24
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

  • Upload
    trannhi

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

7

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk memenuhi data dalam skripsi ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan topik yang sama yaitu tentang human trafficking pada kaum

perempuan. Berikut penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis, yaitu

1. Penelitian pertama, Skripsi ditulis oleh Zakiah Putri mahasiswa Ilmu Komunikasi

program studi Jurnalistik dari Universitas Hasanuddin, dengan judul “Representasi

Human Trafficking dan Kekerasan pada Perempuan dalam Novel Galaksi Kinanthi”

tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi human trafficking

dan kekerasan pada Perempuan dalam novel Galaksi Kinanthi dan representasi posisi

subyek-obyek dan posisi pembaca ditampilkan dalam novel Galaksi Kinanthi..

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

menganalisis obyek penelitian yakni novel Galaksi Kinanthi dan mengumpulkan data

pustaka, artikel, dan wawancara. Hasil analisis yang diperoleh dari penggunaan teori

konstruksi sosial Luckmann-Berger adalah teks yang dihasilkan hasil konstruksi yang

melalui tiga tahap yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi sehingga lahirlah teks

trafficking dan kekerasan pada perempuan dalam novel. Representasi posisi subyek-

obyek dan posisi pembaca dilakukan dengan menggunakan metode analisis wacana Sara

Mills. Kemudian dari analisis representasi ini terdapat pesan yang ingin disampaikan

bahwa trafficking terjadi karena faktor kemiskinan dan pendidikan yang rendah, Tingkat

kekerasan yang menimpa perempuan yang bekerja sebagai TKW di luar negeri masih

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 3: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

8

tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa

tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Perbedaan skripsi penelitian pertama dengan

penulis,

2. Penelitian kedua, Thesis ditulis oleh Dian Fitriani Afifah dan Neneng Yani Yuningsih

dari Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran, dengan judul

“Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Pencegahan dan Penanganan Korban

Perdagangan Perempuan (Trafficking) di Kabupaten Garut” tahun 2013. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menghasilkan data tentang penanganan dan pencegahan

trafficking di Kabupaten Garut sebagai salah satu upaya meminimalisir potensi trafficking

yang semakin terbuka di Kabupaten Garut. Metodologi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang dilakukan

melalui studi pustaka dan studi lapangan berdasarkan observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Sedangkan informan ditentukan secara purposive. Hasil secara umum

meperlihatkan akibat lemahnya koordinasi dan kerjasama antar sesama anggota

perdagangan manusia di Kabupaten Garut belum terselesaikan dengan baik. Sehingga

dibutuhkan beberapa tindakan seperti peningkatan kualitas pejabat public; adanya

evaluasi, adanya hukuman; perbaikan dalam perumusan program; dan pemilihan media

sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki kesamaan dengan penelitian

sebelumnya, hanya saja penulis menggunakan pisau Analisis Wacana Kritis Sara Mills

(Eriyanto, 2001, h.200), serta tambahan teori yang berbeda. Analisis yang dilakukan oleh

penulis adalah wacana human trafficking pada kaum perempuan dalam novel Lady In The

Glass karya Laurentia Mira. Adapun teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 4: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

9

adalah teori analisis wacana kritis Sara Mills, dan teori feminism. Selain itu, fokus penelitian

dalam skripsi ini adalah lebih melihat kepada bagaimana peran perempuan di gambarkan

sebagai human trafficking dalam novel Lady In The Glass karya Laurentia Mira, dengan

tujuan setelah penelitian ini human trafficking pada kaum perempuan di Indonesia khusus

nya di kota Bandung berkurang dan di adakan lapangan pekerjaan yang lebih luas untuk

perempuan yang berpendidikan maupun kurang berpendidikan.

Penulis menggunakan pisau Analisis Wacana Kritis Sara Mills (Eriyanto, 2001,

h.199). Berdasarkan analisis wacana yang dilakukan, diketahui bahwa novel Lady In The

Glass melakukan penggambaran secara jelas feminisme terhadap perempuan tentang

perdagangan manusia (human trafficking).

Novel karya Laurentia Mira juga menceritakan kisah nyata yang dilampirkannya

melalui sebuah karya tulisan yang bertema hukum. Dalam novel ini, dikisahkan bagaimana

kisah Ella yang sejak kecil dijual orang tuanya kepada para pelaku human trafficking.

Bermula dari Ali Pandawa, ayah Ella, yang bekerja sebagai buruh nelayan dan

berpenghasilan rendah. Mengalami kesulitan ekonomi, yang membuat Ali merelakan istri

dan anak perempuannya dibawa seorang pria "sponsor" pengiriman tenaga kerja Indonesia.

