Lepra Anatomy2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lepra anatomy

Citation preview

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Kusta di Indonesia pada umumnya bukan merupakan masalah kesehatan, namun efek sosial yang di timbulkan oleh penyakit kusta sangat memerlukan perhatian yang serius.

Penyakit kusta adalah suatu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks dari segi medis dampai meluas ke masalah sosial,ekonomi, budaya, keamanan, dan ketahanan sosial.

Penyakit kusta pada umumnya terdapat di Negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan Negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta mulai di ketahui sejak jaman purbakala, beberapa ribu tahun sebelum masehi antara lain di mesir, india, daratan cina dan Mesopotamia (di Negara Timur Tengah).

Dengan adanya makalah ini kami berusaha menggambarkan tentang penyakit Lepra(kusta) sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan secara dini bila didapatkan tanda-tanda yang menyerupai penyakit kusta seperti bercak kepuihan yang kurang perasaannya atau mati rasa bila disentuh dengan kapas, pembengkakan dan buntil-bintil merah, perubahan saraf tepi.B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui tentang proses penyakit dan pencegahannya.

2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang menderita lepra.

3. Membandingkan antara teori dengan kasus yang ada pada pasien.

C. METODE PENULISAN

Sebelum kami melakukan penulisan terhadap makalah ini, terlebih dahulu yang kami lakukan antara lain, mengumpulkan data dari bebagai sumber yang berhubungan dengan topik dari makalah ini, manfotokopi bahan- bahan yang berkaitan dengan topik malakah ini, membuat intisari dari sumber-sumber yang daya ambil. Setelah tahapan-tahapan itu selesai kami kerjakan, tahapan selanjutnya yang kami lakukan adalah melakukan penulisan makalah.D. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan makalah ini disusun sengan urutan sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 Isi, dalam bab ini kami menyampaikan definisi dari perawat,peran perawat secara umum dan peran perawat dalam pelayanan gizi rumah sakit

BAB 3 Penutup, dalam bab ini kami menyampaikan kesimpulan secara menyeluruh dari makalah ini, serta saran

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

E. KONSEP DASAR

1. Definisi

Lepra (kusta) merupakan penyakit menular dan menahun, yang menyerang pada kulit dan saraf tepi (saraf anggota dan muka) serta ditimbulkan oleh kuman kusta.

Lepra (kusta) merupakan penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta mycrobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainya.Penyakit kusta dibagi menjadi 3 tipe yaitu :

a. Tipe permulaan (tipe awal)

b. Tipe kusta kering atau kusta tertutup

c. Tipe kusta terbuka atau kusta terbuka

2. Klasifikasia. I: intermedinate; tidak termasuk dalam spectrumb. TT: Tuberkuloid polar (bentuk stabil); tuberkuloid 100% jadi tidak akan berpindah tipe.

c. Ti: Tuberkuloid indefinite; tipe campuran tubeculoid dan lepromatosa (Tuberkuloid lebih banyak)

d. BT: Borderline Tuberkuloid; tipe campuran, tapi Tuberkuloid lebih banyak

e. BB: Mid Borderline; tipe campuran (50% tuberkuloid dan 50% lepromatosa)

f. BL: Borderline Lepromatosa; tipe campuran, tapi lepromatosa lebih banyak

g. Li: Lepromatosa indefinite; tipe campuran tuberkuloid dan lepromatosa (lepromatosa lebih banyak)

h. LL: Lepromatosa polar (bentuk stabil); lepromatosa 100% jadi tidak akan berpindah tipe.

3. Anatomi Fisiologi

Kulit adalah massa jaringan terbesar ditubuh. Kulit bekerja melindungi dan menginsulasi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi sebagai cadangan kalori.

