Author
duongnhi
View
217
Download
0
Embed Size (px)
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA PROMOSI KEAMANAN PANGAN
DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN JAJANAN ANAK
SEKOLAH YANG AMAN
TESIS
YUSTINA MULIANI
1006745165
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM PASCA SARJANA
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
JAKARTA
2012
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Yustina Muliani
NPM : 1006745165
Tanda Tangan :
Tanggal : 3 Juli 2012
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh:
Nama : Yustina Muliani
NPM : 1006745165
Judul : HUBUNGANANTARA PROMOSI KEAMANAN
PANGAN DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN
JAJANAN ANAKSEKOLAH YANG AMAN
Tesis ini berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan unutk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pasca
Sarjana, FakultasIlmu Sosial danIlmu Politik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI :
Ketua Sidang :
Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, PhD .................................................
Pembimbing :
Dr. Pinckey Triputra, Msc .................................................
Penguji Ahli :
Dr. Hifni Alifahmi, MSi ..................................................
Sekretaris Sidang :
Ir. Firman Kurniawan Sujono, MSi .................................................
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 3 Juli 2012
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Hubungan antara
Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah
yang Aman.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar master
dalam program studi Ilmu Komunikasi pada Program Pasca SarjanaUniversitas
Indonesia Jakarta.
Dalam penyusunan tesis ini, berbagai pihak telah banyak memberikandorongan,
bantuan serta masukan sehingga dalam kesempatan ini penulismenyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Pinckey Triputra M.Sc. selaku pembimbing yang telahmemberikan
pengetahuan dan bimbingannya yang sangatbermanfaat bagi penyusunan tesis
ini.
2. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Magister
IlmuKomunikasi UI.
3. Seluruh Kepala Sekolah, guru dan siswa dari 11 SD yang tidak dapat saya
sebutkan satu-satu dimana telah menerima dan membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian.
4. Badan POM RI yang telah memberikan dukungan materiil dalam
melaksanakan pendidikan penelitian sehingga tesis ini dapat selesai.
5. Orang tuaku yang selalu mendoakan, suamiku Wimpy dan anak-anak
tersayang Wendy dan Wilson serta seluruh keluarga yang senantiasa
mendoakan, menghibur, mendampingi dan memberikan dukungan moril yang
sangat berarti sehingga tesis ini dapat diselesaikantepat waktu.
6. Sahabat dan teman-temanku yang tidak mungkin saya sebutkansatu persatu,
atas segala dukungan, bantuan dan sarannya sehinggatesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
v
7. Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya tesis ini,terima kasih atas
dukungan dan doanya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan,oleh
karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
menyempurnakanpenulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis inidapat
berguna bagi kita semua.
Jakarta, Juli 2012
Yustina Muliani
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Yustina Muliani
NPM : 1006745165
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Departemen : Pascasarjana
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan antara
Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah
yang Aman beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkal data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya ini tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 3 Juli 201223 Juni 2011
Yang menyatakan
(Yustina Muliani)
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
viii
ABSTRAK
Nama : Yustina Muliani
Program Studi : Manajemen Komunikasi
Judul : Hubungan antara Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap
Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman
Tingkat keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang masih
rendah dan tingginya persentase Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan akibat
PJAS di lingkungan SD, merupakan masalah serius karena terkait dengan
pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Social Change Campaign
GerakanAksiNasional dengan taktik promosi keamanan PJAS menggunakan
model proses komunikasiS-M-C-R-E. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuiapakahtaktikpromosikeamananpanganyang dilakukanpadasiswa SD
(R) mempunyaihubunganterhadapsikapmemilih PJAS yang aman (E) yang
terkaitdenganvariable kompetensiPenyuluh (S), pesan yang bersifatattention,
comprehension, acceptance (M) dankesadaranmemilih PJAS yang
amansetelahmendapatdiseminasipesanmelaluiberagamsalurankomunikasi (C).
Atas dasar ini diajukan model teoritis yaitucommunication competency theory,
reinforcement theorydan teoriumumbagiSocial Change Campaigndan 3 hipotesis
untuk diuji dengan metode analisis multivariate.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
taktikpromosikeamananpanganmempengaruhisikapmemilih PJAS yang
amandanketiga variable tersebut dapat menjadi tolak ukur dalam mengevaluasi
outcomes sikap dari suatu Social Change Campaign karena ketiga variabel
tersebut berpengaruh signifikan terhadap sikap.
Kata Kunci : sikap, promosi keamanan pangan, siswa SD
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
ix
ABSTRACT
Nama : Yustina Muliani
Program Studi : Communication Management
Judul : The relationship between the Food Safety Promotion to Attitude
Of Choosing Food Consumed by School Children
Low safety level of food consumed by school children and high
percentage of food poisoning outbreak among elementary school children are
serious problems since they are related to the human resources development in
Indonesia. Social Change Campaign National Act Movement through promotion
strategy of the food consumed by school children was conducted by using S-M-C-
R-E as communication process model. This study was aimed to analyze whether
the promotion strategy for the food safety, which was addressed to the elementary
schoolchildren (R), had association with attitude to choose safe food consumed by
school children (E) which was related to educator competence variable (S), to
message with such characteristic as attention, comprehension, acceptance (M),
and to awareness in choosing safe food consumed by school children after
receiving message which has been disseminated via various communication
channels (E). Based on these problems, it was proposed a theoretical model, i.e.
communication competency theory, reinforcement theory, and general theory for
Social Change Campaign; and also three hypotheses to be tested by using
multivariate analysis method.
The study results showed that food safety promotion strategy influenced
the attitude to choose safe food consumed by school children and those three
variables could be used as criteria or standard in evaluating outcomes from a
Social Change Campaign since those three variables have significant impact to
attitude changes
Keywords: attitude, food safety promotion, school children
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Konseptualisasi Masalah 5
1.3Identifikasi Masalah 8
1.4Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian 9
1.4.1 Pembatasan Masalah 9
1.4.2 Tujuan Penelitian 11
1.5Signifikansi Penelitian 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gerakan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah 13
2.2 Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah 13
2.3 Evaluasi Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS 15
2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif 17
2.5 Penelitian Persuasi Carl Hovland 28
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kajian Teori 30
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
xi
3.1.1 Teori umum bagi Social Change Campaign 30
3.1.2 Reinforcement Theory 38
3.1.3 Communication CompetencyTheory 42
3.1.4 Promosi Keamanan Pangan 43
3.1.4.1 Penyuluh Keamanan Pangan 44
3.1.4.2 Pesan Keamanan Pangan 45
3.1.4.3 Saluran Komunikasi Promosi Keamanan Pangan 46
3.1.5 Promosi Keamanan PJAS di Sekolah 53
3.1.5.1 Saluran Komunikasi di Sekolah 53
3.1.5.2 Penyuluh Keamanan PJAS di Sekolah 55
3.1.5.3 Pesan Keamanan PJAS 55
3.1.6 Hasil Studi Terdahulu 56
3.2 Aplikasi Teori- Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Sikap 60
3.2.1 Aplikasi TeoriUmum bagiSocialChangeCampaign,
Communication Competency Theory dan Reinforcement Theory 60
3.2.2 Saluran Komunikasi 61
3.2.3 Penyuluh Keamanan PJAS 62
3.2.4 Pesan Keamanan PJAS 63
3.2.5 Sikap Memilih PJAS yang Aman 63
3.2.6 Hubungan antara Awareness / kesadaran memilih PJAS yang
Amansetelah MenggunakanSaluran Komunikasi terhadap
Sikap MemilihPJAS yang Aman 63
3.2.7 Hubungan antara Opini terhadap Pesan Keamanan PJAS
melaluiBeragam SaluranKomunikasiterhadap Sikap
Memilih PJAS yang Aman 64
3.2.8 Hubungan antara Opini terhadap Kompetensi Penyuluh
PJAS terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman 65
3.3. Hipotesis Teoritis 65
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian 67
4.2 Jenis Penelitian 67
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
xii
4.3 Operasionalisasi Konsep, Pengukuran dan Hipotesis Penelitian 69
4.3.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran 69
4.3.2Hipotesis Penelitian 76
4.4 Populasi dan sampel 77
4.5 Metode Pengumpulan Data 80
4.6 Rencana Analisis 82
4.6.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas 82
4.6.2 Analisis Univariate 83
4.6.3 Analisis Bivariate 83
4.6.4 Analisis Multivariate 84
4.7 Keterbatasan Metode Penelitian 84
BAB V ANALISIS DATA, DISKUSI DAN INTERPRETASI
5.1 Analisis Data 86
5.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas 86
5.1.1.1 Analisis Validitas 86
5.1.1.2 Analisis Reliabilitas 94
5.1.2 Analisis Univariate 98
5.1.2.1 Analisis Distribusi Frekuensi Data Responden 98
5.1.2.2 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian 102
5.1.2.3 Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman 114
