Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
(Dokumentasi Prbadi)
Perancangan Buku Pengenalan Kain
Endek Bali
> Buku> Coffeetable Book
> Bali> Kebudayaan> Kerajinan Traditional> Kain Tenun> Kain Endek.> Sejarah Eendek
TAHAP PRODUKSI> Pree Press
PHOTOGRAPHY :DESAIN :> Prinsip desain.> Elemen desain.> Warna.> Typography> Layout.> Grid.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
12
2.1 Bali
2.2 Peta Bali
(http://www.baliprivatevilla.com/images/bali_map.gif)
Bali. Nama ini mengingatkan kita pada masyarakat yang lekat dengan upacara dan
kesenian. Orang Bali menjalani kehidupan dengan berbagai upacara, baik yang
bersifat keagamaan maupun yang bersifat sosial. (Wastraprema, 1993, hal 25).
Bali merupakan salah satu daerah yang memiliki aspek-aspek kebuadayaan yang
khas, khususnya kesenian yang tidak terlepas dari pandangan kehidupan
keagamaan. (Wastraprema, 1993, hal 186).
Bali dapat di pahami setidaknya dengan 3 cara. Yang pertama adalah
dengan mengetahui hal yang paling umum yang ada di Bali yakni daerah
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
13
persawahan yang berada di daerah selatan bali yang menjadi ciri khas dari pulau
Bali. Di daerah ini pun bunga angrek yang merupakan salah satu kebuadayaan
Bali tumbuh dengan baik. Seperti yang terlihat, juga merupakan salah satu bagian
dari daerah jajahan yang ada di Indonesia, dan kini Bali merupakan salah satu
pulau di Indonesia yang berkonsentrasi pada bidang pariwisata. Yang kedua
adalah dari letak geografis pulau Bali yang di kelilingi pulau -pulau lain yang ada
di Indonesia. (Robert Pringle, 2004, hal 6).
2.1.1 Sejarah Bali
Pulau dan kerajaan Bali terletak pada 8° LS, tepat di selatan garis khatulistiwa dan
di sebelah selatan pulau jawa. (Adrian Vickers, 2012, hal 8). Daerah utara pulau
Bali dipenuhi dengan gunung berapi, daratan pantai yang berbatasan dengan
tebing-tebing curam, serta lahan pertanian yang menjadi salah satu pemasok
singkat untuk jalur laut pelabuhan singaraja. Kota pelabuahan singaraja
merupakan perpaduan polyglot cina, arab, jawa, bugis, bali, dll. Daerah utara Bali
di dominasi Hindu -Bali, telah terjadi persilangan kebudayaan antara hindu,
tradisi cina, dan islam serta unsur kuat dari bali dan bahkan candi hindu yang
sangat berbeda dengan yang ada di selatan Bali. (Robert Pringle, 2004, hal 6).
2.1.2 Kebudayaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kebuadayaan adalah hasil kegiatan dan
penciptaan akal budi manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat,
antar keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial. Kebudayaan
merupakan salah satu kata yang dapat mendefinisikan Bali, kebudayaan Bali pun
terkenal dengan kedinamisannya. (Michel Picard, 1996, hal 37). Pada dasarnya,
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
14
penduduk Bali adalah orang-orang yang baik. Mereka tekun, banyak akal dan
memiliki kemampuan untuk belajar. Mereka terkenal cepat belajar, terutama soal
karya seni. (Adrian Vickers, 2012, hal 267).
Hampir 95% penduduk Bali adalah keturunan hindu Bali yang dapat di
gambarkan sebagai etnis Bali. Bali memiliki kasta tradisional yang menyerupai
sistem hindu India. Sebagian besar penduduk yang tersisa di Bali kini merupakan
penduduk pendatang dari berbagai daerah terutama dari pulau Jawa. (Patrick
Witton, Mark Elliot, Paul Greenway, Virginia Jealous, Etain O’Carroll, Nick Ray,
Alan Tarbel, Matt Warren, 2003, hal 269). Menurut Michel Picard dalam bukunya
yang berjudul “Cultural Tourism” in Bali: Cultural Performances As Tourist
Attraction” menjelaskan bahwa Bali telah banyak di puji karena kemampuan
mereka mengadopsi pengaruh asing, namun tetap mempertahankan identitas asli
mereka selama beradab –abad. (Michel Picard, 1996, hal 37).