Kulit terdiri dari 3 lapisan yang masing-masing tersusun dari berbagai jenis sel dan fungsi yang bermacam-macam. Lapisan-lapisan tersebut adalah :

a. EpidermisEpidermis adalah lapisan kulit terluar yang komponen utamanya adalah protein keratin yang dihasilkan oleh sel keratinosit, serta sel-selnya secara terus menerus mengalami mitosis, dan digantikan sel baru sekuang-kurangnya setiap 30 hari. Epidermis mengandung reseptor sensorik untuk sentuhan suhu, getaran, dan nyeri. Pada bagian dasar epidermis terdapat melanosit [sel pigmen] yang berfungsi mensintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respon terhadap rangsangan hormone hipofisis arterior.melanin merupakan pigmen hitam yang menyebar ke seluruh epidermis untuk melindungi dari radiasi sinar ultraviolet. Di epidermis juga terdapat sel-sel imun yang disebut sel langerhans yang mempunyai mempunyai ugas mengenali partikel asing dan member signal pada limfosit T stas keberadaan partikel atau mikroorganisme tersebut untuk memulai suatu serangan imun.. Sel langerhans bertanggung jawab untuk mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit diplastik atau neuroplastik. Sel-sel langerhans secara fisik berhubungan dengan dengan saraf-saraf simpatis, yang mengisyaratkan adanya hubungan antara system saaf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau kanker kulit. Sel langerhans dapat dirusak oleh radiasi sinar ultraviolet. b. DermisDermis terletak di bawah epidermis yang terdiri atas sel-sel fibroblas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen dan elastin tersusun secara acak, dan menyebabkan dermis teregang dan memiliki daya tahan. Suatu bahan mirip gel asam hiaturonat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor. Diseluruh dermis di jumpai pembuluh darah, saraf sensorik, dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, kelenjar keringat dan palit [sebasa]. Sel mast, yang mengeluarkan histamine selama cidera atau peradangan, dan makrofag, yang memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme, juga terdapat di dermis.Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen dermis dan epidermis, dan membuang produk-produk sisa. Aliran darah dermis dermis memungkinkan tubuh mengontrol temperaturnya. Pada penurunan suhu tubuh, terjadi pengaktifan saraf-saraf simpatis ke pembuluh darah yang meningkatkan pelepasan norepinefrin. Pelepasan tesebut menyebabkan konstriksi pembuluh darah sehingga panas dapat dipertahankan. Apabila suhu terlalu tinggi, maka rangsangan simpatis terhadap pembuluh daah dermis berkurang sehingga terjadi dilatasi pembuluh dan panas tubuh akan dipindahkan ke lingkungan. Hubungan arteriovena dijumpai pada sebagian pembuluh darah. Anastomisis AV mempermudah pengatuan suhu tubuh oleh kulit dengan memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada keadaan yang sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga mempersarafi kelenjar keringat, kelenjar sebasea [minyak] serta folikel rambut.a. Kelenjar SEBASEAKelenjar sebasea menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum ke saluran di sekitarnya. Kelenjar sebasea terdapat diseluruh tubuh, terutama di wajah, dada, dan punggung. Testosterone meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan pembentukan sebum. Kadar testosterone meningkat pada pria dan wanita selama pubertas.b. Kelenjar keringat

Terdapat dua jenis kelenjar keringat : ekrin dan apokrin. Kelenjar keingat ekrin bermuara langsung ke permukaan kulit dan tersebar di seluruh permukaan kulit. Kelenjar ekrin berfungsi terutama utuk mendinginkan tubuh melalui evaporasi panas. Kelenjar-kelenjar tersebut terutama terkonsentrasi ditangan, di kaki, didahi. Kelenjar apokrin mengeluakan keringat ke dalam saluran folikel rambut. Apabila dipengaruhi oleh bakteri permukaan, maka sekresi kelenjar apokrin menimbulkan bau keringat yang khas.

c. SubkutisLapisan subkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulator panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori selain lemak, dan dapat dipecah menjadi dumber energy jika diperlukan.4. Etiologi

Lepra dapat disebabkan oleh :

a. Bakteri microbacterium leprae dengan cirri-ciri :1. Berbentuk batang

2. Ukuran panjangnya 1-8 mic, L= 0,2-0,5 mic, 3. Hidupnya berkelompok

4. Tahan asam

5. Gram positif

6. Tumbuh lambat

7. Garis keturunan monosit makrofag

5. PatofisiologiGenetika

Kontak

Asupan gizi buruk

Dugaan

Kulit

Saluran nafas atas

Infeksi

Non Infeksi

Kulit

Saraf

Membran mukosa

Respon Imun

Sembuh

Progresif

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit lepra tergantung pada tipenya

