42
1 KARYA TULIS MAHASISWA UPAYA MENGEMBALIKAN KUALITAS AIR TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOREMEDIASI (DENGAN BANTUAN BAKTERI) OLEH : 1. LA ODE MUHAMMAD ADE PUTRA (I1 A1 06 019) 2. FATMA (I1 A1 06 008) 3. SAFRIAL (I1 A1 07 045) FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

LKTM revisi baru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LKTM revisi baru

1

KARYA TULIS MAHASISWA

UPAYA MENGEMBALIKAN KUALITAS AIR TAMBAK UDANG

WINDU (Penaeus monodon) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK

BIOREMEDIASI (DENGAN BANTUAN BAKTERI)

OLEH :

1. LA ODE MUHAMMAD ADE PUTRA (I1 A1 06 019)

2. FATMA (I1 A1 06 008)

3. SAFRIAL (I1 A1 07 045)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2 0 0 9

Page 2: LKTM revisi baru

2

HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah ini dengan judul “UPAYA MENGEMBALIKAN

KUALITAS AIR TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK BIOREMEDIASI (DENGAN BANTUAN

BAKTERI)” disusun oleh LA ODE MUHAMMAD ADE PUTRA ( I1 A1 06

019) dan telah disetujui oleh dosen Pembimbing, Pembantu Dekan III Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan serta diketahui oleh Pembantu Rektor III.

Kendari, Januari 2009

Menyetujui ;

Pembantu Dekan III Dosen Pembimbing

Harmin Hari, S.P., M.Si. Harmin Hari, S.P.,M.Si NIP. 123 243 333 NIP. 123 243 333

Mengetahui

Pembantu Rektor III

Prof. Dr. La Iru SH. M.SiNIP. 131 646 787

Page 3: LKTM revisi baru

3

KATA PENGANTAR

Alahmdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ilmiah dengan judul ” UPAYA

MENGEMBALIKAN KUALITAS AIR TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus

monodon) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOREMEDIASI (DENGAN

BANTUAN BAKTERI)” dapat terselesaikan. Karya ini dimaksudkan untuk

pengembangan pengetahuan dan pemahaman tentang perbaikan kualitas air tambak yang

ekonomis dan efektif.

Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bimbingan dan

bantuan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada bapak Harmin Hari, S.P.,M.Si. selaku dosen mata kuliah

sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah tulus membimbing dan

memberikan motivasi penulis, Kemudian penulis juga haturkan terima kasih

kepada teman-teman dari program studi manajemen sumberdaya perairan dasn

program studi budidaya perairan angkatan 2006 yang telah memberi banyak

informasi mengenai objek penulisan karya tulis ini

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari

berbagai pihak yang sifatnya membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

semua dalam upaya pengembangan kreativitas dan nalar ilmiah.

Kendari, januari 2009

Penulis,

Page 4: LKTM revisi baru

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v

RINGKASAN............................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang...................................................................... 1

Gagasan Kreatif ................................................................... 2

Rumusan Masalah ............................................................... 3

Tujuan dan Manfaat ............... ............................................ 3

II. LANDASAN TEORI

peluang ekspor udang windu............................................ 4

permasalahan tambak indonesia....................................... 4

bioremediasi...................................................................... 6

III. PEMBAHASAN.................................................................... 8

IV. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan................................................................ 14

5.2. Saran/Rekomendasi................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: LKTM revisi baru

5

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Gambar 1. Tambak yang mengalami penurunan kualitas air ……… 4

Page 6: LKTM revisi baru

6

RINGKASAN

Kegiatan budidaya adalah sebuah jalan dalam proses pemeliharaan untuk

meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan,

perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan

penyakit dan sebagainya. Kegiatan budidaya dapat dilaksanakan di lingkungan air

payau, air tawar dan air laut. Pemilihan jenis (spesies) tertentu akan berkaitan

langsung dengan lingkungan perairan sebagai habitat dari species yang dipelihara.

Kegiatan ini berarti pengusahaan budidaya organisme akuatik termasuk ikan,

moluska, krustase dan tumbuhan akuatik.

Udang windu merupakan salah satu komoditas unggulan dari produk

perikanan di Indonesia yang telah berhasil menggaet keuntungan yang besar dan

menambah devisa Negara Indonesia, sehingga pengembangan ekspor udang

windu telah menjadi salah satu perhatian utama dari pemerintah. Hal ini terbukti

dengan dicanangkannya PROTEKAN 2003 dengan target nilai ekspor sebesar 7,6

milyar dollar amerika yang sekitar 6,78 milyar dollar amerika (70 %) berasal dari

hasil poenjuakabn udang.

Namun, dibalik semua keuntungan tersebut, ternyata terdapat berbagai

masalah serius menyangkut pengembangan ekspor udang windu ini. Salah satu

kendala yang sangat serius adalah dengan menurunnya kualitas air tambak udang

windu di Negara ini. Penurunan kualitas air tambak ini mayoritas disebabkan

oleh tingginya akumulasi senyawa toksik seperti amonia dan nitrit yang terdapat

di dasar tambak. Ini menyebabkan terjadinya penurunan hasil panen dari

komoditi tersebut. Untuk mengatasi hal ini tentunya diperlukan solusi yang

sangat tepat, efektif dan ekonomis.

