39
SEDIMENTOLOGI LAUT “ LINGKUNGAN PENGENDAPAN ” Oleh : MOCHAMAD LUTHFI RADITYA K2D 009 090 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

lingkungan pengendapan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lingkungan pengendapan

SEDIMENTOLOGI LAUT

“ LINGKUNGAN PENGENDAPAN ”

Oleh :

MOCHAMAD LUTHFI RADITYA

K2D 009 090

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: lingkungan pengendapan

I. Konsep Lingkungan Pengendapan

         

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi

fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould,

1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang

terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa

macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan,

sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan

pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme

pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.

Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data struktur

sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman

air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan

untuk menentukan atas dan bawah suatu lapisan.

Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang

karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian

dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan

yang terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman

lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi

maupun jejak ataupun cetakan. Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau

direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi.

Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi

pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963) Jadi,

lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen

yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik

sedimen yang dihasilkannya.

Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan laut.

Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau, ditransport oleh

air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang

dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan

laut seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-

Page 3: lingkungan pengendapan

endapan neritik, batial, dan abisal. Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik :

ombak dan akifitas gelombang laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses

Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir

pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan

mineralogy.

II. Parameter Lingkungan Pengendapan

1. Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan pengendapan.

Elemen fisik.

Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan (Basin); material yang diendapkan

seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air; suhu; dan

kelembapan.

Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari angin, air

dan es; air hujan; dan hujan salju.

2. Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen yang

merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan pengendapan.

3. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan untuk meliputi

kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan tanaman, penggalian,

pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan pengambilan dari silica dan kalsium karbonat

yang berbentuk material rangka. Dan kehadiran dari sisa organism disebut sebagai

material pengendapan.

III. Proses Sedimentasi dan Produknya

Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan

biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur

khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies

sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan

karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan

yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.

Page 4: lingkungan pengendapan

Proses Pengendapan Di Air Dan Darat

Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan berakhir di air

hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, beberapa dikarenakan oleh aliran sungai.

Ini juga termasuk timbunan di danau dan delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini

dapat diamati dalam berbagai bentuk walaupun ada beberapa aspek pengendapan yang tidak

sempurna. Kemungkinan ini digunakan untuk mengklasifikasikan cara utama dimana material

mengendap karena perpindahan air.

Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh arus sungai

yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari

dasar hingga menuju puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area,

kecepatannya akan menurun dan semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada

kerucut aluvial atau kipas aluvial. Endapan akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan

sering dijumpai pada derah yang luas dan dalam. Banyak material sedimen ditemukan di daratan

pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan

stratigrafi yang berasal dari formasi alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang

deras, lapisan yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial

selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk bongkahan] di puncak

dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa adanya pergerakan bumi,

material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya.

Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses pengendapan.

Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah volume pengangkatan material

sedimennya. Natural leeves akan terbentuk pada saluran sungai dan pada saat itu juga air meluap,

mengisi area lain disetiap sampingnya dimana proses pengendapannya lambat. Area ini lebih

dikenal sebagai alluvial / plain. Timbunan material di area tersebut juga akan terstratigrafikan.

Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering / terisi air yang

dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika air meluap membawa banyak

material. Jika pergerakan bumi mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan akan

menjadi seimbang dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama.

Material akan terstratigrafikan, namun banyak juga yang hilang. Material tersebut bervariasi,

Page 5: lingkungan pengendapan

biasanya mencakup lapisan garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa

timbunan kemudian menuju delta dan laut.

Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu :

1. Zona pantai

2. Zona dangkalan

3. Zona laut dalam

Material pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara, sejak timbul di garis pantai

dan akan berubah secara tetap. Material ini didominasi oleh materioal kasar [pasir dan kerikil].

Transportasi

Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang diakibatkan

oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut

material hasil erosinya dengan berbagai cara, yaitu

a). Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.

b). Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.

c). Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai.

d). Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur dengan

air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.

e). Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

Sedimentasi

Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak

mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang,

maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru

kemudian material yang lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses

pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena

biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material

yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke

arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkanpun semakin halus.

Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau

Page 6: lingkungan pengendapan

gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan

pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses

sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.

Pengendapan oleh air laut

            Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air

laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain

pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di

sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai

sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai

mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai

akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang

dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada

di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit

akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang

pantai (barrier beach).

Pengendapan oleh angin

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil

pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di

daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup

banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat

secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.

Pengendapan oleh gletser

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil

pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat

musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau

tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang

semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

Page 7: lingkungan pengendapan

1. Deposisi

Pengendapan – Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan energi dan terjadi

pada waktu yang relatif singkat. Endapan tersusun atas butiran – butiran mineral. Dapat

juga menghasilkan endapan kimia pada kondisi yang berbeda.