5.1.2.4 Analisis Repeated Measure ANOVA 114
5.1.3 Analisis Bivariate 116
5.1.3.1Analisis Korelasi Sederhana 116
5.1.3.2Analisis Tabulasi Silang 117
5.1.4 Analisis Multivariate 121
5.2 Diskusi dan Interpretasi 125
5.2.1Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan
SaluranKomunikasi terhadap Sikap 125
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
xiii
5.2.2 Pengaruhopini terhadapattention,comprehension,acceptance
dari pesan keamananPJAS melaluiberagam saluran komunikasi
(poster, komik, penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap 128
5.2.3Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan,Keterampilan
Berkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari
PenyuluhKeamananPJAS terhadap Sikap 132
5.2.4Efektivitas sikap 134
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 136
6.1.1 Pengaruh Awareness(kesadaran) setelah Menggunakan Saluran
Komunikasi terhadap Sikap 136
6.1.2 PengaruhOpini terhadapAttention, Comprehension, Acceptance
dari Pesan KeamananPJASmelalui Beragam Saluran Komunikasi
(poster,komik,penyuluhaninteraktif, film) terhadap Sikap 136
6.1.3 Pengaruh Opiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan
Berkomunikasi,Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan
PJASterhadap Sikap 137
6.2 Implikasi Hasil Penelitian 138
6.2.1Implikasi Praktis 138
6.2.2Implikasi Akademis 139
6.3 Saran 139
DAFTAR PUSTAKA 141
DAFTAR LAMPIRAN
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Profil PJAS Tahun 2008-2011 3
Gambar 1.2 Data KLB di Sekolah Tahun 2007-2011 4
Gambar 1.3 Data KLB Keracunan Pangan berdasarkan Jenis
PanganPenyebabnya (tahun 2006-2011) 4
Gambar 3.1Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu 32
Gambar 3.2 Teori Penguatan 42
Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual 66
Gambar 4.1 Kerangka Hipotesis Penelitian 77
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Media Menurut Tujuan Belajar 52
Tabel 4.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran 72
Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa di 11SD yang Terpapar
Taktik PromosiKeamanan PJAS dengan Beragam Saluran
Komunikasi di Provinsi DKI Jakarta 79
Tabel 5.1 Output Bivariate CorrelationAwarenessMemilih PJAS
yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 87
Tabel 5.2 Output Bivariate CorrelationOpiniterhadap Attention,
Comprehension,AcceptancedariPesan Keamanan PJAS
melaluiPoster PoMpi Hindari Jajan Sembarangan 88
Tabel 5.3 OutputBivariate CorrelationOpini terhadap Attention,
Comprehension,Acceptance dariPesan Keamanan PJAS
melalui Komik PoMpiMemilih Makanan Aman 89
Tabel 5.4OutputBivariate CorrelationOpini terhadapAttention,
Comprehension,Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS
melalui Penyuluhan InteraktifKeamanan Pangan 90
Tabel 5.5 Output Bivariate Correlation Opiniterhadap Attention,
Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan
PJAS melalui Film PoMpi AkibatSalah Makan 91
Tabel 5.6 Output Bivariate Correlation OpiniterhadapPengetahuan,
KeterampilanBerkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari
PenyuluhKeamanan Pangan 92
Tabel 5.7 Output BivariateCorrelationSikap Memilih
PJAS yang Aman 93
Tabel 5.8 Output Reliabilitas AwarenessMemilih PJAS
yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 94
Tabel 5.9 Output Reliabilitas Opini terhadap Attention,
Comprehension,Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS
melalui Poster PoMpi HindariJajan Sembarangan 95
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
xvi
Tabel 5.10Output Reliabilitas Opiniterhadap Attention, Comprehension,
Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Komik
PoMpi Memilih Makanan Aman 95
Tabel 5.11 Output Reliabilitas Opini terhadapAttention, Comprehension,
Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS melalui Penyuluhan
Interaktif Keamanan Pangan 96
Tabel 5.12 Output ReliabilitasOpini terhadap Attention,Comprehension,
Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Film PoMpi
Akibat Salah Makan 97
Tabel 5.13 Output ReliabilitasOpiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan
Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh
Keamanan Pangan 97
Tabel 5.14 Output Reliabilitas SikapMemilih PJAS yang Aman 98
Tabel 5.15 Usia 99
Tabel 5.16 Kelas 100
Tabel 5.17 Jenis Kelamin 100
Tabel 5.18.Uang Saku 101
Tabel 5.19 Frekuensi Jajan 101
Tabel 5.20 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel Awareness
(kesadaran)setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 103
Tabel 5.21 DeskripsiJawaban Responden padaVariabelOpini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan
Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Poster 105
Tabel 5.22 Deskripsi Jawaban Responden padaVariabel Opini
terhadap Attention, Comprehension, Acceptancedari Pesan
Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Komik 106
Tabel 5.23 Deskripsi Jawaban Respondenpada Variabel Opini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan
KeamananPJASyangDisampaikan melalui Penyuluhan
Interaktif Keamanan PJAS 107
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
xvii
Tabel 5.24 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptance dari Pesan
Keamanan PJAS yang Disampaikan melalui Film 109
Tabel 5.25 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini
terhadapPengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,
Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS 110
Tabel 5.26 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel
Sikap Memilih PJASyang Aman 112
Tabel 5.27Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman 114
Tabel 5.28 Rata-rata opini responden terhadap Attention,
Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS
melalui (1) Poster PoMpi, (2) Komik PoMpi, (3) Penyuluhan
Interaktif KeamananPJASdan (4) Film PoMpi 115
Tabel 5.29 Korelasi Opini Pesan Poster, Pesan Komik,
Pesan Penyuluhan danPesan Film Terhadap Sikap 116
Tabel 5.30 Usia dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman 117
Tabel 5.31 Kelas Responden dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman 118
Tabel 5.32 Jenis Kelamin Respondendengan SikapMemilih PJAS
yang Aman 119
Tabel 5.33 Uang Saku Responden dengan Sikap Memilih PJAS
yang Aman 119
Tabel 5.34 Frekuensi Jajan Responden denganSikap MemilihPJAS
yang Aman 120
Tabel 5.35 Metode Regresi Enter 121
Tabel 5.36 Rangkuman Regresi 122
Tabel 5.37 Anova 122
Tabel 5.38 Koefisien Beta 123
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
1
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada Konferensi Internasional FAO/WHO tahun 1992 tentang gizi,
dideklarasikan bahwa masalah keamanan pangan telah menjadi keprihatinan
dunia. Ratusan juta manusia di dunia menderita penyakit menular maupun tidak
menular karena pangan tercemar dan bahwa memperoleh pangan yang cukup,
bergizi dan aman dikonsumsi adalah hak setiap orang.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman. Sedangkan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa
keamanan pangan merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap
produk pangan yang akan diedarkan ataupun dikonsumsi masyarakat. Kurangnya
perhatian terhadap keamanan pangan dapat menimbulkan dampak seperti
gangguan kesehatan mulai dari keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses
penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat
penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Oleh karena itu keamanan pangan di
sepanjang rantai pangan merupakan tanggung jawab bersama antara
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai
dengan tugas, pokok dan fungsinya.
Tantangan keamanan pangan semakin kompleks di mana ruang lingkup
pengawasan keamanan pangan di Indonesia sangat luas. Tantangan keamanan
pangan seperti keragaman jenis produk pangan serta luasnya area pengawasan,
keterbatasan dana, dan pengetahuan produsen dan konsumen tentang keamanan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
2
Universitas Indonesia
pangan yang kurang, mengharuskan pengawasan yang bersifat terpadu sehingga
koordinasi dan kerjasama lintas sektor terkait termasuk dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota dibutuhkan untuk memperkuat pengawasan pangan sebagai
komponen penting untuk menjamin keamanan suplai pangan dan menentukan
risiko kesehatan pada level nasional. Permasalahan keamanan pangan yang masih
dijumpai di Indonesia adalah keamanan dan mutu mikrobiologis tidak memenuhi
syarat karena kondisi higiene dan sanitasi yang buruk, penyalahgunaan bahan
berbahaya dilarang untuk pangan, pencemaran logam berat, pestisida serta
penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan.
Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah Pangan
Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah
merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa. Pembentukan kualitas SDM sejak
masa sekolah akan mempengaruhi kualitasnya saat mereka mencapai usia
produktif. Pangan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam
memberikan asupan gizi bagi anak-anak usia sekolah.
Akan tetapi peranan strategis ini tidak diimbangi dengan mutu dan
keamanan pangan jajanan yang baik. Berdasarkan data pengawasan PJAS yang
dilakukan BPOM RI cq Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama Balai
Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2011 menunjukkan
bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia
berbahaya, Bahan Tambahan Pangan (BTP) melebihi batas aman serta akibat
cemaran mikrobiologi (gambar 1.1).
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Badan POM RI dalam rangka
Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
Nasional tahun 2008, diketahui bahwa 48,1% responden siswa SD sering atau
selalu ( 4 kali/minggu) jajan sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan
dalam waktu seminggu. Sebagian besar responden siswa SD (68,6%) biasa jajan
di kantin/warung sekolah sedangkan 28,1% responden siswa SD lainnya sering
jajan di penjaja PJAS di sekitar sekolahnya. Data-data ini semakin memperkuat
fakta bahwa jajan sudah sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa (Badan
POM RI, 2008).