Bioremidiasi adalah pemanfaatan organisme untuk membersihkan

senyawa pencemar dari lingkungan. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau

biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak

toksik. Proses utama pada bioremidiasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan

Page 7: LKTM revisi baru

7

biokatalis. Didefinisikan sebagai proses penggunaan organisme hidup, terutama

mikroorganisme, untuk mendegradasi bahan pencemar (toksikan) lingkungan

yang merugikan ketingkat atau bentuk yang lebih aman dalam hal memperbaiki /

mengembalikan kondisi suatu lingkungan yang telah mengalami penurunan

kualitas menjadi seperti semula sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Bioremediasi ini merupakan cara yang sangat efektif untuk digunakan para

pembudidaya dalam mengatasi permasalahan kualitas airnya, karena selain

ekonomis, ramah lingkungan, cara ini juga relatif mudah untuk dilakukan. Oleh

karena itu, sangat disarankan kepada para pembudidaya untuk melakukan

perbaikan kualitas air tambaknya dengan metode ini.

Page 8: LKTM revisi baru

8

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kegiatan budidaya adalah sebuah jalan dalam proses pemeliharaan untuk

meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan,

perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan

penyakit dan sebagainya. Kegiatan budidaya dapat dilaksanakan di lingkungan air

payau, air tawar dan air laut. Pemilihan jenis (spesies) tertentu akan berkaitan

langsung dengan lingkungan perairan sebagai habitat dari species yang dipelihara.

Kegiatan ini berarti pengusahaan budidaya organisme akuatik termasuk ikan,

moluska, krustase dan tumbuhan akuatik.

Pertambakan merupakan sistem penting dalam usaha perikanan di

berbagai negara perikanan seperti Thailand, China, Ekuador, Taiwan, Brasil,

Indonesia dan berbagai negara berkembang lainnya. Sistem yang dipakai

biasanya dengan cara melakukan pembukaan lahan terbuka di kawasan pesisir .

Udang, terutama spesies Tiger prawn (Panaeus monodon) menjadi spesies utama

dalam pertambakan ini. Usaha pertambakan udang ini berkembang pesat pada

pertengahan tahun 80-an sampai tahun 90-an. Seiring meningkatnya permintaan,

usaha ini berkembang dari sistem pertambakan tradisional yang relatif ramah

lingkungan menjadi sistem intensifikasi yang sarat penggunaan bahan kimia.

Penggunaan bahan kimia ternyata memberikan umpan balik pada segi kerusakan

tambak, tambak menjadi tidak dapat digunakan secara berkelanjutan. Industri

pertambakan udang mengalami kolaps pada pertengahan tahun 90-an di semua

negara produsen (http://www.tempointeraktif.com.3-12-2008).

Penggunaan antibiotik dan pestisida cenderung tidak baik dan hanya

berefek jangka pendek. Penggunaan kedua bahan ini akan meninggalkan residu

yang akan terendapkan di sedimen pada tambak. Residu antibiotik akan tetap

berada pada produk hewan hingga jangka waktu tertentu dan menyebabkan

tekanan selektif pada mikroorganisme, memacu munculnya resistensi pada

beragam bakteri dan memungkinkan transfer gen-gen resisten ke bakteri lainnya.

Page 9: LKTM revisi baru

9

Pada sedimen, residu dapat merubah komposisi kimai tanah, dan akan terjadi

perubahan sifat organik dan organik dari sedimen (http: //www.unsoed.ac.id/ 3-12-

2008).

Bioremediasi dapat dikatakan sebagai proses yang menggunakan

mikroorganisme, fungi, tanaman hijau atau enzyme yang digunakan untuk

mengembalikan kondisi suatu lingkungan yang telah tercemar kepada kondisi

semula (http://wikipedia.org/wiki/Bioremediation). Proses bioremediasi ini

merupakan proses yang relatif aman untuk dilakukan, karena menggunakan

organisme. Bioremediasi sendiri bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat

pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon

dioksida dan air).

Proses remediasi dengan menggunakan bantuan bakteri (bioremesiasi)

ini sangatlah penting untuk ditelaah, mengingat Indonesia merupakan Negara

kepulauan yang kaya akan potensi sumberdaya perikanan dan banyak warga

Negara Indonesia yang berprofesi sebagai pembudidaya baik ikan, udang, dll.

Oleh karena itu dengan menggunakan metode bioremediasi diharapkan para

pembudidaya dapat meningkatkan perekonomiannya melalui perbaikan kualitas

air tambak.

I.2. Gagasan Kreatif

Perikanan merupakan salah satu bidang usaha yang sangat penting bagi

masyarakat Indonesia, baik dilihat dari aspek biologis maupun dari aspek

ekonominya. Bidang ini membawa banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia .

oleh karena itu , perikanan sangatlah penting untuk terus di kembangkan.

