

menjadi tanggungan bank sebagai penerima pesanan dan

pembayaran dilakukan dengan segera.

Ba’i Al Istishna: Merupakan bagian dari Ba’i Asslam

namun ba’i al ishtishna biasa digunakan dalam bidang

manufaktur. Seluruh ketentuan Ba’i Al Ishtishna mengikuti

Ba’i Assalam namun pembayaran dapat dilakukan

beberapa kali pembayaran.  

Prinsip Sewa (Ijarah)

11

Ijarah adalah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang atau

jasa melalui sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa. Dalam hal ini bank meyewakan peralatan

kepada nasabah dengan biaya yang telah ditetapkan secara pasti

sebelumnya

Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Dalam prinsip bagi hasil terdapat dua macam produk, yaitu:

Musyarakah: Adalah salah satu produk bank syariah yang

mana terdapat dua pihak atau lebih yang bekerjasama untuk

meningkatkan aset yang dimiliki bersama dimana seluruh

pihak memadukan sumber daya yang mereka miliki baik

yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Dalam hal ini

seluruh pihak yang bekerjasama memberikan kontribusi

yang dimiliki baik itu dana, barang, skill, ataupun aset-aset

lainnya. Yang menjadi ketentuan dalam musyarakah adalah

pemilik modal berhak dalam menetukan kebijakan usaha

yang dijalankan pelaksana proyek.

Mudharabah: Mudharabah adalah kerjasama dua orang atau

lebih dimana pemilik modal memberikan memepercayakan

sejumlah modal kepada pengelola dengan perjanjian

pembagian keuntungan. Perbedaan yang mendasar antara

musyarakah dengan mudharabah adalah kontribusi atas

manajemen dan keuangan pada musyarakah diberikan dan

dimiliki dua orang atau lebih, sedangkan pada mudharabah

modal hanya dimiliki satu pihak saja.

2. Penghimpun Dana

12

Penghimpunan dana pada bank syariah meliputi giro, tabungan, dan

deposito. Prinsip yang diterapkan dalam bank syariah adalah:

Prinsip Wadiah

Wadi’ah amanah prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan

oleh dititipi. Wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung

jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan

harta titipan

Prinsip Mudharabah

Dalam prinsip mudharabah, penyimpan atau deposit bertindak

sebagai pemilik modal sedangkan bank bertindak sebagai

pengelola. Dana yang tersimpan kemudian oleh bank digunakan

untuk melakukan pembiayaan, dalam hal ini apabila bank

menggunakannya untuk pembiayaan mudharabah, maka bank

bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan,

maka prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Mudharabah mutlaqah: prinsipnya dapat berupa tabungan

dan deposito, sehingga ada dua jenis yaitu tabungan

mudharabah dan deposito mudharabah. Tidak ada

pemabatasan bagi bank untuk menggunakan dana yang

telah terhimpun.

Mudharabah muqayyadah on balance sheet: jenis ini

adalah simpanan khusus dan pemilik dapat menetapkan

syarat-syarat khusus yang harus dipatuhi oleh bank, sebagai

contoh disyaratkan untuk bisnis tertentu, atau untuk akad

tertentu.

Mudharabah muqayyadah off balance sheet: Yaitu

penyaluran dana langsung kepada pelaksana usaha dan

bank sebagai perantara pemilik dana dengan pelaksana

13

usaha. Pelaksana usaha juga dapat mengajukan syarat-

syarat tertentu yang harus dipatuhi bank untuk menentukan

jenis usaha dan pelaksana usahanya.

3. Jasa Perbankan

Selain dapat melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana,

bank juga dapat memberikan jasa kepada nasabah dengan mendapatkan

imbalan berupa sewa atau keuntungan, jasa tersebut antara lain:

Sharf (Jual Beli Valuta Asing) Adalah jual beli mata uang yang

tidak sejenis namun harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).

Bank mengambil keuntungan untuk jasa jual beli tersebut.

Ijarah (Sewa) Kegiatan ijarah ini adalah menyewakan simpanan

(safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen

(custodian), dalam hal ini bank mendapatkan imbalan sewa dari

jasa tersebut.11

C. Asuransi Syariah

Pengertian asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha

saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak

melalui investasi dalam bentuk asset atau tabbarru memberikan pola

pemngembalian risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah

Pendapat ulama tentamg Asuransi

Pada awalnya para ulama berbeda pendapat dalam menentukan

keabshan praktek hukum asuransi, disanalah menjadi kontroversial, dari

masalah ini dapat dipilah menjadi dua kelompok yaitu : adanya ulama yang

mengharamkan asuransi dan ada juga yang memperbolehkan asuransi.