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 5: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

10

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Penulis

(Sumber : Olahan Penulis)

KETERANGAN PENELITIAN I PENELITIAN II PENELITIAN PENULIS

Judul Penelitian Representasi Human

Trafficking dan Kekerasan

pada Perempuan dalam

Novel Galaksi Kinanthi

Analisis Kebijakan

Pemerintah Tentang

Pencegahan dan

Penanganan Korban

Perdagangan

Perempuan

(Trafficking) di

Kabupaten Garut

Wacana Human

Trafficking pada Kaum

Perempuan di Novel Lady

In The Glass karya

Laurentia Mira

Penelitian dari Universitas Hasanuddin,

2007

Departemen Ilmu

Pemerintahan FISIP

Universitas

Padjadjaran, 2013

Universitas Multimedia

Nusantara, 2017

Teori / konsep

yang digunakan

Teori konstruksi sosial

Luckmann-Berger

Nilai, fakta dan

tindakan dari

kebijakan

pemerintah

Analisis wacana Sara

Mills, Human Trafficking

dalam Media Massa,

Human Trafficking, Teori

Feminisme

Metodologi Deskriptif kualitatif,

mengumpulkan data pustaka,

artikel, dan wawancara

Deskriptif dengan

pendekatan

kualitatif, studi

pustaka dan studi

Kualitatif, dan analisis

wacana kritis

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 6: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

11

lapangan

Pengumpulan

Data

Eksternalisasi, objektivasi,

dan internalisasi

Observasi,

wawancara, dan

dokumentasi

Diseleksi, Diklasifikasi,

Dianalisis,

Diinterpretasikan, Ditarik

kesimpulan

Narasumber Tasaro selaku penulis Novel

Galaksi Kinanthi

Ketua Komisi IV

DPRD Kabupaten

Garut; Asisten

Daerah Bidang

Kesejahteraan

Masyarakat

Sekretaris Daerah;

Bidang Pelayanan

Umum P2TP2A;

Kepala Sub Bidang

Pemberdayaan

Perempuan

BKBPP; Ketua

LSM Lepas; Pelaku

(Trafficker); Kepala

Sub Bidang

Ketenagakerjaan

Dinsosnakertrans

Laurentia Mira selaku

penulis Novel Lady In The

Glass

Hasil

Penelitian

Hasil analisis yang diperoleh

dari penggunaan teori

konstruksi sosial Luckmann-

Berger adalah teks yang

dihasilkan penulis dalam

novel ini adalah hasil

Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa Kabupaten

Garut telah

mengeluarkan

beberapa kebijakan

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 7: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

12

konstruksi yang melalui tiga

tahap yaitu eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi

sehingga lahirlah teks

trafficking dan kekerasan

pada perempuan dalam

novel.

namun faktanya

hingga saat ini

permasalahan

perdagangan

manusia belum

terselesaikan

dengan baik.

2.2 Teori dan Konsep

2.2.1 Teori Feminis

Sebagian masyarakat masih berasumsi feminisme adalah gerakan

pemberontakan kaum perempuan terhadap kaum laki-laki. Feminisme dianggap

sebagai usaha pemberontakan kaum perempuan untuk mengingkari apa yang disebut

sebagai kodrat atau fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang ada, atau institusi

rumah tangga, seperti perkawinan dan lain sebagainya (Fakih, 2007, h.81).

Berdasarkan asumsi tersebut, gerakan feminism tidak mudah diterima oleh masyarakat.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep feminisme tersebut perlu diluruskan.

Pemahaman konsep terhadap feminisme yang sesuai diharapkan akan

membuka cakrawala masyarakat tentang gerakan feminisme secara seimbang.

Feminisme berarti memiliki sifat keperempuan. Feminisme diwakili oleh

persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibandingkan laki-laki yang terjadi

di masyarakat. Akibat dari persepsi itu, timbul berbagai upaya untuk mengkaji

ketimpangan tersebut serta menemukan cara untuk menyejajarkan kaum perempuan

dan laki-laki sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka sebagai manusia.

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 8: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

13

Para feminis mengakui bahwa gerakan feminisme merupakan gerakan yang

berakar pada kesadaran kaum perempuan.Perempuan sering berada dalam keadaan

ditindas dan dieksploitasi sehingga penindasan dan eksploitasi terhadap kaum

perempuan harus diakhiri.Selain itu, gerakan feminism bertujuan untuk

memperjuangkan kesetaraan dan kedudukan martabat perempuan dengan laki-laki,

serta kebebasan untuk mengontrol raga dan kehidupan mereka sendiri baik di

dalam maupun di luar rumah. Harsono dalam Mustaqim (2008, h.84)

mengatakan bahwa feminism sebenarnya merupakan konsep yang timbul dalam

kaitannya dengan perubahan sosial (social change), teori-teori pembangunan, kesadaran

politik perempuan dan gerakan pembebasan kaum perempuan, termasuk pemikiran

kembali institusi keluarga dalam konteks masyarakat modern dewasa ini. Mustaqim

(2008, h.85) mengatakan bahwa feminisme merupakan paham yang ingin menghormati

perempuan sehingga hak-hak dan peranan mereka lebih optimal dan setara, tidak ada

diskriminasi, marginalisasi dan subordinasi. Sejalan dengan pendapat tersebut,

Bashin dan Khan dalam Mustaqim (2008, h.4) mangatakan bahwa feminisme

didefinisikan sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap

perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan

sadar oleh perempuanmaupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut sehingga

terjadi suatu kondisi kehidupan harmoni antara laki-laki dan perempuan, bebas dari

segala bentuk subordinasi, marginalisasi, dan diskriminasi.