Berbagai penelitian terakhir menyebutkan bahwa kerusakan sedimen pada

tambak merupakan masalah utama penyebab turunnya kualitas air sehingga

terjadi ketidakseimbangan kehidupan organisme di dalamnya (http://Pencemaran

Lingkungan online.com//3_12_2008). Sedimen membuat kondisi kualitas

lingkungan tambak tidak mendukung kehidupan udang. Pengembalian kondisi

tambak tentunya sangatlah penting untuk menunjang kegiatan budidaya dan

Page 10: LKTM revisi baru

10

perekonomian masyarakat Indonesia, karena proses budidaya meupakan salah

satu ujung tombak perekonomian Indonesia. Untuk mewujudkan kondisi tambak

yang stabil tersebut, maka salah satu cara yang digunakan adalah dengan metode

remediasi tambak dengan menggunakan bantuan mikroorganisme dalam hal ini

adalah bakteri yang disebut dengan metode bioremediasi.

I.3. Rumusan Masalah

Perkembangan kegiatan budidaya udang yang pesat dengan penerapan

sistem intensif telah memunculkan pemasalahan berupa penurunan daya dukung

tambak bagi kehidupan udang yang dibudidayakan. Dampak lanjut yang

ditimbulkan adalah terjadinya serangkaian serangan penyakit yang menimbulkan

kerugian yang besar. Langkah antisipatif dapat dilakukan melalui penerapan

teknologi budidaya dengan berpedoman pada kaidah keseimbangan ekosistem

merupakan solusi untuk mencegah kerusakan yang lebih serius. Di antara

langkah tersebut adalah melalui aplikasi probiotik yang mempunyai kemampuan

dalam mempertahankan kualitas air, menghambat pertumbuhan mikroorganisme

patogen, dan meningkatkan kemampuan mencerna pakan (digesbility) pada ikan

atau udang yang dipeliharan. Cara yang dimaksud yaitu dengan menggunakan

metode bioremediasi.

I.4. Tujuan dan manfaat

Tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu untuk memberikan solusi

perbaikan kualitas air tambak yang baik dengan menggunakan bantuan bakteri

(metode bioremediasi) kepada para pembudidaya udang

Manfaat dari penulisan karya tulis ini yaitu agar para pembudidaya udang

dapat menerapkan metode bioremediasi dalam proses perbaikan kualitas air

tambaknya.

Page 11: LKTM revisi baru

11

II. TELAAH PUSTAKA

II.1. Peluang Ekspor Udang Windu

Udang windu merupakan komoditas ekspor andalan pemerintah untuk

menggaet devisa Negara sehingga pengembangan ekspornya menjadi perhatian

utama. Hal ini terbukti dengan dicanangkannya PROTEKAN (Program

Peningkatan Ekspor Hasil Perikanan) 2003 dengan target nilai ekspor sebesar 7,6

milyar dollar amerika yang sekitar 6,78 milyar dollar amerika (70 %) berasal dari

hasil penjualan udang (Amri, 2006).

Gambar 1. Udang windu

(http:// http:// www.marindro-ina.blogspot.com_25_03_2009)

Tambak merupakan salah salah satu jenis habitat yan dipergunakan

sebagai tempat untuk budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara

umum tambak biasanya dikatitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu,

walaupun sebenarnya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak.

Tetapi tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya udang windu.

Page 12: LKTM revisi baru

12

Udang windu (Penaeus monodon) merupakanproduk perikanan yang memiliki

nilai ekonomis yang berorientasi eksport (http://id.wikipedia.org/25_03_2009)

Tingkat ekspor udang nasional sangat perlu untuk dikembangkan. Pada

masa yang akan datang, jika kualitas udang nasional terus ditingkatkan dan

memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan oleh negara-negara konsumen

khususnya Jepang dan AS, prospek pemasaran udang nasional diperkirakan

membaik. Kedua negara ini, sangat ketat terhadap produk makanan yang masuk

ke negaranya. Untuk itu standar manajemen mutu harus mampu dipenuhi oleh

pengusaha tambak udang nasional, agar mampu memiliki nilai kompetitif dengan

produk udang negara-negara lain.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Nasional Udang windu 1997 - 2002

No. Tahun Volume (ribu ton) Nilai (US$)

1. 1997 92,1 1.007 971,5

2. 1998 140,5 1.007 231,8

3. 1999 106,3 887 262,4

4. 2000 114,0 887.625,4

5. 2001 127,3 1.003 259,7

6. 2002 122,1 940,4

(http:// www.vanillamist.com_25_03_2009)

Kegiatan penangkapan udang di Indonesia terus dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi udang baik dalam maupun luar negri.

Pemenuhan kebutuhan eksapor udang menyebabkan terjadinya eksploitasi besar-

besaran pada penangkapan udang. Hal ini menyebabkan penyediaan udang hasil

tangkapan menjadi sngat berkurang. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah

Indonesia kembali memusatkan perhatian pada proses budidaya udang yang

dilakukan secara intensif untuk memenuhi kebutuhan ekspor tersebut. Tingginya

Page 13: LKTM revisi baru

13

permintaan akan udang dari luar negri relatif tinggi dan stabil, namun kegiatan

budidaya dan penangkapan masih sangat rendah. berikut merupakan nilai ekspor

udang ke beberapa Negara tujuan utama :

Table 2. nilai ekspor udang Indonesia ke Negara tujuan utama

Negara Tujuan

1998 1999 2000

Jepang 641.60 524.80 621.20

Amerika serikat 173.50 178.10 216.60

China 34.10 41.30 15.30

Inggris 27.10 33.80 35.50

Negara lainya 137.10 144.50 157.80

Isu kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh cara penangkapan dan

pembudidayaan udang yang dianggap tidak benar dan menguatnya nilai rupiah

terhadap dollar belakangan ini merupakan di antara penyebab utama anjloknya

harga ekspor udang Indonesia. Melemahnya harga jual udang di pasar

internasional menambah penurunan harga udang kualitas ekspor sebesar 35,29 %

atau menjadi Rp 55.000 per kg (dari US$ 17.00 / kg menjadi US$ 11.00 / kg).