11 Pusat komunikasi ekonomi syariah “ Lembaga Bisnis Syariah, diakses pada 25 maret 2014 dari “https://bwfitri.files.wordpress.com/2012/03/lembagabisnissyariah_secure.pdf,

14

Asuransi Syariah haram karena

1. Gharar : terlihat dari unsur ketidak pastian tentang sumber dana yang

digunakan utuk menutupi klaim dan hak pemegang polis.

2. Maysir yaitu unsur judi yang digambarkan dengan kemungkinan

adanya pihak yang dirugikan diatas keuntungan pihak lain.

3. Riba adalah asuransi

4. Asuransi obyek bisnis yang digunakan pada hidup matinya seseorang,

yaitu berarti mendahului takdir Allah

Argumen Ulama dalam memperbolehkan asuransi, adalah

1. Tidak terdapat nash Al-quran atau hadist yanag melarang asuransi

2. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah

pihak

3. Asuransi menguntukan kedua belah pihak

4. Asuransi mengandung unsur kepentingan umum, sebab premi – premi

yang dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan

5. Asuransi termasuk akad mudharobah antara pemegang polis dengan

perusahaan asuransi

6. Asuransi termasuk syirikah at-ta’awuniyah, usaha bersama yang

didasrkan pada prinsip tolong menolong. “ Allah senantiasa menolong

hamba-nya selama ia menolong sesamanya “ (Qs. Al-maidah :2 ) “

Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan

memenuhi kebutuhanya (HR. Abu Daud )12

D. Pegadaian Syariah

Pegadaian syariah dalam hukum Islam berjalan diatas dua akad

transaksi syariah yaitu

12 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html diakses 25 maret 2014 )

15

1. Akad Rahn Secara istilah rahn berarti menjadikan sesuatu barang

yang berharga sebagai jaminan hutang dengan dasar bisa diambil

kembali oleh orang yang berhutang setelah dia mampu menebusnya.

2. Akad Ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa

melalui pembayaran upah sewa. Melalui akad ini dimungkinkan bagi

penggadai untuk menarik sewa atas penyimpanan barang yang

berharga milik nasabah yang telah melakukan akad

E. BMT atau Baitul mal wa Tamwil

BTM terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitutl tamwil. Baitul

maal lebih mengarah pada usaha –usaha pengumpulan dan penyaluran dana

yang non profit, seperti zakat, infak dan shadaqoh. Sedangkan baitul tamwil

sebagai usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana komersial

Maal wat Tamwil (BMT) atau Usaha Mandiri Terpadu, adalah

lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,

menumbuh kembangakan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat

derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin ,

ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh – tokoh masyarakat

setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam :

keselamatan (berintikan keadilan ), kedamaian , dan kesejahteraan.

BMT bersifat terbuka , independen ,tidak partisan, berorientasi pada

pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi

yang produktif bagi anggota dan kesejahteraa sosial masyarakt sekita,

terutama usaha mikro dan fakir miskin.

F. Reksa Dana Syariah

Salah satu produk investasi yang sudah menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan syariah adalah reksadana. Produk investasi ini bisa menjadi

16

alternativ yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini

dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil.

Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut

ketentuan dan prinsip syariah Islam,Yang merupakan sebuah wadah dimana

masyarakt dapat menginvestasikan dananya.13

G. Obligasi Syariah

Obligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat

jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh

kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut

syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara priodik

menurut akad.

Perbedaan mendasar antara Obligai Syariah dan Obligasi

Konvensional adalah terletak pada penetapan bunga yang besarnya sudah

ditentukan di awal transaksi jual beli, sedangkan pada obligasi syariah saat

perjanjian jual beli tidak ditentukan besarnya bunga, yang ditentukan adalah

berapa proporsi pembagian hasil apabila mendapatkan keuntungan di masa

mendatang.14

H. Koperasi Syariah

Koperasi sebagai sebuah istilah yang telah diserap kedalam bahasa

Indonesia . secara seistematic koperasi berarti kerja sama, kata koperasi

mempunyai padanan makna dengan kata syirkah dalam bahasa arab. Syirkah

ini merupakan wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, kebersamaan

usaha yang sehat baik dan halal yang sangat terpuji dalam islam.

