Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
11
BAB II
TELAAH LITERATUR
2.1 Saham
Menurut Darmaji (2001), saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang
memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal disetor.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
di perusahaan tersebut.
Berikut berbagai definisi saham yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
a. Menurut Mankiw (2008)
Saham mewakili kepemilikan akan suatu perusahaan, oleh sebab itu
dapat digunakan untuk mengklaim keuntungan yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut.
b. Menurut Mishkin (2001)
Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap
pendapatan dan aset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan
sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual
oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen
keuangan.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
12
Menurut Modding (2013), saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik
perusahaan dan yang menerbitkan kertas tersebut merupakan pemilik
perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Dengan demikian, sama dengan
menabung di bank. Setiap menabung kita akan mendapatkan slip yang
menjelaskan bahwa kita menyetor sejumlah uang. Bila kita membeli saham, kita
akan menerima kertas yang menjelaskan bahwa kita memiliki perusahaan
penerbit saham tersebut. Namun, apabila kita memang membeli melalui
perusahaan sekuritas (efek) yang resmi terdaftar di BEJ, kepemilikan secara
otomatis berpindah ke tangan kita. Hanya pencatatannya dilakukan secara
elektronik di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Modding (2013), mengemukakan bahwa saham memiliki jenis yang
bervariasi. Setiap kelompok juga memiliki ciri yang khusus. Jenis saham dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu saham berdasarkan besaran
kapitalisasinya, saham berdasarkan fundamentalnya, saham berdasarkan
kepemilikan, dan saham berdasarkan hak tagihan.
1. Jenis saham berdasarkan besaran kapitalisasinya
Definisi kapitalisasi pasar adalah nilai saham yang dihitung atas hasil
perkalian jumlah saham dengan harga pasar dari harga saham itu sendiri.
Jika dilihat dari besaran kapitalisasinya, saham terdiri dari 3 jenis, yaitu:
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
13
a. Saham berkapitalisasi besar (big market capitalization)
Saham-saham yang mempunyai kapitalisasi pasar di atas 1 triliun
rupiah.
b. Saham berkapitalisasi menengah (medium market capitalization)
Saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar 100 miliar
rupiah sampai dengan kurang dari 1 triliun rupiah.
c. Saham berkapitalisasi kecil (small market capitaliztion)
Saham yang kapitalisasi pasarnya kurang dari 100 miliar rupiah.
Saham-saham yang tergolong memiliki kapitalisasi besar memiliki
pengaruh yang kuat terhadap peningkatan atau penurunan Index Harga
Saham Gabung (IHSG). Saham jenis ini dikenal juga dengan istilah Index
Mover Stocks. Contoh saham-saham jenis ini adalah Telkom, Gudang
Garam, HM Sampoerna, Indosat, BCA, dan lain-lain.
2. Jenis saham berdasarkan fundamentalnya
Saham dapat dikelompokkan dengan cara mengaitkan fundamental
perusahaan maupun situasi ekonomi yang sedang berlangsung. Contoh
indikator fundamental adalah laba perusahaan, kualitas manajemen
perusahaan, dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham
yang bersangkutan, situasi ekonomi, dan lain-lain. Saham berdasarkan
fundamentalnya dibedakan menjadi 6 jenis saham, yaitu:
a. Blue chips (saham unggulan)
Saham-saham dalam kelompok ini adalah saham-saham yang secara
nasional dikenal mempunyai historis yang kuat dan bagus. Misalkan,
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
14
pertumbuhan laba, pembayaran dividen, serta reputasi terhadap kualitas
manajemen, produk, dan jasa. Saham-saham ini secara umum
mempunyai harga relatif mahal dan memberikan dividen yang cukup
lumayan. Kelompok saham ini paling sering dilirik oleh para investor
dan sering menjadi rekomendasi para analis bursa saham. Beberapa
contohnya adalah Telkom, Gudang Garam, HM Sampoerna, Indosat,
Unilever, Astra, dan lain-lain.
b. Growth stock (saham bertumbuh)
Ciri saham ini adalah memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih
tinggi dari pertumbuhan beberapa tahun sebelumnya. Pertumbuhan
tersebut diharapkan terus berlangsung sehingga mencapai pertumbuhan
laba yang tinggi. Perusahaan bertumbuh juga memperlihatkan
kemampuan manajemen perusahaan yang berada di atas rata-rata.
Perusahaan pun mempunyai peluang investasi dalam proyek yang
menghasilkan tingkat pengembalian (rates of return) lebih besar dari
tingkat pengembalian yang diharapkan (hurdle rate). Pertumbuhan laba
yang tinggi tersebut terefleksi pada harga saham sehingga investor
mendapatkan capital gain lebih tinggi dibandingkan dengan saham lain.
