8

Click here to load reader

Leo Tolstoy

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Leo Tolstoy

Leo TolstoyDari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Pangeran Lev Nikolayevich Tolstoy dengarkan (bahasa Rusia: Лев Никола́� евич

Толсто� й; biasa disebut sebagai Leo Tolstoy) (9 September 1828 – 20 November

1910, N.S.; 28 Agustus 1828 – 7 November 1910, K.J.) adalah seorang sastrawan

Rusia, pembaharu sosial, pasifis, anarkis Kristen, vegetarian, pemikiran moral dan

seorang anggota berpengaruh dari keluarga Tolstoy.

Tolstoy secara luas dianggap sebagai salah seorang novelis yang terbesar,

khususnya karena adi karyanya Perang dan Damai dan Anna Karenina. Dalam

cakupan, luasnya, dan gambarannya yang realistik mengenai kehidupan Rusia,

kedua buku ini berdiri pada puncak fiksi realistik. Sebagai seorang filsuf moral ia

terkenal karena gagasan-gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan melalui

karyanya Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu, yang pada gilirannya mempengaruhi

tokoh-tokoh abad ke-20 seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King, Jr..

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Masa muda

2 Novel dan karya-karya fiksinya

3 Keyakinan keagamaan dan politik

4 Aneka rupa

5 Pranala luar

[sunting] Masa muda

Tolstoy dilahirkan di Yasnaya Polyana, tanah keluarganya yang terletak di wilayah

Tula, Rusia. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara di dalam kelaurganya.

Orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil, karena itu ia dibesarkan oleh sanak

keluarganya. Tolstoy belajar hukum dan bahasa-bahasa Oriental di Universitas

Kazan pada 1844 hingga akhirnya ia meninggalkan Universitas itu. Dosen-dosennya

menggambarkan dirinya "tidak mampu dan tidak mau belajar." Ia kembali di tengah-

tengah studinya ke Yasnaya Polyana dan menghabiskan banyak waktunya di

Moskwa dan St. Petersburg. Setelah terjerumus ke dalam utang yang besar karena

berjudi, Tolstoy menemani kakaknya ke Kaukasus pada 1851 dan masuk ke dalam

Tentara Rusia. Tolstoy mulai menulis sastra sekitar masa-masa kini. Pada 1862 ia

Page 2: Leo Tolstoy

menikah dengan Sofia Andreevna Bers, yang usianya 16 tahun lebih muda, dan

mereka mempunyai 13 orang anak.

Pernikahannya dengan Sofia Andreevna Bers ditandai pada permulaannya oleh

Tolstoy pada malam pernikahannya dengan memberikan buku hariannya kepada

tunangannya. Buku-buku hariannya ini memuat catatan mengenai hubungan

seksualnya dengan para petaninya. Meskipun demikian, awal kehidupan

perkawinan mereka cukup bahagia dan tenang, dan memberikan Tolstoy banyak

kebebasan untuk menulis adi karya sastranya, Perang dan Damai dan Anna

Karenina. Kehidupan perkawinannya yang belakangan digambarkan oleh

A.N.Wilson sebagai salah satu yang paling tidak bahagia dalam sejarah sastra.

Hubungannya dengan istrinya semakin buruk ketika keyakinannya menjadi semakin

radikal.

[sunting] Novel dan karya-karya fiksinya

Tolstoy adalah salah satu dari raksasa dari sastra Rusia abad ke-19. Karyanya yang

paling terkenal antara lain adalah novel-novelnya Perang dan Damai dan Anna

Karenina, serta banyak karya-karya yang lebih singkat termasuk sejumlah novella

Kematian Ivan Ilyich dan Hadji Murad.

Rekan-rekan sezamannya sangat menghormatinya: Dostoyevsky menganggapnya

sebagai yang terbesar di antara semua novelis yang hidup saat itu, sementara

Gustave Flaubert mencetus: "Seorang seniman hebat, seorang psikolog hebat!".

Anton Chekhov, yang seringkali mengunjungi Tolstoy di tanahnya di pinggiran kota,

menulis: "Ketika sastra memiliki seorang Tolstoy, menjadi penulis itu mudah dan

menyenangkan; bahkan bila kita tahu bahwa kita sendiri tidak mencapai hasil apa-

apa, itu tidak menjadi masalah karena Tolstoy yang berprestasi untuk kita semua.

