LP 1

Embed Size (px)

Citation preview

LP ABSES HEPARA. Konsep Dasar 1. Pengertian Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta Reference Library, 2004) Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat kerusakan jaringan, Hepar adalah hati (Dorland, 1996). Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi. 2. Anatomi dan Fisiologi Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat 1,5 kg pada orang dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi tulang iga. Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas berbentuk tembung, terletak di bawah diafragma, kedua, permukaan bawah tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura transfersus. Fisura longitudional memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi empat belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus. Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu; Arteri hepatica dan Vena porta. Vena hepatica, keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100 % masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler Vena, akhirnya keluar sebagai Vena hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena mesentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrient ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati membuat dan

mengekresikan empedu yang memegang peran uatama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak dalam tractus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan mensekresikannya ke dalam empedu. Fungsi metabolic hati terdiri dari; mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan. Kedua; mengeluarkan zat buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan urin. Ketiga; menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat; sekresi empedu garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula endothelium dialirkan ke empedu. Kelima; pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin. Keenam; menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir asam karbonat dan air. Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan penyebaran berbagai bahan, termasuk glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan di dalam hati. Hati juga membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini sehingga menaikkan suhu tubuh. 3. Etiologi Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah E. coli, penyebab lainnya adalah : Organisme Aerob gram-negatif Escherichia coli Klebsiella Proteus Serratia Morganella Actinolbacter Aerobgaram-positif Streptococcus faecalis Streptokokus B Sterptokokus A .. 25 Insiden (%) .. 35 45 Organisme Fusdaacterium nucleatum Bacteroides Bacteroides fragil Peptostreptococus Actinomyces Clostridium Insidensi (%) .. 40 50

.. 50 70 Anaerob

Stafilokokus 4. Patofisiologi a. Skema bagan 1) Terjadinya Amoebiasis hepar

(Bagan patofisiologi terjadinya amobiasishepar, Staf Pengajar Patofisiologi, Fakultas Kedokteran Unibraw Malang 2003). 2) Pengaruh abses hepar terhadap kebutuhan dasar manusiah

(Bagan pengaruh abses hepar terhadap kebutuhan manusia. Bruner dan Suddarth, 2000) b. Penjelasan 1) 2) 3) 4) 5) Amuba yang masuk menyebabkan peradangan hepar sehingga mengakibatkan Kerusakan jaringan hepar menimbulkan perasaan nyeri Infeksi pada hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun infeksi

atas pola tidur. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. sehingga dapat terjadi intoleransi aktifitas fisik. 5. Manifestasi klinis Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam (T > 38), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron 1997) 6. Komplikasi Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar 5 15,6%, perforasi abses

keberbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadangkadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase. (Menurut Julius, Ilmu penyakit dalam, jilid I, 1998) 7. Pemeriksaan penunjang Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I, (1998). Pemeriksaan penunjang antara lain

a. b.

Laboratorium Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati. Foto dada Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura,

kolaps paru dan abses paru. c. d. e. f. Foto polos abdomen Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas hati. Ultrasonografi Tomografi Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma. Pemeriksaan serologi Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman. 8. Pengobatan Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I (1998) Pengobatan dilakukan tiga cara : a. Kemotrapi Obat-obat dapat diberikan secara oral atau intravena sebagai contoh untuk gram negatif diberi Metranidazol, Clindamisin atau Kloramfenikal. Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.

b. Aspirasi Jarum Panda abses yang kecil atau tidak toksik tidak perlu dilakukan aspirasi. Hanya dilakukan pada ancaman ruktur atau gagal pengobatan konserfatif. Sebaliknya aspirasi ini dilakukan dengan tuntunan USG. B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. Menurut Doenges,E.M (2000), data dasar pengkajian pasien dengan Abses Hepar, meliputi: a. Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi, penurunan