13 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html diakses 25 maret 2014 )

14 Asary nur ‘’ Lembaga – Lembaga perekonomian dalam Islam” diakses pada 25 maret 2014 dari http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=344

17

Menurut Row Ewell paul koperasi merupakan wadah perkumpulan

(asosiasi ) sekelompok orang utnuk kerja sama dalam bidang bisnis yang

saling menguntungkan diantara anggota perkumpulan. Prinsip operasional

koperasi secara internal dan eksternal

Keanggotaan sekarela dan terbuka

Pengendalian oleh anggota secara demokrastis

Partisipasi ekonomi anggota

Otonomi dan kebebasan

Pendidikan , pelatihan dan informasi

Kerjasama antar koperasi

Kepedulian terhadap komunikasi15

D. Perbankan Islam / Perbankan Syariah a. Pengertian dan Sejarah Singkat Bank Islam / Bank Syariah

Bank Islam atau bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau bank yang tata cara beroperasinya

mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits.16

Selanjutnya, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip syariah di dalam

pengertian ini adalah prinsip-prinsip atau ketentuan mengenai hukum

muamalat. Dalam ketentuan hukum muamalat, prinsip utama muamalat

ekonomi atau perbankan islami adalah menghindarkan diri dan menjauhkan

diri dari unsur-unsur riba dengan menggantinya dengan sistem bagi hasil dan

pembiayaan perdagangan. Riba secara bahasa berarti al-ziyadah yang berarti

tambahan. Sedangkan menurut istilahnya, riba dalam pandangan Prof. Abdul

Manannan, Ph.D. dalam bukunya ”Teori dan Praktek Ekonomi Islam” adalah

perpanjangan batas waktu dan penambahan jumlah peminjaman uang

15 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( diakses 25 maret 2014 )

16 Antonio dan Perwataatmadja, 1999. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Hal.1

18

sehingga berjumlah begitu besar, sehingga pada akhir jangka waktu

peminjaman itu, si peminjam akan mengembalikan kepada orang yang

meminjamkan sejumlah dua kali lipat atau lebih dari jumlah pokok yang

dipinjamkannya.17

Di dalam teori ekonomi Islam atau ekonomi syariah sebagai dasar

sistem perbankan Islam, diatur beberapa konsep pembiayaan islami yang

dapat dipraktekkan oleh perbankan Islam.

Di Indonesia perbankan Islam/syariah baru muncul pertama pada

tahun 1991 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai

oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha

muslim. Bank Muamalat sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir

tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal.

Kemudian Islamic Development Bank (IDB) memberikan suntikan dana

sehingga pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat

ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang

yaitu UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang

Perbankan serta lebih spesifiknya pada Peraturan Pemerintah No.72 tahun

1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Sampai saat ini, pada

tahun 2007, terdapat setidaknya 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu

Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.

Sementara bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank

diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero)

dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).

b. Prinsip-prinsip Perbankan Islam / Perbankan Syariah

17 Abdul Mannan, Muhammad, 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Hal.165

19

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam

antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara

lain :

Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai

pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai

akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.

Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang

hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena

tidak memiliki nilai intrinsik.

Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua

belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka

peroleh dari sebuah transaksi.

Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak

diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh

didanai oleh perbankan syariah.

c. Produk Perbankan Syariah

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah

antara lain:

1. Jasa Untuk Peminjam Dana

Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan

pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio

tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak

Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan,

20

kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan,

kecurangan dan penyalahgunaan.

Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model

partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi

dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi

berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.

Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada

campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah

tidak ada campur tangan.

Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank

akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian

menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan

sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa

dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad

diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang

disepakati. Contoh:harga rumah, 500 juta, margin bank/keuntungan

bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan

diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara Bank dan

Nasabah.

Takaful (asuransi islam)

2. Jasa Untuk Penyimpan Dana

Wadi’ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip

dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah

Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan

bonus kepada nasabah.

Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam

kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana

21

nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah

dengan nisbah bagi hasil tertentu.18

d. Perbedaan Bank Islam Dengan Bank Konvensional

Perbedaan mendasar antara bank Islam dengan bank konvensional

secara umum terletak pada dua konsep yaitu konsep imbalan dan konsep

sistemnya. Perbedaan konsep sistem antara bank konvensional dan bank Islam

dapat dilihat dalam tabel perbandingan di bawah berikut:19

BANK ISLAM BANK KONVENSIONAL

         Berdasarkan margin keuntungan          Memakai perangkat bunga dan atau

bagi hasil

         Profit dan falah oriented          Profit oriented

         Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan

         Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan debitur – kreditur

         Users of real funds          Creator of money suplly

         Melakukan investasi – investasi

yang halal saja

         Investasi yang halal dan haram

         Pengerahan dan penyaluran

dana harus sesuai dengan syariah Islam

yang diawasi oleh Dewan Pengawas

Syariah.