Apa yang dilakukannya berguna untuk membenarkan semua harapan dan aspirasi

yang ditanamkan dalam sastra." Para kritikus dan novelis yang belakangan terus

memberikan kesaksian terhadap seninya: Virginia Woolf menyatakan Tolstoy

sebagai "yang terbesar di antara semua novelis" dan Thomas Mann menulis tentang

seni penulisannya yang tampaknya jujur—"Jarang sekali suatu karya seni yagn

begitu mirip dengan alam"—perasaan-perasaan yang juga dimiliki oleh banyak

orang lainnya, termasuk Marcel Proust, Vladimir Nabokov dan William Faulkner.

novel-novel otobiografinya, Masa Kanak-kanak, Masa Kecil, dan Remaja (1852–

1856), terbitan-terbitannya yang pertama, menceritakan tentang anak seorang tuan

Page 3: Leo Tolstoy

tanah yang kaya dan kesadarannya yang bertumbuh perlahan tentang perbedaan-

perbedaan antara dirinya dengan teman-teman bermainnya yang keturunan

penggarap. Meskipun dalam kehidupannya di kemudian hari Tolstoy menolak ketiga

buku ini dan menganggapnya sentimental, banyak dari hidupnya disingkapkan

dalam buku-buku ini, mereka masih relevan karena isinya menceritakan kisah yang

universal tentang pertumbuhan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.

Dalam resimen artileri Tolstoy berpangkat letnan dua selama Perang Krim. Ia

mengisahkan semua ini dalam bukunya Sketsa-sketsa Sevastapol. Pengalaman-

pengalamannya di medan pertempuran menolong dirinya mengembangkan

pasifisme, dan memberikan kepadanya bahan untuk gambaran yang realistik

tentang kengerian perang dalam karya-karyanya di kemudian hari.

Fiksinya secara konsisten berusaha menyampaikan secara realistik masyarakat

Rusia yang ada pada masanya. Orang-orang Kosak (1863) menggambarkan

kehidupan dan keadaan bangsa Kosak melalui cerita tentang seorang bangsawan

Rusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis Kosak. Anna Karenina (1877)

mengisahkan cerita-cerita perumpamaan tenang seorang perempuan yang

berzinah, yang terjebak oleh kebiasaan dan kepalsuan masyarakat, serta tentang

seorang pemilik tanah yang filosofis (mirip sekali dengan Tolstoy), yang bekerja

bersama-sama dengan para penggarap di ladang dan berusaha memperbarui hidup

mereka.

Tolstoy tidak hanya menggali dari pengalaman hidupnya sendiri tetapi juga

menciptakan tokoh-tokoh sesuai dengan gambarannya, seperti misalnya Pierre

Bezukhov dan Pangeran Andrei dalam Perang dan Damai, Levin dalam Anna

Karenina dan sampai batas tertentu, Pangeran Nekhlyudov dalam Kebangkitan.

Perang dan Damai umumnya dianggap sebagai salah satu novel terbesar yang

pernah ditulis, luar biasa luasnya dan keutuhannya. Kanvasnya yang luas

mencakup 580 tokoh cerita, banyak di antaranya historis, yang lainnya fiktif.

Ceritanya beralih dari kehidupan keluarga ke markas besar Napoleon, dari istana

Alexander I dari Rusia ke medan tempur dari Austerlitz dan Borodino. Buku ini ditulis

dengan maksud menjelajahi teori sejarah Tolstoy, dan khususnya ketidakberarian

pribadi-pribadi seperti Napoleon dan Alexander. Yang agak mengejutkan, Tolstoy

tidak menganggap Perang dan Damai sebagai sebuah novel (ia pun tidak

menganggap banyak fiksi besar Rusia lainnya yang ditulis pada masa itu sebagai

novel). Pandangan ini menjadi kurang mengejutkan bila kita menganggap bahwa

Page 4: Leo Tolstoy

Tolstoy adalah seorang novelis dari aliran realis yang menganggap novel itu

sebagai kerangka untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan politik dalam

kehidupan abad ke-19. Karena itu Perang dan Damai (sebetulnya Tolstoy ingin

menulis sebuah epil dalam prosa) tidak memenuhi syarat. Tolstoy menganggap

Anna Karenina sebagai novel pertamanya yang sesungguhnya, dan memang ini

adalah salah satu yang terbesar di antara semua novel realis.