massa otot/tonus. b. c. d. Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi jantung ekstra, Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi abdomen, Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat distensi vena abdomen. penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap pekat. mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik. e. f. g. h. i. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak jelas. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas, sepsi Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, patekis, angioma spider, Seksualitas, menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi testis. 2. Diagnosis keperawatan Menurut Doenges,E.M (2000), diagnosa keperawatan pasien dengan Abses Hepar meliputi : a. b. c. d. e. f. g. h. Pola napas, tidak efektif berhubungan dnegan Neuromuskular, ketidakseimbangan Perubahan persepsi/sensori: proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia: penggunaan obatKekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap pembatasan pemasukan cairan secara oral Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanisme pada kulit/jaringan. Resiko tinggi infeksi berubungan dengan luka oprasi dan prosedur invasif. Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan proses penyakit, efek hospitalisasi, perubahan Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi, prognosis, kebutuhan perceptual/kognitif. obat farmasi. (proses/prosedur medis/adanya rasa mual).

perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri. ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia. eritema.

lingkungan pengobatan.

3. Perencanaan Perencanaan berdasarkan Doenges,E.M (2000) perawatan pasien pasca operatif : a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan perseptual/kognitif. Tujuan : pola pernapasan normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia. Intervensi : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) b. farmasi Tujuan: meningkatnya tingkat kesadaran Intervensi: 1) 2) 3) 4) 5) 6) c. Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah keluar dari pengaruh Bicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan normal. Minimalkan diskusi yang bersifat negatif. Gunakan bantalan pada tepi lakukan pengikatan jika perlu. Observasi akan adanya halusinasi, depresi dan lain-lain. Pertahankan lingkungan tenang dan nyaman. anestasi. Pertahankan jalan udara pasien memiringkan kepala Auskultasi suara napas. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu Pantau tanda-tanda vital secara terus-menerus. Lakukan gerak sesegera mungkin Observasi terjadinya yang berlebih Lakukan penghisapan lendir bila perlu Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan Berikan terapi sesuai instruksi

pernapasan.

Perubahan persepsi/sensori: proses pikir berhubungan dengan penggunaan obat-obatan

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan Tujuan: terdapat keseimbangan cairan yang adekuat. Intervensi: 1) 2) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.

pemasukan cairan secara oral (proses penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual)

3) 4) 5) 6) 7) 8) d.

Pantau tanda-tanda vital. Catat munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan. Periksa pembalut, alat drein pada interval regular, kaji luka untuk terjadinya Berikan cairan parenteral, produksi darah dan/atau plasma ekspander sesuai Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai petunjuk. Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.

pembengkakan. petunjuk. Tingkat kecepatan IV jika diperlukan.

Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot, trauma

musculoskeletal/tulang, munculnya saluran dan selang. Tujuan: rasa nyeri/sakit telah terkontrol/dihilangkan, klien dapat beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan. Intervensi: 1) 2) 3) 5) 6) 7) e. Kaji skala nyeri, intensitas, dan frekuensinya. Evaluasi rasa sakit secara regular. Kaji tanda-tanda vital. 4) Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin sesuai prosedur operasi. Letakkan reposisi sesuai petunjuk. Dorong penggunaan teknik relaksasi. Berikan obat sesuai petunjuk. Kerusakan integeritas kulit berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan Tujuan: klien memperlihatkan tindakan untuk meningkatan metabolik. Intervensi: 1) 2) 3) 4) 5) 6) f. Kaji kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional Letakkan klien pada posisi tertentu. Pertahankan kesejahteraan tubuh secara fungsional. Bantu atau tindakan untuk melakukan latihan rentang gerak. Berikan perawatan kulit dengan cermat. Pantau haluaran urine.

kesehatan.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi dan prosedur invasif.

