42
Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Sel Darah Merah ( Anemia) oleh: Sunli Sipayung ( 30120110020 ) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

LP ANEMIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anemia

Citation preview

Laporan Pendahuluan

Dengan Gangguan Sel Darah Merah ( Anemia)

oleh:

Sunli Sipayung

( 30120110020 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat,

dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit

kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah

menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.

Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,

yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel

darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah

yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).

Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama tinggi di

negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi parasit

gastrointestinal.

            Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi sudah

dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya Anemia yang sangat parah

bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan

kematian.

  Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut

oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.  Anemia menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga

darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .

Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang

mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi

laboratorium (Baldy, 2006).

  Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh

dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara

berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta

kesehatan fisik (Bakta, 2006).

           Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu

prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi

nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya

anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia

yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi

pasien.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sel Darah

Merah sebagai berikut :

1. Tujuan umum :

Mahasiswa dapat memahami mengenai Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sel Darah

Merah.

2. Tujuan khusus :

a. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada

Gangguan Sel Darah Merah.

b. Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sel Darah Merah.

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kamu gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola

deskripsi yakni memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat dan pelajari

sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami temukan. Adapun metode penulisan untuk

bahan sumber yang kami dapatkan yaitu buku sumber yang sesuai dengan materi yang

dibutuhkan, konsultasi dengan dosen pembimbing, dan bahan dari internet.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diawali dengan penulisan bab I yang terdiri dari pendahuluan yang

membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan. Bab II berisi tinjauan teori mengenai Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan

Keperawatan dengan Gangguan Pada Sel Darah Merah.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK1. Pengertian

Anemia ( bahasa Yunani An = tanpa ; enemia = darah ) adalah suatu keadaan dimana

kadar hemoglobin atau jumlah sel-sel darah yang fungsional menurun sehingga tubuh akan

mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah

kurang. Anemia bukan merupakan diagnosa akhir dari suatu penyakit akan tetapi selalu

merupakan salah satu gejala dari sesuatu penyakit misalnya anemia defisiensi besi selalu

terjadi akibat dari pendarahan kronis mungkin disebabkan karnoma colon atau

ankilostomiasis dan lain-lain. Pada hewan piaraan jarang bersifat primer sering bersifat

sekunder (Supandiman, 1993).

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,

elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah

merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,

1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar

hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas

hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :

256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan

patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan

fisik dan informasi laboratorium.

2. Anatomi Fisiologi

Eritrosit atau sel darah merah

a) Karakteristik

1) Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada

sentralnya dan berdiameter 7.65 mm.

2) Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi.

Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit

menembus kapiler (pembuluh darah terkecil).

3) Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis

pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai

sepertiga volume sel.

4) Jika hemoglobin terpajan oksigen maka molekul oksigen akan bergabung

dengan rantai alfa dan beta untuk membentuk oksihemoglobin.

5) Hemoglobin berkaitan dengan karbondioksida dibagian asam amino pada

globin. Karbaminohemoglobin yang terbentuk hanya memakai 20%

karbondioksida yang terkandung dalam darah, 80% sisanya dibawa dalam

bentuk ion bikarbonat.

b) Jumlah

1) Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah 4.2

sampai 5.4 juta sel per milimeter kubik. Pada perempuan sehat berukuran

rata-rata jumlah sel darah merahnya antara 3.2 sampai 5.2 juta sel per

milimeter kubik.

2) Hematokrit adalah persentase volume darah total yang mengandung

eritrosit. Persentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah

sampel darah dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian

dasar tabung.

3) Ht pada laki-laki berkisar antara 42% sampai 54% dan pada perempuan

38% sampai 48%.

4) Ht dapat bertambah atau berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit atau

faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan atau air

yang hilang.

c) Fungsi

1) Sel darah merah mentranspor oksigen keseluruh jaringan melalui

pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.

2) Hemoglobin sel darah merah berkaitan dengan karbon dioksida untuk

ditranspor ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksida yang dibawa

plasma berada dalam bentuk ion bikarbonat.

3) Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah karena ion

bikarbonat dan hemoglobin merupakan bufer asam-basa.

d) Pembentukan eritrosit

Dalam minggu-minggu pertama dari kehidupan embrio, eritrosit primitif yang

berinti dihasilkan dalam kantong kuning telur (yolk sac). Selama tiga bulan kedua

(trimester pertengahan) dari kehamilan (gestasi), hati merupakan organ yang utama

membentuk eritrosit dan pada saat yang sama eritrosit juga dibentuk di limpa

(lien) dan kelenjar limfe (limfe-nodus). Selanjutnya dalam tiga bulan terakhir

kehamilan dan setelah lahir, eritrosit semata-mata dibentuk oleh sumsum tulang.

Pada dasarnya semua sumsum tulang membentuk eritrosit sampai usia 5 tahun, tapi

pada sumsum tulang panjang (kecuali pada proksimal humerus dan tibia) menjadi

sangat berlemak, sehingga pada usia kira-kira 20 tahun sumsum tulang panjang tidak

lagi menghasilkan eritrosit. Diatas usia 20 tahun, sebagian besar eritrosit dihasilkan

oleh sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, costae dan pelvis.

Gambar 1

ERITROSIT

(http://www.google.co.id/imgres?q= eritrosit )

Ada kalanya sumsum tulang dapat dirangsang oleh berbagai jenis faktor sehingga

dapat membentuk eritrosit dalam jumlah yang banyak, demikian pula sumsum tulang

yang telah berhenti menghasilkan eritrosit dapat menjadi produktif kembali. Limpa

dan hati juga dapat mengaktifkan kembali fungsi hemopoietiknya jika ada

rangsangan yang ekstrem dan berkepanjangan yang menghendaki pembentukan

eritrosit dalam jumlah yang banyak.

Di dalam sumsum tulang terdapt banyak sel pluripoten stem yang dapat

membentuk berbagai jenis sel darah. Sel ini akan terus menerus diproduksi selama

hidup manusia, walaupun jumlahnya akan semakin berkurang sesuai bertambahnya

usia. Sesungguhnya ada stem sel yang lainyang bersifat unipoten yang hanya mampu

membentuk satu jenis sel saja, missal eritrosit atau leukosit. Tetapi cirri-ciri sel-sel

unipoten ini sulit dibedakan satu sama lain dan juga dengan sel pluripoten.

Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diatur

oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel pertama yang

diketahui sebagai rangkaian  pembentukan eritrosit disebut proeritorblas.

Proeritorblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi

pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat dengan warna basa.

Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.

Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang disebut

polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan

terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik

erotroblas dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel

ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai kosentrasi lebih kurang 34%,

maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel.

Sel-sel ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu

sampai dua hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang.

Pembentukan eritrosit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : vitamin B12,

asam folat, mineral besi (Fe), tembaga (Cu), cobalt (Co), protein, hormon eritropeitin

dan kadar oksigen di udara.

e) Penguraian (Destruksi) Eritrosit

Jika eritrosit telah berada dalam sistem sirkulasi, maka dalam keadaan normal

umurnya rata-rata 120 hari. Eritrosit yang lebih tua menjadi lebih rapuh. Jika dinding

selnya sangat rapuh, maka eritrosit dapat pecah dalam perjalananya melalui

pembuluh darah yang sempit. Sebagian besar eritrosit pecah didalam limpa karena

terjepit sewaktu melewati pulpa merah limpa.

Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit difagositosis dan dicernakan oleh sel-sel

makrofag terutama yang terdapat dalam limpa, hati (sel-sel Kupffer) dan sumsum

tulang. Besi (Fe) yang lepas diangkut kedalam sumsum tulang untuk membentuk

eritrosit baru, atau disimpan dihati dan jaringan lain dalam bentuk ferritrin. Bagian

hem-nya diubah sel-sel retikuloendotelium menjadi bilirubin (pigmen empedu).