Secara etimologis, feminism berasal dari kata Femme (woman), perempuan

(tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak)

sebagai kelas sosial. Feminisme adalah paham perempuan yang berupaya

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 9: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

14

memperjuangkan hak-haknya sebagai kelas sosial.Adapun dalam hubungan ini perlu

dibedakan antara male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis dan hakikat

alamiah), masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis dan cultural).

Sementara itu, masculine–feminine mengacu kepada jenis kelamin atau gender

sehingga he dan she (Selden dalam Sugihastuti, 2000, h.32)

Teori feminisme memfokuskan diri pada pentingnya kesadaran mengenai

persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam semua bidang.Teori ini

berkembang sebagai reaksi atas fakta yang terjadi di masyarakat, yaitu adanya

konflik kelas, ras, dan terutama adanya konflik gender.Feminisme mencoba untuk

menghilangkan pertentangan antara kelompok yang lemah yang dianggap lebih kuat.

Lebih jauh lagi, feminisme menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat

patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki

(Ratna, 2007, h.186).

Teori feminisme memperlihatkan dua perbedaan mendasar dalam melihat

perempuan dan laki-laki.Ungkapan male-female yang memperlihatkan aspek biologis

sebagai hakikat alamiah, kodrati.Adapun ungkapan masculine-feminine merupakan

aspek perbedaan psikologis dan kultural (Ratna, 2002, h.184).Kaum feminis radikal-

kultural menyatakan bahwa perbedaan seks/gender mengalir bukan semata-mata dari

faktor biologis, melainkan juga darisosialisasi atau sejarah keseluruhan menjadi

perempuan di dalam masyarakat yang patriarkhal (Tong, 2008, h.71). Simon de

Beauvoir menyatakan bahwa dalam masyarakat patriarkal, perempuan ditempatkan

sebagai yang Lain atau Liyan, sebagai manusia kelas dua (deuxime sexe)yang lebih

rendah menurut kodratnya (Selden dalam Muslikhati, 2004, h.37).Kedudukan sebagai

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 10: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

15

Liyan mempengaruhi segala bentuk eksistensi sosial dan kultural perempuan

(Cavallaro, 2001, h.202).

Masyarakat patriarkal menggunakan fakta tertentu mengenai fisologi

perempuan menggunakan fakta tertentu mengenai fisiologi perempuan dan laki-laki

sebagai dasar untuk perempuan membangun serangkaian identitas dan perilaku

maskulin dan feminine yang diberlakukan untuk memperdayakan laki-laki di

satu sisi dan melemahkan di sisi lain. Masyarakat patriarkal meyakinkan dirinya

sendiri bahwa konstruksi budaya adalah “alamiah” dan karena itu “normalitas”

seseorang tergantung pada kemampuannya untuk menunjukkan identitas dan perilaku

gender. Perilaku ini secara kultural dihubungkan dengan jenis kelamin biologis

seseorang. Masyarakat patriarkal menggunkan peran gender yang kaku untuk

memastikan perempuan tetap pasif (penuh kasih sayang, penurut, tanggap terhadap

simpati dan persetujuan, ceria, baik, ramah) dan laki-laki tetap aktif (kuat, agresif,

penuh rasa ingin tahu, ambisius, penuh rencana, bertanggung jawab, orisinil,

kompetitif) (Tong, 2008, h.72-73).

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori feminism khususnya yang ditulis

oleh June Hannam (2007, h.22) di dalam bukunya Feminism. Penulis menganggap teori

ini sesuai dengan isi novel yang akan di analisis.

2.2.1.1 Teori Feminisme

Feminisme Sosialis merupakan sintesis dari feminisme radikal dan feminism

marxis. Asumsi dasar yang dipakai adalah bahwa hidup di dalam masyarakat yang

kapitalistik bukan satu-satunya penyebab utama bagi keterbelakangan perempuan,

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 11: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

16

Feminisme sosialis memandang bahwa perempuan mengalami penurunan

(reducing process)dalam hubungan masyarakatnya, dan bukan perubahan radikal atau

perjuangan kelas (Mustaqim, 2008, h.102).