Tujuannya; tidak terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi Intervensi:

1. 2. 3. 4. 5. 6. hopitalisasi

Berikan perawatan aseptik dan anti septik, pertahankan cuci tangan yang baik. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka jahitan) daerah yang Pantau seluruh tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil dan diaforesis Awasi atau jumlah penggunjung Observasi warna dan kejarnya uring Berikan anti biotik sesuai indikasi

terpasan alat invasif.

g. Gangguan kebutuhan istrahat tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan dan efek Tujuan: kebutuhan istrahat dapat terpenuhi Intervensi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. pengobatan. Tujuan: Menyatakan, pemahaman proses penyakit/pragnosis. Intervensi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tinjau ulang pembedahan/prosedur khusus yang dilakukan dan harapan masa Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi penggunaan resep. Indentifkasi keterbatasan aktivitas khusus. Jadwalkan priode istirahat adekuat. Tekankan pentingnya kunjungan lanjut. Libatkan orang terkenal dalam program pengajaran. Menyediakan instruksi Ulangi pentingnya diita nutrisi dan pemasukan cairan adekuat. dating. Kaji kemampuan dan kebiasaan tidur klien Berikan tempat tidur yang nyaman dengan beberapa barang milik pribadinya Dorong aktifitas ringan Intruksikan tindakan relaksasi Dorong keluarga untuk selalu menemani. Awasi dan batasi jumlah penggunjung

contoh : Sarung, guling

h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi, pragnosis kebutuhan

tertulis/materi pengajaran.

4. Pelaksanaan

Prinsip tindakan yang mendasari penanganan diagnosa keperawatan yang dapat timbul, adalah: a. b. c. d. e. f. g. Mempertahankan pola nafas efektif Mempertahankan tingkat kesadaran klien Mempertahankan keseimbangan cairan Menerapkan manajemen nyeri Mencegah terjadinya infeksi Mempertahankan dan meningkatkan kebutuhan istrahat

Meningkatkan pengalaman pasien tentang proses penyakit dan prognosis. 5. Evaluasi Evaluasi yang diharapkan adalah : a. Pola napas efektif b. Kesadaran klien stabil c. Volume cairan adekuat d. Berkurang atau hilangnya nyeri e. Infeksi tidak terjadi f. Kebutuhan istrahat klien dapat terpenuhi g. Klien dapat memahami tentang proses penyakit

DAFTAR PUSTAKACameeron ( 1995 ). Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara Dengoes, et al ( 2000 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: Buku kedokteran ECG. Harrison ( 1995 ). Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Buku kedokteran ECG. J. c. e. Underwood ( 2000 ).Patologi Umum dan Sistematika. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbitan Buku Kedokteran ECG. Noer Sjaifoellah ( 1996 ). Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. Staf Pengajar Parasitologi ( 2003 ). Protozoa. Malang : Fakultas Kedokteran Unibraw. Bruner dan Suddarth ( 2000 ). Buku Ajaran KMB. Edisi 8. Jakarta: ECG Microsoft Encantta Reference Library.( 2004 ). Liver, Amebiasis Abses and Calf Diphteria/ Fusa

bakteriun necrosphorum. Harjono, et al ( 1996 ).Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: Buku kedokteran ECG.

Laporan Pendahuluan AbsesASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABSES MANDIBULA BAB I KONSEP DASAR Bab ini ber isi tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada klien abses mandabula. Secara umum dan khusus tentang abses menurut definisi, etlologi: A. Definisi Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi kibat atau infeksi bakteri. (www.,medicastore.com,2004) Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejalaberupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2001) B. Penyebab Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara antara lain: 1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril 2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain 3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika : 1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi 2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang 3. Terdapat gangguan sisitem kekebalan. Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas hasur segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan

secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob. Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah. C. Patofisiologi Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeks. Sebgian sel mati dan hancur, menigglakan rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih kakan mati, sel darah putih yang mati inilah yang memebentuk nanah yang mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencefah penyebaran infeksi lebih lanjut jka suat abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (www.medicastre.com.2004). Pathway (Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001) D. Tanda dan Gejala Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa : 1. Nyeri 2. Nyeri tekan 3. Teraba hangat 4. Pembengakakan 5. Kemerahan 6. Demam Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh. Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. E. Pemeriksan Diagnosis Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bissxa dilkukan pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau MRI. F. Pengobatan Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anasksi lokalal untuk abses yang dangkal dan teriokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap

sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda. Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengna sendirinya dan mengeluarkan isinya.kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan. infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia Antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya. G. Diagnosa Keperawatan Menurut T. Heather Herdman, et.al (2007), diagnosa keperawatan yaitu : 1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan egen injuri biologi 2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit 3. Kerusakan Intergritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik. H. Rencana Keperawatan Menurut Johnson, Marion Meridean Maas dan Sue Moorhead, ed (2000) rencana keperawatan terdiri dari : 1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Injury Biologi a. Tujuan Level nyaman. b. Kriteria hasil : No Indikator 1 2 3 4 5 1. Melaporkan secara fisik sehat 2. Meloporkan puas dapat mengontrol gejala 3. Mengekspresikan puas dengan fisiknya 4. Mengekspresikan kepuasan dengan berhubungan Sosial 5. Mengekspresikan kepuasan secara spiritua 6. Melaporkan puas dengan kemandiriannya 7. Melaporkan puas dengan kontrol nyeri Keterangan : 1 : Sangat tidak sesuai 2 : Sering tidak sesuai 3 : Kadang tidak sesuai 4 : Jarang tidak sesuai 5 : Sesuai c. Intervensi (Joane C, Mc.Closkey, 1996) 1) Manajemen Nyeri a) Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, dan faktor presipitas. b) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan c) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan d) Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri, klabrasi dengan dokter jika ada komplai dan tindakan nyeri yang tidak berhenti e) Ajarkan teknik non farmakologi, lbiotedback, leahsasi, distraksi, anagenh administrasi f) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum obat

g) Cek riwayat alergi h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat sesuai porgram j) Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala efek samping k) Laksanakan terapi dokter untuk pemberian obat 2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit (Johnson, Marion Meridean Maas dan Sue Moorhead, ed., 2000) a. Tujuan : Status termoregulasi b. Kriteria hasil : No Indikator 1 2 3 4 5 1. Suhu tubuh DBN 2. Perubahan warna kulit 3. Tidak ada kegelisahan kelelahan 4. Perubahan DBN 5. Tidak ada ditensi pernapasan DBN : dalam batas normal Keterangan : 1. Tidak pernah sesuai harapan 2. Jarang sesuai harapan 3. Kadang sesuai harapan 4. Sering sesuai harapan 5. Selalu sesuai harapan c. Intervensi (Joane C, Mc.Closkey, 1996) 1) Menangani panas a) Monitor temperatur tiap 8 jam b) Monitor warna kulit dan temperatur tiap 8 jam c) Monitor TTV tiap 8 jam d) Tingkatkan pemasukan cairan melalui mulut 2) Pengaturan suhu a) Monitor suhu paling sedikit 2 hari sesuai kebutuhan b) Monitor temperatur baru sampai stabil c) Monitor gejala hipertermi d) Monitor TTV e) kolaborasi dalam pemberian antipiretik f) Atur suhu lingkungan sesuai kebtuhan pasien g) Berikan pemasukan nutrisi dan cairan yang adekuat.] 3. Kerusakan Integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik (Johnson, Marion Meridean Maas dan Sue Moorhead, ed., 2000) a. Tujuan Integritas kulit dan jaringan yang normal setelah dilakukan perawatan b. Kriteria hasil : Indikator 1 2 3 4 5 1. Temperatur jaringan DHYD 2. Sensasi DHYD 3. Elastisitas DHYD 4. hidrasi DHYD 5. Respiasi DHYD 6. warna DHYD

7. ketebalan DHYD 8. keutuhan kulit Keterangan : 1. Tidak Pernah sesuai Harpan 2. Jarang Sesuai harapan 3. Kadang Sesuai Harpan 4. Sering Sesuai Harapan 5. Selalu Sesuai Harapan c. Intervensi (Joansone C, McCloskey, 1996) 1) Perawatan luka a) Catat karakteristik luka b) Catat karakteristik drainese c) Gunakan saleb kulit atau isi d) Pakaikan pakaian yang longgar e) Gunakan prinsip steril untuk perawatan luka f) Ajarkan keluarga dan pasien prosedur perawatan luka