Saham bertumbuh biasanya memberikan dividen yang kecil atau tidak
sama sekali.
c. Cyclical stocks (saham siklikal)
Ciri saham-saham ini adalah memberikan tingkat pengembalian
lebih baik dari perubahan tingkat pengembalian pasar secara
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
15
keseluruhan. Saham-saham siklikal memiliki volatilitas atau gejolak
harga yang mengikuti siklus ekonomi yang terjadi. Perusahaan-
perusahaan yang sahamnya tergolong jenis siklikal adalah perusahaan
yang mempunyai unjuk kerja (penjualan dan laba) yang sangat
dipengaruhi aktivitas bisnis (ekonomi) secara makro. Perusahaan
tersebut biasanya akan memberikan kinerja sangat baik ketika siklus
bisnis atau makro ekonomi sedang dalam posisi bagus
(expansion/booming). Sebaliknya, perusahaan akan memberikan kinerja
sangat jelek selama siklus bisnis atau makro ekonomi dalam keadaan
resesi. Contohnya adalah saham-saham yang masuk kategori industri
konstruksi atau penerbangan.
d. Defensive stocks/counters cyclical stocks (saham-saham bertahan)
Ciri saham-saham ini adalah tetap stabil selama periode resesi.
Contoh saham bertahan adalah saham yang termasuk dalam industri
utilitas, farmasi, dan makanan. Walaupun dalam masa resesi, produk-
produk perusahaan tersebut tetap terjual karena memang dibutuhkan.
Banyak investor memasukkan saham jenis ini ke dalam portofolio
mereka untuk mengurangi kerugian dari saham jenis lain, ketika terjadi
resesi. Contoh perusahaan jenis bertahan ini misalnya Telkom, Indosat,
Hero, Matahari, Alfa, dan sebagainya.
e. Speculative stocks (saham spekulatif)
Ciri saham ini adalah perusahaan-perusahaan yang beroperasi
dengan kegiatan yang memiliki risiko usaha tinggi, tetapi memiliki
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
16
kemungkinan memperoleh keuntungan besar. Saham spekulatif
mempunyai harga yang sangat berfluktuasi. Di BEJ, saham-saham yang
tergolong spekulatif jumlahnya banyak sekali. Investor harus hati-hati
memerhatikan saham-saham tersebut.
f. Income stocks (saham pendapatan)
Saham pendapatan adalah saham yang membayar dividen melebihi
jumlah rata-rata pendapatan. Saham ini umumnya banyak dibeli oleh
invesment fund dan dana pensiun.
g. Emerging growth stocks (saham bertumbuh emerging)
Saham bertumbuh emerging adalah saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat
meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung, yang
memasuki tahap memperoleh laba dalam jumlah besar sebagai hasil
peningkatan volume penjualan dan memperbesar profit margin nya.
Harga saham ini biasanya sangat berfluktuasi.
3. Jenis saham berdasarkan kepemilikan
a. Saham atas unjuk (bearer stocks)
Pada saat ini, nama pembeli tercantum dalam sertifikat saham.
Setiap melakukan transaksi (berpindah tangan), nama pembeli terakhir
harus di-endorse (ditulis dan di tempel) dibalik sertifikat saham. Pemilik
nama yang tercantum dalam endorse terakhirlah yang merupakan
pemilik saham tersebut.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
17
b. Saham atas nama (registered stocks)
Jenis saham ini memberikan hak kepada siapa saja yang memegang
sertifikat saham ini sebagai pemilik saham serta secara hukum tidak
memerlukan endorsement. Pada dasarnya dalam sertifikat saham ini
tidak tercantum nama pemiliknya.
4. Jenis saham berdasarkan hak tagihan
Sebuah perusahaan dapat mendapatkan modal dengan menjual
saham biasa atau saham preferen. Semua perusahaan pada awalnya
menerbitkan saham biasa untuk meningkatkan modal. Beberapa dari
perusahaan ini kemudian akan menerbitkan tambahan saham biasa atau
saham preferen untuk lebih meningkatkan modal ekuitas.
Gitman (2012), mengemukakan bahwa meskipun saham biasa dan
saham preferen sama-sama menimbulkan penyertaan modal, saham
preferen memiliki beberapa kesamaan dengan hutang (debt) yang
membedakannya dengan saham biasa secara signifikan.
a. Saham biasa (common stocks)
Saham biasa merupakan yang paling dikenal masyarakat. Di antara
emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga
merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari
masyarakat. Saham biasa paling menarik bagi pemodal maupun bagi
emiten.