2.1.3 Kerajinan Traditional
Sebagai pulau yang kental akan kebudayaan, Bali banyak memiliki kerajinan
traditional yang beragam. Dalam sebuah buku yang berjudul “Indonesia”
mengatakan bahwa, bali tidak memiliki kata-kata untuk seni, dan pekerja seni
karena, secara traditional, seni tidak pernah dianggap sebagai sesuatu yang harus
dihargai untuk kepentingan sendiri. (Patrick Witton, Mark Elliot, Paul Greenway,
Virginia Jealous, Etain O’Carroll, Nick Ray, Alan Tarbel, Matt Warren, 2003, hal
271).
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
15
Bali memiliki kebudayaan yang sangat dibanggakan, baik bagi masyarakat
Bali sendiri maupun oleh bangsa Indonesia. Pulau Bali sudah sangat di kenal di
kalangan mancanegara, karena pulau ini kental akan kebudayaan yang masih
sangat melekat dalam kehidupan warganya, salah satunya kain tradisional mereka
yakni kain tenun. Kain tenun merupakan salah satu kain tradisional yang ada di
Bali. Kain tradisional yang mereka produksi adalah kain songket, dan kain tenun
ikat atau biasa dikenal dengan kain endek. (Ida Ayu, 2011, hal 11).
2.1.4 Kain Tenun
Bali sangat identik dengan penyelenggaraan ritual peribadatan. Pulau ini menjadi
lokasi favorit untuk menggelar berbagai upacara adat dan keagamaan. (Adrian
Vickers, 2012, hal 4). Pada saat melaksanakan ritual atau sembahyang biasanya
masyarakat Bali menggunakan pakaian adat yang dilengkapi dengan kain tenun.
Kain yang hanya dibuat untuk keperluan upacara keagamaan maupun
ritual lainnya biasa disebut dengan kain bebali. Namun dari banyaknya jenis kain,
hanya beberapa kain yang masih dibuat dan dipahami oleh warga Bali seperti kain
songket, kain endek, dan tenun ikat garingsing. (Ida Ayu, 2011, hal 3).
Kain tenun Bali memiliki 2 macam. Ada kain songket yang terbuat dari
benang emas dan perak yang terlihat seperti brokat, dan ada juga kain tenun
dengan teknik celup yang di sebut kain endek. (Betty Reynolds, 2010, chapter 7).
Seni tenun Bali telah dimulai sejak berabad-abad silam dan semakin berkembang
ketika orang-orang Bali, seperti halnya masyarakat lain di kepulauan nusantara,
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
16
menjalin hubungan niaga dengan bangsa-bangsa Asia Tenggara, China, India, dan
Eropa. (Wastraprema, 1993, hal 25).
Menenun kain merupakan kiat seni yang tinggi bagi gadis – gadis Bali.
Menurut kepercayaan yang bersumber pada naskah Atma Pratangsa (Perjalanan
jiwa manusia menuju sorga), hidup seorang gadis Bali yang telah berumah tangga
dianggap kurang sempurna jika gadis tersebut belum bisa menenun satu kain. Ia
harus dapat menenun selembar kain. (Wastraprema, 1993, hal 10).
Dalam kebudayaan Bali, kain bukan hanya penting sebagai unsur pakaian
yang harus disiapkan oleh setiap individu, tetapi juga penting untuk menghias
tempat-tempat upacara. (Tim Yayasan Harapan Kita, 1995, hal 188). Seni tenun
Bali dalam kaitannya dengan upacara, tidak terlepas dari pandangan kehidupan
keagamaan.