         Tidak terdapat Dewan Pengawas

Syariah atau sejenisnya

Sedangkan perbedaan konsep imbalan antara bank Islam yang

menggunakan sistem bagi hasil / profit sharing dan bank konvensional yang

menggunakan sistem bunga / interest dapat dilihat dalam tabel berikut

18 Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema Insani Press19 Antonio dan Perwataatmadja, 1999. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

22

BUNGA (BANK KONVENSIONAL) BAGI HASIL (BANK ISLAM)

         Penentuan bunga dibuat pada waktu

akad tanpa berpedoman pada untung

rugi.

         Penentuan besarnya rasio bagi hasil

dibuat pada waktu akad dengan

berpedoman pada kemungkinan untung

rugi.

         Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang yang dipinjamkan.

         Besarnya rasio bagi hasil

berdasarkan pada jumlah keuntungan

yang diperoleh.

         Pembayaran bunga tetap seperti

yang dijanjikan tanpa pertimbangan

apakah proyek yang dijalankan oleh

pihak nasabah untung atau rugi.

         Bagi hasil tergantung pada

keunungan proyek yang dijalankan.

Sekiranya tidak mendapatkan

keuntungan maka kerugian akan

ditanggng bersama oleh kedua belah

pihak.

         Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah

keuntungan berlipat atau keadaan

ekonomi sedang ”booming”

         Jumlah pembagian laba meningkat

sesuai dengan peningkatan jumlah

pendapatan.

         Eksistensi bunga diragukan

(kalau tidak dikecam) oleh semua agma

termasuk Islam.

         Tidak ada yangmeragukan

keabsahan keuntungan bagi hasil.

E. Kekuatan Ekonomi Umat Islam Salah satu aspek penting dalam muamalat Islam adalah ekonomi dan praktek

keuangan yang berdasar pada prinsip-prinsip Islam yang di bangun diatas fondasi

aqidah, keadilan, kesejahteraan, persaudaraan, tanggung jawab dan sebagainya.

Aqidah sebagai fondasi utama mengajarkan sesuatu falsafah kehidupan bahwa alam

semesta ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia, ditata dan dikelola

23

dalam rangka memenuhi kebutuhan primer sehingga manusia mampu melaksanakan

kewajibannya sebagai hamba Allah dengan tetap menjaga keharmonisan dengan

sesama.

Aqidah sebagai falsafah dasar diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi

manusia dalam mengarahkan aktivitas ekonomi sesuai sesuai dengan aturan dan

norma kemanusiaan sehingga tercipta tatanan good governanace dan market

discipline yang baik. Sedangkan fondasi lain merupakan fondasi sekunder yang lahir

sebagai refleksi dari fondasi aqidah yang baik. Artinya, aqidah sebagai fondasi utama

memiliki efek turunan pada pelaku ekonomi dan bisnis dalam berpijak pada prinsip-

prinsip ketuhanan dan kemanusiaan seperti prinsip persaudaraan, kesejahteraan,

keadilan dan tanggung jawab.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi pada nilai-nilai

syari’ah memiliki kekuatan untuk menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang

adil dan sejahtera. Keadilan dan kesejahteraan sangat mungkin apabila gap teoritik

dan praktis dalam operasional lembaga ekonomi Islam tidak terjadi. Operasional

lembaga ekonomi Islam harus betul-betul mencerminkan nilai-nilai Islam yang

sesungguhnya sehingga dengan demikian stereotype Islam sebagai rahmat bagi

semua, melalui lembaga ekonomi, dapat terwujud. Jihad membebaskan masyarakat,

bebas dari riba merupakan jihad akbar ekonomik yang dapat diwujudkan secara

kongkrit melalui aksi-aksi yang betul-betul mencerminkan praktek ekonomi Islam.20

Selain itu rasionalitas pelarangan bunga juga menjadi kontribusi daya tarik dan

kekuatan ekonomi Islam. Terdapat beberapa alasan terkait dengan pelarangan bunga

karena bunga dianggap tidak adil (unjust). Membuka kran bagi rusaknya tatanan

ekonomi masyarakat (corrupt society), penghargaan yang tidak layak terhadap hak

property orang lain, muncul ekses negatif bagi pertumbuhan ekonomi dan bunga

dapat mereduksi kepribadian manusia (nasabah).