Tanda dari tipe kusta permulaan :a. Bercak keputihan yang sangat tipisb. Batasnya belum jelasc. Perasaan setempat berkurang atau hilangd. Hanya 1 atau 2 bercak

Tanda dan gejala dari kusta kering :a. Bercak keputihan agak tebal seperti panau

b. Permukaan kering dan kasar

c. Sering ada bintil-bintil kecil

d. Perasaan setempat hilang atau tidak terasa

e. Saraf pada siku dan lipat lutut kadang-kadang teraba membesar disertai rasa nyeri tekan

f. Ada pula yg tidak nyeri tekan

Tanda dan gejala dari tipe kusta basah :

a. Pembengkakan

b. Penebalan kulit berwarna kemerahan

c. Bintil-bintil kemerahan tersebar dikulit badan

d. Bercak-bercak tipis dan banyak tersebar merata di kulit badan

e. Perasaan pada permukaan bercak-bercak sering masih ada

f. Tanda awal biasa di cuping telinga dan muka

5. Test Diagnostik

a. Pemeriksaan bakteriologi (bakterioskopic) Cara pengambilan bahan adalah dengan menggunakan scalpel steril setelah tempat tersebut didesinfeksikan, lalu di usahakan agar tempat tersebut, dengan cara dipijit menjadi iskemik agar kerokan jaringan itu mengandung sesedikit mungkin darah yang akan mengganggu gambaran sediaan.memerlukan waktu 15-30 menit.b. Pemeriksaan histopatologik untuk mementukan klasifikasi penyakit memerlukan waktu 3-7 hrc. Pemeriksaan sputum

d. Tes lepromin untuk menentukan tipe :Tipe I. makula hipopigmentasi berbatas tegas; anestesi dan anhidrasi; pemeriksaan bakteriologi (-); tes lepromin (+). Tipe TT. Makula eritematosa bulat atau lonjong, permukaan kering, batas tegas, anestesi, bagian tengah sembuh; pemeriksaan bakteriologi (-); tes lepromin (+) kuat Tipe BT. Makula eritematosa tak teratur, batas tak tegas, kering, anestesi, mula-mula ada tanda kontraktur; pemeriksaan bakteriologi (+/-); tes lepromin (+/-) Tipe BL. Makula infiltrat merah mengkilat, tak teratur, batas tak tegas; pembengkakan saraf; pemeriksaan bakteriologi ditemukan banyak basil; tes lepromin (-) Tipe LL. Infiltrat difus berupa nodul simetri, permukaan mengkilat; saraf terasa sakit, anestesi; pemeriksaan bakteriologi positif kuat; tes lepromin (-).e. Biopsi kulit untuk mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil bagian tengah jaringan. Indikasi pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna dan bentuk yang tidak lazim. Pembentukan lepuh.f. indeks morfologi (IM). Pemeriksaan ini penting untuk menentukan pengobatan dan adanya resistensi pengobatan6. Komplikasi

a. Cacad ringan

b. Cacat berat

c. Timbul reaksi kusta

d. Kelainan pada muka n kulit

e. Kerusakan urat sarafF. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Identitas klien (umur,dmn klien tinggal,suku,)

Dengan siapa pasien itu tinggal Keadaan orang-orang sekitar linkungan ia tinggal dan bekerja

Lingkungan yang lembab dan panas

Obat-obatan yang pernah di konsumsi Dimana lokasi awal panau/bercak keputihan

Bentuknya, warnanya,

Bercak nya kering atau basah

Berapa lama bercak ada

Riwayat alergi

Berapa lama mengkonsumsi obat-obatan

Riwayat vaksinasi

Kontak dengan penyakit kusta

Riwayat penyakit kulit (pananu,kudis,dll)

Riwayat keturunan kustab. Pola aktivitas dan latihan

kelemahan Penurunan toleransi beraktivitas.

Adanya anggota tubuh yang hilang Rentang gerak

Atrofi ototc. Pola kognitif dan persepsi sensori

Kurang pengetahuan tentang masalah dan perawatan.

Pengenalan terhadap lingkungan sekitar, orientasi tempat dan waktu.

Nyeri,lokasi dan penyebaran Paralisis

Pruritus,lokasi dan penyebaran kesemutan

d. Pola persepsi dan konsep diri

Gangguan body image, berhubungan dengan edema Ggn body image karena perubahan kulit.