1.2 Konseptualisasi Masalah
WHO (2003) menyederhanakan tujuan promosi keamanan pangan di
sekolah menjadi dua yang terdiri atas : 1) tujuan umum (goal) yang merupakan
pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai; dan 2) tujuan khusus
(objective) yang merupakan pernyataan tentang pengetahuan atau kesadaran, sikap
dan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat mengatasi masalah kesehatan
yang ada. Dalam hal ini promosi keamanan PJAS memiliki tujuan khusus
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran terhadap
keamanan PJAS.
Dalam suatu komunikasi kampanye dapat memiliki efek yang berbeda
khususnya pada pengetahuan, sikap dan perilaku. Efek tersebut dapat muncul di
tingkatan dan urutan yang berbeda. Studi awal dari efek saluran komunikasi
(Hovland dkk, 1949) menyimpulkan bahwa komunikasi yang direncanakan,
diawali dan terutama berpengaruh pada informasi (pengetahuan), kemudian sikap
dan terakhir dengan tingkatan yang kecil adalah perilaku. Menurut Ray, M.L
(1973, 149) dalam The Marketing Communication and the Hirerarchy of Effect
menjelaskan bila subyek yang terpapar kampanye persuasif maka subyek
diasumsikan termotivasi dan tertarik dan melanjutkan belajar mengenai suatu ide
atau inovasi, kemudian mengembangkan sikap yang favorit, kemudian diadaptasi
menjadi perilaku. Model dasar hierarki efek tersebut dinamakan Hierarki Belajar.
Teori Hierarki Belajar berasumsi bahwa perubahan sikap manusia merupakan
akibat terpaan komunikasi, dan perubahan ini mempunyai urutan yang relatif
tetap, artinya perubahan sikap itu, pertama-tama pada level perubahan kognitif.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Artinya, audiens mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman.
Ini mengindikasikan bahwa audiens meletakkan keputusannya pada pesan yang
rasional, yang argumentatif apalagi disampaikan oleh komunikator yang memiliki
kompetensi. Selanjutnya memasuki level afektif meliputi sikap, evaluasi dan
perasaan. Terakhir adalah level konatif meliputi maksud dan perilaku aktual.
(Denis & Windahl, 1996 : 190)
Promosi keamanan PJAS merupakan suatu proses komunikasi antara
komunikator kepada komunikan yang dilakukan secara intensif dalam jangka
waktu tertentu, secara berencana dan berkesinambungan, yang menurut Hovland
dan Janis (1959) meliputi isi pesan, identitas sumber, jenis saluran, predisposisi
terhadap pesan (misalnya, dalam situasi manakah suatu pesan diterima), proses
mediasi internal (perhatian, pemahaman dan penerimaan) sehingga dapat
menghasilkan efek komunikasi dapat diamati (perubahan opini, persepsi,
memengaruhi, dan tindakan).
Efek atau dampak merupakan respon atau reaksi setelah proses
komunikasi tersebut berlangsung yang bisa menimbulkan feedback berupa
berbentuk positif atau sebaliknya negatif. Hal tersebut tergantung dari korelasi
logis dari bauran komunikasi tersebut, misalnya berhasil atau tidaknya
komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan melalui saluran
yang dipilih dan diseleksi dan apakah pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sebagaimana yang
diinginkan komunikator. Bila komunikatornya kurang menguasai tehnik
berkomunikasi (suatu cara, kiat atau seni dalam penyampaian pesan melalui
kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga
menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikannya), sehingga pesan kurang
dimengerti atau tidak pas dalam proses penyampaiannya; bila pesan yang
disampaikan tidak mempunyai arti dan manfaat bagi khalayak sasaran dan tidak
memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi publik serta tidak
disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempunyai persamaan
arti antara komunikator dengan komunikannya, serta bila saluran komunikasi
yang digunakan untuk berkampanye kurang tepat bagi khalayak sasarannya tidak
tepat dan efektif dalam menyampaikan pesan yang dimaksud; begitu juga
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
7
Universitas Indonesia
komunikan yang menjadi khalayak sasaran tidak jelas dan terfokus, akibatnya
dapat menimbulkan zero feed back atau negatif feed back. (Denis & Windahl,
1996 : 14)
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setelah mengidentifikasi siapa dan
bagaimana khalayak sasaran, maka komunikator, pesan, saluran komunikasi
sebagai wahana pesan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat menghasilkan
feed back positif atau efek tertentu (efek kognitif, afektif dan konatif) pada
komunikan.
Salah satu teori yang menjelaskan tentang kompetensi komunikator dalam
mengubah sikap komunikan adalah communication competency theory. Menurut
teori ini bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah
sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang
diinformasikan, keterampilan berkomunkasi dan motivasi komunikasi yang
dikemukakan oleh komunikator (Liliweri, 2011 : 173).
Adapun salah satu teori yang menjelaskan rancangan pesan dalam
mempengaruhi perubahan sikap (attitude) adalah reinforcement theory. Menurut
teori ini perubahan sikap komunikan merupakan hasil dari perubahan opini
(pendapat) komunikan, dan perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang menarik
perhatian komunikan (attention), pesan yang disampaikan sendiri harus lengkap
dan dengan bahasa yang digunakan sehari-hari dan yang mudah dipahami
komunikan (comprehension) dan pesan yang disampaikan tidak bertentangan
dengan lingkungan sosial dan budaya komunikan (acceptance) (Liliweri, 2011 :
171).
Sedangkan teori umum bagi Social Change Campaign menjelaskanbahwa
sasaran akhir yaitu perubahan perilaku individu, dipengaruhi oleh perubahan
tingkat kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma
subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku.
Namun untuk mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan
kampanye (kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma
subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku)
maka aktivitas komunikasi kampanye mulai bergerak dari diseminasi pesan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
8
Universitas Indonesia
melalui media cetak, televisi, radio, website poster, leaflet, buku (Liliweri, 2011 :
739).
1.3 Identifikasi Masalah
Gerakan Aksi Nasional PJAS terus berlanjut di tahun 2012. Gerakan ini
merupakan Social Change Campaign dengan menggunakan taktik promosi
keamanan PJAS yang mana menurut WHO (2003) mempunyai tujuan khusus
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku untuk mengatasi masalah keamanan
pangan yang ada (Notoatmodjo dkk, 1996 : 102).
Metode Social Change Campaign yang dilakukan Badan POM RI dalam
Gerakan Aksi Nasional PJAS ini dilakukan secara berencana, sistematis,
memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu dengan
menggunakan model proses komunikasi S-M-C-R-E who says what to whom
with what effect? (Smith, Laswell, & Casey, 1946 pada Petty & Cacioppo, 1996
: 60)
Source : Penyuluh Keamanan Pangan
Message : Pesan Keamanan Pangan
Channel : Print ads (majalah Keamanan Pangan, tabloid Nova, surat kabar
Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik, poster, leaflet), television and
radio ads (Talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat di radio dan stasiun TV),
website (www.klubpompi.com), Spoken and visual word dalam bentuk film,
media pertemuan seperti seminar, ceramah, penyuluhan, festival (pameran dan
lomba dan demo koki cilik).
Receiver : Sasaran primer, sekunder dan tersier
Efek : Pengetahuan baru, perubahan sikap dan perilaku terhadap
memilih dan menyediakan PJAS yang aman
Beranjak dari taktik promosi keamanan PJAS yang telah dilakukan pada
Gerakan Aksi Nasional PJAS ini, maka perlu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui apakah Social Change Campaign ini dapat dikatakan berhasil, dilihat
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
http://www.klubpompi.com/
9
Universitas Indonesia
dari dari efek atau dampak yang ditimbulkan yang terkait dengan kompetensi
Penyuluh Keamanan Pangan, pesan keamanan pangan dan diseminasi pesan
keamanan pangan melalui print ads (poster, komik), spoken and visual word
dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti penyuluhan interaktif, yang
dilakukan oleh Badan POM RI terhadap dampak sikap.
Hal penting dalam penelitian tesis ini, terutama sekali hendak mengetahui
apakah taktik promosi keamanan pangan mempunyai hubungan terhadap sikap
siswa SD memilih PJAS yang aman. Adapun sikap dapat dipengaruhi variabel-
variabel berupa awareness (kesadaran) memilih PJAS yang aman setelah
mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, opini
terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS dan
opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,
memotivasi komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS.
1.4 Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian
1.4.1 Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi diri pada communication competency theory ,
reinforcementtheory dan teori umum Social Change Campaign yang
mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini hendak mengevaluasi outcomes
sikap dari Social Change Campaign pada siswa SD pada 3 (tiga) aspek sebagai
berikut :
1. Awareness/kesadaran memilih PJAS yang aman setelah mendapat diseminasi
pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, dapat mempengaruhi
sikap khalayak sasaran.
2. Opini khalayak sasaran terhadap pesan keamanan PJAS yakni bersifat
attention artinya pesan yang dapat menarik dan meningkatkan perhatian
khalayak sasaran dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam
lingkungan sosial dan budaya khalayak sasaran, dapat mempengaruhi sikap
khalayak sasaran.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
10
Universitas Indonesia
3. Opini khalayak sasaran terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS yakni
komunikator yang mempunyai kompetensi (mempunyai pengetahuan tentang
apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi
komunikan) dapat mempengaruhi sikap khalayak sasaran.