Setiap individu maupun masyarakat yang terlibat melakukan kegiatan
upacara, wajib mengenakan kain-kain atau pakaian tersebut. ada kain yang dihias
dengan teknik ikat, songket, paduan ikat dan songket, ikat ganda, tenun polos, dan
bergaris, dalam berbagi fungsi seperti selendang, saput, kemben, kampug, destar,
dan sebagainya. (Tim Yayasan Harapan Kita, 1995, hal 189).
Menurut buku yang berjudul “Indonesia Indah Buku 3 Tenunan Indonesia”
yang di terbutkan oleh yayasan harapan kita menyebutkan bahwa, pada masa lalu
kain songket berkembang di pusat-pusat kerajaan, seperti karangasem, klungkung,
buleleng, jembrana, dan badung. (Tim Yayasan Harapan Kita, 1995, hal 191).
Pada masa itu kaij songket dipakai sebagai lambang kebesaran raja-raja dan
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
17
keluarga istana. Desa sidemen di bale timur menjadi pusat pembuatan songket
yang dekat hubungannya dengan istana gelgel, klungkung dan karangasem. (Tim
Yayasan Harapan Kita, 1995, hal 192). Selain songket, masyarakat Bali juga
memanfaatkan tenun ikat pakan yang disebut endek. (Tim Yayasan Harapan Kita,
1995, hal 193).
2.1.5 Kain Endek
Kain endek Bali merupakan kain tenun kerajinan masyarakat Bali kabupaten
klungkung. Biasanya desain kain ini dipadukan dengan karya seni yang
bersumber pada akar budaya Bali timur. (Fiki Ariyanti, Siska Amelie., 2013).
Kain endek juga merupakan salah satu kain Bali yang kini amat popular di
Indonesia. Kain endek biasa di fungsikan untuk upacara keagamaan.
(Wastraprema, 1993, hal 11). Kain endek dipakai dengan kain songket dalam
berbagai variasi corak, bahkan kadang digabungkan dengan kain songket. (Tim
Yayasan Harapan Kita, 1995, hal 193).
Pembuatan ragam hias kain endek adalah dengan proses ikat. Penambahan
warna-warna dilakukan dengan cara nyatri atau coletan, yaitu seperti orang yang
melukis dengan kuas. Cara ini juga mempercepat pemberian warna pada benang
dan tidak memerlukan pengikatan tersendiri. Coletan umumnya dibubuhkan
sebagai aksen pada bagian -bagian tertentu atau sudut –sudut kecil. Penggunaan
kain endek adalah untuk sarung laki –laki, di samping itu juga untuk wanita,
dengan ragam hias ikat di bagian pinggir, sedangkan bagian tengah berwarna
polos tanpa hiasan. (Tim Yayasan Harapan Kita, 1995, hal 194).
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
18
Selain kain sarung, endek juga dibuat selendang dan anteng. Dahulu kain
endek pada umumnya dibuat dengan benang sutera. Sekarang banyak dibuat dari
bahan rayon dan katun merser. (Tim Yayasan Harapan Kita, 1995, hal 194).
Selain di daerah asalnya, kain endek juga dapat di temukan di kota
Denpasar. Endek Denpasar sendiri memiliki keindahan corak dan motif yang khas
dibanding daerah lainnya, sehingga endek Denpasar mampu menjadi salah satu
produk ungulan kota Denpasar. (Perindag, 2010).
2.2 Desain Komunikasi Visual
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berkomunikasi dan memerlukan
komunikasi antar diri dan sesamanya. Mereka memerlukan media untuk
melakukannya, baik secara visual, auditif, maupun audiovisual. (Harry
Sulastianto, 2006, hal 12). Dahulu istilah desain yang dipakai dalam bidang
komunikasi visual disebut desain grafis. Namun, seiring dengan kemajuan
komunikasi antar manusia, istilah sekarang lebih dikenal dengan istilah desain
komunikasi visual. (Harry Sulastianto, 2006, hal 13).
Menurut Yongky Safanayong dalam bukunya yang berjudul Desain
Komunikasi Visual Terpadu (2006, hal 3), membagi fungsi desain komunikasi
visual menjadi empat, berikut penjelasannya:
1. Untuk memberitahu atau memberi informasi (to inform), mencangkup:
menjelaskan, menerangkan dan mengenalkan.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
19
2. Untuk memberi penerangan (to enlighten), mencangkup: membuka pikiran
dan menguraikan.