Page 14: LKTM revisi baru

14

Ekspor udang, kerang dan sejenisnya Sumatera Utara dengan tujuan Jepang tahun

2000 bernilai US$ 621.2 juta, AS senilai US$ 216.6 juta, Inggris senilai US$ 35.5

juta dan negara Eropa lainnya US$ 157.8 juta. Penurunan tersebut sangat

merugikan petambak udang di Sumatera Utara yang diperparah olh kenaikan

harga BBM dan upah tenaga kerja (http://Indonesian

Agribusiness.net.com_25_03_2009)

Widi Riyanto, seorang peneliti limnology LIPI menerangkan bhwa

pwemintaan akan udang windu masih sangat tinggi, baik untuk pasaran ekspor

maupun lokal. Harganyapun stabil, sekitar Rp.51 ribu hingga Rp.53 ribu

perkilogram. Tapi sangat disayangkan produksi udang windu masih sangat

rendah. Data statistik perikanan indosesia tahun 2002 memperlihatkan terjadinya

penurunan. Tahun 1992 total produksi nasional sebanyak 98.350 ton, namun

tahun 1998 menjadi 74.824 ton. Terlebih sekarang ini lebih dari 50% kondisi

tambak udang di Indonesia tidak beroperasi

(http://www.trobos.com_25_03_2009)

II.2. Permasalahan Tambak Indonesia

Aktivitas pertambakan udang di negara tropis seperti Indonesia telah

memberikan kontribusi hingga 26% pada budidaya udang dunia. Akan tetapi,

produksi udang nasional setiap tahunnya mengalami penurunan produksi akibat

rendahnya kualitas air pada sistem tambak. Penurunan kualitas air ini mayoritas

disebabkan oleh tingginya akumulasi senyawa toksik seperti amonia dan nitrit.

(http://[email protected]).

Page 15: LKTM revisi baru

15

Gambar 1. Tambak yang mengalami penurunan kualitas air

(http://www. ikanmania.wordpress.com,25-12-2008).

ekosistem perairan tambak yang merupakan ekosistem tertutup sangat

rentan terhadap timbulnya permasalahan baik yang menyangkut kualitas perairan

tambak maupun kondisi dan kualitas udangnya. Permasalahan kualitas perairan

tambak secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain

yang pertama Faktor internal, yaitu permasalahan yang disebabkan oleh kondisi

dari dalam perairan tambak itu sendiri. Pada kondisi ini terjadi karena proses-

proses yang berlangsung di dalamnya cenderung tidak terkendali dan tidak dapat

dikontrol oleh mekanisme keseimbangan yang bersifat alami. Kedua Faktor

eksternal, yaitu permasalahan yang disebabkan oleh pengaruh dari luar tambak

dan biasanya karena adanya perubahan cuaca. Ketiga, Faktor treatment error,

yaitu permasalahan kualitas perairan yang disebabkan oleh kesalahan teknis

budidaya yang diterapkan. Kondisi ini terjadi karena pengambilan keputusan yang

tidak berdasarkan pengamatan dan analisis yang cermat sesuai dengan kondisi

yang ada di lapangan (http:// www.marindro-ina.blogspot.com_25_03_2009)

Indonesia merupakan negara penghasil udang windu (Penaeus monodon

Fab.) ke tiga di dunia dengan potensi sumberdaya alam (lahan) yang sangat luas,

namun saat ini kondisinya tidak menggembirakan. Salah satu permasalahan

Page 16: LKTM revisi baru

16

yang sering muncul adalah meningkatnya kandungan senyawa organik sisa pakan

dan senyawa metabolit toksik, meliputi: amonia, nitrit dan hidrogen sulfida, serta

timbulnya serangan penyakit.

(http://www.limnologi.lipi.go.id/p2limnologi/index.php?

option=com_content&view=article&id=213%3Apemanfaatan-bakteri-nitrifikasi-

dan-denitrifikasi_28-11-2008).

Akuakultur merupakan suatu kegiatan ekonomi yang cukup menjanjikan

dalam hal mengangkat harkat kehidupan dan pemenuhan zat gizi masyarakat

terutama dalam hal sumber protein hewani. Penyediaan produk perikanan melalui

akuakultur pada tahun 2005 telah mencapai 24,92%, sebaliknya peran perikanan

tangkap semakin menurun. Dalam usaha budidaya udang, baik tradisional

maupun intensif, ada dua kendala utama yang berpengaruh terhadap tingkat

keberhasilan yaitu : pertama, faktor eksternal seperti fluktuasi kualitas air tawar

dan air laut yang digunakan. Pada tambak udang dengan sistim budidaya

tradisional, kualitas air sangat tergantung kepada suplai air yang diterima,

sedangkan pada budidaya udang secara intensif, fluktuasi kualitas air tambak

dapat ditekan dengan memasukan air laut dan air tawar terlebih dahulu kedalam

kolam tandon (equalization pond), sehingga setelah kualitas air yang dibutuhkan

untuk budidaya udang dicapai, baru disalurkan ketambak yang akan ditanami.