Feminisme sosialis-Marxis mendapat pengaruh yang cukup kuat dari feminisme

radikal. Sumbangan pengaruh feminisme radikal terhadap feminisme sosialis-Marxis di

antaranya ada pada soal pertanyaan-pertanyaan kritis seputar dominasi laki-laki yang

begitu kuat sepanjang sejarah dalam hal seksualitas, hubungan-hubungan interpersonal,

dan ideologi. Di level teori, konsep woman question dari kaum sosialis telah menjadi

salah satu pijakan utama yang digunakan oleh para feminis sosialis/Marxis hingga saat

ini. Namun, menurut Vogel (2013, h.7-8), bangunan teori tradisional sosialis belum

mencukupi untuk menjawab woman question ini, sebagaimana yang kemudian ditemukan

oleh para feminis sosialis-Marxis. Adapun pertanyaan-pertanyaan sulit yang diajukan

oleh feminis sosialis-Marxis terkait dengan woman question ini, menurut Vogel, berpusat

pada tiga hal yang saling berhubungan.

Vogel(2013, 8-9) Pertama, semua perempuan, bukan hanya perempuan kelas

pekerja, mengalami penindasan di dalam masyarakat kapitalis. Dalam hal ini, pertanyaan

yang muncul ialah apa yang menjadi akar dari penindasan perempuan dan bagaimana

karakter yang lintas kelas dan sejarah tersebut dapat dipahami secara teoritis. Kedua,

pembagian kerja secara seksual ada di setiap masyarakat: laki-laki dan perempuan

melakukan kerja yang berbeda-beda dimana perempuan cenderung bertanggung jawab

pada soal pengurusan dan perawatan anak serta pekerjaan-pekerjaan domestik lainnya di

dalam rumah tangga, sementara mereka juga mungkin terlibat di dalam kegiatan

produksi. Pertanyaan yang muncul ialah mengenai hubungan pembagian kerja secara

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 12: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

17

seksual ini dengan penindasan terhadap perempuan, bagaimana perempuan dapat benar-

benar mencapai kesetaraan ketika beban kerja pengurusan dan perawatan anak ada di

pundaknya, serta apakah gagasan mengenai kesetaraan harus dibuang agar perempuan

dapat terbebaskan. Ketiga, penindasan terhadap perempuan mengandung analogi yang

kuat dengan penindasan terhadap kelompok-kelompok rasial, sebagaimana juga

ekspolitasi yang terjadi pada kelas-kelas yang subordinat. Terkait hal ini, pertanyaan

yang muncul ialah apakah penindasan secara seksual, rasial dan kelas secara esensi

merupakan hal yang sama serta apakah penindasan perempuan memiliki karakter

teoritikal yang spesifik. Selain itu, pertanyaan lain yang muncul ialah bagaimana

hubungan antara perjuangan melawan penindasan terhadap perempuan dengan

perjuangan untuk pembebasan nasional dan sosialime.

Feminis Marxis ataupun sosialis mencuatkan isu pada kesenjangan ekonomi,

hak milik properti, kehidupan keluarga dan domestik di bawah sistem

kapitalisme dan kampanye tentang pemberian upah bagi pekerjaan-pekerjaan

domestik. Gerakan ini dikritik karena hanya melihat relasi kekeluargaan yang semata-

mata eksploitasi kapitalisme, dimana perempuan memberikan tenaganya secara

gratis. Feminis Marxis dan sosialis mengabaikan unsur-unsur cinta, rasa aman dan

rasa nyaman, yang padahal juga berperan penting dalam pembentukan sebuah

keluarga. Ideologi ini hanya menekankan fokus pada eksploitasi dalam kapitalisme

dan ekonomi. Bukan memberi perhatian lebih pada masalah gender, justru

berkonsentrasi pada analisis kelas. (Nope, 2005, h.152)

Feminisme adalah sebuah paham yang muncul ketika wanita menuntut untuk

mendapatkan kesetaraan hak yang sama dengan pria. Istilah ini pertama kali

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 13: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

18

digunakan di dalam debat politik di Perancis di akhir abad 19. Menurut June Hannam

(2007, h.22) di dalam buku Feminism, kata feminisme bisa diartikan sebagai:

1. A recognition of an imbalance of power between the sexes, with woman in a

subordinate role to men. (Pengakuan tentang ketidakseimbangan kekuatan antara dua

jenis kelamin, dengan peranan wanita berada dibawah pria.)

2. A belief that woman condition is social constructed and therefore can be changed.

(Keyakinan bahwa kondisi wanita terbentuk secara sosial dan maka dari itu dapat

diubah.)

3. An emphasis on female autonomy. (Penekanan pada otonomi wanita.)

Di bidang kajian budaya, perspektif feminis telah merambah banyak bidang.