3. Untuk membujuk (to persuade), mencangkup: menganjurkan (umumnya
dalam periklanan), komponen –komponennya termasuk kepercayaan, logika
dan daya tarik.
4. Untuk melindungi (to protect), fungsi khusus untuk desain kemasan dan
kantong.
2.2.1 Prinsip Desain
Dalam bukunya yng berjudul Design Basic (2008), Lauer & Pentak membagi
prinsip desain menjadi lima, yaitu unity, scale & proportion, rhtym, balance, dan
emphasis.
1. Unity (Kesatuan)
Unity atau kesatuan merupakan harmoni yang ada dalam unsur –unsur desain.
Seperti desain yang memiliki satu –kesatuan baik secara visual ataupun
strukturnya, sehingga dapat juga di katakana memiliki harmoni.
2. Scale & Proportion (Skala & Proporsi)
Skala dan proporsi saling terkait. Pada dasarnya skala dan proporsi merujuk
pada sebuah ukuran. Skala adalah kata lain dari ukuran, sementara proporsi
lebih ngemacu pada ukuran relative terhadap unsur –unsur lain.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
20
3. Rhtym
Rhtym atau ritme merupakan prinsip desain yang didasari pada pengulangan.
Pengulangan yang dimaksud adalah sebagai unsur kesatuan secara visual dalam
beberapa atau setiap karya seni.
4. Balance
Balance atau keseimbangan merupakan sebuah prinsip desain mengenai
keseimbangan atau titik berat sebuah visual dalam suatu komposisi. Tidak semua
karya yang baik harus memiliki balance. Keseimbangan beberapa pemerataan
visual merupakan tujuan dari komposisi secara universal.
5. Emphasis
Emphasis atau penekanan merupakan unsur utama dari sebuah desain. Penekanan
yang dimaksud adalah penekanan pada suatu karya untuk menarik perhatian orang
yang melihat karya tersebut. Emphasis sama halnya dengan focal point.
2.2.2 Elemen Desain
Menurut Landa, Gonnella, & Brower dalam bukunya yang berjudul 2D Visual
Basic for Designer menyebutkan bahwa ada lima unsur elemen desain yang harus
di ketahui oleh para desainer, yakni line, shape, texture & pattern, color, dan type.
1. Line (Garis)
Titik merupakan unit terkecil dari garis, yang tidak memiliki dimensi (panjang
dan lebar). Pada gambar atau desain, titik dapat terlihat seperti pixel dari cahaya,
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
21
apabila dikombinasikan dengan beberapa titik lain, maka akan terbentuklah garis
yang dapat memiliki dimensi panjang dan lebar.
2. Shape (Bentuk)
Shape atau bentuk merupakan gambaran dari format yang telah dibuat oleh garis,
atau juga dapat menggunakan elemen warna. Bisanya shape lebih dapat dikenali
secara tersendiri dari bagian lain, termasuk shape dari bentuk lain.
3. Texture & Pattern (Tekstur & pola)
Tekstur merupakan sebuah permukaan tiga dimensi yang dapat dilihat dan di
sentuh, untuk menstimulasi kedua hubungan dalam pemikiran dan fisik.
Sedakngkan, pola mengaktifkan lias permukaan yang sering membuat tekstur
visual yang berbeda.
4. Color (Warna)
Warna itu tidak nyata, namun permukaan atau objek yang ada pada lingkungan
kita yang membuat kita dapat menyentuh warna. Warna adalah property atau
deskripsi dari energy cahaya. Warna tidak akan ada tanpa cahaya.
5. Type
Type merupakan elemen desain dua dimensi, seperti elemen desain yang lain.