3. Etilogi

Penyebab Umum dari Anemia:

a) Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti : Perdarahan  Akut (mendadak), 

Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh darah,perdarahan Kronik

(menahun), Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.

b) Berkurangnya pembentukan sel darah merah  seperti:                         Defesiensi

zat besi,defesiensi vitamin B12, defesiensi asam folat,dan Penyakit kronik.  

c) Gangguan produksi sel darah merah seperti:                                        

ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel- sel darah.

Penyebab sering terjadi anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk

sintesis eritrosit, antara lain zat besi, vitamin B12 dan asam folat genetic, penyakit

kronik, keracunana obat, dan sebagainya. Selebihnya merupakan akibat dari beragam

kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan

sebagainya.

1.      Pendarahan hebat

2.      Akut (mendadak)

3.      Kecelakaan

4.      Pembedahan

5.      Persalinan

6.      Pecah pembuluh darah

7.      Pendarahan hidung

8.      Pendarahan menstruasi yang sangat banyak9.      Kekurangan zat besi

10.  Kekurangan vitamin B12

11.  Kekurangan asam folat

12.  Kekurangan vitamin c

KLASIFIKASI ANEMIA

1. Anemia karena penurunan produksi sel eritrosit

Menurunnya produksi dapat disebabkan menurunnya sintesis hemoglobin

sperti anemia defisiensi besi, thalasemia, anemia sideroblastik, tidak efekifnya

sintesis DNA seperti anemia karena kekurangan vitamin B12 atau folat,

kurangnya ketersediaan bahan/prekursor sel darah merah seperti anemia

aplastik dan karena penyakit kronis.

a) Anemia Defisiensi Besi

Merupakan anemia terbanyak didunia, terutama pada negara

miskin dan berkembag. Anemia defisiensi besi merupakan gejala

kronis dengan keadaan hipokromik ( konsentrasi hemoglobin kurang ),

mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh.

Etiologi :

Tidak adekuatnya diet besi dan intake makanan.

Gangguan absorpsi besi pada usus, dapat disebakan karena

infeksi, peradangan, neoplasma pada gaster, duedenum

maupun jejenum.

Kehilangan darah oleh sebab perdarahan saluran cerna,

neoplasma, gastritis.

Kebutuhan sel darah merah yang meningkat. Pada wanita

hamil dan menyusui kebutuhan besi sangat besa sehingga

memerlukan asupan yang besar pula.

Patofisiologi

zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh

besi berupa: senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin dan

enzim-enzim, senyawa besi cadangan seperti feritin dan hemosiderin.

Besi ferri dari makanan akan menjadi fero jika dalam keadaan asam

dan bersifat mereduksi sehingga mudah untuk diabsorsi oleh mukosa

usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas tetapi berikatan dengan

molekul protein membentuk feritin, komponen proteinnya disebut

apoferitin, sedangkan dalam bentuk transport, zat besi dalam bentuk

fero berikatan dengan protein membentuk transferin, komponen

proteinnya di sebut apotransferin, dalam plasma darah disebut

serotransferin.

Tanda dan gejala

Cepat lelah

Nyeri kepala

Kesulitan bernapas, sesak

Palpitasi

Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa

mulut dan konjungtiva.

Tanda yang khas pada anemia defisiensi besi :

Adanya kuku sendok ( spoon nail)

Atropi papil lidah, permukaan lidah menjadi licin dan

mengkilap karena papil lidah menghilang.

Stomatitis angular, peradangan pada sudut mulut

sehinggan nampak seperti barcak pucat keputihan.

Hasil pemeriksaan laboratorium :

1) Pemeriksaan dara perifer menunjukkan keadaan sel

mikrositk dan pucat.