Banyak inovasi terbaru tentang studi perempuan di seperti opera sabun, novel romansa

dan majalah perempuan dan khalayak. Usaha akademis feminis secara intrinsik politik.

Pada tahun-tahun awal gerakan feminis ini dihidupkan kembali, penelitian,teks , dan

aktivis politik adalah praktek umum.

Dengan penelitian tersebut, terdapat hubungan timbal balik antara teori, politik

dan aktivisme, komitmen akademisi feminis untuk memiliki pekerjaan mereka

memberikan kontribusi untuk tujuan feminis yang lebih besar, namun mendefinisikan

antara garis kabur feminis sebagai akademik dan feminis sebagai aktivis, yang

membedakan perspektif tentang media dari perspektif lain yang mungkin.

Kesadaran feminis di Jepang merupakan bagian dari perlawanan perkembangan

modernisasi (Mackie, 2003, h.2). Dalam membentuk negara modern industrialisasi,

wanita dideskripsikan sebagi “istri yang baik dan ibu yang bijaksana yang

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 14: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

19

perannya adalah untuk reproduksi dan mengurus anak. Mereka berperan sebagai

pendukung pasif dalam pembentukan “negara yang kaya dan tentara yang kuat”.

Wanita lainnya tertarik untuk mencari tahu arti individualisme bagi wanita

dan kegiatan seksualitas wanita. Para “wanita baru” ini menghadapi dilema tentang

wanita aktif heteroseksual dan berdebat tentang pengontrolan reproduksi dalam

percobaan mereka di dekade pertama pada abad ke-20. Mereka berpendapat bentuk

kebijakan sosial untuk wanita diperlukan untuk mencapai kemerdekaan tanpa harus

mengorbankan peran reproduksi mereka dan beberapa bergerak di dalam kampanye

tentang hak pilih wanita. (Mackie, 2003, h.4)

Selain itu, perempuan bagi aliran ini dalam keluarga di tempatkan

hanya dalam sektor domestik untuk mengurus rumah tangga. Perempuan dalam

rumah tanggapun dalam pekerjaannya tidak diperhitungkan dalam perhitungan

ekonomi, sosial, dan politik. Dengan tidak adanya nilai ekonomis, sosial, dan politik

dalam kehidupan berumah tangga maka perempuan dianggap tidak lebih

bernilai dibanding laki-laki. Laki-laki dianggap lebih bernilai karena memiliki

pekerjaan yang ekonomis dan memberi masukan nafkah kepada keluarga. Oleh

karena itu, perjuangan feminis marxis adalah menuntut agar pekerjaan rumah

tangga dihargai dan bernilai ekonomis. Sebab pekerjaan rumah tangga adalah

produktif dan menciptakan surplus velue atau nilai tambah dalam kehidupan berumah

tangga. Dengan cara itu, laki-laki dan perempuan berkedudukan sama karena

secara ekonomis keduanya mempunyai pekerjaan yang sama nilai ekonomis. (Keraf,

2010, h.150)

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 15: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

20

Dalam pandangan Margaret Benston (1865), perempuan harus diberi pekerjaan

yang bernilai ekonomi dalam ranah publik, tetapi apabila tugas rumah tangga masih

dibebankan sepenuhnya kepada perempuan maka hal ini akan menambah beban

pekerjaannya. Sehingga feminis marxis memiliki solusi lainnya, yaitu pekerjaan

rumah tangga tidak dilakukan secara sendiri oleh perempuan.

Feminisme ini adalah basis teori dari gerakan pembebasan perempuan. Untuk

membahas permasalahan diatas, penulis mencoba menjelaskan menggunakan aliran

feminist Marxis, karena fokus aliran ini, menuntut adanya pembebasan wanita.

Pembebasan terhadap kaum wanita tersebut karena wanita disingkirkan secara ekonomi.

Di beberapa negara di dunia, perempuan hampir seluruhnya terkungkung di dalam

rumah, dirampas hak demokratis dan ekonominya, dan akhirnya menjadi seorang pekerja

seks sebagai korban penindasan laki-laki. Feminist Marxis dan sosialis percaya bahwa

opresi terhadap perempuan bukanlah hasil tindakan sengaja dari satu individu, melainkan

produk dari struktur politik, sosial, dan ekonomi tempat individu itu hidup (Tong, 1998,

h.139).

2.2.2 Analisis Wacana

Wanita cenderung ditampilkan dalam teks sebagai pihak yang salah, marjinal

dibandingkan dengan pihak laki-laki. Ketidakadilan dan penggambaran yang buruk

mengenai wanita inilah yang menjadi sasaran utama dari tulisan Sara Mills. Sara Mills

banyak menulis tentang teori wacana, titik perhatian utamanya mengenai feminisme :

bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik novel, gambar, foto, ataupun dalam

berita. Banyak berita menampilkan wanita sebagai obyek pemberitaan. Titik perhatian

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 16: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

21

dari analisis wacana feminis adalah bagaimana teks bias dalam menampilkan,

menggambarkan serta bagaimana wanita dimarjinalkan.