Pembangunan masing –masing karakter berisis semua elemen yang sama seperti
elemen desain yakni, penekanan, kesatuan, kontras, dan harmoni.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
22
2.2.3 Warna
Pada tahun 1966 berdasarkan pada penemuannya dalam sebuah eksperimen
sederhanam Isaac Newton menyimpulkan bahwa, apabila dilakukan pemecahan
warna spektrum dari sinar matahari, akan ditemukan warna –warna yang beraneka
ragam seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Jika spektrum cahaya
tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui prisma, cahaya tersebut
kemabli menjadi cahaya putih. Jadi, jika cahaya putih seperti matahari
sesungguhnya merupakan gabungan cahaya berwarna dalam spektrum. (2011, 29
Januari 2014).
2.3 Light Dispersion
(http://www.mystical-spirit.com/Physical/Dispersion.aspx)
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
23
Warna merupakan salah satu elemen yang tidak terlepas dari sebuah
desain. Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu
cahaya, objek, dan observer. (Anne Dameria, 2007, hal 10).
Warna itu subjektif, namun berdasar pada ilmu yang objektif. Ini
merupakan pertimbangan dan bagian terpenting dari sebuah proses desain, dimana
terjadi perubahan secara drastic antara aplikasi dan bidang desain. (Amy Graver &
Ben Jura, 2012, hal 168). Warna memiliki kecenderungan untuk menciptakan
pengaruh terbesar kepada orang yang melihat sebuah karya atas setiap elemen
desain lainnya.
Warna dalam layout memiliki banyak fungsi secara bersamaan, serta dapat
pula menjadi alat yang sangat efektif apabila digunakan dengan menyatukan atau
membagi konten menjadi beberapa bagian. (Amy Graver & Ben Jura, 2012, hal
169). Warna dapat digunakan untuk membenruk hubungan emosional yang kuat.
Salah satu cara yang tepat untuk menggabungkan layout dengan warna adalah
dengan melalui penggunaan dan pengulangan yang konsisten.
2.2.4 Desain Grafis
Desain grafis adalah bidang yang penuh dengan tantangan kreatif dan artistik.
(Danton Sihombing, 2003, hal vii). Istilah desain grafis sekarang lebih dikenal
dengan istilah desain komunikasi visual. Hal ini di sebabkan karena peranannya
adalah untuk mengkomunikasikan pesan atau informasi kepada pembaca dengan
berbagai ketentuan elemen visual. (Supriyono, 2010, hal 9).
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
24
2.2.5 Layout
Dalam pembuatan sebuah buku tentunya tidak terlepas dari sebuah layout. Pada
bukunya yang berjudul “Layout dasar & penerapannya” Rustan mengatakan
bahwa pada dasarnya layout dapat di jabarkan sebagai tataletak elemen-elemen
desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau
pesan yang dibawanya. Me-layout adalah salah satu proses terhadap kerja dalam
desain. (Surianto Rustan, 2008, hal 0).
Dalam buku Layout Dasar & Penerapaannya, Rustan juga menjelaskan
bahwa terdapat lima tahapan proses dalam pembuatan layout, kelima tahapan
tersebut meliput:
1. Konsep Desain
Sebelum memulai suatu proyek desain, seorang desainer yang bekerja pada
perusahaan biasanya akan diberi creative brief tertulis yang fungsinya sama
dengan konsep desain.
2. Media dan Spesifikasinya
Hal yang penting yang harus dilakukan pertama kali setelah mengetahui konsep
desaing adalah menentukan media dan spesifikasi apa yang akan digunakan:
3. Thumnails dan Dummy
Thumnails adalah sketsa layout dalam bentuk mini. Thumnails berguna tidak
hanya untuk memperkirakan letak elemen-elemen layout pada suatu halaman
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
25
tunggal seperti filter, namun termasuk juga urutan dan penggunaan halaman untuk
suatu karya desain publikasi yang lebih kompleks. Seperti buku dan majalah.
Dummy adalah contoh jadi suatu desain. Thumnails merupakan panduan
desain, dummy/mock-up berguna untuk mengantisipsi kesalahan. Keduanya dibuat
sebelum melakukan eksekusi desain komputer.
4. Desktop Publishing
Pada langkah ini salah satu software yang sering di pergunakan adalah InDesign.