Khalayak sasaran yang menjadi responden penelitian ini adalah siswa SD
sebagai sasaran primer. Pada penelitian ini yang akan didiseminasikan adalah
pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi melalui saluran
komunikasi poster, komik, penyuluhan interaktif, dan film animasi. Penelitian
terbatas pada evaluasi outcomes sikap dikarenakan bahwa menurut Lawrence
Green (1980) kegiatan promosi keamanan pangan sebagai pendekatan efek
perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing
factors) yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang, faktor pemungkin
(enabling factors) yang meliputi sarana, prasarana dan fasilitas yang mendukung
terjadinya perubahan perilaku serta faktor penguat (reinforcing factor) yang
merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku. Badan POM
RI melalui Gerakan Aksi Nasional PJAS yang dicanangkan oleh Wakil Presiden
pada tanggal 31 Januari 2011 baru akan memulai pelaksanaan pengembangan
fasilitas PJAS dalam hal penyediaan dan perbaikan infrastruktur di sekolah-
sekolah di tahun 2012 sehingga peneliti belum dapat meneliti terhadap efek
perilaku dikarenakan belum adanya enabling factor yang memadai.
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan permasalahan
penelitian untuk kepentingan tesis ini adalah :
1. Apakah awareness/kesadaran siswa SD memilih PJAS yang amansetelah
mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi
(poster, komik, penyuluhan interaktif dan film) mempengaruhi sikap
siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan
dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS?
2. Apakah opini siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran
komunikasi mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
11
Universitas Indonesia
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan
Aksi Nasional PJAS?
3. Apakah opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh
Keamanan PJAS mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan
Aksi Nasional PJAS?
1.4.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan (eksplanasi)
variabel-variabel yang mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman sebagai
outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional
PJAS. Berikut ini adalah rinciannya:
1. Untuk menjelaskan pengaruh awareness memilih PJAS yang amansetelah
menggunakan saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS
yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change
Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS.
2. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap attention, comprehension,
acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam
saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan
Aksi Nasional PJAS
3. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang
diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS
4. Untuk mengetahui efektivitas sikap memilih PJAS yang aman dari siswa
SD sebagai outcomesSocial Change Campaign Gerakan Aksi Nasional
PJAS
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
12
Universitas Indonesia
1.5 Signifikansi Penelitian
Dalam konteks Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS yang
menjadi objek penelitian ini adalah siswa SD maka variabel-variabel seperti
awareness / kesadaran siswa SD setelah menggunakan saluran komunikasi, opini
siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance pesan keamanan PJAS
yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasidan opini siswa SD
terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan terhadap sikap siswa SD untuk
memilih PJAS yang aman, menjadi hal penting yang perlu ditelaah dalam
kaitannya dengan tercapainya outcomes sikap Social Change Campaign
Gerakan Aksi Nasional PJAS karena hal ini menunjukkan efektivitas kampanye
tersebut (dari segi tingkat ketercapaian sikap memilih PJAS yang aman). Hasil
penelitian berupa studi eksplanatif mengenai Social Change Campaign dalam
konteks hubungan awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran
komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan
keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini
terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi
komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD untuk
memilih PJAS yang aman, diharapkan dapat memberikan signifikansi sebagai
berikut :
1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah dan melengkapi
perbendaharaan literatur dan wawasan tentang variabel-variabel yang
menjadi tolak ukur dalam melakukan evaluasi outcomesSocial Change
Campaign secara empiris, khususnya untuk khalayak sasaran siswa SD
melalui beragam saluran komunikasi(utamanya saluran personal yaitu
penyuluhan intensif dan saluran non personal yaitu print ad, audio visual)
dalam diseminasi pesan keamanan pangan dikaitkan dengan perubahan
sikap tertentu.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi
Badan POM RI dalam memahami efektivitas Gerakan Aksi Nasional PJAS
yang ditujukan pada siswa SD
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
13
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gerakan Aksi Nasional PJAS
Gerakan ini diprakarsai oleh Badan POM RI dan telah dicanangkan oleh
Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2011 adalah
merupakan gerakan untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi
melalui peran serta aktif yang lebih terpadu dari seluruh kementerian, lembaga
pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun daerah serta pemberdayaan
komunitas sekolah. Aksi ini diharapkan menjadi wahana untuk menggalang
komitmen dari stakeholder untuk bersama-sama meningkatkan keamanan PJAS.
Gerakan Aksi Nasional ini merupakan Social Change Campaign yaitu
jenis kampanye publik yang menjual ide atau gagasan perubahan sosial, yang
ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan
perilaku publik yang terkait. Gerakan ini, memiliki tujuan utama yaitu
pemberdayaan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan gizi PJAS
melalui perubahan sikap, perilaku serta tindakan komunitas sekolah untuk
memilih dan menyediakan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi. Rencana Aksi
Nasional dilaksanakan melalui penerapan pada lima sasaran utama, yaitu
perkuatan program PJAS, peningkatan awareness komunitas PJAS, peningkatan
kapasitas sumber daya PJAS, modeling dan replikasi kantin sekolah dan
optimalisasi Manajemen Aksi Nasional PJAS (Badan POM RI, 2012).
2.2 Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (Promosi Keamanan
PJAS)
Untuk mendukung kesuksesan suatu social change campaign maka perlu
diterapkan perencanaan strategi dari kampanye public relationsyang terdiri dari 9
(sembilan tahapan yang dikelompokkan dalam 4 (empat) fase yaitu fase formative
research, strategi, taktis dan evaluative research. Fase ketiga yaitufase taktik
merupakan elemen yang tampak dari perencanaan strategi, elemen tersebut adalah
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
14
Universitas Indonesia
yang orang lihat dan lakukan. Dalam fase ini berbagai alat komunikasi
dipertimbangkan meliputi interpersonal communication tactics merupakan
peluang tatap muka bagi keterlibatan dan interaksi personal, dan organizational
media tactics merupakan media yang dapat dikontrol organisasi, dan diperlukan
jika sasaran khalayak tersebar luas sehingga sulit dilakukan interaksi secara
personal, new media tactics adalah wahana komunikasi untuk mempresentasikan
informasi yang mempunyai nilai berita kepada berbagai audiens. (Smith, 2002 :
12).
Promosi keamanan PJAS merupakan salah satu taktik (cara memobilisasi
semua kekuatan untuk mengirimkan pesan mencapai publik yang luas) yang
dilakukan pada Social Change Campaign ini. Pada dasarnya tujuan promosi
keamanan PJAS adalah mempersuasi khalayak sasaran untuk mengubah
pengetahuan atau kesadaran, sikap komunitas sekolah yaitu siswa SD (sasaran
primer), kepala sekolah, guru pembimbing UKS, pengelola kantin sekolah,
penjaja PJAS, komite sekolah, dan masyarakat sekitarnya (sasaran sekunder) dan
mengubah perilaku komunitas sekolah dan masyarakat terhadap keamanan PJAS
yang dilakukan melalui kontak langsung maupun tanpa kontak langsung dengan
khalayak sasaran. Selain itu promosi keamanan PJAS juga dilakukan kepada
sasaran tersier yaitu seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di
pusat maupun daerah sehingga penanggulangan keamanan PJAS lebih
komprehensif, terpadu dan sistematis.
Aktivitas diseminasi pesan keamanan pangan yang dilakukan dalam
promosi keamanan PJAS adalah melalui print ads (majalah Keamanan Pangan,
tabloid Nova, surat kabar Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik,
poster, leaflet), television and radio ads (talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat
di radio dan stasiun TV), website (www.klubpompi.com), spoken and visual word
dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti seminar, ceramah,
penyuluhan, festival (pameran, lomba koki cilik dan pentas seni).
Adapun penyajian pesan telah disesuaikan dengan karakteristik khalayak
sasaran yang terdiri dari sasaran primer, sekunder dan tersier sehingga pesan yang
disampaikan mudah diterima dan dipahami. Khususnya untuk siswa SD (sasaran
primer) beberapa tema pesan yang disampaikan yaitu Jagalah Kesehatan dengan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
http://www.klubpompi.com/
15
Universitas Indonesia
selalu Mencuci Tangan, Ayo Kenali Bahan Kimia Berbahaya pada Makanan dan
Minuman !, Pilihlah Tempat Jajan yang Bersih dan Makanan yang Aman, Bacalah
Label sebelum Membeli supaya Aman, Waspadalah terhadap 3 Bahaya pada
Pangan; untuk Pengelola Kantin dan Pedagang PJAS yaitu Gunakanlah Bahan
Tambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar Terhindar dari Bahaya,
Bacalah Label saat Membeli Makanan dan Minuman, Lima Kunci Keamanan
Pangan, Simpan Pangan dengan Benar, Terapkan Perilaku Kerja yang Baik,
Jagalah Kebersihan Tempat dan Peralatan di Kantin Sekolah!.; untuk Guru yaitu
Ayo Kita Tumbuhkan Sadar Keamanan Pangan pada Anak Didik Kita! dan
Panduan Sinergisme Peran Pemangku Kepentingan Terkait.