2) Penurunan Hb kurang dari 9,5 g/dl

3) Hemosiderin pada aspirasi sumsum tulang tidak

ada

4) Saturasi transferin kurang dari 15 %

5) Serum feritin kurang dari 20 mg/dl

6) Jumlah RBC berkurang

7) Hematokrit menurun

8) MCV kurang dari 70 fl

9) MCH berkurang

10) MCHC berkurang

11) Serum besi ˂ 50 mg/dl ( N: 50-150 mg/dl)

12) Meningkat Total iron Binding Capacity ( TIBC )

sampai dengan 350-500 mg/dl ( 250-350 mg/dl).

Penatalaksanaan

Pemberian diet tinggi zat besi

Atasi penyebab seperti cacingan, perdarahan

Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis

3x200 mg), fero glukonat 3x 200mg/hari atau berikan

secara parenteral jika alergi dengan obat peroral 250 mg Fe

( dosis : 3 mg/kg BB ).

Iron dextran mengandung Fe 50 mg/ml dengan IM,

kemudian 100-250 mg tiap 1-2 harisampai dosis total

sesuai perhitungan.

Transfusi jika diperlukan.

2. Anemia Megaloblastik

a. Pengertian

Anemia megaloblastik merupakan kelainan yang di sebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan di tandai oleh sel megaloblastik.

Anemia megaloblastik adalah anemia makrositik normokromik yang di sebabkan oleh difisiensi vitamain B12 dan asam folat yang mengakibatkan gangguan sintesis DNA,disertai kegagalan maturasi dan pembelahan inti (Gayton, 2001).

Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang menakibatkan ketidaksempurnanya SDM . keadaan ini disebabkan karen defisiensi vit B12 dan asam folat. Karakteristik sel darah merahnya adalah megaloblas ( besar, abnormal, prematur SDM ) dalam darah dan sumsum tulang. Keadaan ini mengakibatkan leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, gangguan pada oral, gastrointestinal, dan neurologi.

Gambar  Anemia megaloblastik

Tanda dan gejala:

Anemia yang kada disertai dengan ikterik

Adanya glositis

Gangguan neuropati seperti mati rasa, rasa terbakar pada jari

Hasil laboratorium:

Hb menurun

Trombositopenia

Kadar bilirubin indirek serum dan LDH mengalami peningkatan

Kadar vitamin B12 ˂ 100 pg/ml, folat ˂ 3 ng/ml.

Penatalaksanaan medis

Diet nutrisi dengan tinggi vitamin B12 dan asam folat

Pemberian Hydroxycobalamin IM 200 mg/hari atau 1000 mg

diberikan setiap minggu selama 7 minggu.

Berikan asam folat 5 mg / hari selama 4 bulan.

3. Anemia Defisiensi Vitamin B12 ( Pernicious anemia )

Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya intrinsik faktor ( IF )

yang diproduksi di sel parietal lambung, sehingga terjadi gangguan absorpsi

vit B12.

Etiologi

tidak adanya intrinsik faktor

gangguan pada mukosa lambung, ileum dan pankreas

tidak adekuatnya intake vit B12, tapi asam folat banyak.

Obat-obatan yang mengganggu absorpsi di lambung

Obat-obatan yang merusak ileum ( neomisin, metformin)

Kerusakan absorpsi ( neplasma, penyakit gastrointestinal, pembedahan

reseksi ileum).

Manifestasi klinik

Hb , hematokrit , SDM rendah

Anemia

BB menurun, nafsu makan menurun, mual, muntah

Distensi abdomen, diare, konstipasi

Defisiensi vit B12 dengan cara test schiling ( pasien puasa selama

12jam , kemudian minum air+ vit B12 radioaktif kemudian berikan

non radioaktif IM, bila diabsorpsi akan keluar melalui urine yang

di tampung dalam 24 jam.

Penatalaksanaan

Pemberian vitamin B12 oral, apabila IF kurang diberikan IM, 100

g tiap bulan

Pemberian diet zat besi ( daging , hati, kacang hijau, telor produk

susu), asam folat.

4. Anemia Defisiensi Asam Folat

Kebutuhan folat sangan kecil, baiasanya terjadi pada orang yang kurang

makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkoholik

dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan.

Defisiensi asam folat juga dapat menagkibatkan sindrom malabsorpsi.