InDesign memang diperuntukkan sebagai desktop publishing untuk me-layout
halaman – halaman media publikasi.
5. Percetakan
Pada tahapan ni desainer menentukan teknik cetak yang dianggap paling cocok
dengan desain yang dibuatnya.
Selain itu dalam bukunya, Rustan juga membagi tiga elemen yang terdapat
dalam layout yaitu elemen teks, elemen visual, dan invisible visual. Elemen teks
terdiri dari judul, deck, byline, bodytext, sub judul, pull quotes, dan lainnya. Judul
merupakan sebuah atau beberapa kata singkat yang mengawali sebuah artikel.
(Surianto Rustan, 2009, hal 28).
Elemen visual merupakan elemen kedua yang terdapat dalam layout.
Elemen ini meliputi foto, artworks, infrografis, garis, kontak, inzet, dan poin.
(Surianto Rustan, 2009, hal 53).
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
26
Elemen terakhir dalam layout adalah invisible visual atau elemen tidak
terlihat, yang terdiri dari margin dan grid. Elemen – elemen yang tergolong
sebagai invisible elements ini merupakan fondasi atau kerangka yang berfungsi
sebagai acuan penempatan semua elemen layout. (Surianto Rustan, 2009, hal 63).
2.2.6 Grid System
2.2.7 Elements Of A Grid System
Menurut Amy Graver & Ben Jura (2012, 20), terdapat enam elemen grid system
dalam sebuah layout, yakni meliputi margin, flowlines, columns, modules, spatial
zones, dan markers. Berikut penjelasan dari masing – masing elemen grid system:
1. Margins
Margin merupakan sebuah ruang yang membagi antara tepi halaman dengan
konten pada halaman. Fungisnya agar para desainer dapat memfokuskan perhatian
para pembaca kepada konten mereka. margin bisanya digunakan untuk header
dan footer serta untuk menunjukkan halaman pada buku, Koran, majalah, dan
media lain.
2. Flowlines
Flowlines adalah alignment standar yang membagi halamn secara horizontal dan
memandu pembaca untuk mengetahui keseluruhan dari halaman, serta membantu
desainer membuat dan mengatur layout secara horizontal dan vertikal.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
27
3. Kolom (Columns)
Kolom adalah pembagian area secara vertikal yang membuat pembagian untuk
sebuah konten. Lebar kolom sangat bervariasi, bahakn dalam satu grid, hal ini
dilakukan agar dapat menampung informasi yang lebih spesifik.
4. Modul (Modules)
Modul adalah sebuah satuan ruang yang dipisahkan oleh inteval standar, yang
menciptakan serangkaian kolom dan baris yang berulang-ulang.
5. Zona Ruang (Spatial zones)
Zona ruang atau spatial zones adalah berbeda yang dibentuk dengan
menggabungkan beberapa modul, serta mengatur isi konten agar lebih spesifik
dan konsisten.
6. Penanda (Markers)
Penanda atau markers menentukan sebuah area informasi pada bagian header,
ikon, dan konten lainnya.
Pada umumnya grid merupakan struktur dasar yang berfungsi sebagai
pengatur konten, untuk memudahkan penyampaian informasi pada media buku,
majalan, dll. Grid termasuk dalam invisible elements pada layout.
Dalam bukunya yang berjudul Grids and Page Layout, Javer dan Jura
membagi basic structure dalam grid menjadi 6, yakni single column/manuscript
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
28
grids, multicolumn grids, modular grids, hierarchical grids, baseline grids, dan
compound grids. Berikut penjelasannya:
1. Single-column/Manuscript Grids.
Single columm merupakan bentuk paling sederhana dari grid system. Pada single
column tidak terdapat pembagian, melainkan hanya memuat konten seperti teks.
Bentuk grid seperti ini paling banyak di aplikasikan pada buku atau esai, yang
memungkinkan teks menjadi konten utama pada setiap halaman.