2. Litifikasi

Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.

a). Kompaksi - Squeezing out of water.

b). Sementasi - Precipitation of chemical cement from trapped water and circulating

water.

c). Rekristalisasi-Growth of grains in response to new equilibrium conditions

IV. Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi

Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan pengendapan,

mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan pengertian yang tepat dari lingkungan

pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya, lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa

variasi yaitu :

1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas

dari setting pengendapan [Gould, 1972].

2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss,

1963].

3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari

daerah yang berdekatan [Selley, 1978].

4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi

pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas [Shepard

dan Moore, 1955].

Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan pada

kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan pengendapan mengarah pada unit

geomorfik dimana terjadi pengendapan. Lingkungan ini dibentuk dari parameter khusus fisika,

kimia, dan biologi yang sesuai terhadap unit geomorfik dari geometri dan ukuran partikular.

Proses ini akan mengoperasikan tingkat dan ntensitas yang menghasilkan tekstur khas, struktur,

Page 8: lingkungan pengendapan

dan sifat lainnya, sehingga pengendapan yang khusus akhirnya terbentuk. Sebagai contohnya,

pantai akan mempertimbangkan unit geomorfik dari ukuran dan bentuk tertentu, proses fisika

tertentu [gelombang dan aktivitas arus], proses kimia [solusi dan presipitasi], dan proses biologi

[penggalian, sedimen ingestion, dan aktivitas serupa] yang terjadi untuk menghasilkan badan

pasir pantai yang khas oleh partikular geometri, tekstur dan struktur sedimen, dan mineralogi.

Fasies menunjukkan unit stratigrafi yang mengacu pada aspek litologi, struktural, dan karakter

organisme yang dapat dikenali di lapangan.

Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan

biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur

khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies

sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan

karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan.

Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan

pada lingkungan Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu kenyataan

mengenai kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan pada setting lingkungan yang

berbeda. Hal tersebut sering terjadi sehingga akan membuat suatu penyajian lingkungan yang

khas pada suatu dasar fasies pengendapan tunggal. Sebagai contohnya, perlapisan silang siur dari

batupasir dapat dibentuk karena transportasi angin dan air. Jika terendap pada air, mereka akan

terbentuk pada suatu pantai, sungai, pada saluran pasang surut, pada dangkalan samudera, atau

pada lingkungan yang lain dimana proses traksi dapat berlangsung. Interpretasi lingkungan akan

dapat kita kuasai jika kita mampu mempelajari hubungan fasies dengan urutan yang benar

dibandingkan dengan fasies tunggal. Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian

grup fasies yang terjadi secara bersama – sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan

lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya

adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun,

dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam

mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar – benar memperhatikan keadaan

alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan

adanya aplikasi dari prinsip stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena

kontak derajat atau penggambaran batas dari pendekatan lateral. Sementara itu, hubungan fasies

karena kenaikan atau akibat erosi perbatasan yang mungkin dapat menggambarkan

Page 9: lingkungan pengendapan

lingkungannya ataupun tidak, pada pendekatan lateral. Pada kenyataannya, fasies karena kontak

erosi umumnya menandakan perubahan dari kondisi pengendapan dan menjadi permulaan siklus

sedimentasi yang baru. Fasies di dalam hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu

cara pengacakan yang nyata atau mungkin menunjukkan pola tertentu dari perubahan vertikal.

Dua tipe umum dari perubahan fasies vertikal yaitu Coarsening Upward Sequence dan Fining

Upward Sequence.

Coarsening-upward sequences menunjukkan adanya penambahan kenaikan ukuran butir

dari dasar erosi atau kenaikannya. Hal ini menunjukkan peningkatan energi arus

pengendapan.

Fining-upward sequences sendiri merupakan kebalikannya, yaitu ukuran butir akan

semakin halus dari puncak erosinya. Menunjukkan penurunan energi arus pengendapan

V. Dasar-dasar Analisis Lingkungan

Pengenalan lingkungan sedimen didasarkan pada dua kriteria pokok:

1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer

a). Kriteria fisik

Geometri unit fasies, menunjukkan bentuk 3 dimensi dari tubuh sedimen, antara

lain:

bentuk equidimensional, seperti lembaran atau selimut, prisma

bentuk elongate, seperti pods, rebbon atau shoestring, dendroids (Potter, 1962).

Litologi, unit sedimen gross litologi merupakan indicator lingkungan pengendapan

yang sangat umum. Contohnya, tend batugamping menjadi deposit karena suhu

hangat. shelves laut dangkal.