20 Muhammad, Kekuatan Ekonomi Islam dalam Menciptakan Kesejahteraan dan Keadilan, Jurnal Kajian Islam volume 3 nomor 1, April 2011

24

1. Bunga tidak adil

Bunga itu praktek ketidakadilan. Sebuah kontrak yang didasarkan pada bunga

melibatkan ketidakadilan terhadap salah satu perihal, kadang-kadang kepada pemberi

pinjaman dan kadang-kadang kepada peminjam(QS. 2: 279). Kontrak riba ditetapkan

tidak adil kepada peminjam karena jika seseorang mengambil pinjaman dan

menggunakannya dalam usahanya, ia dapat memperoleh keuntungan atau ia dapat

berakhir dengan sebuah kerugian. Apabia terjadi kerugian, wirausahawan tidak akan

pernah menerima imbalan atas waktu dan usahanya. Selain kerugian tersebut, ia harus

membayar bunga dan modal kepada pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman atau

penyedia modal meskipun usaha tersebut berakhir dengan kerugian ia tetap

memperoleh modalnya kembali beserta bunganya. Dalam konteks inilah riba

dianggap tidak adil.

Transaksi ekonomi yang didasarkan pada sistem bunga melibatkan

ketidakadilan pada satu pihak. Terkadang ketidakadilan itu dialami pihak penerima

pinjaman (masyarakat/pengusaha) pada pihak lain pemberi pinjaman modal (bank).

Transaksi dengan sistem bunga mengandung unsur ketidakadilan bagi peminjam

disebabkan jika seorang nasabah mendapat pinjaman modal dan menggunakannya

dalam bisnis ia bisa memperoleh salah satu di antara dua kemungkinan, yaitu ia

mendapat keuntungan atau ia harus mengakhiri usahanya dengan bangkut. Dalam hal

kebangkrutani ini, masyarakat/nasabah tidak akan menerima hasil dari waktu dan

tenaga serta jerih payahnya. Pada sisi lain, dia harus tetap membayar pokok pinjaman

disertai bunga pada pihak yang memberi pinjaman.

2. Bunga merusak masyarakat

Bunga merusak masyarakat. Disini penjelasannya adalah bahwa terdapat suatu

hubungan antara memungut bunga dengan fasad, yang diterjemahkan secara lepas

sebagai kecurangan masyarakat (tindakan yang illegal menurut Islam). Penjelasan ini

diungkapkan dalam Surat 30: 3741. Didalam kerangka pikir umum bahwa fasad

dalam masyarakat dihasilan dari perilaku manusia (yang keliru), kita dapat dengan

25

jelas membaca sub pesan bahwa memungut bunga merupakan salah satu dari segi

perilaku keliru yang merusak masyarakat (corrupts society).

3. Menghargai harta orang lain secara tidak layak

Praktek bunga secara memberikan dampak yang tidak layak terhadap properti

atau harta benda orang lain. Bunga atas uang dianggap mewakili terbentuknya hak-

hak harta benda yang seketika itu juga yang tidak dibenarkan. Hal ini tidak

dibenarkan, karena bunga merupakan sebuah hak harta benda yang diklaim diluar

kerangka yang sah atas hak harta benda yang diakui. Hal ini bersifat seketika itu juga

setelah kontrak untuk peminjaman atas bunga ditandatangani. Sebuah hak atas harta

benda peminjam diciptakan untuk pemberi pinjaman.

F. Islam dan Etos kerja Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan

pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi

ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam

masalah yang berkenaan dengan kerja.

Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup

selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.”

Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di

bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik

dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja”

Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan

ungkapan-ungkapan tadi.

Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos

kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan

dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah

ditetapkan Al-Qur’an dan as-Sunnah.

26

Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak,

karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,

tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.Ethos dibentuk oleh berbagai

kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.Dari kata etos ini

dikenal pula kata etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai

yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung

gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal lebih

baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-

sungguh, akurat dan sempurna. (An-Naml : 88). Etos kerja seorang muslim adalah

semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para

pemimpin harus memegang amanah.

Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan

manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun

hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar

bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah

perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk

mencari nafkah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah kepribadian, watak, karakter

serta keyakinan atas sesuatu yang tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh

kelompok bahkan masyarakat dalam mencari nafkah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang

diantara kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR.

al-Baihaki)

Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah

sebagai berikut :

27

1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah

melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab

seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah

yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-

sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah

dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis

rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang

pekerja yang dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)

2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.

Firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di

antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan

bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu

menyembah.” (Al-Baqarah: 172)

3. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang

dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan

wajar.

4. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang

ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang

diharamkan Allah.

5. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan

pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup

hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa

tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya.

Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan

dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas

bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-

alat produksi.21

21 Ahmad Abrar, Etos Kerja dalam Islam. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014 jam 17:00 WIB, dari http://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/

28

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARANMakalah ini belum mencapai titik kesempurnaan, pemakalah

mengharapkan masukan saran maupun kritik yang membangun dari dosen

pembimbing maupun dari para pembaca.

29

DAFTAR PUSTAKA

30