Menurut Gitman (2012), saham biasa merupakan saham yang pada
umumnya dimiliki oleh pemilik bisnis korporasi. Pemilik saham biasa
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
18
dapat dirujuk sebagai pemilik residual (residual owners) karena mereka
menerima apa yang tersisa (residual) setelah tuntutan lain dalam
pendapatan dan aset perusahaan telah terpenuhi. Saham biasa pada suatu
perusahaan dapat dimiliki secara privat oleh investor swasta (private
investor) ataupun secara publik oleh investor umum (public investor).
Perusahaan swasta biasanya dimiliki oleh investor individual atau
sebuah grup kecil yang terdiri dari investor privat (seperti keluarga).
Perusahaan publik biasanya dimiliki secara luas oleh berbagai investor
individual atau institusional yang tidak saling berhubungan.
Menurut Ross (2012), shareholders atau pemilik saham memiliki
hak-hak khusus. Hak-hak tersebut terdiri dari:
1) Hak untuk memilih Dewan Direksi
2) Hak untuk menerima pembagian dividen secara proporsional
3) Hak untuk menerima pembagian aset yang tersisa setelah
kewajiban-kewajiban telah dipenuhi secara proporsional
4) Hak pemungutan suara untuk keputusan besar, seperti merger.
Pemungutan suara biasa dilakukan dalam rapat tahunan atau rapat
spesial.
5) Hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Hak ini biasa
disebut sebagai hak preemtive.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
19
b. Saham preferen (preferred stocks)
Meskipun tidak sepopuler saham biasa, namun saham preferen
cukup berkembang. Saham preferen merupakan gabungan antara
obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil
seperti yang dikehendaki investor.
Saham preferen serupa dengan saham biasa karena 2 hal, yaitu:
• mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh
tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut
• membayar dividen
Sementara itu, persamaan antara saham preferen dengan saham
obligasi terletak pada 3 hal, yaitu:
• ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya
• dividen tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham
• memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan
saham biasa
Oleh karena itu, saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil
dan ditawarkan oleh investor. Makan, secara praktis saham preferen
dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan yang tetap dan
karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Walaupun demikian,
obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih senior dibandingkan
saham preferen.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
20
Dalam bukunya, Ross (2012) menyatakan bahwa saham preferen
berbeda dengan saham biasa karena ia lebih diprioritaskan daripada
saham biasa dalam pembayar dividen dan dalam pendistribusian aset
perusahaan ketika dilikuidasi. Dari sudut pandang hukum dan
perpajakan, saham preferen adalah sebuah bentuk ekuitas. Penting untuk
mengetahui bahwa pemegang saham preferen terkadang tidak memiliki
hak pemungutan suara.
Menurut Gitman (2012), saham preferen memberikan pemiliknya
beberapa hak istimewa yang membedakannya dengan pemegang saham
biasa. Saham preferen adalah bentuk khusus dari kepemilikan yang
memiliki sifat-sifat obligasi dan saham biasa. Pemegang saham preferen
dijanjikan dividen tetap yang dibayarkan secara periodik dan harus
diprioritaskan dalam setiap pembayaran dividen dari pemegang saham
biasa. Pembayaran dividen tergantung pada apakah saham preferen
tersebut memiliki nilai nominal (par value). Saham preferen yang
memiliki nilai nominal (par-value prefered stock) memiliki harga
nominal yang tercetak dan pembayaran dividen tahunannya berupa
persentase dari harga tersebut. Saham preferen yang tidak memiliki nilai
nominal (no-par value prefered stock) tidak memiliki harga nominal
yang tercetak, tetapi dividennya dinyatakan dalam bentuk dolar. Saham
preferen paling sering digunakan oleh utilitas umum yang mengambil
alih perusahaan melalui merger, atau oleh perusahaan yang mengalami
kerugian dan membutuhkan pembiayaan tambahan.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
21
Hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham preferen lebih kuat
daripada hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa. Saham
preferen sering kali dianggap quasi-debt (hutang pura-pura) karena
seperti bunga hutang (obligasi), dia memiliki pembayaran berkala tetap
(dividen tetap). Tetapi berbeda dengan obligasi, saham preferen tidak
memiliki tanggal jatuh tempo. Karena mereka memiliki hak klaim atas
pendapatan perusahaan, maka mereka memiliki risiko yang lebih kecil.
Pemegang saham preferen juga diberikan hak untuk diutamakan dalam
likuidasi aset jika sebuah perusahaan mengalami kebangkrutan setelah
perusahaan memenuhi kewajibannya terhadap kreditor. Jumlah yang
dapat diklaim oleh para pemegang saham preferen biasanya sesuai
dengan nilai nominal saham tersebut. Biasanya, pemegang saham
preferen tidak memiliki hak dalam pemungutan suara, tetapi terkadang
diperbolehkan untuk menunjuk satu anggota dewan direksi.