Sebagai narasumber/komunikator dalam kegiatan promosi keamanan
PJAS adalah petugas Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dari Badan POM RI dan
Balai Besar/Balai POM yang tersebar di 31 Ibu Kota Propinsi.
2.3 Evaluasi Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS
Berbicara mengenai evaluasi, maka tidak dapat dipisahkan dari penilaian.
Evaluasi dapat memberikan penilaian (assessment) terhadap efek atau dampak
sebuah Social Change Campaign dengan taktikpromosi keamanan PJAS.
Terutama sekali evaluasi dapat memberikan informasi praktis yang berguna
tentang apa yang berjalan dan apa yang tidak, dalam sebuah upaya komunikasi
untuk mempengaruhi perubahan sosial.
Pada dasarnya evaluasi adalah segala bentuk penelitian yang dirancang
untuk menentukan tingkat efektivitas atau apa yang telah dilakukan dalam sebuah
program, strategi, aktivitas secara spesifik dengan mengukur outputs dan atau
outcomes(berupa pengukuran ilmiah terhadap peningkatan kesadaran, atau
perubahan opini, sikap dan perilaku) dari program berdasarkan seperangkat
sasaran (objectives) yang telah ditetapkan sebelumnya. (Cutlip, 2006 : 419).
Evaluasi social change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS
adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi, mengkaji, yang memungkinkan untuk
menentukan tingkatanyangtelahdicapaisesuaidengantujuanyangtelahdinyatakan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
16
Universitas Indonesia
dan apakah taktik promosi keamanan PJAS perlu dimodifikasi atau tetap
dilanjutkan. Secara operasional evaluasi social change campaign dengan taktik
promosi keamanan PJAS adalah serangkaian kegiatan untuk membandingkan
realisasi masukan (input) , pencapaian keluaran (output), dan dampak (outcome)
dengan standar atau indikator yang telah direncanakan.
Hasil evaluasi ini diharapkan memberikan gambaran seberapa jauh social
change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS ini telah mencapai
tujuannya. Selain itu hasil evaluasi ini merupakan umpan balik atau masukan
untuk perbaikan atau peningkatan program Gerakan Aksi Nasional PJAS
Fokus evaluasi dapat dibagi menurut tahapannya yaitu evaluasi input,
evaluasi proses, evaluasi hasil (output) dan evaluasi dampak (outcomes) : (Badan
POM , 2012)
Evaluasi input meliputi :
a. Jumlah siswa yang mengikuti program bimbingan teknis / pelatihan /
penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
b. Jumlah guru yang mengikuti program bimbingan teknis/ pelatihan /
penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
c. Jumlah pengelola kantin yang mengikuti yang mengikuti program
bimbingan teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi
Promosi Keamanan PJAS
d. Jumlah penjaja PJAS yang mengikuti yang mengikuti program bimbingan
teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi
Promosi Keamanan PJAS
e. Biaya yang dikeluarkan untuk program bimbingan teknis / pelatihan/
penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
f. Jumlah dan jenis media yang diproduksi dan digunakan untuk program
bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian
materi Promosi Keamanan PJAS
g. Sarana dan prasarana mendukung program bimbingan teknis / pelatihan /
penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Evaluasi Proses meliputi:
a. Frekuensi rapat membahas program bimbingan teknis / pelatihan /
penyuluhan / sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
b. Frekuensi supervisi dan bimbingan dari petugas BPOM, Balai Besar/Balai
POM Provinsi terhadap yang mengikuti program bimbingan
teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi
Keamanan PJAS
c. Banyaknya poster, selebaran, leaflet tentang informasi keamanan PJAS
yang didistribusikan
d. Dikeluarkan kebijakan kantin dan pedagang PJAS harus menyediakan
makanan yang aman
Evaluasi Ouput meliputi:
a. Menurunnya persentase PJAS yang tidak memenuhi syarat
b. Meningkatnya opini publik positif yang ditulis di media
c. Meningkatnya publisitas yang diperoleh dari media
d. Meningkatnya persentase khalayak yang dijangkau pesan
e. Program sinergisme dengan pemangku kepentingan terkait
Evaluasi Outcome meliputi :
a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan PJAS dari
komunitas sekolah (sasaran primer dan sekunder)
b. Menurunnya angka absensi dari siswa karena sakit
c. Menurunnya persentase KLB siswa karena keracunan PJAS
d. Meningkatnya persentase social involvement
2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif
Hovland dan koleganya mempelajari komunikasi dan perubahan sikap melalui
pertanyaansiapa mengatakan apa kepada siapa dan efek apa yang diharapkan?
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
18
Universitas Indonesia
(Smith, Laswell, & Casey, 1946 dalam Petty dan Caccioppo (1996:60)). Mereka
melakukan studi tentang efek sikap pada sumber (siapa yang mengatakan), pesan
(apa yang dikatakan), dan penerima (kepada siapa pesan disampaikan). Efek dari
saluran komunikasi dan lama retensi pesan dan perubahan sikap juga dipelajari.
1. Faktor pengirim
Komunikator (source) dalam suatu komunikasi persuasif dapat berupa
individu atau organisasi yang membagikan informasinya kepada orang lain
atau sekelompok orang. Hovland, Janis dan Kelley (1953) dalam Petty dan
Caccioppo (1996:61) berpendapat bahwa terdapatbeberapakomponen
komunikator yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sikap, yakni :
a. kredibilitas (communicatorcredibility)
Seorang komunikator yang memiliki kredibilitas yang tinggi akan lebih
persuasive dibandingkan dengan komunikator yang memiliki kredibilitas
rendah jika pengukuran sikap segera dilakukan setelah pesan disampaikan
Aspek dari kredibilitas meliputi :
a.1 Keahlian (expertise)
Keahlian sangat penting dalam menginduksi perubahan sikap awal
komunikan terutama saat posisi yang diadvokasi agak berbeda dari
komunikan (Kelman dan Hovland (1953) dalam Petty dan Caccioppo
(1996:62)).
a.2 Layak dipercaya (trustworthiness)
Komunikator yang layak dipercaya merupakan determinan yang sangat
penting dalam perubahan sikap (Choo, 1964; Craig & McCann, 1978).
Andreoli dan Worchel (1978) menggagas bahwa sumber yang dapat
dipercaya lebih persuasive dibandingkan komunikator yang tidak
dipercaya. (Petty dan Caccioppo (1996:64).
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
19
Universitas Indonesia
b. Atraktif (communicator attractiveness)
Chaiken (1979) menemukan bahwa komunikator dengan postur tubuh
secara fisik menarik dan berpenampilan gaya bahasa menarik akan lebih
mempersuasi dibandingkan komunikator dengan postur tubuh secara fisik
tidak menarik dan berpenampilan gaya bahasa tidak menarik. (Petty dan
Caccioppo (1996:67)
c. Kesamaan komunikator dengan komunikan (communicator similarity)
Komunikator mungkin dapat disukai oleh komunikan bila terdapat
kesamaan (Byrne, 1971 : Rokeach, 1960), berpenampilan fisik menarik
(Berscheid and Walters, 1974), dan familiar (Sherif & Sherif, 1953;
Zajonc, 1968) dapat meningkatkan persuasive dan disukai komunikan.
Brock (1965) menyimpulkan bahwa semakin banyak kesamaan antara
komunikator dengan komunikan, maka semakin besar penerimaan dan
dampak persuasi pesan
d. Kekuasaan (communicator power).
Kelman (1958) mengemukakan, bahwa masyarakat memberikan
persetujuan publik lebih besar kepada komunikator yang memiliki
kekuasaan dibandingkan kepada komunikator yang tidak memiliki
kekuasaan
2. Faktor Pesan
Beberapa syarat pesan yang menentukan keberhasilan komunikasi persuasif
antaralain, yakni :
a. Pesan yang dapat dipahami (message comprehensibility)
Agar sebuah pesan dapat mempersuasi khalayak maka menurut Hovland
(Petty and Cacioppo, 1996: 70), pesan tersebut harus diperhatikan dan
dipahami.
b. Jumlah argument (number of arguments) Mayoritas komunikan akan merasa bosan dan berhenti menyimak, terutama jika
argumendalampesan tersebut terlalu panjang dan terlalu sering diulang (Petty dan
Cacioppo (1996 : 71; 1976b).Semakin banyak argumen dipresentasikan dalam
rentang waktu tertentu , semakin sedikit waktu yang dimiliki seseorang untuk
mengingat atau merekam tentang argumen tersebut ( Calder, 1978).
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Beberapaargumenakan menjadilebih kuat, lebihmeyakinkan,dan lebih
berpengaruhdaripada yang lain,dan memberikan kepada seseorang beberapa
argumenyang sangat meyakinkanmungkin dapat mempromosikan
perubahansikap yang lebihdari sekedar menyediakanargumen inibersama
dengansejumlah argumen yang jauh lebih lemah. (Anderson, 1974). (Petty dan
Cacioppo, 1996 : 71-72)
c. Imbalan Pesan (Rewards within the Message)
Argumen dalam pesan diasumsikan dapat memotivasi perubahan sikap
melalui insentif yang dikandungnya. Semakin banyak argument dalam pesan
akan lebih mempengaruhi perubahan sikap. Imbalan (reward) lebih
berpengaruh, jika diterapkan segera dibandingkan setelah adanya penundaan.