Kecemasan.

e. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.

Kecemasan b.d amputasi/kehilangan anggota tubuh

Kecemasan b.d pandangan orang Berduka karena kehilangan peran dan fungsi.

Kesiapan menghadapi kematian.

Menarik diri dan menyangkal diri

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan presepsi sensori b.d nyeri

b. Risti thdp intoleransi beraktivitas b.d kelumpuhanc. Kecemasan b.d amputasi/kehilangan angota tubuh

d. Risti terjadi cidera b.d anastesi

e. Kurang pengetahuan ttg penyakit b.d kurang informasi

3. Perencanaan Keperawatan a. Risti terjadi infeksi b.d adanya perlukaan

HYD : tidak terjadi infeksi

Intervensi keperawatan :

1) Kaji kondisi perlukaan

R/ untuk dapat memberikan penanganan selanjutnya

2) Kaji TTV ( peningkatan suhu)

R/ untuk mengetahui data dasar adanya tanda-tanda infeksi

3) Kolaborasi pemberian antibiotikR/ untuk mencegah penyebaran infeksi

b. Perubahan presepsi sensori b.d nyeri HYD : nyeri berkurang sampai dengan hilang

Intervensi keperawatan :

1) Kaji intensitas nyeri

R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pada klien

2) Ajarkan klien teknik nafas dalam

R/ untuk menguangi rasa nyeri

3) Berikan penyuluhan mengenai cara penanganan nyeri

R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

R/ untuk mengatasi nyeri dengan terapi

c. Risti intoleransi aktivitas b.d kelumpuhanHYD : dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan pasienIntervensi keperawatan :

1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien

R/ untuk mengetahui tingkat kemampuan aktivitas klien

2) Mengajarkan pola aktivitas kebutuhan dasar yang sederhana (makan, minum, BAB,BAK)

R/ klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri

3) Observasi reflek sensori (mati rasa pd anggota gerak dll)

R/ menilai sejauh mana tingkat rangsangand. Risti terjadi cidera b.d anastesi

HYD : cidera tidak terjadi

Intervensi keperawatan :

1) Kaji PF sensori

R/ menilai sejauh mana tingkat sensori2) Anjurkan klien untuk selalu menggunakan alas kaki(sandal,sepatu)

R/ agar tidak terjadi cidera(luka)

3) Beri penyuluhan kepada klien mengenai perawatan diri

R/ agar klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri

R/mencegah infeksi berlanjut

e. Kecemasan b.d amputasi/kehilangan angota tubuh

HYD : kecemasan berkurang sampai dengan hilang

Intervensi keperawatan :

1) Kaji tingkat kecemasan klien

R/ untuk mengetahui tingkat kesiapan menerima penyakitnya

2) beri support pada klien agar realistis

R/ agar klien dapat menerima keadaannya

3) anjurkan klien agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan

R/ agar klien lebih tenang dan menyadari bahwa perubahan fisiknya tak akan kembali normal

4. Discharge Planning

Anjurkan klien untuk minum obat teratur,untuk menghindari kekebalan kuman pada obat. Jelaskan kepada pasien akibat dr minum obat secara teratur.

Jelaskan efek dan fungsi obat kepada pasien.

Jelaskan kepada keluarga bahwa dukungan keluarga sangat penting untuk membantu proses pengobatan

Anjurkan klien untuk menggunakan alas kaki untuk menghindari adanya luka.

Anjurkan klien untuk tetap menjaga kebersihan untuk mencagah terjadinya infeksi.

BAB III

KESIMPULAN

Lepra (kusta) merupakan penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta mycrobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainya

Penyakit kusta juga menimbulkan masalah yang sangat kompleks dari segi medis dampai meluas ke masalah sosial,ekonomi, budaya, keamanan, dan ketahanan sosialPenyakit kusta bukan merupakan penyakit kutukan tuhan.

Penyakit kusta daoat disembuhkan dengan pengobatan teraturDAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC, 2001.

Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI

Siregar R.S. 2005. Atlas Berwarna- Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn E. Alih bahasa, I Made Kariasa. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGCBuku saku patofisiologiMansjor,arif, setiowulan,wiwiek..Kapita selekta kedokteran edisi 3. Jakarta : FKUI

PAGE 1