Sara Mills melihat bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks. Posisi-

posisi ini dalam arti siapa yang menjadi “subyek” penceritaan dan siapa yang menjadi

“obyek” penceritaan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna

diperlakukan dalam teks secara keseluruhan. Selain posisi-posisi aktor dalam teks, Mills

juga memusatkan perhatian pada bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam

teks. Bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan

teks. Posisi semacam ini akan menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan

mempengaruhi bagaimana teks itu hendak dipahami dan bagaimana pula actor sosial ini

ditempatkan. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang ditempatkan dan

ditampilkam dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan illegitimate.

(Eriyanto, 2009, h.200)

Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam

pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah

pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” (Sobur, 2006, h.10).

Menurut Sudjiman dalam Sobur (2006, h.12), wacana disebut transaksional jika

yang dipentingkan ialah isi komunikasi, dan disebut interaksional jika yang dipentingkan

hubungan timbal balik antara penyapa (addresser) dan pesapa (addressee). (Sobur,2006,

h.12)

Sara Mills banyak dipengaruhi oleh teori wacana yang dikemukakan oleh

Foucault. Pada awalnya teori Foucault dianggap terlihat rancu ketika diadaptasi ke dalam

teori feminis karena karya Foucault hanya menyentuh sedikit saja masalah hysteria

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 17: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

22

perempuan, serta kesulitan pemahaman dalam perumusan agenda politik yang dijelaskan

dalam teori Foucault. Namun, pada umumnya teoritisi feminism berupaya menganalisa

relasi kuasa dan cara bagaimana perempuan sebagai individu dan anggota kelompok akan

menegosiasikan relasi kuasa tersebut. Karya feminis belakangan ini tidak lagi

memandang perempuan hanya sebagai kelompok yang tertindas dan sebagai korban

dominasi laki-laki, namun beberapa karya mencoba merumuskan cara-cara menganalisis

kekuasaan ketika kekuasaan itu menampakkan dirinya dan ketika kekuasaan itu

mendapat tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis Foucault tentang kekuasaan,

seperti yang ditulis oleh Mills dalam bukunya, sangat berpengaruh di kalangan teoritis

feminis, karena teorinya member kemungkinan untuk mengembangkan suatu model

relasi kekuasaan yang cukup kompleks dan dapat menyentuh berbagai variabel lain,

seperti ras dan kelas tanpa harus memprioritaskan salah satunya.

2.2.2.1 Pendekatan Analisis Wacana

Wacana diartikan sebagai domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua

ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata (Sobur,

2006, h.11). Guy Cook menyebut ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana :

teks, konteks, wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang

tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, gambar,

efek suara, dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di

luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi

dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Wacana

disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Titik perhatian dari

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 18: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

23

analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam

suatu proses komunikasi (Eriyanto, 2009, h.9).

Keberadaan konteks dalam suatu struktur wacana menunjukkan bahwa teks

tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Gejala ini yang

menyebabkan suatu wacana menjadi utuh dan lengkap. Konteks, dengan demikian,

berfungsi sebagai alat bantu memahami dan menganalisis wacana (Mulyana, 2005, h.10).

Dalam menganalisis media massa , maka penulis menggunakan model analisis Sara

Mills, karena Mills melihat pada bagaimana posisi aktor ditempatkan dalam teks. Posisi-

posisi itu dalam arti siapa yang menjadi obyek penceritaan, akan menentukan bagaimana

struktur teks dan bagaimana makna diperlakukan dalam teks secara keseluruhan.

(Eriyanto, 2009, h.200)

Sara Mills telah dikenal sebagai salah satu penulis teori wacana yang lebih banyak

memusatkan perhatian pada wacana mengenai feminism; bagaimana perempuan

ditampilkan dalam teks. Oleh karena itu apa yang dilakukan oleh Sara Mills sering juga

disebut sebagai pandangan teori feminis. Titik perhatian dari perspektif wacana feminis

adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan perempuan.

Seperti analisis wacana lain, Sara Mills menempatkan representasi sebagai bagian

terpenting dari analisisnya. Bagaimana satu pihak, kelompok, orang, gagasan, atau

peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana berita yang mempengaruhi

pemaknaan ketika diterima oleh khalayak. Akan tetapi berbeda dengan analisis dari

tradisi critical linguistic yang memusatkan perhatian pada struktur kata, kalimat, atau

kebahasaan, Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi berbagai actor sosial, posisi

gagasan, atau peristiwa ditempatkan dalam teks. (Eriyanto, 2009, h.200).