Asosiasi fasies menyamping dan vertikal, hubungannya dengan pengamatan

outcrop atau penentuan data bagian permukaan, sangat penting untuk membedakan

lingkungan

Struktur sedimen, penting untuk indikator lingkungan karena dibentuk oleh proses

pengendapan, terutama yang terbentuk di lingkungan pengendapan.

b). Kriteria geokimia

Komposisi unsur utama batuan sedimen silisiklastik berfungsi sebagai komposisi kimia

partikel silisiklastik yang membentuk batuan.

Page 10: lingkungan pengendapan

c). Kriteria biologi

Digunakan untuk rekonstruksi paleoenvironmental, fosil adalah salah satu yang sangat

berguna

2. Kriteria berdasarkan kenampakan sedimen

a). Kenampakan ukuran dari log sumur mekanik, meliputi resistivity, sonic velocity, dan

radioaktivity.

b). Kenampakan interpretasi dari pengukuran sumur log meliputi density/porosity, ukuran

butir, litologi, dip perlapisan.

3. Karakteristik dari interpretasi darai reakaman refleksi seismic, antara lain hubungan

kontak utama (uniformity, comformity), strata kontinuitas, dip strata, identifikasi unit

fasies seismik.

VI. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan

Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi:

a). kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar

river, dan limnic.

b). peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan barrier islands,

offshore bar, tidal flat.

c). marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.

VII. Fasies Model

Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies dapat

diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan.

Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk membandingkan

framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari

situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir

hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan, menyajikan,

mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara acak.

Page 11: lingkungan pengendapan

Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :

a). Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan

bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework Model Geometrik empat

dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh waktu.

b). Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis

trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui

beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen

dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.

Provenance, Proses, dan Diagenesis Sedimen

         Batuan sedimen berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang telah ada sebelumnya.

Sedimen tertransportasi oleh bermacam-macam agen termasuk gravitasi, air yang mengalir,

angin dan es yang bergerak (gletser). Sediment tersebut akan berpindah dari asalnya ke tempat-

tempat pengendapan yang beragam. Di tempat tersebut sedimen diendapkan dalam berbagai

macam litofasies yang karakternya tergantung pada lingkungan pengendapannya. Setelah

pengendapan dan terjadinya timbunan sedimen, akumulasi sedimen itu mengalami diagenesis.

Proses-peroses fisika, kimia dan biologi mengakibatkan: (1) perubahan dari sediment menjadi

batuan sediment, (2) terjadinya modifikasi pada tekstur dan mineralogi pada batuan. Diagenesis

berlawanan dengan pelapukan karena proses pelapukan merupakan perubahan dari batuan

menjadi tanah. Arah reaksi keduanya berlawanan. Pada pelapukan terjadi degradasi dan proses

yang mengakibatkan batuan menjadi lepas, terdiri dari mineral yang stabil pada permukaan

bumi, sedangkan pada diagenesis material sedimen berubah menjadi lebih padu.

Page 12: lingkungan pengendapan

Pelapukan dan Provenance

Sifat endapan sediment pada berbagai lingkungan tergantung pada beberapa faktor yaitu :

1. Sumber atau tempat sediment itu berasal, yang mengontrol jenis material yang terdapat

sebagai sedimen.

2. Pelapukan dan transportasi, yang mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi pada

material sedimen.

3. Keadaan lingkungan pengendapan sedimen.

Pelapukan

Pelapukan secara umum terbagi menjadi proses yaitu:

1. Proses fisika yang disebut sebagai disintegrasi

2. Proses kimia yang disebut dekomposisi.

Prinsip disintegrasi pada pembentukan tanah atau sedimen yaitu berkurangnya ukuran butir tanpa

perubahan pada komposisi kimianya. Hal ini terjadi akibat penghancuran secara fisika melalui:

Abrasi, yaitu proses penggerusan batuan oleh agen transport seperti air dan es.

Frost Action, yaitu proses pembekuan air dalam batuan. Hal ini mengakibatkan batuan

terpecah akibat bertambahnya volume air ketika membeku.

Aktivitas biologi, di antaranya rekahan pada batuan karena pertumbuhan akar.

Berkurangnya ukuran butir mengakibatkan bertambahnya luas permukaan partikel, hal ini

tentunya akan meningkatkan laju reaksi kimia yang terjadi selama proses dekomposisi.

Proses dekomposisi diantaranya oksidasi, reduksi, solusi (larut), hidrasi, dan hidrolisis.