Kedua, faktor internal yang mencakup pengolahan tanah atau sedimen setelah

panen, aerasi dan pemberian pakan selama periode pemeliharaan udang.

Pengolahan lumpur biasanya dilakukan baik pada budidaya tradisional maupun

intensif. Sedangkan perlakuan aerasi lebih banyak dijumpai pada budidaya

intensif, terutama untuk memasok kebutuhan oksigen udang. Untuk mencapai

produksi yang optimal pada budidaya udang intensif, selain kondisi lingkungan

yang baik faktor pemberian pakan sangat menentukan.

(http://tumoutou.net/702_04212/kel3_0212.htm, 3-12-2008).    

Tingkat permasalahan kualitas air bisa dikatakan memiliki korelasi dengan

pengelolaan kualitas perairan yang dilakukan sebelum perairan terkena masalah

terutama yang menyangkut tingkat ketelitian pengamatan kondisi perairan dan

Page 17: LKTM revisi baru

17

udang, metode pengelolaan air, metode yang telah digunakan, serta jangka waktu

penanganan masalah tersebut. Suatu permasalahan kualitas yang tidak

teridentifikasi dan terindikasi sejak dini akan memperberat tingkat permasalahan

tersebut, karena terjadi akumulasi permasalahan yang semakin berkembang serta

dapat menjalar ke permasalahan aspek lainnya. Jika kondisi ini terjadi maka

tingkat permasalahan tersebut tidak hanya bertambah berat tapi juga akan semakin

rumit dalam proses pengambilan keputusannya (http://www.fao.org/30-11-2008).

II.3. Bioremediasi

Bioremidiasi adalah pemanfaatan organisme untuk membersihkan

senyawa pencemar dari lingkungan. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau

biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak

toksik. Proses utama pada bioremidiasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan

biokatalis. Didefinisikan sebagai proses penggunaan organisme hidup, terutama

mikroorganisme, untuk mendegradasi bahan pencemar (toksikan) lingkungan

yang merugikan ketingkat atau bentuk yang lebih aman dalam hal memperbaiki /

mengembalikan kondisi suatu lingkungan yang telah mengalami penurunan

kualitas menjadi seperti semula sesuai dengan fungsinya masing-masing

(http://www.olm.limnologi.lipi.go.id//29-11-2008).

Menurut peneliti Limnologi LIPI, Dr Tri Widiyanto, penyebab kerusakan

perairan tambak adalah tingginya kandungan bahan nitrogen anorganik, senyawa

organik karbon, dan sulfida baik yang berasal dari sisa pakan, kotoran udang,

maupun pemupukan dalam jangka panjang. Kandungan itu berdampak langsung

terhadap kandungan senyawa amonia, nitrit, H2S, dan senyawa karbon yang

bersifat toksik pada sistem tambak udang. Karena itu, satu-satunya usaha

pengendalian masalah tersebut adalah dengan pendekatan “biromediasi”.

''Pengendalian yang dilakukan menekankan pada keseimbangan senyawa nitrogen

anorganik, senyawa karbon dan H2S, serta pengkayaan pakan

alamiah,''(http://www.teknologi Indonesia.com//3-12-2008)

Page 18: LKTM revisi baru

18

Produksi udang nasional setiap tahunnya mengalami penurunan produksi

akibat rendahnya kualitas air pada sistem tambak. Penurunan kualitas air ini

mayoritas disebabkan oleh tingginya akumulasi senyawa toksik seperti amonia

dan nitrit. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengendalikan kualitas air

ini adalah melalui penggunaan sistem tambak aktif yang memanfaatkan aktivitas

komunitas mikroba alami yang disebut sistem biremediasi. Keberadaan dan

aktivitas bioremediasi dalam sistem tambak sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan, salah satunya rasio C/N materi organik di lingkungan perairan

(http://www. [email protected] 30-11-2008).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas air

tambak ialah  dengan memanfaatkan aktivitas metabolisme bakteri agen

bioremediasi yang terdiri dari bakteri nitrifikasi,  denitrifikasi dan fotosintetik

anoksigenik. Pada teknologi bioremediasi ini Bakteri nitrifikasi akan

mendegradasi amonia menjadi nitrit, dan nitrat, bakteri denitrifikasi akan

mendegradasi nitrat atau nitrit menjadi gas nitrogen, sedangkan bakteri

Fotosintetik anoksigenik akan mendegradasi senyawa hidrogen sulfida menjadi

unsur sulfur (http://www. marindro.blogspot.com.4-12-2008). 