2.2 Dividen
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Menurut Ross (2012),
Dividen adalah pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada para
pemegang sahamnya, biasanya dalam bentuk tunai atau saham. Dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham merupakan return dari modal yang
diinvestasikan oleh pemegang saham ke perusahaan tersebut. Dividen yang
dibayarkan ditentukan oleh kebijakan dewan direksinya. Jika pembayaran
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
22
bukan berasal dari akumulasi laba ditahan perusahaan, maka pembayaran
tersebut bukan termasuk dividen, melainkan distribusi. Dividen dapat dibagi ke
dalam beberapa bentuk atau tipe, seperti:
1. Regular cash dividends
Yang dimaksud dengan cash dividen adalah dividen dalam bentuk kas.
Dividen jenis ini paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tergantung dari
pembatasan-pembatasan oleh undang-undang dan jumlah uang tunai yang
dimiliki dan tersedia dalam perusahaan.
2. Stock Dividend
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut
pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham yang
dimilikinya. Dividen saham bukanlah dividen yang sebenarnya karena tidak
dibayarkan secara tunai. Tujuan dari dividen saham adalah untuk
meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh setiap pemegang saham.
Karena jumlah saham beredar bertambah banyak, otomatis nilai saham
tersebut berkurang.
3. Liquidating dividends
Yang dimaksud dengan dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian
merupakan pengembalian modal. Dividen ini tercatat dengan mendebit
rekening pengembalian modal yang dalam neraca di laporkan sebagai
pengurangan modal saham.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
23
Berikut adalah beberapa karakteristik penting dari dividen:
1) Dividen tidak dikategorikan sebagai kewajiban (hutang) perusahaan
sebelum adanya pengumuman pembagian dividen oleh dewan direksi.
Dividen biasanya dibagikan jika perusahaan mendapatkan keuntungan
dari kegiatan usahanya. Hal ini berarti suatu perusahaan tidak mungkin
dinyatakan bangkrut karena tidak membayarkan dividen kepada
pemegang sahamnya. Dewan direksi sepenuhnya berhak menentukan
jumlah dividen yang akan dibagikan dan apakah akan ada pembagian
dividen berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari kinerja
perusahaannya.
2) Pembayaran dividen suatu perusahaan tidak dikategorikan sebagai biaya
usaha. Dividen tidak dapat mengurangi pajak perusahaan. Jadi, dividen
dibayarkan dari pendapatan bersih setelah pajak perusahaan tersebut.
3) Amerika Serikat menerapkan sistem pajak berganda (double taxation
system) yang berarti pajak dikenakan pada level perusahaan (firm level)
dan level penanam modal (investor level).
4) Jika sebuah perusahaan mendistribusikan seluruh pendapatannya
sebagai dividen, maka tarif pajak perusahaannya secara efektif menjadi
nol. Sebaliknya, jika perusahaan menahan seluruh pendapatannya,
perusahaan tersebut memaksa seluruh pemegang saham untuk
membayar tarif pajak perusahaan.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
24
Ross (2012) menyatakan bahwa proses pembayaran dividen biasanya
melewati beberapa tahapan. Berikut merupakan tanggal-tanggal penting dalam
proses pembayaran dividen:
a. Declaration Date
Declaration date atau tanggal pengumuman merupakan tanggal
ketika para dewan direksi memberikan keputusan untuk membagikan
dividen.
b. Ex-dividend date
Untuk memastikan dividen dibagikan kepada orang yang tepat,
perantara perusahaan dan bursa efek membuat ex-dividend date.
Tanggal ini merupakan 2 hari kerja sebelum tanggal pencatatan (record
date). Jika suatu saham diperjualbelikan pada tanggal ini, maka pemilik
saham sebelumnya yang akan mendapatkan dividen dari saham tersebut.
Ketentuan ex-dividend ini menghilangkan keambiguan akan siapa yang
berhak mendapatkan dividen.
c. Date of record
Merupakan tanggal ketika nama pemegang saham harus berada
dalam catatan penunjukan (record to be designated) untuk dapat
menerima dividen. Berdasarkan pencatatan, perusahaan menyiapkan
sebuah daftar semua individu yang diyakini merupakan pemegang
saham. Daftar ini merupakan “catatan pemilik”, atau holders of record.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
25
d. Date of Payment
Date of payment atau tanggal pembayaran merupakan tanggal ketika
dividen dibayarkan kepada para pemegang saham sesuai dengan yang
tercatat dalam catatan pemilik.