Oksidasi adalah proses dimana bilangan oksidasi (valensi) suatu ion meningkat sedangkan

reduksi adalah kebalikannya. Salah satu proses oksidasi yang umum pada pelapukan yaitu

oksidasi pada besi. Contohnya adalah magnetit, suatu mineral yang umum ditemukan pada

batuan beku, sedimen dan metamorf yang berubah menjadi mineral hasil pelapukan yang umum

yaitu hematite.

4Fe2O3.FeO + O2 ---> 6 Fe2O3

Magnetit + Oksigen hematite

(Contoh proses reduksi yaitu pembentukan pirit pada kondisi anaerobik.)

Page 13: lingkungan pengendapan

Air berperan sangat penting dalam proses dekomposisi sebagai pelarut atau reaktan.

Contohnya air dan asam pada larutan merupakan dua agen pelarut utama. Pelarutan adalah

proses yang mana material yang dapat larut terlarut, atau pecah menjadi ion. Contohnya yaitu

dekomposisi pada piroksen:

(Mg, Fe, Ca)SiO3 + 2 H+ + H2O ---> Mg2+ + Fe2+ + Ca2+ + H4SiO4

Piroksen + Ion Hidrogen + air Ion Mg, Fe, Ca + molekul silicic acid

Reaksi yang sama terjadi pada mineral ferromagnesian silicates yang lain. Ion Ca, Mg

dan silicic acid yang dihasilkan pada reaksi ini tertransportasikan jauh melalui larutan,

sedangkan ion Fe mungkin mengalami oksidasi atau hidrasi atau keduanya dan terpresipitasi

sebagai hematite atau geotit. Hal yang sama, mineral karbonat terlarutkan menghasilkan ion Ca,

Mg dan molekul bikarbonat, yang semuanya tertransportasi sebagai larutan.

Air juga penting dalam hidrasi dan hidroslisis. Hidrasi adalah reaksi air dan komponen

yang lain yang menghasilkan fase lain. Contohnya, goetit yang dihasilkan dari hematite melalui

reaksi hidrasi:

Fe2O3 + H2O ---> 2 FeOOH

Hidrolisis adalah reaksi kelebihan H+ atau OH- yang dihasilkan reaksi yang

bersangkutan. Reaksi hidrolisis terlihat sebagai reaksi penggantian kation suatu struktur mineral

oleh hydrogen. Contohnya, pelapukan olivine menjadi silicic acid, ion Fe dan Mg, dimana

hydrogen menggantikan Mg dan Fe.

(Mg, Fe)2SiO4 + 4 H2O ---> xMg2+ + 2-xFe2+ + H4SiO4 + 4 (OH)-

Hal yang sama terjadi pada hidrolisis feldspar dan segera setelah itu membentuk mineral

lempung kaolinit :

KAlSi3O8 +H2O ---> HAlSi3O8 + K+ + OH-

2 HAlSi3O8 + 9 H2O ---> Al2Si2O5(OH)4 + 4 H4SiO4

Page 14: lingkungan pengendapan

Setiap proses dekomposisi adalah perubahan mineral yang tidak stabil pada permukaan

bumi berubah menjadi mineral, molekul, atau ion yang lebih stabil dibawah kondisi permukaan.

Produk utama pada proses ini yaitu kuarsa, mineral lempung, oksida besi, dan ion seperti Ca2+

dan Mg2+. Tiga produk hasil pelapukan karbonat berupa ion Ca dan Mg-, Mineral lempung, dan

kuarsa serta opal dihasilkan dari proses yang kira-kira sama dengan umur bumi yaitu 4,5 miliar

tahun.

Kestabilan relatif dari mineral selama proses pelapukan dikemukakan oleh Goldich

(1938) yang merupakan kebalikan dari Deret Bowen. Dia menemukan bahwa Olivine, Augite

(klinopiroksen), dan Ca-plagioklas lebih mudah terlapukan dibandingkan dengan kuarsa dan

muskovit. Walaupun secara umum hal ini benar, proses pelapukan lebih rumit dari perkiraan. Hal

lain yang mempengaruhi adalah iklim, mikroba dan tanaman dan asam yang dihasilkannya.

Olivine, augite, dan plagioklas mengandung unsur Mg, Na, K, Ca, yang mudah telepas melalui

pemecahan ikatan ion dengan oksigen. Si, Al, dan Ti membentuk ikatan kovalen dengan oksigen

yang lebih sulit untuk pecah, yang mencegah pemecahan mineral seperti kuarsa.