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 19: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

24

2.2.2.2 Human Trafficking dalam Media Massa

Selama ini, Human trafficking sering disalah artikan sebagai bentuk

penyelundupan orang secara ilegal. Sebenarnya, arti human trafficking lebih dari itu. para

pelaku sering memindahkan para korban mereka dari satu tempat ke tempat lain dengan

tidak ada rasa berdosa sedikit pun. Yang menjadi korban human trafficking adalah orang-

orang yang dieksploitasi melalui kekerasan, penipuan, dan paksaan. Para pelaku

mengambil keuntungan dari para korban dengan cara menjual mereka menjadi pekerja

seks atau pekerja paksa (Farrell, 2011).

Salah satu wadah untuk menayangkan atau menyajikan kasus-kasus mengenai

human trafficking adalah media. Berdasarkan situs resmi milik The United Nations

Global Initiative to Fight Human trafficking (UN.GIFT), media selalu memiliki peran

dalam mendidik orang-orang tentang banyak manifestasi perdagangan manusia sebagai

isu global, media menyajikan semua masalah mengenai manusia dan semua hal yang

menyakitkan dari mereka. Namun, liputan media masih lemah dalam beberapa bagian

dunia. Beberapa berita media masih lemah dalam hal belum menyadari mengenai human

trafficking atau masih bingung dengan isu-isu lain seperti migrasi ilegal dan

penyelundupan orang asing. Sebenarnya, media memiliki peranan yang besar untuk

mendominasi dukungan publik dan keterlibatan mereka untuk membantu mencegah dan

memerangi perdagangan manusia. Karena jangkauan dan kemampuan untuk meraih

pendapat publik itulah, alat yang ampuh untuk melakukan perubahan sosial. Jurnalisme

investigatif pada perdagangan manusia perlu dipromosikan. Namun, publisitas media

harus mempertimbangkan pendekatan terhadap hak dan memastikan bahwa tidak ada

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 20: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

25

pelanggaran pada hak-hak para korban. Jadi, ada kebutuhan untuk mengembangkan

standar minimum untuk media dalam memberitakan mengenai human trafficking (How

The Media Reports Human trafficking, 2006).

2.2.2.3 Human Trafficking

Pengertian perdagangan manusia (human trafficking) mempunyai arti yang

berbeda bagi setiap orang. Perdagangan manusia meliputi sederetan masalah dan isu

sensitif yang kompleks yang ditafsirkan berbeda oleh setiap orang, tergantung sudut

pandang pribadi atau organisasinya. (Rosenberg, 2003)

Pada masa lalu, masyarakat biasanya berfikir bahwa perdagangan manusia adalah

memindahkan perempuan melewati perbatasan, di luar keinginan mereka dan memaksa

mereka memasuki dunia prostitusi. Seiring berjalannya waktu masyarakat lebih

memahami mengenai isu perdagangan manusia yang kompleks dan sekarang melihat

bahwa pada kenyataannya perdagangan manusia melibatkan berbagai macam situasi.

Perluasan definisi perdagangan sebagaimana dikutip dari Wijers dan Lap-Chew

yaitu perdagangan sebagai perpindahan manusia (khususnya perempuan dan anak),

dengan atau tanpa persetujuan orang bersangkutan, di dalam suatu negara atau ke luar

negeri, untuk semua bentuk perburuhan yang eksploitatif, tidak hanya prostitusi dan

perbudakan yang berkedok pernikahan (servile marriage). (Rosenberg, 2003)

Definisi yang luas ini menunjukkan bahwa lebih banyak orang Indonesia yang

telah mengalami kekerasan yang berkaitan dengan perdagangan manusia daripada yang

diperkirakan sebelumnya. Hal ini membawa kepada suatu konsepsi baru mengenai

perdagangan. Kerangka konseptual baru untuk perdagangan ini melambangkan

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 21: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

26

pergeseran dalam beberapa situasi dibawah ini yang didasari atas poin-poin yang

diberikan Wijers dan Lap-Chew:

1. Dari “Perekrutan” menjadi “Eksploitasi”

Kerangka tersebut berkembang dari mengkonseptualisasi perdagangan sebagai

sekedar perekrutan menjadi kondisi eksploitatif yang dihadapi seseorang sebagai

akibat perekrutannya. Pada tahun 1904 dibuat konvensi internasional pertama anti

perdagangan,yaitu International Agreement for the Suppression of The White

Slave Trade (Konvensi Internasional untuk Memberantas Perdagangan Budak

Berkulit Putih). Samillsn konvensi ini adalah perekrutan internasional yang

dilakukan terhadap perempuan, di luar kemauan mereka, untuk tujuan eksploitasi

seksual. Kemudian pada tahun 1910 dibuat konvensi yang bersifat memperluas

konvensi tahun 1904 dengan memasukkan perdagangan perempuan di dalam

negeri. Kedua konvensi ini membahas proses perekrutan yang dilakukan secara

paksa atau dengan kekerasan terhadap perempuan dewasa untuk tujuan eksploitasi

seksual.