Ada empat teknik dasar yang biasa digunakan dalam proses bioremediasi

antara lain sebagai berikut :

1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme dengan menambahkan nutrient

2. Inokulasi (penaneman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu

mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus

3. Penerapan aktivitas enzim

4. Penggunaan tanaman untuk menghilangkan atau mengubah pencemar

(http://pencemaran_lingkungan_online.com//25_03_2009)

Page 19: LKTM revisi baru

19

III. METODE PENULISAN

III.1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data karya tulis ini

adalah studi literatur dalam hal ini pengumpulan data dari internet dan

buku teks

III.2. Metode penulisan

Karya tulis ini merupakan karya tulis yang bersifat deskriptif,

dimana karya tulis ini memberikan gambaran mengenai penyebab terjadinya

kerusakan tambak dan cara untuk mengatasinya

Page 20: LKTM revisi baru

20

IV. PEMBAHASAN

Pertambakan udang di Indonesia pada tahun 1995-1997 mengalami

malapetaka produktivitas yang rendah karena tingginya mortalitas. Akibatnya

pada awal tahun 1997 diperkirakan hanya 10-15% luas tambak semi intensif dan

intensif yang beroperasi. Terjadinya penurunan produksi udang secara nasional,

menurut para petani tambak dan para pakar perikanan, diakibatkan oleh adanya

penurunan kualitas air yang dimanfaatkan oleh tambak. Hal ini disebabkan oleh

tingginya kandungan senyawa kimia di dasar perairan (sedimen) dan adanya

dominasi dari bakteri vibrio yang menyebabkan terjadinya penyakit vibriosis pada

udang.

Page 21: LKTM revisi baru

21

Bioremediasi merupakan sistem pengembalian kondisi lingkungan yang

sudah tercemar kembali pada kondisi awal. Teknik bioremediasi pada tambak

udang secara prinsip menambahkan mikroorganisme tertentu untuk menormalkan

kembali tambak udang yang telah rusak akibat tingginya senyawa metabolitoksik

terutama amoniak dan nitrit. Tidak cuma itu, metode ini juga mampu

menghilangkan H2S yang bersifat toksik/beracun pada sedimen tambak serta

menekan jumlah bakteri vibrio yang dapat menimbulkan penyakit pada udang

(windu http://www.trobos.com_25_03_2009)

Dalam kasus pertambakan udang, sedimen merupakan “lingkungan”

yang akan diperbaiki. Dalam usaha melakukan remediasi pada lingkungan

tambak, perlu dilakukan analisa menyeluruh akan kandungan berbagai bahan

organik dan anorganik yang terdapat pada lingkungan tambak. Analisa ini

diperlukan untuk menentukan langkah selanjutnya terhadap lingkungan tambak

tersebut, termasuk dalam penggunaan mikroorgansime yang mungkin akan

digunakan. Kegiatan analisa ini merupakan langkah kerja pertama dalam usaha

bioremediasi tambak. Analisa ini meliputi kegiatan survey pendahuluan terhadap

sedimen.

Survey pendahuluan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi.

Sebelum melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui anatara lain :

Jenis pencemar (organik atau anorganik), terdegradasi/tidak,

berbahaya/tidak,

Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,

Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),

Jenis tanah,

Page 22: LKTM revisi baru

22

Kondisi tanah (basah, kering),

Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,

Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa

ditunda).

(http://Pencemaran Lingkungan online.com//30-11-2008)

Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan jenis mikroorganisme

yang bisa digunakan dalam melakukan remediasi terhadap sedimen. fungi,

tanaman hijau atau enzyme. Salah satu yang sering digunakan adalah bakteri.

Bakteri digunakan dalam banyak sistem bioremediasi karena sifatnya yang

fagositosis, ukuran kecil, tidak berbentuk hifa. Dalam aplikasi remediasi sedimen

tambak digunakan jenis bakteri. Berbagai jenis bakteri yang dapat digunakan

adalah bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi (Nitrosomonos, Nitrosococcus,

Nitrosospira, Nitrosovibrio, dan Nitrosolobus , Pseudomonas, Rhodospirillum

rubrum, Rhizobium leguminosarum),bakteri heterotrofik (Clostridium) bakteri

fermentatif (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Streptococcus

lactis, Lactobacillus sp., Lactobacillus sp., Pediococcus cerevisiae, Lactobacillus

bulgaricus Srteptococcus lactis) maupun bakteri fotosintetik anoksigenik

(Rhodobakter, bakteri Bacillus ).

Sistem kerja dalam penggunaan bakteri dalam usaha budidaya udang

dalam tambak adalah dengan penggunaan perbandingan bakteri remediasi.

Perbandingan ini terdiri dari berbagai jenis bakteri yang telah ditemukan yaitu

bakteri heterotrofik, bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi, serta bakteri fotosintetik

anoksigenik. Rasio bakteri yang digunakan adalah Bakteri nitrifikasi : bakteri

denitrifikasi : bakteri fotosintetik anoksigenik : bakteri heterotrofik (bakteri

fermentatif) = 2 : 1 : 1 : 2.

Bakteri denitrifikasi dan nitrifikasi untuk mengendalikan nitrogen,

amoniak, nitrat, dan nitrit yang ada di tambak.

Page 23: LKTM revisi baru

23

Salah satu faktor penting yang harus dilakukan oleh para

pembudidaya udang windu adalah mengendalikan senyawa-senyawa

nitrogen seperti amoniak, nitrat dan nitrit yang terdapat di tambak.