2.3 Dividend Policy
Menurut Hussainey (2011), kebijakan dividen dapat diartikan
sebagai keputusan perusahaan untuk membagikan labanya sebagai cash
dividend pada para pemegang sahamnya atau untuk menahan keuntungan
perusahaan sebagai laba ditahan. Kebijakan dividen meliputi frekuensi
pembayaran dividen (annually, semi annually, atau quarterly) dan berapa
banyak persentase yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Gitman (2012) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen:
1. Batasan Hukum (Legal Constraints)
Kebanyakan perusahaan dilarang negara membayar dividen tunai
dari legal capital perusahaan, yang biasanya diukur dengan nilai
nominal saham biasa perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan
memiliki kewajiban yang melampaui batas waktunya atau dinyatakan
bangkrut secara hukum, sebagian besar negara bagian melarang
pembagian dividen tunai.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
26
2. Batasan Kontraktual (Contractual Constraints)
Sering kali kemampuan sebuah perusahaan untuk membayarkan
dividen tunai dibatasi oleh ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
pinjaman. Secara umum, pembatasan ini mencegah pembayaran dividen
tunai sampai perusahaan mencapai level pendapatan tertentu, atau
mereka dapat membatasi pembagian dividen dari persentase
pendapatan. Batasan dalam pembagian dividen membantu kreditor dari
kerugian yang diakibatkan oleh ketidakmampuan perusahaan untuk
membayar.
3. Prospek Pertumbuhan (Growth Prospect)
Kebutuhan keuangan sebuah perusahaan berhubungan langsung
dengan berapa banyak pengeluaran yang diperlukan untuk pertumbuhan
perusahaan dan aset apa saja yang akan dibutuhkan. Perusahaan harus
memperhitungkan profitabilitas dan risikonya untuk mengembangkan
wawasan mengenai kemampuannya meningkatkan modal eksternal.
Selain itu, perusahaan juga harus menentukan biaya dan kecepatan yang
dibutuhkan untuk mendapatkan pembiayaan. Secara umum, perusahaan
yang besar dan sudah mature sudah memiliki akses ke modal baru yang
memadai, sementara perusahaan yang sedang dalam masa pertumbuhan
bisa jadi tidak memiliki pendanaan yang cukup untuk menunjang
proyeknya. Perusahaan berkembang mungkin harus sangat
menggantungkan pendanaan internalnya melalui laba ditahan, sehingga
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
27
persentase pendapatan yang dibagikan sebagai dividen akan semakin
kecil.
4. Pertimbangan Pemilik (Owner Considerations)
Perusahaan harus membentuk kebijaksanaan yang memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesejahteraan pemilik mayoritas. Salah satu
pertimbangan adalah status pajak dalam kepemilikan perusahaan (tax
status of a firm’s owners). Jika perusahaan memiliki persentase yang
besar terhadap pemegang saham kaya yang memiliki pendapatan yang
cukup besar, perusahaan tersebut mungkin akan memutuskan untuk
membayarkan persentase pendapatan yang lebih rendah untuk
memberikan kesempatan pada pemilik menunda pembayaran pajak
hingga saham tersebut dapat mereka jual.
Pertimbangan kedua adalah kesempatan bagi pemilik untuk
berinvestasi. Sebuah perusahaan seharusnya tidak menahan dana untuk
investasi di proyek yang menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih
rendah dibandingkan yang bisa didapatkan pemilik dari investasi
eksternal yang memiliki risiko yang sama. Jika pemilik tampak
memiliki kesempatan yang lebih baik dari investasi eksternal, maka
perusahaan harus meningkatkan pembayaran dividennya.
Pertimbangan yang terakhir adalah potensi pencairan kepemilikan.
Jika perusahaan membayarkan dividen yang tinggi, maka perusahaan
harus menggalang dana dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
28
baru ini dapat mengurangi/mencairkan kontrol dan pendapatan pemilik
saham yang sudah ada.
5. Market Considerations
Salah satu teori terbaru menjelaskan keputusan pembayaran suatu
perusahaan dapat disebut catering theory. Berdasarkan catering theory
permintaan investor untuk dividen berfluktuasi seiring dengan
berjalannya waktu. Sebagai contoh, masa-masa ledakan ekonomi
dibarengi oleh kenaikan pasar saham, investor mungkin lebih tertarik
pada saham yang menawarkan prospek capital gain yang lebih besar.
Ketika masa resesi ekonomi dan pasar saham jatuh, para investor
mungkin lebih memilih keamanan yang ditawarkan oleh dividen.
Catering theory menganjurkan bahwa perusahaan-perusahaan memiliki
kecenderungan untuk memulai pembayaran dividen atau meningkatkan
payout yang ada di saat investor menunjukkan preferensi yang kuat
untuk dividen.
Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen yang menjelaskan
pengaruh besar kecilnya DPR (dividend payout ratio) terhadap harga pasar
saham. Berikut ketiga teori kebijakan dividen tersebut:
1. Dividend Irrelevance Theory (Teori dividen tidak relevan)
Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani.
Menurut teori ini, kebijakan dividen suatu perusahaan tidak memiliki
dampak pada biaya modal dan kekayaan pemegang sahamnya. Oleh
sebab itu, kebijakan dividen tidak relevan bagi pemegang saham. Miller
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
29
dan Modigliani juga berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya
ditentukan oleh risiko bisnis dan kemampuan perusahaan menghasilkan
pendapatan (laba bersih sebelum pajak), sedangkan bagaimana cara
membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Asumsi yang dikemukakan oleh
Modigliani dan Miller adalah:
• Tidak ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan
pribadi.
• Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.
• Leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya
modal.
• Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek
perusahaan.
• Pendistribusian pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak
berpengaruh terhadap biaya modal sendiri.
• Kebijakan penganggaran modal independen dengan kebijakan
dividen.
2. Teori “birds-in-hand”
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner.
Menurut teori ini, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga
pasar saham. Ini berarti harga pasar saham perusahaan akan semakin
tinggi jika dividen yang dibagikan oleh perusahaan tersebut semakin
besar, dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena pembagian dividen
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
30
dapat mengurangi risiko ketidakpastian yang dihadapi investor. Investor
memandang dividend yield lebih pasti daripada capital gains yield yang
didapatkan perusahaan dari pertumbuhan harga saham apabila
perusahaan menahan laba untuk dipakai membelanjai investasi.
Modigliani dan Miller beranggapan bahwa teori Gordon dan Lintner
ini salah karena menurut Modigliani dan Miller investor akan kembali
menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama
atau pada perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
3. Teori perbedaan pajak
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan. Dalam kata lain,
semakin besar jumlah dividen yang dibagikan suatu perusahaan,
semakin rendah harga pasar saham perusahaan tersebut.
Teori yang diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy ini
menyatakan bahwa hal ini terjadi karena adanya perbedaan antara tarif
pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Jika tarif pajak
dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan
lebih menyukai jika laba yang didapatkan tetap ditahan di perusahaan
untuk direinvestasi. Investor mengharapkan akan terjadi peningkatan
capital gain dikemudian hari yang tarif pajaknya lebih rendah. Dengan
demikian investor akan lebih cenderung memilih saham-saham dividen
kecil untuk menghindari pajak.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
31
Teori-teori lain:
• The Clientele Effect
Clientele effect merupakan kecenderungan perusahaan untuk
menarik kelompok (Clientele) pemegang saham menurut preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Ross (2012) menggambarkan clientele effect sebagai fakta yang
dapat diobservasi bahwa saham dapat menarik kelompok-kelompok
tertentu berdasarkan dividend yield dan pengaruh pajak yang dihasilkan.
Menurut argumen ini dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan segmen investor tertentu. Kelompok investor dengan tingkat
pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai
tingkat pajak yang tinggi dibanding dengan tingkat pajak capital gain.
Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan lebih
memilih dividen.
• Dividend Signalling Hypothesis
Signaling hypothesis menyatakan bahwa kebijakan dividen
mempunyai pengaruh positif terhadap harga pasar saham perusahaan.
Dalam kata lain, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan suatu
perusahaan, semakin tinggi pula harga pasar saham perusahaan tersebut.
Hal ini terjadi karena investor mempunyai kecenderungan menganggap
perubahan dividen sebagai pertanda yang menunjukkan perkiraan laba
yang dihasilkan perusahaan tersebut. Kenaikan jumlah dividen yang
dibagikan dapat menandakan bahwa manajemen perusahaan
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
32
meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang, oleh
sebab itu harga saham pun akan memiliki kecenderungan untuk turut
naik, dan sebaliknya.
2.4 Volatilitas Harga Saham (Stock Price Volatility)
Menurut Brigham dan Houston (2009), volatilitas merupakan varians yang
berubah seiring dengan perubahan waktu. Volatilitas mengukur banyaknya
fluktuasi underlying asset dalam satu periode. Volatilitas harga saham diartikan
sebagai risiko karena ketidakpastian yang dimiliki investor akan masa depan.
Menurut Schwert dan Smith (1992) terdapat lima jenis volatilitas keuangan,
yaitu:
1. Future Volatility
Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam
pasar keuangan (trader). Volatilitas yang paling baik adalah yang mampu
menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang untuk suatu
underlying contract. Secara teori angka tersebut merupakan yang kita
maksud ketika kita membicarakan input volatilitas ke dalam model teori
pricing. Trader jarang membicarakan future volatility karena masa depan
tidak mungkin diketahui.