Provenance

Provenance adalah sumber material sedimen, yang merupakan faktor utama yang

menentukan komposisi sedimen. Faktor provenance mengontrol proses pelapukan dan sifat

sedimen yang dapat disuplai oleh berbagai macam agen. Faktor ini diantaranya relief dan elevasi

yang merupakan fungsi dari setting tektonik, iklim dan vegetasi yang bersangkutan, serta

komposisi dari batuan asal. Pada komposisi batuan asal kita bisa mengambil contoh yang

Page 15: lingkungan pengendapan

sederhana, bila batuan asalnya banyak mengandung kuarsa maka sedimen yang dihasilkan akan

banyak mengandung kuarsa juga. Bila batuan sumbernya kaya akan feldsfar maka sedimen yang

dihasilkan akan banyak mengandung feldsfar dan mineral lempung tergantung dari tingkat

pelapukan batuannya.

Relief dan elevasi dari provenance akan berpengaruh pada dekomposisi dan disintegrasi,

dan transportasinya. Relief adalah perbedaan ketinggian didalam cekungan erosional, yang

mengontrol laju erosi. Secara umum, daerah yang memiliki relief yang tinggi, yang merupakan

daerah uplift yang aktif, akan mengalami laju erosi yang tinggi. Sebaliknya pada daerah yang

berelief rendah yang umumnya datar memiliki laju erosi yang rendah. Daerah yang datar

merupakan daerah metastabil dimana energi potensial minimum. Konsekuensinya material tidak

bisa turun dan mengakibatkan laju disintegrasi rendah, hal ini akan mengakibatkan proses

dekomposisi berlangsung cukuip lama.

Elevasi provenance juga penting, karena elevasi akan mempengaruhi iklim, dimana pada

gilirannya akan mempengaruhi proses disintegrasi dan dekomposisi. Pada elevasi yang tinggi air

akan membeku, hal ini tentunya akan menyebabkan proses disintegrasi terutama frost action

berperan cukup dominan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada elevasi yang tinggi

proses disintegrasi cukup dominan sedangkan pada elevasi yang rendah terutama daerah tropis

proses dekomposisi cukup dominan.

Iklim dan vegetasi juga memiliki peran yang penting. Pada iklim dingin laju proses

dekomposisi akan rendah sedangkan laju proses disintegrasi akan tinggi. Sebaliknya pada iklim

hangat proses dekomposisi akan lebih dominan daripada proses disintegrasi dan pada iklim panas

proses yang dominan adalah disintegrasi sama seperti pada iklim dingin. Vegetasi akan banyak

pada iklim hangat, basah dari pada iklim dingin dan panas. Vegetasi dapat menghasilkan asam

organik dan senyawa lain yang dapat menyebabkan proses dekomposisi. Contohnya lava muda

di Hawaii yang ditutupi oleh tumbuhan (lichens, yang banyak mengandung besi, terlapukan lebih

tinggi daripada batuan yang sama dan seumur. Hal ini dapat menjawab pertanyaan mengenai

proses disintegrasi dan dekomposisi pada pre-Devonian yang vegetasinya kurang, dimana pada

pre-Devonian proses disintegrasi lebih penting dari pada dekomposisinya sehingga sedimennya

sedikit mengandung lempung.

Page 16: lingkungan pengendapan

Produk hasil pelapukan

Fenomena yang terpampang pada gambar ini adalah bagian dari proses

hancurnya/lapuknya batuan beku pada sebuah tebing yang berkemiringan hampir 90 derajat di

kaki gunung Semeru, di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang, Jawa

Timur.

Produk yang dihasilkan dari pelapukan yaitu kuarsa, mineral lempung dan oksida besi

dan hidrat yang merupakan material residu yang tertinggal di tanah yang dihasilkan dari batuan

yang terdekomposisi tinggi. Silicic acid dan kation berbagai logam (termasuk Ca, Mg, Fe, Mn,

Na, dan K) dan P akan tertransportasikan jauh dari sumbernya.

Transportasi sediment

Transportasi sedimen dimulai ketika material terlapukan dan ion terlarut. Transportasi

material yang terlarut disebut transportasi larutan, sedangkan material padat tertransportasi

melalui transportasi mekanik. Transportasi mekanik di antaranya falling, sliding, rolling,

bouncing(saltation), flowing dan transportasi supensi.

Page 17: lingkungan pengendapan

Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari agen transportasi, sifat material,

sifat fisik dari campuran agen transportasi dan material, dan gaya yang menyebabkan

transportasi. Agen transportasi diantaranya gravitasi, air mengalir, angin dan es yang bergerak.

Gravitasi tidak hanya menyebabkan pergerakan material tetapi juga menggerakan arus air dan es

untuk bergerak turun.

Transportasi mekanik, di antaranya:

Transportasi gravitasi

Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides

dan massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, avalanches, mudflowa,

dan subaerial debris flows) dan submarine debris flow transportasi terjadi ketika gaya yang

menahan (resisting force) terlampaui.