Pasalnya, ketiga senyawa tersebut bersifat metabolitoksik dan sangat

berbahaya bagi udang windu. Senyawa nitrit yang berlebih di tambak

akan menyebabkan menurunnya kemampuan darah udang untuk mengikat

O2, karena nitrit akan bereaksi lebih kuat dengan hemoglobin. Akibatnya

tingkat kematian udang tinggi. Selain itu, tingginya senyawa amoniak

dan nitrit di tambak juga akan mengganggu proses pengeluaran senyawa

amoniak dan nitrit yang ada dalam tubuh udang, sehingga akan

terakumulasi di dalam tubuh udang. Untuk mengendalikan senyawa

amoniak di tambak perlu dilakukan proses nitrifikasi dengan cara

menambahkan bakteri nitrifikasi. Biasanya digunakan bakteri dari

kelompok Pseudomonas strain tertentu untuk proses nitrifikasi ini.

Sedangkan untuk menghilangkan senyawa nitrit yang ada di tambak, dapat

digunakan bakteri denitrifikasi dari kelompok Alkaligenous. Hasilnya,

senyawa nitrit juga tidak ditemukan setelah bakteri Alkaligenous ini

dimasukkkan ke tambak. senyawa-senyawa nitrogen baik amoniak dan

nitrit yang hilang dari tambak, akan berubah menjadi N2. N2 ini tidak

berbahaya bagi udang windu (http://akuakultur.wordpress.com

_25_03_2009).

Bakteri fotosintetik anoksigenik untuk mengatur hidrogen sulfida

(H2S), bakteri vibrio dan sebagai pakan tambahan karena banyak

mengandung karotenoid.

Tidak hanya mengendalikan senyawa amoniak dan nitrit, teknik

bioremediasi juga bertujuan untuk mengendalikan senyawa H2S yang

banyak menumpuk di sedimen tambak. H2S sangat beracun bagi udang

windu, Karena itu, bakteri fotosintetik dari jenis Rhodobakter digunakan

untuk menghilangkan senyawa H2S. Selain kadar zat kimia dalam

tambak, timbulnya dominasi bakteri vibrio penyebab penyakit vibriosis

pada udang windu di tambak juga harus diperhatikan. Untuk

Page 24: LKTM revisi baru

24

mengatasinya dapat menggunakan bakteri dari jenis Bacillus. Meski

demikian, penggunaan Bacillus ini tidak boleh berlebihan karena akan

membunuh bakteri-bakteri yang masih bermanfaat

(http://akuakultur.wordpress.com _25_03_2009).

Perbandingan bakteri ini dimasukkan dalam tambak dua minggu

sebelum bibit ditebar, selanjutnya setiap 10 hari sampai masa panen. Tiap satu

hektar tambak memerlukan 120 liter tiap 10 hari selama dua bulan pertama.

Selanjutnya sampai bulan keempat, dinaikkan dua kali lipat dengan konsentrasi

yang sama.

Salah satu kelebihan yang  dapat diperoleh bila mengaplikasikan bakteri

agen bioremediasi menggunakan isolat bakteri dari perairan asli Indonesia ialah

bakteri-bakteri tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan perairan tropis.

Selain itu beberapa kelebihan lainnya adalah :  

a) MAMPU MEMPERBAIKI KONDISI KUALITAS AIR

Secara spesifik parameter kualitas air yang dapat dikendalikan dengan

menggunakan teknologi bioremedasi ini adalah senyawa ammonia, nitrit,

nitrat dan hidrogen sulfida 

b) MENJAGA UDANG MENJADI LEBIH SEHAT

Dengan rendahnya senyawa toksik di air tambak membuat kondisi udang

menjadi lebih sehat selama periode pemeliharaan 

c) MENINGKATKAN NAFSU MAKAN UDANG

Udang yang sehat dan kondisi kualitas air yang baik akan meningkatkan

nafsu makan udang sehingga udang dapat tumbuh dengan baik  

d) MAMPU MENJAGA KESEIMBANGAN POPULASI PLANKTON

Page 25: LKTM revisi baru

25

Keseimbangan populasi plankton dengan diaplikasikannya bakteri

bioremediasi dapat dikontrol dengan kecerahan antara 15 – 40 cm (secchi

disk) 

e) MAMPU MENJAGA KESEIMBANGAN POPULASI BAKTERI

HETEROTROFIK

Bakteri bioremediasi akan menekan laju pertumbuhan bakteri heterotrofik

yang dapat menyebabkan penyakit bakterial pada udang, sehingga udang

dapat terbebas dari serangan bakteri patogen 

f) MUDAH MEMPRODUKSI DAN MENGAPLIKASIKANNYA

Bakteri bioremediasi dikultur dalam media cair sehingga aplikasikannya

dengan menebarkan bakteri di permukaan air tambak atau di sedimen

(tanah) apabila tambak masih dalam tahap persiapan. Untuk memproduksi

bakteri agen bioremediasi memerlukan waktu inkubasi selama 4 – 7 hari

dengan menggunakan galon-galon air meneral steril atau menggunakan

bioreaktor (dilaboratorium). Pengaplikasian metode ini tidaklah sulit,

tinggal menebar sejumlah perbandingan mikroba/bakteri bioremediasi.