2. Historical Volatility
Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu.
Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing
berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas pada masa
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
33
yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung
historical volatility, namun sebagian besar metode bergantung pada
pemilihan dua parameter, yaitu periode historis di mana volatilitas akan
dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga. Periode historis dapat
berupa jadi empat belas hari, enam bulan, lima tahun, atau lainnya. Interval
waktu dapat berupa harian, mingguan, bulanan, atau lainnya. Future
volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized
volatility.
3. Forecast Volatility
Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah
masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha
meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan bisa jadi untuk
suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa
masa opsi dari underlying contract.
4. Implied Volatility
Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan dengan
underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus
dimasukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai
teoritis yang identik dengan harga option di pasar.
5. Seasonal Volatility
Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kedelai, dan gandum sangat
sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
34
musim yang jelek. Oleh sebab itu, perlu ditetapkan volatilitas yang tinggi
pada masa-masa itu.
Secara sistematis, historical volatility untuk setiap saham dapat dihitung dengan
rumus berikut (Baskin, 1989)
𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒𝑉𝑜𝑙 =𝐻𝑖 − 𝐿𝑖 𝐻𝑖 + 𝐿𝑖
2/
0123
𝑛
5
Keterangan:
PriceVol : Volatilitas Harga Saham
Hi : Harga Saham Biasa Tertinggi Harian
Li : Harga Saham Biasa Terendah Harian
n : jumlah hari trading sampel data
2.5 Dividend Payout Ratio
Ross (2012) menyatakan dividend payout ratio (DPR) adalah jumlah kas
yang dibayarkan kepada pemegang saham dibagi pendapatan bersih. Sementara
Gitman (2012) berpendapat bahwa dividend payout ratio menandakan
persentase dari setiap dolar yang dihasilkan yang didistribusikan kepada
pemilik saham oleh perusahaan dalam bentuk uang tunai. Dalam kata lain, DPR
digunakan untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang akan diberikan kepada
pemegang saham dari keuntungan yang didapat perusahaan setelah dikurangi
pajak. Umumnya pendapatan perusahaan akan dibagi untuk pembayaran
dividen dan laba ditahan. Dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
35
kepada pemilik saham sedangkan laba ditahan merupakan salah satu sumber
dana perusahaan yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan. Setiap perusahaan selalu ingin adanya pertumbuhan pada
perusahaannya sementara dilain pihak ia harus memperhatikan kesejahteraan
pemegang sahamnya dan membagikan dividen, sehingga tujuan tersebut selalu
bertentangan. Jika perusahaan ingin menahan labanya lebih banyak untuk
pembangunan perusahaan maka persentase yang tersisa untuk pembagian
dividen akan semakin kecil.
Gitman (2012) menyatakan, dengan kebijakan dividend payout ratio yang
konstan, perusahaan menetapkan jumlah persentase dari pendapatan yang akan
dibayarkan kepada pemilik saham setiap periode pembagian dividen.
Permasalahan dari kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan menurun
atau bahkan merugi pada periode tertentu, maka dividen yang dibagikan dapat
berkurang atau bahkan tidak ada. Karena dividen sering kali dianggap sebagai
indikator status dan kondisi masa depan perusahaan, maka harga saham
perusahaan dapat terpengaruh. Dividend payout ratio dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝐷𝑃𝑅 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑃𝑒𝑟𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒(𝐷𝑃𝑆)𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑃𝑒𝑟𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒(𝐸𝑃𝑆)
2.6 Dividend Yield
Menurut Jones (2004), dividend yield adalah dividen yang dibayarkan
dibagi dengan harga saham sekarang. Jadi dividend yield adalah suatu rasio
yang menghubungkan dividen yang dibayarkan dengan harga saham
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
36
perusahaan. Beberapa investor menggunakan rasio ini sebagai tolak ukur risiko
dan sebagai suatu penyaring investasi. Mereka akan berusaha menginvestasikan
dananya ke dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi.
Jika suatu perusahaan dapat menghasilkan laba yang besar, maka
perusahaan tersebut akan mampu menaikkan jumlah dividen yang dibagikan
kepada pemegang sahamnya. Kemampuan perusahaan tersebut untuk
menghasilkan laba serta membagikan dividen yang semakin besar kepada para
pemegang sahamnya secara otomatis dapat menyebabkan harga saham turut
meningkat pula. Hal ini disebabkan oleh banyaknya investor yang tertarik untuk
melakukan investasi di perusahaan yang mampu menghasilkan laba sehingga
demand atau permintaan akan saham tersebut meningkat.