2. Multicolumn Grids.
Multicolumn Grids merupakan multicolumn yang dapat mengatur konten apabila
konten dalam suatu layout terdiri dari berbagai macam materi. Struktur pada
multicolumn grid sangatlah fleksibel.
3. Modular Grids.
Modular grid merupakan gabungan dari grid yang terdiri dari kolom dan baris.
Kombinasi antar keduanya menciptakan serangkaian ruang konten yang disebut
modul. Modul tersebut dapat di gabungkan, baik secara vertikal maupun
horizontal. Hal ini memungkinkan desainer untuk membuat berbagai ukuran yang
berbeda.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
29
4. Hierarchical Grids.
Hierarchical grids menciptakan kesejajaran tertentu dalam materi sebagai metode
pengembangan hirarki informasi. Jenis grid ini dapat memberikan keteraturan dan
membantu menavigasi pembaca, melalui informasi yang akan disajikan.
5. Baseline grids.
Baseline Grids merupakan salah satu jenis grid yang substruktur. Grid awal
membantu keselarasan yang konsisten pada elemen tipografi, dengan membuat
serangkaian baris, berdasarkan ukuran yang digunakan.
6. Compound grids.
Compound grids dibentuk dengan mengintegrasikan beberapa sistem grid menajdi
terorganisis dan sistematis. Compound grids membantu pembaca untuk tetap
fokos dalam membaca konten.
2.2.8 Typography
Secara traditional istilah tipografi berkaitan erat dengan setting huruf dan
percetakannya. Saat ini tipografi di maknai sebagai segala disiplin yang berkenaan
dengan huruf. Makna khusus huruf adalah satuan dalam alfabet, yang dalam
bahasa latin sendiri terdiri dari 26 buah. (Surianto Rustan, 2010, hal 16).
Pada awal mulanya dalam sejarah typography atau font, teks yang ada
hanya ditulis dengan huruf –huruf besar atau majuscule, dan huruf kecil atau
disebut juga dengan miniscule. Minuscule baru ada sekitar tahun 800 yang
didahului dengan munculnya ascender dan descender. Ascender merupakan
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
30
bagian pada huruf lowercase yang mencuat ke atas, keluar dari waist line.
Sedangkan descender merupakan bagian huruf lowercase yang mencuat ke
bawah, keluar dari base line. (Surianto Rustan, 2010, hal 19).
2.4 Penempatan Ascender dan Descender pada font
(http://www.myfirstfont.com/images/glyphterms.gif)
Dalam sebuah font terdapat beberapa istilah, salah satunya serif dan sans
serif. Serif adalah bentuk tambahan pada huruf berupa semcam kait. Ada typeface
yang memiliki serif, namun ada juga yang tidak. Typeface jenis serif muncul lebih
dulu dibandingkan jenis sans serif (tanpa serif). Sans serif baru muncul sekitar
abad ke 18 pada awal kemunculannya, typeface ini disebut dengan grotesk atau
grotesque yang artinya aneh. Bentuk serif menjadi ciri khas yang membedakan
antara typeface satu dengan yang lainnya. (Surianto Rustan, 2010, hal 20).
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
31
Jenis huruf berciri sans serif mulai muncul tahun 1816 sebagai display
type. Huruf ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: grotesque, geometric, dan
humanist. (Surianto Rustan, 2010, hal 49).
2.5 Contoh perbedaan huruf serif dan sans serif
(http://www.gngcreative.com/newsletters/images/serif-sansserif.jpg)
2.3 Fotografi
Photography sendiri berasal dari dua istilah yunani, yakni ‘photo’ yang berasal
dari kata ‘phos’ yang berarti cahaya, dan ‘graphy’ yang berasal dari kata ‘grape’
yang berarti menulis atau menggambar. Secara literatur, definisi dari fotografi
adalah menulis atau menggambar dengan cahaya. Identitas fotografi dapat
disimpulkan melalui kombinasi sesuatu yang secara alami terjadi (cahaya) dengan
praktek yang biasa dilakukan oleh manusia (menulis dan menggambar). (Stephen
Bull, 2010, hal 5).