2. Dari “Pemaksaan” menjadi “dengan atau tanpa persetujuan”

Kerangka tersebut juga berubah dari mensyaratkan bahwa perdagangan harus

melibatkan unsur penipuan, kekerasan atau pemaksaan, menjadi pengakuan

bahwa seorang perempuan dapat menjadi korban perdagangan bahkan jika ia

menyetujui perekrutan dan pengiriman dirinya ketempat lain.

3. Dari “prostitusi” menjadi “perburuhan yang informal dan tidak diatur oleh

hukum”

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 22: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

27

Pada tahun 1994, PBB mengesahkan suatu resolusi mengenai “perdagangan

perempuan dan anak” yang memperluas definisi perdagangan sehingga

memasukkan eksploitasi yang tidak hanya untuk tujuan prostitusi saja tetapi juga

untuk semua jenis kerja paksa. Dalam resolusi ini perdagangan didefinisikan

sebagai “tujuan akhir dari memaksa perempuan dan anak perempuan masuk

kedalam situasi yang menekan dan eksploitatif dari segi ekonomi ataupun

seksual”

4. Dari “kekerasan terhadap perempuan” menjadi “pelanggaran hak asasi

manusia”

Perubahan dalam kerangka konseptual menunjukkan pergeseran dari memandang

perdagangan sebagai suatu isu yang sering dianggap sebagai isu domestik dan

berada di luar yuridiksi negara menjadi suatu pelanggaran terhadap hak asasi

manusia yang mendasar.

5. Dari “Perdagangan Perempuan” menjadi “Migrasi Ilegal”

Pergeseran paradigma ini terutama menunjukkan perubahan dalam persepsi

Negara-negara penerima terhadap perdagangan sebagai suatu isu migrasi ilegal

dan penyelundupan manusia. Perubahan ini mempunyai konsekuensi negatif.

Dengan memusatkan perhatian hanya kepada status migrasi saja, kerangka yang

berubah ini mengabaikan sebagian aspek penting dalam perdagangan, yaitu

pertama, ada banyak kasus perdagangan dimana perempuan masuk ke negara

tujuan secara sah. Persepsi ini juga tidak memperhitungkan kemungkinan

perdagangan domestik. Kedua, dan mungkin yang paling penting, kerangka ini

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 23: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

28

menjauhkan perhatian dari korban. Tindak kejahatan tersebut menjadi salah satu

dari migrasi ilegal dimana korban adalah pelaku dan negara menjadi korban.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan karena penulis ingin melihat bahwa human trafficking

pada kaum perempuan di novel lady in the glass menjadi faktor yang penting untuk

pemerintah lebih membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi kaum perempuan bukan

dilihat dari yang berpendidikannya saja.

Selain itu, penulis juga ingin melihat bagaimana cara Laurentia Mira (penulis

novel lady in the glass) memandang korban human trafficking pada kaum perempuan di

Bandung sebelum dia menjadikan mereka sebagai nama yang disamarkan dalam

penulisan novelnya tersebut.

Menurut Black’s Law Dictionary (1979, h.13), “Victims is The person who is the

object of a crime or tort, as the victim of robbery is the person robbed”, sedangkan

menurut Muladi, sebagaimana dikutip oleh Suryono Ekatama (1979, h.176), yang

dimaksud dengan korban adalah seseorang yang telah menderita kerugian sebagai akibat

suatu kejahatan dana tau yang rasa keadilannya secara langsung telah terganggu sebagai

akibat pengalamannya sebagai target / sasaran kejahatan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi kualitatif agar lebih bisa

menulusuri kisah yang tergambarkan oleh Laurentia Mira sebelum karya nya muncul

sebagai novel Lady In The Glass. Penulis melakukan wawancara terhadap Laurentia Mira

terkait penulis novel Lady In The Glass.

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017

Page 24: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5207/2/BAB II.pdf8 tinggi, Perempuan adalah korban utama dari trafficking dan kekerasan yang menimpa tenaga kerja

29

Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran

Wacana Human Trafficking pada Kaum Perempuan

Teori Feminisme

1. Teori Feminisme Sosial – Marxis

Teori Analisis Wacana Kritis

Sara Mills

1. Posisi Subyek-Obyek

2. Posisi Pembaca

Wacana Human Trafficking pada Kaum

Perempuan di Novel Lady In The Glass

karya Laurentia Mira

PARADIGMA KRITIS

Konsep Human Trafficking

1. Karakteristik Human Trafficking

2. Kekuatan Human Trafficking

Di Novel Lady In The Glass karya Laurentia Mira

Wacana Human Trafficking..., Mizan Amalia Putri, FIKOM UMN, 2017