Namun hal ini juga sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi, karena

jika salah perbandingan dalam penebaran, maka bukan hasil yang baik

akan diperoleh, melainkan kerugian yang sangat fatal. Tri widyanto

menganjurkan agar para petani tambak/pembudidaya udang agar membeli

bakteri yang sudah jadi dan tidak berusaha mengkulturkan sendiri karena

mudah terjadi kontaminasi. "Perbanyakan selalu di laboratorium karena

kami pernah mencoba di lapangan dua kali dan tidak berhasil," kata Tri.

"Selalu terkontaminasi bakteri liar." (http://www.tempointeraktif.com.3-

12-2008)

Adapun wadah dari kultur bakteri agen bioremediasi tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 26: LKTM revisi baru

26

Gambar 2. Wadah kultur bakteri bioremediasi

(http://www.trobos.com_25_03_2009)

Selain dengan keuntungan yang diperoleh seperti di atas, Penerapan

teknik bioremediasi ini juga tidak memerlukan biaya yang mahal. Satu hektar

tambak cukup dengan Rp 3 - 4 juta sampai dengan masa panen. komponen

biaya tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan keseluruhan biaya

budidaya udang windu secara intensif yang menelan biaya sekitar Rp 70 juta.

“Tidak sampai 5% dari total biaya produksi satu hektar tambak”. Biaya ini masih

dapat ditekan lagi jika teknik bioremediasi diaplikasikan pada tambak udang

windu tradisional. Pasalnya, dosis yang digunakan lebih kecil, mengingat padat

tebarnya juga lebih sedikit

Untuk mengetahui perbandingan antara teknik bioremediasi dengan

teknik pemeliharaan udang secara intensif, dapat dilihat pada table berikut :

Table 3. perbandingan teknik budidaya menggunakan metode bioremediasi dengan budidaya udang secara intensif tanpa bioremediasi:

Budidaya Dengan Aplikasi Bioremediasi

Budidaya Intensif Tanpa Bioremediasi

Page 27: LKTM revisi baru

27

Umur udang mencapai 120 hari (masa panen)

Rata-rata umur udang hanya mencapai 40 – 50 hari

Tingkat kelangsungan hidup (SR) mencapai 70-80 %

Tingkat kelangsungan hidup (SR) hanya 40-60 %

Biaya yang dikeluarkan hingga masa panen ± Rp 3 – 4 juta

Biaya yang dikeluarkan hingga masa panen mencapai Rp 70 juta

(http://www.trobos.com_25_03_2009)

Berdasarkan hasil analisa kualitas air tambak, menunjukan bahwa bakteri

bioremediasi mampu beradaptasi dan dapat bekerja dengan baik menjaga kondisi

kualitas air tambak agar berada dibawah ambang batas dari kerusakan lingkungan

tambak dan mampu menguraikan senyawa toksik (Rusmana dan Widianto, 2006)..

(http://jurnal.aquaculture-mai.org/vol5no2.pdf.4-12-2008)

Gambar 3. Tambak yang telah melalui proses perbaikan kualitas air dengan metode bioremediasi

(http://www. marindro.blogspot.com.4-12-2008).

V. SIMPULAN DAN SARAN

V.1. Simpulan

Page 28: LKTM revisi baru

28

Dari penulisan karya tulis ini maka dapat disimpulkan bahwa upaya

perbaikan kualitas air tambak udang windu dengan menggunakan metode

bioremediasi merupakan solusi yang sangat efektif mengingat keramahannya

terhadap lingkungan perairan tambak dan juga dapat menghemat biaya

pengeluaran.

V.2. Rekomendasi/saran

Direkomendasikan kepada seluruh pembudidaya udang, didalam

melaksanakan perbaikan kualitas air tambaknya dengan menggunakan metode

bioremediasi agar memperhatikan rasio (perbandingan) bakteri yang akan ditebar

pada tambak agar prosesnya dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: LKTM revisi baru

29

Amri, khairul. 2006. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Kerrawang

http://akuakultur.wordpress.com _25_03_2009

http://Indonesian Agribusiness.net.com_25_03_2009

http://jurnal.aquaculture-mai.org/vol5no2.pdf.4-12-2008

http://wikipedia.org/wiki/Bioremediation/30-11-2008

http://www.fao.org/30-11-2008

http://www. ikanmania.wordpress.com,25-12-2008

http://www. [email protected]

http://www.limnologi.lipi.go.id/p2limnologi/index.php?option=com_content&view=article&id=213%3Apemanfaatan-bakteri-nitrifikasi-dan-denitrifikasi 28-11-2008

http://www. marindro.blogspot.com.4-12-2008

http://www.olm.limnologi.lipi.go.id//29-11-2008

http:// www.marindro-ina.blogspot.com_25_03_2009

http://Pencemaran Lingkungan online.com//3_12_2008

http://www. [email protected]//29-11-2008

http://www.teknologi Indonesia.com//3-12-2008

http://www.tempointeraktif.com.3-12-2008

http://www.trobos.com_25_03_2009

http://tumoutou.net/702_04212/kel3_0212.htm, 3-12-2008

http: //www.unsoed.ac.id/ 3-12-2008

http:// www.vanillamist.com_25_03_2009

http://id.wikipedia.org/25_03_2009)