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
32
Pada dasarnya, fotografi adalah kombinasi dari imajinasi visual dan desain
craft skills, serta praktek kemampuan pengorganisasian. (Michael Langford, 2000,
hal 1).
2.3.1 Image
Image atau gambar adalah elemen grafis yang membuat desain menjadi hidup,
baik sebagai fokus utama dari sebuah halaman atau sebagai elemen pembantu.
Gambar memiliki peran penting dalam pengkomunikasian pesan serta memiliki
faktor penting dalam membangun Identitas visual pada sebuah karya. (Gavin
Ambrose, Paul Harris, 2005, hal 60).
2.4 Buku
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, buku adalah lembar kertas yang berjilid,
berisi tulisan atau tidak. Elemen –elemen layout digunakan dalam buku. Karena
pada umumnya elemen terbanyak adalah bodytext, maka perlu perhatian khusus
dalam memilih dan menatanya. (Surianto Rustan, 2008, hal 122). Melalui elemen
-elemen layout, desainer dapat menyusun pola emphasis berdasarkan emosi dari
masing -masing jenis buku. (Surianto Rustan, 2008, hal 125).
Berbeda dari booklet, penjilidan pada buku harus benar –benar baik agar
lembar -lembar kertasnya tidak tercerai berai. Pemanfaatkan buku sebagai media
informasi sudah sangat umum. Karena memiliki halaman -halaman seperti
booklet, praktis prinsip –prinsip layout yang berlaku pada booklet juga diterapkan
dalam buku. Sistem navigasi dalam sebuah buku amatlah penting untuk memberi
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
33
informasi kepada pembaca, seperti daftar isi, nomor halaman, running text.
(Surianto Rustan, 2008, hal 122).
Pada umumnya, buku dibagi menjadi tiga bagian masing -masing yakni
bagian depan, bagian isi, dan bagian belakang. Masing –masing bagian memiliki
fungsinya tersendiri pada buku. (Surianto Rustan, 2008, hal 123).
2.5 Binding
Binding adalah sebuah proses dimana beberapa halaman kertas dikumpulkan, dan
dijadikan menjadi satu bagian. (Gavin Ambrose, Paul Harris, 2008, hal 165).
Menurut Gavin Ambrose dan Paul Haris dalam bukunya yang berjudul
The Production Design Manual, teknik binding di bagi beberapa jenis, berikut
penjelasan jenis -jenis binding:
1. Spiral, Wiro, and Plastic –Comb Binding
Merupakan teknik binding yang mengikat atau menyatukan kertas dengan cara
melubanginya dan menyatukannya dengan ring yang terbuat dari kawat, atau
plastik.
2. Open Bind
Sebuah teknik binding, dimana buku di ikat tanpa penutup, untuk membiarkan
spine terbuka.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
34
3. Belly Band
Sebuah band yang dicetak dan membungkus sekitaran buku, biasanya teknik ini
digunakan untuk majalah.
4. Singer stitch
Sebuah teknik binding dimana halaman –halamannya di jahit secara bersamaan
pada satu thread terus –menerus.
5. Elastic band
Informal binding, teknik ini menggunakan karet untuk menyatukan halaman
secara bersamaan.
6. Clips and Bolts
Sebuah pengikat yang menahan halaman yang longgar secara bersamaan. Hal ini
menyisipkan lubang penekan seperti bor, baut, atau klip.
7. Perfect Bound
Pada teknik ini, bagian punggung buku dihapus dan diikat dengan perekat yang
fleksibel, yang juga menempel pada kertas bagian belakang. Teknik ini biasanya
digunakan untuk buku –buku novel.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014
35
8. Case or Edition Binding
Sebuah teknik penjilidan buku yang pada umumnya dipakai untuk menjilid buku
–buku hard cover. Teknik ini dilakukan dengan cara menjahit lembaran kertas
dari awal hingga akhir.
9. Saddle stitch
Teknik ini diikat dengan jahitan kawat, diterapkan pada spine di sepanjang
halaman tengah.
Perancangan Buku..., Nurul Kartika Fadilah, FSD UMN, 2014