Pesan yang persuasif lebih efektif saat argument dalam pesan dipisahkan dari
kesimpulan, sedikit, dibandingkan banyak, dari materi yang netral (Weiss,
Buchnan, & Pasamanick , 1965 dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 72)).
d. Pendekatan Fear Appeals (The arousal and Reductional of Fear)
Leventahl (1970) menemukan bahwa pesan berkategori high fear umumnya
lebih efektif dibanding pesan berkategori moderate atau low fear. Pesan
berkategori fear arousing efektif menginduksi perubahan sikap terutama jika
memenuhi kondisi sebagai berikut:
o Pesan menyediakan argument kuat untuk kemungkinan
komunikanmenderitabeberapakonsekuensiyang sangat negatif
o Argument tersebut menjelaskan kosnekuensi negatif akan timbul jika
tindakan yang direkomendasikan tidak diterima
o Pesan memberikanjaminanyang kuat bahwapenerapanrekomendasiefektif
menghilangkankonsekuensinegatif.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Sikap defensif yang dapat menurunkan efektivitas pesan akan timbul jika
terdapat keraguan tentang tindakan yang harus diambil berkaitan dengan
bahaya tersebut.(Petty dan Cacioppo, 1996 : 73).
e. Pesan Satu Sisi vs Pesan Dua Sisi (One sided versus Two sided Message)
Hovland, Lumsdaine dan Sheffield (1949) menemukan tidak terdapat
perbedaan efektivitas menyolok antara pesan satu sisi dengan pesan dua sisi,
namun mereka menemukan beberapa hal menarik, antara lain :
o Orang yang secara pribadi setuju dengan pendapat yang terkandung dalam
pesan, akan lebih mudah terpengaruh oleh pesan satu sisi. Sedangkan
mereka yang tidak setuju akan memperlihatkan efek sebaliknya
o Orang yang telah terpapar oleh pesan satu sisi akan lebih mudah
terpengaruh oleh pesan lain yang melawan pesan pertama
(counterpropaganda)
o Orang yang telah terpapar oleh pesan dua sisi cenderung memperlihatkan
penolakan terhadap pesan counterpropaganda
Petty dan Cacioppo (1996 : 75) menemukan bahwa sebagian besar pengiklan
cenderung menggunakan pesan satu sisi yang efektif jika. Namun jika produk
tersebut kurang dikenal, atau khalayak telah memiliki pengetahuan tentang
kompetitor, maka pesan dua sisi akan lebih efektif.
f. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing)
Penarikan kesimpulan dalam komunikasipersuasifbiasanyabermanfaat
ataudiperlukan bagi komunikan untukmemahami dan mengingatsepenuhnya
argumen pesan danadvokasi (Hovland dan Mandell, 1952; Thistlethwaite, de
Haan,danKamenetzky,1955). Sehubungan dengan penerjemahan konklusi, Mc Guire
(1969) dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 77) memberikan pernyataan, bahwa
dalam situasi tertentu, seseorang dapat saja lebih terpersuasi jika komunikan
sendiri menarik kesimpulan dibanding, jika komunikator yang menarik
kesimpulan. Akan tetapi yang kerap menjadi masalah adalahkomunikan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
22
Universitas Indonesia
tidak memiliki cukup intelegensi atau motivasi untuk menarik kesimpulan
sehingga terjadi kesalahan penarikan kesimpulan yang serius.
g. Pengulangan Pesan (Message Repetition)
Teori Pembelajaran Pesan (Message Learning Approach) yakin bahwa
pengulangan pesan akan meningkatkan perhatian pemirsa, pemahaman dan
pengingatan mereka terhadap isi pesan. Wilson dan Miller (1968) dalam Petty
dan Cacioppo, 1996 : 79) membuktikan bahwa presentasi yang disampaikan
sebanyak 3 kali, memberikan pemahaman dan pengingatan lebih baik lagi
bagi pemirsa dibandingkan presentasi yang hanya disampaikan hanya satu
kali. Temuan Wilson dan Miller didukung Moriarty (1991 : 38-39), bahwa
suatu pesan harus diulang sekurangnya tiga kali sebelum dapat menembus
wilayah persepsi dan terekam dalam ingatan. Namun demikian beberapa
penelitian memperlihatkan pula bahwa walaupun pengulangan akan
meningkatkan ingatan khalayak, akan tetapi hal ini juga akan menurunkan
efektivitasnya dalam perubahan sikap (Cacioppo dan Petty, 1979, 1980; Gorn
dan Goldberg, 1980; Miller, 1976).
h. Gaya Presentasi (Style of Presentation)
Hemsley dan Doob (1978) menemukan bahwa komunikator yang melihat
komunikan dinilai lebih kredibel dan lebih meyakinkan daripada komunikator
yang menatap jauh ketika mereka berbicara. Tingkatdan
kefasihanberbicarajuga telahditunjukkan untukmempengaruhi
penilaianmasyarakat terhadapkredibilitaspembicaradankerentanan mereka
terhadappersuasi. Lind dan OBarr (1979) melaporkan bahwa komunikator
yang menggunakan gaya powerful berbicara di depan lebih persuasif daripada
komunikator yang menggunakan gaya powerless. Miller et all (1976)
melaporkan bahwa komunikan lebih rentan terhadap persuasi ketika
komunikator memberikan pesan dengan kecepatan tinggi, bukan pada
kecepatan normal berbicara. Komunikator dengan gaya powerful dan cepat
dianggap lebih memiliki pengetahuan tentang topik dan karenanya lebih
kredibel.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
23
Universitas Indonesia
Hall (1980) mengindikasikan bahwa isyarat suara non verbal yang dapat
digunakan komunikator, seperti nada suara, juga dapat mempengaruhi
kerentanan komunikan akan persuasi. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 79-80)
3. Faktor Penerima (Recipient Factor)
a. Intelegensia
McGuire (1968) mengajukan model perubahan sikap , yang ditentukan
oleh 2 hal, yaitu :
1. Penerimaan terhadap argumen dan advokasi yang terkandung dalam
pesan, meliputi proses perhatian , pemahaman dan pengingatan
2. Penyerapan terhadap pengaruh
McGuire menemukan bahwa faktor-faktor komunikan kerap memiliki
pengaruh yang berlawanan terhadap kedua hal di atas. Sebagai contoh,
khalayak yang lebih cerdas mampu memahami dan mengingat lebih
banyak argumen dibanding khalayak yang kurang cerdas. Seharusnya akan
meningkatkan perubahan sikap dalam kelompok khalayak yang lebih cerdas.
Namunternyata kecerdasan juga membuat khalayak lebih sulit dipengaruhi
karena mereka lebih percaya terhadap kemampuan kritis mereka. Lebih jauh , hal
ini menyebabkan mereka lebih yakin tentang sikap awal yang telah
merekaambil.Keyakinan ini cenderung akanmenurunkantingkat perubahansikap.
Eagly dan Warren (1976) meneliti tentang pengaruh relatif komponen tingkat
kecerdasan (pemahaman terhadap iklan) dan tingkat pengaruh (penerimaan
terhadap iklan) terhadap perubahan sikap. Tingkat kecerdasan (kemampuan
verbal) subyek diukur lalu diterjemahkan dalam bentuk pesan yang sederhana
atau kompleks. Mereka berpendapat bahwa khalayak yang cerdas akan
mampu memahami dan mengingat pesan yang kompleks dibanding
khlayak yang kurang cerdas, namun kurang menunjukkan persetujuan
terhadap pengaruh yang diberikan. Disisi lain khalayak yang kurang
cerdas, kurang mampu memahami dan mengingat pesan yang
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
24
Universitas Indonesia
kompleks tetapi akan menunjukkan penerimaan yang baik terhadap
pengaruh yang diberikan. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 80-82)
b. Harga Diri (Self Esteem)
McGuires (1968) menggagas model kepribadian dan persuasif yang dapat
diterapkan juga pada hubungan antara harga diri dan perubahan sikap. Harga diri
merujuk pada nilai, penghargaan maupun penghormatan terhadap
seseorang. Seseorang dengan harga diri rendah akan merasa kurang percaya diri,
memandang diri sendiri kurang mampu dan kurang bahagia dibanding
orang dengan harga diri yang tinggi. McGuire berasumsi bahwa orang
dengan harga diri rendah akan lebih mudah dipengaruhi (susceptible to
influence). Di samping itu harga diri positif berkaitan dengan kecerdasan
danminat seseorang sedangkan harga diri negatif berkaitan dengan penyerapan.