Setelah Anna Karenina, Tolstoy berkonsentrasi pada tema-tema Kristen, dan novel-

novelnya yang belakangan, seperti misalnya Kematian Ivan Ilyich (1886) dan Jadi

apa yang harus kita lakukan? mengembangkan suatu filsafat Kristen anarko-pasifis

yang membuat ia dikucilkan dari Gereja Ortodoks pada 1901.

[sunting] Keyakinan keagamaan dan politik

Potret Leo Tolstoy (1887) oleh Ilya Yefimovich Repin

Keyakinan-keyakinan Kristen Tolstoy didasarkan pada Khotbah di Bukit, dan

khususnya pada bagian tentang memberikan pipi kiri, yang dipahaminya sebagai

pembenaran bagi pasifisme, anti kekerasan dan anti perlawanan. Tolstoy percaya

bahwa menjadi seorang Kristen membuat ia seorang pasifis, dan karena kekuatan

militer yang digunakan oleh pemerintahnya, menjadi pasifis berarti menjadi anarkis.

Ia merasa sangat terisolasi di dalam keyakinan-keyakinannya ini, dan karena itu

sesekali ia menderita depresi yang begitu parah sehingga, di manapun ia melihat

tambang, ia ingin menggantung dirinya sendiri, dan ia menyembunyikan senapan-

senapannya untuk mencegahnya melakukan bunuh diri.

Page 5: Leo Tolstoy

Tolstoy percaya bahwa seorang Kristen harus memeriksa hatinya sendiri untuk

menemukan kebahagiaan, ketimbang memandang ke luar kepada Gereja atau

negara. Keyakinannya akan anti kekerasan ketika menghadapi penindasan adalah

sebuah ciri khas lain dari filosofinya. Dengan mempengaruhi Mahatma Gandhi

secara langsung dengan gagasan ini melalui karyanya Kerajaan Allah Ada di Dalam

Dirimu (teks lengkap dalam bahasa Inggris dapat ditemukan di sini), Tolstoy telah

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap gerakan perlawanan anti

kekerasan hingga masa kini. Ia yakin bahwa kaum aristokrasi merupakan beban

bagi kaum miskin, dan bahwa satu-satunya solusi untuk kehidupan bersama kita

adalah melalui anarkisme. Ia juga menentang hak milik pribadi dan institusi

perkawinan serta menjunjung gambaran ideal selibat dan pantangan seksual

(dibahas dalam Romo Sergius dan pengantarnya dalam Sonata Kreutzer. Karya

Tolstoy di kemudian hari seringkali dikritik karena terlalu didaktik dan ditulis secara

tambal-sulam, namun menggali semangat dan dinamisme dari kedalaman

pandangan-pandangan moralnya yang keras. Rangkaian pencobaan terhadap

Sergius dalam Romo Sergius, misalnya, adalah salah satu kemenangannya di

kemudian hari. Gorky mengisahkan tentang bagaimana Tolstoy suatu kali

membacakan bagian ini di hadapannya dan Chekhov dan bahwa Tolstoy begitu

terpengaruh hingga mencucurkan air mata pada akhir pembacaan itu. Alinea-aliena

lainnya yang belakangan yang mempunyai kekuatan yang luar biasa termasuk krisis

pribadi yang dihadapi oleh para tokoh protagonis dari Kematian Ivan Ilyich dan Tuan

dan Manusia, di mana tokoh utamanya (dalam Ilyich) atau pembaca (dalam Tuan

dan Manusia) dijadikan sadar akan kebodohan kehidupan para tokoh

protagonisnya.