Pada falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika batuan kehilangan

gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak dan berhenti ketika energinya habis.

Sedimen yang dihasilkan berupa breksi atau diamicite yang terpilah buruk, tidak berlapis.

Pada debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali.

Pergerakannya biasanya berlangsung ketika terdapat air yang mengakibatkan gaya gesek

antar partikel mengecil dan mengakibatkan masa meluncur dan terendapkan dengan kacau.

Produk yang dihasilkan terpilah buruk, banyak material Lumpur dan lapisan biasanya tebal

dan massive.

Grain flow adalah aliran dari butiran sediment yang inkohesif yang terdapat pada lereng yang

curam. Aliran terjadi ketika akumulasi sedimen melebih gaya gesek antar partikel dan ketika

gempa bumi. Endapan yang dihasilkan berupa pasir yang terpilah baik, tak berstruktur sampai

berlaminasi secara lokal.

Transportasi glacial

Transportasi ini dihasilkan oleh gaya gravitasi terhadap aliran fluida, tetapi laju

alirannya sangat lambat. Glacier membawa partikel melalui penggusuran sepanjang dasar

dan sisinya. Partikel yang besar biasanya tertinggal dan yang lebih kecil akan terbawa lebih

Page 18: lingkungan pengendapan

jauh. Sedimen yang terpilah baik, berukuran halus diendapkan sebagai outwash dan yang

terpilah buruk dan kasar diendapkan sebagai till.

Transportasi air dan udara

Ketika air dan udara bergerak terjadi gesekan antara fluida dengan sekitarnya. Turbulensi

dimulai dekat batas dengan sekitarnya, seperti dekat dasar sungai sebagai hasil dari interaksi

gaya di tempat tersebut. Faktor yang menentukan bergeraknya partikel adalah ukuran, densitas

dan bentuk partikel, kecepatan aliran, viskositas fluida dan batas gaya gesek.

Sedimentasi akan terjadi ketika fluida melambat. Masing-masing ukuran partikel jatuh

keluar dari suspensi dan menjadi bagian dari pergerakan bed load. Pada unit pengendapan dari

suspensi biasanya berupa laminasi tabular, ketebalan bervariasi tetapi biasanya tipis saja. Lapisan

dari bed load yang terendapkan melalui traksi mungkin tipis tetapi cenderung sedang sampai

tebal dan membentuk cross bedding, imbrikasi butir dan ripple marks.

Transportasi kimia

Ion dan molekul yang dihasilkan dari dekomposisi akan menjadi bagian dari larutan

dalam air tanah dan air permukaan. Selama perpindahan larutan mungkin mengalami

pengenceran, pengkonsentrasian dan perubahan dalam kimianya karena reaksi dengan batuan

yang dilaluinya. Jika bereaksi dengan batuan atau sediment, batuan dan sediment mengalami

perubahan diagenesis. Presipitasi kimia yang terjadi selama diagenesis merupakan salah satu

bentuk pengendapan kimia.

Page 19: lingkungan pengendapan

Diagenesis

Setelah sedimen terendapkan, diagenesis adalah proses yang bekerja pada sedimen

tersebut. Diagenesis merupakan proses fisika, kimia dan biologi yang secara umum mengubah

sedimen menjadi batuan sedimen. Diagenesis kemungkinan berlanjut bekerja setelah sedimen

menjadi batuan, mengubah tekstur dan mineraloginya.

Tujuh proses diagenesis yang terjadi yaitu :

1. Kompaksi

2. Rekristalisasi

3. Pelarutan

4. Sementasi

5. Autigenisasi

6. Replacement

7. Bioturbasi

Kompaksi adalah proses yang menyebabkan volume sedimen berkurang. Ini dihasilkan

oleh tekanan penutup (overburden), yang diakibatkan oleh berat dari sedimen dan batuan di

atasnya. Tekanan ini mengakibatkan penyusunan kembali butiran dan pengeluaran fluida, hal ini

menghasilkan pengurangan porositas batuan sedimen. Kemungkinan tingkat kompaksi

merupakan fungsi dari ukuran butir, bentuk butir, pemilahan, porositas awal dan jumlah fluida

yang terdapat dalam sedimen. Sedimen dengan pemilahan yang baik, membundar akan kurang

kompak bila dibandingkan dengan sedimen yang terpilah buruk dan menyudut. Pada sedimen

yang terpilah buruk ukuran butir yang kecil akan mengisi rongga antar butiran yang besar dan

pada sedimen yang menyudut, ikatan antar butirnya akan sangat kuat karena bersifat saling

mengunci. Pada pasir porositas awalnya sekitar 25% - 50%, pada sedimen karbonat

kemungkinan cukup tinggi yaitu sekitar 50% - 75% dan pada lumpur lempung lebih dari 85%.