Nisbett dan Gordon menemukan hubungan antara harga diri (rendah-
sedang-tinggi) dan perubahan sikap tergantung pada seberapa menarik dan
sulituntuk memahami pesan itu. Ketika pesan itu sederhana, komunikan dengan
harga diri sedang yang paling menunjukkan perubahan sikap. Tapi ketika
pesan kompleks, komunikan dengan harga diri tinggi yang paling
menampilkan perubahan sikap. Namun demikian perbedaan menyolok
ditemukan antara model McGuire dengan hasil observasi Nisbett dan
Gordon (1967), dimana komunikan dengan harga diri sedang adalah yang
terpersuasi paling menonjol (bahkan dibandingkan dengan orang yang
memiliki harga diri rendah)
c. Perbedaan Jenis Kelamin (Sex Differences)
Beberapa penelitian tentang gender menunjukkan bahwa perempuan lebih
dipersuasi dibanding laki-laki (Cooper, 1979; Eagly, 1978). Eagly
berpendapat bahwa perempuan memiliki kemampua verbal lebih baik
daripada laki-laki, sehingga dapat memahami argumen pesan dengan lebih
baik. Oleh karena itu perempuan menunjukkan persuasi lebih tinggi dari laki-
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
25
Universitas Indonesia
laki. Akan tetapi, teori ini dibantah sendiri , Eagly karena penelitian lebih
jauh tidak mendukung (Eagly 1974; Chaiken dan Eagly, 1976). Saat ini
ada dua penjelasan yang dianggap sahih, yaitu
o Perbedaan gender dapat disebabkan oleh peran sosial yang dipelajari
oleh masing-masing pihak. Seorang wanita secara sosial diharapkan
bersikap koperatif dan menjaga harmoni sosial sehingga akan
memfasilitasi persetujuan terhadap pengaruh. Sedangkan pria
diharapkan dapat bersifat asertif dan mandiri sehingga akan
memfasilitasi penolakan terhadap pengaruh
o Perbedaan gender juga tampak dalam banyak studi tentag pengaruh
pesan persuasi, dimana pria memperlihatkan minat dan pengetahuan
yang lebih tinggi dari wanita.
Perbedaan gender secara sederhana memperihatkan fakta, bahwa lebih
mudah untuk mempersuasi seseorang yang hanya memiliki sedikit minat
ataupun pengetahuan tentang isu yang dibawakan oleh pesan. (Petty dan
Cacioppo, 1996 : 83).
4. Faktor Saluran (Channel Factors)
Hovlanddan koleganyajelas menunjukkanbahwa komunikasimassadapat
mendidik danmempengaruhikomunikan.Efeksikapdari berbagai mediadi
manakomunikasidapat ditransmisikanseperti mediacetak : surat kabar, majalah
dan buku; mediaaudio : radio, telepon dan rekaman; dan mediaaudio visual :
televisi, filmdan video recordings. Saluran ini merupakanmedia massa, yang
mana efek nya dapat dibandingkan dengankomunikasitatapmuka.
a. Saluran Personal vs Media Massa (Face to face vs Mass Media Appeals)
Media massa dianggap sebagai sarana untuk menjangkau sejumlah besar
orang (yang berbeda-beda) secara cepat dan efisien (Weiss, 1969 : 70).
Dampakyang lebih besar darisaluran personal telah ditemukanberulang kali
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
26
Universitas Indonesia
(Berelson, Lazarsfeld, & McPhee, 1954; Katz & Lazarsfeld, 1955).
Argumenpersuasifyang menghasilkanperubahan sikaptidak harusberasal
daribeberapa jeniskomunikasi verbal atau tulisan formal. Burnstein dan Vinokur
(1975, 1977) menganalisa perubahan sikap berasal dari kelompok diskusi.
Argumenyang dihasilkanoleh orang-orangdalam kelompok diskusi dipelajarioleh
dandapat mengubah sikaporang laindalam kelompok
diskusi.Karenaorangseringdibujuk olehargumenbahwa orang laindalam diskusi
kelompokmenghasilkan, fenomena menarik dapat terjadisebagai akibat
daridiskusi tatap muka. Sikapmasyarakat setelahdiskusi
kelompokseringkali lebihekstrim dibandingkansikapmerekasebelumdiskusi.
Kebanyakan anggotakelompok berada disisi yang sama dari suatu masalah,
dananggota kelompok dapat memiliki alasanyang berbeda untukmendukung
suatu sisimasalah.Selama diskusikebanyakananggotakelompok akan
mendengarargumendisisi mereka sendiridari suatu masalah dan bahwa ini
tidak mereka pertimbangkan sebelumnya (Burnstein & Sentis, 1981).
Saluran personal umumnya memilikidampaklebih darimedia
komunikasi,puluhan miliardolar dihabiskansetiap tahun
padakomunikasipersuasifyang disampaikan melaluimedia massa.
(McGuire, 1978). Saluran media massa merupakan saluran yang popular
karena saluranini digunakansebagai sarana yangterorganisiruntuk
mencapaisejumlah besarjenisberagam orangdengan cepat dan efisien. (Weiss,
1969 : 70). Bahkankampanyeyang berhasilmeyakinkanmasing-
masing1.000 orangdengan siapaiaberbicaraakanmenyedihkan karena di
balikkampanyeyang meyakinkansatu persen dariwaktuperdana televisi
audiens (Bauer, 1964).
b. Atribut Saluran Komunikasi (Channel Attribute) Komunikasipersuasif menjadi paling efektif biladisesuaikan
denganatributkhusus darisaluran yang digunakannya (Klapper,
1960).Media cetakmenyediakan catatanpermanen sehingga orangdapat
membacanya dan kembali membacanya saat mereka inginkan.Mediaaudio
visualdan audio
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
28
Universitas Indonesia
menjangkau khalayak yanglebih besar, lebihberagam dibandingkanmedia
cetak,dan komunikasimelaluiaudio visualatau audio dapat segera sampai
ke penerima sedangkanmedia cetak harus menunggu (Weiss, 1969).Media
audio visualadalah salurankomunikasiyang sangat potensial yang mana
orangdapatmelihat dan mendengar(Bradack, Konsky,
&Davis,1976;Frandsen, 1963), dan masyarakat cenderung lebihkritisdan
menganggapkurang validmateri yangditulisdibandingkanmateri yang
disajikanpadaaudio atauvideo tape(Carver, 1935; Maier&Thurber, 1968).
Di sisilain,isyaratnon verballebihjelas dalamaudio visualdibandingkan
komunikasi dan audio dibandingkan dengan pesantercetak (Wright, 1980).
Keuntunganunik danketerbatasan yang terkait dengansetiap
saluranmenunjukkanbahwa tidak ada bentuksalah satutransmisiyang
terbaikmelainkan bahwasaluranyang paling efektiftergantung pada
berbagaifaktor.Sebagai contoh, hal ini menunjukkan bahwa:
o Pesan kompleksdipahamicetak yang lebih baikdaripadadalam
bentukaudio visualatau audio.
o Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih
baik dibandingkan media cetak (Chaiken &Eagly, 1976).
Maka kemudianbahwapesanmudahdipahami dalam rekaman videoharus
lebih menimbulkanperubahansikapdibandingkanbila dicetak. Namun,
media cetak mungkin yang palingefektif menimbulkan perubahan sikap
bilapesankompleks, karena secara substansial pesandapat lebih
dipahamiketika disajikandi cetakdaripadabentukaudio visualatau
audio.Selanjutnya,presentasiaudio atauaudiovisualyang tidak mudah
dipahami dapat membuat lebihfrustasi dan tidak menyenangkanuntuk
diikutidibandingkanmembaca handout presentasinya. (Petty dan Cacioppo,
1996: 86-87).
2.5 Penelitian Persuasi Carl Hovland
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Penelitian Carl Hovland mengenai proses perubahan sikap meliputi : (Rogers,
1997 : 380-381)
a. Komunikator dengan kredibilitas tinggi menyebabkan perubahan sikap
lebih cepat setelah aksi komunikasi, tetapi a sleeper effect terjadi di mana
komunikator tersebut dilupakan setelah jangka waktu.
b. Fear appeals (rasa takut) yang ringan menyebabkan perubahan sikap
yang lebih dibanding fear appeals (rasa takut) yang kuat. Propagandis
sering menggunakan fear appeals (rasa takut). Hovland membuktikan
bahwa efek dari fear appeals (rasa takut) yang kuat yang digunakan
komunikator dapat mengganggu upaya persuasi.
c. Pesan satu pesan menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap
khalayak dengan pendidikan dan / atau intelijen lebih rendah, sementara
pesan dua sisi menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap
khalayak sasaran yang lebih terdidik dan / atau cerdas. Hovland dan
temuan rekan-rekannya mengenai efek kuat dari dua jenis sisi pesan
bertentangan dengan strategi propaganda Nazi tidak pernah menyebutkan
sisi yang berlawanan dari sebuah argumen (Janis 1968, p 528).
d. Menyatakan kesimpulan pada pesan lebih mempengaruhi perubahan sikap
dari menyatakan kesimpulan secara implisit. Di sini tampak bahwa
kejelasan di awal pesan dapat lebih mempersuasif pesan.
e. Individu yang merasa secara sosial tidak memadai dan memiliki harga diri
rendah akan mengalami perubahan sikap yang lebih dibandingkan individu
yang agresif . Konsepdiri yang kuatdapat memberikanresistensi
terhadappesan persuasif.
f. Pesertaaktif dalam prosespersuasi(sepertidengan membacapesan dengan
suara kerasataumempresentasikansudut pandang tertentu) lebih memiliki
perubahansikap daripadapesertalebih pasif.Seperti dalam
studiKurtLewinroti manis, individu yang terlibatdalam proses
komunikasilebih mungkin untukmengubah sikapmereka (danperilaku).