Tolstoy menimbulkan pengaruh yang mendalam terhadap perkembangan pemikiran

anarkis. Pangeran Peter Kropotkin menulis tentang dia dalam artikel tentang

anarkisme dalam Encyclopædia Britannica 1911:

Tanpa menyebut dirinya seorang anarkis, Leo Tolstoy, seperti para

pendahulunya dalam gerakan keagamaan rakyat pada abad ke-15 dan ke-16,

Chojecki, Denk dan banyak lainnya, mengambil posisi anarkis terhadap

negara dan hak-hak milik, menyusun kesimpulan-kesimpulannya dari

semangat umum ajaran-ajaran Yesus dan dari penalarannya sendiri. Dengan

seluruh kemampuan bakatnya ia membuat (khususnya dalam Kerajaan Allah

ada di Dalam Engkau) suatu kritik yang dahsyat terhadap gereja, negara dan

hukum bersama-sama, dan khususnya tentang hukum harta milik di masa

Page 6: Leo Tolstoy

kini. Ia menggambarkan negara sebagai dominasi dari yang kejam, yang

didukung oleh kekuatan brutal. Para perampok, katanya, jauh kurang

berbahaya dibandingkan dengan pemerintah yang terorganisasi dengan baik.

Ia membuat kritik yang tajam terhadap prasangka-prasangka yang kini

bermunculan mengenai keuntungan-keuntngan yang diberikan kepada

manusia oleh gereja, negara dan distribusi harta milik yang ada, dan dari

ajaran-ajaran Yesus ia menyimpulkan aturan untuk tidak melawan dan

kutukan mutlak terhadap semua perang. Namun demikian, argumen-argumen

religiusnya dengan sangat baik digabungkannya dengan argumen-argumen

yang dipinjam dari pengamatan yang seimbang tentang kejahatan-kejahatan

di masa kini, sehingga bagian-bagian anarkis dari karya-karyanya tampak

menarik bagi para pembaca yang religius maupun yang tidak religius.

Sepucuk surat yang ditulis Tolstoy kepada sebuah surat kabar India berjudul

"Surat kepada seorang Hindu" menghasilkan sebuah korespondensi panjang

dengan Mohandas Gandhi, yang saat itu berada di Afrika Selatan dan sedang

mulai menjadi seorang aktivis. Korespondensi dengan Tolstoy ini sangat

mempengaruhi Gandhi dalam mengembangkan konsep perlawanan tanpa

kekerasan, sebuah bagian sentral dari padnangan Tolstoy tentang agama

Kristen. Bersama dengan idealismenya yang berkembang, ia juga menjadi

seorang pendukung utama gerakan Esperanto. Tolstoy terkesan oleh keyakinan

pasifis dari kaum Doukhobor dan mengangkat kasus penganiayaan yang

mereka alami ke masyarakat internasional, setelah mereka membakar senjata-

senjata mereka dalam sebuah protes damai pada 1895. Ia menolong kaum

Doukhobor untuk pindah ke Kanada.

Pada 1904, ketika pecah Perang Rusia-Jepang, Tolstoy mengutuk perang itu

dan menulis kepada pendeta Buddhis Jepang, Soyen Shaku dalam upayanya

yang gagal untuk membuat pernyataan pasifis bersama.

Tolstoy adalah seorang anggota keluarga bangsawan Rusia yang sangat kaya.

Ia belakangan percaya bahwa ia tidak berhak mendapatkan harta warisannya,

dan terkenal di antara para petani karena kedermawanannya. Ia seringkali

kembali ke tanah miliknya dengan sejumlah gelandangan yang dirasakannya

membutuhkan pertolongan. Ia pun seringkali memberikan sejumlah besar uang

kepada para pengemis di jalan dalam perjalanannya ke kota, sehingga

membuat istrinya marah.

Page 7: Leo Tolstoy

Ia meninggal karena radang paru-paru di stasiun Astapovo pada 1910 setelah

meninggalkan rumahnya di tengah musim dingin pada usia 82 tahun.

Kematiannya terjadi hanya beberapa hari setelah ia mengumpulkan keberanian

untuk meninggalkan keluarganya dan kekayaannya dan mengambil sikap hidup

sebagai seorang pertapa keliling—suatu pilihan yang telah digumulinya selama

beberapa puluh tahun. Beribu-ribu petani berdiri di kedua tepi jalan pada saat ia

dikebumikan.