Manifestasi klinis

Hampir sama dengan defisiensi vitamin B12, yaitu adanya

gangguan neurologi seperti gangguan kepribadian dan daya ingat

Biasanya disertai ketidakseimbangan elektrolit ( magnesium,

kalsium)

Defisiensi asam folat kurang dari 3-4 ng/ml ( N : 7-20 ng/ml )

Vitamin B12 normal

Penatalaksanaan

Berikan asam folat 0,1-5 mg setiap hari, jika malabsorpsi diberikan

IM

Berikan Vit C untuk membantu penyerapan dan eritropoitis

Berikan diet tinggi asam folat ( asparagus, brokoli, nanas,

melon,sayuran hijau, ikan, hati, daging, stoberi, susu telor,

kentang, roti ).

5. Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah gangguan akibat ketidaksanggupan sumsum

tulang membentuk sel-sel darah.(Tarwoto, S.Kep, 2002))

`Anemia aplastik adalah keadaan yang disebabkan berkurangnya sel

hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit

akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetikdalam sumsum tulang.

(Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 : 494)

Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-

sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer stem sel

mengakibatkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Zat yang dapat

merusak sumsum tulang disebut mielotoksin.

Etiologi dan faktor resiko

Idiopatik

Kemoterapi, radioterapi

Toksok kima ( insektisida, benzene, tulen)

Obat-obatan ( chloromphenikol, sulfonamid)

Autoimun seperti LES ( sistemic lupus eritematosus)

Agen infeksi : Hepatitis, HIV, TBC,miller

Manifestasi klinis

Kelemhan, letih

Nyeri kepala

Nadi cepat, pucat

Mudah infeksi : hepatitis

Perdarahan hidung, gusi, darah pada feses

Lama masa pembekuan, nyeri tulang

Demam

Pansitopenia

SDM dibawah 1 jt/ mm3

Leukosit kurang dari 1000/mm3

Trombosit 15000-3000/mm3

Penatalaksanaan

Monitor adanya perdarahan dan pansitopenia ( menurunnya sel

darah merah, leukosit, dan trombosit)

Transfusi darah

Pengobatan infeksi: jamur, bakteri

Transplantasi sumsum tulang ( usia di bawah 60 tahun )

Diet yang bebas bakteri

Anemia karena meningkatnya kerusakan eritrosit

1. Anemia Hemolitik

Terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usia sel

darahmerah lebih pendek.

Etiologi dan faktor resiko

Merupakan 5 % dari anemia

Herediter

Hb abnormal, membran eritrosit rusak

Thalasemia

Anemia sel sabit

Reaksi autoimun ( pada pemberian transfusi)

Toksik

Kimia, pengobatan, infeksi

Kerusakan fisik

Tanda dan gejala

Anemia

Demam, gangguan neurologi, ptekie, thalasemia

Kelemahan, pucat

Hepatomegali, kekuningan

Defisiensi folat

Penatalaksanaan

Pencegahan faktor resiko

Transfusi darah

Cairan adekuat

Pemberian asam folat

Pemberian eritropoitin

Pemberian kortikosteroid

Pendidikan kesehatan

2. Anemia sel sabit

b. pengertian

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat ditandai Sel

Darah Merah lebih kecil berbentuk sabit, dan pembesaran limpa akibat

kerusakan molekul Hb.

Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel

darah merah berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin

abnormal (Noer Sjaifullah,1999).

Anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul

hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Suzanne C. Smeltzer,

2002).

Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah salah satu dari

hemoglobinopati sekunder karena kelainan struktur hemoglobin.

Gangguan terjadi pada fraksi globin dari molekul hemoglobin.

c. anatomi fisiologi

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm

kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5

juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4

juta sel darah merah.

Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul

hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang

mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi

Gambar 1

ANEMIA SEL SABIT

(http://www.google.co.id/imgres?q= anemia+sel+sabit )

Gambar 2

ANEMIA SEL SABIT

(http://www.google.co.id/imgres?q= anemia+sel+sabit )

mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan

tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paru-paru terjadi reaksi antara

hemoglobin dengan oksigen.

d. Etiologi dan faktor resiko

Banyak pada area endemik malaria ( afrika, india)

Herediter

e. Manifestasi klinis

Kurang darah akan mengakibatkan hipoksia, infark serebri

Mempunyai masa hidup sel darah merah pendek 15-25 hari

Hb 7-10 g/dl

Ikterik pada skelera

Sumsum tulang membesar

Pada anemia kronik dapat terjadi takikardi, murmur,

pembesaran jantung

Disritmia , gagal jantung

f. Penatalaksanaan

Belum ada obat yang efektif

Penanganan nyeri

Penanganan infeksi dan pencegahan

Transfusi darah

Mengurangi kekentalan darah

Transplantasi sumsum tulang

4. Patofisiologi dan Patoflow

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel

darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat

kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang

tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)

pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak

sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah

merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam

system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini

bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap

kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan

bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl

mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan

dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun

akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya

otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan

seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak,

tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

Patoflow

Etiologi

EritropoiesisKehilangan darah

destruksi

sel darah merah,

hemoglobin ( kondisi anemik).

kemampuan membawa oksigen ( hipoksia )

Hipaksia Jaringan

Kelemahan, kelelahan

Pucat pada kulit mukosa mulut

Sistem saraf pusat, ( pusing, pingsan, letargi).

5. Tanda dan GejalaManifestasi klinis pada anemia timbul akibat respon tubuh terhadap hipoksia

( kekurangan oksigen dalam darah). Manifestasi klinis tergantung dari kecepatan kehilangan darah, akut atau kronik anemia, umur dan ada atau tidaknya penyakit misalnya penyakit jantung. Kadar Hb biasanya berhubungan dengan manifestasi klinis. Bila Hb 10-12 g/dl biasanya tidak ada gejala. Manifestasi klinis biasanya terjadi apabila Hb antara 6-10 g/dl diantaranya dyspneu ( kesulitan bernapas, napas pendek ), palpitasi, keringat banyak, keletihan. Apabila Hb kurang dari 6 g/dl manifestasi klinisnya sebagai berikut :a) Keadaan umum:

Pucat, keletihan berat, kelemahan, nyeri kepala, demam, dyspnea, vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.

b) Kulit :Pucat, jaundice ( pada anemia hemolitik), kulit kering, kuku rapuh, klubbing.

c) Mata :Penglihatan kabur, jaundice skelera, dan perdarahan retina.

d) Telinga :Vertigo, tinitus

Kebutuhan

oksigen untuk

kerja jantung

Mekanisme kompensasi

Kardiovaskuler

Heart rate, dilatasi kapiler

stroke volum

Ginjal

Respon reninaldosteron

Retensi garam dan air

Cairan ekstraseluler

Cairan ekstraselulerSirkulasi hiperdinamik

eritropitin

Stimulasi sumsum tulang

Gagal jantungMurmur jantung

e) Mulut :Mukosa licin dan mengkilap, stomatitis

f) Paru-paru :Dyspnea, orthopnea

g) Kardiovaskuler :Takikardi,palpitasi, murmur, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung

h) Gastrointestinal :Anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, hepatomegali, splenomegali

i) Muskuloskeletal :Nyeri pinggang, nyeri sendi

j) Sistem persarafan :Nyeri kepala, cemas, kesulitan koping.

6. KomplikasiKomplikasi umum anemia meliputi:

1. Gagal jantung

Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan kegagalan

dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole. Akibat

kekurangan penyediaan darah, menyebabkan kematian sel dari kekurangan oksigen.

Cerebral hypoxia, atau kekurangan penyediaan oksigen ke otak, menyebabkan korban

kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba.

2. Kejang

Gerakan yang tidak dikendalikan karena ada masalah di otak disebut kejang.