g. Individu yang sangat tertarikke dalam kelompok memilikiperubahan sikap
yang kurang terhadap isu yangbertentangan
denganstandarkelompok.Temuan ini mirip dengangeneralisasidari
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
30
Universitas Indonesia
penelitiandinamika kelompokyang mana kohesi
kelompokmendorongindividu-individu darianggotakelompokagar sesuai
dengannormakelompok.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
31
Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kajian Teori
Kerangka berpikir yang melandasi penulisan tesis ini adalah konsep-konsep teori
yang dianggap berhubungan dengan judul dan topik pembuatan tesis yakni terdiri
dari Teori Umum bagi Social Change Campaignadalah bahwa untuk mencapai
sasaranjangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye (kesadaran, sikap,
penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku
dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku) maka aktivitas komunikasi kampanye
diawali dari diseminasi pesan melalui saluran komunikasi yaitu saluran personal
(penyuluhan interaktif) dan non personal (media cetak, televisi, radio, website poster,
leaflet, buku),Communication CompetencyTheory yaitu teori yang menjelaskan tentang
kompetensikomunikator dalam mengubah sikap komunikan, dan Reinforcement Theory
yaitu teori yang menjelaskan penyusunan pesan yang bersifat attention,
comprehension dan acceptance dapat menghasilkan perubahan sikap (attitude).
3.1.1 Teori umum bagi Social Change Campaign
Pada umumnya semua jenis atau bentuk kampanye komunikasi publik
(SocialChange Campaign) selalu memanfaatkan saluran komunikasi sebagai wahana
yangdigunakan untuk menyalurkan pesan yang telah ditata dengan baik kepada khalayak
sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Jenis kampanye ini bertujuan
mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan segala akibatnya,
mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif, mempengaruhi individu
untukmenerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi inti penggerak perubahan,
mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang dikehendaki dan
menghasilkan perubahan individu yang tampil sebagai pendukung program.
Rogers dan Storey (Grossberg, 1988, Synder, 2002, Klingemann & Rommele,
2002) mendasarkan definisi kampanye pada dua hal yaitu pertama, bahwa
kampanyemerupakan wujud tindakan komunikasi dan kedua, adalah dapat mencapai
keseluruhan proses dan fenomena praktek kampanye yang terjadi di lapangan.
Kampanye mencakup empat elemen yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan,
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
32
Universitas Indonesia
yaitu kampanye selalu berbasis lingkungan seperti peraturan dan perundangan yang
berlaku, struktur media massa dalam suatu negara, tujuan strategis bahwa kampanye
diorganisasikan untuk menggalang kemampuan berkomunikasi, secara langsung atau
dengan bantuan media untuk mendapatkan cara mengomunikasikan pesan sehingga dapat
mencapai sasaran, dan mempunyai dampak tertentu bagi khalayak sasaran yang telah
ditargetkan.
Social Change Campaigns atau Kampanye Perubahan Perilaku Individu sering
disebut public information atau public education campaign (kampanye pendidikan
publik). Tujuan kampanye ini adalah mengubah perilaku individu yang kurang berkenan
dan menganjurkan perilaku baru yang dianjurkan. Adapun tujuan dari Social Change
Campaigns adalah mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan
segala akibatnya, mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif,
mempengaruhi individu untuk menerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi
inti penggerak perubahan, mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang
dikehendaki dan menghasilkan perubahan perilaku individu yang tampil sebagai
pendukung utama suatu program. Adapun sebagai khalayak sasaran adalah segmen
individu dari populasi yang perilakunya akan diubah dengan strategi pemasaran sosial
dan saluran komunikasi yang digunakan print ads atau publisitas, surat kabar, majalah,
radio, televisi dan iklan. Perubahan sikap dan perilaku individual itu merupakan outcomes
dari kampanye yang sekaligus dapat menginisiasi perubahan sikap dan perilaku keluarga,
kelompok-kelompok dalam masyarakat dan bahkan masyarakat luas.
Seiring dengan semakin berkembangnya Social Change Campaigns dalam
beberapa dekade terakhir, maka pelbagai temuan kampanye telah mendorong
pengembangan konsep-konsep teoritis bagi kerjasama antar disiplin. Para peneliti
perubahan perilaku individu (Fishbein, Triandis, Kanfer, Becker, Middlestadt, & Eichler,
2001) sepakat bahwa terdapat sejumlah faktor yang telah terbukti mempengaruhi
perubahan perilaku individu. Peraga di bawah ini menawarkan teori umum bagi
kampanye perubahan yang dapat dijadikan dasar bagi kampanye perubahan perilaku
individu. Alur-alur proses kampanye sebagaimana terlihat dalam peraga ini
menggambarkan sasaran akhir (ultimate outcome) adalah perubahan perilaku individu.
Ternyata perubahan perilaku individu dipengaruhi oleh perubahan tingkat kesadaran,
sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku,
dan variabel lain yang berkaitan degan perilaku.
Dengan melihat sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye
maka aktivitas komunikasi kampanye diawali dari diseminasi pesan pada
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Activities
Message dissemination
Prints ads, Tv ads,
Websites, Billboard,
Transit Poster,
Brochures, Leaflet,
Pamphlet
Short Terms and Intermediate
Outcomes
---------Awareness-----------
------------Attitude-----------
-----------Saliance------------
---------Self Efficacy--------
--------Social Norms--------
------Subjective Norms------
----Behavioral Intention----
Other variable
that affect or
----moderate behavioral---
Ultimate Outcomes
Individual Behavior
Changes
Community based
outreach
Other activity
salurankomunikasi : print ads, TV ads, radio, websites, billboard, poster, leaflet,
brosur. Seluruh kegiatan awal komunikasi kampanye tetap berbasis pada
pendekatan community based dan aktivitas lain yang sejenis. (Liliweri, 2011 :
676-678, 683-684,738-740).
Gambar 3.1 Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu
Sumber : Liliweri, 2011 : 739
Saluran komunikasi yang digunakan
untuk
mendiseminasikan pesan antara
komunikator dengan komunikannya, dapat digolongkan sebagai berikut :
(Ardianto, 2009 : 73-75)
1. Media umum seperti surat menyurat, telepon, facsmile, dan telegraf
2. Media massa, seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, buletin
dan media elektronik, yaitu televisi, radio dan film
3. Media khusus, seperti iklan, logo nama perusahaan atau produk yang
merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersil yang
efektif dan maskot
4. Media internal, adalah media yang dipergunakan untuk kepentingan
kalangan terbatas dan non komersial, serta lazim digunakan dalam
aktivitas public relation yaitu
a. House journal seperti majalah bulanan, profile perusahaan, laporan
tahunan perusahaan, prospectus, buletin dan tabloid
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
34
Universitas Indonesia
b. Printed material seperti barang cetakan untuk publikasi dan
promosi
c. Spoken and visual word seperti audio visual, video tape record,
slide film, broad casting media, perlengkapan radio dan televisi
d. Media pertemuan seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi,
pameran, acara khusus, sponsorship dan gathering meet
Sasaran jangka pendek dan sasaran antara yang memediasi ultimate
outcomes (perubahan perilaku individu)meliputi :
a. Kesadaran
Adalah kemampuanuntuk melihat, merasakan, atau menjadisadar terhadap
suatu peristiwa, objekatau polasensorik. Dalamtingkat kesadaran, data
yangmasuk akaldapat dikonfirmasikantanpaharusmenyiratkanpemahaman.
b. Sikap
Menurut Sarwono (2003) adalah kecenderungan/ kesiapan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap
rangsangan positif maupun negatif dari suatu objek rangsangan. Teori yang
sering dipakai berupa teori rangsang balas (stimulus-response theory) atau
teori penguat (reinforcement theory) ini dapat digunakan untuk menerangkan
berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk
berperilaku. Menurut Moriarty (1991:45), sikap berakar pada psikis seseorang
dan berkaitan dengan banyak nilai-nilai serta opini sedangkan Allen, Guy
dan Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial
atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang
telah terkondisikan.
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu
dalam interaksi sosial terjadi hubungan antara individu dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis yang ada di sekelilingnya.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain (Azwar, 2005 : 24-
25)
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
35
Universitas Indonesia
1. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi
kita (significant others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap
kita terhadap sesuatu.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat
memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual yang disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu
6. Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
36
Universitas Indonesia
semacam penyaluran frustasi atas pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego
Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku
orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar,
2005).
Sikap seseorang sangat menentukan bagaimana tindakan seseorang.
Terdapat suatu spekulasi bahwa sikap seseorang terhadap suatu hal dapat
diketahui, maka dapat diduga bentuk tindakan apa yanga akan dilakukan oleh
seseorang itu. Tentu saja tidak tertutup kemungkinan bahwa ternyata tindakan
yang dilaksanakan tidak sejalan dengan sikap yang telah diambilnya. Terdapat
tiga jenis ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya yaitu : (1) ketidaksesuaian antara sikap seseorang
dengan informasi mengenai kenyataan yang terjadi, (2) ketidaksesuaian antara
sikap seseorang dengan sikap panutannya, dan