Pada batuan sedimen porositas kecil yaitu 0% - 2% hal ini dikarenakan kompaksi dan proses

diagnesis lain terutama sementasi.

Rekristalisasi adalah proses di mana kondisi fisika dan kima menyebabkan

pengorientasian kembali kristal lattice pada butir mineral. Rekristalisasi bekerja melalui

pelarutan dan presipitasi dari fase mineral yang terdapat pada batuan. Ketika fluida melewati

Page 20: lingkungan pengendapan

batuan atau sedimen, komponen pada sedimen yang tidak stabil karena tekanan, pH, temperature

akan mengalami pelarutan. Kemudian material yang terlarut itu akan mengalami transportasi dan

akan terpresipitasi pada pori-pori sediment yang memiliki kondisi yang berbeda. Hal yang

penting yaitu tekanan pelarutan, yaitu suatu proses di mana tekanan terkonsentrasi pada satu titik

antara dua butir yang menyebabkan pelarutan dan migrasi ion atau molekul yang menjauhi titik

itu. Lewat proses ini massa tertransportasi dari titik kontak menuju tempat dengan tekanan yang

lebih rendah yang memungkinkan presipitasi dari larutan itu. Tentunya rekristalisasi ini akan

menyebabkan pengurangan porositas sedimen dan memfasilitasi rekristalisasi tekstur.

Sementasi adalah proses di mana terjadi presipitasi kimia pada pembentukan kristal baru,

terbentuk didalam pori-pori sedimen atau batuan yang mengikat satu butir dengan butir lainnya.

Semen yang umum yaitu kuarsa, kalsit dan hematite, tetapi jenis semen secara luas di antaranya

aragonite, Mg kalsit, dolomite, gypsum celesite, goethite, dan todorit. Tekanan pelarutan secara

local dapat menghasilkan semen, tetapi banyak semen merupakan material baru (allochemical

material) yang masuk melalui larutan. Jelas bahwa proses sementasi akan mengakibatkan

berkurangnya porositas dan menghasilkan tekstur baru seperti spherulitic, comb texture, dan

poikilotopic texture.

Autigenesis (neocrystalitation) adalah proses yang mana fase mineral baru mengalami

kristalisasi didalam sediment atau batuan selama proses diagenesis ataupun setelahnya. Mineral

baru mungkin terbentuk melalui reaksi di dalam fase yang terdapat dalam sedimen atau batuan,

mungkin juga muncul karena presipitasi dari material yang masuk melalui fase fluida, atau

dihasilkan dari kombinasi sedimen primer dan material yang masuk. Autigenesis operlap dengan

pelapukan, sementasi dan biasanya rekristalisasi, dan kemungkinan menghasilkan replacement.

Jenis dari fasa autigenesis jauh lebih beragam dibandingkan dengan mineral semen. Fase

autigenesis termasuk silikat seperti kuarsa, K-feldspar, lempung,dan zeolite; carbonat seperti

kalsit, dolomite dan carbonat besi; evaporate mineral seperti halit, sylvite, gypsum dan

anhidrit;oksida seperti hematite, goetit, todorokit; dan mineral samping lainnyatermasuk sulfat,

sulfide dan fosfat.

Replacement yaitu proses yang mana mieral baru menggantikan (secara kimia dan fisika)

in situ pada endapan mineral. Replacement mungkin bersifat neomorphic, yang mana butiran

yang baru memiliki fase yang sama dengan asalnya atau polimorpisme dari fase asalnya.

Pseudomorfic yang mana fase baru merupakan tiruan dari bentuk eksternal dari fase yang

Page 21: lingkungan pengendapan

digantikan tetapi fasenya berbeda, allomorphic yaitu replacement dalam bentuk fase baru yang

biasanya berbeda bentuk kristalnya dan menggantikan sepenuhnya fase sediment asal. Fase

replacement sama beragamnya dengan fase autigenesis, tetapi fase replacement yang penting

yaitu dolomite, opal, kuarsa dan ilite.

Bioturbasi adalah aktifitas biologis yang terjadi dekat permukaan, termasuk burrowing,

boring dan pencampuran sedimen oleh organisme. Pada beberapa kasus proses ini dapat

meningkatkan kompaksi, menghancurkan laminasi dan perlapisan. Selama proses bioturbasi

beberapa organisme mempresipitasikan material yang berfungsi sebagai semen.