3. Perestesia

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia

akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena

infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa

darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan

berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir

dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ

tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

7. Tes Diagnostik yang Menunjang

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular

rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit

hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang

terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan

tipe khusus anemia).

LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel

darah merah : atau penyakit malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada

tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat

(hemolitik) atau menurun (aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi

masukan/absorpsi

Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

TBC serum : meningkat (DB)

Feritin serum : meningkat (DB)

Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun (DB)

Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan

perdarahan akut / kronis (DB).

Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik

bebas (AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,

ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas

(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

(Doenges, 1999).

8. Penatalaksanaan Medis

Tindakan umum :

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang

hilang.

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan :

Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti

ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe

Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan

transfusi darah.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian

Aktivitas dan Istirahat :Adanya keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas kerja, peningkatan kebutuhan untuk istirahat dan tidur.

SirkulasiAdanya riwayat kehilangan darah kronis. Misalnya adanya hematemesis, dismenorea, angina , CHF, palpitasi, takikardia, hiupotensi postural.

Nutrisi/CairanAdanya penurunan intake makanan. Kesulitan menelan, mual, muntah, anoreksia, penurunan BB, lidah tampak merah, daging/halus spesifik untuk difesiensi asam folat dan vitamin B 12 , torgur kulit menurun, membran mukosa pucat, kering, pika bahan-bahan seperti tanah liat, cat, es, tepung dll.

Eliminasi

Adanya riwayat penurunan urin output, nefpritis, gagal ginjal, diare/konstipasi.

Pemeriksaan neurologis juga penting kerena efek anemia pernisiosa pada sistem saraf pusat dan perifer. Pasien dikaji mengenai adanya baal dan parastesia perifer, ataksia, gangguan koordinasi dan kejang.

Riwayat kesehatan meliputi informasi mengenai setiap pengobatan yang diminum pasien yang mungkin menekan aktivitas sum-sum tulang/mempengaruhi metabolisme folat. Riwayat akurat mengenai asupan alkohol termasuk jumlah dan durasi harus ditanyakan. Pasien juga ditanya mengenai setiap adanya kehilangan darah, seperti adanya darah dalam tinja/menstruasi berlebihan pada wanita. Riwayat keluarga juga penting kerena beberapa jenis anemia bersifat herediter.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)

meliputi :

1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons

inflamasi tertekan)).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan

untuk pembentukan sel darah merah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

(pengiriman) dan kebutuhan.

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dan neurologist.

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses

pencernaan; efek samping terapi obat.

7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah

interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

3. Intervensi Keperawatan

1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons

inflamasi tertekan)).

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan

demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien

dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.

Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.

Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.

Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu

memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

 Tingkatkan masukkan cairan adekuat.

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah

pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.

Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.

Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi

dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.

Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa

demam.

Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.

Amati eritema/cairan luka.

Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada

bila granulosit tertekan.

Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)

Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan

mempengaruhi pilihan pengobatan.

Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).

Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi

atau untuk pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan

untuk pembentukan sel darah merah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai

laboratorium normal.

tidak mengalami tanda mal nutrisi.

Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau

mempertahankan berat badan yang sesuai.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.

Observasi dan catat masukkan makanan pasien.

Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.

Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu

makan.

Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah

distensi gaster.

Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang

berhubungan.

Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,

gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut

yang di encerkan bila mukosa oral luka.

Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan

pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan

mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri

berat.

Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.

Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

 Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.

Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet

nutrisi yang dibutuhkan.

 Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan

masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

(pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil :

melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan,

dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

Kaji kemampuan ADL pasien.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

 Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12

mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.

 Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

 Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,

pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh

dan menurunkan regangan jantung dan paru.

Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan

dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa

memaksakan diri).

Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan

memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan

rasa terkontrol.

4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan

Kriteria hasil :

menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar

kuku.

Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan

dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.

Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.

Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena

regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko

infark.

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi

dengan thermometer.

Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.

Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah

lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons

terhadap terapi.

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,

dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito,

1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Dapat mempertahankan integritas kulit.

6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana

pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : TIM.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.