Investor yang menanamkan sahamnya di suatu perusahaan tentunya
mengharapkan return dari investasi yang sudah dilakukannya. Jika investor
tersebut bermaksud untuk menyimpan sahamnya selamanya, maka ia akan
mengharapkan dividen sebagai return-nya. Jika investor tersebut bermaksud
untuk menjual sahamnya dikemudian hari, maka ia mengharapkan capital gain
atau keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham tersebut. Ini berarti
jika dividend yield dari perusahaan semakin tinggi maka semakin besar
kemungkinan saham tersebut dinilai tinggi pula. Hal ini akan menyebabkan
demand atau permintaan akan saham tersebut naik sehingga harga saham
tersebut pun akan terus meningkat. Dividen yield dapat dihitung menggunakan
rumus:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑃𝑒𝑟𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐷𝑃𝑆
𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
37
2.7 Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian yang berhubungan dengan share price volatility sudah
dilakukan. Namun hasil yang ditemukan bervariasi. Berikut ini adalah
pembahasan hasil penelitian terdahulu,
Penelitian yang dilakukan oleh Hussainey, Mgbame dan Chijoke-Mgbame
(2011) memiliki tujuan untuk menganalisa hubungan antara kebijakan dividen
dengan perubahan harga saham pada pasar saham UK. Metode penelitian yang
digunakan adalah multiple regression analysis dengan menggunakan variabel
independen dividend yield dan dividend payout ratio. Penelitian ini menemukan
kesimpulan bahwa dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh
negatif secara signifikan dengan volatilitas harga saham. Selain itu, ukuran dan
hutang perusahaan juga mempengaruhi volatilitas harga saham.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kenyoru, Kundu, dan Kibiwott (2013)
memiliki temuan dividend yield berpengaruh positif terhadap volatilitas harga
saham sementara dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap volatilitas
harga saham. Penelitian ini menggunakan multiple regression analysis dengan
variabel dependen volatilitas harga saham dan variabel independen dividend
payout ratio dan dividend yield.
Penelitian yang dilakukan oleh Rashid dan Rahman (2008) menemukan
bahwa dividen yield memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
volatilitas harga saham. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian cross-sectional regression analysis setelah melakukan kontrol
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
38
terhadap earning volatility, dividend payout ratio, debt, firm size, dan growth
in assets.
Penelitian yang dilakukan oleh Habib, Kiani, dan Khan (2012) bertujuan
untuk menguji hubungan antara kebijakan dividen dan volatilitas harga saham
di Pakistan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross-
sectional regression analysis dan menemukan bahwa dividend payout ratio
berpengaruh positif terhadap volatilitas harga saham, sementara ukuran dan
hutang perusahaan berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Profilet dan Bacon (2013) menemukan
bahwa dividen yield, leverage, growth dan size berpengaruh negatif dan positif
terhadap volatilitas harga saham sementara dividend payout ratio berpengaruh
positif terhadap volatilitas harga saham. Penelitian ini menggunakan metode
Ordinary Least Squares (OLS) Regression dengan variabel dependen volatilitas
harga saham dan variabel independen dividend yield, dividend payout ratio,
size, leverage, dan growth.
Penelitian yang dilakukan oleh Nishat dan Chaudhari (2003) menjelaskan
bahwa kebijakan dividen memiliki dampak signifikan pada volatilitas harga
saham bursa Pakistan. Size dan leverage berpengaruh positif dan signifikan
pada volatilitas harga saham. Earning volatility berdampak negatif dan
signifikan pada volatilitas harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Nazir, Abdullah dan Nawaz (2012)
mengemukakan bahwa dividend payout ratio mempunyai hubungan negatif
signifikan dengan volatilitas harga saham sementara variabel kontrol earning
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017
39
volatility mempunyai hubungan positif signifikan dengan volatilitas harga
saham. Dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen adalah cara yang efektif
untuk membentuk harga pasar saham di pasar saham Pakistan (negara dengan
ekonomi berkembang). Penelitian ini memiliki variabel dependen: price
volatility, variabel independen: dividend payout ratio, dividend yield, dan
variabel kontrol: size, earnings volatility, long-term debt, growth in assets.
Penelitian yang dilakukan oleh Hashemijoo dan Ardekani, dan Younesi
(2012) mengemukakan bahwa dividend yield dan size mempunyai hubungan
negatif signifikan dengan volatilitas harga saham sementara dividend yield dan
size mempunyai pengaruh terbesar terhadap volatilitas harga saham. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa di Malaysia, volatilitas harga saham dapat
dipengaruhi melalui kebijakan dividen. Penelitian ini memiliki variabel
dependen: price volatility, variabel independen: dividend payout ratio, dividend
yield, dan variabel kontrol: size, earnings volatility, long-term debt, growth in
assets.
Analisa Pengaruh..., Maria Irene, FB UMN, 2017