Daigenesis biasanya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Eogenesis, proses awal diagenesis yang terdapat di antara endapan dan timbunan, atau

dekat permukaan,

2. Mesogenesis, tahap tengah dari proses diagenesis yang terjadi setelah penimbunan,

3. Telogenesis, tahap akhir dari proses diagenesis.

Mekanisme Transportasi Sedimen

Batuan sedimen memiliki banyak hal menarik untuk dibahas. Selain bentuknya yang unik

dan beragam serta jumlahnya yang melimpah di muka bumi (hampir 75% kulit bumi terdiri atas

batuan sedimen), proses-proses yang terjadi juga sangatlah menarik untuk dibahas. Salah satu

proses yang menarik adalah bagaimana sedimen sebagai penyusun batuan sedimen dapat

terangkut dan diendapkan menjadi batuan sedimen.

Sebelum mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam suatu

cekungan mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang bisa kita temukan

dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut sangatlah beragam diantaranya prinsip

uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah proses-proses geologi yang

terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini diajukan oleh Charles Lyell di tahun

1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari proses-proses geologi yang

terjadi sekarang, kita bisa memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan

kompaksi dari sediment, dan juga bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang terjadi

dengan proses-proses geologi tertentu. 

Page 22: lingkungan pengendapan

Lapisan horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding terbentuk

akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau angin. Kata sedimen

sebenanrya berasal dari bahas latin ”sedimentum” yang artinya endapan. Batas-batas lapisan

yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada pada batuan dimana batu bisa pecah

dan fluida bisa mengalir. Selama susunan lapisan belum berubah ataupun terbalik maka lapisan

termuda berada di atas dan lapisan tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai

prinsip superposition. Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi atau

skala waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan oleh Nicolaus

Steno di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip berkaitan dengan fenomena tersebut.

Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan original continuity. Prinsip

horizontality menjelaskan bahwa semula batuan sedimen diendapkan dalam posisi horizontal.

Pembentuk batuan sedimen adalah partikel-partikel atau sering disebut sedimen yang terbentuk

akibat hancuran batuan yang telah ada sebelumnya seperti batuan beku, batuan metamorf, dan

juga batuan sedimen sendiri. Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik, sedimen-sedimen

dapat dibedakan sebagai berikut: 

Klasifikasi- Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik

Nama Partikel  Ukuran  Sedimen  Nama batu 

Boulder/Bongkah >256 mm  GravelKonglomerat dan Breksi (tergantung

kebundaran partikel) Cobble/Kerakal 64 – 256 mm  Gravel

Pebble/Kerikil  2 – 64 mm  Gravel

Sand/Pasir  1/16 – 2mm  Sand Sandstone 

Silt/Lanau 1/256 –1/16 mm  Silt Batu lanau

Clay/Lempung <1mm="mm"

nbsp="nbsp"

span="span">

Clay Batu lempung

Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi

dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan

sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin,

Page 23: lingkungan pengendapan

dan bahkan salju. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda.

Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut

sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu

terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin

bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen

cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.   

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di

tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif

lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya

grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati

cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan

mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak

sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan

berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar

cekungan seperti adanya patahan.  

Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:

a. Suspensi 

Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika arus cukup

kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja yang dapat diangkut suspensi.

Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini adalah mengandung prosentase masa dasar yang

tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai

Page 24: lingkungan pengendapan

memilahan butir yang buruk. Cirilain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak

pernah menyentuh dasar aliran.   

  

b. Bedload transport 

Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi: 

endapan arus traksi

endapan arus pekat (density current) dan

endapan suspensi.

Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada umumnya

gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-surut air laut.

Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur,

dengan sifat-sifat:

pemilahan baik

tidak mengandung masa dasar

ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah (coarsening

upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).

Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan suspensi.

Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau, dan lempung

dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat (density)

disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan

panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan

bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam

cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan

nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi. Endapan dari

suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau

endapan lempung pelagik pada laut dalam.

c. Saltation 

Page 25: lingkungan pengendapan

Dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir

dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai

akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke

dasar. 

Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa

sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya

grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah

sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: lingkungan pengendapan

Gould, S. J. (2007) Punctuated equilibrium. Cambridge MA: Harvard University Press, p. 26.

Krumbein, W.C. and Sloss, L.L. (1963), Stratigraphy and Sedimentation, Second Edition, W.H.

Freeman and Company, San Francisco, p. 660.

Nichols, G.2009. Sedimentology and Stratigraphy 2nd edition : Wiley-Blackwell,. Oxford.

Sam Boggs, Jr. 2006, Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th edition : Pearson

Education, Inc,. New Jersey